• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBANGUNAN FRAMEWORK APLIKASI MOBILE ELECTRONIC COMMERCE (M-COMMERCE)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMBANGUNAN FRAMEWORK APLIKASI MOBILE ELECTRONIC COMMERCE (M-COMMERCE)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

I - 256 SENTRA

Paper ini membahas studi tentang implementasi framework pada m-commerce khususnya bidang lelang (auction). Kebutuhan framework dielisitasi dengan rekayasa kebutuhan dari empat aplikasi lelang berbasis mobile dari keluarga eBay. Dari penelitian ini dihasilkan framework m-commerce yang terdiri dari dua bagian utama yaitu: frozen spot dan hot spot. Frozen spot yang diidentifikasi pada framework m-commerce adalah: autentikasi penguna, publikasi item, registrasi lelang,

pencarian item, penjualan item dan penawaran item. Sedangkan hot spot yang diidentifikasi pada

framework m-commerce adalah : pemilihan tipe menu, pemilihan detail informasi, pemilihan layout informasi dan pemilihan metode penawaran..

Kata kunci: Framework, mobile commerce, hot-spot method, template method

Pendahuluan

Perangkat lunak m-commerce adalah sebuah perangkat lunak berbasis mobile yang mempunyai kemampuan untuk melakukan transaksi perdagangan. Aplikasi m-commerce dibangun oleh pengembang aplikasi dengan melakukan analisis, desain dan implementasi secara spesifik pada suatu domain aplikasi. Hal ini dilakukan berulang-ulang untuk domain aplikasi yang lain, padahal secara struktur dan fungsional terdapat beberapa kemiripan. Kemiripan struktur dan fungsional tersebut dapat diabstraksi ke level yang lebih atas sehingga dapat digunakan ulang (reusable) untuk pembangunan aplikasi sejenis yang lain. Penggunaan ulang struktur dan fungsional dalam pembangunan aplikasi perangkat lunak akan meningkatkan efesiensi dan kualitas.

Tingkat efesiensi dan kualitas yang baik adalah faktor penting dalam pengembangan perangkat lunak. Pemanfaat framework dalam pengembangan aplikasi dapat meningkatkan kedua faktor tersebut, Menurut [1] Framework adalah kerangka sebuah aplikasi yang dapat dimodifikasi atau disesuaikan oleh pengembang aplikasi. Dengan adanya kerangka sebuah aplikasi maka efesiensi dari segi waktu dan sumber daya dapat ditingkatkan karena tidak harus mengembangkan dari awal. Sedangkan kemampuan untuk dapat dimodifikasi dan disesuaikan dengan pengembangan aplikasi akan meningkatkan faktor fleksibilitas perangkat lunak tersebut.

Perkembangan teknologi mobile telah berpengaruh terhadap aktifitas ekonomi masyarakat secara eletronik atau lebih dikenal dengan mobile electronic commerce (m-commerce). Menurut [2] definisi m-commerce mengacu pada aktifitas e-commerce (e-bussiness) secara total atau sebagian pada aplikasi m-commerce. Mengacu dari definisi tesebut, m-commerce merupakan sub bagian dari

e-commerce yang implementasinya dapat dilakukan secara total berbasis m-commerce atau hanya

mengimplementasikan sebagian dari aktifitas dari e-commerce.

Metode Penelitian

Spesifikasi framework bertujuan untuk menentukan kategori berdasarkan berdasarkan cakupannya, mekanisme adaptasinya, mekanisme interaksinya, dan arsitekturnya. Dengan adanya spesifikasi framework dimaksudkan framework mobile commerce yang dihasilkan akan lebih mudah dipahami dan digunakan untuk membangun aplikasi.

Ditinjau berdasarkan cakupannya framework ini termasuk dalam framework aplikasi karena

framework ini hanya dapat dimanfaatkan pada domain aplikasi spesifik yaitu mobile commerce.

(2)

SENTRA I - 257

bertujuan supaya framework ini dapat digunakan oleh penguna framework dengan mudah tanpa harus memahami struktur internal dari framework. Teknik komposisi kelas dan pola strategi pada mekanisme blackbox membantu framework ini untuk memenuhi kreteria “fleksibel“.

Ditinjau dari mekanisme interaksi, framework ini dapat dikategorikan sebagai called framework dan calling framework. Kategori called framework lebih banyak dimanfaatkan karena teknik ini dapat membantu pengembang aplikasi untuk mendefinisikan fungsionalitas bervariasi pada aplikasi spesifik dengan membangun sub kelas dari kelas abstrak. Sedangkan teknik calling framework berfungsi menyediakan inversi kontrol pada framework pada saat digunakan untuk membangun aplikasi spesifik. Ditinjau dari segi arsitekturnya, arsitektur yang digunakan dalam framework ini menggunakan arsitektur broker (broker architecture framework). Dalam implementasinya arsitektur broker akan dipadukan dengan arsitektur berlapis (layered architectural framework). Arsitektur broker akan membantu perancangan framework ini didistribusikan berdasarkan arsitektur sistemnya. Arsitektur sistem yang akan dibangun dalam framework ini terdiri dari sub sistem aplikasi klien, sub sistem aplikasi server dan sub sistem aplikasi pembayaran.

Arsitektur berlapis digunakan untuk melakukan abstraksi pada framewok sehingga abstraksi kebutuhan framework dapat mudah dipahami oleh pengembang. Menurut konsep teknik framework layering, framework dapat dipilah menjadi tiga lapisan yaitu : (1) domain, (2) wilayah kerja dan (3) aplikasi. Tingkat pemahaman abstraksi pada setiap layer aplikasi akan berdampak seberapa variatif pengembangan aplikasi yang disediakan oleh framework tersebut.

Model proses pembangunan framework yang digunakan adalah metode unified process. Metode ini dipilih karena metode ini umumnya dimanfaatkan sebagai metode pembangunan perangkat lunak. Metode ini membutuhkan beberapa pendekatan untuk digunakan untuk membangun framework. Pendekatan tersebut berupa teknik tambahan dalam pembangunan framework yaitu: use-case assortment, framework layering, dan hot-spot driven.

Gambar 1. Model Proses Pengembangan Framework

(3)

I - 258 SENTRA

framework. Pemodelan kebutuhan framework terdiri dari pemodelan fungsional, pemodelan interaksi, dan pemodelan kelas potensial.

Hasil analisa kebutuhan umum yang telah ditentukan akan dimodelkan dalam bentuk model use-case. Model kebutuhan yang dibutuhkan untuk membangun framework harus memiliki tingkat abstraksi yang baik. Tingkat abstraksi yang baik dibutuhkan untuk dapat dikembangkan pada konteks yang lebih spesifik. Teknik use-case assortment digunakan untuk menghasilkan model use-case abstrak berdasarkan dari use-case spesifik.

Model use-case pada Gambar 2 merangkum model Pocket Auctions for eBay, eBay for Android,

Droid Auction eBay, dan BidStalker. Model use-case Pocket Auctions for eBay mengambarkan

bagaimana penawar dapat melakukan aktifitas mencari item barang dengan fitur spesifik dengan Barcode dan QR-code kemudian melakukan aktifitas penawaran. Disamping itu, pelelang dapat melakukan aktifitas pelelangan item barang.

