• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. Putusan Pengadilan. Sebagai Dasar Tindakan Jaksa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. Putusan Pengadilan. Sebagai Dasar Tindakan Jaksa"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

Putusan Pengadilan Sebagai Dasar Tindakan Jaksa A. Putusan Pengadlian

Majelis Hakim karena jabatannya melakukan musyawarah untuk mengambil putusan yang akan dijatuhkan. Menurut Pasal 182 ayat (2) KUHAP, jika tuntutan Pidana dari Penuntut Umum dan pembelaan dari terdakwa atau penasihat hukumnya maupun replik dan duplik telah selesai maka hakim menyatakan pemeriksaan tertutup, tetapi atas kewenangan hakim ketua sidang karena jabartannya atau atas permintaan Penuntut Umum atau terdakwa atau Penasihat Hukum dengan alasannya yang kuat sidang dapat dibuka sekali lagi.

1

Menurut Pasal 182 ayat (3) KUHAP, jika sidang sudah dinyataan ditutup oleh Hakim, maka selanjutnya Hakim mengadakan musyawarah terakhir untuk mengambil keputusan dan bila perlu musyawarah ini dilakukan setelah para pihak meninggalkan Ruangan Sidang. Musyawarah yang dimaksud Pasal 182 ayat (3) KUHAP menurut Pasal 182 ayat (4) KUHAP harus didasarkan pada surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan sidang.

Musyawarah menurut Pasal 182 ayat (5) KUHAP, Hakim ketua majelis bertanya pada seluruh anggota Majelis dan semua pendapat harus disertai pertimbangan dan

1Andi Sofiyan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Yogyakarta, Rangkang Education, 2012., hal. 86

(2)

10

Alasannya. Menurut Pasal 182 ayat (6) KUHAP sedapat mungkin musyawarah menghasilkan mufakat bulat dan jika tidak tercapai maka ditempub dengan 2 cara yaitu:

2

1. Putusan diambil dengan suara terbanyak

2. Jika dengan suara terbanyak tidak berhasi, maka pendapat hakim yang paling menguntungkan terdakwa yang harus dipilih.

Pelaksanaan pengambilan putusan dicatat dalam buku himpunan putusan yang telah disediakan khusus untuk keperluan itu yang bersifat rahasia. Hal ini diatur dalam Pasal 182 ayat (7) KUHAP. Sedangkan dalam Pasal 182 ayat (8) KUHAP, putusan pengadilan Negeri dapat dinyatakam dan diumumkan pada hari itu juga atau hari lainm tetapi sebelumnya harus diberitahukan kepada JPU atau Penasihat hukum. Sesuai dengan bunyi Pasal 195 KUHAP, Putusan pengadilan Sah dan mempunyai kekuatan Hukum Terap apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk Umum.

Dalam perkara Nomor 48/Pid.B/2017/PN.SLT, sudah mencakup mengenai ketentuan ketentuan yang sebagaimana mestinya menurut Peraturan Perundang-undangan yang ada. Baik pengambilan keputusan oleh Majelis hakim maupun berkenaan dengan pemberitahuan putusan kepada Penuntut Umum atau Penasihat Hukum. Dapat dikatakan bahwa putusan yang ssaya jadikan Observasi telah sah dan mengikat bagi para pihak dan merupakan Produk Hukum yang dapat dikaji secara Sah oleh Peraturan Perundang-undangan. Hal ini dapat dilihat pada Putusan Nomor 48/Pid.B/2017/PN.SLT dimana telah memenuhi kriteria dalam Pasal 182 ayat (6) KUHAP sedapat mungkin musyawarah menghasilkan mufakat bulat dan jika tidak tercapai maka ditempub dengan cara yaitu berdasarkan Putusan diambil dengan suara terbanyak Majelis Hakim yang terdiri dari 3 orang serta dianggap meringankan bagi terdakwa.

2Moeljatno. Azas-azas Hukum Pidana.Jakarta: Bina Aksara, 1987, hal.m 45

(3)

11 B. Asas Putusan

Pembahasan diawali dengan uraian mengenai asas yang mesti diyegakkan, agar Putusan yang dijatuhkan tidak mengandung cacat. Asas tersebut dijelaskan dalam Pasal 178 HIR, Pasal 189 RGB, dan Pasal 19 UU No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

B.1 Memuat Dasar Yang Rinci

Menurut asas ini putusan yang dijatuhkan harus berdasarkan pertimbangan yang jelas dan cukup. Putusan yang tidak memenuhi ketentuan itu dikategorikan putusan yang tidak cukup pertimbangan atau onvoldoende gemotiveerd (insufficient judggement).

Alasan-alasan hukum yang menjadi dasar pertimbangan bertitik tolak dari ketentuan:

3

- Pasal-pasal tertentu peraturan perundang-undangan,

- Hukum kebiasaan - Yurisprudensi, atau - Doktrin hukum

Hal ini ditegaskan dalam Pasal 25 ayat (10) UU No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, yang menegaskan bahwa segala putusan Pengadilan harus memuat alasan-alasan dan dasar-dasar putusan dan mencantumkan pasal-pasal peraturan perundang-undangan tertentu yang besangkutan dengan perkara yang diputus atau berdasarkan hokum tertulis maupun yurisprudensi atau doktrin hukum.

Bahkan menurut pasal 178 ayat (1) HIR, hakim karena jabatanya atau exofficio, wajib mencukupkan segala alasan hukum yang tidak dikemukakan para pihak perkara.

4

3Yahya Harahap , Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Penyitraan, Pembuktian, Penyitaan, Persidangan, dan Putusan Pengadilan, Jakarta, Sinar Grafika, 2005 hal. 769

4 Ibid. hal. 798

(4)

12

Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor48/Pid.B/2017/PN.SLT telah mencantumkan beberapa aspek berkenaan dengan asas-asas putusan yang telah diuraikan tersebut diatas. Terbukti pada Pasal-pasal tertentu peraturan perundang- undangan dimana terdakwa terbukti melanggar Pasal 363 ayat (5) KUHAP yang dibuktikan pada saat Pembuktian dan Doktrin hukum yang dikeluarkan Hakim termuat dalam Amar Putusan dimana menyatakan Bagas Dwitya Pradipta Bin Yitno Atmajie terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak Pidana Pencurian dengan Pemberatan.

B.2 Wajib mengadili seluruh bagian Dakwaan

Putusan harus secara total dan menyeluruh memeriksa dan mengadili setiap segi dakwaan yang diajukan. Tidak boleh hanya memeriksa dan memutus sebagian saja, dan mengabaikan dakwaan selebihnya melainkan harus menyeluruh. Terlepas terbukti atau tidaknya suatu tindakan yang diduga dilakukan oleh terdakwa.

5

Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor 48/Pid.B/2017/PN.SLT telah memenuhi asas Wajib Mengadili seluruh bagian Dakwaan yang diajukan oleh Penuntut Umum dan hal ini terbukti bahwa tidak ada satupun pertimbangan Hakim dalam memutus Perkara Pencurian dengan pemberatan tidak dicantumkan. Hal ini membuktikan bahwa Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor 48/Pid.B/2017/PN.SLT bukan produk Hukum yang cacat dan dapat dikaji.

5 Ibid. hal. 799

(5)

13 B.3 Di Ucapkan di Muka Umum

B.3.1 Prinsip Keterbukaan Untuk Umum Bersifat Imperatif

Persidangan dan putusan diucapkan dalam siding pengadilan yang terbuka untuk umum atau di muka umum, merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari asas fair trial. Menurut asas fair trial, pemeriksaan persidangan harus berdasarkan proses yang jujur sejak awal sampai akhir. Dengan demikian, prinsip peradilan terbuka untuk umum mulai dari awal pemeriksaan sampai putusan dijatuhkan, merupakan bagian daari asas fair trial. Dalam literatur disebut the open justice principle. Tujuan utamanya, untuk menjamin proses peradilan terhindar dari perbuataan tercela (misbehavior) dari pejabat peradilan.

6

Melalui prinsip terbuka untuk umum, dianggap memiliki efek pencegahan (deterrent effect) terjadinya proses peradilan yang bersifat berat sebelah (partial) atau diskriminatif, karena proses pemeriksaan sejak awal sampai putusan dijatuhkan , dilihat, dan didengar oleh publik. Bahkan dipublikasi secara luas.

7

Hal ini membuat Hakim lebih berhati-hati melakukaan kekeliruan (eror) penyalahgunaan wewenang pada satu segi, dan mencegah saksi melakukaan sumpah palsu dari sisi lain.

B.3.2 Akibat Hukum atas Pelanggaran Asas Keterbukaan

Prinsip pemeriksaan dan putusan diucapkan secara terbuka, ditegaskan dalam Pasal 18 UU No. 14 Tahun 1970, sebagaimana diubah dengan UU No. 35 Tahun 1999 sekarang dalam Pasal 20 UU No. 4 Tahun 2004 yang berbunyi :

6 Yahya Harahap, M. Perubahan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Jilid II . Jakarta : Pustaka Kartini., 1986, hal. 174

7Ibid. hal. 176

(6)

14

Semua putusan Pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuataan hukum apabila diucapkan dalam siding terbuka untuk umum.

