• Tidak ada hasil yang ditemukan

Reportase merupakan keterampilan dasar sekaligus tugas utama seorang wartawan atau reporter. Reportase merupakan bagian dari proses pembuatan berita.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Reportase merupakan keterampilan dasar sekaligus tugas utama seorang wartawan atau reporter. Reportase merupakan bagian dari proses pembuatan berita."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK REPORTASE

▸ Baca selengkapnya: merekam suara atau gambar pemikiran atau kejadian yang dianggap penting dalam proses pembuatan karya merupakan proses

(2)

Reportase merupakan keterampilan dasar sekaligus tugas utama seorang wartawan atau reporter.

Reportase merupakan bagian dari proses pembuatan berita.

(3)

PENGERTIAN

Reportase adalah pemberitaan atau pelaporan. Berasal Dari kata

report yang artinya melaporkan atau

memberitakan .

Mirriam Webster Dictionary mengartikan reportage sebagai “the act or process of reporting news something (as news) that is reported

proses pemberitaan dan sesuatu yang

dilaporkan .

(4)

Dalam konteks jurnalistik, reportase adalah proses

pengumpulan data untuk menyusun berita . Reportase bisa dikatakan merupakan proses

jurnalistik terpenting karena dari proses inilah terkumpul

bahan-bahan atau informasi untuk diberitakan .

(5)

• Reportase adalah proses pengumpulan

data dan fakta sebuah peristiwa sebagai

bahan penulisan atau penyajian berita di

media massa cetak ataupun elektronik.

(6)

• Teknik reportase atau teknik peliputan berita merupakan

hal mendasar yang perlu

dikuasai para jurnalis.

(7)

Teknik Reportase

Teknik reportase adalah cara meliput peristiwa atau mencari bahan berita.

• Adapun teknik reportase yakni:

OBSERVASI

WAWANCARA

RISET DATA

(8)

OBSERVASI

• Teknik reportase observasi (pengamatan) yaitu

wartawan langsung datang ke lokasi kejadian, mengamati, dan

mengumpulkan data atau faKta kejadian

tersebut mengacu pada formula 5W+1H.

(9)

• Pengamatan merupakan teknik reportase dengan

cara mengamati baik setting maupun alur sebuah

peristiwa di lapangan atau lokasi kejadian.

(10)

Wartawan menggunakan semua indera saat

melakukan pengamatan . Dengan terjun langsung ke

lapangan, reporter akan merasakan langsung peristiwa yang terjadi di

lapangan sehingga ia bisa menyampaikan informasi yang valid kepada

pembaca.

(11)

Wawancara

• Semua jenis peliputan berita memerlukan proses wawancara (interview) dengan narasumber

(interviewee).

• Wawancara adalah tanya jawab untuk memperoleh informasi atau keterangan akan suatu hal.

• wawancara merupakan teknik pengumpulan data

yang diperoleh secara langsung antara pewawancara

dengan narasumber.

(12)

• Sebagai sebuah data, informasi yang diperoleh dari hasil wawancara harus diubah menjadi laporan

tertulis.Laporan tertulis hasil wawancara berupa

laporan tulisan jurnalistik berita atau data dalam

bentuk ringkasan.

(13)

Dalam wawancara, wartawan bertanya kepada

narasumber ,

(saksi, pengamat, pihak berwenang, dan sebagainya)

untuk menggali atau mengumpulkan informasi,

keterangan, fakta, atau data tentang sebuah peristiwa

atau masalah . Dan hasil wawancara disusun dalam bentuk karya

jurnalistik –berita, feature, atau artikel opini.

(14)

Wawancara bertujuan menggali informasi,

komentar, opini, fakta atau data tentang suatu masalah atau peristiwa dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber.

• Reporter harus pintar memilih narasumber yang

nantinya akan melengkapi bahan penulisan berita.

(15)

Narasumber dapat dipilah menjadi narasumber primer dan narasumber sekunder.

Narasumber primer merupakan narasumber yang memegang peran penting dalam sebuah peristiwa.

• Narasumber Sekunder berfungsi untuk melengkapi dan

mendukung penulisan berita.

