Universitas Kristen Maranatha
川端康成 雪国
け
シンボル 意味
分析
フェ ク アン 0342061
キ
教大学
Universitas Kristen Maranatha
川端康成 雪国 け シンボル 意味分析
序論
こ 論文 端康成 雪国 いう小節 分析す あ
小 本 日本 海岸部 あ 場所 す あ 場 所 し雪 降 島 雪 積 い 小 別々 語 独立
す あ 全 組 合わせ 1947年 公開 雪国 いう
小
雪国 いう小 東京 男性 雪国 訪 い 女性 関係 話し
あ そ 男性 名前 島村 生活 両親 遺産 く仕 事し い 自由 旅行し 山 登 い い 踊 書い
外国語 記事 翻訳す あ 会 女性 駒子 いう名前 あ
彼女 仕事 芸者 忙しい時 芸者 変 芸者 くわ 彼女
踊 先生 一緒 住 い そ 先生 芸者 教え
仕事 金 先生 渡し 先生 す 病気 薬 買
う あ
本小 タイト ート ンボ 見え 客観的手
法 小 分析す 客観的手法 端康成 雪国 ンボ
Universitas Kristen Maranatha
文学 いう 作家 創造力 事実上 生活 イメー あ 人間 イメー 現実 高そう あ 作家 そ 似 い あ
アプ ー そ 文学 分析し 作家 ー ー 見 い あ 言う変え アプ ーチ 文学 ー いけい 言語
イ 固有 側面 見 ,分析 す こ あ 目的 Paul Ricoeur
解釈学 理論 知 雪国 ンボ 解釈す あ 解釈
学 テク ト あ 問題 解釈 答え Paul Ricoeur 解釈学 理論
さけ テク 意味 全 テク ト 見 い
ー 取得す 文献研究 使 文献研究 言う 本 文 学 色々 文学 す あ
本論
こ 端康成 雪国 中 ンボ あ そ 小説 形成
イメー す メインキャ ク 一 加 そ 一人分 食器一式 あ
小説 主人公 島村 言う男性 あ 彼 金持 生活費 両 親 遺産 う 東京 生 仕事 し いし 趣味 山 登
Universitas Kristen Maranatha
く 自分 見 山 登 自由 し 好
す
女性 主人公 駒子さ 言う名前 あ 彼女 本当 美人 女性 あ 最初 駒子 芸者 わ け あ ま 彼女 雪国 大 宴会場 支援 侙頼 駒子 芸者 方 教え 先生 住 い 先生 礼 し 駒子 病気 先生 す 金 あ 本小
駒子 責任 負う ンボ あ
小 場所 設定 積雪地域 あ [雪国] いう場所 す
そ 場所 本 あ 日本 い い 雪 く あ 場 所 い 風景 小 山々 あ 美しい自然 美し 場所 あ 竹
森 あ 雪国 言う 自由 ンボ し 場所 い
人々 自由 し 自分 表現す あ
結論
こ 端康成 雪国 いう小説 あそこ固有 要素 いく ンボ 出
Universitas Kristen Maranatha
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR…... i
DAFTAR ISI……….. iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar belakang Masalah .……… 1
1.2Pembatasan Masalah.………. 7
1.3Tujuan Penelitian………... 7
1.4Pendekatan Penelitian………....……... 7
1.5Organisasi Penulisan………. 11
BAB II HERMENEUTIKA 2.1 HERMENEUTIKA... 13
2.1.1 Hermeneutik Paul Ricoeur……….……….……..……… 16
2.1.2 Ruang Lingkup Hermeneutik…....………...……… 17
2.2 Teks...………. 19
Universitas Kristen Maranatha
BAB III INTERPRETASI MAKNA SIMBOL
3.1 Tokoh Utama... 26
3.1.1 Shimamura... 26
3.1.2 Komako ... 39
3.2 Daerah Salju... 48
BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan... 53
SINOPSIS
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP PENGARANG NOVEL RIWAYAT HIDUP PENULIS
RIWAYAT HIDUP PENGARANG NOVEL
Yasunari Kawabata (川 端 康 成 Kawabata Yasunari, lahir di Osaka, 14 Juni 1899 – meninggal di Kamakura, 16 April 1972pada umur 72 tahun) adalah seorang novelis Jepang yang prosa liriknya membuat ia memenangkan Penghargaan Nobel dalam Sastra pada 1968. Ia menjadi orang Jepang pertama yang memperoleh penghargaan tersebut. Karya-karyanya hingga kini masih dibaca bahkan di dunia internasional.
Biografi
Kawabata dilahirkan di Osaka, dan sejak usia dua tahun telah menjadi yatim. Setelah itu ia tinggal dengan kakek-neneknya. Ia mempunyai seorang kakak perempuan yang diasuh oleh seorang bibinya. Nenek Kawabata meninggal dunia ketika ia berusia tujuh tahun (September 1906), kakak perempuannya, yang hanya sekali dijumpainya setelah kematian orangtua mereka, menigngal ketika Kawabata berusia 10 tahun (Juli 1909), dan kakeknya ketika ia berusia 15 tahun (Mei 1914). Setelah kehilangan semua sanak keluarga dekatnya, ia pindah dengan keluarga ibunya (Keluarga Kuroda). Namun, pada Januari 1916, ia pindah ke sebuah asrama dekat SMP (setara SMA sekarang) yang hingga saat itu harus didatanginya bolak-balik dengan kereta api. Setelah lulus dari SMP pada Mei 1917, persis sebelum ulang tahunnya yang ke-18, ia pindah ke Tokyo, dan berharap untuk lulus ujian masuk
Dai-ichi Koto-gakko' (Sekolah Menengah Atas Nomor Satu), yang berada di bawah asuhan langsung Universitas Kekaisaran Tokyo. Ia berhasil lulus dalam ujian itu pada tahun yang sama dan kemudian masuk ke Fakultas Sastra Inggris. Pada Juli 1920 Kawabata lulus dari Sekolah Menengah Atas dan memulai pendidikannya di Universitas Kekaisaran Tokyo pada bulan yang sama.
pembaruan-pembaruan politik di Jepang sesudahnya. Perang itu jelas merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh pada dirinya (ditambah dengan kematian seluruh anggota keluarganya ketika ia masih muda). Ia mengatakan tak lama kemudian bahwa sejak itu ia hanya sanggup menulis elegi.
Kawabata bunuh diri pada 1972 dengan meracuni dirinya dengan gas. Banyak teori telah dikemukakan tentang penyebabnya, antara lain kesehatannya yang buruk, kemungkin hubungan cinta gelap, atau keterkejutan yang disebabkan oleh kematian karena bunuh diri oleh sahabatnya Yukio Mishima pada 1970. Namun, berbeda dengan Mishima, Kawabata tidak meninggalkan catatan apapun, dan karena ia tidak pernah membahasnya secara sungguh-sungguh dalam tulisan-tulisannya, motifnya tetap tidak jelas.
Karier seni
penulisan sastra. (Okubo Takaki [2004] Kawabata Yasunari--Utsukushi Nihon no Watashi. Minerva Shobo)
Kawabata mulai mendapatkan pengakuan dengan sejumlah cerita pendek tak lama setelah ia lulus, dan memperoleh kemasyhuran dengan "Gadis Penari dari Izu" pada 1926, sebuah cerita yang menjelajahi erotisisme orang muda yang sedang berkembang. Kebanyakan karyanya di kemudian hari menjelajahi tema-tema serupa.
Salah satu novelnya yang paling terkenal adalah Negeri Salju, yang dimulai pada 1934, dan pertama kali diterbitkan secara bertahap sejak 1935 hingga 1937. Negeri Salju adalah sebuah cerita yang gamblang mengenai sebuah hubungan cinta antara seorang amatir (dilettante) Tokyo dengan seorang geisha desa, yang berlangsung di sebuah kota dengan sumber air panas yang jauh di sebelah barat dari Pegunungan Alpen Jepang. Novel ini memantapkan Kawabata sebagai salah satu pengarang terkemuka Jepang dan langsung menjadi sebuah klasik, yang digambarkan oleh Edward G. Seidensticker "barangkali (merupakan) adikarya Kawabata".
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, suksesnya berlanjut dengan novel-novel seperti Seribu Burung Bangau (sebuah cerita tentang cinta yang bernasib malang), Suara Gunung, Rumah Perawan, Kecantikan dan Kesedihan, dan Ibu kota Lama .
Buku yang ia sendiri anggap sebagai karyanya yang terbaik adalah Empu Go (1951) adalah sebuah kontras yang tajam dengan karya-karyanya yagn laina. Ini adalah sebuah kisah setengah fiksi tentang sebuah pertandingan besar Go pada 1938, yang benar-benar dilaporkannya dalam kelompok surat kabar Mainichi. Ini adalah permainan terakhir dari karier empuShūsai, dan ia dikalahkan oleh penantang mudanya, dan meninggal sekitar setahun kemudian. Meskipun pada permukaannya cerita ini mengharukan, sebagai penceritaan kembali mengenai sebuah perjuangan puncak oleh sejumlah pembaca kisah ini dianggap sebagai paralel simbolis dari kekalahan Jepang pada Perang Dunia II.
