• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dibentuk berdasarkan Keputusan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dibentuk berdasarkan Keputusan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

  1.1. Latar Belakang

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No. 8 tahun 2001, tanggal 17 Januari 2001, yang mempunyai dasar hukum yaitu UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, dan berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) No. 8 tahun 2001 tanggal 17 Januari 2001 diperbarui dengan SK No.

103 tahun 2008. Tugas pokok BAZNAS adalah merealisasikan misi BAZNAS yaitu, (1) Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat, (2) Mengarahkan masyarakat mencapai kesejahteraan baik fisik maupun non fisik melalui pendayagunaan zakat, (3) Meningkatkan status mustahik menjadi muzakki melalui pemulihan, peningkatan kualitas SDM, dan pengembangan ekonomi masyarakat, (4) Mengembangkan budaya "memberi lebih baik dari menerima" di kalangan mustahik, (5) Mengembangkan manajemen yang amanah, profesional dan transparan dalam mengelola zakat, (6) Menjangkau muzakki dan mustahik seluas-luasnya, dan (7) Memperkuat jaringan antar organisasi pengelola zakat.

Sebagai Badan Amil Zakat, kegiatan pokok BAZNAS adalah menghimpun ZIS dari muzakki dan menyalurkan ZIS kepada mustahik yang berhak menerima sesuai ketentuan agama.

Pemerataan proses penghimpunan dan penyaluran dana zakat di seluruh wilayah Indonesia menjadi salah satu fokus BAZNAS. Oleh karena itu dalam menjalankan organisasinya, BAZNAS mempunyai beberapa mitra, seperti (1) Unit Pelayanan Zakat (UPZ), yang terdiridari 66 instansi yang tergabung menjadi UPZ, (2) Unit Salur Zakat (USZ), yang terdiri dari 15 lembaga yang tersebar di seluruh Indonesia, (3) Badan Amil Zakat Daerah Propinsi (Bazda Propinsi) yang tersebar di 33 propinsi yang berfungsi

 

(2)

membawahi propinsi dalam hal pengumpulan dan penyaluran dana zakat, dan (4) Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten (Bazda Kabupaten) yang tersebar di beberapa kabupaten yang tersebar di Indonesia.

Potensi dana zakat di Indonesia bisa mencapai 193 triliun yang bisa mengurangi angka kemiskinan di Indonesia. Tetapi pada kenyataannya, penerimaan zakat tahun 2008 hanya berkisar 725 miliar. Angka tersebut turun dari tahun 2006 yaitu 974 milyar dan tahun 2007 yaitu 717 miliar (sumber BAZNAS).

Zakat adalah ibadah di bidang harta yang memiliki fungsi sosial yang strategis dan menentukan dalam mensejahterakan masyarakat. Jika dihimpun dengan baik, dikelola oleh Amil Zakat yang kuat, amanah, profesional dan terpercaya serta didistribusikan dengan tepat dan benar, sesuai dengan ketentuans yariah dan prinsip- prinsip manajemen yang terbuka, maka akan mampu mengurangi angka kemiskinan masyarakat. Secara empirik telah terbukti dalam sejarah, yaitu pada masa pemerintah Umar bin Abdul Azis. Pada saat tersebut zakat yang dikelola oleh Amil Zakat, mampu menghilangkan angka kemiskinan dalam waktu singkat (Hafidhuddin,2007)

Berdasarkan riset Syauqi Beik (2008) telah ditemukan bahwa program zakat untuk usaha produktif mustahik fakir miskin, mampu mengurangi kemiskinan mustahik sebesar 7,5% di Jakarta. Demikian pula dengan tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan mustahik yang dapat dikurangi. Adapun untuk program rumah sakit gratis berbasis zakat mampu mengurangi kemiskinan mustahik sebesar 10%.

Saat ini persoalan kemiskinan menjadi hal yang harus mendapatp erhatian lebih bagi Negara Indonesia, apalagi saat ini kondisi perekonomian global sedang mengalami krisis pangan dan krisis energi. Harga minyak dunia yang telah menembus 140 dolar per

(3)

barel diperkirakan akan menambah jumlah orang miskin baru sebanyak 15 juta jiwa.

Keadaan tersebut diperparah oleh kondisi riil perekonomian masyarakat yang terus mengalami penurunan. Berdasarkan kajian Tim Indonesia Bangkit, upah riil petani pada tahun 2007 lalu mengalami penurunan sebesar 0,2 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Demikian pula dengan upah riil buruh bangunan, pembantu rumah tangga, dan tukang potong rambut yang masing-masing mengalami penurunan sebesar 2 persen, 0,5 persen dan 2,5 persen (Syauqi Beik dan Hakiem, 2008).

