APARTEMEN MENENGAH DI KAWASAN CENGKARENG DENGAN PENDEKATAN
DESAIN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BUKAAN JENDELA
Augusta Chistopher, Sigit Wijaksono, Susilo Kusdiwanggo
Universitas Bina Nusantara, Jakarta Chrizzt_13@yahoo.com
ABSTRAK
Perencanaan proyek apartemen pada Cengkareng ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan akan pemenuhan tempat tinggal untuk masyarakat golongan menengah. Pada proyek apartemen ini, pendekatan desain mengarah kepada penggunaan pencahayaan alami untuk penerangan pada pagi hingga sore hari. Penggunaan pencahayaan alami pada hunian dapat menghemat listrik cukup besar, sehingga aspek pencahayaan cukup penting untuk di pertimbangkan dalam desain apartemen. Karya ini adalah hasil penelitian yang menggunakan metode analisis eksploratori dengan pendekatan kuantitatif. Hasil yang didapat adalah mengetahui bentuk massa yang ideal dengan tapak sesuai dengan arah pembayangan serta menentukan besaran bukaan jendela. Perhitungan besar bukaan menggunakan standart dari SNI dan analisa pembayangan menggunakan alat bantu sketchup. Segala hasil pengamatan akan di olah kedalam desain apartemen Cengkareng Jakarta. Dengan penelitian ini diharapkan dapat pengoptimalan pencahayaan alami di dalam ruang dapat dicapai.
Kata Kunci : Desain berkelanjutan, Pencahayaan alami, Bukaan jendela, Apartemen
ABSTRACT
Project planning apartments in Cengkareng aims to address the compliance issue residence for the middle class society. In this apartment project, the design approach leads to the use of natural light for illumination in the morning until late afternoon. The use of natural lighting to save electricity in residential quite large, so it is quite important to the lighting aspect taken into consideration in the design of the apartment. This work is the result of research using exploratory analysis methods with quantitative approaches. The results are known which form an ideal mass to tread in accordance with the direction of shadowing and determine the amount of window openings. Calculations using large aperture standard of IEC and imagery analysis using the tools sketchup. All observations will process into the design of the apartment Cengkareng Jakarta. This research is expected to optimization of natural lighting in the room can be achieved.
Keywords : Sustainable design, Natural Lighting, Window openings, Apartment
PENDAHULUAN
Perkembangan di dalam dunia arsitektur pada masa ini sedang gencar-gencarnya mengarah kepada pengembangan desain berkelanjutan, hal ini dipengaruhi oleh individu-individu yang sudah mulai sadar akan pentingnya desain berkelanjutan bagi generasi penerus. Dalam desain berkelanjutan terdapat beberapa segmen salah satunya adalah arsitektur berkelanjutan.
Penerapan arsitektur berkelanjutan sekarang sudah merambah ke bangunan hunian, karena hunian akan mengkonsumsi energi cukup besar apabila tidak dirancang dengan baik, khusunya untuk hunian vertikal.
Selain itu untuk melakukan pemenuhan akan kebutuhan tempat tinggal khususnya untuk masyarakat golongan menengah dibutuhkan hunian vertikal. Hunian vertikal dipilih karena merupakan salah satu strategi untuk melakukan penghematan lahan serta mengikuti peraturan peruntukan lahan yang telah ditetapkan. Pemilihan lahan pada kawasan cengkareng karena kawasan cengkareng merupakan kawasan yang strategis untuk pencapaian ke daerah atau pusat bisnis.
Apartemen yang akan dirancang merupakan apartemen dengan konsep sustainable dengan fokus hemat energi pada penggunaan pencahayaan buatan. Penggunaan pencahayaan buatan pada hunian sudah mengkonsumsi terlalu banyak energi sehingga perlu perhatian khusus pada bukaan apartemen agar penggunaannya listrik dapat dikurangi, khususnya pada siang hari.
Tujuan dari penelitian ini ialah agar tercapainya aspek hemat energy khususnya energy listrik dengan memanfaatkan pencahayaan alami sebagai sumber pencahayaan dengan berbagai pertimbangan yang mendukung.
Pokok permasalahan yang akan diselesaikan disini ialah bagaimana menentukan besaran massa, perletakan massa dan orientasi massa agar nantinya tiap unit mendapatkan terpapar cahaya matahari secara adil, serta menentukan besaran bukaan jendela agar cahaya yang masuk optimal untuk kebutuhan ruang tersebut.
Banyak cara dan metode yang dapat digunakan untuk memasukan cahaya ke dalam ruangan, semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu memanfaatkan cahaya alami sebagai sumber penerangan utama. Seperti yang dilakukan N,Fachrizal, ia melakukan penelitian tentang pipa cahaya, dimana pipa tersebut berfungsi membawa cahaya dari luar kedalam ruang-ruang yang tidak dapat terpapar sinar cahaya secara langsung. Dari penelitiannya ia menarik beberapa kesimpulan, beberapa diantaranya ialah model modul penyalur cahaya ini dapat dimanfaatkan sebagai solusi alternative sistem pencahayaan alami di bangunan untuk penghematan penggunaan energy listrik, penggunaan kubah kaca transparan berkontribusi untuk mengumpulkan cahaya terutama pada sudut datang cahaya yang besar, diperlukan pengembangan material reflector logam sebagai pengganti cermin untuk mengurangi bobot modul dan kerapuhan material terhadap benturan, juga fabrikasi atau perakitan yang murah namun tidak mengurangi kualitas.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang akan dilakukan ialah menganalisa pergerakan matahari serta pembayangan yang akan terjadi pada tapak, untuk software pendukung menggunakan google sketchup. Setelah menganalisa pergerakan matahari kemudian, menganalisa kebutuhan besaran ruang yang nantinya setiap ruang akan diukur besaran dari kebutuhan bukaan untuk pencahayaan alami.
Metode perhitungan besaran bukaan menggunakan rumus perhitungan dari standarisasi SNI untuk pencahayaan alami yang optimal. Hasil dari perhitungan akan dihasilkan dalam bentuk tabel sehingga memudahkan untuk dipahami, dan hasilnya akan diaplikasikan kedalam desain nantinya.
HASIL DAN BAHASAN
Dari hasil dan analisa dan perhitungan besaran kebutuhan bukaan jendela tiap unitnya di dapat hasil sebagai berikut
Tabel. IV.3.10.1. Luas kebutuhan jendela Nama Ruang Luasan
Ruang (m2)
Kebutuhan Pencahayaan (lux)
Luas Jendela efektif 1 (m2)
Luas Jendela efektif 2 (m2)
Total luas Jendela efektif (m2)
Unit 1 36 125 3 – 7.2 1.2 - 2.88 4.2 - 10.08
Unit 2 20 125 1.66 - 4 0.67 - 1.6 1.46 - 5.6
Unit 3 12.5 125 1.04 – 2.5 0.4-1 1.45-3.5
Terlihat dari table diatas kebutuhan luas jendela efektif untuk suatu ruangan yang memiliki lebar tidak lebih dari 6 meter memiliki persentase antara luas ruangan dengan luas bukaan sebesar 10%
- 30% dari luas ruangan.
• Detail Bukaan Pada Unit
Pada gambar diatas merupakan beberapa detail dari bukaan pada unit-unit, khususnya pada unit yang paling besar. Terlihat adanya detail dari kisi-kisi yang diletakan pada unit yang menghadap barat, dimana kisi-kisi ini difungsikan saat cahaya matahari mulai menembus masuk kedalam unit sehingga tidak menimbulkan panas. Selain kisi-kisi solusi lainnya ialah menambahkan reflector pada unit, reflector ini bekerja membawa cahaya matahari melewati ruangan sehingga dapat menyinari ruangan yang tidak bersentuhan langsung dengan sisi luar, dimana ruang tersebut kurang mendapat cahaya langsung.
• Perencanaan Ruang
Tabel V.1.2. Perencananaan ruang
Ruang Total
Luasan (m2) Unit
• Unit 1
• Unit 2
• Unit 3
1188 1520 2600
Lobby 62,5
Ruang serbaguna 150
Kantor pengelola 73,6
Mini market 70
ATM center 16
Musholla 22,5
Gudang 8
R. utilitas (ME) 90
Parkir 3072
Open Space bangunan 2500
Taman bermain 990
Total 12.947.6 m2
Sirkulasi 20 % = 2.589,52 m2
15.537,12
Perencanaan ruang diusahakan seoptimal mungkin agar tidak banyak ruang yang terbuang, sehingga sisa ruangan dapat digunakaan sebagai open space, yang dimana open space tersebut dapat digunakan sebagai urban farming yang dapat mendukung konsep berkelanjutan pada bangunan ini.
• Bentuk Gubahan Massa Bangunan Konsep gubahan massa:
Gubahan massa bangunan terbentuk mengikuti analisa lingkungan, bangunan yang terbentuk merupakan respon dari analisa yang telah dibuat. Pada bagian bawah setiap tower unit dijadikan sebagai tempat parkir untuk kendaraan penghuni maupun pengelola.
Gambar V.3.2. Bentuk Gubahan Massa Bangunan 1
Pada konsep awal gubahan massa dibuat massa tunggal dengan mengikuti bentuk dari tapak yang digunakan untuk mengamati bagian yang terpapar sinar matahari dan bagian yang terbayangi.
Gambar V.3.3. Bentuk Gubahan Massa Bangunan 2
Pada konsep gubahan kedua, massa 1 lebih rendah dibanding massa 2 dan massa 2 sejajar dengan massa 3, pada ketinggian 5 lantai. Perbedaan massa 1 dan massa 2, 3 berbeda 1 lantai. Bentuk massa seperti ini akan tidak akan memberikan pembayangan antar massa karena dengan jarak dan ketinggian yang terlah diatur, selain itu dengan massa yang menghadap barat dan timur akan terjadi pergantian pencahayaan setiap 6 jam
Massa 1 Massa 2 Massa 3
• Denah Unit
Gambar. Perspektif 3dimensi dan denah unit 1
Pada gambar diatas terlihat sistem furniture pada interior unit-unit nantinya memiliki mode saat digunakan dan mode saat tidak digunakan. Hal ini bertujuan agar lebih mengefisiensikan ruangan yang ada agar tidak terbuang. Sistem ini juga secara tidak langsung mendukung dari konsep berkelanjutan, yang menjadi konsep utama dalam perancangan ini.
• Perspektif Massa Akhir
Gambar. Perspektif 3dimensi massa
Massa terakhir menyerupai gubahan massa sesuai dengan konsep diatas, tetapi dengan bentuk yang lebih spesifik seperti deretan unit yang dipecah dengan adanya open space pada bangunan, yang dimana open space ini dapat berfungsi sebagai salah satu jalan masuknya cahaya ke dalam bangunan. Selain itu juga fungsi open space ini agar bangunan seolah-olah tidak berdiri sendiri tanpa terhubung dengan lingkungan, sehingga dengan adanya open space, secara tidak langsung bangunan memiliki koneksi dengan lingkungan di dalam tapak.
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah bahwa untuk mendapatkan bukaan untuk pencahayaan yang optimal bagi ruangan perlu diketahui kebutuhan kuat cahaya yang disesuaikan dengan fungsi ruang, selain itu juga dipengaruhi luasan ruang, sehingga factor- faktor yang saling terkait tersebut kita dapat menentukan besaran bukaan tersebut.
Saran yang dapat diberikan ialah karena penelitian ini masih jauh dari sempurna, karena belum ada pembuktian apakah benar dengan rumus untuk perhitungan besaraan bukaan tersebut.
REFERENSI
Fachrizal, N. (2008). Pemandu Cahaya Matahari Untuk Pencahayaan Alami di Bangunan. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol.10.
Karyono, Tri. H. (2010). Green Architecture Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau Di
Inonesia. Jakarta : PT, Raja Grafindo Persada.
RSNI 03-2396. (2001). Tata cara perancangan Penerangan alami siang hari untuk rumah dan gedung.
Satwiko, Prasasto.(2006) Fisika bangunan 1 dan 2 . Jakarta.
RIWAYAT PENULIS
Augusta Christopher lahir di kota Jakarta pada 13 agustus 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Binus dalam bidang arsitektur pada 2012. Saat ini bekerja sebagai freelance 3d arstist, kontraktor interior yang dibangun bersama rekannya.