Daftar karangannya
Gadis Penari dari Izu (伊 豆 の 踊 子 Izu no Odoriko 1926, terjemahan Inggris 1955, 1997)
Negeri Salju (雪国Yukiguni, 1935-1937, 1947)
Empu Go (名人Meijin, 1951-4; terjemahan Inggris 1972)
Seribu Burung Bangau (千羽鶴Senbazuru, 1949-52)
Suara Gunung (山の音Yama no Oto, 1949-54)
Danau (湖(みづうみ) Mizuumi, 1954)
Rumah Gadis-gadis Penidur (眠 美女, 1961)
Ibu kota Lama (古都Koto, 1962; terj. Inggris 1987, 2006)
Cerita-cerita dari Telapak Tangan 掌の小説
RIWAYAT HIDUP PENULIS
1. DATA PRIBADI
Nama : Felix Andre
Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 18 November 1984
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Katolik
Anak Ke : 2 dari 3 bersaudara
Alamat : Jln. Babakan Jeruk I / No.36 / Bandung
Kewarganegaraan : Indonesia
Nama Ayah : Silvester Ansel Urep, S.E, Msc
Nama Ibu : Regina Nonong
2. PENDIDIKAN
1993-1998 : Sekolah Dasar Nusa Indah Pontianak, Kalimantan Barat
1998-2000 : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Bruder Pontianak, Kalimantan
Barat
2000-2003 : Sekolah Menengah Umum Katolik Santu Petrus Pontianak,
Kalimantan Barat
2003-2010 : Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang Universitas Kristen Maranatha
Universitas Kristen Maranatha
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Salah satu kebutuhan hidup manusia adalah membaca. Ini berarti bahwa
aktivitas membaca akan menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan
manusia, karena pada dasarnya dalam diri manusia akan selalu muncul rasa ingin
tahu. Melalui aktivitas membaca, seorang individu akan memperoleh pengetahuan
dan informasi tentang berbagai fenomena yang terjadi disekitar kehidupan manusia,
sehingga akan memperluas wawasan, dan bisa berpengaruh terhadap pola berpikir
seseorang. Dengan demikian, pengetahuan dan informasi yang diperoleh seseorang
melalui kegiatan membaca tersebut kemudian bisa dijadikannya sebagai dasar untuk
memunculkan ide-ide dan gagasan-gagasan baru yang bisa dikembangkan lebih jauh
dan menjadi satu konsep berpikir yang baru.
Apabila kegiatan membaca dilihat sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan
yang berkaitan dengan aspek hiburan dan rasa senang, maka salah satu langkah yang
dianggap tepat ialah dengan membaca cerita fiksi. Membaca suatu karya fiksi berarti
menikmati alur cerita, dan sekaligus menghibur diri untuk memperoleh kepuasan
batin. Pemikiran ini didasarkan pada anggapan bahwa setiap individu manusia senang
akan cerita, apalagi yang bersifat sensasional. Dengan pemahaman yang baik
Universitas Kristen Maranatha
2
belajar, menghayati dan merasakan berbagai persoalan mengenai kehidupan manusia,
baik yang yang sengaja diungkapkan secara jelas, maupun yang diungkapkan secara
ambigu dengan menggunakan berbagai simbol, ungkapaan dan lain-lain yang bisa
memberikan makna yang berbeda apabila dilihat dari aspek yang berbeda pula.