Mengenai prinsip ini, juga ditegaskan dalam Penjelasaan Umum angka 5 huruf c UU No. 14 Tahun 1970 : diwajibkan supaya pemeriksaan dilakukaan dalam sidang terbuka untuk umum oleh sekurang- kurangnya tiga orang hakim, kecuali undang-undang menentukan lain. Terdakwa berhak diadili di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum.

Berdasarkan Pasal 19 ayat (2) jo Pasal 20 UU No. 4 Tahun 2004 diatas, pelanggran atas prinsip keterbukaan dimaksud mengakibatkan putusan yang dijatuhakan :

- Tidak sah, atau

- Tidak mempunyai kekuataan Hukum.

8

Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor 48/Pid.B/20117/PN.SLT di bacakan di depan umum dan disaksikan oleh Penuntut umum dan Penasihat hukum maupun oleh Terdakwa secara pribadi dan sesuai dengan Pasal 20 UU No. 4 Tahun 2004 yang berbunyi :

“Semua putusan Pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuataan hukum apabila diucapkan dalam siding terbuka untuk umum”

Kesimpulannya adalah bahwa Putusan Pengadilan Negeri Salatiga dinyatakan sah dan mempunyai Kekuatan Hukum sehingga tidak ada unsur yang dilanggar dalam perumusan Putusan Pengadilan Negeri sesuai dengan Regulasi yang ada.

8 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung, . 2005, hal. 94

(7)

15 C. FORMULASI PUTUSAN

Maksud formulasi putusan adalah susunan atau sistematika yang harus dirumuskan dalam putusan agar memenuhi syarat perundang-undangan

9

. Formulasi putusan dalam Pasal 184 ayat (1) HIR atau Pasal 195 RBG. Apabila putusan tidak mengikuti susunan perumusan yang digariskan pasal diatas putusan tidak sah dan harus dibatalkan. Formulasi putusan tidak hanya diatur dalam Pasal 184 ayat (1) HIR dan Pasal 195 RIG namun juga dalam Pasal 23 UU No. 14 Tahun 1970 sebagai mana diubag dalam UU No. 35 Tahun 1999 yang sekarang tercantum pada Pasal 25 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004. Pada Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor 48/Pid.B/2017/PN.SLT telah memuat keseluruhan Formulasi yang sesuai dengan Pasal 184 ayat (1) HIR dan Pasal 195 RIG dan juga dalam Pasal 23 UU No. 14 Tahun 1970 sebagaimana diubah dalam UU No. 35 Tahun 1999 yang sekarang tercantum pada Pasal 25 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004.

C.1 Memuat secara ringkas dan jelas mengenai Dalil Dakwaan, Ruang Lingkup Pembuktian dan Pertimbangan Hukum

Putusan dibuat haruslah berpedoman pada beberapa aspek yang mendasari dikeluarkannya putusan. Apabila tidak lengkap ataupun dihilangkannya salah satu aspek saja maka Putusan yang dikeluaran oleh Majelis Hakim tidak mempunyai kekuatan hukum dan berakibat pada tidak diakuinya bahwa formulasi tersebut benar-benar merupakan sebuah Putusan. Apa saja yang termuat dalam suatu Putusan? berikut uraiannya.

9Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Penyitraan, Pembuktian, Penyitaan, Persidangan, dan Putusan Pengadilan, Jakarta, Sinar Grafika, 2005 hal. 807

(8)

16 C1.1 Dalil Dakwaan

Dijelaskan secara singkat dasar hukum dan hubungan hukum serta fakta-fakta yang menjadi dasar Dakwaa. Apabila dalam putusan tidak memuat atau mencantumkan Dalil Dakwaan maka Putusan dianggap tidak mempunyai landasan titik tolak, Dalil Dakwaan merupakan titik tolak pemeriksaan perkara. Iti sebabnya ditegaskan dalam Putusan MA No.1 312K/Sip/1974 Putusan yang tidak mencantumkan Dalil Dakwaan Batal demi hukum karena bertentangan dengan Pasal 184 ayat (1) HIR

10

. Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor 48/Pid.B/2017/PN.SLT juga mencantumkan Dalil Dakwaan sebagai dasar dalam memutus suatu perkara sehungga tidak melebar dan menyimpang dari Dakwaan yang dajukan oleh Penuntut Umum. Hal ini dapat dilihat dalam halaman ke 3 Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor 48/Pid.B/2017/PN.SLT dimana berbunyi :

“mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk memiliki secara melwan hukum yang untuk masuk ketempat melakukan kejahatan atau untuk sampai pada barang yang diambil, dilakukan dengan me*rusak, memotong atau memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsi, perintah palsu atau pakaian jabaran palsu”

Pada intinya, dalil dakwaan yang didakwakan dikategorikan tindakan pencurian dengan pemberatan dah Hakim tidak bisa memutus melebihi apa yang dituntutkan Penuntut umum.

