• Tidak ada hasil yang ditemukan

JALUR DISTRIBUSI, MARGIN PEMASARAN DAN MARGIN KEUNTUNGAN PADA PEMASARAN DAUN POTONG HIAS DARI KABUPATEN KARANGASEM DAN TABANAN KE KOTA DENPASAR DAN SEKITARNYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "JALUR DISTRIBUSI, MARGIN PEMASARAN DAN MARGIN KEUNTUNGAN PADA PEMASARAN DAUN POTONG HIAS DARI KABUPATEN KARANGASEM DAN TABANAN KE KOTA DENPASAR DAN SEKITARNYA."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

JALUR DISTRIBUSI, MARGIN PEMASARAN DAN MARGIN

KEUNTUNGAN PADA PEMASARAN DAUN POTONG HIAS

DARI KABUPATEN KARANGASEM DAN TABANAN

KE KOTA DENPASAR DAN SEKITARNYA

Ida Ayu Mahatma Tuningrat, A.A.P. Agung Suryawan W., Primi Safitri Saraswati Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Universitas Udayana

Koresponden : mahatmatuningrat@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jalur distribusi daun potong hias dari Kabupaten Karangasem dan Tabanan hingga ke konsumen di Kota Denpasar dan sekitarnya, mengevaluasi serta menentukan jalur distribusi yang menghasilkan margin pemasaran dan margin keuntungan terbesar dan terkecil. Seluruh penelitian dilakukan dengan metode survei, wawancara dan studi pustaka. Populasi yang diamati dalam penelitian ini adalah 3 petani, 1 pedagang besar dan 6 pedagang pengecer daun potong hias, yang keseluruhan populasi tersebut dijadikan sebagai sampel. Ketiga petani daun potong hias berasal dari 2 Kabupaten, yaitu Kabupaten Karangasem dan Tabanan. Di Kabupaten Karangasem terdapat 1 petani di Desa Segara Katon Kecamatan Amlapura sedangkan di Kabupaten Tabanan terdapat 2 petani yaitu di Desa Tua Kecamatan Marga dan Desa Kerambitan Kecamatan Kerambitan yang menjual produknya ke pedagang perantara (pedagang besar dan pedagang pengecer). Pedagang perantara ditentukan dengansnowball sampling.

Pada pemasaran daun potong hias, terdapat margin pemasaran dan margin keuntungan di Kabupaten Karangasem sebesar Rp 150 (60%) dan Rp 68 (27,2%). Margin pemasaran dan margin keuntungan terbesar di Kabupaten Tabanan dengan ukuran daun M terdapat pada petani 2 ke pedagang pengecer 1 ke konsumen 1 sebesar Rp 2.500 (250%) dan Rp 2.004 (200,4%), sedangkan margin pemasaran dan margin keuntungan terkecil dengan ukuran daun M terdapat pada petani 3 ke pedagang pengecer 6 ke konsumen 6 sebesar Rp 500 (50%) dan Rp 108 (10,8%).

Kata Kunci : Jalur Distribusi, Margin Pemasaran, Margin Keuntungan, Daun Potong Hias

PENDAHULUAN

Bali sangat potensial dalam bidang pariwisata. Beragam kesenian dan kebudayaan ada di Bali, hal tersebut mengundang simpati para wisatawan untuk datang ke Bali. Seiring meningkatnya jumlah wisatawan yang datang ke Bali, maka mulailah tumbuh kegiatan bisnis perhotelan, bungalow, dan lain sebagainya. Hal tersebut juga dimanfaatkan oleh penyedia tanaman hias seperti halnya rangkaian bunga sebagai penghias ruangan hotel dan juga kamar hotel.