Dalam menuangkan gagasan dan pikirannya ke dalam sebuah karya sastra,
pengarang menggunakan bahasa sebagai alat. Bahasa yang digunakan tentu saja
berbeda dengan bahasa yang dipergunakan dalam penulisan karya ilmiah. Bahasa
dalam karya fiksi ini bersifat komunikatif yang menjembatani pengarang sebagai
pengirim pesan dengan pembaca sebagai penerimanya. Selain komunikatif, bahasa
sastra pun dapat memiliki banyak arti atau ambiguitas. Sifat bahasa ambiguitas inilah
yang menyebabkan timbulnya simbol-simbol yang memiliki makna dalam di
belakangnya, yang banyak digunakan oleh pengarang. Dengan adanya sifat ini
pengarang dapat dengan bebas menuangkan seluruh gagasan, pikiran dan daya
imajinya dalam menciptakan karya sastra. Penggunaan simbol-simbol atau
lambang-lambang ini bertujuan agar hasil karya yang diciptakan dapat diusahakan sedekat
mungkin dengan apa yang ada dalam imajinasi pengarang. Selain juga dapat
meningkatkan gairah dan minat bagi pembacanya agar semakin tertarik untuk
membacanya dan untuk lebih memahami maksud pengarang dengan
menginterprestasikan makna dibalik simbol yang diciptakan pengarang. Ini berarti
secara tidak langsung pembaca menggunakan daya khayal dan daya imajinasinya
Universitas Kristen Maranatha
3
Terdapat banyak unsur penting yang menunjang sebuah karya sastra. Salah
satu unsur yang penting dalam pembuatan sebuah karya sastra sehingga dapat
menjadi sebuah karya sastra yang hidup, indah dan menarik adalah unsur kepiawaian
pengarangnya untuk berimajinasi mengungkapkan sesuatu ide melalui simbol, dan
berimprovisasi sedemikian rupa sehingga semua simbol yang ditampilkan terangkai
dengan baik sebagai satu alur cerita yang utuh. Sebuah karya sastra seringkali dilihat
sebagai bentuk ekspresi yang memperlihatkan kondisi nyata yang dirasakan
pengarangnya. Dalam konteks ini, maka latar belakang sosial yang dialami seorang
pengarang biasanya mempengaruhi penciptaan suatu karya sastra. Untuk
menciptakan suatu karya, pengarang menggunakan setiap daya imaji dan daya
abstraknya, sehingga apa yang dituangkan menjadi lebih nyata, seakan-akan terjadi
sungguh-sungguh dalam kehidupan sehari-sehari. Setiap permasalahan dan tema
yang dituangkan pengarang dalam suatu karya adalah bukan merupakan hal yang
asing dalam kehidupannya, tetapi merupakan hal yang sangat akrab dalam
kehidupannya (Herman J Waluyo, 1994 : 55).
Dalam sebuah karya sastra biasanya terdapat simbol yang digunakan
pengarang untuk menciptakan karyanya. Salah satu sastrawan besar Jepang yang
menggunakan tanda atau simbol dalam menuangkan imajinasinya menjadi sebuah
cerita fiksi berupa novel adalah Kawabata Yasunari, dalam salah satu novelnya yang
Universitas Kristen Maranatha
4
“YUKIGUNI ” hampir tidak mempunyai alur yang berkembang, melainkan
terdiri dari episode-episode yang masing-masing bagiannya seolah-olah berdiri
sendiri sebagai cerita mandiri. Hal itu berkaitan pula dengan proses penulisannya
yang unik. Hingga diterbitkan dalam edisi yang terakhir tahun 1972. Diawali dengan
diterbitkannya dua cerpen pada tahun 1935 berjudul Yugeshiki no Kagami (Cermin
Pandangan Senja) dan Shiroi Asa no Kagami (Cermin Pagi Putih), selanjutnya
disusul dengan cerita-cerita yang berjudul Monogatari (cerita), Toroo (kenihilan),
Suge no Hana (Bunga Suge), Hi no Makura (Bantalan Api) dan Temari Uta (Lagu
Temari). Keseluruhannya kemudian digabungkan dan tersusunlah novel utuh yang
berjudul “YUKIGUNI” yang diterbitkan tahun 1947.
Novel ini melukiskan hubungan antara seorang laki-laki Tokyo dengan
seorang wanita yang dikunjunginya di daerah salju, yaitu bagian utara Pulau Honshu
yang terletak di tepi Laut Jepang yang dalam musim dingin tertutup salju karena
berlainan dengan di pantai Laut Pasifik yang hangat, pantai ini selalu diterjang angin
dingin dari daratan Asia.
Laki-laki setengah baya yang bernama Shimamura itu hidup dari warisan
orang tuanya, sehingga tidak mempunyai suatu pekerjaan yang mengikat dan dengan
demikian dapat dengan bebas melakukan kegemaran-kegemarannya, ialah mendaki
gunung dan menulis tentang tarian serta menerjemahkan karangan luar negeri. Dia
sudah berkeluarga, sehingga hubungannya dengan wanita lain tidaklah mungkin akan
Universitas Kristen Maranatha
5
seorang wanita yang ditemuinya di sebuah perkampungan pemandian mata air panas
sehabis dia selama seminggu berkelana di daerah pegunungan. Sebenarnya yang dia
kehendaki adalah seorang wanita penghibur biasa (geisha), tetapi pada waktu itu ada
perjamuan yang ramai, sehingga semua geisha sibuk. Oleh sebab itu yang datang
memenuhi panggilannya adalah seorang gadis yang sebenarnya bukan geisha, tetapi
sering menolong menjamu tamu-tamu apabila sebagian besar dari para geisha sedang
sibuk. Dia tinggal di rumah seorang guru tari yang lumpuh yang mempunyai seorang
anak laki-laki yang sakit dan hampir meninggal.