Gambar 2 Use Case Assortment Mobile Commerce

Rancangan framework m-commerce dirancang dengan konsep dependency injection. Konsep ini digunakan untuk merancang screen manager untuk mengatur penampilan view dari masing-masing aplikasi. Rancangan view dari activity pada lingkungan android umumnya dirancang menggunakan file *.xml, untuk memenuhi kebutuhan dari framework maka dirancang dengan menggunakan file *.java. Kebutuhan dari framework adalah fleksibilitas untuk menerapkan pattern factory method yang berperan mendefinisikan sebuah kelas abstract yang memiliki fungsi untuk membuat objek sesuai dengan parameter yang diberikan. Selanjutnya screen manager menjadi kelas konfigurasi yang akan melakukan konfigurasi dari obyek dari factory method berdasarkan obyek yang diinjeksi. Kelas ini akan menghasilkan View sesuai dengan obyek yang diinjeksi.

Konsep Strategy Pattern digunakan untuk merancang adaptasi hot spot dari framework secara blackbox. Pola ini menyediakan algoritma-algoritma dari suatu keluarga algoritma dapat dipertukarkan dengan cara membungkus masing-masing

(4)

SENTRA I - 259

Gambar 3 Rancangan Arsitektur Framework M-Commerce

Teknik perancangan framework akan digunakan dalam penelitian ini disesuai dengan kebutuhan setiap subsistem framework. Teknik perancangan generalisasi akan diimplementasikan pada bagian subsistem yang membutuhkan tingkat generalisasi yang baik. Design pattern merupakan solusi atas suatu permasalahan yang sering terjadi. Permasalahan yang sering terjadi sebagaian besar sudah terdapat solusinya pada katalog pattern [3]. Hal ini dibutuhkan pemahaman yang baik dalam memahami permasalahan yang ada kemudian diimplementasikan kedalam design pattern yang sudah ada. Teknik inversi kontrol merupakan teknik perancangan yang mengatur alur kontrol program. Hal ini dibutuhkan untuk menjamin alur kontrol tidak dapat diubah oleh pengembang aplikasi, namun bagian penyusun inversi kontrol yang memungkinkan untuk diubah. Sedangkan teknik dependency injection merupakan teknik untuk medekomposisi kelas implementasi dari super kelasnya. Hal ini untuk menjamin hubungan loose coupling sehingga perubahan pada super kelasnya tidak banyak berdampak pada kelas implementasinya.

1. Generalisasi

Framework memungkinkan konstruksi aplikasi pada domain spesifik. Hal ini dimungkinkan karena framework memiliki kelas generik yang dapat dispesialisasikan pada aplikasi. Menurut [14] terdapat empat method yang mendukung generalisasi: (1) abstract method, (2) template method, (3) hook method, dan (4) base method.

2. Design Pattern

Rancangan design pattern yang diimplementasi sebagai solusi pada domain permasalahan

framework mobile commerce. Terdapat beberapa rancangan design pattern yang dapat

diimplemetasikan pada pengembangan framework. Design pattern tersebut antara lain: singleton, mediator, strategy, façade, template method dan observer.

Design pattern singleton merupakan yang menjadi hanya ada satu obyek yang unik yang diinstansiasi. Pattern ini dapat dirancang untuk memberi solusi pada permasalahan autentikasi penguna, sistem hanya mengijinkan penguna untuk login sekali dalam melakukan transaski. Masalah lain yang dapat diselesaikan dengan pattern ini adalah masalah credential penguna dimana sistem hanya mengijinkan penguna login dari satu perangkat mobile. Credential penguna dapat diperoleh dari kombinasi nomor seri sim card dan nomor seri perangkat mobile. Credential penguna kedepannya dapat disepakati sebagai mobile signature (m-signature) mengingat di Indonesia belum ada peraturan spesifik yang mengatur hal ini.

Design pattern strategy memungkinkan algoritma bervariasi secara independen dari klien yang menggunakannya. Solusi yang bisa dirancang untuk permasalahan framework mobile commerce antara lain untuk menangani pemilihan menu. Framerwork dirancang memiliki dua tipe menu, yaitu: menu teks dan menu gambar. Pattern strategy mempermudah menyediakan strategi pemilihan menu yang akan diadaptasi oleh pengembang aplikasi.

