NUANSA : Jurnal Ilmiah Pendidikan
STKIP Al Amin Dompu
http://www.stkip-al-amin-dompu.ac.id/ojs/index.php/nuansa
p-ISSN: 2252-4975 e-ISSN: 2622-7665 pp. 7-20
PENGARUH SIFAT (KEPERIBADIAN GURU) DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA
MTs. NEGERI 2 DOMPU DESA RANGGO KECAMATAN PAJO KABUPATEN DOMPU TAHUN PELAJARAN
1
Fitriani
1
STAI Al Amin, Dompu. Jl. Wawanduru No 2a Dompu, Indonesia
fitrianiranggo12@gmail.comAbstrak
Kompetensi keperibadian mengandung pengertian bahwa guru harus memiliki keperibadian yang dapat dijadikan contoh bagi siswa. Interaksi antara guru dan siswa dalam Proses Belajar Mengajar merupakan aktivitas yang penting. Aktifitas ini menjadi penting karena melalui proses itulah tujuan pendidikan dapat dicapai yang ditandai dengan perubahan perilaku siswa. Di antaranya adalah guru harus memiliki keperibadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan berakhlak mulia sehingga dapat menjadi teladan. Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Keteladanan pribadi guru sangat diperlukan karena keperibadian guru mempunyai pengaruh langsung dan kumulatif terhadap perilaku siswa. Perilaku yang terpengaruh itu antara lain: kebiasaan belajar, disiplin, hasrat belajar, dan motivasi belajar. Yang dimaksud dengan keperibadian di sini meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap.
Keperibadian yang ditampilkan guru dalam prose belajar mengajar akan selalu dilihat, diamati, dan dinilai oleh siswa sehingga timbul dalam diri siswa persepsi tertentu tentang keperibadian guru. Sifat atau karakteristik diartikan sebagai ciri-ciri, sedangkan keperibadian berarti sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lainnya. Selanjutnya dari tinjauan psikologi, mengemukakan bahwa keperibadian pada prinsipnya adalah susunan atau kesatuan antara aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan aspek perilaku behavioral (perbuatan nyata). Pendapat Pendapat lain dijelaskan bahwa motif adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam diri dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapai suatu tujuan. Motif juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi intem (kesiapsiagaan). Sedangkan motivasi diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka disimpuilkan sebagai berikut: 1) Nilai sifat keperibadian guru MTs. Negeri 2 Dompu Desa Ranggo Kecamatan Pajo Kabupaten Dompu adalah 84,86%.; 2) Nilai motivasi belajar siswa di MTs. Negeri 2 Dompu Desa Ranggo Kecamatan Pajo Kabupaten Dompu adalah 83,86%. Ada hubungan yang signifikan antara sifat keperibadian guru dalam proses belajar mengajar dengan motivasi belajar siswa MTs. Negeri 2 Dompu Desa Ranggo Kecamatan Pajo Kabupaten Dompu Tahun Pelajaran 2020-2021. Koefisien korelasi antara 2 variabel adalah sebesar 0.49 atau r xy=0.49. Hal ini menunjukkan tingkat hubungan sedang. Dari perhitungan koefisien determinasi diperoleh kontribusi 24,01%. Ini berarti bahwa motivasi belajar siswa MTs. Negeri 2 Dompu Desa Ranggo Kecamatan Pajo Kabupaten Dompu Tahun Pelajaran 2020-2021 dipengaruhi sifat keperibadian guru sebesar 24,01% sedangkan 75,99%
dipengaruhi faktor lain
Kata kunci: Keperibadian Guru, Motivasi Belajar
PENDAHULUAN
Interaksi antara guru dan siswa dalam Proses Belajar Mengajar merupakan aktivitas yang
penting. Aktifitas ini menjadi penting karena melalui proses itulah tujuan pendidikan dapat
dicapai yang ditandai dengan perubahan perilaku siswa. Tujuan pendidikan sebagaimana
yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 pasal 3 Tahun
2003, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
8 mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pencapaian tujuan pendidikan di atas, sangat bergantung pada berbagai unsur yang menunjangnya.