Dalam rangkaian hiasan bunga potong terdapat beberapa jenis daun potong hias yang melengkapi rangkaian bunga tersebut seperti daun Dracaena florida beauty, Philodendron,

(2)

mulai banyak dijumpai di Bali dan mulai dikembangkan serta memiliki peluang pasar yang cukup tinggi (Anon, 2009a). Pada tahun 2009, luas tanam daun potong hias seluas 5.673 m2, luas panen seluas 2.972 m2dan produksi untuk daun tersebut sebanyak 19.973 batang. (Anon, 2009b). Selama ini banyak orang yang hanya mengetahui berbagai macam bunga potong karena keindahannya, namun mereka tidak mengetahui bahwa daun potong juga memiliki daya tarik tersendiri pada daunnya dan juga merupakan tanaman hias klasik yang masih sedikit orang ketahui. Sejak tahun 1998 pemanfaatan daun hias untuk dijadikan sebagai daun potong semakin diperhitungkan dalam pasar hortikultura dunia, tercatat pada awal tahun 1998 angka perdagangan komoditi ini sebesar 15,1% jika dibandingkan dengan nilai perdagangan bunga potong, dan mengalami kenaikan pada tahun 1999 menjadi 16,94% (Anon, 2009a). Hal ini lebih banyak disebabkan bahwa daun potong hias akhir-akhir ini tidak hanya digunakan sebagai daun pelengkap pendukung rangkaian, akan tetapi secara dominan sudah digunakan sebagai elemen utama rangkaian (Anon, 2009a).

Jalur distribusi mempunyai pengaruh yang signifikan atas harga jual produsen. Pemasok dan pihak-pihak yang terlibat dalam jalur distribusi mempunyai margin keuntungan dan biaya yang perlu diidentifikasi, karena konsumen pada akhirnya membayar semua margin keuntungan dan biaya pada seluruh jalur distribusi (Widjaja, 2006).

Pemilihan jalur distribusi merupakan masalah yang sangat penting sebab kesalahan dalam pemilihan ini dapat memperlambat bahkan menyulitkan usaha penyaluran barang maupun jasa dari produsen kepada konsumen. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang jalur distribusi daun potong hias dari Kabupaten Karangasem dan Tabanan hingga ke konsumen di Kota Denpasar dan sekitarnya, selain itu perlu juga diteliti tentang margin pemasaran dan keuntungannya pada jalur distribusi daun potong hias tersebut.

METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dan survei, dengan menggunakan kuisioner untuk mengumpulkan data yang disebarkan pada petani, pedagang besar dan pedagang pengecer (florist).

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karangasem, Tabanan dan Kota Denpasar di Provinsi Bali. Penelitian dimulai dari Februari sampai April 2011.

(3)

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karangasem, Tabanan dan Kota Denpasar di Provinsi Bali. Dasar pertimbangan pengambilan lokasi penelitian ini karena Kabupaten Karangasem dan Tabanan merupakan penghasil daun potong hias di Provinsi Bali sedangkan di Denpasar karena mengikuti jalur distribusi daun potong hias yang dihasilkan oleh produsen (petani) dari Kabupaten Karangasem dan Tabanan (Anon, 2009b).

Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani daun potong hias di Kabupaten Karangasem dan Tabanan. Jumlah populasi petani daun potong hias di Karangasem 1 orang petani di Desa Segara Katon Kecamatan Amlapura dan di Tabanan 2 orang petani yaitu di Desa Tua Kecamatan Marga dan Desa Kerambitan Kecamatan Kerambitan., sehingga secara keseluruhan digunakan sebagai sampel penelitian.

Pedagang perantara daun potong hias yang digunakan sebagai sampel adalah seluruh pedagang pengecer dan pedagang besar yang dilalui oleh distribusi daun potong hias. Pedagang perantara tersebut ditentukan dengan snowball sampling, yaitu dengan mengikuti jalur distribusi daun potong hias yang dihasilkan oleh produsen (petani) berdasarkan informasi yang diperoleh. Tahapan pengambilan sampel pemasaran daun potong hias dapat dilihat pada Gambar 1.

Variabel Pengamatan

Variabel-variabel yang akan diamati dalam penelitian ini meliputi: a. Jalur pemasaran daun potong hias

Mengamati atau mempelajari jalur-jalur distribusi yang dilalui oleh daun potong hias yang dihasilkan dari Kabupaten Karangasem dan Tabanan hingga ke konsumen di Kota Denpasar dan sekitarnya.

b. Volume penjualan daun potong hias sekali panen (batang)

Mengitung berapa batang penjualan daun potong hias setiap sekali panen. c. Biaya produksi yang dikeluarkan (Rp/bulan)

Menghitung biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani per bulan. d. Harga jual produsen (Rp/batang)

Menghitung harga jual produsen ke konsumen setiap batang. e. Harga beli konsumen (Rp/batang)

(4)

Mulai

Menghitung biaya pemasaran untuk masing-masing jalur yang ada meliputi biaya transportasi, penyimpanan dan biaya lainnya.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai petani dan pelaku pemasaran yang ditetapkan sebagai responden melalui pengisian daftar pertanyaan (kuisioner). Kuisioner dibacakan oleh si peneliti, sehingga responden akan mengerti apa yang dimaksud dengan pertanyaan yang disusun oleh si peneliti dan kemudian jawaban dicatat oleh si peneliti dalam kuisioner tersebut. Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Rangkuti, 2001). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif.

Penentuan Topik dan Studi Literatur

Survei terhadap 3 petani daun potong hias

Penyebaran kuisioner

(3 petani, 1 pedagang besar dan 6 pengecer)

Perhitungan margin pemasaran dan margin keuntungan

Hasil Penelitian

(5)

Selesai

Gambar 1. Tahapan pelaksanaan penelitian Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif dipergunakan untuk menghitung margin pemasaran dan margin keuntungan yang diperoleh oleh masing-masing jalur distribusi. Margin keuntungan dan margin pemasaran digunakan untuk mengetahui distribusi biaya dari setiap aktivitas pemasaran, bagian harga yang diterima petani dan keuntungan yang diperoleh masing-masing jalur distribusi serta mengevaluasi jalur yang mendapatkan keuntungan terbesar dari masing-masing jalur distribusi yang ada.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung margin pemasaran dan margin keuntungan adalah :

a. Menghitung margin pemasaran dengan menggunakan rumus (Ibrahim, 1998) : MP = HJ HB

Keterangan :

MP = Margin Pemasaran (Rp) HJ = Harga Jual (Rp)

HB = Harga Beli (Rp)

b. Menghitung persentase margin pemasaran dengan menggunakan rumus Ibrahim, 1998) :

% MP =

X100%

HB-HB HJ

Keterangan :

% MP = Margin Pemasaran (%) HJ = Harga Jual (Rp)

HB = Harga Beli (Rp)

c. Menghitung persentase biaya pemasaran dengan menggunakan rumus (Ibrahim, 1998) :

% BP =

Keterangan :

(6)

HB = Harga Beli (Rp)

d. Menghitung keuntungan dengan menggunakan rumus (Ibrahim, 1998): K = (HJ-HB) BP

Keterangan :

K = Keuntungan (Rp) HJ = Harga Jual (Rp)

HB = Harga Beli (Rp) BP = Biaya Pemasaran (Rp)

e. Menghitung persentase margin keuntungan menggunakan rumus (Ibrahim,1998) : % MK = % MP % BP

Keterangan :

% MK = Margin Keuntungan (%) % MP = Margin Pemasaran (%) % BP = Biaya Pemasaran (%) Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif adalah analisis yang dilakukan dengan menguraikan atau mendiskripsikan hasil analisis kuantitatif dalam bentuk pernyataan yang relevan. Analisis kualitatif juga digunakan untuk memberikan keterangan-keterangan atau memberikan gambaran yang jelas terhadap permasalahan (Singarimbun dan Effendi, 1989).

Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui jumlah jalur distribusi pemasaran daun potong hias dari Kabupaten Karangasem dan Tabanan hingga ke konsumen Kota Denpasar dan sekitarnya serta menentukan jalur yang paling dominan dilalui sampai ke Kota Denpasar dan sekitarnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Petani

Jenis daun potong hias yang terdapat di Provinsi Bali yaitu Dracaena florida beauty

danPhilodendron selloum, dimana umur daun potong hias yang telah siap dipanen mulai dari penanaman anakan (seadling) adalah 180 hari dan 90 hari. Waktu pemanenan daun potong hias adalah pagi dan sore karena untuk menghindari respirasi pada daun yang lebih panjang. Pada saat pemanenan dilakukan sortasi berdasarkan ukuran, keutuhan daun, batang lurus dan warna daun.

(7)

sekali panen adalah 1.000 batang dan philodendron ukuran S : 50 batang dan M : 230 batang. Daun potong hias tersebut dijual ke pedagang besar dan pedagang pengecer. Petani menjual dengan cara mendatangi langsung pedagang besar dan pedagang pengecer. Harga jual untuk

Dracaena florida beauty adalah Rp250.00 dan Philodendron selloum ukuran S = Rp500.00 sedangkan ukuran M = Rp1,000.00. Biaya produksi yang dikeluarkan petani di Karangasem adalah Rp824,000.000 sedangkan di Tabanan adalah Rp630,875.00.

Karakteristik Pedagang Besar

Pedagang Besar membeli Dracaena florida beauty dari Petani yang terdapat di Karangasem sebanyak 4 kali dalam satu bulan dengan volume pasokan dalam sekali pembelian adalah 1.000 batang. Harga beli pedagang besar dari petani adalah Rp250.00/batang. Dalam setiap pembelian, pedagang besar melakukan sortasi berdasarkan ukuran (25-30cm), daun utuh, mulus dan warna hijau. Daun tersebut mengalami susut sebesar 1% seperti daun layu dan tidak utuh, batang bengkok sehingga tidak bisa terjual. Lama menjual daun potong hias dalam sekali pembelian adalah 3 hari dengan harga jual ke konsumen adalah Rp400.00/batang, dimana konsumennya adalah hotel-hotel yang telah menjadi langganan yang membeli secara eceran.

Karakteristik Pedagang Pengecer

Pedagang Pengecer membeli Philodendron selloum dari Petani yang terdapat di Tabanan sebanyak 8 kali dalam satu bulan dengan volume pasokan dalam sekali pembelian untuk ukuran S = 40 batang dan M = 625 batang. Harga beli pedagang besar dari petani untuk ukuran S = Rp500.00 dan M = 1,000.000. Dalam setiap pembelian, pedagang pengecer melakukan sortasi berdasarkan ukuran S = 10-20cm ; M = 21-30cm, daun utuh, tidak layu dan warna hijau. Daun tersebut mengalami susut sebesar 2% seperti daun layu dan tidak utuh, warna kuning sehingga tidak bisa terjual. Lama menjual daun potong hias dalam sekali pembelian adalah 3 hari dengan harga jual ke konsumen untuk ukuran S = Rp1,000.00 dan M = Rp2,100.00, dimana konsumennya adalah hotel-hotel yang telah menjadi langganan yang membeli secara eceran.

Jalur Distribusi Daun Potong Hias

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan terhadap responden : 3 orang petani, 1 orang pedagang besar dan 6 orang pedagang pengecer. Diketahui ada dua jalur distribusi daun potong hias dari petani, yaitu :

(8)

B. Kabupaten Tabanan (Philodendron selloum) Petani Pedagang Pengecer Konsumen

Dengan 6 pedagang pengecer yang berbeda, dapat dijabarkan menjadi: B.1 P2 PC1 K1

B.2 P2 PC2 K2 B.3 P2 PC3 K3 B.4 P2 PC4 K4 B.5 P3 PC5 K4 B.6 P3 PC6 K6

Jalur Distribusi A (P1 PB K )

