TEKNIK REPORTASE
▸ Baca selengkapnya: merekam suara atau gambar pemikiran atau kejadian yang dianggap penting dalam proses pembuatan karya merupakan proses
(2)Reportase merupakan keterampilan dasar sekaligus tugas utama seorang wartawan atau reporter.
Reportase merupakan bagian dari proses pembuatan berita.
PENGERTIAN
•
Reportase adalah pemberitaan atau pelaporan. Berasal Dari kata
report yang artinya melaporkan atau
memberitakan .
•
Mirriam Webster Dictionary mengartikan reportage sebagai “the act or process of reporting news something (as news) that is reported
proses pemberitaan dan sesuatu yang
dilaporkan .
•
Dalam konteks jurnalistik, reportase adalah proses
pengumpulan data untuk menyusun berita . Reportase bisa dikatakan merupakan proses
jurnalistik terpenting karena dari proses inilah terkumpul
bahan-bahan atau informasi untuk diberitakan .
• Reportase adalah proses pengumpulan
data dan fakta sebuah peristiwa sebagai
bahan penulisan atau penyajian berita di
media massa cetak ataupun elektronik.
• Teknik reportase atau teknik peliputan berita merupakan
hal mendasar yang perlu
dikuasai para jurnalis.
Teknik Reportase
•
Teknik reportase adalah cara meliput peristiwa atau mencari bahan berita.
• Adapun teknik reportase yakni:
OBSERVASI
WAWANCARA
RISET DATA
OBSERVASI
• Teknik reportase observasi (pengamatan) yaitu
wartawan langsung datang ke lokasi kejadian, mengamati, dan
mengumpulkan data atau faKta kejadian
tersebut mengacu pada formula 5W+1H.
• Pengamatan merupakan teknik reportase dengan
cara mengamati baik setting maupun alur sebuah
peristiwa di lapangan atau lokasi kejadian.
•
Wartawan menggunakan semua indera saat
melakukan pengamatan . Dengan terjun langsung ke
lapangan, reporter akan merasakan langsung peristiwa yang terjadi di
lapangan sehingga ia bisa menyampaikan informasi yang valid kepada
pembaca.
Wawancara
• Semua jenis peliputan berita memerlukan proses wawancara (interview) dengan narasumber
(interviewee).
• Wawancara adalah tanya jawab untuk memperoleh informasi atau keterangan akan suatu hal.
• wawancara merupakan teknik pengumpulan data
yang diperoleh secara langsung antara pewawancara
dengan narasumber.
• Sebagai sebuah data, informasi yang diperoleh dari hasil wawancara harus diubah menjadi laporan
tertulis.Laporan tertulis hasil wawancara berupa
laporan tulisan jurnalistik berita atau data dalam
bentuk ringkasan.
•
Dalam wawancara, wartawan bertanya kepada
narasumber ,
(saksi, pengamat, pihak berwenang, dan sebagainya)untuk menggali atau mengumpulkan informasi,
keterangan, fakta, atau data tentang sebuah peristiwa
atau masalah . Dan hasil wawancara disusun dalam bentuk karya
jurnalistik –berita, feature, atau artikel opini.
•
Wawancara bertujuan menggali informasi,
komentar, opini, fakta atau data tentang suatu masalah atau peristiwa dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber.
• Reporter harus pintar memilih narasumber yang
nantinya akan melengkapi bahan penulisan berita.
•
Narasumber dapat dipilah menjadi narasumber primer dan narasumber sekunder.
• Narasumber primer merupakan narasumber yang memegang peran penting dalam sebuah peristiwa.
• Narasumber Sekunder berfungsi untuk melengkapi dan
mendukung penulisan berita.
•
Ketika melakukan wawancara, ada tiga hal yang tidak boleh dilupakan oleh reporter:
• Data demografi atau identitas atau atribut narasumber
• Pendapat narasumber terhadap suatu peristiwa
• Kesan narasumber terhadap suatu peristiwa
Tujuan Wawancara
•
Konfirmasi (penyeimbang)
•
Melengkapi data-data yang kurang detail
•
Mendorong narasumber agar berbicara dan mengungkapkan fakta
•
Menyambung kesenjangan hubungan narasumber dengan media
•
Kegagalan wawancara sering kali disebabkan ketidak jelasan tujuan
mengapa sebuah wawancara dilakukan –apakah untuk mendapatkan
kejelasan fakta, atau sekedar menggali opini dari narasumber.
Model Wawancara
•
Model wawancara ada dua macam di antaranya:
• Wawancara langsung –bertatap muka (face to face) langsung dengan narasumber.
• Wawancara tidak langsung –misalnya melalui telefon,
chating , dan
email (wawancara tertulis).