Makmun (1996) menyatakan tentang unsur-unsur yang terdapat dalam Proses Belajar Mengajar yaitu: (1) Siswa, dengan segala karakteristiknya yang berusaha untuk mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui kegiatan belajar. (2) Tujuan, ialah suatu yang diharapkan setelah adanya kegiatan belajar mengajar, (3) Guru, selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat (mengajar) sehingga memungkinkan bagi terjadinya proses pengalaman belajar.
Berdasarkan uraian di atas, tampaklah peran guru sebagai pihak yang mengajar dan peran siswa sebagai pihak yang belajar. Hal ini mempertegas bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa yang didasari oleh hubungan yang bersifat mendidik dalam rangka pencapaian tujuan (Surakhmad, 1994). Untuk dapat berinteraksi secara maksimal dalam proses belajar mengajar di sekolah guru dituntut untuk memiliki berbagai kompetensi, salah satunya adalah kompetensi keperibadian. Tuntutan ini seiring dengan amanat Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10, yaitu guru harus memiliki kompetensi pedagogic, kompetensi keperibadian, kompetensi social, dan kompetensi professional.
Kompetensi keperibadian mengandung pengertian bahwa guru harus memiliki keperibadian yang dapat dijadikan contoh bagi siswa. Di antaranya adalah guru harus memiliki keperibadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan berakhlak mulia sehingga dapat menjadi teladan. Keteladanan pribadi guru sangat diperlukan karena keperibadian guru mempunyai pengaruh langsung dan kumulatif terhadap perilaku siswa, (Hamalik, 2000).
Perilaku yang terpengaruh itu antara lain : kebiasaan belajar, disiplin, hasrat belajar, dan motivasi belajar. Yang dimaksud dengan keperibadian di sini meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap. Keperibadian yang ditampilkan guru dalam proses belajar mengajar akan selalu dilihat, diamati, dan dinilai oleh siswa sehingga timbul dalam diri siswa persepsi tertentu tentang keperibadian guru. Selain itu, keperibadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru. Terkait pentingnya keperibadian guru, Zakiah Daradjat, (Syah, 1995) mengemukakan bahwa keperibadian itulah yang akan menentukan apakah ia akan menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, atau akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami goncangan jiwa (tingkat menengah).
Agar menjadi pendidik dan pembina yang baik guru harus mampu menciptakan situasi yang dapat menunjang perkembangan belajar siswa, termasuk dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Semua ini tidak terlepas dari bagaimana guru menampilkan kemampuam keperibadiannya dalam proses belajar mengajar. Inilah yang di sebut peran guru sebagai motivator oleh Makmun & Surya (1996) mengemukakan. Guru sebagai motivator belajar bagi para siswanya, harus mampu untuk (1) membangkitkan dorongan siswa untuk belajar, (2) menjelaskan secara kongkrit kepada siswa apa yang dapat di lakukan pada akhir pelajaran, (3) memberikan ganjaran untuk prestasi yang dicapai di kemudian hari, (4) membuat regulasi (aturan) prilaku siswa. Dalam kegiatan proses belajar mengajar, motivasi siswa sangat diperlukan. Hal ini sejalan dengan pendapat Mugirah (2002) yang menyatakan bahwa bagi siswa motivasi belajar sangat penting dalam mengarahkan kegiatan belajar dan membesarkan semangat belajar.
Fenomena yang terjadi dilapangan sehubungan dengan motivasi belajar menunjukkan bahwa
masih dijumpai siswa yang menunjukkan perilaku sebagai berikut: (1) membolos, datang
9 terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya, dan tidak teratur dalam belajar; (2) menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti menentang, acuh tak acuh, berpura-pura; (3) lambat dalam melaksanakan tugas-tugas kegiatan belajar; dan (4) menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, pemarah, mudah tersinggung, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Menurut Natawidjaja (1998) keempat gejala yang ditunjukkan tersebut mengisyaratkan adanya kesulitan belajar pada diri siswa.
Kesulitan belajar tersebut diduga berkaitan erat dengan motivasi belajar yang dimilikinya.
Apabila kenyataan di atas diabaikan dan dibiarkan terus-menerus, maka sangat mungkin proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik dan tujuan pendidikan nasional tidak akan terwujud, maka di pandang perlu untuk meneliti bagaimana hubungan sifat (keperibadian guru) dalam proses belajar mengajar yang dengan motivasi belajar siswa, dengan judul: Pengaruh sifat (keperibadian guru) dalam proses belajar mengajar dengan motivasi belajar siswa.
