Resiko dan trust building
Penyaluran jagung didalam rantai pasok dibangun bertahun-tahun sehingga tercipta distribusi sekarang ini. Setiap anggota rantai pasok memiliki resiko masing-masing dalam proses bisnis rantai pasok ini. Petani, memiliki resiko yaitu gagal panen, akibat dari kegagalan panen ini petani tidak bisa membayar hutang-hutangnya, sehingga petani memiliki keterikatan hutang yang tidak bisa lepas pada lembaga pemasaran lainnya yang menampung jagung tersebut. Pedadagang pengumpul di desa pada umumnya memiliki resiko yang cenderung lebih sedikit, resiko yang dimiliki PPD adalah apabila petani gagal panen maka petani tidak bisa membayar hutangnya pada musim ini sehingga petani akan membayar hutang pada musim panen tahun depan, kerugian PPD adalah modal PPD mandek sehingga PPD membutuhkan uang yang lebih banyak untuk tahun depan, karena hal ini pula banyak PPD yang akhirnya berhutang kepada PB.
Dalam penelitian ditemukan sistem hutang piutang antara PPD dan petani yang sudah sangat lama terjalin sehingga timbul kepercayaan satu sama lain.
PB sudah belasan tahun berdagang jagung, pedagang besar memegang resiko penuh atas jagung yang disimpan digudang dan disalurkan, selain itu PB juga memegang kendali dalam menentukan siapa pembeli yang berhak membeli jagungnya. Resiko pedagang besar antara lain, pedagang rentan terhadap penyusutan jagung ketika jagung disimpan di gudang, selain itu jagung yang disimpan digudang juga rentan busuk, saat pengaliran ke pembeli tidak jarang pedagang besar mengalami penolakan yang menyebabkan kerugian tidak sedikit. Pedagang besar didalam menyalurkan jagung kepada industri sudah berupa badan usaha yang memiliki dasar hukum (perusahaan) karena apabila tidak berupa perusahaan, pihak PPT tidak mau berdagang
7. KINERJA RANTAI PASOK
Kinerja rantai pasok adalah ukuran dari sebuah proses bisnis didalam rantai pasok. Pengukuran kinerja merupakan alat untuk melihat tingkat rantai pasok yang sedang dijalankan, untuk pengukurannya sendiri dapat menggunakan berbagai alat seperti efisiensi pemasaran.
Biaya Pemasaran
Menghitung efisiensi pemasaran diawali dari biaya pemasaran, biaya pemasaran didapatkan dari kegiatan pemasaran yang dilakukan masing- masing lembaga pemasaran. Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lain disebabkan oleh jenis komoditi, lokasi pemasaran, macam lembaga pemasaran dan efektivitas pemasaran yang dilakukan.
Komponen biaya pemasaran antara lain biaya angkut, biaya simpan, biaya proses, biaya sortasi dan grading, biaya informasi harga, dan biaya penanggungan resiko. Biaya pemasaran tersaji dalam Tabel 13
Tabel 13. Biaya Pemasaran
No Biaya Pemasaran Jumlah Biaya Setiap Lembaga
PPD Koperasi PPK PB
Rp/Kg
1 Angkut
Tenaga Angkut 10-20 10 25 20
Tenaga Timbang 10-15 10 20 15
Transportasi 70 50 70 50
2 Simpan
Biaya
Gudang/Silo 10 100 10 10
3 Proses
Pengeringan 15 100 10 10
Biaya Penyusutan 15 15 15 15
4 Sortasi dan Grading 0-15 - - 15
6 Informasi Harga 10-100 - 100 100
7 Pembiayaan - - - 15
8 Resiko 15 15 50 50
Total 150-275 300 300 300
Sumber : Data Primer (Diolah)
Marjin Pemasaran
Indikator marjin pemasaran dianalisis untuk mengetahui perbedaan pendapatan yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran dalam mengalirkan produk hingga konsumen akhir serta mengetahui perbedaan harga produk yang diterima konsumen akhir dan harga yang diterima produsen. Besarnya total marjin pemasaran diperoleh dari jumlah marjin pemasaran pada setiap anggota rantai pasok. Marjin pemasaran setiap anggota rantai pasok merupakan selisih dari harga jual produk dan harga beli produk. Marjin pemasaran mencerminkan biaya-biaya yang dikeluarkan setiap anggota rantai pasok dan keuntungan yang diperoleh setiap anggota rantai pasok sebagai balas jasa terhadap kontribusi yang diberikan. Besarnya marjin pemasaran berbeda antara setiap lembaga pemasaran karena setiap lembaga pemasaran melakukan kegiatan atau fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda pula. Rekapitulasi marjin pemasaran jagung di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 14.