C.1.2 Uraian Singkat Ringkasan dan Lingkup Pembuktian

Deskripsi mengenai fakta dan alat bukti atau pembuktian yang ringkas dan lengkap.

Dimulai dengan alat bukti atau pembuktian yang diajukan masing-masing pihak guna

10 Ibid. 819

(9)

17

dipenuhinya syarat Formil dan Materiil masing-masing alat bukti diajukan.

11

Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor 48/Pid.B/2017/PN.SLT juga merumuskan demikian, dapat dilihat dalam putusan Penuntut Umum memanggil saksi yang pada saat itu berdasarkan pengalaman yang ia alami dapat membuktikan secara sah dan meyakinkan bahwa terduga telah mellakukan Pencurian dengan Pemberatan dimana seusai dengan Dakwaan.

C.1.3 Pertimbangan Hukum

Pertimbangan Hukum dapat dikatakan merupakan jiwa dan intisari Putusan.

Pertimbangan Analisis, Argumentasi, Pendapat atau kesimpulan Hukum dari hakim yang memeriksa perkara. Dalam Pertimbangan dikemukakan analisis yang jelas berdasarkan Undang- undang Pembuktian. Diikuti dengan analisis hukum apa yang diterapkan untuk menyelesaikan perkara tersebut. Bertitik tilak dari analisis tersebut, pertimbangann melakukan argumentasi yang objektif dan rasional, pihak mana yang mau membuktikan dalil dakwaan sesuai dengan hukum.

Berdasarkan pernyataan tersebut, hakim menjelaskan pendapatnya apa saja yang terbukti dan apa saja yang tidak terbukti dirumuskan mmenjadi kesimpulan hukum sebagai dasar penyelesaian perkara.

Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor 48/Pid.B/2017/PN.SLT merumuskan beberapa pertimbangan yang menjadi dasar perumusan putusan. seperti yang dilihat pada saat sebelum Amar Putusan dibacakan dan Hakim menimbang bahwa Terdakwa oleh Penuntut Umum telah didakwa dengan dakwaan yang berbentuk tunggal yang terumus dalam Pasal 363 ayat (1) ke-5 KUHP yang unsur-unsurnya sebagai berikut:

12

11Lilik Moelyadi, Hukum Acara Pidana Normatif, Teoristis, Praktik dan Permasalahannya, Bandung, PT. Alumni, 2007, hal. 132

12 Pasal 363 ayat (1) ke-5 KUHP

(10)

18 1. Barang Siapa

2. Mengambil sebagian Barang yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain 3. Dengan maksud kehendak memiliki barang tersebut secara melawan hak

4. Masuk ke tempat melakukan kejahatan atau dapat mencapai barang yang diambilnya dilakukan dengan jalan membongkar, memecah, atau memanjat dengan jalan memakai kunci palsu. Pemerintah palsu atau pemakainan jabatan Palsu.

Hakim tidak asal dalam merumuskan Putusan karena terlebih dulu memberikan pertimbangan berdasarkan fakta yang diketahui selama proses persidangan dan Hakim Bertitik tilak dari analisis tersebut, pertimbangann melakukan argumentasi yang objektif dan rasional, pihak mana yang mau membuktikan dalil dakwaan sesuai dengan hukum. Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor 48/Pid.B/2017/PN.SLT sudah mencakup menganai hal tersebut.

D. Amar Putusan

Setiap tuntutan yang diajukan oleh Penuntut Umum di sidang pengadilan diajukan kepada Hakim yang mengadili suatu perkara tertentu. Putusan Hakim berdasarkan siterm pembuktian dan ketetentuan lain terhadap tutuntutan dari Penuntut Umum itulah yang dinamakan Amar putusan yang mempunyai beberapa kriteria tertentu.

13

Amar Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor 48/Pid.B/2017/PN.SLT adalah sebagai berikut :

14

i. Menyatakan Terdakwa BAGAS DWITYA PRADIPTA bin YITNO ATMAJIE terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Pencurian dalam keadaan memberatkan”,

13 Andi Sofiyan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Yogyakarta, 2012 hal.98

14 Pengadilan Negeri Salatiga Nomor 48/Pid.B/2017/PN.SLT

(11)

19

ii. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada Terdakwa BAGAS DWITYA PRADIPTA bin YITNO ATMAJIE dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun ;

iii. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa, dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;

iv. Memerintahkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan ; v. Memerintahkan barang bukti berupa :

- 1 (satu) anak kunci gembok warna Silver merk CHINA;

- 1 (satu) buah dompet warna Hitam merk BEUTY BEYOND RULES, 1 (satu) buah Handphone merk Sony Xperia L warna kombinasi Merah Hitam;

