• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bunga lili yang mempunyai nama latin Lilium longiflorum Thunb.

termasuk dalam keluarga Liliaceae. Lili yang paling populer adalah Lili Paskah (Easter lily) atau disebut juga Lili Trumpet Putih (white trumpet lily). Di Indonesia bunga ini lebih dikenal dengan nama bunga Bakung Paskah atau bunga Bakung November. Lilium longiflorum adalah tanaman asli Kepulauan Ryukyu, Jepang yang dikenal dengan nama Teppouyuri (Aggie Horticulture, 2011).

Bunga ini disebut Lili Trumpet Putih karena merupakan tanaman herba berbentuk terompet, berwarna putih bersih, berkepala sari kuning cerah, dengan tinggi tanaman sekitar 0,5 sampai 1,3 meter (Gambar 1). Bunga lili trumpet putih terdiri dari 6 sepal, memiliki umbi, dan harum. Umbi lili terdiri dari kumpulan sisik-sisik umbi yang berfungsi sebagai penyimpan makanan dan air (Gambar 2).

Menurut Ahira (2010) tanaman lili merupakan tanaman tahunan dan bisa berproduksi selama 3-4 tahun. Habitat yang cocok untuk bunga lili adalah habitat dengan tanah yang mengandung kadar asam seimbang. Bunga lili juga dapat menyesuaikan diri dengan habitat hutan, pegunungan, terkadang habitat rerumputan, dan bahkan beberapa mampu hidup di rawa (Sari, 2010).

Tanaman lili banyak dimanfaatkan untuk bahan obat-obatan, kosmetika, parfum, dan bunga potong. Bunga potong lili (Lilium longiflorum) adalah salah satu komoditas tanaman hias yang memiliki nilai jual cukup tinggi yaitu sekitar Rp 7.000,- hingga Rp. 7.500,- per kuntum (Nizar, 2009). Menurut Wuryan (2009) untuk lili impor harga jual berkisar antara Rp 8.500,- sampai Rp. 12.500,- per tangkai. Bunga potong lili umumnya digunakan untuk dekorasi atau penghias ruangan (Marlina, 2009). Hasil persilangan dari genus Lilium telah banyak dikomersilkan sebagai produk florikultur seperti tanaman hias pot, bunga potong, dan tanaman kebun (herba perenial) (Lim dan Van Tuyl, 2007).

Setiap tahun, di Amerika Serikat dihasilkan sekitar 11,5 juta umbi lili yang siap dikirim ke berbagai rumah kaca di seluruh dunia, termasuk ke Jepang, negara

(2)

asal-usul lili trumpet putih. Umat Nasrani mengidentikkan lili dengan Paskah, karena keagungan, kesucian dan harapan sebagai lambang Paskah menyatu dalam sosok bunga lili (Forum Kerjasama Agribisnis, 2011).

Bunga lili merupakan tanaman hias yang memiliki nilai ekonomis tinggi di dunia. Menurut Van Tuyl dan Van Holsteijn (1996), kebutuhan pasar internasional meningkat sekitar 26,4% per tahun. Lahan produksi lili di Belanda meningkat dari sekitar 100 ha pada tahun 1966 menjadi kira-kira 3000 ha pada tahun 1993 yang menghasilkan 800 juta umbi. Korea mengimpor umbi dari Belanda senilai 4 juta dolar dan mengekspor bunga potong lili senilai 10 juta dolar pada tahun 2003 (Rhee dkk., 2005). Bunga lili menempati urutan ke 5 bunga paling penting di Belanda dengan produksi lebih dari 300 juta tangkai.

Permintaan bunga potong termasuk bunga lili di Indonesia meningkat sekitar 10% tiap tahun, dengan rata-rata permintaan pasar domestik sekitar 15 juta per tahun (Irwan, 2009; Komar dkk., 2004). Rata-rata produksi bunga lili nasional masih rendah sehingga untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik produsen bunga lili harus memasok dari luar negeri. Daya produksi bunga L. longiflorum yang rendah disebabkan sedikitnya kultivar-kultivar unggul dan variasinya yang rendah (Marlina, 2009). Menurut Irwan (2009), permintaan bunga potong yang semakin meningkat memerlukan ketersediaan benih yang bermutu.