Daun potong hias yang diproduksi oleh P1 berjenis Dracaena florida beauty yang dipanen pada umur 180 hari dengan jumlah produksi untuk sekali panen sebanyak 1.000 batang. P1 menjual daun potong hias dengan cara PB memesan langsung kepada P1, kemudian langsung memanen daun potong hias dan dikemas sehingga besok paginya diantar dengan menggunakan mobil bak terbuka (pick up). PB yang membeli daun potong hias tersebut kemudian melakukan penyortiran berdasarkan keutuhan daun (tidak robek), batang lurus dan berwarna hijau tua serta tebal sebelum dijual kepada konsumen atau untuk dibuat rangkaian bunga yang akan dikirim ke hotel-hotel.

Jalur Distribusi B.1 (P2 PC1 K1)

PC1 memesan Philodendron selloum 8 kali dalam satu bulan dengan volume pasokan sebanyak 30 batang dengan ukuran M dari sekali pembelian. P2 biasanya langsung membawa pesanan daun potong hias kepada PC1 dengan menggunakan sepeda motor karena jumlah pesanan daun potong hias berkisar antara 20-30 batang. Sebelum menjual ke PC1, P2 melakukan sortasi daun potong berdasarkan ukuran, keutuhan daun (tidak robek), berwarna hijau dan batangnya lurus. Setelah sampai di florist, kemudian juga langsung dilakukan penyortiran sebelum dijual kepada konsumen dan untuk dibuat rangkaian bunga.

Jalur Distribusi B.2 (P2 PC2 K2)

Jalur distribusi ini sama dengan jalur pola B.1, tetapi bedanya volume pasokan PC2 dari sekali pembelian untuk ukuran S dan M masing-masing 20 batang dan juga dilakukan sortasi sebelum akhirnya dijual kembali. Paling lama biasanya 5 hari daun potong hias itu laku terjual kembali dari waktu pembelian.

(9)

Jalur distribusi ini sama dengan jalur pola B.1 dan B.2. Volume pasokan daun potong hias PC3 sebanyak 30 batang untuk ukuran S, biasanya maksimal 3 hari daun potong hias pasti sudah laku terjual baik dijual langsung kepada konsumen atau dengan dibuat rangkaian bunga sesuai keperluan hotel-hotel. Penyortiran juga dilakukan berdasarkan keutuhan daun (tidak robek) dan warna daun yang hijau, karena apabila daun berwarna kuning, maka daun tersebut tidak dapat dibuat rangkaian bunga maupun dijual langsung ke konsumen.

Jalur Distribusi B.4 (P2 PC4 K4)

Sama dengan halnya jalur distribusi yang lain, PC4 juga membeli daun potong hias dengan ukuran S sebanyak 10 batang dan ukuran M : 20 batang karena florist ini baru beberapa tahun buka dan belum banyak mempunyai langganan rangkaian bunga ke hotel-hotel, tetapi PC4 telah menjadi pelanggan tetap dengan membeli sebanyak 8 kali dalam satu bulan. Dengan jumlah yang sedikit, paling lama 3 hari daun potong hias tersebut baru laku terjual kembali.

Jalur Distribusi B.5 (P3 PC5 K5)

P3 memproduksi daun potong hias berjenis Philodendron selloum. PC5 biasanya memesan Philodendron selloum ukuran M sebanyak 8 kali dalam satu bulan dengan volume pasokan sebanyak 500 batang dalam sekali pembelian. P3 mempunyai tenaga kerja untuk membawakan pesanan langganannya menggunakan sepeda motor. Sebelum menjual ke PC5, P3 melakukan sortasi daun potong berdasarkan ukurannya, keutuhan daun (tidak robek), berwarna hijau dan batangnya lurus. Setelah sampai di florist, kemudian juga langsung dilakukan penyortiran sebelum dijual kepada konsumen dan untuk dibuat rangkaian bunga. Jalur Distribusi B.6 (P3 PC6 K6)

Jalur distribusi ini sama dengan jalur pola B.5. Volume pasokan daun potong hias PC6 sebanyak 55 batang untuk ukuran M, biasanya paling lama 3 hari daun potong hias pasti sudah laku terjual baik dijual langsung kepada konsumen atau dengan dibuat rangkaian bunga sesuai keperluan hotel karena PC6 sudah banyak mempunyai langganan hotel-hotel yang memesan rangkaian bunga untuk keperluan hotel tersebut. Penyortiran juga dilakukan berdasarkan keutuhan daun (tidak robek) dan warna daun yang hijau, karena apabila daun berwarna kuning, maka daun tersebut tidak dapat dibuat rangkaian bunga maupun dijual langsung ke konsumen.

Biaya dan Keuntungan Produksi Petani

(10)

karton, karet gelang, gunting, ember, sabit, tali rafia) dan keuntungan petani dapat dilihat pada Lampiran 6.

Keuntungan P1 di Kabupaten Karangasem sebesar Rp 62.75/batang. Hal ini diakibatkan oleh biaya produksi yang tinggi dan harga jual petani yang rendah, karena disini P1 tidak mengutamakan keuntungan yang besar melainkan mengutamakan kepuasan pelanggan.

Keuntungan terbesar di Kabupaten Tabanan terdapat pada jalur B.5 (P3 PC5 K5) dengan keuntungan Rp 901.28/batang, karena tingginya harga jual dari petani dan volume pasokan pembelian yang besar sehingga total pendapatan pun juga besar, walaupun biaya produksinya tinggi, tetapi jumlah pendapatan jauh lebih besar dari biaya produksi, maka keuntungan yang didapat pun juga besar.

Keuntungan terkecil di Kabupaten Karangasem terdapat pada jalur B.6 (P3 PC6 K6) dengan keuntungan Rp 102.56/batang. Hal ini diakibatkan oleh biaya produksi yang tinggi dan volume pasokan pembelian yang kecil sehingga total pendapatan tidak berbeda jauh dengan biaya produksi yang dikeluarkan.

Proses Pasca Panen pada P1

Daun Dracaena florida beauty yang telah berwarna hijau tua siap untuk dipanen. Daun yang telah dipotong dari pohonnya dikumpulkan menjadi 10 (sepuluh) batang lalu diikat dengan menggunakan karet gelang. Setelah itu ujung batang daun potong hias yang telah diikat, dibungkus dengan kapas lalu direndam sebentar di dalam air untuk menghilangkan dehidrasi. Ujung batang daun potong hias yang telah direndam, kemudian dimasukkan ke dalam plastik yang berisi sedikit air agar daun potong hias tetap segar. Sebelum didistribusikan, daun potong hias dikemas menggunakan kardus dan ditutup dengan koran agar tidak terkena sinar matahari langsung, setelah itu daun potong hias siap didistribusikan ke Kota Denpasar dengan menggunakan mobilpick upselama ± 3 jam. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Lampiran 3 (hal 45-46).

Proses Pasca Panen pada P2

(11)

tersebut siap untuk didistribusikan dengan menggunakan sepeda motor. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Lampiran 4 (hal 47-48).

Proses Pasca Panen pada P3

Proses pasca panen pada P3 sama dengan dengan P2. Pohon Philodendron selloum

minimal memiliki 5-6 batang yang siap untuk dipanen, dimana diusahakan 3 batang disisakan supaya daun tetap terangsang untuk tumbuh. Setelah itu daun yang telah dipotong dari pohonnya dikumpulkan menjadi 10 (sepuluh) batang lalu diikat dengan menggunakan tali rafia. Setelah itu ujung batang daun potong hias yang telah diikat, dipotong supaya panjang ujung batang yang satu dengan lainnya sama. Ujung batang daun potong hias kemudian direndam dalam ember yang berisi air, kemudian daun potong hias tersebut siap untuk didistribusikan dengan menggunakan sepeda motor. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Lampiran 5 (hal 49-50).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jumlah jalur distribusi daun potong hias dari Kabupaten Karangasem dan Tabanan hingga ke konsumen di Kota Denpasar dan sekitarnya ada 2 (dua).

2. Jalur distribusi daun potong hias yang menghasilkan margin pemasaran dan keuntungan terbesar dan terkecil, yaitu :

a. Jalur distribusi daun potong hias Dracaena florida beauty yang menghasilkan margin pemasaran dan keuntungan di Kabupaten Karangasem sebesar Rp 150 (60%) dan Rp 68 (27,2%).

b. Jalur distribusi daun potong hias Philodendron selloum yang menghasilkan margin pemasaran terbesar di Kabupaten Tabanan dengan ukuran daun M terdapat pada Petani 2 ke pedagang pengecer 1 ke konsumen 1 sebesar Rp 2.500 (250%).

c. Jalur distribusi daun potong hias Philodendron selloum yang menghasilkan margin keuntungan terbesar di Kabupaten Tabanan dengan ukuran daun M terdapat pada Petani 2 ke pedagang pengecer 1 ke konsumen 1 sebesar Rp 2.004 (200,4%).

(12)

e. Jalur distribusi daun potong hias Philodendron selloum yang menghasilkan margin keuntungan terkecil di Kabupaten Tabanan dengan ukuran daun M terdapat pada Petani 3 ke pedagang pengecer 6 ke konsumen 6 sebesar Rp 108 (10,8%).

Saran

1. Perlu dilakukan penyampaian informasi terhadap petani tentang beragamnya jenis daun potong hias, hal ini tentu menjadi peluang besar untuk petani pada khususnya dan stakeholder (investor) yang lain pada umumnya.

2. Perlu dilakukan studi kelayakan daun potong hias pada penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2009a. Peluang Usaha Daun Potong. PT. Bina Madya Persada. Jakarta

http://www.bungarawabelong.com/index.php?act=newsall&l=detail&id=10052&pg=2. [Diakses tanggal 15 Februari 2011]

Anonimus. 2009b. Laporan Tahunan Statistika Pertanian Daun Potong Hias. Dinas Pertanian dan

Hortikultura Tanaman Pangan Provinsi Bali, Denpasar

Ansori, N.M. 2010. Budi Daya Bunga Potong dan Tanaman Hias. PT Penerbit IPB Press. Bogor Ibrahim, Y.M.H. 1998. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta

Kotler, P dan Amstrong, G. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta Nitisemito, A.S. 1984. Marketing. Ghalia Indonesia

Swastha, B. 1996. Azas-azas Marketing. Edisi Ketiga. Cetakan Kedua. Liberty. Yogyakarta

Swastha, B. 1997. Saluran Pemasaran, Konsep dan Strategi Analisis Kuantitatif. Edisi Pertama. Cetakan Kelima. BPFE-UGM. Yogyakarta

Swastha, B dan Irawan. 1998. Strategi Pemasaran Modern. Edisi Kedua. Cetakan Kelima. Liberty. Yogyakarta

Widjaja, T. 2006. Analisis Rantai Nilai (Value Chain) dan Keunggulan Bersaing (Competitive Advantage). Harvarindo. Jakarta PC1 : Pedagang Pengecer 1 ( Marta

Florist)

PC2 : Pedagang Pengecer 2 (Eva Sari Florist)

(13)

Bali)

PC4 : Pedagang Pengecer 4 (Arya Florist)

PC5 : Pedagang Pengecer 5 ( Laksana Dewi)

PC6 : Pedagang Pengecer 6 (Syahla Florist)

K : Konsumen (Four Season, Intercontinental, Melia Bali) K1 : Konsumen 1 (Westin, Inna Kuta

Beach, Ayana Resort)

K2 : Konsumen 2 (Villa Jody, Villa Maya Loka)

K3 : Konsumen 3 (Dyana Villas, Barokah)

K4 : Konsumen 4 (Taman Rosani, Villa Brawa)

K5 : Konsumen 5 (Made Bali, Aston, Kayu Manis)

(14)

Margin Pemasaran dan Margin Keuntungan

Tabel 1. Margin Pemasaran dan Margin Keuntungan Jalur

Distribusi

Harga Beli

Harga

Jual Margin Pemasaran Biaya Pemasaran MarginKeuntungan

(Rp/Btg) (%) Kemasan Transportasi Penyusutan Hasil

Produksi Jumlah(Rp/Btg) (%) Rp/Btg (%)

A 250 400 150 60 189.000 100.000 40.000 4.000 82 32,8 68 27,2

B.1 ukuran M 1.000 3.500 2.500 250 3.000 20.000 96.000 240 496 49,6 2.004 200,4

B.2 ukuran S 500 1.000 500 100 1.500 10.000 32.000 160 272 54,4 228 45,6

B.2 ukuran M 1.000 2.000 1.000 100 1.500 10.000 64.000 160 472 47,2 528 52,8

B.3 ukuran S 500 1.000 500 100 3.000 20.000 48.000 240 296 59,2 204 40,8

B.4 ukuran S 500 1.000 500 100 1.500 10.000 32.000 160 272 54,4 228 45,6

B.4 ukuran M 1.000 2.000 1.000 100 1.500 10.000 64.000 160 472 47,2 528 52,8

B.5 ukuran M 1.000 1.500 500 50 7.000 60.000 960.000 4.000 257 25,7 243 24,3

(15)

Biaya dan Keuntungan Produksi Petani

BIAYA DAN KEUNTUNGAN PRODUKSI PETANI

No. JalurPola Nama Petani Jenis Daun Produksi/blnBiaya Jual/btgHarga Produksi/Hasil bln

Total Pendapatan/

bln Keuntungan/bln Keuntungan/btg 1 A.1 Beny AriawanRiangsa Dracaena florida beauty 824,000.00Rp 250.00Rp 4000 1,000,000.00Rp 176,000.00Rp Rp 44.00 2 B.1 Wayan Wisnawa philodendron selloum(M) 115,500.00Rp 1,000.00Rp 240 240,000.00Rp 124,500.00Rp Rp 518.75

3 B.2 Wayan Wisnawa

philodendron selloum

(S) 57,750.00Rp 500.00Rp 160 80,000.00Rp 22,250.00Rp Rp 139.06

philodendron selloum

(M) 57,750.00Rp 1,000.00Rp 160 160,000.00Rp 102,250.00Rp Rp 639.06

4 B.3 Wayan Wisnawa philodendron selloum(S) 115,500.00Rp 500.00Rp 240 120,000.00Rp 4,500.00Rp Rp 18.75

5 B.4 Wayan Wisnawa

philodendron selloum

(S) 57,750.00Rp 500.00Rp 160 80,000.00Rp 22,250.00Rp Rp 139.06

philodendron selloum

(M) 57,750.00Rp 1,000.00Rp 160 160,000.00Rp 102,250.00Rp Rp 639.06

(16)

Gambar

Tabel 1. Margin Pemasaran dan Margin Keuntungan

Referensi

Dokumen terkait

Program Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Internal Penelitian dan pengabdian masyarakat internal merupakan penelitian dan pengabdian yang dilakukan oleh para Dosen

Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa proses berpikir kritis siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini pada pemecahan masalah matematika materi simetri dan

Pelayanan Rawat Sehari (One Day Care) di Rumah Sakit adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis dan atau

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Hasil belajar fisika yang menggunakan model PBL-BL lebih tinggi dibandingkan siswa

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kuasa, kemurahan dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul

Secara rinci tulisan ini bertujuan untuk menganalisis (1) seberapa besar sumbangan produksi kabupaten kawasan ubi kayu terhadap produksi ubi kayu di tingkat wilayah dan

Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tahapan-tahapan pada penelitian ini dapat digunakan untuk menentukan perencananaan dan tahapan penerapan

Laporan surat keluar berfungsi untuk melihatkan data surat keluar kepada Ketua STMIK Indonesia Padang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar