• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

49 BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton

Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di Laboratorium Struktur dan Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dari hasil pemeriksaan bahan penyusun beton didapat hasil sebagai berikut:

1. Hasil Pemeriksaan Agregat Halus (Pasir Merapi) a. Pemeriksaan gradasi agregat halus

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada agregat halus (pasir Merapi) didapat bahwa gradasi agregat halus termasuk dalam daerah gradasi no.2, yaitu pasir agak kasar dengan modulus halus butir sebesar 2,235 % (untuk mengetahui daerah gradasi bisa dilihat pada Tabel 3.12). Hasil pemeriksaan dapat dilihat dalam Tabel 5.1, Gambar 5.1 dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran I.

Tabel 5. 1. Hasil pemeriksaan gradasi agregat halus (pasir)

Ukuran Saringan

Lubang Ayakan (mm)

Berat Tertahan

(gram)

Berat Tertahan

(%)

Berat Tertahan Komulatif

(%)

Berat Lolos Komulatif

(%)

No. 4 4,8 0 0 0 100

No. 8 2,4 0 0 0 100

No. 16 1,2 165 16,5 16,5 83,5

No. 30 0,6 281 28,1 44,6 55,4

No. 50 0,3 268 26,8 71,4 28,6

No. 100 0,15 196 19,6 91 9

Pan 90 9 100 0

Total 1000 100 100 100

Sumber :Hasil Penelitian, 2017.

(2)

Gambar 5.1. Hasil gradasi butiran agregat halus (pasir)

b. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus

Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air dapat dilihat pada Tabel 5.2 dan untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran II. Pada hasil penelitian berat jenis pasir jenuh kering muka didapat nilai 2,62 sehingga pasir ini dapat digolongkan menjadi agregat normal karena hasilnya terletak diantara 2,5 sampai 2,7 (Tjokrodimuljo, 2007).

Tabel 5.2. Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat halus

No. Jenis Pemeriksaan Hasil

1 Berat jenis tampak 2,66

2 Berat jenis curah 2,60

3 Berat jenis jenuh kering muka 2,62

4 Penyerapan air 0,91 %

Sumber : Hasil Penelitian, 2017.

c. Pemeriksaan kadar air agregat halus

Hasil pengujian kadar air pasir didapat nilai rata-rata sebesar 4,37 %.

Kondisi ini termasuk dalam kondisi yang tidak normal dimana kadar air untuk

(3)

agregat halus (pasir) pada umumnya antara 1% sampai 2% (Tjokrodimuljo, 2007).

Maka dilakukan penjemuran atau pengeringan dengan udara terbuka, sehingga keadaan permukaan pasir kering guna mengurangi kadar air pada pasir. Hasil selengkapnya pengujian kadar air dapat dilihat pada Lampiran III.

d. Pemeriksaan berat satuan agregat halus

Dari pengujian berat satuan pasir didapat hasil 1,60 gr/cm3, dengan ini agregat dapat digolongkan sebagai agregat normal karena berada di antara 1,50 – 1,80 gr/cm3 (Tjokrodimuljo, 2007). Untuk hasil pemeriksaan dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran IV.

e. Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus

Kadar lumpur agregat halus rata-rata diperoleh sebesar 4,14 % , lebih kecil dari batas yang ditetapkan pada SK SNI S-04-1989-F tentang spesifikasi bahan bangunan bagian A, bahwa untuk beton normal kandungan lumpur tidak boleh lebih dari 5%. Sehingga pasir dapat digunakan tanpa harus dicuci terlebih dahulu. Hasil pemeriksaan selengkapnya tentang kadar lumpur dapat dilihat pada Lampiran V.

2. Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar (Batu Pecah Clereng) a. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Berat jenis batu pecah jenuh kering muka adalah 2,62 sehingga batu ini tergolong agregat normal yaitu antara 2,5 sampai 2,7 (Tjokrodimuljo, 2007).

Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 5.3 dan hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran VI.

Tabel 5.3.Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

No. Jenis Pemeriksaan Hasil

1 Berat jenis tampak 2,7

2 Berat jenis curah 2,59

3 Berat jenis jenuh kering muka 2,62

4 Penyerapan air 1,52 %

Sumber :Hasil Penelitian, 2017.

(4)

b. Pemeriksaan kadar air agregat kasar

Hasil pengujian kadar air agregat kasar didapat nilai rata-rata sebesar 0.35

%, jadi agregat kasar batu pecah (split) ini termasuk agregat normal, karena syarat kadar air maksimum untuk agregat normal adalah sebesar 2 % (Mulyono, 2004). Hasil selengkapnya pengujian kadar air agregat kasar dapat dilihat pada Lampiran VII.

c. Pemeriksaan kadar lumpur agregat kasar

Kadar lumpur agregat kasar rata-rata diperoleh sebesar 1,75 % , lebih besar dari batas yang ditetapkan pada SK SNI S-04-1989-F tentang spesifikasi bahan bangunan bagian A, bahwa untuk beton normal kandungan lumpur tidak boleh lebih dari 1%. Karena lebih dari dari 1%, agregat kasar dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan untuk pencampuran beton. Untuk hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran VIII.

d. Pemeriksaan berat satuan agregat kasar

Berat satuan agregat kasar yang diperoleh dari hasil pemeriksaan adalah sebesar 1,55 g/cm3, dengan ini agregat dapat digolongkan sebagai agregat normal karena berada di antara 1,50 – 1,80 g/cm3 (Tjokrodimuljo, 2007). Hasil pemeriksaan dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran IX.

e. Pemeriksaan keausan agregat kasar

Keausan butir batu pecah yang diperoleh dari hasil pemeriksaan adalah 20,96 %, lebih kecil dari batas maksimum yang ditetapkan yaitu 40 % apabila agregat kasar diuji dengan mesin Los Angeles (Tjokrodimuljo, 2007). Hasil pemeriksaan keausan agregat kasar dapat dilihat pada Lampiran X.

B. Hasil Perencanaan Campuran Beton (Mix Design)

Perencanaan campuran beton (mix design) diperlukan untuk mengetahui akan kebutuhan yang diperlukan pada perancangan beton. Untuk kuat tekan yang direncanakan 20 MPa dengan nilai fas 0,50 didapat rencana kebutuhan bahan untuk tiap adukan beton yang dapat ditampilkan pada Tabel 5.4 dan Tabel 5.5.

Perhitungan perencanaan campuran beton dengan metode SK SNI 03-2847-2002 (Tjokrodimuljo, 2007), selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran XI.

(5)

Tabel 5.4. Kebutuhan bahan susun untuk tiap 1 m3 adukan beton normal

Jenis Bahan Kebutuhan Bahan Satuan

Air 205 liter/ m3

Semen 410 kg/ m3

Agregat halus 708 kg/ m3

Agregat kasar 1062 kg/ m3

Sumber : Hasil Penelitian, 2017.

Tabel 5.5. Kebutuhan bahan susun untuk tiap 1 benda uji beton normal

Jenis Bahan Kebutuhan Bahan Satuan

Air 1,24 liter

Semen 2,48 kg

Agregat halus 4,24 kg

Agregat kasar 6,42 kg

Sumber : Hasil Penelitian, 2017.

C. Hasil Pengujian Slump Beton Segar

Pengujian slump dilakukan pada saat pengadukan pencampuran beton, untuk hasil pengujian slump yang dilakukan dapat dilihatdi Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Hasil uji slump beton darisemuamerek semen

No Merek

Semen

Umur (Hari)

Uji slump 1

(cm)

Uji slump 2

(cm)

Uji slump 3

(cm)

Slump rata-rata

(cm)

Semen Merah Putih

7 13 12 14 13

1 14 13 10 14 12

28 14 15 13 14

Semen Bima

7 12 13 14 13

2 14 13 14 12 13

28 14 15 13 14

(6)

Semen Conch

7 14 13 15 14

3 14 12 14 14 13

28 13 11 12 12

Sumber : Hasil Penelitian, 2017.