Kultivar-kultivar unggul yang memiliki nilai ekonomis tinggi dapat diperoleh melalui pemuliaan tanaman dengan penerapan teori dan prinsip-prinsip genetika, salah satunya adalah mutasi (Suryo, 1995). Mutasi yang terjadi secara spontan maupun diinduksi dapat menjadi sumber variasi yang berharga bagi pemulia tanaman. Menurut Nuryani dkk. (2003), peningkatan produktivitas dan kualitas tanaman memerlukan bahan tanaman dengan keragaman genetik tinggi.

Salah satu cara untuk meningkatkan keragaman genetik adalah melalui induksi mutasi, antara lain poliploidisasi.

Poliploidisasi merupakan mekanisme untuk mendapatkan organisme yang mengalami perubahan jumlah perangkat kromosom menjadi lebih dari dua perangkat kromosom (poliploid). Poliploidi secara alamiah sering terjadi di alam, misalnya pada gandum (heksaploid) dan kentang (tetraploid) yang memiliki

(3)

ukuran lebih besar dari tanaman diploid. Begitu juga pada jagung (Zea mays) dimana pada tanaman tetraploid memiliki kandungan vitamin A yang lebih tinggi dari diploid (Yatim, 1986). Poliploidi juga dapat diinduksi dengan Oryzalin, herbisida dinitroaniline yang dapat menghambat metaphase. Oryzalin berikatan kuat dengan tubulin tanaman untuk membentuk kompleks tubulin-oryzalin.

Kompleks ini tidak mampu berpolimerisasi ke dalam mikrotubulus sehingga mengganggu pembelahan sel.

Penggunaan Oryzalin telah berhasil dilakukan pada beberapa tanaman untuk mendapatkan genotipe baru dengan variasi ukuran, warna bunga dan daun (Notsuka dkk., 2000). Oryzalin merupakan alternatif untuk Kolkisin, salah satu bahan kimia yang digunakan untuk penggandaan jumlah kromosom pada beberapa tanaman pangan selama lebih dari 50 tahun. Kolkisin merupakan alkaloid alami berwarna putih dengan aktivitas antimitosis yang didapat dari umbi tanaman Colchicum autumnale L. (Famili Liliaceae). Senyawa Kolkisin dapat menghalangi terbentuknya benang-benang spindel pada pembelahan sel sehingga menyebabkan terbentuknya individu poliploidi (Suminah dkk., 2002). Bagi manusia Kolkisin sangat toksik dan pada tumbuhan berdampak mutagenik.

Oryzalin memiliki toksisitas lebih rendah daripada Kolkisin, dan dapat diterapkan pada konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan Kolkisin. Penelitian pada beberapa hibrida steril hasil interspesies menggunakan Oryzalin dan Kolkisin dengan konsentrasi Kolkisin 0,1% dan Oryzalin (0,001%-0,01%) telah berhasil dilakukan. Sebanyak 31 tanaman dari 92 tanaman lili menjadi poliploid (Van Tuyl dkk., 1992). Penggunaan Oryzalin dengan konsentrasi lebih rendah dari konsentrasi Kolkisin mampu menghasilkan tanaman poliploidi yang lebih banyak dan tidak toksik (Balode, 2008). Oryzalin konsentrasi 0,05, 0,1, dan 0,5 dapat menggandakan kromosom dibanding Kolkisin konsentrasi 1.

Penggunaan Oryzalin untuk poliploidi memiliki kelebihan dibandingkan Kolkisin yaitu mampu memulihkan fertilitas hibrida hasil persilangan interspesies.

Penelitian ini telah dilakukan oleh Rhee dan Kim (2008) terhadap hasil persilangan interspesies menggunakan Oryzalin dengan konsentrasi rendah (0,001% sampai 0,005%). Dari penelitian Rhee dan Kim diperoleh tanaman

(4)

tetraploid, dimana pada tingkat ploidi tersebut fertilitas serbuk sari lili hasil persilangan interspesies berhasil dipulihkan hingga 40%. Akan tetapi Oryzalin yang semula dikembangkan sebagai herbisida, tidak tersedia untuk penggunaan komersial dan pada konsentrasi yang tinggi dapat menghambat pembentukan bulblet (Takamura dkk., 2002).

