• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V KESIMPULAN DAN SARAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari wawancara, observasi dan analisis antar subjek, dapat

disimpulkan bahwa kebermaknaan hidup ibu rumah tangga penderita HIV/AIDS merupakan upaya subjek untuk merubah suatu penderitaan menjadi penemuan makna hidup yang di dalamnya terdapat suatu tahapan-tahapan untuk mencapai arti kehidupan. Tahapan-tahapan yang dijalani subjek bersifat unik, artinya tahapan subjek satu dengan subjek yang lainnya pastilah tidak sama.

Peneliti menjelaskan mengenai tahapan-tahapan dengan melihat keempat subjek secara menyeluruh. Diawali dengan tahap derita dimana subjek dihadapkan pada penderitaan dan hidup tanpa makna. Terinfeksi HIV/AIDS membuat keempat subjek timbul perasaan hampa, bosan, hidup tidak berarti, tidak memiliki tujuan hidup dan putus asa. Dalam keterpurukan tersebut di tambah dengan adanya diskriminasi dan stigma oleh keluarga maupun lingkungan. Situasi tersebutlah yang membuat keempat subjek semakin rapuh dan tak berdaya.

Meski di dalam keterpurukkan, keempat subjek masih mendapatkan

dukungan sosial dari keluarga, suami maupun teman-teman subjek. Dari

dukungan sosial tersebut dapat mempengaruhi munculnya kesadaran diri untuk

bangkit dari keterpurukkan. Dari keempat subjek, peneliti melihat dukungan sosial

(2)

yang diterima oleh keempat subjek berbeda-beda. Subjek 1 mendapatkan dukungan sosial dari lingkungan barunya setelah dirinya meninggalkan rumah mertuanya. Subjek 2 mendapatkan dukungan sosial dari keluarga berupa semangat dan dorongan untuk bangkit kembali. Subjek 3 mendapatkan dukungan sosial dari teman dan rekan kerja subjek setelah dirinya merasa ditinggal oleh orang-orang yang dicintainya. Sedangkan subjek 4 mendapatkan dukungan dari ayahnya tercinta yang senantiasa selalu menemani subjek untuk rehabilitasi dan setelah menikah subjek mendapatkan dukungan semangat dari suami.

Pada tahap berikutnya adalah penerimaan diri dimana subjek sudah bisa memahami dirinya, menerima apa adanya, dan mengubah sikap terhadap penderitaan. Dari penerimaan diri tersebut terdapat sumber makna hidup yaitu Attitudinal values dimana subjek menerima dengan tabah, kesabaran dan

keikhlasan segala bentuk penderitaan yang dialaminya. Pada keempat subjek menerima dirinya dengan penuh ketabahan, keikhlasan dan penuh dengan kesabaran serta merealisasikannya dengan tetap bekerja keras untuk kebutuhan dirinya, anak dan keluarga subjek.

Penerimaan diri mendorong subjek untuk memasuki tahap dimana subjek

dapat memaknai peristiwa hidup yang dialami. Melalui Experiential values

subjek dapat meyakini suatu nilai yang menjadikan subjek berarti hidupnya dan

bisa menentukan tujuan hidup. Keempat subjek merealisasikannya dengan cara

mendekatkan diri kepada Tuhan, memiliki nilai cinta kasih, keimanan, dan

menghayati keindahan.

(3)

Penemuan makna hidup membawa subjek menuju realisasi makna.

Dengan melakukan keikatan diri (self commitment) subjek dapat menentukan tujuan hidup dan pemenuhan makna serta melibatkan diri (self involvement) dengan merealisasikannya dalam bentuk kegiatan ataupun bekerja. Keempat subjek menjalani pekerjaannya dengan penuh rasa tanggungjawab yang besar.

Subjek 1 sangat menyenangi pekerjaannya sebagai seorang penjual nasi uduk dan menerima pesanan kue pengajian. Subjek 2 sangat menikmati pekerjaannya sebagai sales promotion girl yang bisa membuatnya melakukan traveling di luar kota. Subjek 3 lebih menyenangkan pekerjaannya sebagi karyawati disuatu perusahaan karena lingkungan kerja yang mendukung dan menerima diri subjek.

Sedangkan subjek 4 sangat menyenangi dirinya sebagai seorang penyuluh narkoba dan HIV/AIDS karena bisa membantu terhadap sesama pengguna narkoba dan penderita HIV/AIDS.

Setelah subjek dapat menemukan makna, memiliki tujuan hidup dan merealisasikannya maka subjek telah mencapai kebermaknaan hidup dan membawanya kepada kebahagiaan di dalam diri subjek. Keempat subjek juga memiliki harapan yang berupa keyakinan akan terjadinya perubahan yang lebih baik, ketabahan menghadapi keadaan untuk saat ini dan menyongsong masa depan yang lebih baik lagi.

Jadi pada dasarnya keempat subjek untuk mencapai kebermaknaan hidup

harus melalui tahapan-tahapan dan menemukan sumber makna. Dalam proses

pencarian makna hidup, keempat subjek memiliki persamaan dalam mengalami

kehidupan tanpa makna yang ditandai dengan perasaan hampa, marah, perasaan

(4)

tidak berarti lagi dan sudah tidak memiliki tujuan hidup yang jelas. Keempat subjek juga memiliki persamaan dalam hal penerimaan diri, dimana keempat subjek dapat menerima dirinya dengan penuh ketabahan, kesabaran dan keikhlasan dalam kondisinya sebagai seorang ibu rumah tangga penderita HIV/AIDS.

Keempat subjek memiliki perbedaan dalam menemukan sumber makna hidup, sumber makna hidup didapatkan oleh keempat subjek dengan caranya masing-masing. Subjek 1 mendapatkan sumber makna hidupnya dari pekerjaannnya sebagai penjual nasi uduk dan anaknya sebagai sumber semangat bagi subjek. Subjek 2 mendapatkan sumber makna hidupnya dari dukungan sosial yang didapatkannya dari ibu dan kakak-kakaknya serta pekerjaannya sebagai seorang sales promotion girl. Subjek 3 mendapatkan sumber makna hidupnya dari pekerjaannya sebagai seorang karyawati di suatu perusahaan. Bagi diri subjek, lingkungan kerja merupakan hal untuk menghilangkan rasa sepi dari orang-orang yang dicintai. Sedangkan subjek 4 mendapatkan sumber makna hidup dari cinta kasih seorang ayah, suami serta anaknya yang mendorong subjek untuk bisa keluar dari penderitaan. Subjek juga sangat mencintai pekerjaannya sebagai seorang penyuluh narkoba dan HIV/AIDS, dari pekerjaannya tersebut subjek merasa menjadi orang yang sangat berarti bagi lingkungan.

Selain memiliki perbedaan dalam menemukan sumber makna hidup,

keempat subjek juga memiliki perbedaan dalam melalui tahapan-tahapan makna

hidup yang ditinjau dari status pernikahan keempat subjek. Peneliti melihat subjek

4 memiliki pencapaian makna hidup yang lebih cepat karena dirinya didukung

(5)

oleh keluarga, suami serta anaknya dalam menemukan makna dan menentukan tujuan hidup. Kehadiran anak memiliki makna tersendiri dalam kehidupan pasangan yang telah berumah tangga. Menurut Ihromi (1999) kehadiran anak dalam keluarga dapat memberi manfaat positif bagi pasangan suami istri dari segi psikologis, ekonomis dan sosial. Salah satunya adalah pasangan suami istri tersebut akan memiliki makna dan tujuan hidup dengan adanya anak. Subjek 1 dan subjek 2 memiliki pencapaian proses makna hidup yang relatif cepat karena anak, keluarga dan lingkungan menjadi sumber makna hidup mereka yang membuat subjek bisa keluar dari penderitaan. Sedangkan subjek 3 lebih lama dalam mencapai kehidupan bermakna karena subjek tidak memiliki orang-orang yang dicintai sebagai pendorong semangat subjek. Subjek hanya memiliki rekan kerja sebagai penghilang sementara rasa sepi. Bagi subjek makna hidupnya akan terpenuhi apabila dirinya sudah memiliki suami yang dapat menerima dirinya dan memiliki anak-anak yang lucu dan sehat.