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui pengaruh sifat keperibadian guru dalam proses belajar mengajar di MTs. Negeri 2 Dompu Desa Ranggo Kecamatan Pajo Kabupaten Dompu Tahun Pelajaran 2020-2021.
2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa terhadap sifat keperibadian guru MTs. Negeri 2 Dompu Desa Ranggo Kecamatan Pajo Kabupaten Dompu Tahun Pelajaran 2020-2021.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sifat keperibadian guru dalam proses belajar mengajar terhadap motivasi belajar siswa MTs. Negeri 2 Dompu Desa Ranggo Kecamatan Pajo Kabupaten Dompu Tahun Pelajaran 2020-2021.
MANFAAT PENELITIAN
Kegunaan atau manfaat yang dapat diperoleh mengenai pengaruh sifat keperibadian guru dalam proses belajar mengajar terhadap motivasi belajar siswa di MTs. Negeri 2 Dompu Desa Ranggo Kecamatan Pajo Kabupaten Dompu Tahun Pelajaran 2020-2021, yaitu:
1. Bahan pertimbangan dan sumber data guna perbaikan dan peningkatan mutu Proses Belajar Mengajar dan motivai belajar siswa.
2. Memberi keteladanan melalui kepribadian guru yang ideal kepada siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar.
3. Hasil penelitian dapat memotivasi guru supaya dapat menerapkan kepribadian yang patut diteladani siswa.
LINGKUP PENELITIAN Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX di MTs. Negeri 2 Dompu Desa Ranggo Kecamatan Pajo Kabupaten Dompu Tahun Pelajaran 2020-2021, dipilihnya kelas IX sebagai subjek penelitian karena perilaku dan sikap siswa kelas IX masih lebih mudah untuk diarahkan sesuai keperibadian guru sehingga lebih mudah dimotivasi untuk belajar.
Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah sifat keperibadian guru dalam proses belajar mengajar dan motivasi belajar kelas IX di MTs. Negeri 2 Dompu Desa Ranggo Kecamatan Pajo Kabupaten Dompu Tahun Pelajaran 2020-2021.
Definisi Operasional
Supaya tidak menimbulkan kesalahan interprestasi, maka beberapa istilah penting dalam judul perlu dijelaskan, antara lain:
1) Keperibadian guru (variabel bebas).
Keperibadian guru adalah sosok pribadi guru yang memiliki karakteristik atau
sifat keperibadian yang patut diteladani siswa.
10 2) Motivasi belajar siswa (variabel Terikat).
Motivasi belajar adalah suatu daya atau kekuatan dari dalam diri siswa untuk memperoleh perubahan tingkah laku melalui aktifitas belajar.
SIFAT KEPERIBADIAN GURU
Sifat atau karakteristik diartikan sebagai ciri-ciri, sedangkan keperibadian berarti sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lainnya. Selanjutnya dari tinjauan psikologi, (Syah, 1999) mengemukakan bahwa keperibadian pada prinsipnya adalah susunan atau kesatuan antara aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan aspek perilaku behavioral (perbuatan nyata).
Aspek-aspek ini berkaitan secara fungsional dalam diri seorang individu, sehingga membuatnya bertingkahlaku secara khas dan tetap. Sementara ahli lain, Mugirah, (2001) mendefinisikan keperibadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keperibadian adalah ciri-ciri perilaku pada seseorang sehingga tampak dalam tingkah lakunya yang khas. Demikian pula halnya dengan guru sebagai individu, memiliki sejumlah sifat yang khas, yang patut diterapkan dalam melaksanakan tugasnya di sekolah. Menampilkan sifat khas atau keperibadian bagi guru dalam pelaksanaan tugasnya di sekolah merupakan hal yang sangat penting karena sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru dalam pelaksanaan tugasnya. Hal ini senada dengan pendapat Hamalik (2000) yang menyatakan bahwa keperibadian guru mempunyai pengaruh langsung dan kumulatif terhadap hidup dan kebiasaan-kebiasaan belajar para siswa. Aspek yang terkandung dalam keperibadian guru antara lain meliputi:
pengetahuan, keterampilan, ideal, sikap, dan juga persepsi yang dimiliki guru tentang orang lain.
Kepribadian guru akan menentukan bagi keberkesanan guru dalam melaksanakan tugasnya.
