BAB IV ANALISA
IV.1. ANALISA ASPEK LINGKUNGAN
IV.1.1. Analisis Pemilihan Tapak
Penentuan tapak dilakukan melalui perbandingan 2 tapak yang dipilih sebagai alternatif dalam memperoleh tapak dengan kriteria-kriteria seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.
Gambar 7: Alternatif Tapak I
Gambar 8: Alternatif Tapak II
ASPEK YANG DIAMATI ALTERNATIF TAPAK I
ALTERNATIF TAPAK II
Akses Pencapaian Lokasi UPT
Kesesuaian peruntukkan lahan
Kelancaran Lalu Lintas Sekitar
Tapak
Kondisi Bangunan dan Aktivitas
Lingkungan Sekitar
Kebisingan dan Keramaian di
Lingkungan Sekitar
Bentuk Tapak
Arah Kedatangan terbesar
Sirkulasi Kendaraan Sekitar Tapak
Total Bobot (Tanda
)17 19
Tabel 6: Perbandingan Alternatif Tapak I dan Alternatif Tapak II
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil perbandingan dan analisa dari kedua tapak, maka alternatif tapak II yang dipilih karena scoring point yang membuktikan bahwa tapak II memiliki beberapa keuggulan untuk dijadikan lokasi pembangunan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat.
IV.1.2. Potensi Sekitar Tapak
Gambar 9: Lokasi Tapak
1. Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga dan Tanaman Hias Rawabelong dengan segala aktivitas perdagangan yang berlangsung 24 jam nonstop akan diringankan apabila para pedagangnya memiliki tempat tinggal yang berlokasi tidak jauh dari tempat mereka mencari nafkah.
2. Kios Bunga Hias yang sudah menjadi budaya masyarakat setempat dalam berdagang tanaman dan bercocok tanam, diluar UPT pun masyarakat dapat bergerak secara mandiri untuk membudidayakan tanaman untuk dijual kembali.
3. Masjid Jami’ Al Madinah sebagai tempat ibadah, pada khususnya akan berpotensi mendukung aktivitas religi para penghuni rusun yang beragama islam.
4. SLTP PGRI 26 sebagai salah satu sarana pendidikan di daerah Rawa Belong, akan mendukung proses pendidikan bagi anak-anak para penghuni rusun.
IV.1.3. Keterkaitan Tapak dan Lingkungan
Potensi tapak dengan kondisi lingkungan sekitar harus memiliki hubungan timbal balik (simbiosis mutualisme), baik dari segi aksesibilitas, konteks perkotaan dan budaya setempat.
Berikut beberapa bangunan yang berada di sekitar tapak, yang berfungsi sebagai acuan dalam desain rumah susun:
BANGUNAN GAYA CIRI
UPT Rawa Belong
Modern Tropis
- Atap pelana &
skylight
- Plafond tinggi - Banyak bukaan - Kolom expose - Terdiri dari 2 lapis
Kios Tanaman Hias
Bervariasi
- Atap beton dan pelana
- Bersifat terbuka - Berupa kios
- Sebagian ada yang memanfaatkan rumah pribadi
Masjid Jami’ Al Madinah
Klasik
- Atap beton - Kubah beton dicat - Warna dominan hijau
- Terdiri dari 2 lapis
SLTP PGRI 26
Tropis
- Atap pelana - Dinding bata
- Terdiri dari 1 lapis lantai
Perumahan Warga
Bervariasi
- Atap menggunakan material genteng - Dinding bata
Tabel 7: Analisa Bangunan Sekitar Tapak
IV.1.4. Analisa Pencapaian Dan Sirkulasi Dalam Tapak
Pencapaian tapak berdasarkan kegiatan :
1. Pencapaian pengelola dan servis yang mempunyai pintu masuk khusus menuju ruang pengelola dan terpisah dari aktivitas penghuni agar tidak menganggu sirkulasi penghuni dan pengunjung.
2. Pencapaian penghuni Rusun merupakan sirkulasi utama yang mudah dicapai dan tidak memotong arus lalu lintas.
Pengembangan sistem sirkulasi memiliki beberapa kriteria yang harus dipikirkan. Sirkulasi yang baik dapat dilihat dari alur yang terencana dan memiliki kesinambungan tanpa adanya gesekkan pada tiap-tiap jalur.
Penggunaan lahan yang dilakukan secara efisien dapat merangsang pembentukkan pusat orientasi dari sebuah tapak.
Berikut alternatif pola sirkulasi memasuki tapak :
ALTERNATIF POLA SIRKULASI KETERANGAN
Pola Jalan Masuk Tunggal Pejalan kaki dan kendaraan memasuki tapak melalui satu jalur utama karena tidak adanya perbedaan sirklasi jalan masuk antar penghuni, pengelola dan servis.
Pola Jalan Masuk Ganda Terdapat perbedaan jalur masuk antara penghuni, pengelola dan servis karena alur sirkulasi yang dipisah.
Pola Jalan Masuk Gabungan Ada perbedaan jalur masuk penghuni, pengelola dan servis serta sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki karena jalur yang dipisah, namun di sisi lain tersedia pula jalur masuk bersama.
Tabel 8: Analisa Pola Sirkulasi Tapak
Pola sirkulasi gabungan dipilih karena lebih efektif dan fleksibel tetapi tetap memisahkan jalur pedestrian dan sirkulasi kendaraan, namun terdapat juga pintu masuk lain yang dapat digunakan bersama-sama.
Sirkulasi Pintu Masuk Kendaraan Sirkulasi Pintu Masuk Pejalan Kaki
alternatif 1
Panah ungu sebagai jalur masuk utama kendaraan dengan pertimbangan arah masuk tapak dari Jalan Rawa Belong agar memudahkan akses pencapaian lokasi.
alternatif 1
Akses pedestrian yang terdapat pada sekeliling bangunan untuk memudahkan pencapaian ruang dan akses sirkulasi yang fleksibel terhadap pejalan kaki.
alternatif 2
Panah kuning sebagai side entrance, sehingga akses sirkulasi utama (panah ungu) berada di sebelah dalam jalur utama dari Jalan Rawa Belong dan harus melewati site dan bangunan.
alternatif 2
Jalur pedestrian yang terpotong dan tidak seluruhnya mengelilingi bangunan sehingga membuat batas akses sirkulasi manusia terhadap bangunan.
Tabel 9: Analisa Sirkulasi Tapak
Berdasarkan hasil analisa terhadap 2 varian dari masing-masing kriteria, bahwa alternatif 1 sebagai pilihan analisa dengan berbagai pertimbangan yang sesuai kebutuhan dan perencanaan desain bangunan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat.
IV.1.5. Analisa Orientasi Tapak
Rumah susun dengan segala aspek pendukung dan aktivitasnya juga ditentukan oleh analisa orientasi tapak dalam menentukan arah bangunan. Berikut alternatif orientasi tapak:
ALTERNATIF 1
- Jalan raya sebagai orientasi tapak.
- Menghadap arah utara.
- Dapat memaksimalkan fungsi, jalur pencapaian lokasi dan bentuk bangunan.
ALTERNATIF 2
- Rumah warga sebagai orientasi tapak.
- Menghadap arah barat.
- Kurang dapat memaksimalkan fungsi, jalur pencapaian lokasi dan bentuk bangunan.
Tabel 10: Analisa Orientasi Tapak
Dalam hal ini alternatif 1 dengan jalan utama sebagai arah orientasi tapak agar sesuai dengan pertimbangan pencapaian target dan peraturan daerah setempat. Kriteria yang mempengaruhi proses tersebut adalah:
1. Best view
2. Kegiatan di dalam dan luar tapak 3. Jalur pencapaian lokasi
IV.1.6. Analisa Penataan Ruang Luar
Analisa ini bertujuan dalam mewujudkan suasana atau atmosfer yang mendukung kegiatan dan kebutuhan yang terdapat pada bangunan.
RUANG LUAR AKTIF RUANG LUAR PASIF
- Merupakan ruang terbuka yang mengandung unsur-unsur kegiatan aktif manusia di dalamnya.
- Parkir, pedestrian, jalur sirkulasi kendaraan, plaza, dan taman terbuka.
- Kebiasaan sebagian besar penghuni dalam bercocok tanam, diharapkan penerapan penghijauan akan memberkan kontribusi maksimal pada bangunan, para penghuni maupun lingkungan sekitarnya.
- Pedestrian serta plaza yang berfungsi sebagai promenade dan ruang transisi antara ruang luar bangunan dan ruang dalam.
- Merupakan ruang luar terbuka yang tidak mengandung unsur- unsur kegiatan manusia.
- Penyaring polusi udara (filtrasi) dan suara yang ditimbulkan lalu lintas kendaraan (sound barrier).
- Sebagai pendukung penampilan bangunan disamping memelihara lingkungan yang bisa dipandang berguna untuk pengalihan pemandangan terhadap aktifitas Rusun.
- Berfungsi dalam membatasi elemen visual yang tidak diinginkan.
Tabel 11: Analisa Penataan Ruang Luar
Penataan menggunakan kedua metode di atas yaitu aktif dan pasif sekaligus. Aktif terdapat pada taman dan ruang terbuka hijau yang berada di atas / pada bangunan, sedangkan pasif terdapat di sekitar tapak.
IV.1.7. Zoning Dalam Tapak
Berikut analisa penzoningan dalam tapak:
Gambar 10: Analisa Zoning Tapak
Gambar 11: Zoning Tapak
Penzoningan dilakukan berdasarkan pertimbangan kondisi lingkungan tapak, arah orientasi bangunan, sirkulasi dan pencapaian dalam tapak serta sifat kegiatan yang ditentukan berdasarkan kebisingan.
matahari barat
masjid jalan raya dan
rumah warga rumah warga dan
jalan setapak
Pertimbangan zoning pada tapak:
1. Publik
• Berada di bagian depan berfungsi sebagai ruang penerima terhadap siapapun yang memasuki kawasan Rusun.
• Ruang publik yang berada di sekitar area bangunan dan titik tertentu untuk memberikan akses bagi penghuni dan pengunjung Rusun untuk menikmati ruang terbuka, rekreasi dan area komunal untuk bersosialisasi.
2. Semi privat
• Berisikan ruang-ruang dengan kegiatan khusus bagi sesama penghuni Rusun.
• Sebagai ruang perantara publik dan area privasi agar tidak mengganggu kepentingan dan fungsinya masing-masing.
3. Privat
• Diletakkan agak masuk ke dalam tapak dan jauh dari jalan raya untuk mengurangi kebisingan karena bagian tersebut berisikan ruang-ruang huni.
• Diletakkan di bagian belakang, agar mudah dalam pengelolaan dan hubungan dengan area servis.
4. Servis
• Diletakkan di bagian samping, agar langsung berhubungan dengan side enterance atau servis enterance.
• Berisikan ruang pelayanan dan maintenance gedung.
IV.1.8. Analisa Orientasi Matahari
Cahaya siang yang lebih banyak dan lebih menyengat dibanding pagi hari dapat mengurangi kenyamanan khususnya kondisi thermal di dalam bangunan. Ruang-ruang yang mendapat pancaran cahaya matahari langsung secara intens menyebabkan aktivitas terganggu serta timbulnya pengalihan fungsi ruang yang tidak seharusnya.
Gambar 12: Analisa Orientasi Matahari
Pada bagian sisi sebelah selatan, bangunan mendapatkan cahaya matahari timur. Pancaran cahaya tersebut identik dengan manfaat yang dihasilkan serta fungsinya untuk menerangi beberapa ruang dalam bangunan.
Melalui bukaan-bukaan yang tepat, diharapkan cahaya yang menembus bangunan khususnya pada pagi dan siang hari akan mengurangi penggunaan listrik sebagai penerangan.
IV.1.9. Analisa Kebisingan
Sumber kebisingan berasal dari kondisi Jl. Salam sebagai akses utama dari lokasi tapak. Jalur tersebut merupakan jalur aktif kendaraan umum yang dilewati oleh mikrolet M24 dari dan menuju Jl. Rawa Belong, Jl.
Kebon Jeruk dan sekitarnya. Kondisi ini tentunya menjadi permasalahan bagi penghuni rusun yang ingin beristirahat pada siang hari, dimana mereka sibuk beraktivitas pada malam harinya.
Gambar 13: Kondisi Kebisingan Tapak
Alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan set-back pada bagian ruang huni berupa koridor yang menghadap jalan dan membuat sound barrier berupa pepohonan maupun dinding masif yang akan mengurangi kebisingan sekaligus sebagai elemen pemanis bagi jalur pedestrian di sekitar bangunan.
