BAHAN DAN METODE
Desain Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan di wilayah sekitar PLTU Suralaya pada Januari sampai Maret 2010 dirancang sebagai metodologi deskriptif korelasional.
Metodologi deskriptif bertujuan: (1) Menggambarkan jumlah dan persentase responden tentang opini publik berdasarkan desa, jenis pekerjaan, dan jenis kelamin, (2) Menggambarkan jumlah dan persentase responden menurut perilaku membaca suratkabar, (3) Menggambarkan jumlah dan persentase responden terhadap perilaku berkomunikasi, frekuensi berkomunikasi, dan informasi tentang PLTU Suralaya dari public relations terhadap opini publik, (4) Menggambarkan jumlah dan persentase responden terhadap perilaku berkomunikasi, frekuensi berkomunikasi, dan informasi tantang PLTU Suralaya dari opinion leader terhadap opini publik. Sementara metodologi korelasional bertujuan: (1) Mengetahui hubungan antara suratkabar dengan opini publik, (2) Mengetahui hubungan antara public relations dengan opini publik, dan (3) Mengetahui hubungan antara opinion leader dengan opini publik.
Peubah bebas yang digunakan adalah faktor-faktor pembentuk opini publik dengan variabel suratkabar, public relations, opinion leader, dan pengalaman. Peubah terikat adalah opini publik dengan variabel opini publik tentang dampak PLTU Suralaya.
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di wilayah PLTU Suralaya, Cilegon, Banten.
Wilayah PLTU Suralaya tersebar tiga desa yaitu Desa Suralaya, Desa Lebak gede dan Desa Salira Indah. Tiga desa penelitian ini sesuai dengan tata ruang Kota Cilegon yang berada pada daerah industri di mana hanya PLTU Suralaya yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari sampai Maret 2010.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah masyarakat sekitar PLTU Suralaya..
Pengambilan sampel dilakukan cluster random sampling dari masyarakat yang tinggal di Desa Suralaya, Salira Indah dan Lebakgede dengan jumlah penduduk yang berbeda pada masing-masing desa tersebut. Masyarakat dari tiga desa penelitian memiliki peluang yang sama berdasarkan mata pencaharian sebagai pegawai, petani, pedagang, dan nelayan. (Eriyanto, 2007).
Jumlah sampel pada pengambilan data kuantitatif sebanyak 343 orang yang diambil 10 persen (0,1) dari 3430 (Rakhmat, 2004). Berikut pengambilan sampel dari tiga desa di sekitar PLTU Suralaya (Tabel 1).
Tabel 1. Jumlah Populasi dan Sampel Berdasarkan Mata Pencaharian dari Tiga Desa Penelitian Tahun 2010
Mata Pencaharian
Populasi Desa Suralaya
Sampel (10%)
Populasi Desa Lebakgede
Sampel (10%)
Populasi Desa Salira
Sampel (10%)
Pegawai 697 69.7 550 55 15 1.5
Petani 203 20.3 488 48.8 350 35
Pedagang 186 18.6 546 54.6 154 15.4
Nelayan 50 5 170 17 21 2.1
Total 113.6 175.4 54
N (sampel) = 113.6 + 175.4 + 54 = 343
Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi
Validitas
Menurut Singarimbun dan Effendy (2006), validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur tersebut mengukur apa yang ingin diukur. Penelitian ini menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data penelitian yang disusun dengan mengukur apa yang ingin diukurnya.
Daftar pertanyaan agar kuesioner mempunyai validitas tinggi disusun dengan cara berikut: (1) Mempertimbangkan teori-teori dan kenyataan yang telah diungkapkan pada berbagai pustaka, (2) Menyesuaikan isi pertanyaan dengan kondisi masyarakat di Desa Suralaya, Desa Salira, dan Desa Lebakgede, dan (3) Memperhatikan masukan para pakar.
Butir-butir pertanyaan yang tersusun dalam kuesioner dianalisis dengan menggunakan korelasi pearson dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:
rb =
{
2 ( )2}{
2 ( )2}
) )(
(
Y Y
N X X
N
Y X XY N
Σ
− Σ Σ
− Σ
Σ Σ
∑
−Di mana:
rb = korelasi X= skor item
Y = skor total dikurangi skor item
N = ukuran sampel (Singarimbun dan Effendi, 2006)
Pengujian validitas menggunakan korelasi pearson pada SPSS. 10.0.1.
Hasil uji validitas terhadap kuesioner menunjukkan bahwa semua butir pada kuesioner dinyatakan valid.
Reliabilitas
Relibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach. Rumusan koefesien reliabilitas untuk instrumen penelitian yang berupa skor berskala ordinal digunakan persamaan Koefisien-a (Cronbach,1951) dalam Singarimbun dan Effendi (2006). Koefisien Alpha Cronbach dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
−
= −
∑
2 2
1 1 x
j
S S k
α k
Di mana : α = Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach k = Banyaknya belahan tes
Sj2 = Varians belahan Sx2 = Varians skor testz
Nilai r yang diperoleh dibandingkan dengan nilai koefisien r dari tabel korelasi. Reliabel bila r > rtabel, sedangkan bila r < rtabel maka perlu ada perbaikan atau dilakukan uji ulang terhadap pertanyaan tersebut.
Hasil uji reliabilitas diperoleh bahwa semua butir soal dan antar variabel kuesioner memiliki nilai rhitung > rtabel. Hasil pengujian reliabilitas instrumen yang
digunakan untuk penelitian ini menunjukkan alpha (koefisien reliabilitas) adalah 0. 6124. Hal ini berarti instrumen tersebut andal (reliabel) sebagai instrumen penelitian untuk n = 20 (Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumentasi dapat dilihat pada Lampiran 1).
Definisi Operasional
Definisi operasional dan indikator-indikator peubah bebas dan peubah terikat diuraikan sebagai berikut:
3.5.1 Peubah Bebas
Peubah bebas yang digunakan penelitian ini adalah faktor-faktor pembentuk opini publik.
X1. Suratkabar, adalah faktor pembentuk yang dapat memiliki hubungan dengan opini publik tentang PLTU Suralaya terhadap dampak positif dan dampak negatif.
Dampak positif dari PLTU Suralaya yaitu ekonomi menjadi lebih sejahtera dan suasana lingkungan menjadi lebih ramai. Dampak negatif dari PLTU Suralaya antara lain PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin, abu batubara mengganggu kesehatan, abu batubara meracuni ikan di laut, abu batubara merusak pertanian, dan abu batubara mengotori bahan dagangan.
X1.1 Fungsi suratkabar, adalah adalah informasi mengenai PLTU Suralaya yang diberikan oleh suratkabar kepada responden sehingga dapat membentuk opini publik dengan menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (tidak setuju), cukup (kurang setuju), tinggi (setuju), dan sangat tinggi (sangat setuju).
Pertanyaan tentang fungsi suratkabar terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 4.
X1.2 Pesan suratkabar, adalah kesesuaian isi informasi yang disampaikan suratkabar kepada responden sehingga dapat mempengaruhi tingkat kepuasan responden dengan menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (tidak setuju/tidak puas), cukup (kurang setuju/kurang puas), tinggi (setuju/puas), dan sangat tinggi (sangat setuju/sangat puas). Pertanyaan tentang pesan suratkabar terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 5 dan 6.
X1.3 Frekuensi, adalah jumlah atau tingkat keseringan responden membaca suratkabar dengan menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (satu sampai dua kali), cukup (dua sampai empat kali), tinggi (empat sampai enam
kali), dan sangat tinggi (lebih dari enam kali). Pertanyaan tentang frekuensi suratkabar terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 2.
X2. Public relations, adalah seseorang yang dijadikan sebagai sumber informasi di PLTU Suralaya yang merupakan faktor pembentuk sehingga dapat memiliki hubungan dengan opini publik tentang PLTU Suralaya terhadap dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari PLTU Suralaya yaitu ekonomi menjadi lebih sejahtera dan suasana lingkungan menjadi lebih ramai. Dampak negatif dari PLTU Suralaya antara lain PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin, abu batubara mengganggu kesehatan, abu batubara meracuni ikan di laut, abu batubara merusak pertanian, dan abu batubara mengotori bahan dagangan.
X2.1 Fungsi public relations, adalah informasi mengenai PLTU Suralaya yang diberikan oleh public relations kepada responden sehingga dapat membentuk opini publik dengan menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (tidak setuju), cukup (kurang setuju), tinggi (setuju), dan sangat tinggi (sangat setuju).
Pertanyaan tentang fungsi public relations terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 11.
X2.2 Pesan public relations, adalah kesesuaian isi informasi yang disampaikan public relations kepada responden sehingga dapat mempengaruhi tingkat kepuasan responden dengan menggunakan skala ordinal berupa rendah (tidak setuju/tidak puas), cukup (kurang setuju/kurang puas), tinggi (setuju/puas), dan sangat tinggi (sangat setuju/sangat puas). Pertanyaan tentang pesan public relations terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 12 dan 13.
