• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Z.Tamin dituliskan bahwa tarikan pergerakan adalah jumlah pergerakan yang. Gambar 2.1 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Z.Tamin dituliskan bahwa tarikan pergerakan adalah jumlah pergerakan yang. Gambar 2.1 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Tarikan pergerakan

Dalam buku Perencanaan dan Pemodelan Transportasi karangan Ofyar Z.Tamin dituliskan bahwa tarikan pergerakan adalah jumlah pergerakan yang tertarik menuju ke suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik.

pergerakan yang berasal dari suatu zona pergerakan yang menuju suatu zona

Gambar 2.1 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan

Hasil keluaran dari perhitungan tarikan lalu lintas berupa jumlah kendaraan, orang, atau angkutan barang per satuan waktu, misalnya kendaraan/jam.

Tarikan lalu lintas tersebut tergantung pada dua aspek tata guna lahan, yaitu:

• Jenis tata guna lahan

• Intensitas atau jumlah aktivitas pada tata guna lahan tersebut

(i) (j)

Pergerakan yang berasal dari zona i pergerakan yang menuju ke zona j

(2)

Jenis Tata Guna Lahan

Pendataan tata guna lahan merupakan lahan pokok dalam telaah perangkutan kota sebagai landasan untuk mengukur kaitan antara guna lahan dengan pembangkit lalu lintas. Pendataan ini juga menyajikan berbagai keterangan yang sangat diperlukan untuk menaksir tata guna lahan dimasa depan.

Tata guna lahan (dalam kota) menunjukkan kegiatan perkotaan yang menempati petak yang bersangkutan. Setiap petak dapat dirincikan dengan 3 ukuran dasar yaitu:

a. Jenis kegiatan

Jenis kegiatan dapat ditelaah dari 2 aspek: 1) yang umum, menyangkut penggunaannya seperti perdagangan, industri dan pemukiman. 2) yang khusus, menyangkut sejumlah ciri yang lebih rinci seperti ukuran, luas, fungsinya dalam lingkungan perkotaan.

b. Intensitas penggunaan lahan

Semakin tinggi tingkat penggunaan sebidang tanah, semakin tinggi pergerakan arus lalu lintas yang dihasilkannya. Salah satu ukuran intensitas aktivitas sebidang tanah adalah kepadatannya.

Data jenis kegiatan dan intensitas keguanaan lahan dipakai sebagai peubah yang menjelaskan atau memberikan pertanda tentang besarnya perjalanan ke dan dari zone yang berbeda-beda.

Pendataan intensitas guna lahan mengunakan zone yang sama dengan zone pendataan kegiatan. Disamping itu, kategori kegiatan pun hendaknya sama dengan pencatatan sebelumnya.

Intensitas guna lahan dalam tiap one diukur dengan 2 macam angka banding yaitu:

(3)

1. Angka banding dasar bangunan

lahan petak luas

bangunan dasar

ABDB= luas

2. Angka banding lantai bangunan

lahan petak luas

bangunan lantai

ABLB= luas

Makin tinggi ABLB makin tinggi pula intensitas guna lahan; berarti penggunaan tanah sangat efisien, penggunaan tanah yang baik ditinjau dari segi keindahan, keamanan dan kenyamanan adalah yang ABDB-nya rendah.

c. Hubungan antar guna lahan.

Ukuran ini bersangkut paut dengan jarak yang harus ditempuh orang dan barang untuk mencapai lokasi tertentu, sering sudah termasuk dalam pengertian daya dukung.

Jenis tata guna lahan yang berbeda ( permukiman, pendidikan, dan komersial mempunyai ciri tarikan yang berbeda dalam hal :

• Jumlah arus lalu lintas

• Jenis lalu lintas ( pejalan kaki,truk,mobil)

• Lalu lintas pada waktu tertentu ( kantor menghasilkan lalu lintas pada pagi dan sore hari, sedangkan pertokoan menghasilkan arus lalu lintas sepanjang hari ).

II.2. Karakteristik Arus Lalu Lintas

Karakteristik volume lalu lintas didefinisikan sebagai variasi volume lalu lintas menurut waktu dan menurut arah.Variasi menurut waktu berarti variasi volume lalu lintas tersebut sejalan dengan perubahan waktu di dalam

(4)

periodanya.Variasi menurut arah berarti variasi volume yng disebabkan perubahan arah lalu lintas yang lebih dominan.

Dengan diketahuinya karakteristik volume lalu lintas maka dapat dibuat suatu kebijaksanaan dalam mengoperasikan fasilitas transportasi yang tersedia.

Pengoperasian fasilitas tersebut ditentukan berdasarkan jumlah kebutuhan lalu lintas yang dilayani dan tingkat pelayanan rencana yang akan diberikan.

RUMAH TEMPAT

KERJA RUMAH TEMPAT

TINJAU

C

TEMPAT TUJUAN

TEMPAT TINJAU

RUMAH

KERJA

TINJAU

TEMPAT TUJUAN

TINJAU

TINJAU (a) Tarikan perjalanan

sederhana

(b) Tarikan perjalanan ganda

Gambar 2.1.1. Flow Chart Hirarki Tarikan Perjalanan

II.2.1. Variasi Volume Lalu lintas menurut waktu

Untuk suatu lokasi tertentu variasi volume lalu lintas menurut waktu dapat dipecah menjadi tiga bagian utama, seperti dijelaskan dibawah ini.

II.2.1.1. Perubahan arus lalu lintas akibat pertumbuhan lalu lintas

Pertumbuhan lalu lintas biasanya dinyatakan dalam jumlah persen pertahun.

Pertumbuhan ini disebabkan oleh :

• Pertumbuhan normal, yaitu naiknya dalam jumlah kendaraan yang berada di jalan atau naiknya jumlah perjalanan ( trip )

• Diverted trafific, yaitu lalu lintas yang mengubah rute perjalanan karena alasan tertentu.

(5)

• Converted traffic, yaitu lalu lintas yang terjadi karena ada angkutan yang berganti moda

• Generated traffic atau induced traffic, yaitu lalu lintas yang ditimbulkan oleh adanya pembangunan atau perbaikan jalan, lalu lintas ini tidak ada sebelumnya dan tidak akan terjadi tanpa pembangunan atau perbaikan jalan.

Besarnya pertumbuhan lalu lintas di dapat melalui suatu analisis perkiraan (forecasting) ke masa depan. Untuk menganalisisnya digunakan metode-metode tertentu, seperti metode growth factor dan metode sintetis yang masing-masing memiliki syarat-syarat tertentu pula. Misalnya apabila faktor aksesibilitas sudah mempengaruhi pilihan tujuan maka metode growth factor sudah tidak dapat digunakan.

II.2.1.2. Variasi Berkala ( periodik )

Sifat yang perlu diteliti dari variasi berkala adalah apakah kejadiannya dalam waktu yang beraturan. Karena suatu variasi yang sangat beraturan dapat dipergunakan untuk membantu memperkirakan suatu variasi lalu lintas di waktu yang lain. Aktivitas manusia biasanya beraturan dalam interval waktu selama sehari, seminggu ataupun setahun. Karena itu dalam arus lalu lintas dapat dibedakan dalam tiga jenis variasi,

yaitu :

• Variasi menurut jam

Variasi lalu lintas menurut jam dalam jangka waktu sehari yang erat hubungannya dengan jadwal aktivitas manusia, untuk suatu hari normal

(6)

tertentu, variasi menurut jam juga konstan.Biasanya terlihat pada jam sibuk pagi dan jam sibuk sore.Variasi di dalam satu jam ini bisa diperoleh dengan mencatat pengamatan volume untuk interval 5 menit atau 10 menit, atau ada juga yang mengambil 15 menit.

• Variasi harian

Variasi harian dalam seminggu sangat dipengaruhi oleh kegiatan manusia yang umumnya mempunyai suatu jadwal yang tetap dalam seminggu.

• Variasi bulanan

Variasi bulanan dalam jangka waktu satu tahun mungkin lebih tepat disebut variasi akibat musim, karena ternyata variasi ini lebih tergantung pada keadaan musim daripada bulannya.

II.2.1.3. Variasi tak berkala

Variasi tak berkala tidak berulang secara beraturan dan dapat disebabkan oleh kejadian yang diluar dugaan seperti bencana alam, perayaan setempat, kunjungan pejabat dan sebagainya. Perayaan Idul Fitri memberikan fluktuasi dalam volume lalu lintas, begitu juga dengan tempat rekreasi dan objek wisata ramai dikunjungi pada saat libur yang menyebabkan naiknya volume lalu lintas di jalan-jalan tertentu.

II.2.1.4. Peubah Penentu Tarikan Lalu-lintas

Ada beberapa faktor yang menjadi peubah penentu tarikan lalu-lintas dan semuanya sangat mempengaruhi volume lau-lintas serta penggunaan sarana perangkutan yang tersedia. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Maksud perjalanan 2. Penghasilan keluarga

(7)

3. Kepemilikan kendaraan 4. Tata guna lahan ditempat asal 5. Jarak dari tempat asal

6. Jauh perjalanan 7. dan lain-lain

II.3. Parkir II.3.1. Pengertian parkir

Parkir adalah menghentikan kendaraan bermotor beberapa saat lamanya.

Parkir meninggalkan kendaraan di pinggir jalan atau di suatu areal dengan keadaan kendaraan mati. Standing suatu kejadian dimana kendaraan berhenti sesaat lamanya dengan mesin hidup. Berhenti (stopping) adalah suatu keadaan kendaraan berhenti sesaat di pinggir jalan untuk menaik-turunkan penumpang ataupun barang.

Petak parkir adalah suatu areal atau lokasi yang digunakan sebagai tujuan akhir atau tujuan sementara dari kendaraan yang beroperasi setiap harinya.

Sebagai tujuan akhir adalah garasi di setiap rumah tempat tinggal dan tujuan sementara adalah lokasi-lokasi tempat kegiatan setiap hari (destination area).

Kegiatan-kegiatan ini berlangsung setiap harinya, sehingga parkir kendaraan akan berpengaruh terhadap perlalulintasan.

II.3.2. Teori parkir

Di daerah perkotaan, banyaknya pemilik kendaraan bermotor menimbulkan masalah parkir yang cukup serius. Di kawasan pemukiman yang ramai setiap ruang kosong yang tersedia selalu diisi oleh kendaraan yang parkir sepanjang siang maupun malam hari.

(8)

Di kota besar terutama di dekat pusat perdagangan sering terjadi kemacetan jalan yang cukup serius disebabkan masih kurangnya kesadaran para pemakai jalan bahwa bukan hanya mereka yang memerlukan dan memakai jalan tersebut, disini terlihat bahwa parkir menjadi urusan setiap orang dengan berbagaai kepentingan yang mungkin saling berbenturan. Kepentingan setiap orang yang berbeda dapat dilihat di bawah ini:

1. Penumpang umum atau

supir pribadi : Menghendaki parkir yang bebas, nyaman bagi kepentingan berbelanja.

2. Pemilik toko : Menginginkan mudah bongkar muat, parkir yang menyenangkan.

3. Supir kendaraan umum : Menghendaki jalur bebas/ khusus untuk bus agar dapat menepati waktu.

4. Supir mobil komersil : Menginginkan mudah bongkar muat, bila pelataran parkir tidak memadai, mereka akan parkir ganda.

5. Lalu lintas langsung : Menginginkan tidak ada kemacetan.

6. Petugas parkir : Menginginkan parkir bebas dimana saja.

7. Ahli perlalulintasan : Ingin menyenangkan setiap orang dan menjaga kelancaran.

Keinginan dari pelaku yang terjun langsung dalam masalah pemikiran ini menjadi tumpang tindih. Untuk mengatasi hal ini terutama di pusat-pusat bisnis ataupun daerah yang padat lalu-lintasnya pemerintah dan badan yang berwenang dalam menangani jalan raya mengeluarkan berbagai aturan yang tujuannya untuk mengoptimumkan pemakaian jalan.

(9)

Perparkiran berkaitan dengan kebutuhan ruang, sedangkan sediaan ruang terutama di daerah perkotaan sangat terbatas bergantung pada luas wilayah kota, tata guna lahan, dan bagian wilayah kota yang mana. Bila ruang parkir yang dibutuhkan di wilayah pusat kegiatan, maka sediaan lahan merupakan masalah yang sulit, kecuali dengan mengubah sebagian peruntukannya.

Jumlah kendaraan yang bertambah tiap tahun, terutama jenis kendaraan pribadi, jelas menjadi penyebab utama kebutuhan ruang parkir. Di kota besar seperti Medan sangat sulit memperoleh ruang parkir yang memadai sehingga penggunaan lahan pinggir jalan untuk parkir kendaraan tidak terhindarkan lagi.

II.4. Jenis Parkir

Secara umum jenis parkir dapat diklasifikasikan atas 2 (dua) jenis, yaitu:

1. Parkir di badan jalan (on-street parking)

Parkir di jalan sudah pasti mengurangi kapasitas ruas jalan yang bersangkutan, dan karena itu tidak dapat dibiarkan begitu saja. Jenis parkir ini sangat merugikan bagi pemakai jalan bila tidak diatur dengan baik.

Parkir di pinggir jalan menimbulkan beberapa kerugian antara lain : 1. Mengganggu kelancaran lalu lintas.

2. Berkurangnya lebar jalan sehingga menyebabkan berkurangnya kapasitas jalan.

3. Menimbulkan kemacetan lalu lintas.

Bila ditinjau dari posisi parkir dapat dibagi :

• Parkir sejajar sumbu jalan (bersudut 00).

• Parkir bersudut 300, 450, 600 terhadap sumbu jalan.

(10)

• Parkir tegak lurus terhadap sumbu jalan.

Parkir dengan sudut 00 (sejajar sumbu jalan) adalah posisi parkir yang menampung kendaraan yang paling sedikit dibandingkan posisi parkir lainnya dan posisi parkir membuat kendaraan yang parkir susah untuk keluar dan masuk apabila petak parkirnya penuh, tetapi posisi parkir ini paling sedikit mengurangi badan jalan dan juga posisi parkir ini tidak banyak mengganggu pengguna jalan lain karena tidak perlu memaju-mundurkan kendaraannya ketika ingin keluar dari petak parkirnya.

Untuk parkir dengan sudut tegak lurus mampu menampung kendaraan lebih banyak dari posisi parkir lainnya, tetapi lebih banyak mengurangi bar jalan serta mengganggu pengguna jalan lain ketika ingin keluar dari petak parkir karena harus memundurkan kendaraannya dari posisi parkirnya.

Pada tabel 2.1. di bawah memperlihatkan permukaan yang dibutuhkan untuk parkir dalam berbagai kedudukan sudut parkir.

Pada tabel 2.2. di bawah memperlihatkan kapasitas parkir di jalan.

(11)

Tabel 2.3. Menunjukkan pengurangan lebar parkir serta pengurangan daya tampung jalan bersangkutan (jalur lintasan berkurang), berdasarkan hasil penelitian di Inggris.

Tabel 2.3 Pengaruh parkir terhadap kapasitas jalan Jumlah kendaraan yang parkir

per km (kedua sisi jalan ) 3 6 30 60 120 300 Lebar jalan berkurang 0,9 1,2 2,1 2,5 3 3,7 Daya tampung yang hilang

pada kecepatan 24 km/jam (SMP/jam)

200 275 475 575 675 800

SMP = satuan mobil penumpang Sumber : Wells, 1979, 49

Pada tabel 2.3 jelas bahwa parkir di jalan perlu dibatasi dan diatur dengan baik. Ketidakteraturan parkir kendaraan pada lokasi pusat kegiatan, terutama akibat kendaraan yang parkir di jalan, akan mengurangi daya tampung efektif jalan, selanjutnya berakibat mengahambat kelancarab arus lalu lintas. Di sinilah pentingnya mengatur perparkiran sebagai bagian terpadu dalam mengelola lalu lintas kota.

O’Flaherty (1974, 129) mengungkapkan: Kebijaksanaan perparkiran harus selalu

dipertimbangkan dalam kaitan pengaruhnya atas guna lahan dan kebijaksanaan perangkutan. Pengendalian perparkiran, di banyak kota, merupakan kunci pengendalian lalu lintas yang tepat.”

2. Parkir di luar badan jalan (off-street parking)

Perparkiran yang ideal adalah di luar jalan berupa fasilitas pelataran parkir atau bangunan parkir. Di pusat kegiatan kota yang sulit memperoleh lahan yang cukup luas, fasilitas yang sesuai adalah gedung parkir yang dapat dibangun

(12)

bertingkat sesuai dengan kebutuhan. Bila ditinjau dari statusnya maka dapat dikempokkan sebagai berikut:

1. Taman parkir (Open space parking)

Taman parkir adalah suatu areal perparkiran yang dilengkapi sarana perparkiran yang pengelolaannya diselenggarakan oleh pemerintah atau pihak ketiga untuk keselamatan dan kelancaran lalu lintas.

2. Gedung parkir

Gedung parkir adalah bangunan yang dimanfaatkan untuk tempat parkir kendaraan yang penyelenggaraannya oleh pemerintah daerah atau pihak ketiga yang mendapatkan izin dari pemerintah daerah baik untuk gedung bertingkat ataupun di bawah tanah.

II.5. Perparkiran Di Jalan

Perparkiran dapat digunakan sebagai alat pengendali lalu lintas, melalui kebijakan daerah bebas parkir atau pembatasan waktu parkir. Pada daerah bebas parkir, sepanjang ruas jalan tertentu ditetapkan larangan parkir. Dengan kebijakan bebas parkir kapasitas lebar jalan dapat digunakan dengan optimal bagi gerak lalu lintas. PP No.43 Th.1993, ps.66 melarang siapapun menghalangi jalan dengan cara merintangi kebebasan dan membahayakan keamanan lalu lintas, atau menimbulkan kerusakan pada jalan. Di tempat tertentu, meskipun tidak ada rambu-rambu larangan, para pengguna jalan tidak dibenarkan memarkirkan kendaraannya.

(13)

II.6. Perparkiran Di Luar Badan Jalan

Pemerintah dapat pula mewajibkan bangunan tertentu menyediakan ruang parkir sesuai dengan baku kebutuhan (Tabel 2.4), terutama pada bangunan di pusat kegiatan yang mendatngkan sejumlah kendaraan, seperti pertokoan, kantor, tempat hiburan, dan pusat perbelanjaan. Pembangunan tempat kegiatan harusnya ditambah dengan kewajiban menyediakan ruang parkir dalam bentuk gedung atau taman parkir dengan kapasitas yang sesuai dengan volume kegiatan yang dirancang. Kekurangan kapasitas parkir di pinggir jalan dan akibatnya kemacetan lalu lintas. Untuk menentukan kebutuhan Satuan Ruang Parkir (SRP) yang harus disediakan oleh tempat kegiatan umum, perlu ditetapkan bakuan sediaan SRP sebagai pedoman dalam penertiban surat izin mendirikan bangunan.

Tabel 2.4 Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP)

No Jenis Kendaraan Satuan Ruang Parkir (m2) 1

2 3

a. Mobil Penumpang Gol.1 b. Mobil Penumpang Gol.2 c. Mobil Penumpang Gol.3 Truk/Bus

Sepeda Motor

2,30 x 5,00 2,50 x 5,00 3,00 x 5,00 3,40 x 12,50

0,75 x 2,00

Sumber : Pedoman dan Pengoperasasian Fasilitas Parkir, Dirjen Perhubungan Darat 1998

(14)

Tabel 2.5 Bakuan kebutuhan Satuan Ruang Parkir (SRP) Kebutuhan Ruang Parkir

a) Pusat perdagangan Luas areal (x100m2) Kebutuhan (SRP)

10 59

20 67

50 88

100 125

500 415

1000 777

1500 1140

2000 1502 b) Pusat Perkantoran

Jumlah Karyawan 1000 1250 1500 1750 2000 2500 3000 4000 5000

Kebutuhan (SRP)

Administrasi 235 236 237 238 239 240 242 246 249 Pelayanan

Umum 288 289 290 291 291 293 295 298 302

c) Pusat swalayan Luas areal (x 100 m2) Kebutuhan (SRP)

50 225

75 250

100 270

150 310

200 350

300 440

400 520

500 600

1000 1050 d) Pasar

Luas areal (x 100 m2) Kebutuhan (SRP)

40 160

50 185

75 240

100 300

200 520

300 750

400 970

500 1200

1000 2300 e) Sekolah/Perguruan tinggi

Jumlah Mahasiswa (x 1000) Kebutuhan (SRP)

3 60

4 80

5 100

6 120

7 140

8 160

9 180

10 200

11 220

12 240 f) Tempat rekreasi

Luas areal (x 100 m2) Kebutuhan (SRP)

50 103

100 109

150 115

200 122

400 146

800 196

1600 295

3200 494

6400 892 g) Hotel dan Penginapan

Jumlah kamar 100

154 300 300 300

150 155 450 450 450

200 156 476 600 600

250 158 477 798 900

350 161 480 799 1050

400 162 481 800 1119

550 165 484 803 1112

600 166 485 804 1124

650 167 487 806 1425 Tarif

baku ($)

<100 100-150 150-200 200-250 h) Rumah Sakit Jumlah tempat tidur Kebutuhan (SRP)

50 97

75 100

100 104

150 111

200 118

300 132

400 146

500 160

1000 200 i) Gelanggang Olahraga

Juml. tem. Penonton (x 100) Kebutuhan (SRP)

10 230

40 235

50 290

60 340

70 390

80 440

90 490

100 540

150 590 i) Bioskop

Jumlah tempat duduk Kebutuhan (SRP)

300 198

400 202

500 206

600 210

700 214

800 218

900 222

1000 224

(15)

Kendaraan yang telah didesain ukurannya, tidak memiliki ukuran yang sama, dimungkinkan karena tujuan penggunaan kendaraannya juga berbeda maupun muatan yang dibawa. Oleh karena itu beberapa jenis kendaraan dapat dibedakan SRP kendaraannya seperti dibawah ini :

1. Satuan Ruang Parkir untuk Mobil Penumpang

Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk mobil penumpang ditunjukkan oleh gambar berikut :

RSP

a2

L a1

B O R

Bp

Lp

Gambar 2.2

SRP untuk Mobil Penumpang Keterangan :

B = Lebar Kendaraan a1, a2 = Jarak bebas depan

dan belakang L = Panjang Kendaraan R = Ruang bebas O = Lebar bukaan pintu Bp = Lebar Total Lp = Panjang Total

Gol 1 ; B = 170 a1 = 20 Bp = B + O + R = 230 cm L = 470 a2 = 10 Lp = L + a1+ a2 = 500 cm

SRP

(16)

O = 55 R = 5

Gol 2 ; B = 170 a1 = 20 Bp = B + O + R = 250 cm L = 470 a2 = 10 Lp = L + a1+ a2 = 500 cm O = 75 R = 5

Gol 1 ; B = 170 a1 = 20 Bp = B + O + R = 300 cm L = 470 a2 = 10 Lp = L + a1+ a2 = 500 cm O = 80 R = 50

Ruang bebas arah lateral dan longitudinal diperlukan untuk memberikan keamanan bagi kendaraan terhadap goresan/benturan dari kendaraaan lain atau banguan statis (pilar, kolom, dinding). Ruang bebas arah lateral ditetapkan pada posisi pintu keadaan terbuka, diukur dari ujung paling luar pintu ke badan kendaraan parkir yang ada di sampingnya. Jarak bebas arah lateral diambil sebesar 5 cm dan jarak bebeas arah longitudianl sebesar 30 cm (Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir, Dirjen Perhubungan Darat, 1998).

Satuan parkir untuk penderita cacat, khususnya untuk pengguna kursi roda juga harus mendapat perhatian. Dimensi SRP untuk pemakai kursi roda adalah 3,6 meter lebarnya (minimum 3,2 m). Untuk SRP ambulans diambil 3,0 meter lebarnya (minimum 2,6 m).

2. Satuan Ruang Parkir untuk Bus/Truk

Untuk bus atau truk, dapat dibagi ke dalam tiga jenis golongan berdasarkan ukuran kendaraan, yakni kecil, sedang, besar. Pada halaman

(17)

berikutnya bisa dilihat gambar satuan ruang parkir (SRP) beserta dimensi untuk ukuran bus atau truk kecil, sedang dan besar.

B O R

L a2

a1

Bp

Lp

Gambar 2.3

SRP untuk truk Ukuran

Bus/Truk Dimensi (cm)

Kecil

B =

170 L = 470 Bp = B + O + R = 300 O = 80 a1 = 10 Lp = L + a1 + a2 = 500 R = 30 a2 = 20

Sedang

B =

200 L = 800 Bp = B + O + R = 320 O = 80 a1 = 20 Lp = L + a1 + a2 = 500 R = 40 a2 = 20

Besar

B =

250 L = 1200 Bp = B + O + R = 380 O = 80 a1 = 30 Lp = L + a1 + a2 = 1250 R = 50 a2 = 20

SRP

(18)

Dimensi SRP untuk kendaraan bus/truk 3. Satuan Ruang Parkir untuk Sepeda Motor

SRP untuk sepeda motor ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

70 cm 175 cm

20 cm

5 cm

SRP

Gambar 2.4 SRP untuk sepeda motor II.7. Karakteristik Parkir

Informasi tentang karakteristik parkir sangat diperlukan pada saat kita merencanakan suatu lahan parkir. Parameter karakteristik parkir yang harus diketahui adalah:

a. Durasi parkir

Informasi ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui berapa lama suatu kendaraan parkir. Ini dapat diperoleh dengan cara mengamati waktu kendaraan masuk dan waktu kendaraan tersebut keluar, selisih dari waktu tersebut adalah durasi parkir.

Nilai durasi parkir diperoleh dengan persamaan : Durasi = Extime – Entime Rata-rata durasi parkir :

(19)

dimana:

D = rata-rata durasi parkir kendaraan

di = durasi kendaraan ke-i (dari kendaraan ke-i hingga ke-n) Extime = waktu saat kendaraan keluar dari lokasi parkir

Entime = waktu saat kendaraan masuk ke lokasi parkir b. Akumulasi parkir

Informasi ini dibutuhkan untuk mengetahui jumlah kendaraan yang sedang berada pada suatu lahan parkir pada selang waktu tertentu. Informasi ini dapat diperoleh dengan menjumlahkan kendaraan yang telah menggunakan lahan parkir ditambah dengan kendaraan yang masuk serta dikurangi kendaraan yang keluar.

Perhitungan akumulasi parkir dapat menggunakan persamaan Akumulasi = Ei – Ex

Bila sebelum pengamatan sudah terdapat kendaraan yang diparkir maka banyaknya kendaraan yang telah diparkir dijumlahkan dalam harga akumulasi parkir yang telah dibuat menjadi :

Akumulasi = Ei – Ex + X Dimana:

Ei = Entry (kendaraan yang masuk ke lokasi) Ex = Exit (kendaraan yang keluar dari lokasi)

X = Jumlah kendaraan yang telah diparkir sebelum pengamatan c. Tingkat pergantian (parking turn-over) dan tingkat penggunaan.

(20)

Tingkat pergantian diperoleh dari jumlah kendaraan yang memanfaatkan lahan parkir pada selang waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia. Sedangkan, tingkat penggunaan diperoleh dari akumulasi kendaraan pada selang waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia dikalikan dengan 100%.

Besarnya turn over parkir ini diperoleh dengan persamaaan:

Tingkat Turn-Over = . ×100%

rTersedia RuangParki

Parkir Volume

d. Volume parkir

Jumlah kendaraan yang telah menggunakan ruang parkir pada suatu lahan parkir tertentu dalam satu satuan waktu.

e. Kapasitas parkir

Banyaknya kendaraan yang dapat dilayani oleh suatu lahan parkir selama waktu pelayanan.

f. Indeks parkir

Merupakan persentase dari akumulasi jumlah kendaraan pada selang waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia dikalikan 100%.

Besarnya indeks parkir diperoleh dengan persamaan :

Indeks Parkir = ×100%

rTersedia RuangParki

arkir AkumulasiP

II.8. Tarif Parkir

Tarif parkir adalah biaya yang harus dibayarkan pemilik kendaraan selama memarkirkan kendaraannya pada suatu lahan pakir tertentu. System pentarifan dibedakan sebagai berikut:

1. Sistem tetap

(21)

Sistem pembayaran besar tarif yang tidak membedakan lama waktu parkir suatu kendaraan. Jadi berapa lama pun kendaraan tersebut parkir di tempat tersebut pemilik kendaraan hanya membayar sekali saja sesuai dengan tarif yang berlaku. Sistem ini biasanya dipakai jika parkir di pinggir jalan.

2. Sistem berubah sesuai waktu (progresif)

Sistem pembayaran besaran tarif yang memperlihatkan lama waktu parkir suatu kendaraan. Jadi, semakin lama parkir kendaraan tersebut di parkir di tempat tersebut maka semakin bayak pula yang harus dibayarkannya untuk parkir. Misalnya menggunakan pola tabel 2.6 atau pada satu jam pertama membayar Rp 1000,- dan selebihnya dikenai denda Rp 1000,-/jam.

Tabel 2.6 Pola biaya progresif

Waktu Parkir Biaya parkir (Rp -) di

Luar jalan Jalan

1 jam pertama 1 jam kedua 1 jam ketiga 1 jam keempat

X X+x X+2x X+3x

X X+2x X+4X X+6x

c. Sistem kombinasi

Yaitu sistem pembayaran tarif yang mengkombinasikan kedua sistem di atas. Biasanya sistem parkir seperti ini digunakan di gedung-gedung parkir yang ada di mall, hotel, ataupun di kantor-kantor serta beberapa jalan tertentu di kota Medan yang memakai sistem pentarifan parkir seperti ini. Cara penggunaannya adalah misalkan ada suatu mobil masuk ke suatu

(22)

pusat perbelanjaan, kemudian di pintu masuk penngemudi kendaraan tersebut mengambil karcis parkir, misalkan Rp 2000,00, pada karcis tersebut tertulis jam masuk dan nomor plat kendaraan tersebut, kemudian pada saat mobil itu keluar dilihat apakah dia parkir selama dua jam (misalkan waktu yang ditentukan untuk batas waktu pertama itu dua jam atau lebih). Apabila tidak lebih dari dua jam maka mobil tersebut dapat langsung keluar, tetapi apabila lebih dari dua jam maka mobil tersebut harus membayar lebih, misalkan satu jam berikutnya Rp 1000,00.

II.9. Lay Out Bangunan Parkir

Kenyamanan dan manfaat lay out parkir harus memenuhi kriteria ruang dan waktu. Lay out parkir dituntut kendaraan dapat bergerak secara cepat dan baik untuk pergerakan keluar aupun masuk. Pengendara mobil yang akan memarkirkan kendaraannya diharapkan tidak terhambat saat melakukan pergerakan maju ataupun mundur sehingga tidak membahayakan kendaraan lain yang ada di sekitarnya. Kapasitas tempat parkir yang melebihi kebutuhan akan terdapat ruang kosong sehingga menjadi kurang efisien dalam pemakaian ruang.

Menurut Baker dan Funaro (1977) ada 3 hal penting di dalam penentuan lay out, yaitu :

1. Panjang dan lebar parkir

Panjang dan lebar parkir sangat tergantung dari type kendaraan yang digunakan. Kendaraan mempunyai ukuran yang beraneka ragam, menurut British Parking Association Technical Committee ukuran panjang 4,75 m dan lebar 2,5 m. Ukuran ini sudah termasuk apabila pintu kendaraan

(23)

dibuka. Pada tabel di bawah ini akan ditunjukkan ukuran kendaraan standar.

Tabel 2.7 Ukuran Kendaraan Standar

Standar

Panjang

(m)

Lebar

(m)

Tinggi

(m)

Depan Tergantung

(m)

Belakang Tergantung

(m)

Jarak Gandar

(m)

Radius Putar

(m)

AASHTO 5.8 2.14 1.3 0.9 1.5 3.35 7.3

JEPANG 4.7 1.7 2.0 0.8 1.2 2.7 6

BINA

MARGA 4.7 1.7 2.0 0.8 1.2 2.7 6

NAASRA 4.74 1.86 - 0.813 1.1 - -

Dalam kaitannya dengan keamanan kendaraan terhadap benturan/goresan dari kendaraan lain maka diperlukan ruang bebas arah samping dan arah memanjang berkisar 20–40 cm. Atas dasar pertimbangan bahwa kondisi pengunjung pusat kegiatan pertokoan bersifat rileks dan efisiensi ruang bebas arah samping diambil 5 cm dan ruang bebas arah memanjang sebesar 30 cm dengan rincian bagian depan 10 cm dan belakang 20 cm karena pada proses parkir kendaraan dapat diatur dengan mudah. Untuk pusat kegiatan pertokoan atau perbelanjaan, besaran lebar bukaan pintu umumnya maksimum karena suasana rileks dan adanya barang bawaan, sehingga ukuran bukaan untuk pintu depan/belakang kurang lebih sebesar 75 cm.

(24)

Jadi dalam hal ini panjang dan lebar parkir akan mempengaruhi jumlah kapasitas untuk parkir kendaraan. Disamping faktor-faktor lain yang mempengaruhinya bukan hanya panjang dan lebar luas tetapi juga pengaturan letak petak-petak parkir.

Tabel 2.8 Lebar Bukaan Pintu Kendaraan Jenis Bukaan Pintu Pengguna dan

Peruntukan Fasilitas Parkir

Golongan

Pintu depan/belakang terbuka tahap awal 55 cm

• Pekerja kantor

• Tamu/pengunjung pusat kegiatan perkantoran, perdagangan, pemerintahan, universitas

I

Pintu depan/belakang terbuka penuh 75 cm

• Pengunjung tempat olahraga, pusat hiburan atau rekreasi, hotel, pusat

perdagangan eceran/swalayan, rumah sakit, bioskop

II

Pintu depan terbuka

penuh untuk pergerakan kursi roda

55 cm

• Orang cacat III

Sumber : Dirjen Perhubungan Darat, 1998, Pedoman dan Pengoperasian Fasilitas Parkir

2. Lebar jalan akses

Lebar jalan akses dipengaruhi lebar ruang parkir. Menambah ruang parkir akan mempersempit lebar jalan akses. Desain tempat parkir serta gang

(25)

yang dibuat harus didasarkan pada ukuran kendaraan sedangkan lebar gang yang diperlukan berbeda-beda tergantung sudut kendaraan yang diparkir karena semakin kecil sudut anatara akses yang di parkir maka semakin kecil pula ruang yang dibutuhkan.

Karakteristik lainnya yang perlu diperhatikan adalah penentuan ukuran pintu gerbang kendaraan masuk dan keluar. Ukuran lebar pintu keluar masuk, yaitu dengan lebar 3 meter dan panjangnya harus dapat menampung tiga mobil berurutan dengan jarak antar mobil (spacing) sekitar 1,5 meter. Oleh karena itu, panjang lebar pintu masuk minimum adalah 15 meter. Perbedaan antara jalur sirkulasi dan jalur gang terutama terletak pada penggunaannya. Patok umum yang dipakai adalah :

• Panjang jalur gang lebih dari 100 m

• Jalur gang yang dimaksudkan untuk melayani lebih dari 50 kendaraan dianggap sebagai jalur sirkulasi.

Lebar minimum jalur sirkulasi:

1. untuk jalan satu arah = 3,5 m 2. untuk jalan dua arah = 6,5 m

Dalam hal ini untuk jalan satu arah dibutuhkan minimal 3,5 meter panjang jalur untuk keamanan dan keselamatan kendaraan, selain faktor-faktor lain yang mendukung.

(26)

Untuk jalan dua arah dibutuhkan minimal 6,5 meter panjang jalur untuk keamanan dan keselamatan kendaraan guna menghindari terjadinya konflik antar kendaraan dan mengurangi resiko kecelakaan.

Gambar 2.5

Gambar Kedudukan Parkir

(27)

3. Pemilihan sudut parkir

Pemilihan sudut parkir berdasarkan tempat atau area dengan tujuan pemarkir merasa nyaman saat parkir tanpa hambatan. Untuk sudut 300 jarang dilakukan karena hampir sama dengan posisi sejajar sumbu jalan.

Posisi parkir yang banyak digunakan adalah sudut parkir 600 karena posisi sudut ini lebih banyak ruang parkir bila dibandingkan dengan posisi sejajar jalan dan tidak mengurangi lebar jalan akses. Sudut 900 kurang disenangi pengemudi karena pergerakan cukup sulit dan sudut ini menyita lebar jalan akses.

Sudut parkir 450 biasanya dengan kondisi overlap dengan memanfaatkan ruang kosong.

12 m B 9 m

A C

D E

M

Golongan A B C D E

Golongan I 2.30 4.60 3.45 4.70 7.60 Golongan II 2.50 5.00 4.30 4.85 7.75 Golongan III 3.00 6.00 5.35 5.00 7.90

Gambar 2.6

(28)

Pola Parkir Menyudut dengan Sudut 300

9 m 12 m

A C E

D M

B

Golongan A B C D E

Golongan I 2.30 3.50 2.50 5.60 9.30 Golongan II 2.50 3.70 2.60 5.65 9.35 Golongan III 3.00 4.50 3.20 5.75 9.45

Gambar 2.7

Pola Parkir Menyudut dengan Sudut 450

9 m 12 m

E

DM

C A

B

Golongan A B C D E

Golongan I 2.30 2.90 1.45 5.95 10.55 Golongan II 2.50 3.00 1.50 5.95 10.55 Golongan III 3.00 3.70 1.85 6.00 10.60

(29)

Gambar 2.8

Pola Parkir Menyudut dengan Sudut 600

9 m B

A

D E

12 m

M

Golongan A B C D E

Golongan I 2.30 2.30 --- 5.40 11.20 Golongan II 2.50 2.50 --- 5.40 11.20 Golongan III 3.00 3.00 --- 5.40 11.20

Gambar 2.9

Pola Parkir Menyudut dengan Sudut 900

II.10. Desain Geometrik Lahan Parkir

Mungkin jenis terminal yang paling biasa terdapat ialah fasilitas parkir.

Walaupun pada penglihatan pertama desain fasilitas parkir ini dianggap sangat sederhana, tetapi sebenarnya desain ini cukup rumit dapat menggambarkan berbagai prinsip dan teknik yang diikutsertakan dalam deasin untuk terminal- terminal jenis lainnya.

Fasilitas parkir diklasifikasikan sesuai dengan tiga karakteristik utamanya.

Yang pertama ialah apakah parkir tersebut disediakan pada jalan atau di luar jalan.

Parkir pada jalan biasanya berupa desain yang sangat sederhana sepanjang tepi

(30)

jalan sedangkan parkir di luar tepi jalan mungkin akan sangat rumit. Klasifikasi yang kedua tergantung pada apakah parkir tersebut dilakukan oleh pengemudi sendiri atau oleh petugas parkir khusus.

Parkir sendiri biasanya lebih digemari oleh para pengemudi, tetapi dengan adanya petugas khusus untuk memarkir kendaraan, ruang parkir, dan gang yang lebih kecil dapat digunakan sebagai tempat parkir, sehingga menghasilkan kapasitas parkir yang lebih besar untuk suatu daerah parkir tertentu.

Desain fasilitas parkir tepi jalan adalah sangat sederhana. Biasanya parkir di tepi jalan disediakan dengan memarkir kendaraan sejajar dengan tepi jalan, yang biasa disebut parkir sejajar. Ini akan mengambil ruang yang paling sedikit dibandingkan desain-desain lainnya.

Tempat parkir dan garasi selain menyediakan ruang parkir, menyediakan gang-gang untuk mencapai ruang parkir. Desain tempat ruang parkir dan gang- gang yang harus didasarkan pada ukuran kendaraan desain. Pada umumnya ruang yang disediakan untuk masing-masing kendaraan ialah lebar antara 8,2 sampai 8,5 ft dan panjang antara 18 sampai 20 ft. Lebar gang yang diperlukan adalah berbeda-beda, tergantung pada sudut kendaraan yang parkir terhadap gang tersebut. Semakin kecil sudut antara akses kendaraan yang diparkir dengan gang, akan lebih kecil ruang yang dibutuhkan untuk gerakan kendaraan, akan lebih sempit pula lebar gang yang dibutuhkan. Desain-desain standar untuk tempat parkir diperlihatkan pada gambar di bawah ini, yang menunjukkan variasi-variasi dalam lebar gang. Desain-desain pada gambar tersebut adalah ruang bujursangkar dengan panjang sisi 100 ft, tempat parkir yang lebih luas dapat didesain dengan mengkombinasikan sebagian dari modul-modul ini untuk dapat mengisi tempat

(31)

parkir tersebut secara efisien. Perlu diketahui bahwa dalam beberapa desain terdapat ruang mati, yaitu ruang dimana sebuah kendaraan dapat diparkir tetapi tidak dapat dicapai apabila petak-petak lainnya terisi penuh oleh mobil.

II.11. Faktor-faktor Penentu

Menurut Bionpoin dalam Pandey (1998) faktor penentu yang mempengaruhi perancangan fasilitas parkir adalah:

1. Tingkat motorisasi

Tingkat motorisasi merupakan pengelompokan kelas menurut tinggi rendahnya angka kepadatan mobil yaitu jumlah mobil penumpang yang terdapat pada setiap 100 penduduk. Dan untuk setiap kota tingkat motorisasinya berbeda-beda, ini tergantung dari tingkat kemakmuran penduduk dan dapat dikelompokkan menjadi:

a. Kelas 1 (Untuk daerah pinggiran kota)

Mempunyai tingkat motorisasi 0-10 mobil/100 penduduk.

b. Kelas 2 (Untuk daerah luar kota)

Mempunyai tingkat motorisasi 10-20 mobil/100 penduduk c. Kelas 3 (Untuk kota bagian dalam)

Mempunyai tingkat motorisasi 20-30 mobil/100 penduduk.

d. Kelas 4 (Untuk daerah pusat kota)

Mempunyai tingkat motorisasi lebih dari 30 mobil/100 penduduk.

2. Faktor sirkulasi

Perancangan parkir tidak bisa dipisahkan dari faktor sirkulasi terutama aksesibilitasnya baik secara sistem maupun kondisi fisiknya juga perlu

(32)

dipertimbangkan sistem sirkulasi lalu lintas di sektar lingkungannya serta sistem transportasi kota.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem sirkulasi, yaitu:

a. Jumlah pengunjung, jenis barang yang diperjualbelikan dan lainnya.

b. Rute yang ramai dan disukai pengunjung.

c. Jumlah kendaraan yang ada di lokasi pada saat tertentu terutama pada jam sibuk.

d. Bercampurnya kendaraan pengunjung dan kendaraan bongkar muat.

4. Faktor pengembangan

Tingkat gerak masyarakat kota selalu berkembang dan diikuti dengan semakin meningkatnya tingkat motorisasi. Sarana transportasi perlu ditingkatkan termasuk fasilitas parkir. Perkembangan ini perlu dipertimbangkan dalam jangka pendek (1-5 tahun) atau jangka panjang (10-20 tahun).

Hal-hal yang mempengaruhi faktor perkembangan adalah : a. Perkembangan aktivitas

b. Tingkat motorisasi c. Perkembangan luas lahan

d. Perkembangan system transportasi.

II.12. Kebutuhan Parkir

Metode yang sering digunakan untuk menentukan lahan parkir adalah:

a. Metode berdasarkan pada kepemilikan kendaraan

(33)

Metode ini mengasumsikan adanya hubungan antara luas parkir dengan jumlah kendaraan yang tercatat di pusat kota. Semakin meningkat jumlah penduduk, maka kebutuhan lahan parkir akan semakin meningkat karena kepemilikan kendaraan meningkat.

Penyediaan tempat parkir yang memenuhi seluruh kebutuhan parkir di pusat kota secara ekonomis tidak akan pernah layak. Karena setiap kendaraan memerlukan lantai seluas 15 meter persegi. Dipihak lain, kebutuhan ruang rata-rata bagi seorang pegawai kantor kurang dari 10 meter persegi. Dengan demikian, apabila semua pegawai pergi ke kantornya mengendarai mobil, yang masing-masing dinaiki dua orang, maka ruang parkir yang diperlukan akan lebih besar dari ruang perkantoran.

Disamping itu, tempat-tempat parkir di pusat kota tidak akan memenuhi kebutuhan orang-orang yang berbelanja seperti yang terjadi di pusat perbelanjaan modern di kawasan pinggiran kota. Di tempat seperti ini, areal parkir lebih luas dua kali atau lebih dibanding luas lantai gedung.

b. Metode berdasarkan luas lantai bangunan

Metode ini mengasumsikan bahwa kebutuhan lahan parkir sangat terkait dengan jumlah kegiatan yang dinyatakan dalam besaran luas lantai bangunan dimana kegiatan tersebut dilakukan, misalnya : pusat perbelanjaan, perkantoran, sekolah, universitas atau perguruan tinggi, dan lain-lain. Pusat-pusat kegiatan di kota akan memaksimalkan setiap luas lantai bangunan untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan yang

(34)

mampu menarik kedatangan konsumen, disertai dengan kedatangan kendaraan. Sehingga ketertarikan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam besaran luas lantai bangunan akan menimbulkan suatu kegiatan baru yaitu pergerakan kendaraan, dimana kendaraan yang datang harus mampu diatur dengan baik dalam sistem perparkiran.

c. Metode berdasarkan selisih terbesar antara kedatangan dengan keberangkatan kendaraan.

Dengan mengetahui informasi akan kendaraan yang datang dengan yang berangkat selama waktu pengamatan maka kita mampu menganalisa data tersebut hingga kita peroleh volume kendaraan serta durasi kendaraan yang parkir. Dengan mengetahui rata-rata lamanya kendaraan parkir dan berapa jumlah kendaraan yang sudah parkir selama waktu penelitian maka kebutuhan lahan parkir bisa kita hitung dengan menghitung akumulasi terbesar pada selang waktu pengamatan. Akumulasi parkir adalah jumlah kendaraan parkir di suatu tempat pada selang waktu tertentu, dimana jumlah kendaraan parkir tidak akan pernah sama pada suatu tempat dengan tempat lainnya dari waktu ke waktu. Dengan mencatat setiap plat kendaraan yang masuk dan yang keluar maka kita bisa menganalisa.

II.13. Perhitungan Kebutuhan Parkir

Kebutuhan parkir juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang disebut Rumus Lautso, yaitu :

Dimana :

(35)

N = Jumlah petak parkir yang dibutuhkan Q = Kedatangan Kendaraan (Kendaraan/menit)

Pd = Durasi parkir rata-rata Kendaraan (menit)

Kedatangan kendaraan didapat dari volume parkir kendaraan selama jam penelitian dibagi dengan lamanya penelitian, didapat rata-rata kedatangan kendaraan dalam satuan kendaraan per jam. Kemudian untuk mendapatkan kedatangan kendaraan per menit, kedatangan kendaraan per jam dibagikan 60 menit

Gambar

Gambar 2.1.1. Flow Chart Hirarki Tarikan Perjalanan
Tabel 2.3. Menunjukkan pengurangan lebar parkir serta pengurangan daya  tampung jalan bersangkutan (jalur lintasan berkurang), berdasarkan hasil  penelitian di Inggris
Tabel 2.5  Bakuan kebutuhan Satuan Ruang Parkir (SRP)  Kebutuhan Ruang Parkir
Tabel 2.6   Pola biaya progresif
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini telah disebutkan mengenai alat bukti pemeriksaan tindak pidana Keimigrasian dalam Pasal 108 huruf (b) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang

uan dari ide ari eksperimen hasil angket y kan bahwa p at pada gu an pada pemb umah. akukan oleh gu n pembelajaran kan Model Guided Discov ra mandiri mel b yang bersifa onsep.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh, terdapat kontribusi kelentukan pergelangan tangan terhadap keterampilan shooting freethrow yaitu sebesar 20.7% sedangkan besar

Coach B.I yang melatih Mursyid Effendi Futsal Academy tersebut mendapat nilai lima (5) atau “Sangat Baik” karena telah menjalankan semua indikator

Justru dari Coedes lah orang yang pertama mempunyai perhatian tentang Sriwijaya dan sekaligus menyebutkan Palembang-lah sebagai pusat dan ibukota Sriwijaya

Hasil analisis menunjukkan bahwa ada interaksi antara media pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap keterampilan membaca nyaring; media pembelajaran slide

APPNIA; Jakarta 12 April 2017 ___________________________________ phariyadi,staff.ipb.ac.id 8 Purwiyatno Hariyadi phariyadi.staff.ipb.ac.id Standar Deviasi Pembinaan Akan mendorong

Perlu diketahui, perosoalan sumber keuangan desa sebelumnya bersumber dari (APBD), bahkan peraturan perundangan- undangan seperti Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun