Eka Bekti Puspita Sari, SH.,MH
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi
SISTEM KEUANGAN NEGARA
Pengertian Keuangan Negara
Keuangan negara adalah ilmu yang mempelajari penerimaan negara dan pengeluaran negara beserta dengan seluruh
akibatnya.
Keuangan negara adalah mencakup seluruh kegiatan yang berkaitan dengan objeknya yang meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang.
semua hak dan kewajiban negara mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawabannya.
PERAN PEMERINTAH DALAM
PEREKONOMIAN
Ilmu Ekonomi
Ilmu Pemerin-
tahan
Ilmu Keuangan Negara
(Ilmu Ekonomi Normatif)
Ilmu Ekonomi Positif
Kebijakan Pemerintah
Subjek Ekonomi
Rumah
Tangga Perusahaan Pemerintah Luar Negeri
Pengeluaran akan disesuaikan dengan terhadap besarnya
penerimaan rumah tangga atau perusahaan
Rumah Tangga &
Perusahaan Bukan penerimaan
menentukan pengeluaran, penerimaan negara akan disesuaikan dengan target pengeluaran negara.
Pemerintah
Melakukan pengeluaran dan harus ada penerimaan sebagai sumber dana
Sistem Perekonomian
Sistem
Kapitalis Sistem
Sosialis
Sistem Kapitalis
Kebebasan individu yang mutlak tidak membenarkan pengaturan ekonomi oleh pemerintah kecuali dalam hal yang tidak dapat diatur sendiri (bidang pertahanan nasional, keadilan soosial, pekerjaan umum).
Sistem Sosialis
Penghapusan kebebasan individu, pengaturan kehidupan ekonomi harus dipegang oleh pemerintah sebagai yang mewakili para individu.
Sistem Perekonomian
Kapitalisme
Kewajiban pemerintah
Kebutuhan barang publik
Perilaku rumah tangga pemerintah dalam penyediaan barang publik
Fungsi pemerintah dalam perekonomian
Fungsi alokasi
Fungsi distribusi
Fungsi stabilisasi
Bagaimana dengan sistem ekonomi
Indonesia?
Peran Pemerintah
Pemerintah perlu campur tangan dikarenakan adanya kegagalan pasar:
1. Adanya barang kolektif (Barang Pubik)
2. Perbedaan antara biaya privat dan biaya sosial, serta antara manfaat privat dan manfaat sosial
3. Adanya resiko yang sangat besar
4. Sifat monopoli dari suatu kegiatan
5. Adanya inflasi dan deflasi
6. Semakin berkembangnya perusahaan-perusahaan dan pabrik- pabrik
7. Adanya distribusi pendapatan yang tidak merata
BARANG SWASTA, EKSTERNALITAS &
KEGAGALAN PASAR
BARANG SWASTA
BARANG SWASTA
Harga barang berdasarkan permintaan dan
penawaran
Dikonsumsi secara bersaing Tidak memberi
manfaat bagi yanng tidak membelinya
Barang yang
setelah produsen memperoleh
kompensasi bagi biaya produksinya, memberikan
manfaat hanya
pada mereka yang mendapatkannya dan tidak bagi
orang lain
EKSTERNALITAS
Biaya/manfaat transaksi pasar
yang tidak tercermin di
dalam harga
Ada pihak ketiga yang terkena dampak produksi
& konsumsi.
Harga barang dan jasa tidak mencerminkan
biaya sosial marginal
Manfaat atau biaya pihak ketiga
tidak
diperhatikan oleh pembeli/penjual.
KEGAGALAN PASAR
Mekanisme pasar yang dianut oleh sistem
kapitalis murni memiliki berbagai kelemahan yang menyebabkan pemerintah perlu ikut
campur tangan dalam berbagai kegiatan
ekonomi.
ADANYA BARANG KOLEKTIF/
BARANG PUBLIK
BARANG PUBLIK
TIDAK DISEDIAKAN MELALUI JUAL/BELI
PASAR
DISEDIAKAN UNTUK UMUM
KONSUMSI SESEORANG TIDAK
MENGURANGI TERSEDIANYA
BARANG/JASA PENYEDIANNYA TIDAK DAPAT DIBATASI PADA ORANG-ORANG YANG BERSEDIA MEMBAYARNYA
SULIT MENARIK KEUNTUNGAN
KEBUTUHAN BARANG PUBLIK
Barang publik merupakan barang, jasa, atau sistem yang harus disiapkan oleh pemerintah dalam rangka memberikan
pelayanan kepada warga negaranya
Contoh barang publik:
infrastruktur, seperti jalan raya, jembatan, pelabuhan, dll
sistem pertahanan keamanan
sistem peradilan
dll
PERBEDAAN BIAYA/MANFAAT PRIVAT DAN SOSIAL
Tidak adanya perhitungan secara langsung dalam biaya dan hasil produksi, maka timbulmasalah biaya sosial dan manfaat sosial yang timbul & harus ditangani oleh
pemerintah
Keputusan produsen swasta yang didasarka atas harga-harga tersebut tidak dapat mencapai tujuan masyarakat yang maksimal (adanya unsur eksternaltas)
Produsen swasta tidak membayar semua biaya yang timbul karena kegiatannya
RESIKO YANG BESAR
Usaha/kegiatan yang mempunyai resiko yang sangat berat & belum tentu memetik hasil yang maksmal tidak akan
dijalankan oleh pihak swasta.
Pemerintah yang cocok untuk mengusahakan jenis kegiatan yang memiliki resiko yang besar tetapi berguna bagi masyarakat secara keseluruhan.
SIFAT MONOPOLI
MONOPOLI SWASTA
Adanya sifat
monopoli oleh
swasta akan timbul kerugan yang
besar dimana
harga terlalu tinggi dan jumlah
produksi terlalu
sedikit
MONOPOLI PEMERINTAH
Usaha/kegiatan sebaiknya
diusahakan secara monopoli untuk menghasilkan
barang dan/atau jasa bagi
pemenuhan
kebutuhan
masyarakat.
ADANYA INFLASI & DEFLASI
MEKAN ISME P ASAR
Swasta tidak dapat mengatasi
tekanan inflasi maupun deflasi
PEMERI NT AH Mencegah
timbulnya inflasi maupun deflasi dengan
mempergunakan kekuasaannya
dengan
mengeluarkan
suatu kebjakan
BERKEMBANGNYA PERUSAHAAN DAN PABRIK
Berkembangnya perusahaan/pabrik
Kemampuan pengusaha dalam pengawasan semakin
melemah
Penurunan output dan kesempatan kerja Perlunya campur
tangan pemerintah baik bagi perkembangannya maupun pengarahannya
DISTRIBUSI PENDAPATAN YANG TIDAK MERATA
Perusahaan besar melalui bersaingan bebas akan
menghancurkan perusahaan kecil yang tidak mampu bersaing.
Melalui pajak dan subsidi pemerintah akan mampu
mempersempit jurang perbedaan penghasilan
dalam masyarakat.
KEWAJIBAN PEMERINTAH
Pemeliharaan Pertahanan dan Keamanan
Agar warganegara dapat melakukan kegiatan usaha dengan tenang dan nyaman
Menegakkan Keadilan
Agar setiap warga memiliki hak dan kewajiban yang sama
Menyediakan prasarana Umum / Barang Publik
Agar warga negara mendapat kemudahan-kemudahan dalam menjalankan kegiatan usaha
KEBUTUHAN BARANG PUBLIK
Pengadaan barang publik dapat dilakukan oleh pemerintah atau perusahaan
Sifat-sifat barang publik:
Tidak eksklusif (non-excudable). Pemilik barang tidak bisa mencegah seseorang untuk menggunakan barang tersebut. Pengguna barang tidak bisa dipaksa untuk membayar. Misalnya Taman Monas, jalan raya, masjid, dll
Tidak ada persaingan (non-rival) dalam penggunaan barang publik. Penggunaan barang publik oleh seseorang tidak menyebabkan kepuasan orang lain untuk menggunakan barang tersebut menjadi berkurang. Contoh: kepuasan seseorang yang menghirup udara segar di taman kota tidak berkurang karena adanya orang lain yang melakukan hal yang sama.
KEBUTUHAN BARANG PUBLIK
Terdapat barang publik yang tidak eksklusif, tetapi kepuasan
penggunanya akan turun karena banyaknya pengguna pada suatu waktu tertentu.
Misalnya, karena banyaknya mobil yang menggunakan jalan raya sehingga menjadi macet. Dalam hal ini, walaupun penggunanya tidak dipungut bayaran, namun kepuasan pengguna menjadi berkurang.
Sebaliknya, terdapat juga barang-barang publik yang eksklusif, namun tidak ada persaingan bagi penggunanya.
Misalnya penggunaan internet dan fasilitas telekomunikasi. Untuk menggunakan barang tersebut tidak gratis, namun seorang pengguna tidak terganggu
kepuasannya karena adanya orang lain yang menggunakan produk yang sama.
PERAN PEMERINTAH
FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN
Fungsi Alokasi
Fungsi Distribusi
Fungsi Stabilisasi
FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN
Fungsi Alokasi
Pada dasarnya sumber daya yang dimiliki suatu negara adalah terbatas
Pemerintah harus menentukan seberapa besar dari sumber daya yang dimiliki akan dipergunakan untuk memproduksi barang-barang
publik, dan seberapa besar akan digunakan untuk memproduksi barang-barang individu
Pemerintah harus menentukan dari barang-barang publik yang diperlukan warganya, seberapa besar harus disediakan oleh pemerintah, dan seberapa besar yang dapat disediakan oleh rumahtangga perusahaan
FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN
Fungsi Distribusi
Pemerintah harus membuat kebijakan-kebijakan agar alokasi sumber daya ekonomi dilaksanakan secara efisien
Pemerintah harus membuat kebijakan-kebijakan agar kekayaan terdistribusi secara baik dalam masyarakat, misalnya melalui kebijakan:
perpajakan
subsidi
pengentasan kemiskinan
transfer penghasilan dari daerah kaya ke daerah miskin
bantuan pendidikan
bantuan kesehatan, dll
FUNGSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN
Fungsi Stabilisasi
Pada pemerintahan modern saat ini, hampir semua negara menyerahkan roda perekonomiannya kepada pihak swasta / perusahaan
Pemerintah lebih berperan sebagai stabilisator, untuk menjaga agar perekonomian berjalan normal:
Menjaga agar permasalahan yang terjadi pada satu sektor perekonomian tidak merembet ke sektor lain
Menjaga agar kondisi perekonomian kondusif:
inflasi terkendali
sistem keamanan terjamin
kepastian hukum terjaga
Peran pemerintah dalam kegiatan ekonomi didasari oleh motif mencari keuntungan sekaligus memenuhi kepentingan umum. Dorongan mencari
keuntungan ini tidak terlepas dari kebutuhan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara. Dengan kondisi penerimaan yang semakin baik,
pemerintah akan memiliki sumber dana untuk membiayai pengeluaran- pengeluarannya.
PENGELUARAN PEMERINTAH
TEORI PENGELUARAN NEGARA
Musgrave dan Rostow
Perkembangan pengeluaran negara sejalan dengan tahap perkembangan ekonomi dari suatu negara
Pada tahap awal perkembangan ekonomi diperlukan pengeluaran negara yang besar untuk investasi pemerintah, utamanya untuk menyediakan infrastruktur seperti sarana jalan, kesehatan, pendidikan, dll
Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi tetap diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi, namun diharapkan investasi sektor swasta sudah mulai berkembang
Pada tahap lanjut pembangunan ekonomi, pengeluaran pemerintah tetap diperlukan, utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, misalnya peningkatan
pendidikan, kesehatan, jaminan sosial dsb.
TEORI PENGELUARAN NEGARA
Wagner
Berdasarkan pengamatan dari negara-negara maju, disimpulkan bahwa dalam perekonomian suatu negara, pengeluaran pemerintah akan meningkat sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita negara tersebut.
Di negara-negara maju, kegagalan pasar bisa saja terjadi, menimpa industri- industri tertentu dari negara tersebut. Kegagalan dari suatu industri dapat saja merembet ke industri lain yang saling terkait. Di sini diperlukan peran
pemerintah untuk mengatur hubungan antara masyarakat, industri, hukum, pendidikan, dll
TEORI PENGELUARAN NEGARA
Peacock dan Wiseman
Kebijakan pemerintah untuk menaikkan pengeluaran negara tidak disukai oleh masyarakat, karena hal itu berarti masyarakat harus membayar pajak lebih besar
Masyarakat mempunyai sikap toleran untuk membayar pajak sampai pada suatu tingkat tertentu. Apabila pemerintah menetapkan jumlah pajak di atas batas toleransi masyarakat, ada kecenderungan masyarakat untuk menghindar dari kewajiban membayar pajak. Sikap ini mengakibatkan pemerintah tidak bisa semena-mena menaikkan pajak yang harus dibayar masyarakat
Dalam kondisi normal, dengan berkembangnya perekonomian suatu negara akan semakin berkembang pula penerimaan negara tersebut, walaupun pemerintah tidak menaikkan tarif pajak. Peningkatan penerimaan negara akan memicu peningkatan pengeluaran dari negara tersebut.
Sebab Meningkatnya Pengeluaran Pemerintah
Adanya perang dan pergolakan dalam masyarakat.
Kenaikan tingkat penghasilan dalam masyarakat
Adanya urbanisasi Perkembangan demokrasi
Pemborosan dan korupsi
Pembangunan ekonomi
Program kesejahteraan sosial
Perubahan iklim
KEWAJIBAN NEGARA DAN KAITANNYA DENGAN PENGELUARAN NEGARA
Kewajiban negara dalam rangka menjaga kelangsungan kedaulatan negara (pemerintah) dan meningkatkan kemakmuran masyarakat, mencakup:
mempersiapkan, memelihara, dan melaksanakan keamanan negara
menyediakan dan memelihara fasilitas untuk kesejahteraan sosial dan perlindungan sosial, termasuk
fakir miskin
jompo
yatim piatu
masyarakat miskin
pengangguran
menyediakan dan memelihara fasilitas kesehatan
menyediakan dan memelihara fasilitas pendidikan
Sebagai konsekuensi pelaksanaan kewajibannya, pemerintah perlu dana yang memadai, dianggarkan melalui APBN/APBD, dan pada saatnya harus dikeluarkan melalui Kas Negara/Kas Daerah
Efisiensi Dalam Pengeluaran Negara
Tidak Efisien
Pemborosan Penggunaan
Anggaran
1. Pemerintah terlalu berkuasa, peran swasta kecil menyebabkan para individu dan badan usaha tidak dapat melatih dirinya dalam menciptakan inisiatif secara efektif.
2. Peran pemerintah terlalu sedikit, kegiatan swasta yang lebih dominana akan menimbulkan penghasilan yang tidak merata.
Kriteria Penilaian Kebijakan Pemerinta
Menilai kebijakan pemerintah harus didasarkan pada dampak dari kebijakan tersebut. Untuk
menilai btepat atau tidaknya kebijakan pemerintah adalah kriteria:
1.
Keadilan (equity)
2.
Efisiensi ekonomis (economic efficiency)
3.
Kebapakan (paternalisme)
4.
Kebebasan perorangan (individual freedom)
Keadilan (equity)
Berarti bahwa kebijakkan pemerintah haruslah mempunyai akibat yang tidak berat sebelah.
Misalkan kebijakan perpajakan harus diartikan bahwa bagi yang kurang mampu akan
mendapatkan subsidi sebaliknya golongan kaya
akan membayar pajak.
Efisiensi ekonomis (economic efficiency)
Efficiency (Efisiensi) adalah perbandingan antara input dan output, di mana input digunakan setepat dan sebaik
mungkin untuk memperoleh output yang terbaik. Suatu organisasi dapat dikatakan efisien apabila:
1.
Menghasilkan otput yang lebih besar dengan menggunakan input tertentu
2.
Menghasilkan produksi yang lebih besar dari penggunaan sumber daya
3.
Mencapai hasil dengan biaya serendah mungkin
Secara sederhana efisiensi ekonomis, dapat dikatakan bahwa efisiensi ekonomis ada jika kebijakan pemerintah itu lebih baik memperhatikan pengaruh ekonomi terhadap kesejahteraan masyarakat sejauh mungkin atau secara lebih hati-hati.
Pengertian efisiensi ekonomis ini dapat dipertegas yaitu kalau suatu perekonomian itu sudah tidak mungkin lagi untuk mengadakan alokasi sumber-sumber yang menyebabkan disatu pihak akan lebih makmur danh pihak lain rugi.
Pada kenyataannya, efisiensi dan keadilan sering sekali tidak dapat
sejalan. Untuk mencapai efisiensi maka harus mengorbankan keadilan, begitu pula sebaliknya
Kebapakan (paternalisme)
Yaitu kebijakan pemerintah untuk mengadakan atau menyediakan barang-barang dan jasa yang
sebenarnya tidak dikehendaki oleh masyarakat.
Karenanya banyak orang mendukung kebijakan
pemerintah bukan karena kebijakan ini memberikan kepada masyarakat apa yang mereka butuhkan,
tetapi karena mereka beranggapan bahwa
pemerintah lebih baik daripada masyarakat itu
sendiri.
Kebebasan perorangan (individual freedom)
Pada umumnya orang memberi nilai tinggi terhadap kebebasan perorangan maka dari itu pembatasan yang ditetapkan perorangan harus dibuat sekecil mumgkin.
Misalkan apabila pemeritah memungut pajak
untuk membiayai pengeluarannya maka hal ini
akan mengurangi kebebasan wajib pajak itu
membelanjakan sebagian dari pendapatanya
seperti yang di kehendaki.
Pedoman Kebijakan Pemerintah
Dengan besarnya peran pemerintah, maka diperlukan suatu pedoman dalam aktivitas pemerintah agar hasilnya lebih
maksimal:
1.
Ditentukan sasaran dari setiap pengeluaran atau dari setiap kegiatan pemerintah baik.
2.
Harus dibandingkan hasil-hasil yang mungkin diperoleh dari kegiatan-kegiatan pemerintah dangan seandainya kegiatan-kegiatan itu dilakukan oleh swasta.
3.
Sebagai dasar pertimbangan dalam menjalankan
berbagai aktivitas pemerintah melalui APBN.
Kebijakan Subsidi
Subsidi adalah salah satu bentuk pengeluaran pemerintah, sehingga menambah penghasilan mereka yang menerima subsidi.Beberapa landasan pokok dalam penerapan subsidi antara lain:
Suatu bantuan yang bermanfaat yang diberikan oleh pemerintah kepada kelompok-kelompok atau individu-individu yang biasanya dalam bentuk cash payment atau potongan pajak.
Diberikan dengan maksud untuk mengurangi beberapa beban dan fokus pada keuntungan atau manfaat bagi masyarakat.
Subsidi didapat dari pajak. Jadi, uang pajak yang dipungut oleh pemerintah akan kembali lagi ke tangan masyarakat melalui pemberian subsidi.
beberapa macam subsidi:
Price distorting subsidies
merupakan bantuan pemerintah kepada masyarakat dalam bentuk pengurangan harga di bawah harga pasar sehingga menstimulus masyarakat untuk meningkatkan konsumsi atau pembelian komoditi tersebut. Harga yang dibayarkan lebih rendah dari harga pasar, dan pemerintah yang menanggung atau membayar selisih harga tersebut.
Contoh dari subsidi ini antara lain : potongan
harga/tarif listrik, potongan harga untuk sewa rumah,
potongan harga pupuk, beras miskin, biaya sekolah
(BOS), potongan harga BBM.
Cash grant
merupakan bantuan pemerintah kepada masyarakat dalam dengan memberikan sejumlah uang tunai dan alokasi konsumsi akan uang tersebut diserahkan sepenuhnya oleh masyarakat.
Contohnya: bantuan tunai langsung. Kelonggaran atau potongan pajak.
subsidi itu diberlakukan hanya jika keuntungan (manfaat)
yang diperoleh lebih besar daripada jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk pemberian subsidi. Meskipun subsidi
ada untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat,
mereka mengakibatkan pajak yang lebih tinggi atau
peningkatan harga untuk barang-barang konsumen.
MACAM-MACAM PENGELUARAN NEGARA
•
Menurut Sifat
– Pengeluaran Investasi
– Pengeluaran Penciptaan Lapangan Kerja
– Pengeluaran Kesejahteraan Rakyat
– Pengeluaran Penghematan Masa Depat
– Pengeluaran Yang Tidak Produktif
•
Menurut Organisasi
– Pemerintah Pusat
– Pemerintah Propinsi
– Pemerintah Kabupaten/Kota
PENGELUARAN PEMERINTAH PUSAT
Dalam APBN, pengeluaran Pemerintah Pusat dibedakan menjadi:
Pengeluaran untuk Belanja
Belanja Pemerintah Pusat
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Pembayaran Bunga Utang
Subsidi
Belanja Hibah
Bantuan Sosial
Belanja Lain-lain
Dana yang dialokasikan ke Daerah
Dana Perimbangan
Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
PENGELUARAN PEMERINTAH PUSAT
Dalam APBN, pengeluaran Pemerintah Pusat dibedakan menjadi:
Pengeluaran untuk Pembiayaan
Pengeluaran untuk Obligasi Pemerintah
Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri
Pembiayaan lain-lain
PENGELUARAN PEMERINTAH PROPINSI
Dalam APBD Propinsi, pengeluaran negara dibedakan menjadi:
Pengeluaran untuk Belanja
Belanja Operasi, yang terdiri dari
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan jasa
Belanja Pemeliharaan
Belanja perjalanan Dinas
Belanja Pinjaman
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Operasi Lainnya
Belanja Modal, terdiri dari:
Belanja Aset Tetap
Belanja aset lain-lain
Belanja tak tersangka
PENGELUARAN PEMERINTAH PROPINSI
Dalam APBD Propinsi, pengeluaran negara dibedakan menjadi:
Bagi hasil pendapatan ke kabupaten/kota/desa, terdiri dari
Bagi hasil pajak ke Kabupaten/Kota
Bagi hasil retribusi ke Kabupaten/Kota
Bagi hasil pendapatan lainnya ke Kabupaten/Kota
Pengeluaran untuk Pembiayaan, terdiri dari
Pembayaran Pokok Pinjaman
Penyertaan modal pemerintah
Belanja investasi Permanen
Pemberian pinjaman jangka panjang
PENGELUARAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
Dalam APBD Kabupaten/Kota, pengeluaran negara dibedakan menjadi:
Pengeluaran untuk Belanja
Belanja Operasi, yang terdiri dari
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan jasa
Belanja Pemeliharaan
Belanja perjalanan Dinas
Belanja Pinjaman
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Operasi Lainnya
Belanja Modal, terdiri dari:
Belanja Aset Tetap
Belanja aset lain-lain
Belanja tak tersangka
PENGELUARAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
Dalam APBD Kabupaten/Kota, pengeluaran negara dibedakan menjadi:
Bagi hasil pendapatan ke desa/kelurahan, terdiri dari
Bagi hasil pajak ke Desa/Kelurahan
Bagi hasil retribusi ke Desa/Kelurahan
Bagi hasil pendapatan lainnya ke Desa/Kelurahan
Pengeluaran untuk Pembiayaan, terdiri dari
Pembayaran Pokok Pinjaman
Penyertaan modal pemerintah
Pemberian pinjaman kepada BUMD/BUMN/Pemerintah Pusat/Kepala Daerah otonom Lainnya
JENIS-JENIS PENGELUARAN NEGARA MENURUT SIFATNYA
PENGELUARAN INVESTASI
Pengeluaran yang ditujukan untuk menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa datang
Misalnya, pengeluaran untuk pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandara, satelit, peningkatan kapasitas SDM, dll
PENGELUARAN PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA
Pengeluaran untuk menciptakan lapangan kerja, serta memicu peningkatan kegiatan perekonomian masyarakat
PENGELUARAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
Pengeluaran yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kesejahteraan masyarakat, atau pengeluaran yang dan membuat masyarakat menjadi bergembira
Misalnya pengeluaran untuk pembangunan tempat rekreasi, subsidi, bantuan langsung tunai, bantuan korban bencana, dll
JENIS-JENIS PENGELUARAN NEGARA MENURUT SIFATNYA
PENGELUARAN PENGHEMATAN MASA DEPAN
Pengeluaran yang tidak memberikan manfaat langsung bagi negara, namun bila dikeluarkan saat ini akan mengurangi pengeluaran pemerintah yang lebih besar di masa yang akan datang
Pengeluaran untuk kesehatan dan pendidikan masyarakat, pengeluaran untuk anak-anak yatim, dll
PENGELUARAN YANG TIDAK PRODUKTIF
Pengeluaran yang tidak memberikan manfaat secara langsung kepada masyarakat, namun diperlukan oleh pemerintah
Misalnya pengeluaran untuk biaya perang
PENGELUARAN NEGARA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN
Ada beberapa sektor perekonomian yang umumnya
terpengaruh oleh besar atau kecilnya pengeluaran negara, antara lain
Sektor produksi
Sektor distribusi
Sektor konsumsi masyarakat
Sektor keseimbangan perekonomian
PENGARUH PENGELUARAN NEGARA TERHADAP SEKTOR PRODUKSI
Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap sektor produksi barang dan jasa
Dilihat secara agregat pengeluaran negara merupakan faktor produksi (money), melengkapi faktor-faktor produksi yang lain (man, machine, material, method, management)
Pengeluaran pemerintah untuk pengadaan barang dan jasa akan
berpengaruh secara langsung terhadap produksi barang dan jasa yang dibutuhkan pemerintah.
Pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap perekonomian, karena pendidikan akan
menghasilkan SDM yang lebih berkualitas. Dengan SDM yang berkualitas produksi akan meningkat.
PENGARUH PENGELUARAN NEGARA TERHADAP SEKTOR DISTRIBUSI
Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap sektor distribusi barang dan jasa
Misalnya, subsidi yang diberikan oleh masyarakat menyebabkan masyarakat yang kurang mampu dapat menikmati barang/jasa yang dibutuhkan, misalnya subsidi listrik, pupuk, BBM, dll
Pengeluaran pemerintah untuk biaya pendidikan SD-SLTA membuat masyarakat kurang mampu dapat menikmati pendidikan yang lebih baik (paling tidak sampai tingkat SLTA). Dengan pendidikan yang lebih baik, diharapkan masyarakat tersebut dapat meningkatkan taraf hidupnya di masa yang akan datang
Apabila pemerintah tidak mengeluarkan dana untuk keperluan tersebut, maka distribusi pendapatan, barang, dan jasa akan berbeda. Hanya masyarakat mampu saja yang akan menikmati tingkat kehidupan yang lebih baik, sementara masyarakat kurang mampu tidak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan tara hidupnya.
PENGARUH PENGELUARAN NEGARA TERHADAP SEKTOR KONSUMSI MASYARAKAT
Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap sektor konsumsi masyarakat atas barang dan jasa
Dengan adanya pengeluaran pemerintah untuk subsidi, tidak hanya menyebabkan masyarakat yang kurang mampu dapat menikmati suatu barang/jasa, namun juga menyebabkan masyarakat yang sudah mampu akan mengkonsumsi produk/jasa lebih banyak lagi
Kebijakan pengurangan subsidi, misalnya BBM, akan menyebabkan harga BBM naik, dan kenaikan harga BBM akan menyebabkan konsumsi masyarakat terhadap BBM turun
PENGARUH PENGELUARAN NEGARA TERHADAP SEKTOR KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN
• Untuk mencapai target-target peningkatan PDB, pemerintah dapat mengatur alokasi dan tingkat pengeluaran negara.
• Misalnya dengan mengatur tingkat pengeluaran negara yang tinggi (untuk sektor-sektor tertentu), pemerintah dapat mengatur tingkat employment (menuju full employment)
• Apabila target penerimaan tidak memadai untuk membiayai
pengeluaran tersebut, pemerintah dapat membiayainya dengan pola defisit anggaran
Kasus 1: Penyediaan Barang Publik yang Telah Dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota
Identifikasi barang-barang publik yang ada dilingkungan pemerintah Kabupaten/Kota di mana anda tinggal
Identifikasi siapakah penyedia barang-barang publik tersebut, apakah pemerintah atau swasta (perusahaan/individu)
Menurut anda apakah penyediaan barang-barang publik
tersebut sudah tepat (efisien bagi pemerintah)? Jelaskan
mengapa demikian?
Kasus 2: Penyediaan Barang Publik yang Belum Dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota
Identifikasi barang-barang publik yang seharusnya ada dilingkungan
pemerintah Kabupaten/Kota di mana anda tinggal, namun barang publik tersebut saat ini belum tersedia
Menurut anda, siapakah sebaiknya menyediakan barang-barang publik tersebut, apakah pemerintah atau swasta (perusahaan/individu)
Kendala-kendala apakah yang dihadapi sehingga penyediaan barang- barang publik tersebut sampai saat ini belum terealisasi?
PENERIMAAN
NEGARA
PENERIMAAN NEGARA
Penerimaan Negara baik dari dalam maupun luar negeri sangat penting bagi keberhasilan proses pembangunan nasional, karena penerimaan negara adalah untuk
menutupi pengeluaran rutin pemerintah.
Tabungan
Negara Pinjaman
Luar Negeri Pembangunan
Penerimaan Negara
Negara memerlukan dana yang cukup untuk membiayai pengeluarannya, baik yang sifatnya rutin maupun
pembangunan.
Menurut UU Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara, penerimaan negara/pendapatan negara adalah semua penerimaan negara yang berasal dari penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak,serta
penerimaan hibah dari dalam negeri dan luar negeri.
Penerimaan perpajakan adalah semua penerimaan yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional.
1. Pajak dalam negeri adalah semua penerimaan negara yang
berasal dari pajak penghasilan,pajak pertambahan nilai barang dan jasa,pajak penjualan atas barang mewah,pajak bumi dan
bangunan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan,cukai,dan pajak lainnya.
2. Pajak perdagangan internasional adalah semua penerimaan
negara yang berasal dari bea masuk dan pajak/pungutan ekspor.
hingga saat ini struktur pendapatan negara masih didominasi oleh penerimaan perpajakan,teruttama penerimaan pajak
Penerimaan Perpajakan
PNBP masih didomiinasi oleh penerimaan sumber daya alam (SDA), khususnya yang berasal dari penerimaan minyak bumi dan gas alam (migas), yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan nilai tukar rupiah, harga minyak mentah,dan tingkat lifting minyak.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) adalah semua
penerimaan yang diterima oleh negara dalam bentuk
penerimaan dari sumber daya alam, bagian pemerintah atas
laba badan usaha milik negara, serta penerimaan negara bukan
pajak lainnya.
Penerimaan hibah adalah semua penerimaan negara
yang berasal dari sumbangan swasta dalam negeri serta sumbangan lembaga swasta dan pemerintah luar
negeri.
Penerimaan hibah yang dicatat didalam APBN merupakan suumbangan atau donasi (grant) dari negara-negara asing, lemaga/badan nasional, serta
perorangan yang tidak ada kewajiban untuk membayar
Penerimaan Hibah
Sumber-sumber Penerimaan Negara
Sumber penerimaan negara secara umum berasal dari :
1. Pajak
2. Retribusi
3. Keuntungan dari Perusahaan-perusahaan Negara.
4. Denda dan Sita 5. Pencetakan Uang 6. Pinjaman
7. Sumbangan Dan Hibah
8. Hak-hak Waris Atas Harta Peninggalan Terlantar 9. Penyelenggaraan Undian Berhadiah
SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA
• Pajak
– Pajak merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah (pusat/daerah) terhadap wajib pajak tertentu berdasarkan undang-undang
(pemungutannya dapat dipaksakan) tanpa ada imbalan langsung bagi pembayarnya.
– Contoh: pajak kendaraan bermotor, pajak penjualan barang mewah, pajak bumi dan bangunan, dan lain sebagainya.
SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA
• Retribusi
– Retribusi merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah (pusat/daerah) berdasarkan undang-undang (pemungutannya dapat
dipaksakan) di mana pemerintah memberikan imbalan langsung bagi pembayarnya.
– Contoh, pelayanan medis di rumah sakit milik pemerintah, pelayanaan perpakiran oleh
pemerintah, pembayaran uang sekolah, perizinan dll
Fungsi pajak
1.
Fungsi angaran, Sumber penerimaan negara
2.
Fungsi Regulasi, Sebagai alat untuk mengatur kegiatan produsen maupun konsumen
3.
Fungsi Stabilitas, menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan
4.
Fungsu Redistribusi Pendapatan, digunakan
untuk membiayai semua kepentingan umum
SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA
• Keuntungan dari Perusahaan-perusahaan Negara.
BUMN/BUMD
– Sebagai pemilik BUMN, pemerintah pusat
berhak memperoleh bagian laba yang diperoleh BUMN.
– Demikian pula dengan BUMD, pemerintah daerah sebagai pemilik BUMD berhak
memperoleh bagian laba BUMD.
SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA
• Denda dan Sita
– Pemerintah berhak memungut denda atau menyita asset milik masyarakat, apabila
masyarakat (individu/kelompok/organisasi) diketahui telah melanggar peraturan
pemerintah
– Misalnya: denda pelanggaran lalulintas, denda ketentuan peraturan perpajakan, penyitaan barang-barang illegal, penyitaan jaminan atas hutang yang tidak tertagih, dll
SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA
• Pencetakan Uang
– Pencetakan uang umumnya dilakukan pemerintah
dalam rangka menutup defisit anggaran, apabila tidak ada alternatif lain yang dapat ditempuh pemerintah.
– Penentuan besarnya jumlah uang yang dicetak harus dilakukan dengan cermat, agar pencetakan uang tidak menimbulkan inflasi
SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA
• Pinjaman
– Pinjaman pemerintah merupakan sumber penerimaan negara, yang dilakukan apabila terjadi defisit
anggaran.
– Pinjaman pemerintah dikemudian hari akan menjadi beban pemerintah, karena pinjaman tersebut harus dibayar kembali, berikut dengan bunganya.
– Pinjaman dapat diperoleh dari dalam maupun luar negeri
– Sumber pinjaman bisa berasal pemerintah, institusi perbankan, institusi non bank, maupun individu
SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA
• SumbanganDan Hibah
– Sumbangan dan hibah dapat diperoleh pemerintah dari individu, institusi, atau pemerintah
– Sumbangan dan hibah dapat diperoleh dari dalam maupun luar negeri
– Tidak ada kewajiban pemerintah untuk mengembalikan sumbangan, hadiah, atau hibah.
– Sumbangan dan hibah bukan penerimaan pemerintah yang dapat dipastikan perolehannya. Tergantung kerelaan dari pihak yang memberi sumbangan, hadiah, atau hibah
Hak-hak Waris Atas Harta Peninggalan Terlantar
Jika terhadap suatu warisan atau harta peninggalan lain, tidak ada orang datang yang menyatakan dirinya berhak atas harta tersebut, atau jika semua ahli waris menolak warisan yang bersangkutan, maka di Indonesia (menurut pasal 1126 KUHPer harta peninggalan ini
dianggap terlantar, dan Balai Harta Peninggalan wajib mengurus dan mengumumkannya. Dan jika setelah lewat waktu tiga tahun masih juga belum ada ahli waris yang muncul, maka BHP tadi wajib
menyelesaikan urusannya; dalam hal masih ada kelebihan, harta benda dan kekayaan ini menjadi milik negara (KUHPer pasal 1129)
SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA
SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA
• Penyelenggaraan Undian Berhadiah
– Pemerintah dapat menyelenggarakan undian
berhadiah dengan menunjuk suatu institusi tertentu sebagai penyelenggara
– Jumlah yang diterima pemerintah adalah selisih dari penerimaan uang undian dikurangi dengan biaya operasi dan besarnya hadiah yang dibagikan.
– Banyak negara menyelenggarakan undian berhadiah, seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jepang, Jerman, Indonesia (pernah).
Dalam menentukan sumber keuangan negara, harus ditentuan juga prinsip-prinsip yang harus ditempuh untuk mendistribusikan beban keuangan negara kepada para anggota masyarakat.
Beban negara yag didistribusikan kepada masyarakat melalui pajak:
1
Distribusi Beban Negara
Menurut Adam Smith ada beberapa prinsip bagi pengenaan pajak yang baik (Smith’s Canons):
1. Prinsip Keadilan (equity)
2. Prinsip Kepastian (certainty)
3. Prinsip Kecocokan/Kelayakan (convenience)
4. Prinsip Ekonomi (economy)
Beban Negara ynag Didistribusikan Kepada Masyarakat
Melalui Pajak
Menurut Adam Smith ada beberapa prinsip bagi pengenaan pajak yang baik (Smith’s Canons):
1. Prinsip Keadilan (equity)
2. Prinsip Kepastian (certainty)
3. Prinsip Kecocokan/Kelayakan (convenience)
4. Prinsip Ekonomi (economy)
Beban Negara ynag Didistribusikan Kepada Masyarakat
Melalui Pajak
JENIS-JENIS PENERIMAAN NEGARA
• Berdasarkan institusi yang menanganinya, penerimaan negara dibedakan menjadi:
– Penerimaan Pemerintah Pusat
– Penerimaan Pemerintah Daerah Propinsi – Penerimaan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota
JENIS-JENIS PENERIMAAN NEGARA
• Penerimaan Pemerintah Pusat
– Penerimaan Pembiayaan
• Pinjaman sektor Perbankan
• Pinjaman luar negeri
• Penjualan Obligasi Pemerintah
• Privatisasi BUMN
• Penjualan aset pemerintah – Penerimaan Negara dan Hibah
• Penerimaan Dalam Negeri – Penerimaan perpajakan
– Penerimaan bukan pajak (PNBP) – Bagian laba BUMN
JENIS-JENIS PENERIMAAN NEGARA
• Penerimaan Pemerintah Daerah Propinsi
– Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari:
• Pajak Daerah
• Retribusi Daerah
• Bagian laba BUMD
• PAD lainnya yang sah, yang terdiri dari pendapatan hibah, pendapatan dana darurat, dan lain-lain pendapatan.
– Pendapatan dari Dana Perimbangan, terdiri dari:
• Bagian daerah dari PBB dan BPHTB
• Bagian daerah dari Pajak Penghasilan Wajib Pajak Perseorangan/Pribadi
• Bagian daerah dari Sumber daya alam
• Bagian daerah dari Dana Alokasi Umum
• Bagian daerah dari Dana Alokasi Khusus
JENIS-JENIS PENERIMAAN NEGARA
• Penerimaan Pemerintah Daerah Propinsi – Penerimaan Pembiayaan, terdiri dari:
• Pinjaman dari Pemerintah Pusat
• Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom Lainnya
• Pinjaman dari BUMN/BUMD
• Pinjaman dari Bank/Lembaga non Bank
• Pinjaman dari Luar Negeri
• Penjualan Aset Daerah
• Penerbitan Obligasi Daerah
JENIS-JENIS PENERIMAAN NEGARA
• Penerimaan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
– Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari:
• Pajak Daerah
• Retribusi Daerah
• Bagian laba BUMD
• PAD lainnya yang sah, yang terdiri dari pendapatan hibah, pendapatan dana darurat, dan lain-lain pendapatan.
– Pendapatan dari Dana Perimbangan, terdiri dari:
• Bagian daerah dari PBB dan BPHTB
• Bagian daerah dari Pajak Penghasilan Wajib Pajak Perseorangan/Pribadi
• Bagian daerah dari Sumber daya alam
• Bagian daerah dari Dana Alokasi Umum
• Bagian daerah dari Dana Alokasi Khusus
JENIS-JENIS PENERIMAAN NEGARA
• Penerimaan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota – Penerimaan Pembiayaan, terdiri dari:
• Pinjaman dari Pemerintah Pusat
• Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom Lainnya
• Pinjaman dari BUMN/BUMD
• Pinjaman dari Bank/Lembaga non Bank
• Pinjaman dari Luar Negeri
• Penjualan Aset Daerah
• Penerbitan Obligasi Daerah
PENGELOLAAN ANGGARAN
Pembangunan nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan
bernegara, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yaitu:
Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Memajukan kesejahteraan umum.
Mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ikut serta mewujudkan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Dalam pengelolaan keuangan negara, fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian di bidang keuangan harus dilakukan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan
Fungsi Perencanaan (Planning)
Fungsi Perencanaan (Planning) bisa ditelaah dalam UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasioal (SPPN)
ASAS DAN TUJUAN
1. RUANG LINGKUP PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
2. TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
3. PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA (RPJP, RPJM, RP Tahunan)
4. PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA
Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara merupakan reformasi system keuangan negara yang meliputi :
Reformasi penyusunan dan penetapan anggaran
Reformasi pelaksanaan dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran
Reformasi pengawasan anggaran (audit)
Pokok-pokok Isi antara lain meliputi :
•
Kekuasaan Atas Pengelolaan Keuangan Negara
•
Penyusunan dan Penetapan APBN
•
Penyusunan dan Penetapan APBD
•
Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah Daerah/Lembaga Asing
•
Hubungan Keuangan Antara Pemerintah dan Perusahaan Negara/Daerah/Swasta Serta Badan Pengelola Dana
Masyarakat
•
Pelaksanaan APBN dan APBD
•
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN dan APBD
•
Ketentuan Pidana, Sanksi Administrasi dan Ganti Rugi
Fungsi Pengarahan (Actuating)
Actuating : UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Dasar Pemikiran:
1. Pengertian, Ruang Lingkup, dan Asas Umum Perbendaharaan Negara
2. Pejabat Perbendaharaan Negara
3. Penerapan kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan
4. Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran
5. Penyelesaian Kerugian Negara
Fungsi Pengendalian (Controlling)
Controlling : UndangUndang Nomor 15 Tahun 2005 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
1. Pengertian pemeriksaan dan pemeriksa;
2. Lingkup pemeriksaan;
3. Standar pemeriksaan;
4. Kebebasan dan kemandirian dalam pelaksanaan pemeriksaan;
5. Akses pemeriksa terhadap informasi;
6. Kewenangan untuk mengevaluasi pengendalian intern;
7. Hasil pemeriksaan dan tindak lanjut;
8. Pengenaan ganti kerugian negara;
Sanksi pidana
REFORMASI PENGELOLAAN ANGGARAN
Agar fungsi perencanaan dan pengawasan dapat berjalan dengan baik, maka sistem anggaran dan pencatatan atas penerimaan dan pengeluaran harus dilakukan dengan cermat dan sistematis.
Sistem perencanaan anggaran negara pada saat ini telah mengalami perkembangan dan perubahan sesuai dengan
dinamika manajemen sektor publik dan tuntutan yang muncul di masyarakat, yaitu sistem penganggaran dengan pendekatan New Public Management (NPM).
Sistem Penganggaran Dengan Pendekatan New Public Management (NPM).
Model NPM berfokus pada manajemen sektor publik yang berorientasi pada kinerja, bukan pada kebijakan.
Perubahan manajemen sektor publik yang cukup drastis dari sistem manajemen tradisional yang terkesan kaku, birokratis, dan hierarkis menjadi model manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar. Perubahan tersebut bukan sekedar perubahan kecil dan sederhana, tetapi perubahan besar yang telah mengubah peran pemerintah terutama dalam hal hubungan antara pemerintah dan masyarakat.
Penggunaan paradigma baru tersebut menimbulkan beberapa
konsekuensi pada pemerintah, diantaranya adalah tuntutan untuk melakukan efisiensi, pemangkasan biaya (cost cutting), dan kompetisi
99
Perubahan Pendekatan Anggaran Negara
Reformasi sektor publik yang salah satunya ditandai dengan
munculnya era New Public Management telah mendorong upaya di berbagai negara untuk mengembangkan pendekatan yang lebih sistematis dalam perencanaan anggaran negara. Seiring dengan perkembangan tersebut, muncul beberapa teknik penganggaran sektor publik, antara lain yaitu:
1. Teknik Anggaran Kinerja (Performance Budgeting)
2. Zero Based Budgeting (ZBB)
3. Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS)
Teknik Anggaran Kinerja (Performance Budgeting)
mengutamakan mekanisme penentuan prioritas tujuan serta
pendekatan yang sistematik dan rasional dalam proses pengambilan keputusan.
anggaran kinerja dilengkapi dengan teknik analisis antara biaya dan manfaat.
dalam penyusunan anggaran dimulai dengan perumusan program dan penyusunan struktur organisasi pemerintah yang sesuai dengan
program tersebut.
penentuan unit kerja yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
program, serta penentuan indikator kinerja yang digunakan sebagai tolok ukur dalam mencapai tujuan program yang telah ditetapkan.
Zero Based Budgeting ( ZBB )
Penyusunan anggaran dengan menggunakan konsep ZBB dapat menghilangkan kelemahan pada konsep incrementalism dan line item karena anggaran diasumsikan mulai dari nol (zero base).
Penyusunan anggaran yang bersifat incremental mendasarkan
besarnya realisasi anggaran tahun ini untuk menetapkan anggaran tahun depan, yaitu dengan menyesuaikan tingkat inflasi atau
jumlah penduduk.
ZBB tidak berpatokan pada anggaran tahun lalu untuk menyusun anggaran tahun ini, namun didasarkan pada kebutuhan saat ini.
Dengan ZBB, seolah-olah proses anggaran dimulai dari hal-hal yang baru sama sekali. Item anggaran yang sudah tidak relevan dan tidak mendukung pencapaian tujuan organisasi dapat hilang
Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS)
PPBS berdasarkan program, yaitu pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu.
PPBS adalah salah satu model penganggaran yang ditujukan untuk membantu manajemen pemerintah dalam membuat keputusan alokasi sumber daya secara lebih baik. Hal tersebut disebabkan sumber daya yang dimiliki pemerintah sangat
terbatas jumlahnya, sedangkan tuntutan masyarakat tidak terbatas jumlahnya. Dalam keadaan tersebut pemerintah
dihadapkan pada pilihan alternatif keputusan yang memberikan manfaat paling besar dalam pencapaian tujuan bernegara secara keseluruhan.
PENGURUSAN KEUANGAN NEGARA
Pengelolaan keuangan negara secara teknis dilaksanakan melalui dua pengurusan, yaitu:
1. pengurusan umum/administrasi yang mengandung unsur penguasaan. Pengurusan umum erat hubungannya dengan penyelenggaraan tugas pemerintah di segala bidang dan tindakannya dapat membawa akibat pengeluaran dan/atau menimbulkan penerimaan negara.
2. Pengurusan khusus yang mengandung unsur kewajiban melaksanakan perintah-perintah yang datangnya dari pengurusan umum.
Presiden selaku kepala pemerintahan memegang kekuasaan umum
pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan.
Dalam pelaksanaannya, kekuasaan presiden tersebut tidak dilaksanakan sendiri oleh presiden, melainkan:
1. Dikuasakan kepada menteri keuangan, selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang
dipisahkan;
2. Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga negara dan lembaga pemerintah non kementerian negara, selaku pengguna
anggaran/ pengguna barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya; dan
3. Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah sebagai perwujudan pelaksanaan asas
desentralisasi, untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Pelimpahan kekuasaan tersebut tidak termasuk kewenangan di bidang moneter, yang meliputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang pelaksanaannya diatur dengan undang- undang. Untuk mencapai kestabilan nilai rupiah, tugas
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter serta
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran dilakukan oleh bank sentral.
Tugas
Kewenangan presiden terhadap pengelolaan keuangan negara yang dilimpahkan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga,
meliputi kewenangan yang bersifat umum dan kewenangan yang bersifat khusus.
Jelaskan tentang kewenangan yang bersifat umum yang
timbul dari pengurusan umum, dan kewenangan yang bersifat khusus yang timbul dari pengurusan khusus.
KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
PENDELEGASIAN KEKUASAAN
PENGURUSAN ADMINISTRATIF PA/KPA (COO)
PENGURUSAN PERBENDAHARAAN NEGARA (CFO)
LATAR BELAKANG REFORMASI
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
Pengelolaan keuangan negara selama ini digunakan ketentuan perundang-undangan masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda yang berlaku berdasarkan Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu :
a. Indische Comptabiliteitswet yang lebih dikenal dengan nama ICW Stbl 1925 No. 448 selanjutnya diubah dan diundangkan dalam Lembaran Negara 1954 Nomor 6, 1955 Nomor 49, dan terakhir Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968, yang ditetapkan pertama kali pada tahun 1864 dan mulai berlaku pada tahun 1867,
b. Indische Bedrijvenwet (IBW) Stbl. 1927 No. 419 jo. Stbl.1936 No. 445 dan
c. Reglement voor het Administratief Beheer (RAB) Stbl. 1933 No. 381.
d. dalam pelaksanaan pemeriksaan pertanggungjawaban keuangan negara digunakan Instructie en verdere bepalingen voor de Algemeene Rekenkamer (IAR) Stbl. 1933 No. 320.
Peraturan perundang-undangan tersebut tidak dapat mengakomodasikan berbagai perkembangan yang terjadi dalam sistem kelembagaan negara dan pengelolaan
keuangan pemerintahan negara Republik Indonesia, sehingga secara materiil sebagian dari ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dimaksud tidak lagi dilaksanakan.
Kelemahan perundang-undangan dalam bidang keuangan negara menjadi salah satu penyebab terjadinya beberapa bentuk penyimpangan dalam pengelolaan keuangan
negara.