Total marjin pemasaran terbesar terdapat pada saluran tiga, yaitu sebesar Rp.1100/Kg. Saluran tersebut memiliki rantai atau saluran pemasaran terpanjang dalam mendistribusikan jagung dari petani ke konsumen. Sedangkan saluran dengan total marjin pemasaran terkecil terdapat pada saluran satu yaitu sebesar Rp. 650Kg. Saluran satuhanya melibatkan petani dan koperasi saja sebelum jagung sampai ke konsumen yaitu PAP dan PPT, sehingga saluran satu memiliki saluran yang lebih pendek dan marjin pemasaran yang lebih kecil dibandingkan dengan saluran lainnya.
Biaya pemasaran yang paling tinggi pada saluran pemasaran jagung ditanggung oleh saluran tiga. Hal ini disebabkan kerena dalam proses
distribusinya melibatkan banyak lembaga pemasaran, sehingga saluran yang dihasilkan cukup panjang. Biaya pemasaran terkecil saluran pertama, yaitu sebesar Rp.300/Kg. Rendahnya biaya pemasaran disebabkan karena jarak distribusi yang dekat dan tidak melalui banyak lembaga pemasaran (saluran pemasarannya pendek).
Tabel 14.MarjinPemasaran Saluran Pemasaran Jagung di Jawa Barat
Saluran
Pelaku 1 2 3
Petani
Harga Jual 2950 2800 2600
PPD
Harga Beli 2800 2600
Harga Jual 3200 2800
Biaya (Rp/Kg) 150 150
Keuntungan 250 50
Marjin 400 200
Koperasi
Harga Beli 2950
Harga Jual 3600
Biaya (Rp/Kg) 300
Keuntungan 350
Marjin 650
PPK
Harga Beli 2800
Harga Jual 3200
Biaya (Rp/Kg) 300
Keuntungan 100
Marjin 400
PB
Harga Beli 3200 3200
Harga Jual 3700 3700
Biaya ( Rp/Kg) 320 320
Marjin 500 500
Total Biaya Pemasaran 300 3200 470
Total Keuntungan 350 430 330
Total Marjin 650 900 1100
Sumber : Data Primer (Diolah)
Keuntungan pemasaran terbesar terdapat pada saluran pemasaran ketiga, yaitu sebesar Rp530/Kg. Besarnya keuntungan tersebut disebabkan pada saluran ketiga PPK membeli jagung langsung kepada petani dan menjualnya dengan harga tinggi kepada PAP. PAP membeli jagung dengan harga tinggi namun kuantitas terbatas
Farmer’s Share
Farmer’s share merupakan indikator efisiensi pemasaran selain marjin pemasaran. Indikator ini mengukur seberapa besar bagian yang diterima petani jagung sebagai balas jasa atas kontribusi yang dilakukan terhadap harga jual akhir jagung pada sebuah saluran pemasaran.
Nilai farmer’s share yang semakin besar mencerminkan rantai pasok yang semakin efisien. Akan tetapi, farmer’s share yang tinggi tidak mutlak menunjukkan bahwa pemasaran berjalan dengan efisien. Hal ini berkaitan dengan besar kecilnya manfaat yang ditambahkanpada produk (value added) yang dilakukan lembaga perantara atau pengolahan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Nilai farmer’s share berkebalikan dengan nilai marjin pemasaran. Semakin besar nilai farmer’s share, nilai marjin pemasaran semakin kecil.