Design pattern façade merupakan design pattern yang mengenkapsulasi detail implementasi

(5)

I - 260 SENTRA

Design pattern template method merupakan pola yang mengatur alur kontrol sistem. Design

pattern ini dirancang untuk diimplementasikan pada operasi yang telah ditentukan alur kontrolnya. Pattern ini dapat diterapkan untuk menangani operasi-operasi pada setiap sub sistem. Pada subsistem aplikasi klien dirancang beberapa template method antara lain: TemplateMenu(), TemplateWatching(), TemplateSelling(), dan TemplateBuying().

Design pattern observer dapat dirancang untuk memberi solusi permasalahan notifikasi. Permasalahan notifikasi berkaitan dengan transaksi lelang. Setiap item yang dilelang diikuti oleh klien yang menawar item tersebut. Item lelang dapat diperankan sebagai subject sedangkan klien yang menawar diperankan sebagai observer. Update status dari subject akan memberi notifikasi ke klien yang sudah registrasi dalam transaksi lelang tersebut.

3. Inversi Kontrol

Perbedaan utama antara framework dan library terletak pada proses inversi kontrol (inversion of control) untuk mengatur kendali alur, kolaborasi dan keberagaman di antara artifak perangkat lunak yang berkaitan. Hal ini yang yang membuat teknik perancangan inversi kontrol memegang peran yang penting dalam pengembangan framework. Dalam implementasinya inversi kontrol digunakan design pattern template method. Inversi kontrol dirancang untuk mengatur kendali alur operasi dari setiap subsistem aplikasi. Invesi kontrol ini akan diadaptasi oleh pengembang aplikasi tentunya dengan melakukan override bagian abstract dan hook method-nya.

Perancangan inversi kontrol pada lingkungan android memiliki keterbatasan yang disebabkan oleh lingkungan pengembangan. Di lingkungan Android, proses utama aplikasi berada di dalam lingkup android activity. Lingkup Android activity secara default mengatur proses pembuatan dan komunikasi activity. Hal ini akan membatasi proses penerapan inversi kontrol.

4. Dependency Injection

Dependency Injection adalah passing atau setting dependency ke dalam komponen software

(kelas). Dependency injection terjadi jika sebuah kelas tidak dapat melakukan pekerjaannya tanpa dependency. Sedangkan kelas yang di-inject akan membangun obyek dan perilakunya. Menurut [15] dependency injection dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: (1) constructor injection, (2) setter injection, dan (3) interface injection. Constructor injection injection terjadi pada saat pembentukan

method constructor melalui passing parameter dalam konstruktor. setter injection terjadi pada saat

menge-set attribute. Sedangkan interface injection terjadi di interface.

Gambar 4 Dependency Injection [15]

Pada Gambar 4 menunjukkan proses dependency injection. Ide dasar dari dependency injection adalah untuk memiliki obyek yang terpisah, assembler mempopulasikan attribut di kelas lister dengan sebuah implementasi yang tepat untuk antarmuka finder. Dengan pemisahan obyek maka terjadi loose coupling yang berdampak pada perubahan pada suatu kelas tidak berdampak banyak pada kelas lainnya.

Pada Gambar 5 memperlihatkan perancangan screen manager menggunakan dependency

injection. Perancangan dimulai dengan membuat Antarmuka ScreenLayout yang dirancang untuk

(6)

SENTRA I - 261

Gambar 5 Perancangan Screen Manager Menggunakan Dependency Injection

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pengujian bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan framework yang dibangun. Tingkat kematangan framework ditentukan dengan banyaknya perubahan yang terjadi. Perubahan pada framework akan berdampak pada aplikasi spesifik yang mengadaptasi framework tersebut. Ketidakmatangan suatu framework menjadi bahan evaluasi bagi pengembang framework. Hasil evaluasi akan menentukan bagian framework yang dibuat lebih fleksibel, lebih mudah digunakan atau lebih umum.