Gambar 14: Analisa Kebisingan
IV.2. ANALISA ASPEK MANUSIA
IV.2.1. Pelaku, Jenis dan Urutan Kegiatan
Pelaku kegiatan pada bangunan Rumah Susun terdiri dari penghuni tetap, pengunjung, dan pengelola. Penghuni terdiri dari orang dewasa dan anak- anak, pengunjung (kerabat/keluarga) terdiri dari berbagai golongan dan yang terakhir adalah pengelola yang dibagi menjadi bagian administrasi dan teknis.
Kegiatan utama penghuni dengan kebiasaan beraktivitas dagang tanpa kenal waktu, pengunjung yang bisa berkunjung dengan ketentuan yang berlaku, dan pengelola dengan daya dan upaya untuk menjaga kuantitas pelayanan rumah susun dalam meningkatkan kualitas bangunan dan mendukung sistem kehidupan bermasyarakat.
Analisa Kegiatan Penghuni Rusun
Gambar 15: Diagram Kegiatan Penghuni Rusun
Analisa Kegiatan Pengunjung Rusun
Gambar 16: Diagram Kegiatan Pengunjung Rusun entrance
fasilitas parkir
kegiatan sosial
ruang huni
kegiatan pribadi
entrance parkir
lapor fasilitas
Kegiatan sosial ruang huni
kegiatan pribadi
Analisa Kegiatan Pengelola Rusun
Gambar 17: Diagram Kegiatan Pengelola Rusun
Berikut persepsi karakter sesuai analisa pola kegiatan dari manusia yang terkait dalam bangunan tersebut:
• Penghuni Rusun
- Aktivitas dagang berlangsung sekitar pukul 23.00-05.00, sehingga siang hari adalah waktu untuk beristirahat.
- Membudayakan penghijauan melalui perilaku bercocok tanam.
• Pengunjung Rusun
- Terdiri dari berbagai jenis golongan manusia dan kebutuhan yang berbeda-beda terhadap fungsi rusun.
• Pengelola Rusun
- Pengelolaan operasional dan teknis yang harus waspada selama 24 jam dalam mendukung keamanan dan kenyamanan penghuni.
entrance parkir
kantor pengelola ruang
administrasi
ruang maintenance
IV.2.2. Kebutuhan Ruang, Pengguna, Sifat, dan Kegiatan
Unit Kegiatan Penghuni Rusun
RUANG PENGGUNA SIFAT RUANG KEGIATAN
Kamar Tidur /Hunian
Penghuni Privat, Tertutup Beristirahat, Tidur
Pantry Penghuni,
Pengunjung
Servis, Terbuka Masak, Cuci Piring
Ruang Jemur Penghuni, Pengunjung
Servis, Terbuka Menjemur Pakaian
Kamar Mandi Umum
Penghuni, Pengunjung
Publik, Tertutup Buang Air, Mandi, Cuci Baju
Taman Hijau Penghuni, Pengunjung
Publik, Terbuka Bercocok Tanam, Relaksasi,
Bersosialisasi Tabel 12: Kebutuhan Ruang, Pengguna, Sifat, dan Kegiatan Penghuni
Unit Kegiatan Pengunjung Rusun
RUANG PENGGUNA SIFAT RUANG KEGIATAN
Plaza Penghuni,
Pengunjung, Pengelola
Publik, Terbuka Sirkulasi Manusia, Bersosialisasi
Ruang komunal Penghuni, Pengunjung
Publik, Terbuka Bersosialisasi
Kamar Mandi Umum
Penghuni, Pengunjung
Publik, Tertutup Buang Air, Mandi, Cuci Baju
Kamar Tamu /Hunian
Pengunjung Servis, Tertutup Beristirahat, Tidur
Taman Hijau Penghuni, Pengunjung
Publik, Terbuka Relaksasi, Bersosialisasi Tabel 13: Kebutuhan Ruang, Pengguna, Sifat, dan Kegiatan Pengunjung
Unit Kegiatan Pengelola Rusun
RUANG PENGGUNA SIFAT RUANG KEGIATAN
Ruang Administrasi dan Keuangan
Staff Administrasi dan keuangan
Publik, Tertutup Pengurusan Masalah
Administrasi dan Keuangan
Ruang Manajemen Gedung (Building Management)
Staff Pengelola Gedung
Semi Privat, Tertutup
Mengelola
Manajemen Gedung
Ruang Unit Pelayanan dan Utilitas
Staff Pengelola Teknis Gedung
Semi Privat, Tertutup
Mengelola Sistem Pengoperasian, Pemeliharan Rutin
& Preventif Ruang Kepala
Pengelola Gedung
Staff Pengelola Semi Privat, Tertutup
Aktivitas Kerja Kepala Pengelola Ruang Rapat
Pengelola
Staff Pengelola Semi Privat, Tertutup
Diskusi dan Rapat Laporan Bulanan Kamar Mandi Staff Pengelola Servis, Tertutup Buang Air
Tabel 14: Kebutuhan Ruang, Pengguna, Sifat, dan Kegiatan Pengelola
Unit Kegiatan Penunjang Rusun
RUANG PENGGUNA SIFAT RUANG KEGIATAN
Ruang Serba Guna Penghuni, Pengunjung, Pengelola
Publik, Tertutup Acara Formal / Nonformal
Ruang Komersil/
Retail
Penghuni, Pengunjung, Pengelola
Publik Kegiatan Jual-Beli Kebutuhan Sehari- hari
Musholla Penghuni,
Pengunjung, Pengelola
Publik, Tertutup Beribadah
Lapangan Olah- Raga
Penghuni, Pengunjung, Pengelola
Publik, Terbuka Berolahraga, Beraktivitas Sosial
Ruang Terbuka Hijau
Penghuni, Pengunjung, Pengelola
Publik, Terbuka Relaksasi, Rekreasi, Bercocok Tanam, Bersosialisasi Ruang Komunal Penghuni,
Pengunjung, Pengelola
Publik, Terbuka, Ramai
Bersosialisasi, Berbincang, Berkumpul Santai Tabel 15: Kebutuhan Ruang, Pengguna, Sifat, dan Kegiatan Penunjang
Unit Kegiatan Servis Rusun
RUANG PENGGUNA SIFAT RUANG KEGIATAN
Pos Keamanan Staff Keamanan Servis, Tertutup Menjaga Keamanan 24 jam
(Monitoring) Ruang ME &
Genset
Staff Servis, Tertutup Penempatan Mekanikal &
Elektikal, Genset
Gudang Staff Servis, Tertutup Penyimpanan
Barang-Barang Servis
Tabel 16: Kebutuhan Ruang, Pengguna, Sifat, dan Kegiatan Servis
IV.2.3. Kebutuhan dan Dimensi Ruang
Keseluruhan jumlah kios dagang maupun los (area grosiran) dapat mensinyalir jumlah pedagang. Keseluruhan jumlah kios dan los dalam bangunan adalah 320 buah. Asumsi jumlah kios tersebut akan menjadi acuan jumlah pedagang yang membutuhkan ruang huni. Selanjutnya jumlah tersebut akan disesuaikan dengan lahan yang tersedia dan peraturan bangunan setempat sehingga mewakili jumlah keseluruhan penghuni rusun.
ASAL PEDAGANG PROSENTASE JUMLAH PEDAGANG
JAKARTA 50% 50/100 x 320 = 160
JAWA BARAT 30% 30/100 x 320 = 96
JAWA TENGAH 12,5% 12,5/100 x 320 = 40
JAWA TIMUR 7,5% 7,5/100 x 320 = 24
TOTAL 100% 320 pedagang
Source : Survey lapangan dengan asumsi jumlah kios
Tabel 17: Asal dan Jumlah Pedagang
Prosentase Pembagian Ruang
• Luas Tapak ; 9800 m2
• KDB 50% : 4900 m2
• KLB 4 : 4 x 9800 m2 : 39200 m2
Perencanaan Prosentase Pembagian Ruang
o Ruang Huni 30% = 11760 m2 o Fasilitas Penunjang 30% = 11760 m2
o Servis 10% = 3920 m2
o Sirkulasi 20% = 7840 m2 o Ruang Terbuka 10% = 3920 m2
Besaran standar kebutuhan ruang rusuna per orang yaitu 9 m2. Dasar pemikiran bahwa dalam satu keluarga muda rata-rata terdiri 4 anggota keluarga (orang tua ditambah 2 anak) maka kebutuhan ruang minimal 21 m2 dan maksimal 36 m2.
(Perencanaan dan Pengelolaan Rumah Susun Sederhana)