Jenis-Jenis Wawancara
1. Wawancara berita ( news-peg interview ), yaitu wawancara yang dilakukan untuk memperoleh keterangan, konfirmasi, atau
pandangan interviewee tentang suatu masalah atau peristiwa
2. Wawancara pribadi ( personal interview ), yaitu wawancara untuk
memperoleh data tentang diri-pribadi dan pemikiran narasumber –
disebut juga wawancara biografi.
3. Wawancara eksklusif ( exclusive interview ), yaitu wawancara yang dilakukan secara khusus –tidak bersama wartawan dari media lain.
4. Wawancara sambil lalu ( casual interview ), yaitu wawancara “secara kebetulan”, tidak ada perjanjian dulu dengan narasumber , misalnya mewawacarai seorang pejabat sebelum, setelah, atau di tengah
berlangsungnya sebuah acara.
5. Wawancara jalanan ( man-in-the street interview ) – disebut pula
“wawancara on the spot”– yaitu wawancara di tempat kejadian dengan berbagai narasumber, misalnya di lokasi kebakaran.
6. Wawancara tertulis –dilakukan via email atau bentuk komunikasi
tertulis lainnya.
7. Wawancara “cegat pintu” ( door stop interview ), yaitu wawancara dengan cara “mencegat” narasumber di sebuah tempat, misal
tersangka korupsi yang baru keluar dari ruang interogasi KPK.
Tahap Persiapan Wawancara
•
Menentukan topik atau masalah
•
Memahami masalah yang ditanyakan – wawancara yang baik tidak berangkat dengan kepala kosong .
•
Menyiapkan pertanyaan.
•
Menentukan narasumber
•
Membuat janji –menghubungi narasumber atau “mengintai”
narasumber agar bisa ditemui.
PERSIAPAN WAWANCARA
•
Beberapa persiapan yang dapat dilakukan reporter agar wawancara berjalan lancar dan efektif, antara lain:
• Menguasai tema yang akan ditanyakan kepada narasumber.
• Siapkan TOR (Term of Reference)
• Membawa alat perekam.
• Menghargai narasumber dan membuat janji.
Riset Data
•
Disebut juga studi pustaka atau riset kepustakaan. Riset data adalah teknik peliputan atau pengumpulan data dengan mencari klipping koran, makalah-makalah, atau artikel koran, membaca buku, atau search di internet.
•
Riset adalah proses mengumpulkan, menganalisis, dan
menerjemahkan informasi atau data secara sistematis untuk
menambah pemahaman kita terhadap suatu fenomena tertentu yang
menarik perhatian kita.
BAHASA JURNALISTIK
PENGERTIAN
• Bahasa Jurnalistik merupakan gaya bahasa atau pemilihan diksi
kata yang digunakan seorang wartawan dalam menulis berita.
• Bahasa Jurnalistik disebut juga Bahasa Komunikasi Massa (Language of Mass Communication, disebut pula Newspaper Language), yaitu bahasa yang
digunakan dalam komunikasi melalui media massa, baik komunikasi lisan (tutur) di media elektronik (radio dan TV) maupun komunikasi tertulis (media cetak), dengan ciri khas singkat, padat,
dan mudah dipahami.
•
Bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh wartawan jurnalis dalam
menuliskan karya – karya jurnalistik, seperti surat kabar, majalah, atau tabloid.
•
Bahasa jurnalistik harus jelas dan mudah
dipahami oleh pembaca sehingga mudah
dipahami isinya.
•
Namun demikian, bahasa jumalistik juga harus mengikuti kaidah- kaidah, norma – norma
bahasa. Oleh karena itu, bahasa jurnalistik
sangat mengutamakan kemampuan untuk bisa
menampilkan semua informasi yang dibawanya
kepada pembaca secepatnya atau bahasa yang
lebih mengutamakan daya komunikasinya.
•
Bahasa jurnalistik yang ditulis dalam bahasa
Indonesia harus dapat dipahami oleh pembaca.
Jika media massa menggunakan salah satu
dialek tertentu, besar kemungkinannya tulisan dalam media massa tersebut tidak dapat
dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu, bahasa jurnalistik juga dituntut kebakuannya sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia baku.
•
Bahasa jurnalistik merupakan salah satu varian bahasa Indonesia.
•
Bahasa jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa yang digunakan oleh
wartawan dalam surat kabar, majalah, atau tabloid. Dengan demikian, bahasa jurnalistik harus jelas dan mudah dipahami oleh
masyarakat (pembaca) sehingga mereka yang
dapat membaca mampu menikmati isinya.
•
Bahasa jumalistik menurut Rosihan
Anwar adalah bahasa yang digunakan oleh wartawan (jumalis) dalam menulis karya – karya jumalistik di media massa.