Oryzalin merupakan herbisida organik ramah lingkungan yang termasuk golongan nitroaniline. Herbisida ini dapat digunakan untuk mengendalikan rumput dan gulma berdaun lebar. Oryzalin memiliki toksisitas yang sedang, tidak beracun apabila dikonsumsi oleh mamalia dan burung tetapi sangat toksik pada ikan dan invertebrata air. Oryzalin dapat terdegradasi secara perlahan dalam tanah dengan bantuan mikroba dan dapat larut pada air tanah (Environmental Protection Agency, 1994; Johnson dan Hall, 2002).

Induksi poliploidi juga dilakukan pada anggrek Phalaenopsis, hibrida Rhododendron, delima, Tenella mecardonia dan subulata Phlox untuk mendapatkan karakteristik bunga baru seperti ukuran, bentuk dan warna (Griesbach, 1981; Escandon dkk., 2006). Selain itu induksi tetraploid juga dilakukan pada tanaman hias Alocasia untuk mendapatkan variasi dalam bentuk daun, yaitu ukuran, bentuk dan warna.

Menurut Takamura and Miyajima (1996) induksi poliploidi pada bunga Anyelir dan Cyclamen mampu menghasilkan bunga yang besar dan warna yang lebih pekat dibandingkan dengan bunga yang diploid. Van Tuyl dkk. (1992) menyatakan bahwa bunga lili yang besar dengan tangkai tegak dan kuat pada tetraploid lebih diminati konsumen dibandingkan dengan lili diploid.

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian yang dapat meningkatkan variasi set kromosom bunga Lilium longiflorum Thunb.

sehingga dapat memfasilitasi program untuk memperoleh bunga lili trumpet putih dengan karakteristik yang lebih baik.

(5)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, masalah yang diangkat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana variasi morfometrik kromosom bunga Lilium longiflorum Thunb. dengan pemberian Oryzalin 0,005% dan 0,01%?

2. Bagaimana tingkat ploidi dari kromosom bunga Lilium longiflorum Thunb. yang diberi Oryzalin 0,005% dan 0,01%?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui variasi morfometrik kromosom bunga Lilium longiflorum Thunb. akibat pemberian Oryzalin 0,005% dan 0,01%.

2. Mengetahui tingkat ploidi dari kromosom bunga Lilium longiflorum Thunb. yang diberi Oryzalin 0,005% dan 0,01%.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dapat memberikan informasi mengenai variasi morfometrik dan tingkat

ploidi kromosom bunga Lilium longiflorum Thunb. akibat pemberian Oryzalin 0,005% dan 0,01%.

2. Bagi masyarakat maupun pembudidaya tanaman untuk jangka panjang dapat memfasilitasi program untuk memperoleh bunga lili trumpet putih dengan karakteristik yang lebih baik.

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel-variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat, dengan tingkat pengaruh sedang, dan sumbangan

administrasi akan memeriksa seluruh tumpukan berkas yang ada ketika seorang pelanggan melakukan tracing (mengecek) pelayanan jasa yang dipakai. Selain itu, ketika

Kewenangan sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 94, tetapi Tidak

Dari uraian di atas dapat dikemukakan hipotesis bahwa buruh pabrik mengalami deprivasi relatif yang berkaitan dengan faktor-faktor di tempat kerja mereka, khususnya yang

 pertama pada pada tahun tahun 19&9 19&9 sampai sampai dengan dengan sekarang sekarang direktur direktur dr. Sedangkan n nama Abdul Moeloek nama Abdul

Untuk itu guna mengantisipasi akan adanya kegagalan proses maka PT.XYZ menerapkan Quality management System ISO/TS 16949 dengan tools yang digunakan seperti FMEA (

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu data analog gelombang otak dapat digunakan sebagai perintah untuk menghidupkan atau

dengan menggunakan Unity 3D ini tidak hanya mudah dalam menggunakan atau mengerjakan suatu pekerjaaan, tetapi aplikasi Unity 3D ini juga dapat bekerja dengan aplikasi lainnya