5.2. Diskusi

Berdasarkan hasil analisa dan kesimpulan ada beberapa hal yang perlu

didiskusikan. Dapat diketahui bahwa keempat subjek telah berhasil mencapai kehidupan bermakna sebagai seorang ibu rumah tangga penderita HIV/AIDS.

Keberhasilan ibu rumah tangga penderita HIV/AIDS dalam mencapai kehidupan

bermakna karena telah melalui tahap menuju kebermaknaan hidup yaitu tahap

derita, penerimaan diri, penemuan makna, realisasi makna dan kehidupan

bermakna.

(6)

Tahap derita yang dialami oleh keempat subjek merupakan penderitaan yang membawa seseorang pada kehidupan tanpa makna. Kehidupan tanpa makna yang dialami keempat subjek ketika mereka terinfeksi HIV/AIDS. Mereka merasa kaget, marah, kecewa, sedih, merasa hidup tak berarti dan tidak ada gunanya lagi.

Dalam keterpurukan tersebut di tambah dengan adanya diskriminasi dan stigma oleh keluarga maupun lingkungan. Situasi tersebutlah yang membuat keempat subjek semakin rapuh dan tak berdaya.

Disaat keempat subjek tersebut ingin keluar dari penderitaan, subjek dihadapkan pada berbagai masalah seperti diskriminasi dan stigma. Diskriminasi tersebut menimbulkan rasa marah, sedih dan acuh tak acuh. Subjek 1 mendapatkan perlakukan diskriminasi dari ibu mertua subjek dengan memisahkan alat makan subjek. Subjek 2 dan subjek 4 memiliki stigma dan penolakan yang sama terhadap lingkungan yaitu mereka mendapatkan judgement dari lingkungan sekitar sebagai wanita rusak dan kotor karena terinfeksi HIV/AIDS. Sedangkan subjek 3 mendapatkan penolakan dari keluarga seperti tidak boleh tinggal dengan keluarga karena takut merusak nama baik keluarga dan takut terinfeksi HIV juga.

Subjek juga ditinggalkan oleh mantan suaminya karena subjek terinfeksi HIV.

Penerimaan diri keempat subjek membawa sikap terhadap penderitaan.

Keempat subjek yang awalnya marah, kesal dan memiliki dendam kini telah dapat

menerima diri dengan ikhlas dan tabah terhadap penderitaan. Dalam hal ini

peneliti melihat ada kesamaan antara subjek 1 dan subjek 2 dalam menerima

kondisi dirinya yaitu dengan tetap berfokus untuk membesarkan dan

membahagiakan anak dengan cara bekerja keras serta tetap bersyukur kepada

(7)

Tuhan. Subjek 3 lebih merealisasikan penerimaan diri dengan bersosialisasi kepada lingkungan maupun rekan kerja agar dirinya bisa diterima di lingkungan sebagai seorang penderita HIV/AIDS. Sedangkan subjek 4 dapat menerima dirinya dengan tetap berfokus pada membahagiakan suami serta anaknya dan aktif membantu penyuluhan narkoba dan HIV/AIDS.

Di dalam penemuan makna terdapat tujuan hidup yang dimiliki oleh keempat subjek. Peneliti melihat bahwa subjek 1 memiliki tujuan hidup untuk membesarkan anaknya sampai dewasa dan bisa memberikan pendidikan yang tinggi untuk anaknya. Hal tersebut juga bagian dari tujuan hidup subjek 2 yang menginginkan bisa membahagaiakan anaknya serta memiliki suami yang bisa mendampingi dirinya. Begitupun dengan subjek 3 yang memiliki tujuan untuk mendapatkan suami yang bisa menerima dirinya apa adanya dan mendampinginya dalam keadaan saat ini. Sedangkan subjek 4 memiliki tujuan untuk tetap memberikan penyuluhan terhadap pengguna narkoba dan penderita HIV/AIDS agar mereka bisa mendapatkan edukasi mengenai narkoba dan HIV/AIDS.

Dalam hal realisasi makna, peneliti melihat keempat subjek memiliki kegiatan-kegiatan terarah untuk penemuan makna hidup dan pemenuhan tujuan hidup. Keempat subjek bersedia melakukan keikatan diri (self commitment) terhadap makna dan tujuan hidup serrta melibatkan diri (self involvement) dalam merealisasikannya.

makna hidup akan menjadi sesuatu yang berarti jika penemuan makna dan

pemenuhan tujuan hidup dapat dicapai. Sebab tanpa hal tersebut makna hidup

(8)

hanya sekedar cita-cita indah yang semata-mata tidak akan berubah dalam kehidupan nyata (Bastaman, 2007). Melalui penemuan makna dan tujuan hidup keempat subjek tersebut berhasil mencapai kehidupan bermakna.

Pada akhirnya, keempat subjek telah mencapai kehidupan bermakna melalui beberapa tahapan-tahapan yang bersifat unik. Peneliti setuju terhadap Rieva Dwi Prita dalam skripsinya yang berjudul “Proses Pencarian Makna Hidup Pada ODHA” yang menyatakan bahwa tahapan antara subjek yang satu dengan

subjek yang lainnya tidaklah sama, dan juga sifatnya temporer, artinya tahapan tersebut bersifat dinamis karena individu akan dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan dan tuntutan-tuntutan dari lingkungan sosial yang nantinya akan berbeda-beda.

5.3. Saran

5.3.1. Saran Teoritis

Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti dengan subjek penelitian yang lebih luas dan tidak hanya pada ibu rumah tangga karena banyak sekali penderita HIV/AIDS yang ingin mencapai makna hidup dengan cara yang berbeda-beda. Penelitian selanjutnya di dukung fakta-fakta yang relevan bagi kehidupan penderita HIV/AIDS agar dapat memperkaya hasil penelitian.

5.3.2. Saran Praktis

Kepada responden disarankan untuk tetap semangat dalam menjalani

kehidupan, bisa membesarkan anak-anaknya dan tetap terus melakukan kegiatan-

(9)

kegiatan yang disenangi agar tetap merasa bahagia. Bagi orang-orang terdekat

responden seperti keluarga, teman dan lingkungan sekitar agar tetap terus

memberi dukungan semangat, emosional, material, dan dukungan lain kepada

penderita HIV/AIDS agar ODHA bisa kuat dalam menjalani hidup. Serta kepada

masyarakat semoga semakin bisa memahami edukasi mengenai HIV/AIDS agar

stigma dan diskriminasi tidak semakin berkembang di masyarakat modern saat ini

karena bagi ODHA stigma dan diskriminasi adalah hal yang sangat menakutkan

ketimbang penyakit HIV/AIDS itu sendiri.

Referensi

Dokumen terkait

Pada sistem inverter tiga fasa ini, untuk membuat variasi kecepatan sepeda listirk maka dibutuhkan pengendalian kecepatan putaran motor dengan mengatur frekuensi

Oleh karena itulah tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk mengetahui apakah pengelolaan penyimpanan buku perpustakaan telah sesuai dengan

8.3 Pekerjaan implementasi dan cold commisioning selama 18 hari kalender dilakukan saat unit shutdown 8.4 Pekerjaan cold dan hot commisioning selama kurun waktu 5

Adapun hasil dari penelitian ini berdasarkan uji beda dua sampel terpisah Uji mann whitney T-test menunjukan hasil p= 0,0001< 0,05 yang berarti ada perbedaan pengaruh

Pada percobaan tugas akhir ini dilakukan dengan metode frekuensi modulasi dimana nantinya akan mencari hasil yang optimal dari pengukuran redaman di bawah laut dan

Sifat fisik karbon aktif yang dihasilkan tergantung pada kekuatan daya tarik molekul penjerap maka terjadi proses adsorpsi dari bahan yang digunakan, misalnya,

Hal ini sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Ayla and Omer (2011) serta Azura (2012) yang juga telah mendeteksi miskonsepsi peserta didik dengan