•
Jadi, hanya bahasa Indonesia pada karya – karya jumalistik sajalah yang bisa dikatakan
atau digolongkan sebagai bahasa jumalistik atau
bahasa pers, bukan karya – karya opini (artikel,
esai).
• Oleh karena itu, jika ada wartawan yang juga menulis puisi, cerpen, esai, dan artikel, karya – karyanya ini tak dapat digolongkan sebagai karya jurnalistik. Bahasa yang dipakai jumalis dalam menulis puisi, cerpen, artikel, atau esai tak dapat digolongkan sebagai bahasa jumalistik karena hal itu memiliki varian tersendiri.
• Bahasa jurnalistik merupakan bahasa yang
digunakan oleh wartawan (jurnalis) dalam menulis karya – karya jurnalistik di media massa. Dengan demikian, bahasa Indonesia pada karya – karya jurnalistiklah yang bisa dikategorikan sebagai bahasa jurnalistik atau bahasa pers.
•
Sifat – sifat tersebut merupakan hal yang harus dipenuhi oleh ragam bahasa jurnalistik
mengingat surat kabar dibaca oleh semua lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat
pengetahuannya dan tidak setiap orang memiliki cukup waktu untuk membaca surat kabar. Oleh karena itu bahasa jurnalistik sangat
mengutamakan kemampuan untuk
menyampaikan semua informasi yang dibawa kepada pembaca secepatnya dengan
mengutamakan daya komunikasinya.
Prinsip Dasar Bahasa Jurnalistik.
•
Menurut JS Badudu (1988) bahasa jurnalistik memiliki sifat – sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lugas, menarik, lancar dan jelas. Sifat – sifat itu harus dimiliki oleh bahasa pers,
bahasa jurnalistik, mengingat surat kabar dibaca oleh semua lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Oleh karena itu
beberapa ciri yang harus dimiliki bahasa
jurnalistik di antaranya:
•
Singkat, artinya bahasa jurnalistik harus menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele.
•
Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi yang
lengkap. Semua yang diperlukan pembaca sudah tertampung didalamnya. Menerapkan prinsip 5 WH, membuang kata – kata mubazir dan
menerapkan ekonomi kata.
• Sederhana, artinya bahasa pers sedapat-dapatnya memilih kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan
kompleks. Kalimat yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak berlebihan
pengungkapannya (bombastis).
• Lugas, artinya bahasa jurnalistik mampu
menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga.
• Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang.
Menghindari kata-kata yang sudah mati.
•
Jelas, artinya informasi yang disampaikan jurnalis dengan mudah dapat dipahami oleh
khalayak umum (pembaca). Struktur kalimatnya tidak menimbulkan penyimpangan atau
pengertian makna yang berbeda, menghindari ungkapan bersayap atau bermakna ganda
(ambigu).
•
Oleh karena itu, bahasa jurnalistik
menggunakan kata-kata yang bermakna
denotatif.
• Bahasa yang digunakan dalam jurnalistik adalah bahasa yang sering dipakai sehari-hari sehingga semua orang bisa dengan mudah mencerna isi pesan yang disampaikan.
• bahasa jurnalistik tidak boleh asal.
• Bahasa jurnalistik juga harus sesuai dengan EYD, selain itu kalimat yang digunakan juga harus
mempertimbangkan unsur kohesi dan koherensi sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan agar mudah dimengerti oleh masyarakat.
• Bahasa Jurnalistik memiliki dua ciri utama yaitu komunikatif dan spesifik.
Komunikatif berarti langsung menjelaskan materi atau langsung ke pokok persoalan (straight to the point), bermakna tunggal, tidak konotatif, tidak bertele-tele, dan tanpa basa-basi.
• Spesifik berarti mempunyai gaya penulisan
tersendiri, yakni kata-katanya jelas, kalimatnya
pendek-pendek dan mudah dimengerti orang awam.
Bahasa Jurnalistik diperlukan oleh insan
pers untuk kebutuhan komunikasi efektif dengan pembaca juga pendengar dan penonton.
KARAKTERISTIK BAHASA JURNALISTIK
•
Bahasa jurnalistik dapat di bedakan berdasarkan bentuknya menurut media menjadi Bahasa
Jurnalistik Media Cetak, Bahasa Jurnalistik
Televisi, Bahasa Jurnalistik Radio, dan Bahasa
Jurnalistik Media Online Internet.
Sederhana
•
Sederhana berarti mengutamakan dan memilih kata (diksi) atau kalimat yang mudah di
mengerti dan banyak di ketahui oleh khalayak pembaca dari kalangan manapun.
•
Kata-kata yang rumit hanya akan dimengerti oleh orang-orang tertentu yang memiliki
pengetahuan yang luas, maka dari itu dalam
bahasa jurnalistik harus menggunakan bahasa
yang sederhana tetapi masih dalam kaidah EYD.
Singkat
•
Singkat berarti langsung masuk ke inti
pembicaraan, tidak bertele-tele atau basa-basi, tidak memutar-mutarkan permasalahan, dan tidak memboroskan waktu yang sangat
berharga.
Padat
•
Menurut Patmono SK, redaktur
senior Sinar Harapan dalam buku Teknik Jurnalistik (1996:45), padat dalam Bahasa Jurnalistik berarti sarat informasi.
•
Setiap kalimat dan paragraph yang ditulis
memuat banyak informasi penting dan menarik
untuk khalayak pembaca.
Lugas
•
Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus
menghindari penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan khalayak pembaca
sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi.
•
Kata yang lugas selalu menekankan pada satu arti serta menghindari kemungkinan adanya penafsiran lain terhadap arti dan makna
tersebut.
Jelas
•
Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur.
•
Jelas disini mengandung tiga arti : jelas artinya, jelas susunan kata atau kalimatnya sesuai
dengan kaidah subjek-objek-predikat-
keterangan, dan jelas sasaran atau maksuanya.
Jernih
•
Jernih berarti bening, tembus pandang,
transparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan
sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti
prasangka atau fitnah.
Menarik
•
Bahasa jurnalistik harus menarik. Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera
baca, serta membuat orang yang sedang tertidur, terjaga seketika.
•
Bahasa jurnalisik berpijak pada prinsip :
menarik, benar dan baku. Sedangkan Bahasa
Ilmia merujuk pada pedoman : benar dan baku
saja.
Demokratis
•
Demokratis berarti Bahasa Jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta.
•
Bahasa Jurnalistik menekankan aspek
fungsional dan komunal.
Populis
•
Populis berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apapun yang terdapat dalam karya-karya
jurnalistik harus akrab di telinga, di mata, dan di benak pikiran khalayak pembaca, pendengar,
atau pemirsa.
•
Bahasa Jurnalistik harus merakyat, artinya
diterima dan diakrabioleh semua lapisan
masyarakat.
Logis
•
Logis berarti apa pun yang terdapat dalam kata,
istilah, kalimat atau paragraph jurnalistik harus
dapat diterima dan tidak bertentangan dengan
akal sehat, serta sekaligus mencerminkan nalar.
Gramatikal
•
Gramatikal berarti kata, istilah atau kalimat apa pun yang dipakai dan dipilih dalam bahasa
jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa
baku. Bahasa baku artinya bahasa resmi sesuai
dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman
ejaan yang disempurnakan.
Menghindari kata tutur
• Kata tutur ialah kata yang bisa digunakan dalam percakapan sehari-hari informal.
• Kata tutur ialah kata-kata yang digunakan dalam
percakapan di warung kopi, terminal, bus kota, atau di pasar. Setiap orang bebas untuk menggunakan kata atau istilah apa saja sejauh pihak yang diajak bicara memahami maksud dan maknanya.
• Kata tutur ialah kata yang hanyah menekankan
pada pengertian, sama sekali tidak memperhatikan masalah struktur dan tata bahasa.
Menghindari kata dan istilah asing
•
Berita ditulis untuk dibaca dan didengar.
Pembaca atau pendengar harus tahu arti dan
makna setiap kata yang dibaca dan didengarnya.
•
Berita atau laporan yang banyak diselipi kata- kata asing, selain tidak informative dan
komunikatif juga membingungkan.
Diksi yang tepat
• Bahasa Jurnalistik sangat menekankan efektivitas.
Setiap kalimat yang disusun tidak hanya harus produktif tetapi juga tidak boleh keluar dari asas efektifitas.
• Artinya setiap kata yang dipilih, memang tepat dan akurat sesuai dengan tujuan pesan pokok yang ingin disampaikan kepada khalayak.
• Pilihan kata atau diksi, dalam bahasa jurnalistik, tidak sekadar hadir sebagai varian dalam gaya, tetapi juga sebagai suatu keputusan yang didasarkan kepada pertimbangan matang untuk mencapai efek optimal terhadap khalayak.
Mengutamakan kalimat aktif
•
Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada kalimat pasif. Bahasa Jurnalistik harus jelas susunan
katanya kuat maknanya. Kalimat aktif lebih memudahkan pengertian dan menjelaskan pemahaman. Kalimat pasif sering
menyesatkan pengertian dan mengaburkan
pemahaman.
Menghindari kata atau istilah teknis
•
Karena ditujukan untuk umum, maka Bahasa Jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca
•
Salah satu cara untuk itu ialah dengan
menghindari penggunaan kata atau istilah-
istilah teknik.
Tunduk kepada kaidah etika
•