X2.3 Frekuensi, adalah jumlah atau tingkat keseringan responden berkomunikasi dengan public relations dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Pertanyaan tentang frekuensi public relations terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 8 dan 9.
X3. Opinion leader, adalah pemuka pendapat yang terdiri dari tokoh agama dan tokoh masyarakat yang merupakan faktor pembentuk sehingga dapat memiliki hubungan dengan opini publik tentang PLTU Suralaya terhadap dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari PLTU Suralaya yaitu ekonomi menjadi
lebih sejahtera dan suasana lingkungan menjadi lebih ramai. Dampak negatif dari PLTU Suralaya antara lain PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin, abu batubara mengganggu kesehatan, abu batubara meracuni ikan di laut, abu batubara merusak pertanian, dan abu batubara mengotori bahan dagangan.
X3.1 Fungsi opinion leader, adalah informasi mengenai PLTU Suralaya yang diberikan oleh opinion leader kepada responden sehingga dapat membentuk opini publik dengan menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (tidak setuju), cukup (kurang setuju), tinggi (setuju), dan sangat tinggi (sangat setuju).
Pertanyaan tentang fungsi opinion leader terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 25.
X3.2 Pesan opinion leader, adalah kesesuaian isi informasi yang disampaikan opinion leader kepada responden sehingga dapat mempengaruhi tingkat kepuasan responden dengan menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (tidak setuju/tidak puas), cukup (kurang setuju/kurang puas), tinggi (setuju/puas), dan sangat tinggi (sangat setuju/sangat puas). Pertanyaan tentang pesan opinion leader terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 19 dan 20 untuk tokoh agama serta pertanyaan nomor 26 dan 27 untuk tokoh masyarakat.
X3.2 Frekuensi, adalah jumlah atau tingkat keseringan responden berkomunikasi dengan opinion leader dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Pertanyaan tentang frekuensi opinion leader terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 15 untuk tokoh agama dan pertanyaan nomor 22 untuk tokoh masyarakat.
X4. Pengalaman, adalah hal-hal yang pernah dialami oleh responden tentang PLTU Suralaya berdasarkan pengetahuan, dan keterampilan yang merupakan faktor pembentuk sehingga dapat memiliki hubungan dengan opini publik tentang PLTU Suralaya terhadap dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari PLTU Suralaya yaitu ekonomi menjadi lebih sejahtera dan suasana lingkungan menjadi lebih ramai. Dampak negatif dari PLTU Suralaya antara lain PLTU Suralaya menimbulkan kebisingan dari suara mesin, abu batubara mengganggu kesehatan, abu batubara meracuni ikan di laut, abu batubara merusak pertanian, dan abu batubara mengotori bahan dagangan.
X4.1 Keterlibatan masyarakat, adalah keterlibatan responden terkena abu batubara dengan menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (tidak setuju), cukup (kurang setuju), tinggi (setuju), dan sangat tinggi (sangat setuju).
Pertanyaan tentang keterlibatan masyarakat terdapat pada kuesioner dengan pertanyaan nomor 4.
X4.2 Fungsi PLTU Suralaya, adalah Pelayanan PLTU Suralaya kepada responden melalui program community development pada masalah abu batubara dengan menggunakan skala ordinal berupa kategori rendah (tidak senang/tidak pengaruh), cukup (kurang setuju/kurang pengaruh), tinggi (setuju/pengaruh), dan sangat tinggi (sangat setuju/sangat pengaruh).
3.5.2 Peubah Terikat
Peubah terikat yang digunakan penelitian ini adalah opini publik.
Y1 Dampak PLTU Suralaya, adalah opini responden tentang dampak positif maupun negatif dari PLTU Suralaya dengan menggunakan skala ordinal berupa rendah (tidak setuju), cukup (kurang setuju), tinggi (setuju), dan sangat tinggi (sangat setuju).
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder.
a) Data primer diperoleh melalui:
(1) Observasi
Peneliti melakukan observasi secara langsung terhadap kondisi PLTU Suralaya serta desa penelitian yang berhubungan dengan masalah abu batubara.
Peneliti berinteraksi dalam situasi sosial untuk memahami masalah yang terjadi secara cermat. Peneliti secara langsung melihat atau mengamati apa yang terjadi di sekitar PLTU Suralaya, antara lain usaha konveksi, usaha pengembangan wisata pantai, pembuatan batako, tumpukkan abu batubara, dan sebagainya.