Aktifitas pengujian framework yang sesungguhnya ketika digunakan untuk mengembangkan aplikasi spesifik. Pengembangan aplikasi spesifik lebih fokus pada bagian hook (class dan method) pada framework. Bagian hook merupakan bagian framework yang akan diadaptasi oleh aplikasi spesifik yang menentukan variasi setiap aplikasi spesifik. bagian ini menentukan interasi antara aplikasi dan framework dan sejauh mana framework dapat diperluas.

Gambar 6 Implementasi Aplikasi Spesifik

Bagian ini memaparkan implementasi atau pengembangan aplikasi spesifik yaitu Ganesh Mobile Auction dan Nesha Mobile Auction. Kedua aplikasi spesifik akan mengimplementasi variasi dari hot spot yang disediakan oleh framework mobile commerce. Hot spot yang dirancang pada framework meliputi: 1) Penampilan daftar item, (2) Penambahan informasi item, (3) memilih metode penawaran dan (4) menghitung biaya pembayaran. Pemaparan implementasi subsistem mencakup lingkungan, batasan, tahapan, kendala, dan hasil implementasi, serta evaluasi pemanfaatan framework. Pada bagian evaluasi pemanfaat framework akan dibahas pemenuhan kreteria dan aspek manfaat framework. Pemenuhan kreteria framework terdiri dari: mudah, dapat diperluas, fleksibel, lengkap dan konsisten. Sedangkan aspek manfaat framework terdiri dari: modularitas, pemakaian-ulang, perluasan, dan inversi kontrol. Dalam pembahasan implementasi pemenuhan kreteria dan aspek manfaat yang dibahas meliputi: modularitas, fleksibilitas, ektensibilitas (daya perluasan), inversi kontrol kelas atau hook method, konsistensi, dan kelengkapan framework.

Gambar 7 Perluasan Framework Kelas Control Layanan

Kelas Wilayah Bisnis Framework

Kelas Entitas

Kelas Domain Bisnis Framework

(7)

I - 262 SENTRA

Pada Gambar 7, mendeskripsikan bagaimana perluasan framework dilakukan. Perluasan dilakukan dengan memperluas kelas-kelas pada layer domain menjadi entitas aplikasi spesifik. Sedangkan pada layer wilayah bisnis, kelas-kelas akan diperluas menjadi kelas kontrol layanan aplikasi spesifik. Hasil perluasan pada kelas entitas dan kontrol layanan akan membangun aplikasi spesifik. Perluasan dilakukan dengan membuat subkelas dari kelas abstrak, mengimplementasikan hook method dan abstrak method, dan mengimplementasikan antarmuka.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat dihasilkan beberapa kesimpulan:

1. Kebutuhan framework diidentifikasi dengan melakukan rekayasa kebutuhan dari empat aplikasi lelang berbasis mobile dari keluarga eBay.

Kebutuhan dielisitasi dari fitur-fitur yang dimiliki oleh masing-masing aplikasi. Selanjutnya dilakukan analisa fitur-fitur yang paling banyak didukung oleh aplikasi / bersifat common dan fitur-fitur yang merupakan fitur spesifik aplikasi. Fitur yang bersifat common dilakukan abstraksi dengan menggunakan teknik use-case assortment untuk mendapatkan kebutuhan fungsional dari framework. Sedangkan fitur yang bersifat spesifik dilakukan analisa untuk dijadikan sebagai kandidat hot spot.

2. Kebutuhan fungsional framework dipetakan ke bagian yang bersifat common dengan yang didukung oleh mayoritas aplikasi m-commerce dan bagian yang bervariasi. Frozen spot didapat dengan melakukan analisis secara struktur dan fungsional pada fitur yang bersifat common dengan memperhatikan faktor reusability-nya. Sedangkan bagian yang bervariasi (hot spot) dilakukan analisis secara struktural dan fungsional untuk merancang dan implementasi bagian yang akan di-override oleh pengembang aplikasi.

3. Hasil analis kebutuhan dimodelkan dengan menggunakan model proses unified process dengan teknik use-case assortment, framework layering, dan hot-spot driven. Teknik use-case

assortment digunakan untuk menghasilkan model use-case abstrak berdasarkan dari use-case

spesifik. Teknik framework layering digunakan untuk mengidentifikasi arsitektur framework, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan layer. Teknik hot-spot driven digunakan untuk merancang bagian yang akan diadaptasi oleh aplikasi spesifik. Teknik ini akan menghasilkan rancangan kelas yang fleksibel.

4. Pengujian faktor reusability dan flexibility framework dilakukan dengan membangun aplikasi Ganesh mobile auction dan Nesha mobile auction. Faktor reusability fokus pada pemakaian-ulang frozen spot, sedangkan faktor flexibility fokus pada override pada bagian hot spot.

Ganesh mobile auction dan Nesha mobile auction merupakan aplikasi spesifik yang dibangun dari framework m-commerce. Kedua aplikasi memakai ulang bagian struktur dan fungsional (frozen spot) dari framework m-commerce untuk menguji faktor reusability. Dan melakukan adaptasi terhadap hot spot dari framework m-commerce untuk menguji faktor flexibility. Frozen

spot yang diidentifikasi pada framework m-commerce adalah : autentikasi penguna, publikasi

item, registrasi lelang, pencarian item, penjualan item dan penawaran item. Sedangkan hot spot yang diidentifikasi pada framework m-commerce adalah : pemilihan tipe menu, pemilihan detail informasi, pemilihan layout informasi dan pemilihan metode penawaran

5. Konsep Dependency Injection

Dependency injection terjadi jika sebuah kelas tidak dapat melakukan pekerjaannya tanpa dependency. Sedangkan kelas yang di-inject akan membangun obyek dan perilakunya. Ide dasar dari dependency injection adalah untuk memiliki obyek yang terpisah sehingga Dengan pemisahan obyek maka terjadi loose coupling yang berdampak pada perubahan pada suatu kelas tidak berdampak banyak pada kelas lainnya.

Implementasi konsep dependency injection digunakan untuk membangun screen manager. Kelas utama dari konsep ini adalah kelas ScreenManager yang bertanggung jawab untuk melakukan konfigurasi dari obyek dari factory method obyek view berdasarkan obyek yang diinjeksi.

6. Konsep Inversi Kontrol

(8)

SENTRA I - 263

lingkup android activity. Lingkup Android activity secara default mengatur proses pembuatan dan komunikasi activity. Hal ini akan membatasi proses penerapan inversi kontrol.

Referensi

[1] M.E Fayad, D.C Schmidt, and R.E Johnson, Building Application Frameworks : Object-Oriented Foundations of Frameworks Design.: John Wiley & Sons, Inc, 1999.

[2] A. Tsalgatidou and E. Pitoura, "Business models and transactions in mobile electronic commerce : requirements and properties," Computer Networks, vol. 37, pp. 221-236.

[3] Eric Gamma and Et.al, Design Patterns : Elements of Reusable Object-oriented Software.: Add. Wesley Pub. Company, 1995.

[4] Michael Stal, "The Broker Architectural Framework".

[5] Esparza, Oscar; Mun, Jose L; Soriano, Miquel; Forne, Jordi, "Secure brokerage mechanisms for mobile electrinic commerce," Computer Comunications, vol. 29, pp. 2308-2321, 2006.

[6] Juan Sanchez, Daniel Sanchez, and Antonio Ruiz, "Journal of Network and Computer Applications A mobile network operator-independent mobile signature service," Journal of Network and Computer Applications, vol. 34, pp. 294-311, 2011.

[7] P. Klemperer, Auctions: Theory and Practice.: Princeton University Press, 2004.