Menurut BPS Propinsi DKI Jakarta 2007, jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2007 sebesar 405.700 orang (4,48 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2006 yang berjumlah 407.100 (4,57 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 1.400.Seperti yang dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 1. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2006-Maret 2007

GarisKemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Tahu

n Makana n

BukanMakana

n Total

JumlahPendudukMiski n

PersentasePendudukMiski n

Maret 2006

116381 122849 23923 0

407,1 4,57

Maret 2007

166321 100554 26687 4

405,7 4,48

Sumber: Diolah dari data Susenas Panel Maret 2006 dan Maret 2007

Untuk mengantisipasi dampak perekonomian global yang antara lain berdampak pada kenaikan harga bahan bakar minyak, pemerintah telah menyiapkan sejumlah paket kebijakan, yang di antaranya adalah paket bantuan langsung tunai (BLT). Namun, kebijakan BLT tersebut seringkali tidak efektif akibat koordinasi dan manajemen yang kurang baik. Untuk itu, diperlukan adanya sejumlah instrumen alternatif yang diharapkan

(4)

dapat menjadi solusi terhadap masalah kemiskinan dan masalah-masalah ekonomi lainnya. Salah satu instrumen tersebut adalah zakat, infak dan shodaqoh (ZIS).

Dalam konteks yang lebih makro, konsep zakat, infak dan shodaqoh ini diyakini akan memiliki dampak yang sangat luar biasa, yang telah muncul dalam beberapa tahun belakangan ini, sebuah konsep yang mendorong berkembangnya sharing economy atau gift economy, yaituperekonomian harus dilandasi oleh semangat berbagi dan memberi.

Yochai Benkler, seorang profesor pada sekolah hukum Universitas Yale AS, menyatakan bahwa konsep sharing atau berbagi, merupakan sebuah modalitas yang sangat penting untuk memacu dan meningkatkan produksi dalam ekonomi. Perusahaan yang mengembangkan konsep berbagi dalam interaksi antar komponen di dalamnya, akan menjadi lebih efisien dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mau menerapkannya.

Sebagai contoh, motivasi karyawan perusahaan yang mendapat bonus akan jauh lebih baik bila dibandingkan dengan karyawan yang tidak pernah mendapatkannya (Syauqi Beik, 2008).

Zakat yang senantiasa mengurangi kemiskinan dan membatu mensejahterakan masyarakat, seharusnya mendapat respon positif dari para pembayar zakat (Muzzaki) di Indonesia. Tetapi pada kenyataannya terjadi gap yang besar antara potensi zakat dan realisasinya. Dari pihak amil, dalam hal ini BAZNAS telah mempunyai program-program untuk menarik muzzaki untuk membayar zakat melalui lembaga resmi seperti BAZNAS dan mitranya. Program-program tersebut didesain sedemikian rupa untuk mengajak muzzaki menyisihkan 2,5 persen pemasukannya setiap bulan.

Program-program BAZNAS meliputi promosi membayar zakat melalui BAZNAS di media elektronik dan media cetak, kerjasama dengan beberapa lembaga keuangan

(5)

seperti bank, dan lainnya, kerjasama dengan perusahaan lain, seperti perusahaan provider telepon, dan sebagainya. Selain program promosi, BAZNAS juga merancang beberapa program untuk mensejahterakan masyarakat seperti Indonesia Cerdas yaitu program beasiswa bagi sekolah dasar dan mahasiswa, Indonesia Makmur yaitu pemberdayaan dalam hal pertanian, perikanan, perkebunan, dan lainnya, Indonesia Peduli yaitu bantuan tanggap bencana, Indonesia Taqwa yaitu program kaderisasi ulama dan dakwah di daerah-daerah, serta Indonesia Sehat seperti Unit Kesehatan Keliling, Dokter Keluarga Prasejahtera, dan Rumah Sehat.

Program yang dirancang oleh BAZNAS di atas ternyata belum mampu menarik kesadaran seluruh muzzaki di Indonesia. Oleh karena itu peneliti mencoba untuk meneliti dari segi muzzaki mengenai persepsi dan sikap para muzzaki yang membayar zakat melalui BAZNAS, muzakki yang membayar zakat melalui lembaga lain, serta para muzzaki yang membayar zakat langsung kepada mustahik (non lembaga).

Muzzaki di Indonesia masih mempunyai pengetahuan akan zakat yang masih kurang. Pengetahuan mengenai zakat dan amil zakat yang lebih terperinci. Oleh karena itu kesadaran terhadap pembayaran zakat pun kurang.

Sumarwan (2004) menyatakan bahwa sikap konsumen merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan (belief) dan perilaku (behaviour). Kepercayaan konsumen atau pengetahuan konsumen menyangkut kepercayaan bahwa suatu produk memiliki berbagai atribut dan manfaat dari atribut tersebut. Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk, atribut, dan manfaat produk menggambarkan persepsi konsumen.

(6)

Sikap kerap digunakan untuk menilai keefektifan kegiatan pemasaran. Sebuah kampanye iklan dirancang untuk menaikkan penjualan dengan meningkatkan sikap konsumen (Engel 1995). Konsumen mendapatkan pengetahuan serta kepercayaan terhadap produk melalui iklan produk tersebut. Dengan adanya iklan, konsumen dapat merespon suatu iklan dengan sikap dan persepsi yang berbeda-beda.

1.2. Rumusan Masalah

BAZNAS mencoba membangun persepsi dan sikap para muzzaki di seluruh Indonesia dengan merancang program-program promosi dan program kerja untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia. BAZNAS terus berupaya untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran bagi para muzzaki untuk membayar zakat melalui lembaga yang merupakan kewajiban dan kebutuhan umat muslim. Namun ternyata hal tersebut belum mampu memberikan kesadaran kepada seluruh masyarakat muslim pada khususnya di Indonesia untuk membayar zakat melalui lembaga (BAZNAS), hal ini terlihat dari adanya gap yang besar yang terjadi antara potensi zakat di Indonesia dengan realisasi yang ada.

Penjelasan di atas mendorong penulis untuk merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana karakterisitik muzzaki yang membayar zakat melalui BAZNAS, muzakki yang membayar zakat melalui lembaga lain, serta para muzzaki yang membayar zakat langsung kepada mustahik (non lembaga) di kota Jakarta?

2. Bagaimanakah perbedaan persepsi dan sikap muzzaki yang membayar zakat melalui BAZNAS, muzakki yang membayar zakat melalui lembaga lain, serta

(7)

para muzzaki yang membayar zakat langsung kepada mustahik (non lembaga) di kota Jakarta?

3. Bagaimanakah model faktor-faktor yang berhubungan dengan kecenderungan muzzaki yang membayar zakat melalui BAZNAS, muzakki yang membayar zakat melalui lembaga lain, serta para muzzaki yang membayar zakat langsung kepada mustahik (non lembaga) di kota Jakarta?

1.3. TujuanPenelitian

Penelitian mengenai sikap dan perilaku konsumen BAZNAS di kota Jakarta ini dan implikasinya terhadap strategi pemasaran BAZNAS, bertujuan untuk :

1. Menganalisis karakterisitik muzzaki yang membayar zakat melalui BAZNAS, muzakki yang membayar zakat melalui lembaga lain, serta para muzzaki yang membayar zakat langsung kepada mustahik (non-lembaga) di kota Jakarta.

2. Menganalisis perbedaan persepsi dan sikap muzzaki yang membayar zakat melalui BAZNAS, muzakki yang membayar zakat melalui lembaga lain, serta para muzzaki yang membayar zakat langsung kepada mustahik (non lembaga) di kota Jakarta.

3. Menganalisis model faktor-faktor yang berhubungan dengan kecenderungan muzzaki yang membayar zakat melalui BAZNAS, muzakki yang membayar zakat melalui lembaga lain, serta para muzzaki yang membayar zakat langsung kepada mustahik (non-lembaga) di kota Jakarta.

       

(8)

                       

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB

 

Gambar

Tabel 1. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin  Menurut Daerah, Maret 2006-Maret 2007

Referensi

Dokumen terkait

Langkah-langkah dari metode pengembangan variasi latihan bodyweight training untuk melatih kekuatan otot perut pada pencak silat di PPLM II Jatim Kota Malang

c. Strategi yang mendukung pengembangan kawasan peternakan kerbau rawa di Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah: a) percepatan pendampingan adopsi teknologi untuk peningkatan

bersabda: “Janganlah kalian membenarkan Ahli Kitab dan jangan pula mendustakannya” (Al-Bukhāri, n.d., hal. Hadis tersebut setidaknya menunjukkan, pada masa nabi sudah

Penelitian ini, menganalisis masalah dari segi aspek kepribadian atau aspek psikologi pada anak autis (Narendra) sebagai tokoh utama dalam novel Hades karya

Tabel diatas menjelaskan mengenai klaifikasi teknologi manufaktur yang digunakan untuk pembangunan kapal baru dengan tingkatan yang manual. Teknologi ini sebagian besar

 Merupakan akhir kekuasaan daulah Abbasiyah &Islam di Spanyol  Peradaban Islam di Timur hancur oleh bangsa Mongol/Tar-tar  Kekuatan dominan pada bangsa Mongol yang

Status gizi yang normal akan mempengaruhi tercapainya usia menarche yang juga normal, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fidrin (2014)

Jika Anda menulis sebuah modul, pelajaran atau bagian baru, dengan dukungan sponsor, Anda harus menyertakan pesan pendek sponsor yang menjadi pilihan mereka. Nama sponsor harus