(2) Kuesioner
Kuesioner disebarkan secara langsung kepada responden sebagai masyarakat yang tinggal di tiga desa penelitian menggunakan sampel acak klaster.
Kuesioner disusun berdasarkan data variabel faktor-faktor pembentuk opini publik dengan opini publik tentang PLTU Suralaya. Penyusunan pertanyaan dalam kuesioner dilakukan dengan menggunakan pertanyaan tertutup dan terbuka.
Pertanyaan tertutup ditujukkan untuk fungsi dan pesan suratkabar, public relations, opinion leader, pengalaman serta frekuensi suratkabar. Pertanyaan terbuka ditujukkan untuk frekuensi public relations dan opinion leader.
Pertanyaan disusun berdasarkan hasil observasi di lapangan. Hal ini dimaksudkan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan penelitian.
(3) Wawancara
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara dengan subjek yang terlibat dalam interaksi sosial yang dianggap memiliki pengetahuan, mendalami situasi, dan mengetahui informasi secara jelas untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan isu abu batubara. Wawancara dilakukan secara formal maupun informal, terjadwal dan tidak terjadwal, serta di tempat resmi dan di tempat tidak resmi (umum) selama masih membutuhkan informasi sesuai dengan tujuan penelitian.
Wawancara dilakukan secara individu dengan individu maupun individu dengan kelompok. Wawancara individu dengan individu yaitu peneliti melakukan wawancara dengan masyarakat, public relations, dan opinion leader. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui peristiwa yang sedang terjadi di lingkungan PLTU Suralaya dari berbagai sudut pandang.
Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Endang Hidayat sebagai seorang public relations PLTU Suralaya. Peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa opinion leader di antaranya Bapak Usman, Bapak Wahli, dan Bapak Oman (Contoh gambar dapat dilihat pada lampiran 4). Beberapa masyarakat juga diwawancarai oleh peneliti di antaranya Bapak Fahri, Bapak Udi, Bapak Apit, Bapak Jarot, dan Ibu Tuti.
Wawancara individu dengan kelompok, wawancara dilakukan secara FGD (Focus Group Discussion) berdasarkan kelompok mata pencaharian yaitu pegawai, petani, pedagang, dan nelayan. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui informasi lebih dalam tentang PLTU Suralaya, khususnya abu batubara, dari masing-masing kelompok.
(4) Focus Group Discussion (FGD)
FGD sebagai salah satu metode untuk memberikan interpretasi dari data kuesioner. Peneliti ingin memperoleh informasi yang akurat mengenai opini publik tentang PLTU Suralaya.
Menurut Litosseliti (2003), FGD disusun untuk menggali topik yang spesifik dari pandangan dan pengalaman individu melalui interaksi kelompok.
Peneliti melakukan FGD dengan masyarakat yang bekerja sebagai pegawai, pedagang, petani, dan nelayan yang ditekankan pada interaksi serta perilaku yang muncul ketika disuguhkan isu mengenai PLTU Suralaya berdasarkan kepentingan penelitian.
Teknik ini mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.
Analisis data FGD merupakan proses analisis yang dapat digambarkan sebagai kontinum yang diawali dengan tahap-tahap berikut:
Raw data adalah satu sisi kontinum berupa penyajian dari data mentah, yaitu pernyataan-pernyatan yang tepat dan teliti dari peserta FGD ketika menjawab topik yang diangkat dalam diskusi.
Descriptive Statament adalah pernyataan-pernyataan deskriptif ringkasan dari dari pernyataan responden. Dalam hal ini, peneliti membuat deskriptif singkat dari data mentah tersebut. Jika penyajian data mentah berisi semua jawaban, maka deskriptif ini merupakan penyederhanaan dengan hanya memberikan bagian- bagian penting yang menonjol. Bagian-bagian ini harus berdasarkan tujuan penelitian.
Interpretasi adalah proses deskriptif dengan menjelaskan arti dari data.
Interpretasi hanya bertujuan memberikan penjelasan. Kegiatan FGD dihadiri empat orang peserta dari tiga desa penelitian. Peserta FGD terdiri dari kelompok petani, nelayan, pedagang, dan pegawai. Peneliti menyampaikan presentasi tentang PLTU Suralaya. Peserta FGD diambil pada tiga desa penelitian. Peserta
Raw Data Descriptive Interpretation
Statement
duduk melingkar selama berlangsungnya diskusi (Contoh gambar dapat dilihat pada Lampiran 5).
Diskusi ini dilengkapi form pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang apa yang akan dibicarakan dalam FGD. Peneliti mengawali FGD dengan memberikan gambaran tentang PLTU Suralaya secara umum.
Kemudian peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkembang hingga terjadinya diskusi dengan kelompok masyarakat. Setelah itu, peneliti mengakhiri FGD dengan penutup dari hasil diskusi.
(5) Triangulasi
Menurut Iskandar (2008), peneliti melakukan triangulasi dengan pengecekan ulang terhadap sumber-sumber data dengan cara:
a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
Peneliti tidak cukup memperoleh data dari pengamatan sebagai data penelitian. Oleh karena itu, peneliti melakukan wawancara dengan narasumber yang kredibel sesuai dengan kebutuhan informasi. Maka peneliti dapat membandingkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
b) Membandingkan apa yang dikatakan oleh seseorang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
Peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Endang Hidayat sebagai seorang public relations PLTU Suralaya dan bapak Erick Rebiin sebagai koordinator Forum Peduli Suralaya yang merupakan sumber intern dan ekstern. Peneliti mendapatkan informasi yang kontras tentang PLTU Suralaya, termasuk abu batubara yang digunakan sebagai bahan bakar.
c) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain.
Data penelitian diperoleh dari berbagai sudut pandang orang yang berbeda.
Maka peneliti melakukan wawancara dengan masyarakat yang bekerja sebagai pegawai, nelayan, pedagang, dan petani untuk mendapatkan informasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat dari mereka sesuai dengan pengalaman.
d) Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.
Peneliti juga tidak hanya memperoleh data dari hasil penelitian. Oleh karena itu, peneliti membutuhkan dokumen. Hasil wawancara dan isi dokumen dibandingkan oleh peneliti untuk kesesuaian informasi.
(6) Investigasi
Peneliti memeriksa kesamaan dokumentasi dan hasil penelitian selama proses penelitian berlangsung. Informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai referensi sebelumnya ditindaklanjuti dengan penelusuran secara langsung pada keadaan di lapangan.
Investigasi dapat dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan pengamatan selama penelitian sehingga peneliti dapat mengetahui kejelasan informasi yang dibutuhkan. Peneliti ingin mengetahui bagaimana opini publik tentang PLTU Suralaya secara umum, bagaimana kebenaran tentang isu gangguan pernafasan akibat PLTU Suralaya, dan bagaimana keinginan masyarakat sekitar terhadap PLTU Suralaya.
b) Data sekunder diperoleh melalui:
(1) Studi dokumentasi PLTU Suralaya
Studi dokumentasi dalam penelitian ini berupa dokumentasi pribadi, dokumentasi resmi kelembagaan (organisasi), referensi-referensi (literatur laporan dan tulisan) yang memiliki relevansi dengan penelitian.
(2) Studi Dokumentasi Data Monografi Desa
Studi dokumentasi yang merupakan analisis dokumen berupa penelaahnya terhadap dokumentasi data-data monografi Desa Suralaya, Desa Salira Indah, dan Desa Lebakgede yang diperlukan dalam penelitian ini.
Analisis Data
(1) Pengolahan Data Kuesioner
Data primer yang telah dikumpulkan melalui kuesioner diolah dan dianalisis dengan kuantitatif. Tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui distribusi jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin, pekerjaan, terpaan suratkabar, terpaan public relations, dan terpaan opinion leader di tiga desa penelitian tahun 2010. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
n = f/k x 100 Keterangan:
n = Jumlah populasi f = Frekuensi k = Kategori
100 = Persentase (%) (Mukhtar & Widodo, 2000)
Opini publik berdasarkan desa, jenis pekerjaan, dan jenis kelamin dianalisis dengan menggunakan chi kuadrat (chi square). Analisis penelitian ini menggunakan SPSS 10.
.Hubungan suratkabar, public relations, opinion leader, dan pengalaman dengan opini publik dianalisis menggunakan korelasi gamma untuk menjelaskan antarvariabel dengan rumus sebagai berikut:
∂ = C D D C
+
−
Keterangan: ∂ = korelasi/asosiasi gamma C = Concordant
D = Discordant
(2) Display Data atau Penyajian Data
Penyajian data yang digunakan berbentuk teks naratif. Peneliti menganalisis dan menyusun secara sistematis dari data kuesioner sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang diteliti. Dengan demikian, gambaran hasil penelitian dapat dipahami secara jelas.
(3) Kesimpulan
Peneliti mengambil kesimpulan hasil penelitian setelah menganalisis dari display data. Kesimpulan diuraikan berdasarkan rumusan masalah yang disesuaikan dengan tujuan penelitian.