[8] C.W. Armstrong, "Theory and practice of why auctions differ -- study of two fish auctions in Norway," Marine Policy, vol. 25, pp. 209-214, 2001.

[9] Y.-fang Chung, Y. Chen, T.-long Chen, and T.-shyong Chen, "Expert Systems with Applications An agent-based English auction protocol using Elliptic Curve Cryptosystem for mobile commerce," EXPERT SYSTEMS WITH APPLICATIONS, 2011.

[10] Kamayudi Apri, Pembangunan Framework Mobile Commerce Modul Pembayaran Transaksi Kredit.: Institut Teknologi Bandung, 2010.

[11] Rational Software, Rational Unified Process : Best Practices for Software., 2001.

[12] Suraj Sankaran. (2007, May) Mobile Banking Architecture. [Online]. http://palisade.plynt.com/issues/2007May/Mobile-banking

[13] Frederick T Sheldon, Young-Jik Kwon, and Young-Wook Baik, "CaseStudy: Implementing a Web Based Auction System using UML and Component-Based Programming".

[14] Henri Avancini and Analia Amandi, "A Java Framework for Multi-Agent System," SANDIO Electronic Journal of Informatics and Operations Research, vol. 3, pp. 1-12, 2000.

[15] Martin Fowler. (2004, February) Inversion of Control Containers and the Dependency Injection pattern. [Online]. http://martinfowler.com/articles/injection.html

(9)

I - 264 SENTRA

[17] T.-chin Wang and Y.-ling Lin, "Accurately predicting the success oAccurately predicting the success of B2B e-commerce in small and medium enterprises," Expert Systems With Applications, vol. 36(2), pp. 2750-2758, 2009.

[18] SourceMaking Official Website. (2010) Teaching IT Professionals. [Online]. www.sourcemaking.com

[19] Garry Froehlich, James D Hoover, Ling Liu, and Paul Sorenson, "Designing Object Oriented Frameworks," Department of Computing Science, University of Alberta, 1998.

Gambar

Gambar 1. Model Proses Pengembangan Framework
Gambar 2 Use Case Assortment Mobile Commerce
Gambar 3 Rancangan Arsitektur Framework M-Commerce
Gambar 4 finder. Dengan pemisahan obyek maka terjadi couplinglainnya. screen managerdependency injectionPada Gambar 5 memperlihatkan perancangan  yang berdampak pada perubahan pada suatu kelas tidak berdampak banyak pada kelas dependency injection attribut
+2

Referensi

Dokumen terkait

Karena suatu permintaan yang lebih besar per mil persegi berarti suatu firma membutuhkan suatu teritori yang lebih kecil untuk memanfaatkan skala teritori yang lebih kecil

industrialisasi yang berlangsung di Kabupaten Temanggung semakin merata dan berkualitas. Kabupaten Temanggung sudah dikenal luas karena komoditas pertaniannya yaitu tanaman

Pilihlah salah satu dari empat jawaban yang tersedia yang paling sesuai dengan diri anda, dengan memberi tanda silang ( ) pada jawaban

c) Sharing dan diskusi tentang hal yang akan ditanyakan mengenai PSE sebagai salah satu perwujudan diakonia serta mengenai Evangelii Gaudium 192. d) Sebuah contoh arah

Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasi akibat kenaikan (penurunan) harga pasar efek hutang dan saham yang tersedia untuk dijual tidak diakui dalam laporan laba rugi tahun

Kegiatan kita hari ini pun, kegiatan-kegiatan sebelumnya yang sudah kita laksanakan selama tiga bulan ini, tiada lain untuk memastikan bahwa sekali rencana induk itu kita tanda

Uji-t diterapkan untuk memeriksa pengaruh varietas lada terhadap masa inkubasi telur, masa perkembangan nimfa, lama hidup imago, dan keperidian, serta pengaruh pucuk daun dan

membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.. Observasi dibagi dalam dua putaran, yaitu putaran 1, dan 2,