(16)

Ketika melakukan wawancara, ada tiga hal yang tidak boleh dilupakan oleh reporter:

• Data demografi atau identitas atau atribut narasumber

• Pendapat narasumber terhadap suatu peristiwa

• Kesan narasumber terhadap suatu peristiwa

(17)

Tujuan Wawancara

Konfirmasi (penyeimbang)

Melengkapi data-data yang kurang detail

Mendorong narasumber agar berbicara dan mengungkapkan fakta

Menyambung kesenjangan hubungan narasumber dengan media

Kegagalan wawancara sering kali disebabkan ketidak jelasan tujuan

mengapa sebuah wawancara dilakukan –apakah untuk mendapatkan

kejelasan fakta, atau sekedar menggali opini dari narasumber.

(18)

Model Wawancara

Model wawancara ada dua macam di antaranya:

• Wawancara langsung –bertatap muka (face to face) langsung dengan narasumber.

• Wawancara tidak langsung –misalnya melalui telefon,

chating , dan

email (wawancara tertulis).

(19)

Jenis-Jenis Wawancara

1. Wawancara berita ( news-peg interview ), yaitu wawancara yang dilakukan untuk memperoleh keterangan, konfirmasi, atau

pandangan interviewee tentang suatu masalah atau peristiwa

2. Wawancara pribadi ( personal interview ), yaitu wawancara untuk

memperoleh data tentang diri-pribadi dan pemikiran narasumber –

disebut juga wawancara biografi.

(20)

3. Wawancara eksklusif ( exclusive interview ), yaitu wawancara yang dilakukan secara khusus –tidak bersama wartawan dari media lain.

4. Wawancara sambil lalu ( casual interview ), yaitu wawancara “secara kebetulan”, tidak ada perjanjian dulu dengan narasumber , misalnya mewawacarai seorang pejabat sebelum, setelah, atau di tengah

berlangsungnya sebuah acara.

(21)

5. Wawancara jalanan ( man-in-the street interview ) – disebut pula

“wawancara on the spot”– yaitu wawancara di tempat kejadian dengan berbagai narasumber, misalnya di lokasi kebakaran.

6. Wawancara tertulis –dilakukan via email atau bentuk komunikasi

tertulis lainnya.

(22)

7. Wawancara “cegat pintu” ( door stop interview ), yaitu wawancara dengan cara “mencegat” narasumber di sebuah tempat, misal

tersangka korupsi yang baru keluar dari ruang interogasi KPK.

(23)

Tahap Persiapan Wawancara

Menentukan topik atau masalah

Memahami masalah yang ditanyakan – wawancara yang baik tidak berangkat dengan kepala kosong .

Menyiapkan pertanyaan.

Menentukan narasumber

Membuat janji –menghubungi narasumber atau “mengintai”

narasumber agar bisa ditemui.

(24)

PERSIAPAN WAWANCARA

Beberapa persiapan yang dapat dilakukan reporter agar wawancara berjalan lancar dan efektif, antara lain:

Menguasai tema yang akan ditanyakan kepada narasumber.

Siapkan TOR (Term of Reference)

Membawa alat perekam.

Menghargai narasumber dan membuat janji.

(25)

Riset Data

Disebut juga studi pustaka atau riset kepustakaan. Riset data adalah teknik peliputan atau pengumpulan data dengan mencari klipping koran, makalah-makalah, atau artikel koran, membaca buku, atau search di internet.

Riset adalah proses mengumpulkan, menganalisis, dan

menerjemahkan informasi atau data secara sistematis untuk

menambah pemahaman kita terhadap suatu fenomena tertentu yang

menarik perhatian kita.

(26)

BAHASA JURNALISTIK

(27)

PENGERTIAN

• Bahasa Jurnalistik merupakan gaya bahasa atau pemilihan diksi

kata yang digunakan seorang wartawan dalam menulis berita.

• Bahasa Jurnalistik disebut juga Bahasa Komunikasi Massa (Language of Mass Communication, disebut pula Newspaper Language), yaitu bahasa yang

digunakan dalam komunikasi melalui media massa, baik komunikasi lisan (tutur) di media elektronik (radio dan TV) maupun komunikasi tertulis (media cetak), dengan ciri khas singkat, padat,

dan mudah dipahami.

(28)

Bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh wartawan jurnalis dalam

menuliskan karya – karya jurnalistik, seperti surat kabar, majalah, atau tabloid.

Bahasa jurnalistik harus jelas dan mudah

dipahami oleh pembaca sehingga mudah

dipahami isinya.

(29)

Namun demikian, bahasa jumalistik juga harus mengikuti kaidah- kaidah, norma – norma

bahasa. Oleh karena itu, bahasa jurnalistik

sangat mengutamakan kemampuan untuk bisa

menampilkan semua informasi yang dibawanya

kepada pembaca secepatnya atau bahasa yang

lebih mengutamakan daya komunikasinya.

(30)

Bahasa jurnalistik yang ditulis dalam bahasa

Indonesia harus dapat dipahami oleh pembaca.

Jika media massa menggunakan salah satu

dialek tertentu, besar kemungkinannya tulisan dalam media massa tersebut tidak dapat

dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu, bahasa jurnalistik juga dituntut kebakuannya sesuai

dengan kaidah bahasa Indonesia baku.

(31)

Bahasa jurnalistik merupakan salah satu varian bahasa Indonesia.

Bahasa jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa yang digunakan oleh

wartawan dalam surat kabar, majalah, atau tabloid. Dengan demikian, bahasa jurnalistik harus jelas dan mudah dipahami oleh

masyarakat (pembaca) sehingga mereka yang

dapat membaca mampu menikmati isinya.

(32)

Bahasa jumalistik menurut Rosihan

Anwar adalah bahasa yang digunakan oleh wartawan (jumalis) dalam menulis karya – karya jumalistik di media massa.

Jadi, hanya bahasa Indonesia pada karya – karya jumalistik sajalah yang bisa dikatakan

atau digolongkan sebagai bahasa jumalistik atau

bahasa pers, bukan karya – karya opini (artikel,

esai).

(33)

• Oleh karena itu, jika ada wartawan yang juga menulis puisi, cerpen, esai, dan artikel, karya – karyanya ini tak dapat digolongkan sebagai karya jurnalistik. Bahasa yang dipakai jumalis dalam menulis puisi, cerpen, artikel, atau esai tak dapat digolongkan sebagai bahasa jumalistik karena hal itu memiliki varian tersendiri.

• Bahasa jurnalistik merupakan bahasa yang

digunakan oleh wartawan (jurnalis) dalam menulis karya – karya jurnalistik di media massa. Dengan demikian, bahasa Indonesia pada karya – karya jurnalistiklah yang bisa dikategorikan sebagai bahasa jurnalistik atau bahasa pers.

(34)

Sifat – sifat tersebut merupakan hal yang harus dipenuhi oleh ragam bahasa jurnalistik

mengingat surat kabar dibaca oleh semua lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat

pengetahuannya dan tidak setiap orang memiliki cukup waktu untuk membaca surat kabar. Oleh karena itu bahasa jurnalistik sangat

mengutamakan kemampuan untuk

menyampaikan semua informasi yang dibawa kepada pembaca secepatnya dengan

mengutamakan daya komunikasinya.

(35)

Prinsip Dasar Bahasa Jurnalistik.

Menurut JS Badudu (1988) bahasa jurnalistik memiliki sifat – sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lugas, menarik, lancar dan jelas. Sifat – sifat itu harus dimiliki oleh bahasa pers,

bahasa jurnalistik, mengingat surat kabar dibaca oleh semua lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Oleh karena itu

beberapa ciri yang harus dimiliki bahasa

jurnalistik di antaranya:

(36)

Singkat, artinya bahasa jurnalistik harus menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele.

Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi yang

lengkap. Semua yang diperlukan pembaca sudah tertampung didalamnya. Menerapkan prinsip 5 WH, membuang kata – kata mubazir dan

menerapkan ekonomi kata.

(37)

• Sederhana, artinya bahasa pers sedapat-dapatnya memilih kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan

kompleks. Kalimat yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak berlebihan

pengungkapannya (bombastis).

• Lugas, artinya bahasa jurnalistik mampu

menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga.

• Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang.

Menghindari kata-kata yang sudah mati.

(38)

Jelas, artinya informasi yang disampaikan jurnalis dengan mudah dapat dipahami oleh

khalayak umum (pembaca). Struktur kalimatnya tidak menimbulkan penyimpangan atau

pengertian makna yang berbeda, menghindari ungkapan bersayap atau bermakna ganda

(ambigu).

Oleh karena itu, bahasa jurnalistik

menggunakan kata-kata yang bermakna

denotatif.

(39)

• Bahasa yang digunakan dalam jurnalistik adalah bahasa yang sering dipakai sehari-hari sehingga semua orang bisa dengan mudah mencerna isi pesan yang disampaikan.

• bahasa jurnalistik tidak boleh asal.

• Bahasa jurnalistik juga harus sesuai dengan EYD, selain itu kalimat yang digunakan juga harus

mempertimbangkan unsur kohesi dan koherensi sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan agar mudah dimengerti oleh masyarakat.

(40)

• Bahasa Jurnalistik memiliki dua ciri utama yaitu komunikatif dan spesifik.

Komunikatif berarti langsung menjelaskan materi atau langsung ke pokok persoalan (straight to the point), bermakna tunggal, tidak konotatif, tidak bertele-tele, dan tanpa basa-basi.

• Spesifik berarti mempunyai gaya penulisan

tersendiri, yakni kata-katanya jelas, kalimatnya

pendek-pendek dan mudah dimengerti orang awam.

Bahasa Jurnalistik diperlukan oleh insan

pers untuk kebutuhan komunikasi efektif dengan pembaca juga pendengar dan penonton.

(41)

KARAKTERISTIK BAHASA JURNALISTIK

Bahasa jurnalistik dapat di bedakan berdasarkan bentuknya menurut media menjadi Bahasa

Jurnalistik Media Cetak, Bahasa Jurnalistik

Televisi, Bahasa Jurnalistik Radio, dan Bahasa

Jurnalistik Media Online Internet.

(42)

Sederhana

Sederhana berarti mengutamakan dan memilih kata (diksi) atau kalimat yang mudah di

mengerti dan banyak di ketahui oleh khalayak pembaca dari kalangan manapun.

Kata-kata yang rumit hanya akan dimengerti oleh orang-orang tertentu yang memiliki

pengetahuan yang luas, maka dari itu dalam

bahasa jurnalistik harus menggunakan bahasa

yang sederhana tetapi masih dalam kaidah EYD.

(43)

Singkat

Singkat berarti langsung masuk ke inti

pembicaraan, tidak bertele-tele atau basa-basi, tidak memutar-mutarkan permasalahan, dan tidak memboroskan waktu yang sangat

berharga.

(44)

Padat

Menurut Patmono SK, redaktur

senior Sinar Harapan dalam buku Teknik Jurnalistik (1996:45), padat dalam Bahasa Jurnalistik berarti sarat informasi.

Setiap kalimat dan paragraph yang ditulis

memuat banyak informasi penting dan menarik

untuk khalayak pembaca.

(45)

Lugas

Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus

menghindari penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan khalayak pembaca

sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi.

Kata yang lugas selalu menekankan pada satu arti serta menghindari kemungkinan adanya penafsiran lain terhadap arti dan makna

tersebut.

(46)

Jelas

Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur.

Jelas disini mengandung tiga arti : jelas artinya, jelas susunan kata atau kalimatnya sesuai

dengan kaidah subjek-objek-predikat-

keterangan, dan jelas sasaran atau maksuanya.

(47)

Jernih

Jernih berarti bening, tembus pandang,

transparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan

sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti

prasangka atau fitnah.

(48)

Menarik

Bahasa jurnalistik harus menarik. Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera

baca, serta membuat orang yang sedang tertidur, terjaga seketika.

Bahasa jurnalisik berpijak pada prinsip :

menarik, benar dan baku. Sedangkan Bahasa

Ilmia merujuk pada pedoman : benar dan baku

saja.

(49)

Demokratis

Demokratis berarti Bahasa Jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta.

Bahasa Jurnalistik menekankan aspek

fungsional dan komunal.

(50)

Populis

Populis berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apapun yang terdapat dalam karya-karya

jurnalistik harus akrab di telinga, di mata, dan di benak pikiran khalayak pembaca, pendengar,

atau pemirsa.

Bahasa Jurnalistik harus merakyat, artinya

diterima dan diakrabioleh semua lapisan

masyarakat.

(51)

Logis

Logis berarti apa pun yang terdapat dalam kata,

istilah, kalimat atau paragraph jurnalistik harus

dapat diterima dan tidak bertentangan dengan

akal sehat, serta sekaligus mencerminkan nalar.

(52)

Gramatikal

Gramatikal berarti kata, istilah atau kalimat apa pun yang dipakai dan dipilih dalam bahasa

jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa

baku. Bahasa baku artinya bahasa resmi sesuai

dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman

ejaan yang disempurnakan.

(53)

Menghindari kata tutur

• Kata tutur ialah kata yang bisa digunakan dalam percakapan sehari-hari informal.

• Kata tutur ialah kata-kata yang digunakan dalam

percakapan di warung kopi, terminal, bus kota, atau di pasar. Setiap orang bebas untuk menggunakan kata atau istilah apa saja sejauh pihak yang diajak bicara memahami maksud dan maknanya.

• Kata tutur ialah kata yang hanyah menekankan

pada pengertian, sama sekali tidak memperhatikan masalah struktur dan tata bahasa.

(54)

Menghindari kata dan istilah asing

Berita ditulis untuk dibaca dan didengar.

Pembaca atau pendengar harus tahu arti dan

makna setiap kata yang dibaca dan didengarnya.

Berita atau laporan yang banyak diselipi kata- kata asing, selain tidak informative dan

komunikatif juga membingungkan.

(55)

Diksi yang tepat

Bahasa Jurnalistik sangat menekankan efektivitas.

Setiap kalimat yang disusun tidak hanya harus produktif tetapi juga tidak boleh keluar dari asas efektifitas.

Artinya setiap kata yang dipilih, memang tepat dan akurat sesuai dengan tujuan pesan pokok yang ingin disampaikan kepada khalayak.

Pilihan kata atau diksi, dalam bahasa jurnalistik, tidak sekadar hadir sebagai varian dalam gaya, tetapi juga sebagai suatu keputusan yang didasarkan kepada pertimbangan matang untuk mencapai efek optimal terhadap khalayak.

(56)

Mengutamakan kalimat aktif

Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada kalimat pasif. Bahasa Jurnalistik harus jelas susunan

katanya kuat maknanya. Kalimat aktif lebih memudahkan pengertian dan menjelaskan pemahaman. Kalimat pasif sering

menyesatkan pengertian dan mengaburkan

pemahaman.

(57)

Menghindari kata atau istilah teknis

Karena ditujukan untuk umum, maka Bahasa Jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca

Salah satu cara untuk itu ialah dengan

menghindari penggunaan kata atau istilah-

istilah teknik.

(58)

Tunduk kepada kaidah etika

Salah satu fungsi pers adalah to educated atau edukasi, mendidik. Fungsi ini bukan saja harus, tercermin pada materi isi berita,

laporan, gambar, dan artikelnya, melainkan juga harus tampak pada bahasanya. Pada bahasa

tersimpul etika. Bahasa tidak saja

mencerminkan pikiran tapi sekaligus juga

menunjukkan etika orang itu.

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH MOTIV ASI DAN DISIPLIN TERHADAP KINERJA APARATUR PADA KECAMATAN MUARA BATU KABUPATEN ACEH UTARA Kepada Yth: Bapak I Ibu Rcspondcn ditcmpat Dcngan hormat, Dalam rangka

untu# mela#u#an pemeri#saan seara epat dan seder-ana pada pasien /ang baru masu# ,uma- !a#it dengan tujuan untu# mengidentifi#asi apa#a- pasien berisi#" masala- gii atau

Metode pembagian laba (profit split method) atau metode PSM adalah metode penentuan harga transfer berbasis laba transaksional (transactional profit method) yang

7) Hematologi: Sebagian besar pasien aktif memiliki penyakit anemia kronis, termasuk anemia normokromik-normositik, trombositosis, dan eosinofilia, meskipun yang terakhir

kemampuan metabolit sekunder pada ekstrak air jahe merah sebagai reduktor dan peningkatan aktivitas antibakteri setelah terbentuk nanopartikel perak, pada penelitian ini

Abstrak : Analisis dan perancangan sistem informasi akuntansi penjualan komputer pada LKP Tri Arga bertujuan untuk membuat sebuah sistem yang terkomputerisasi yang dapat

Sedangkan pada sediaan emulgel tidak mengandung etanol 95% sehingga daya proteksi yang dihasilkan oleh sediaan emulgel tidak mengalami penurunan yang drastis karena minyak akar

Manfaat penelitian ini adalah memberikan manfaat praktis dan teoritis untuk masyarakat maupun seniman khususnya seni tari tentang bentuk penyajian dan proses