Hasil uji nilai slump ke tiga merek semen sesuai dengan yang dibutuhkan, karena menunjukkan rata-rata nilai slumpnya antara 12 - 14 cm, sesuai dengan Tabel 3.1 yang menetapkan nilai slump untuk beton normal sesuai dengan yang direncanakan adalah 7,5 – 15 cm.

D. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton

Pada penelitian ini dilakukan pengujian kuat tekan beton normal antara beton yang menggunakan Semen A, Semen B, dan Semen C. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 7 hari, 14 hari, dan 28 hari. Hasil pengujiannya dapat dilihat pada Tabel 5.7, dan hasil lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran XII.

Tabel 5.7. Hasil uji kuat tekan beton Merek

Semen

Umur Beton (hari)

Benda Uji I (MPa)

Benda Uji II (MPa)

Benda Uji III (MPa)

Rata-rata (MPa)

Semen Merah Putih

7 10,91 12,15 15,26 12,77

14 10.60 10,89 14,72 12,07

28 15,83 20,88 20,90 19,20

Semen Bima

7 11,23 13,08 13,14 12,48

14 8,96 12,64 18,42 13,34

28 15,57 15,93 18,19 16,56

Semen Conch

7 12,40 16,01 18,80 15,74

14 16,21 17,35 25,48 19,68

28 14,09 15,25 23,43 17,59

Sumber : Hasil Penelitian, 2017.

(7)

E. Hubungan antara Umur dan Kuat Tekan Beton

Grafik hubungan antara umur dan kuat tekan beton yang menggunakan Semen Merah Putih ditampilkan pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2. Hubungan umur dan kuat tekan beton yang menggunakan Semen Merah Putih

Grafik hubungan antara umur dan kuat tekan beton yang menggunakan Semen Bima ditampilkan pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3. Hubungan umur dan kuat tekan beton yang menggunakan Semen Bima

y = 4.638ln(x) + 2.441 R² = 0.475

0 5 10 15 20 25

0 5 10 15 20 25 30

Kuat Tekan (MPa)

Umur (hari)

y = 2.943ln(x) + 6.361 R² = 0.313

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

0 5 10 15 20 25 30

Kuat Tekan (MPa)

Umur (hari)

(8)

Grafik hubungan antara umur dan kuat tekan beton yang menggunakan Semen Conch ditampilkan pada gambar 5.4.

Gambar 5.4. Hubungan umur dan kuat tekan beton yang menggunakan Semen Conch

Dari Gambar 5.2 sampai dengan Gambar 5.4 menunjukkan bahwa bertambahnya umur beton sangat berpengaruh terhadap nilai kuat tekan beton.

Perbandingan nilai kuat tekan beton rata-rata antara masing-masing merek semen dapat dilihat pada Gambar 5.5.

Gambar 5.5. Perbandingan kuat tekan beton antara masing-masing merek semen

y = 1.336ln(x) + 14.141 R² = 0.035

0 5 10 15 20 25 30

0 5 10 15 20 25 30

Kuat Tekan (MPa)

Umur (hari)

12.77

12.07

19.2

12.48 13.34

16.56 15.74

19.68

17.59

0 5 10 15 20 25

7 14 28

Kuat Tekan (MPa)

Umur (hari)

Semen Merah Putih Semen Bima Semen Conch

(9)

Nilai kuat tekan beton yang direncanakan harus dikorelasikan dengan nilai kuat tekan beton yang didapat dari hasil penelitian, supaya bisa diketahui apakah nilai kuat tekan beton yang diteliti sesuai dengan nilai kuat tekan beton yang direncanakan. Dari Gambar 5.6 tampak bahwa nilai kuat tekan beton dari benda uji yang diteliti hanya tiga buah yang nilai kuat tekannya melebihi kuat tekan rencana, yaitu benda uji 2 dan benda uji 3 yang menggunakan Semen Merah Putih, dan benda uji 3 yang menggunakan Semen Conch.

Gambar 5.6. Korelasi nilai kuat tekan beton yang diteliti dengan nilai kuat tekan beton rencana

F. Faktor Pengali

Nilai faktor pengali berfungsi untuk mengetahui kekuatan beton pada umur tertentu. Nilai faktor pengali dalam dunia konstruksi secara umum digunakan untuk mengetahui mutu beton yang disyaratkan. Misalkan pada sebuah proyek konstruksi tahap awal pasti diadakan pengambilan sampel beton sebelum dilakukan pengecoran, dari sampel kemudian diuji pada umur 7 hari dikalikan dengan faktor pengali.

Faktor pengali diperoleh dari perbandingan antar nilai kuat tekan beton pada umur 28 hari terhadap nilai kuat tekan beton pada umur 7 hari dan 14 hari. Dan

15.83

20.88 20.9

15.73 15.93 18.19

14.09

15.25 23.43

0 5 10 15 20 25

0 2 4 6 8 10

Kuat Tekan MPa

Nomor Benda Uji

Kuat Tekan Rencana Semen Merah Putih

Semen Bima

Semen Conch

(10)

faktor pengali kuat tekan beton yang menggunakan Semen Merah Putih, Semen Bima, dan Semen Conch dengan persamaan sebagai berikut :

-Faktor pengali kuat tekan beton pada Semen Merah Putih:

-Faktor pengali umur 7 hari = = = 1,56

-Faktor pengali kuat tekan beton pada Semen Bima:

-Faktor pengali umur 7 hari = = = 1,34

-Faktor pengali kuat tekan beton pada Semen Conch:

-Faktor pengali umur 7 hari = = = 1,11

Hasil faktor pengali untuk masing-masing merek semen dengan variasi umurnya dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Hasil faktor pengali

No Merek Semen Umur (hari) Faktor pengali

1

Semen Merah Putih

7 1,56

14 1,22

28 1

2 Semen Bima

7 1,34

14 1,14

28 1

3 Semen Conch

7 1,11

14 1,05

28 1

Sumber : Hasil Penelitian, 2017.

Gambar

Tabel 5. 1. Hasil pemeriksaan gradasi agregat halus (pasir)
Gambar 5.1. Hasil gradasi butiran agregat halus (pasir)
Tabel 5.3.Hasil pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar
Tabel 5.6. Hasil uji slump beton darisemuamerek semen
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran 1 (RPP-1). Pada pertemuaan ini pembelajaran berlangsung dengan metode ceramah,

³6D\D PHQJHWDKXL .35 EDQN PXDPDODW NDUHQD DGDQ\D LQIRUPDVL \DQJ GLEHULNDQ ROHK WHPDQ VHKLQJJD VD\D PHQJHWDKXL DGDQ\D .35 PXDPDODW ´ 3HQGDSDW V\DPVXGLQ PHQJHQDL IDNWRU WHPDQ

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai Ayam Sentul berpengaruh nyata terhadap bobot (P>0,01) dengan rataan Sa = 25,94 ± 5,36 g dan persentase gizzard (P>0,05)

Subjek menunjukan sikap yang baik dalam kesehariannya tidak menunjukan dampak negatif dari perceraian orang tuanya selain itu subjek juga mampu mengembangkan

• Arahan lokasi berada pada wilayah puncak kubah (peat dome), dimana lokasi tersebut merupakan area gambut yang paling tebal/dalam dan lebih dari 3 meter.

Dengan demikian, semakin tinggi tingkat kesadaran etis yang dimiliki oleh auditor maka perilaku auditor eksternal akan semakin baik, hal ini menunjukkan bahwa auditor

Persuasi (ajakan). Pada menulis karangan diskripsi jelas membutuhkan keahlian tertentu, sebab tulisan harus dapat memberikan gambaran yang jelas dari objek agar pembaca

Dc to Dc konverter merupakaian rangkaian yang menstabilkan energi yang dihasilkan panel surya fleksibel agar dapat dikonsumsi guna untuk keperluan pengisian