- 1 (satu) potong jaket jemper warna kombinasi Putih Hitam merk TRIPLE EIGHT;

- 1 (satu) potong celana pendek ¾ bahan jeans warna Coklat merk NB;

- 1 (satu) potong kaos lengan panjang warna kombinasi Putih Hitam merk denndev;

- 1 (satu) buah gembok warna Silver merk TRIFU;

Dikembalikan kepada Saksi Muhammad Hendra Saputra bin H. Ruslan Noor;

- 1 (satu) unit sepeda motor merk Honda Vario warna Merah Muda No. Pol : H-2026- LZ No. Ka : MH1JF12198K31795 No. Sin ; JF12G1321856 ;

Dikembalikan kepada Terdakwa;

vi. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah);

Amar putusan yang terdapat dalam putusan Pengadilan Negeri Salatiga No.

48/Pid.B/2017/PN.SLT telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan seluruh amar

putusan yang dikeluarkan oleh majelis hakim sesuai dengan tuntutan atau dakwaan yang

diajukan oleh jaksa penuntut umum. Secara tidak langsung diketahui bahwa amar putusan

(12)

20

tidak menyimpang dan tidak menyalahi ketentuan sebagai mana mestinya dan dengan kata lain tidak ada kesalahan materiil yang termuat dalam amar. Hakim dengan jelas merumuskan Amar berdasarkan dakwaan yang diajukan oleh penuntut umum sehingga putusan yang dihasilkan sesuai dan dapat dikatakan sah secara hukum.

D. Putusan Ditinjau dari Sifatnya

Ditinjau dari sifatnya, terdapat beberapa jenis putusan yang dapat dijatuhkan hakim.

Yang terpenting di antaranya sebagai berikut.

D.1.1 Putusan Deklarator

Putusan Declatoir, selanjutnya ditulis deklarator adalah yang berisi pernyataan atau penegasan tentang suatu keadaan atau kedudukan hukum semata-mata. Putusan yang bersifat deklarator atau deklaratif (declatoir vonnis) adalah pernyataan hakim yang tertuang dalam putusan yang dijatuhkannya. Pernyataan itu merupakan penjelasan atau penetapan tentang sesuatu hak atau title maupun status. Dan pernyataan itu dicantumkan dalam amar atau diktum putusan. Dengan pernyataan itu, putusan telah menentukaan dengan pasti siapa yang berhak atau siapa yang mempunyai kedudukan atas permasalah.

15

D.1.2 Putusan Constitutief

Putusan Constitutief atau konsitutif (constitutief vonnis) adalah putusan yang memastikan suatu keadaan hukum, baik yang bersifat meniadakan suatu keadaan hukum

15 Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Penyitraan, Pembuktian, Penyitaan, Persidangan, dan Putusan Pengadilan, Jakarta, 2005, Hal. 876

(13)

21

maupun yang menimbukan keadaan hukum baru. Sebenarnya hampir tidak ada batas antara putusan deklaratif dengan konsitutif. Misalnya putusan konstitutif yang menyatakan perjanjian batal, pada dasarnya amar yang berisi pembatalan perjanjian adalah bersifat deklaratif yakni yang berisi penegasaan hubungan hukum atau keadaan yang mengikat para pihak dalam perjanjian itu tidak sah oleh karena itu perjanjian dinyatakan batal

16

.

D.1.3 Putusan Condemnatoir

Condemnatoir atau kondemnator adalah putusan yang memuat amar menghukum salah satu pihak yang berperkara. Putusan yang bersifat kondemnator merupakan bagian yang tidak terpisah dari amar deklaratif atau konstitutif. Dapat amar kondemnator adalah asesor dengan amar deklarator atau konsitutif, karena amar tersebut tidak dapat berdiri sendiri tanpa didahului amar deklaratif yang menyatakan bagaimana hubungan hukum diantara para pihak. Sebaliknya amar bersifat deklaratif dapat berdiri sendiri tanpa amar putusan kondemnator.

17

Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor 48/Pid.B/2017/PN.SLT merupakan putusan yang dikategorikan sebagai putusan Deklaratur. Hal ini dpat dilihat pada amar putusan yang bercirikan pernyataan hakim yang tertuang dalam putusan yang dijatuhkannya. Pernyataan itu merupakan penjelasan atau penetapan tentang sesuatu hak atau title maupun status dan menentukaan dengan pasti siapa yang berhak atau siapa yang mempunyai kedudukan atas permasalah. Berkenaan dengan siapa yang berhak, putusan mendeklarasikan mengenai pengembalian kepemilikan barang bukti yang dijadikan pembuktian dengan menetapkan barang bukti tersebut harus dikembalikan kepada yang berhak yang dilakukanoleh Jaksa. Sudah jelas

16 Ibid, Hal. 877

17 Ibid, Hal. 888

(14)

22

bahwa Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor 48/Pid.B/2017/PN.SLT bukan merupakan putusan yang berseifat Constitutief ataupun Comdenatoir karena tidak mengandug ciri dari keduanya.

E. Pelaksanaan Putusan Pengadilan (Eksekusi)

Pada asasnya, pelaksanaan putusan pengadilan (eksekusi) diatur dalam Bab XIX Pasal 276 KUHAP. Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuataan hukum tetap (inkracht van gewijde)

18

. Menurut teoretik dan praktik suatu putusan pengadilan telah berkekuataan hukum tetap apabila terdakwa dan penuntut umum telah menerima putusan sebagaimana dinyatakan dalam “surat pernyataan menerima putusan” jika upaya hukum tidak deipergunakan sehingga tenggang waktunya terlampaui, apabila diajukan permohonan banding kemudian dicabut kembali dan adanya permohonan grasi yang diajukan disertai permohonan penagguhan eksekusi.

Selanjutnya, procedural pelaksanaan putusaan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dilaksanakan oleh Jaksa (Pasal 270 KUHAP, Pasal 33 ayat (1) Undang-undang Nomer 4 Tahun 2004, Pasal 27 ayat (1) huruf b undnag-undang Nomer 16 Tahun 2004) dengan mempergunakaan sarana adminitrasi berupa surat perintah pelaksanaan putusan pengadilan (P- 48). Berita acara pelaksanaan putusan pengadilan (BA-8), butir 14 Kepmenkeh No. M- 14.PW.07.03 Tahun 1983 dan Surat Jampidum No. B-235/E/1994 tanggal 4 Maret 1994 Perihal Eksekusi Putusan Pengadilan.

18 Lilik Moelyadi,, Hukum Acara Pidana Normatif, Teoristis, Praktik dan Permasalahannya,2007, hal. 287

(15)

23 E.1 Tata Cara Pelaksanaan Putusan Pengadilan.

Hal-hal yang dieksekusi oleh jaksa adalah yang menyangkut terpidana, barang bukti dan putusan ganti kerugian. Maka yang akan diuraikan hanya mengenai pelaksanaan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang berkenaan dengan barang bukti.

19

E.1.1 Terhadap Terdakwa yang Dikenakan Pidana.

Hal-hal yang dieksekusi oleh jaksa adalah yang menyangkut terpidana barang bukti dan putusan ganti kerugian. Pelaksanaan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap terhadap terpidana tentunya tergantung pada amar putusannya, masing- masing sebagai berikut:

a. Pidana mati: pelaksanaannya tidak dilakukan dimuka umum dan menurut ketentuan Undang-Undang (Pasal 271 KUHAP) Pidana penjara/kurungan:

pelaksanaan pidananya itu dijalankan berturut-turut dimulai dengan pidana yang dijatuhkan terlebih dahulu. Jadi dilaksanakan secara berkesinambungan diantara pidana yang satu dengan yang lain (Pasal 272 KUHAP)

b. Pidana denda: kepada terpidana diberikan jangka waktu satu bulan untuk membayar denda tersebut kecuali dalam putusan acara pemeriksaan cepat yang harus seketika dilunasi (Pasal 273 ayat (1) KUHAP) jika ada alasan kuat, jangka waktu tersebut dapat diperpanjang paling lama satu bulan (Pasal 273 ayat (2) KUHAP)

c. Pidana bersyarat: pelaksanaanya dilakukan dengan pengawasan serta pengamatan yang sungguh-sungguh dan menurut ketentuan Undang-Undang (Pasal 276 KUHAP) Setelah melaksanakan putusan pengadilan tersebut Jaksa membuat dan menandatangani berita acara pelaksanaan putusan pengadilan dan

19 Sudarto. Hukim Pidana I (cetakan ke II), Semarang, 1990, hal. 94

(16)

24

menurut Pasal 278 KUHAP tembusanya dikirimkan kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan dan terpidana, serta Pengadilan Negeri yang bersangkutan, dan selanjutnya panitera mencatatnya dalam register pengawasan dan pengamatan.

Berdasarkan Pasal 277 jo Pasal 280 KUHAP hakim pengawas dan pengamat pada Pengadilan Negeri yang bersangkutan melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap pelaksanaan putusan Pengadilan yang menjatuhkan pidana perampasan kemerdekaan guna memperoleh kepastian bahwa putusan Pengadilan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

E.1.2 Terhadap Barang Bukti

Mengenai pengembalian barang bukti juga diatur dalam Pasal 46 KUHAP yang berbunyi sebagai berikut: benda yang dikenakan penyitaan dikembalikan kepada orang atau kepada mereka dan benda itu disita, atau kepada mereka yang paling berhak. Hal ini mengandung arti bahwa barang bukti selain dapat dikembalikan dalam hal perkara tersebut dihentikan penyidikan atau penuntutannya, akan tetapi dapat juga dikembalikan kepada yang berhak sebelum perkara itu mempunyai kekuatan hukum tetap, baik perkara tersebut masih ditingkat penyidikan, penuntutan maupun setelah diperiksa disidang pengadilan.

20

Dasar pengembalian benda tersebut adalah karena diperlukan untuk mencari nafkah atau sumber kehidupan. Hanya bedanya Pasal 194 ayat (3) KUHAP dengan tegas menyebutkan bahwa pengembalian barang bukti tersebut, antara lain barang tersebut dapat dihadapkan ke pengadilan dalam keadaan utuh. Penyerahan barang bukti berdasarkan Pasal 194 ayat (2) KUHAP, khususnya terhadap barang bukti yang dapat diangkut atau dibawa kepersidangan. Penyerahan barang bukti tersebut tanpa melalui jaksa karena pengertiannya, penyerahan barang bukti itu merupakan tindakan hakim.

20 Afiah, Ratna nurul,. Barang Bukti Dalam Proses Pidana. Jakarta, 1988, hal. 76

(17)

25

Dengan kata lain karena bertanggung jawab secara yuridis atas benda sitaan/

barang bukti tersebut, adalah hakim dengan demikian hakim berwenang menyerahkan barang bukti tersebut kepada dari siapa benda tersebut disita atau kepada orang yang berhak. Penyerahan barang bukti tersebut harus dengan berita acara, sebagai bukti otentik bahwa barang bukti sudah diserahkan, apabila benda tersebut berada atau disimpan di RUPBASAN. Dalam hal ini, kita berpedoman pada Pasal 10 Peraturan Menteri Kehakiman Nomor : M.05.UM.01.06 Tahun 1983 tanggal 16 Desember 1983, bahwa pengeluaran benda tersebut harus berdasarkan putusan pengadilan.

Dalam pengeluaran benda sitaan/ barang bukti tersebut, petugas RUPBASAN harus:

a. Meneliti putusan pengadilan yang bersangkutan.

b. Membuat berita acara yang tembusannya harus disampaikan kepada instansi yang menyita.

c. Mencatat dan mencoret benda sitaan negara tersebut dari daftar yang tersedia.

Sesudah putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap: Berdasarkan Pasal 194

ayat (3) KUHAP, perintah penyerahan barang bukti dilakukan tanpa disertai dengan syarat

apapun. Jaksa penuntut umum yang ditunjuk berdasarkan surat perintah Kepala Kejaksaan

Negeri yang bersangkutan segera melaksanakan pengembalian barang bukti. Apabila

RUPBASAN belum terbentuk, dalam hal ini maka jaksa yang bersangkutan melaksanakan

pengembalian benda tersebut dengan membuat berita acaranya, serta ditandatangani oleh Jaksa

(18)

26

Penuntut Umum yang bersangkutan, yang menerima barang bukti dan para saksi yang menyaksikan acara pelaksanaan pengembalian barang bukti.

Jaksa Penuntut Umum yang bersangkutan melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Kejaksaan Negeri dengan melampirkan berita acaranya biasanya dalam acara atau perkara singkat, setelah sidang ditutup Jaksa Penuntut Umum langsung mengembalikan bukti tersebut kepada orang yang berhak yang namanya tercantum dalam putusan pengadilan tersebut, jika ia hadir dalam persidangan itu, pengembalian barang bukti tersebut dilakukan dengan berita acara. Selanjutnya dalam Pasal 39 KUHP yang berbunyi sebagai berikut:

21

(1) Barang kepunyaan terpidana yang diperoleh dari kejahatan atau sengaja dipergunakan untuk melakukan kejahatan dapat dirampas.

(2) Dalam hal pemidanaan karena kejahatan yang tidak dilakukan dengan sengaja, atau karena pelanggaran, dapat juga dirampas seperti diatas, tetapi hanya dalam hal-hal yang ditentukan dalam undang-undang.

(3) Perampasan dapat juga dilakukan terhadap orang yang bersalah yang oleh hakim diserahkan kepada pemerintah, tetapi hanya atas barang-barang yang telah disita.

Apabila kita melihat ketentuan Pasal 191 KUHAP maka yaitu:

(1) Jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas.