Kepribadian guru, terlebih guru pendidikan kewarganegaraan, tidak hanya menjadi dasar bagi guru untuk berprilaku, tetapi juga akan menjadi model keteladanan bagi para siswanya dalam perkembangannya. Oleh karena itu, kepribadian guru perlu dibina dan dikembangkan dengan sebaik baiknya. Guru guru terlebih guru pendidikan kewarganegaraan, diharapkan mampu menunjukkan kualitas ciri ciri kepribadian yang baik, seperti jujur, terbuka, penyayang, penolong, penyabar, kooperatif, mandiri dan sebagainnya.
Selanjutnya Hamalik mengemukakan sejumlah karakteristik guru yang disenangi oleh para siswa adalah guru-guru yang (1) demokratis, (2) suka bekerja sama (kooperatif), (3) baik hati, (4) sabar, (5) adil, (6) konsisten, (7) bersifat terbuka, (8) suka menolong, (9) ramah tamah, (10) suka humor, (11) memiliki bermacam ragam minat, (12) menguasai bahan pelajaran, (13) fleksibel, dan (14) menaruh minat yang baik terhadap siswa.
Ahli lain, Syah, (1999) mengemukakan dua karakteristik keperibadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya sebagai berikut: (1) Fleksibilitas kognitif guru. Fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi, memiliki resistensi (daya tahan) terhadap ketertutupan ranah cipta yang premature (terlalu dini) dalam pengamatan dan pengenalan, berpikir kritis. Dalam proses belajar mengajar, fleksibilitas kognitif guru terdiiri atas tiga dimensi, yakni: (a) dimensi karakteristik pribadi guru, (b) dimensi sifat kognitif guru terhadap siswa, dan (c) dimensi kognitif guru terhadap materi pelajaran dan metode mengajar; (2) keterbukaan psikologis pribadi guru.
Guru bukan hanya pengajar, pelatih dan pembimbing, tetapi juga sebagai cermin tempat
subyek didik dapat berkaca. Artinya seseorang guru harus mampu membuka diri untuk
menjadi teman bagi siswanya dan tempat siswanya berkeluh kesah terhadap persoalan belajar
yang dihadapi. Namun dalam porsi, ada satu hal yang mesti diperhatikan, bahwa dalam
kondisi apapun, siswanya harus tetap menganggap gurunya sosok yang wajib ia teladani,
11 mesti dalam praktiknya diperlakukan siswa layaknya sebagai teman.(Aris Shoimin, 2014: 92- 94)
Selain itu seorang guru juga harus menghindari kata kata yang tajam seperti sindiran yang dapat merendahkan konsep anak tentang dirinya. Bila guru mencela dan mencap anak sebagai murid yang bodoh, ia akan percaya bahwa ia bodoh. Konsep tentang dirinya ini selanjutnya akan mempengaruhi motivasinya sehingga berdampak pada prestasinya. Jadi tanggapan murid tentang baik tidaknya seseorang guru erat hubungannya dengan disukai atau tidak disukainya tindakan guru. (S. Nasution, 1994: 117-118)
Keterbukaan psikologi guru merupakan dasar kompetensi professional (kemampuan dan kewenangan melaksanakan tugas) keguruan yang harus dimiliki oleh setiap guru, sebab:
Pertama, keterbukaan psikologis merupakan prakondisi atau prasyarat penting yang perlu
dimiliki guru untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain. Kedua, keterbukaan psikologi diperlukan untuk menciptakan suasana hubungan antar pribadi guru dan pribadi siswa yang harmonis, sehingga mendorong siswa untuk mengembangkan dirinya secara bebas dan tanpa ganjalan. Guru yang terbuka secara psikologi ditandai dengan kesediaannya yang relative tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstren antara lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja, mau menerima kritik secara ikhlas, memiliki empati (emphaty), yakni respons afektif terhadap pengalaman emosional dan perasaan tertentu orang lain.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa keperibadian guru sangat menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan tugasnya. Keperibadian guru tidak hanya menjadi dasar bagi guru untuk bertingkah laku, akan tetapi akan menjadi keteladanan bagi para siswa dalam perkembangannya.
GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
Sekolah menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sebagai realisasi tujuan pendidikan.
Adapun penanggung jawab kegiatan proses belajar mengajar di dalam kelas adalah guru, karena gurulah yang langsung memberikan kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses belajar yang efektif. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran guru dalam proses belajar mengajar sangat penting. Selain itu, posisi guru dalam proses belajar mengajarpun tidak kalah pentingnya.
Danim, (2002) menyatakan bahwa posisi guru sebagai pemegang hak otoritas cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan. Walaupun demikian, tugas guru tentu tidak hanya menuangkan ilmu pengetahuan ke dalam otak para siswa, tetapi juga melatih keterampilan (ranah karsa) dan menanamkan sikap serta nilai (ranah rasa) kapada mereka. Dengan demikian setelah proses belajar mengajar siswa diharapkan memiliki hasil belajar yang meliputi tiga ranah yaitu siswa memiliki pengetahuan (kognitif), sikap/afeksi (afektif), dan keterampilan (psikomotor).
Dari hasil pemaparan diatas, tampaklah bahwa guru dalam proses belajar mengajar memiliki multi peran, tidak semata-mata sebagai pengajar yang mentransfer pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang mentransfer nilai-nilai dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Guru dituntut memiliki kualitas yang sesuai dengan bidang tugas dan perannya. Tugas dan peran guru dalam pembelajaran, antara lain. (Mulyasa, 2005).
1) Guru sebagai pendidik, guru harus dapat menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi siswanya semua pesan dan nasehatnya dapat diterima dan dilaksanakan oleh siswa.
2) Guru sebagai pengajar, guru harus mampu mentransfer sejumlah pengetahuan yang dibutuhkan siswa.
3) Guru sebagai pembimbing, guru harus membimbing siswa berdasarkan pengetahuan
dan pengalamannya secara bertanggung jawab dalam proses belajar.
12 4) Guru sebagai pelatih, dalam proses pendidikan, siswa perlu mendapatkan latihan
berupa keterampilan, baik intelektual maupun motorik.
Berdasarkan penjelasan di atas, dinyatakan bahwa tugas guru bukan hanya menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga merupakan pembimbing bagi siswa untuk belajar. Hal ini akan tercapai jika guru dapat menciptakan iklim yang baik, yang dapat merangsang siswa untuk belajar dan kebutuhan siswa terpenuhi, kemudian guru dapat menampilkan dirinya sebagai figur bagi siswa-siswanya.
MOTIVASI BELAJAR SISWA
Muhibin Syah, (1999) membedakan pengertian motif dan motivasi sebagai berikut: Motif merupakan suatu tenaga yang mendorong atau menggerakkan individu untuk bertindak mencapai tujuan dan motivasi merupakan suatu kondisi yang tercipta atau diciptakan sehingga membangkitkan atau memperbesar motif pada seseorang. Pendapat lain dijelaskan Dalyono, (2001) bahwa motif adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam diri dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapai suatu tujuan. Motif juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi intem (kesiapsiagaan). Sedangkan motivasi diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu. Dari beberapa kondisi di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa motif dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang melakukan sesuatu sedangkan motivasi adalah dorongan atau kekuatan dalam diri individu untuk melakukan sesuatu dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
Hilgard mengatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu (Wina Sanjaya, 2009:250). Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Oemar Hamalik motivasi adalah perubahan energy dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 2008: 158). Dengan demikian motivasi adalah kekuatan (penggerak) yang membangkitkan kegiatan dari seseorang untuk melakukan tingkah laku guna mencapai tujuan tertentu. Sementara Danim, (2002) mengemukakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa untuk menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki siswa tercapai. Dengan kata lain motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah dorongan atau kekuatan dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan serta arah belajar untuk mencapai tujuan yang dikehendaki siswa.
Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadinya suatu perbuatan atau tindakan.
Perbuatan belajar pada siswa terjadi karena adanya motivasi untuk melakukan perbuatan belajar. Motivasi dipandang berperan dalam belajar karena motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
1) Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan siswa. Belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal
2) Pembelajaran yang bermotivasi pada hakekatnya adalah pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada diri siswa.
13 3) Pembelajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinasi guru untuk berupaya secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa
4) Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan mendayagunakan motivasi dalam proses pembelajaran berkaitan dengan upaya pembinaan disiplin kelas.
Masalah disiplin kelas dapat timbul karena kegagalan dalam pergerakan motivasi belajar.
5) Penggunaan azas motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam proses belajar dan pembelajaran. Motivasi menjadi salah satu faktor yang turut menentukan pembelajaran yang efektif. (Hamalik, 1999).
Siswa dalam belajar hendaknya merasakan adanya kebutuhan psikologis yang normative.
Siswa yang termotivasi dalam belajarnya dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku yang menyangkut minat, ketajaman, perhatian, konsentrasi dan ketekunan. Siswa yang memiliki motivasi rendah dalam belajarnya menampakkan keengganan, cepat bosan dan berusaha menghindar dari kegiatan belajar. Di simpulkan bahwa motivasi menentukan tingkat berhasil tidaknya kegiatan belajar siswa. Motivasi menjadi salah satu faktor yang turut menentukan belajar yang efektif.
Mengingat demikian pentingnya peranan motivasi bagi siswa dalam belajar, maka guru diharapkan dapat membengkitkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa-siswanya. Agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka siswa harus memiliki motivasi belajar yang tinggi, namun pada kenyataannya tidak semua siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam belajar. Di sekolah tidak sedikit siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.
Untuk membentu siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah perlu dilakuakn suatu upaya dari guru agar siswa yang bersangkutan dapat meningkatkan motivasi belajarnya.
Dalam rangka mengupayakan agar motivasi belajar siswa tinggi, seorang guru menurut Mulyasa, (2005) hendaknya selalu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) seorang guru hendaknya mampu mengoptimalisasikan penerapan prinsip belajar. Guru pada prinsipnya harus memandang bahwa dengan kehadiran siswa di kelas merupakan suatu motivasi belajar yang datang dari siswa. Sehingga dengan adanya prinsip seperti itu, ia akan menganggap siswa sebagai seseorang yang harus dihormati dan dihargai. Dengan perlakuan semacam itu, siswa tentunnya akan mampu memberi makna terhadap pelajaran yang dihadapinya; (2) guru hendaknya mampu mengoptimalisasikan unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran.
Dalam proses belajar, seorang siswa kadang dapat terhambat oleh adanya berbagai permasalahan. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kelelahan jasmani ataupun mental siswa.
Untuk itu upaya yang dapat dilakukan seorang guru (Dimyati, 1994) adalah dengan cara: (a) memberikan kesempatan kepada siswauntuk mengungkapkan hambatan belajar yang dialaminya, (b) meminta kesempatan kepada orang tua siswa agar memberikan kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar, (c) memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar, (d) menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada perilaku belajar. Pada tingkat ini guru memperlakukan upaya belajar merupakan aktualisasi siswa, (e) merangsang siswa dengan penguat memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan pati berhasil; (3) guru mengoptimalisasikan pemamfaatan pengalaman dan kemampuan siswa. Perilaku belajar yang ditunjukkan siswa merupakan suatu rangkaian perilaku yang ditunjukkan pada kesehariannya.
Dengan adanya perlakuan semacam itu dari guru diharapkan siswa mampu membangkitkan
motivasi belajarnya dan tentunya harapan yang paling utama adalah siswa mendapatkan hasil
belajar yang optimal sesuai dengan kemampuannya. Tentunya untuk mencapai prestasi
belajar tersebut tidak akan terlepas dari upaya yang dilakukan oleh guru dalam memberikan
motivasi atau dorongan kepada siswa agar dapat meningkatkan motivasi belajarnya.
14 HIPOTESIS PENELITIAN
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ada pengaruh yang signifikan antara sifat keperibadian guru dalam proses belajar mengajar dengan motivasi belajar siswa kelas IX MTs.
Negeri 2 Dompu Desa Ranggo Kecamatan Pajo Kabupaten Dompu Tahun Pelajaran 2020-2021
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang dilakukan untuk menemukan hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Dalam penelitian korelasional ditandai dengan minimal adanya dua variabel, yaitu variabel bebas (dependent variable) dan variabel terikat (dependent variable).
Hal ini sesuai dengan pendapat (Riyanto, 2001) dan Sugiyono (2005) yang menyatakan bahwa penelitian korelasional adalah penelitian yang akan melihat pengaruh antara satu varibel dengan variabel lain. Dalam penelitian ini variabel keperibadian guru merupakan variabel bebas (dependent variable) sedangkan motivasi belajar siswa merupakan variabel terikat (dependent variable).