Hubungan Komako dengan laki-laki anak guru tari itu, tidak begitu jelas.
Menurut tukang pijit, mereka bertunangan, tetapi Komako sendiri membantah hal itu.
Namun demikian jelas bahwa Komako kemudian bekerja menjadi geisha agar
memperoleh uang untuk membiayai pengobatan laki-laki anak guru tari itu di Tokyo.
Terdapat pula hubungan Yukio (laki-laki anak guru tari) dengan seorang gadis
bernama Yoko, yaitu gadis yang merawatnya dalam kereta api, hubungannya juga
tidak begitu jelas. Mungkin Yoko mencintai Yukio, seperti yang tampak dari caranya
merawat Yukio, bagaikan seorang istri terhadap suaminya dan pada kenyataannya
bahwa setelah Yukio meninggal setiap hari Yoko mendatangi makamnya untuk
berziarah, sementara Komako tidak pernah melakukannya.
Itulah gambaran singkat mengenai novel “YUKIGUNI ”. Setelah membaca
dan mengkaji secara mendalam, ternyata memperlihatkan adanya simbol dalam novel
Universitas Kristen Maranatha
6
keseluruhan. Salah satu contoh simbol yang ada dalam novel ini terdapat pada judul
“YUKIGUNI ”, dimana judul ini menggambarkan “sebuah daerah salju yang ada di
bagian utara Pulau Honshu yang terletak di tepi Laut Jepang dan pada musim dingin
tertutup oleh salju tebal”. Salju sendiri dalam cerita ini menyimbolkan suasana bersih,
sunyi dan tenang sesuai dengan suasana hati tokoh utama yaitu Shimamura yang
memandang hubungannya dengan tokoh wanita yaitu Komako. Terdapat pula
“geisha” yang merupakan simbol dari pelayan wanita yang khas di Jepang, yang
menghibur tamu-tamu dengan menari, menyanyi dan sebagainya di sebuah tempat
perjamuan.
Apabila ditinjau dari segi stilistika, penulisan kata yang dilakukan oleh
Kawabata dalam mengekspresikan keindahan alam Jepang, dalam melukiskan
gerak-gerik jiwa mengungkapkan perasaan yang paling dalam dari tokoh serta detil-detil
fisik wanita wanita memang sangat piawai. Salah satu daya tarik novel Kawabata
yaitu banyak memakai „simbol‟ (shoco) sebagai alat dalam mengungkapkan sesuatu
antara lain : geisha, salju, terowongan dan lain-lain. Kesedihannya merupakan salah
satu tema yang utama dalam karya-karya Kawabata. Baginya kesedihan merupakan
segi lain dari sebuah keindahan. Maut, keindahan, ketulusan dan kesedihan
merupakan tema yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Salah satu contoh
dalam novel ini ialah kesedihan yang dialami oleh Yoko yang merasa kehilangan
Universitas Kristen Maranatha
7
Berdasarkan pemikiran di atas, penulis merasa tertarik untuk membahas
sebuah novel yang berjudul “YUKIGUNI ” hasil karya dari Kawabata Yasunari. Isi
cerita dari novel ini mengemukakan bermacam-macam persoalan manusia, dari
percintaan orang dewasa dan keadaan alam Jepang yang indah.
1.2Pembatasan Masalah
Pembahasan terhadap masalah yang diajukan dalam penelitian ini dibatasi
pada interpretasi makna dari simbol-simbol yang terdapat dalam cerita novel
“YUKIGUNI ”, khususnya analisis atas sebuah karya sastra yang terfokus pada
unsur-unsur intrinsik yang saling berkaitan dan membentuk novel tersebut, yaitu mencakup
unsur tokoh utama dan latar yang akan dipahami sebagai simbol.
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
menginterpretasikan simbol-simbol yang terdapat di dalam novel “YUKIGUNI “ yang
ditulis oleh Kawabata. Pembuktian ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi
beberapa simbol yang terdapat pada novel tersebut.