(2) Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang di dakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana, maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan

21 Kitab Undang Undang Hukum Pidana

(19)

27

(3) Dalam hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), terdakwa yang ada dalam status tahanan diperintahkan untuk dibebaskan seketika itu juga kecuali karena ada alasan lain yang sah, terdakwa perlu ditahan dan bunyi Pasal 193 KUHAP yaitu:

a. Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana.

b. 1. Pengadilan dalam menjatuhkan putusan, jika terdakwa tidak ditahan, dalat memerintahkan supaya terdakwa tersebut ditahan, apabila dipenuhi ketentuan pasal 21 KUHAP dan terdapat alas an cukup untuk itu.

2.Dalam hal terdakwa ditahan, pengadilan dalam menjatuhkan putusannya, dapat menetapkan terdakwa tetap ada dalam tahanan atau membebaskannya, apabila terdapat alasan cukup untuk itu.

Bahwa putusan bebas apabila ditinjau dari segi yuridis ialah putusan yang dinilai oleh majelis Hakim yang bersangkutan:

22

a. Tidak memenuhi asas pembuktian menurut Undang-Undang secara negatif. Dari hasil pembuktian yang diperoleh di persidangan, tidak cukup membuktikan kesalahan terdakwa dan sekaligus pula kesalahan terdakwa yang tidak cukup terbukti tadi tidak diyakini oleh hakim.

b. Tidak memenuhi asas batas minimum pembuktian. Kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa hanya didukung oleh satu alat bukti saja. Sedangkan menurut ketentuan Pasal 183 KUHAP, agar cukup membuktikan kesalahan seorang terdakwa harus dibuktikan dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah.

Dalam hal putusan yang mengandung pembebasan terdakwa, maka terdakwa yang berada dalam status tahanan diperintahkan untuk dibebaskan seketika itu juga, kecuali ada alasan lain yang sah misalnya terdakwa masih tersangkut perkara lain. a. Putusan yang mengandung

22 Hamzah, Andi..Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Arikha Media Cipta. 1993, hal. 113

(20)

28

pelepasan terdakwa dari segala tuntutan hukum. Pasal 191 ayat (2) KUHAP menyatakan : "Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum".

Berkaitan dengan pelaksanaan putusan hakim bahwa: Pelaksanaan putusan hakim tersebut panitera mengirimkan salinan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap kepada Kejaksaan Negeri, kemudian Kepala kejaksaan Negeri menunjuk satu atau beberapa orang Jaksa untuk melaksanakan eksekusi, biasanya pelaksanaan cukup didiposisikan kepada kepala Seksi (sesuai pembidangannya) kemudian kepala seksi meneliti amar putusan yang akan dilaksanakan, setelah itu menyiapkan surat perintah pelaksanaan putusan hakim dilengkapi dengan laporan putusan hakim dan putusannya ditentukan rentutnya dan bukti pelaksanaan putusan hakim berkenaan dengan pidana, barang bukti dan biaya perkara.

Pelasanaan atau Eksekusi Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor

48/Pid.B/2017/PN.SLT secara prosedural sudah tepat dilaksanaakn oleh Jaksa, hal ini dapat

diketahui pada saat setelah dibacakannya amar putusan Jaksa dapat langsung melaksanaakn

putusan tersebut dengan terlebih dahulu memasatikan apakah seluruh pihak terkait telah

mengetaui putusan yang dibacakan oleh Hakim. Problematika selanjutnya adalah bagaimana

peksanaan tesebut dapat dilaksanakan apabila identitas terkini mengenai siapa yang berhak atas

barang yang akan dikembalikan tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan Putusan Pengadilan?

Referensi

Dokumen terkait

1.5.2 Adakah terdapat perbezaan yang signifikan antara skor kumpulan rawatan (pendekatan persidangan) dengan skor kumpulan kawalan (pendekatan konvensional) bagi

Oleh sebab itu, diwajibkan bagi orang yang beriman untuk membersihkan diri dari perilaku syirik dan tradisi khurafat (Ridha, VII, 1947, p. Alhasil dari beberapa

dapat dilihat bahwa persentase nilai rasapengaruh penambahan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) terhadap penerimaan konsumen produk nugget udang rebon (Acetes

Perbedaan yang menjadikan penelitian penulis orisinil yakni menekankan pada faktor-faktor yang memengaruhi sikap abstain Amerika Serikat dalam Sidang DK PBB pada

Keinginan Suriah mewujudkan Suriah Raya dengan menjadikan Lebanon masuk dalam wilayah Suriah dengan tidak membuka hubungan diplomatik dengan Lebanon dan putusnya

yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah, bahwa “Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada perempuan.” Dalam hal ini hampir seluruh ahli fiqih yang

Untuk interaksi dari kedua matriks tersebut yaitu Karbopol 940 dan HPMC K4M memberikan pengaruh dapat meningkatkan lama perekatan tablet bukoadhesif serta dapat menurunkan

Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini akan dikembangkan model matematis untuk menentukan jumlah kapal dan komposisinya dengan menggunakan jumlah