Tabel 15.Farmer’s Share Saluran Pemasaran Jagung di Jawa Barat
Harga Jual Petani Harga Jual Farmer Share
Jenis Saluran (Rp/Kg) (Rp/Kg) (%)
Saluran 1 3200 3800 84.2
Saluran 2 2800 3700 75.7
Saluran 3 2600 3800 68.4
Sumber : Data Primer (Diolah)
Pada penelitian ini, dihutung berdasarkan harga jual akhir jagung dan pembagiannya seperti pembagian saluran dalam analisis marjin pemasaran.Farmer’s share yang diterima petani jagung pada saluran pemasaran jagung di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 15.
Saluran pemasaran I mempunyai nilai efisiensi tertinggi diantara 3 saluran yang lainkarena saluran satu memiliki farmer’s share tertinggi. Pada saluran satu petani hanya melalui satu pedagang perantara yaitu PPD untuk menyalurkan produk jagungnya ke PAP dan PPT sehingga biayapemasarannya akan lebih rendah dari saluran lainnya. Selain itu pada saluran satu sistem yang dilakukan oleh petani dan PPD adalah sistem komisi secara terbuka, sehingga bagian yang diterima petani jauh lebih tinggi dibanding bagian yang diterima PPD. Farmer’s share paling rendah adalah saluran tiga karena saluran tersebut merupakan saluran yang paling banyak melibatkan lembaga perantara Pada saluran ini farmer’share yang didapatkan lebih kecil dari saluran lainnya karena petani tidak memiliki akses kepada penjual di daerah lain, jarak antara daerah petani sulit dijangkau, selain itu petani memiliki keterikatan hutang dan memilki hubungan kepercayaan dengan PPD sehingga petani menjual jagung tanpa mempertimbangkan harga yang diberikan.
Rasio Keuntungan dan Biaya
Rasio keuntungan dan biaya merupakan alat untuk menganalisis keuntungan yang didapatkan dari biaya yang dikeluarkan pada suatu kegiatan usaha. Analisis keuntungan dan biaya juga dapat melihat
perbandingan besaran biaya dan keuntungan yang didapatkan pada pasing- masing lembaga pemasaran
Tabel 16. Analisis Biaya dan Keuntungan
Saluran
Pelaku 1 2 3
Petani
Harga Jual 2950 2800 2600
PPD
Harga Beli 2800 2600
Harga Jual 3200 2800
Biaya (Rp/Kg) 150 150
Keuntungan 250 50
B/C Ratio 1.67 1.67
Koperasi
Harga Beli 2950
Harga Jual 3600
Biaya (Rp/Kg) 300
Keuntungan 350
B/C Ratio 1.17
PPK
Harga Beli 2800
Harga Jual 3200
Biaya (Rp/Kg) 300
Keuntungan 100
B/C Ratio 0.33
PB
Harga Beli 3200 3200
Harga Jual 3700 3700
Biaya (
Rp/Kg) 320 320
B/C Ratio 0.57 0.57
Total Biaya 300 3200 470
Total Keuntungan 350 430 330
Rasio B/C 1.17 0.91 0.7
Sumber : Data Primer (Diolah)
. Lembaga yang terlibat pada rantai pasok jagung terdiri dari petani, Pedagang Pengumpul Desa (PPD), Pedagang Pengumpul Kecamatan, dan Pedagang Besar. Harga jual adalah harga yang didapatkan lembaga pemasaran dari pembeli dan harga beli adalah harga yang didapatkan lembaga pemasaran dari penjualan. Tingkat efisiensi suatu sistem pemasaran dapat dilihat dari penyebaran rasio keuntungan dan biaya. Biaya yang dikeluarkan oleh anggota saluran pemasaran pada pengaliran jagung