1.4Pendekatan Penelitian
Pada hakekatnya sebuah penelitian adalah pencarian jawaban dari pertanyaan
Universitas Kristen Maranatha
8
berupa jawaban atas pertanyaan yang diajukan pada saat dimulainya penelitian.
Untuk menghasilkan jawaban tersebut dilakukan pengumpulan, pengolahan, dan
analisa data dengan menggunakan pendekatan tertentu. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa satu ciri khas penelitian adalah bahwa penelitian merupakan proses
yang berjalan secara terus-menerus, hal tersebut sesuai dengan kata aslinya dalam
bahasa inggris yaitu research yang berasal dari kata “re” dan ”search” yang berarti
pencarian kembali. Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam menyusun
rancangan penelitian diantaranya adalah: Pendekatan apa yang akan digunakan,
pendekatan penelitian dan cara pengumpulan data apa yang dapat digunakan dan
bagaimana cara menganalisis data yang diperoleh.
Untuk dapat memahami jalan pikiran pengarang yang dituangkannya dalam
suatu cerita fiksi, dapat digunakan beberapa tinjauan analisa. Dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan pendekatan objektif, yang bertujuan untuk
memberikan pemahaman terhadap simbol-simbol yang terdapat dalam novel
“YUKIGUNI” karya Kawabata Yasunari.
Karya sastra adalah perpaduan antara hasil imajinasi seorang sastrawan
dengan kehidupan secara faktual. Hasil rekaan manusia itu lebih tinggi nilainya dari
kenyataan, karena sastrawan tidak begitu saja meniru atau meneladani kenyataan.
Oleh karena itu, dalam memahami karya sastra hendaknya pembaca mengenal
Universitas Kristen Maranatha
9
Pendekatan ini membatasi diri pada penelaahan karya sastra itu sendiri,
terlepas dari seorang pengarang dan pembaca. Dalam hal ini pembaca menilai sebuah
karya sastra sebagai suatu kebulatan makna, akibat perpaduan isi dengan
pemanfaatan bahasa sebagai alatnya. Dengan kata lain, pendekatan ini memandang
dan menelaah sastra dari segi intrinsik yang membangun suatu karya sastra, yaitu
tema, alur, latar, penokohan, dan gaya bahasa. Perpaduan yang harmonis antara
bentuk dan isi merupakan kemungkinan kuat untuk menghasilkan sastra yang
bermutu. Penilaian terhadap sebuah karya sastra dilihat dari sejauh mana kekuatan
atau nilai karya sastra itu sendiri berdasarkan keharmonisan antara unsur-unsur
pembentuknya.
Pendekatan objektif berarti menilai suatu karya sastra secara objektif, tidak
dengan pendapat pribadi (subjektif). Kriteria utama dalam memberikan penilaian
secara objektif itu, menurut Graham Hough dan Wellek Warren adalah pada adanya :
1. Relevansi nilai-nilai eksistensi manusia yang terpapar melalui jalan seni,
imajinasi maupun rekaan yang keseluruhannya memiliki kesatuan yang
utuh, selaras, serta padu dalam pencapaian tujuan tertentu atau memiliki
integritas, harmoni, dan kesatuan.
2. Daya ungkap, keluasan, serta daya pukau yang disajikan lewat tekstur
serta penataan unsur-unsur kebahasaan maupun struktur verbalnya atau
Universitas Kristen Maranatha
10
Dari adanya beberapa kriteria di atas memang pada dasarnya seseorang
dengan mudah dapat menentukan bahwa sebuah bacaan itu adalah teks sastra. Akan
tetapi, satu hal yang harus diingat, bacaan berupa teks sastra itu tidak selamanya
mengandung nilai sastra.
Teori pendekatan objektif yang di dalamnya terdapat pendekatan struktur,
tidaklah dapat dilepaskan dari peran kaum formalis. Pendekatan ini sebenarnya sudah
ada sejak jaman Yunani dan dikenalkan oleh Aristoteles dengan konsepnya sendiri.
Kaum formalis dipandang sebagai peletak dasar telaah sastra dengan pendekatan ilmu
modern. Ciri khas penelitian sastra kaum formalisme ialah penelitiannya terhadap apa
yang merupakan sesuatu yang khas dalam karya sastra, yang terdapat dalam teks
yang bersangkutan. Pendekatan objektif menilai karya sastra sebagai sebuah struktur
yang berfungsi memberikan pesan terhadap pembacanya. Sebagai sebuah karya sastra
yang bersifat imajinatif, bisa saja hubungan antara penanda dan petanda merupakan
suatu hubungan yang kompleks. Dalam karya yang lebih luas, misalnya seperti novel,
struktur tidak hanya hadir melalui kata dan bahasa, melainkan dapat dikaji juga
berdasarkan unsur-unsur pembentuknya seperti unsur intrinsik.
Ciri-ciri yang terdapat dalam pendekatan objektif adalah :
1. Teori objektif memandang karya sastra sebagai sesuatu yang berdiri
sendiri.
2. Menghubungkan konsep-konsep kebahasaan dalam mengkaji sebuah
Universitas Kristen Maranatha
11
3. Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan
struktur sastra yang berlaku.
4. Penilaian yang diberikan dilihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai
karya sastra tersebut berdasarkan keharmonisan semua unsur-unsur
pembentuknya.
5. Struktur tidak hanya hadir melalui kata dan bahasa, melainkan dapat dikaji
berdasarkan unsur-unsur pembentuknya seperti tema, alur, latar,
penokohan, dan gaya bahasa.
6. Untuk mengetahui keseluruhan makna dalam karya sastra, maka
unsur-unsur pembentuknya harus dihubungkan satu sama lain.
Untuk melengkapi pendekatan objektif penulis menggunakan pula teori
Hermeneutika, yaitu metode tafsir teks yang bertujuan menginterpretasikan
simbol-simbol yang terdapat dalam novel “YUKIGUNI ”. Sedangkan teknik penulisan yang
digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan
(library research), yaitu penelitian dengan membaca dan mempelajari literatur berupa
buku-buku serta teori-teori maupun tulisan ilmiah lainnya yang berhubungan dengan
masalah yang sedang diteliti.
1.5Organisasi Penulisan
Untuk memperoleh karya tulis yang sistematis, maka penulis menguraikan
Universitas Kristen Maranatha
12
Bab I merupakan pendahuluan yang berisikan lima sub bab yaitu latar
belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, serta
organisasi penulisan.
Bab II merupakan kajian teoritis mengenai hermenutika khususnya
hermeneutik Paul Ricoeur. Selanjutnya diungkapkan juga teori-teori yang berkaitan
dengan simbol-simbol.
Bab III merupakan pembahasan terhadap novel ”YUKIGUNI” dengan fokus
analisis pada simbol-simbol yang terdapat di dalamnya, dan terdiri dari tiga sub bab.
Sub bab pertama membahas mengenai tokoh utama pria yaitu Shimamura, sub bab ke
dua membahas mengenai tokoh utama wanita yaitu Komako, serta sub bab yang ke
tiga membahas mengenai latar tempat yaitu ”YUKIGUNI” (daerah salju). Dengan
demikian, bab ini merupakan inti pembahasan masalah yang diajukan dalam
penelitian ini, yang berisi penjelasan mengenai simbolisme dalam ”YUKIGUNI” yang
ditinjau menurut pendekatan hermeneutik Paul Ricoeur.
Bab IV merupakan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.
Selain itu dilampirkan pula daftar pustaka, riwayat hidup penulis, serta
Universitas Kristen Maranatha
53 BAB IV KESIMPULAN
Novel YUKIGUNI merupakan salah satu novel terbaik dari Kawabata
Yasunari yang mengungkapkan tentang ekspresi cinta serta kebebasan seseorang.
Setelah penulis melakukan analisis novel YUKIGUNI dengan menggunakan metode
Hermeneutika Paul Ricoeur yang bertujuan menghilangkan misteri yang terdapat
dalam sebuah simbol, dengan menginterpretasikan makna teks berdasarkan
simbol-simbol yang tersirat dan tersembunyi dalam sebuah teks. Oleh sebab itu kesimpulan
penulis mengenai simbol-simbol yang tersirat dalam teks yang terdapat dalam novel
YUKIGUNI adalah sebagai berikut.
Semua manusia sangat menginginkan sesuatu yang ideal bagi dirinya sendiri.
Pada tokoh utama pria dalam novel ini yaitu Shimamura, ia mencari keidealan bagi
dirinya sendiri dengan berkelana serta berinteraksi langsung dengan lingkungan
sekitarnya yang membantu dirinya untuk mencapai apa yang diingkannya.
Shimamura dapat mengekspresikan semua keinginannya di daerah salju dan menjadi
dirinya sendiri. Pada tokoh utama wanita yaitu Komako yang mencari keidealan bagi
dirinya sendiri dengan menjadi seorang geisha. Komako berusaha keras membalas
budi sang guru tari dengan menjadi seorang geisha. Sebagian penghasilan dari
menjadi geisha, ia gunakan untuk membiayai pengobatan dan perawatan anak
Universitas Kristen Maranatha
54
oleh Komako adalah menjadikan daerah sekitarnya terlihat rapi, bersih, dan terawat.
Tindakan ini merupakan salah satu pengertian keindahan yang tercermin dalam sikap,
cara berpikir, dan tingkah laku seorang geisha.
Pada novel ini Shimamura menyimbolkan sebagian orang Tokyo yang
menyukai kesenian, serta individual. Shimamura sudah sejak kecil mengenal
kesenian Jepang, dari pertunjukan kabuki dan seni tari, hingga senang menonton
pertunjukan drama tari. Ia juga senang menulis karangan-karangan serta
menerjemahkan buku-buku. Kehidupan lingkungan Tokyo yang individual, membuat
karakter Shimamura ikut terpengaruh sebagai individu yang terbiasa oleh kesendirian
dengan akitivitas dan kesibukan yang ia lakukan sendiri. Sangat berbeda dengan
Komako yang lebih bisa bersosialisasi dengan baik terhadap individu di daerah
sekitarnya. Sosok Komako mengisi kehidupan Shimamura yang terjadi saat mereka
bertemu di daerah salju. Sebagai seorang geisha, Komako dituntut untuk selalu bisa
memberikan yang terbaik kepada para tamu yang dihibur olehnya. Selain kecantikan,
Komako juga harus terampil berkesenian serta memiliki kemampuan untuk
berbincang dengan para tamunya. Hal seperti itulah yang menyimbolkan suatu bentuk
atau penilaian keindahan yang terdapat pada diri seorang geisha seperti Komako.
YUKIGUNI sangat identik dengan penggambaran alam Jepang yang sangat
indah, khususnya daerah di bagian utara pulau Honshu yang terletak di tepi laut
Jepang. Kumpulan bukit-bukit kecil dan pegunungan menjadi daya tarik daerah salju,
Universitas Kristen Maranatha
55
sebagai sebuah penggambaran keindahan alam di Jepang. Gambaran mengenai
daerah salju, merupakan gambaran sebuah daerah dimana suasana sejuk dan nyaman
serta keindahan alam terdapat di dalamnya. Daerah salju merupakan sebuah daerah
yang menyimbolkan kebebasan, dimana setiap orang yang berada di daerah ini bebas
melakukan keinginannya, tanpa harus tertekan dengan kesibukan sehari-hari.
Dalam novel ini setiap bagian peristiwa-peristiwa, simbol-simbol, serta
imajinasi yang di paparkan oleh pengarangnya mampu menggugah emosional
pembaca. Kawabata Yasunari menciptakan alur cerita yang sarat dengan
simbol-simbol serta imajinasi dalam penggalan teksnya. Ia merupakan sastrawan yang
memiliki imajinasi tinggi, serta mampu menembus sesuatu yang tersembunyi di
setiap aspek kehidupan manusia. Ia mampu mengekspresikan serta
mengungkapkannya dalam karya-karyanya dengan simbol-simbol yang terdapat
dalam teksnya. Dengan cara tersebut ia dapat menyentuh emosional pembaca yang
Universitas Kristen Maranatha
ix
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin, 1995. Stilistika : Pengantar Bahasa Dalam Karya Sastra. Jakarta :
IKIP Semarang
Aso, Isoji dkk. 1995 Sejarah Kesusastraan Jepang
A. Teew. 1991. Membaca dan Menilai Sastra. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
Danandjaja, James. 1997. Foklor Jepang ; dilihat dari kacamata Indonesia, Jakarta,
Grafiti
Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra; Sebuah Pengantar Ringkas.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Hardjana, Andre. 1981. Kritik Sastra Sebuah Pengantar, Jakarta: Gramedia
Hartoko, Dick, dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta :
Kanisisus
Kawabata Yasunari. 1987. Negeri Salju, Terjemahan Matsuoka Kunio dan Ajib
Rosidi, Jakarta : Pustaka Jaya
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1989. Jakarta
Rosidi, Ayib. 1981. Mengenal Sastra dan Sastrawan Jepang . Erlangga
Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung. Angkasa
Satari, Endah S. 1983. Pengantar Sejarah Kesusastraan Jepang. Bandung
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan (diterjemahkan oleh
Universitas Kristen Maranatha
x Website :
http://id.wikipedia.org/wiki/Yasunari_Kawabata
http://en.wikipedia.org/wiki/Snow_Country
http://muhammad-yasin.blogspot.com/2008/04/peta-pemikiran-hermeneutik-paul-ricoeur.html