PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DAN JAMINAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI
SEKTOR JASA DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Oleh :
DESAK PUTU OPRI SANI SAPUTRI NIM:1215251144
PROGRAM EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
ii
PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DAN JAMINAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI SEKTOR JASA DI BURSA EFEK
INDONESIA
SKRIPSI
Oleh :
DESAK PUTU OPRI SANI SAPUTRI NIM: 1215251144
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
iii
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal :
26 Januari 2016
Tim Penguji : Tanda tangan
Ketua : Drs. Ida Bagus Bajra, MM ………
Sekretaris : Dr. Ida Bagus Anom Purbawangsa SE., MM ………
Anggota : Putu Vivi Lestari SE., MM ..……….
Mengetahui,
Ketua Jurusan Manajemen
Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti,SE., M.Si NIP. 19610601 198503 2 003
Pembimbing
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, didalam
Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar akademik disuatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata didalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur
plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 14 Januari 2016
Mahasiswa,
Desak Putu Opri Sani Saputri
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi / Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang “ Pengaruh Leverage, Profitabilitas,
Pertumbuhan Perusahaan dan Jaminan Terhadap Peringkat Obligasi Sektor Jasa Di Bursa Efek Indonesia”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan
dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini. Pada
kesempatan ini, penulis menyampaikan teimakasih kepada :
1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE.,M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana.
2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE.M.S, Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana.
3. Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE.,M.Si., dan Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE.M.S,
masing-masing Ketua dan Sekertaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana.
4. Drs. I Ketut Suardika Natha, M.Si Ketua Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana serta Drs. I Made Jember, M.Si., Sekretaris Program Ekstensi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
5. Ni Made Rastini, SE.MM Koordinator Jurusan Manajemen Program Ekstensi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
6. I Made Surya Negara Sudirman, SE.,MM.,Ak Dosen Pembimbing Akademisi atas petunjuk
dan nasihat yang diberikan selama mengikuti kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana.
7. Dr. Ida Bagus Anom Purbawangsa SE., MM dosen pembimbing atas waktu, bimbingan,
masukan, serta motivasi selama penyelesaian skripsi ini.
8. Segenap dosen pengajar di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
vi
9. Keluarga tercinta: orang tua (Ngakan Kt. Sudiartha dan Ni Wayan Budiartini), dan adik
(Desak Made Wulan Dewi dan Desak Nyoman Wulandari) yang senangtiasa mendukung dan
mendoakan tiada hentinya untuk motivasi penulis dalam studi.
10.Kepada seluruh teman-teman seperjuangan angkatan 2012 khususnya manajemen atas
dukunganya dan bantuannya selama proses studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana.
11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu karena berbagai keterbatasan, atas
perhatian, dukungan, bantuan dan motivasinya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulisan menyadari sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini masih banyak hal-hal yang
perlu dieksplorasi, sehingga masukan yang konstruktif sangat diperlukan untuk
menyempurnakan skripsi ini. Namun demikian skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi yang berkepentingan.
Denpasar, 14 Januari 2016
vii
Judul : Pengaruh Laverage, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, dan Jaminan terhadap Peringkat Obligasi Sektor Jasa di Bursa Efek Indonesia
Nama : Desak Putu Opri Sani Saputri NIM : 1215251144
Abstrak
Peringkat obligasi memiliki peranan penting baik bagi perusahaan maupun investor karena merupakan indikator gagal bayar suatu obligasi. Obligasi sebelum di tawarkan kepada para investor wajib di peringkat oleh suatu lembaga pemeringkat yaitu PT. PEFINDO. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel leverage, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan jaminan terhadap peringkat obligasi sektor jasa di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014.
Populasi dalam penelitian ini adalah obligasi perusahaan sektor jasa yang terdapat di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014 yang berjumlah 312 perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, sehingga didapat sebanyak 31 sampel obligasi perusahaan sektor jasa di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Data-data observasi yang diperoleh dari www.idx.co.id. Tehnik analisis data yang digunakan adalah uji analisis regresi logistik dengan bantuan aplikasi SPSS 13 for windows.
Hasil analisis menunjukan bahwa secara parsial leverage berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi, profitabilatas berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi, pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap peringkat obligasi, jaminan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap peringkat obligasi.
Peringkat obligasi suatu perusahaan akan meningkat jika perusahaan memperhatikan faktor-faktor keuangan yaitu leverage, dan profitabilitas. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi peringkat obligasi yang dimiliki oleh perusahaan sehingga peringkat obligasi menjadi investment grade.
Kata kunci: peringkat obligasi, leverage (ROA), profitabilitas (DER), pertumbuhan perusahaan,
viii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……….. i
HALAMAN PENGESAHAAN ………. ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ……… iii
KATA PENGANTAR ……… iv
ABSTRAK ………. vi
DAFTAR ISI ……….. vii
DAFTAR TABEL ……….. ix
DAFTAR GAMBAR ………. x
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ……… 10
1.3 Tujuan Penelitian ……….. 10
1.4 Kegunaan Penelitian ……….. 11
1.5 Sistematika Penulisan ……… 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ……….. 13
2.1.1 Teori sinyal ……….. 13
2.1.2 Teori pecking order ………. 14
2.1.3 Peringkat obligasi ……… 15
2.1.4 Leverage ……….. 19
2.1.5 Profitabilitas ………. 22
2.1.6 Pertumbuhan perusahaan ………. 24
2.1.7 Jaminan ……… 26
2.2 Hipotesis Penelitian ……….. 28
2.2.1 Pengaruh leverage terhadap peringkat obligasi ………. 28
2.2.2 Pengaruh profitabilitas terhadap peringkat obligasi ………. 29
2.2.3 Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap peringkat obligasi ………. 30
2.2.4 Pengaruh jaminan terhadap peringkat obligasi ……….. 31
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ………. 33
ix
3.3 Obyek Penelitian ……….. 34
3.4 Identifikasi Variabel ………. 34
3.5 Definisi Operasional Variabel ……….. 35
3.6 Jenis dan Sumber Data ………. 38
3.6.1 Jenis data berdasarkan sifat ……… 38
3.6.2 Jenis data berdasarkan sumber data ………... 39
3.7 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel . 39
3.8 Metode Pengumpulan Data ……….. 40
3.9 Teknik Analisis Data ……… 41
3.9.1 Statistik deskriptif ……….. 41
3.9.2 Menilai model fit ……… 41
3.9.3 Uji hipotesis ………... 42
3.9.4 Uji koefisien determinasi ……….. 43
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian……….……. 44
4.1.1 Gambaran umum sektor jasa di Bursa Efek Indonesia ……… 44
4.2 Hasil Penelitian dan Pengujian Hipotesis .……….. 46
4.2.1 Deskripsi variabel penelitian .……… 46
4.2.2 Hasil model Fit ……….………. 49
4.2.3 Hasil uji regresi logistik ……… 51
4.2.4 Hasil uji koefisien determinasi ………. 54
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 54
4.3.1 Pengaruh leverage terhadap peringkat obligasi ……… 54
4.3.2 Pengaruh profitabilitas terhadap peringkat obligasi ……… 56
4.3.3 Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap peringkat obligasi ……… 57
4.3.4 Pengaruh jaminan terhadap peringkat obligas ……….... 58
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan………. 60
5.2 Saran………... 61
DAFTAR RUJUKAN ………... 62
x
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
1.1 Rata-rata Debt to Equity Ratio (DER), Return on Asset Ratio
(ROA), Pertumbuhan Perusahaan Perusahaan Sektor Jasa yang
Menerbitkan Obligasi Periode 2011-2014 ……….. 4 3.1 Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria………. 40 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif Independen ………. 47 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel Dependen (Y) .………. 48 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel Dependen (X4) ………. 48 4.4 Kelayakan Model Regresi ……….. 49 4.5 Menilai Keseluruhan Model (Interation History a,b,c) ………… 50 4.6 Menilai Keseluruhan Model (Interation History a,b,c,d) ………. 50 4.7 Analisis Regresi Logistik ……… 51 4.8 Koefisien Determinasi ……… 54
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Halaman
1 Definisi Peringkat PT. PEFINDO ………. 69
2 Populasi Sektor Jasa di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 –2014 ……….... 70
3 Sampel Sektor Jasa di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 –2014 ……….……… 74
4 Research Gap ……… 75
5 Perhitungan Debt to Equity Ratio (DER) Periode 2011-2014 . 80 6 Perhitungan Return On Asset Ratio (ROA) Periode 2011-2014. 84 7 Perhitungan Pertumbuhan Perusahaan Periode 2011-2014 …. 88
8 Jaminan Perusahaan Sektor Jasa Periode 2011-2014 ……….. 93
9 Hasil Pengujian Deskriptif ………. 94
10 Hasil Uji Kelayakan Model ………... 95
11 Hasil Penelitian Keseluruhan Model ………. 96
12 Hasil Pengujian Regresi Logistik ……….. 97
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan sumber daya yang
mereka miliki untuk konsumsi saat ini atau dimasa yang akan datang. Setiap orang memiliki
komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh
keuntungan dimasa yang akan datang dapat diartikan sebagai investasi. Investasi digolongkan
menjadi dua kategori yaitu, investasi pada asset real seperti tanah, emas, rumah dan aset real
lainnya dan investasi pada aset financial seperti: deposito, saham, obligasi, dan surat berharga
lainnya (Tandelilin, 2010).
Salah satu bentuk pendanaan investasi yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan untuk
membiayai investasinya adalah dengan menerbitkan obligasi. Obligasi yaitu suatu pernyataan
utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji untuk membayar kembali
pokok utang beserta kupon bunganya pada saat tanggal jatuh tempo pembayaran. Pertumbuhan
obligasi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2014 pasar obligasi
Indonesia tumbuh 6,8 persen dalam kuartal ini, dan 20,1 persen dibandingkan tahun lalu menjadi
$108 miliar. Obligasi pemerintah tumbuh 7,9 persen dalam kuartal ini dan tumbuh 20,9 persen
dibandingkan tahun lalu menjadi $90 miliar. Untuk obligasi korporasi tumbuh 1,5 persen dalam
kuartal ini dan 16,4 persen dibandingkan tahun lalu (Antara News, 20 Maret 2014).
Keuntungan dari perusahaan apabila menerbitkan obligasi dibandingkan menerbitkan
saham antara lain tidak adanya campur tangan pemilik dana terhadap perusahaan dan tidak ada
controlling interest oleh pemilik obligasi terhadap perusahaan dimana pemilik obligasi hanya
al. (1992) menyatakan bahwa sebagian besar perdagangan obligasi dilakukan melalui pasar
negosiasi (over the counter market) dan secara historis tidak terdapat informasi harga yang
tersedia pada saat penerbitan atau saat penjualan dengan tidak tersedianya informasi tersebut
membuat pasar obligasi menjadi tidak semeriah pasar saham.
Obligasi yang diterbitkan sebelum ditawarkan oleh perusahaan wajib diperingkat oleh
lembaga pemeringkat yang terdaftar di BAPEPAM seperti PT. Pefindo atau PT. Kasnic.
Informasi peringkat obligasi bertujuan untuk menilai kualitas kredit dan kinerja dari perusahaan
penerbit. Peringkat ini dinilai sangat penting bagi investor karena dapat dimanfaaatkan untuk
memutuskan apakah obligasi tersebut layak untuk dijadikan investasi serta mengetahui tingkat
risikonya. Fungsi utama lembaga pemeringkat adalah memberikan rating yang obyektif,
independen dan kredibel terhadap risiko kredit dari sekuritas pinjaman (debt) yang diterbitkan
secara umum melalui kegiatan rating. Peringkat obligasi merupakan skala risiko dari semua
obligasi yang diperdagangkan. Skala tersebut menunjukkan tingkat keamanan suatu obligasi bagi
investor. Keamanan ini ditunjukkan oleh kemampuan emiten (sebagai penerbit obligasi) dalam
membayar bunga dan pelunasan pokok obligasi pada akhir masa jatuh temponya dan
menghindari default risk yaitu risiko tidak terbayarnya bunga dan pokok utang (Altman &
Nammacher dalam Ketz & Maher, 1990).
Proses penilaian rating ini dilakukan dengan mempertimbangkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan keuangan dan informasi non keuangan, antara lain operasional perusahaan,
manajemen perusahaan, laporan keuangan perusahaan, dan perencanaan perusahaan. Terdapat
tiga komponen utama yang dilakukan agen pemeringkat untuk menentukan peringkat obligasi
yaitu kemampuan perusahaan penerbit untuk memenuhi kewajiban finansialnya sesuai dengan
yang diperjanjikan, kedua adalah struktur dan berbagai ketentuan yang diatur dalam surat hutang,
tersebut bila terjadi pembubaran atau likuidasi serta hukum lainnya yang mempengaruhi hak-hak
kreditur (Tandelilin, 2010).
Simbol peringkat yang digunakan PEFINDO peringkat tertingginya disimbolkan dengan
AAA, yang menggambarkan risiko obligasi terendah.Obligasi dibagi dalam dua peringkat yaitu
investment grade (AAA, AA, A, BBB) dan non investmentgrade (BB, B, CCC, dan D).
Investmen grade adalah kategori perusahaan atau negara yang menerbitkan obligasi dianggap
memiliki kemampuan yang cukup dalam memenuhi kewajibanya kepada pemegang obligasi.
Non investment grade adalah kategori perusahaan atau negara yang menerbitkan obligasi
dianggap memiliki kemampuan yang meragukan dalam memenuhi kewajibannya kepada
pemegang obligasi. Perusahaan yang masuk kategori ini biasanya cenderung sulit memperoleh
pendanaan.
Kamstra (2001) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi
yaitu faktor keuangan dan non keuangan. Faktor keuangan meliputi rasio likuiditas, rasio
solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio leverage, dan pertumbuhan perusahaan. Sedangakan faktor
non keuangan meliputi size perusahaan, umur obligasi, secure (jaminan), reputasi auditor. Dalam
penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan variabel rasio leverage, rasio profitabilitas,
pertumbuhan perusahaan, dan jaminan. Peneliti menggunakan variabel-variabel tersebut karena
penelitian terdahulu hasilnya masih terdapat research gap.
Tabel 1.1 Rata-Rata Debt to Equity Ratio (DER), Return On Asset Ratio (ROA), dan Pertumbuhan Perusahaan Perusahaan Sektor Jasa yang Menerbitkan Obligasi Periode 2011-2014
Variabel Tahun
2011 2012 2013 2014 Rata – rata Dept To Equit (%) 4,06 4,16 4,25 4,45 Rata-rata Return On Asset (%) 3,30 3,63 3,54 3,81 Rata-rata pertumbuhan perusahaan (%) 0,99 0,32 0,23 0,17
Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukan rata-rata Debt To Equity Ratio (DER) perusahaan
sektor jasa yang menerbitkan obligasi selama tahun penelitian rata-rata mengalami peningkatan
dari tahun 2011 - 2014 sebesar 4,06%, 4,16%, 4,25% dan 4,45%. Rata-rata Return On Asset
Ratio (ROA) perusahaan sektor jasa yang menerbitkan obligasi selama tahun penelitian rata-rata
mengalami peningkatan pada tahun 2011 dan 2012 sebesar 3,30% dan 3,63%. Sedangkan pada
tahun 2013 mengalami penurunan yaitu sebesar 3,54% dan pada tahun 2014 kembali mengalami
peningkatan yaitu sebesar 3,81%. Dan rata-rata pertumbuhan perusahaan sektor jasa yang
menerbitkan obligasi mengalami penurunan dari tahun 2011 sampai 2014 yaitu masing-masing
sebesar 0,99%, 0,32%, 0,23%, dan 0,17%.
Variabel pertama yaitu leverage merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh
terhadap peringkat obligasi. Harahap (2009:306) menyatakan leverage adalah kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang atau mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang. Perusahaan dengan
tingkat leverage yang tinggi cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi
kewajibannya. Semakin tinggi leverage berarti semakin besar aset didanai dari hutang. Proksi
rasio leverage yang digunakan adalah Debt to Equity Ratio (DER). DER digunakan untuk
melihat seberapa besar perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar. Semakin besar leverage,
semakin besar risiko default perusahaan, semakin rendah leverage, semakin baik peringkat yang
diberikan terhadap perusahaan.
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan Estiyanti (2012), Kilapong (2011), Grita
(2004), Magreta dan Nurmayanti (2009), dan Yulianingsih (2011) menyatakan bahwa leverage
berpengaruh negatif terhadap rating obligasi. Semakin rendah nilai rasio, maka semakin kecil
beban bunga utang. Apabila tingkat leverage yang tinggi (extreme leverage) menyebabkan
perusahaan tidak mampu melunasi seluruh kewajibannya (termasuk obligasi), maka peringkat
obligasi perusahaan menjadi kurang baik. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh, (Burton & Hardwick, 1998 dalam Raharja & Sari, 2008), Daljono (2011), He, Yan & wei
(2007), dan Chikolwa (2008) menunjukan hasil bahwa leverage berpengaruh positif signifikan
terhadap peringkat obligasi.
Variabel kedua yaitu profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham
tertentu. Proksi yang digunakan untuk menghitung rasio profitabilitas yaitu rasio Return On
Asset Ratio (ROA) rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila
diukur dari nilai asetnya. Harahap (2009:305) menyatakan semakin besar rasionya semakin baik
karena perusahaan dianggap mampu dalam membayar kewajibannya. Semakin tinggi tingkat
profitabilitas, maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar atau deflult risk. Semakin
tinggi profitabilitas, memungkinkan perusahaaan memperoleh peringkat yang semakin tinggi.
Variabel profitabilitas (ROA) dalam penelitian Kilapong (2011), Luciana (2007), Grace
(2010), Maharti (2012), Sejati (2010), Susilowati dan Sumarto (2010) menyatakan berpengaruh
negatif terhadap peringkat obligasi. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Burton & Hardwick, 1998 dalam Raharja & Sari, 2008), Yulianingsih (2011), Magreta dan
Nurmayanti (2009) dan Manurung et al. (2008) yang menunjukan hasil bahwa profitabilitas
berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi karena laba perusahaan tinggi maka kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dapat dilakukan pada saat jatuh tempo, sehingga
Burton, dkk. (1998) menyatakan pertumbuhan perusahaan merupakan faktor akuntansi
yang mempengaruhi prediksi peringkat obligasi karena pertumbuhan perusahaan yang positif
dapat mengindikasikan atas berbagai kondisi financial. Perusahaan penerbit obligasi yang
memiliki pertumbuhan perusahaan tinggi dari tahun ke tahun memiliki kemungkinan lebih besar
untuk memperoleh peringkat obligasi yang tinggi dari pada perusahaan penerbit obligasi yang
memiliki pertumbuhan yang rendah.
Variabel pertumbuhan perusahaan pada penelitian yang dilakukan oleh Febriani (2011),
Sari (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap peringkat
obligasi. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Devi (2007),
Burton & Hardwick (1998), Sucipta (2013), Sejati (2010), dan Widya (2005), menyatakan bahwa
pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi karena pertumbuhan
perusahaan dinilai baik maka perusahaan penerbit obligasi akan memiliki peringkat obligasi
investment grade.
Maylia dan Devi (2007) menyatakan tingkat risiko terkandung dalam sebuah obligasi
dipengaruhi oleh jaminan. Obligasi dibedakan atas obligasi yang dijamin dan tidak dijamin.
Obligasi yang dijamin berarti memberi jaminan pada investor bila perusahaan tidak dapat
membayar utangnya, investor dapat mengklaim jaminan itu. Obligasi yang dijamin oleh
perusahaan penerbit obligasi disebut obligasi bergaransi. Obligasi yang tidak dijamin berarti
perusahaan yang menerbitkan obligasi tidak memberi jaminan pada investor bila perusahaan
tidak dapat membayar hutangnya kepada investor.
Variabel Jaminan dalam penelitian Kilapong (2011), Estiyanti (2012), Yasa (2012),
Maharti (2011) berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi karena kenaikan jaminan tidak
default grade dan speculative grade. Ini mengindikasikan bahwa obligasi yang dijamin dengan
aset khusus maupun obligasi yang tidak dijamin dengan aset khusus tidak terlalu diperhitungkan
dalam menentukan peringkat obligasi. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Nurmayati (2009),
Rahmawati (2005) dan Rika (2011) menunjukkan bahwa jaminan berpengaruh positif terhadap
peringkat obligasi.
Salah satu fenomena yang terjadi dimana peringkat obligasi beberapa emiten mengalami
gagal bayar yang kebetulan memiliki peringkat layak investasi (Investment-grade) menimbulkan
suatu pertanyaan apakah peringkat obligasi yang dinilai oleh agen pemeringkat di Indonesia
akurat. Menurut Chan dan Jagadeesh (1999) dalam Estiyanti (2012), peringkat obligasi yang
dikeluarkan oleh agen pemeringkat biasanya mengalami gagal bayar karena agen pemeringkat
tidak melakukan monitor terhadap kinerja perusahaan setiap hari. Seperti pada tahun 2009,
obligasi gagal bayar (default risk) terjadi pada perusahaan yang cukup populer bagi masyarakat.
PT. Mobile-8 Telecom Tbk yang menerbitkan Bond 1 Year 2007, telah gagal bayar 2 kali untuk
kupon 15 Maret 2009 dan 15 Juni 2009 dengan obligasi senilai Rp 675 Miliar yang jatuh tempo
Maret 2012. Per Juni 2008 dan 2009, peringkat obligasi PT. Mobile-8 Telecom Tbk pada
Indonesian Bond Market Directory adalah idBBB+. Per Juni 2010 peringkatnya diturunkan
menjadi idD, hal itu terjadi karena perusahaan penerbit obligasi PT. Mobile-8 Telecom Tbk
gagal bayar pada saat tanggal jatuh tempo (Kompasiana, 9 Februari 2010).
Penelitian ini menggunakan objek pada sektor jasa yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Peneliti memilih sektor jasa karena saat ini sektor jasa merupakan salah satu pelaku
terpenting dalam pertumbuhan perekonomian sebuah negara, yang paling dominan di Indonesia
paling banyak terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan paling banyak menerbitkan obligasi.
mendukung dan memperlancar aktivitasnya. Data peringkat yang digunakan adalah data yang
dikeluarkan oleh PT. PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat yang menerbitkan peringkat
obligasi terbanyak.
Adanya masalah dan masih terdapat research gap hasil penelitian yang sebelumnya
penulis tertarik untuk mencoba mengkaji, meneliti lebih lanjut, dan menuangkannya ke dalam
suatu karya ilmiah berbentuk skripsi yang diberi judul “Pengaruh Leverage, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Jaminan Terhadap Peringkat Obligasi Sektor Jasa di Bursa Efek Indonesia”
1.2Rumusan Masalah Penelitian
Adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:
1) Apakah leverage berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi ?
2) Apakah profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi ?
3) Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi ?
4) Apakah jaminan berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi ?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh levarage terhadap peringkat obligasi
2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh profitabilitas terhadap peringkat obligasi
3) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap peringkat
obligasi
4) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh jaminan terhadap peringkat obligasi
1.4Kegunaan Penelitian
1) Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna serta dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan
dapat menjadi pembuktian kebenaran teori di bidang manajemen keuangan. Serta dapat
menambah pengetahuan yang berkaitan dengan investasi dan faktor-faktor yang
mempengaruhi peringkat obligasi di BEI
2) Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi perusahaan, investor yang
ingin berinvestasi pada obligasi dan pihak-pihak lain sebagai tambahan informasi serta
pertimbangan dalam melakukan investasi.
1.5 Sistematika Penulisan
Sebagai arahan dalam memahami skripsi ini, penulis menggunakan sistematika penulisan
sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis
Bab ini mencangkup konsep atau teori yang relevan mengenai peringkat obligasi,
leverage, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan jaminan serta perumusan
hipotesis.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini menguraikan metode penelitian yang meliputi desain penelitian, lokasi
sumber data, populasi, sample, metode penentuan sampel, metode pengumpulan
data, dan teknik analisis data yang digunakan.
Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini merupakan gambaran umum perusahaan yang diteliti, deskripsi data hasil
penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.
Bab V Simpulan dan Saran
Bab ini menguraikan kesimpulan dari hasil analisis data dan saran untuk
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
1.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Sinyal
Tearney (2000) dalam Estiyanti dan Yasa (2012) menyatakan teori sinyal menunjukkan
adanya hubungan asimetri antara manajemen dengan berbagai pihak yang berkepentingan
terhadap informasi perusahaan. Asimetri informasi terjadi dikarenakan salah satu pihak memiliki
informasi yang lebih baik dibanding dengan pihak lainnya. Manajemen selaku pihak intern
perusahaan memiliki informasi yang lebih baik dibanding dengan pihak yang lain. Informasi
tersebut bisa berupa laporan keuangan, informasi kebijakan perusahaan maupun informasi lain
yang dilakukan secara sukarela oleh manajemen perusahaan.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada obligasi suatu perusahaan, pihak eksternal
perusahaan seperti calon investor tentu sangat membutuhkan informasi tentang kondisi obligasi.
Untuk itu dengan teori sinyal diharapkan manajemen dapat memberikan sinyal berupa informasi
mengenai kualitas atau kondisi obligasi, apakah obligasi berpotensi gagal bayar atau tidak. Salah
satu sinyal tersebut ditunjukkan dengan peringkat obligasi.
2.1.2 Pecking Order Theory
Disebut Pecking Order Theory karena menjelaskan mengapa perusahaan akan
Manjluf (1984) teori ini mencoba menjelaskan keputusan pendanaan yang diambil oleh
perusahaan yang berbeda dengan pemikiran balanching theory.
Balamching theory yaitu menekankan pada keseimbangan manfaat dan pengorbanan
yang timbul sebagai akibat penggunaan utang. Sejauh manfaatnya lebih besar, utang akan
ditambah. Tetapi apabila pengorbanan karena penggunaan utang lebih besar, maka utang tidak
boleh ditambah lagi.
Dalam Pecking Order Theory dijelaskan hal-hal sebagai berikut :
1) Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan)
2) Perusahaan berupaya menyesuaikan rasio pembagian deviden yang ditargetkan dengan
berusaha menghindari perubahan pembayaran dividen secara drastis.
3) Kebijakan deviden yang relatif cenderung kaku disertai dengan fluktuasi profitabilitas
dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga mengakibatkan bahwa hasil operasi
kadang-kadang melebihi kebutuhan dana untuk investasi meskipun pada kesempatan lain
kurang. Apabila dana hasil operasi kurang dari kebutuhan investasi maka perusahaan
akan mengurangi saldo kas atau menjual skuritas yang dimiliki.
4) Apabila pendanaan dari luar (eksternal finanching) diperlukan,maka perusahaan akan
menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu. Artinya dimulai dengan
penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti
obligasi konversi) dan akhirnya apabila masih belum mencukupi saham baru diterbitkan.
Pecking Order Theory tidak ada struktur modal yang optimal yang diperoleh dari
pertimbangan utang dan modal sendiri. Manajer cenderung menentukan keputusan pendanaan
perusahaan berdasarkan hirarki sumber dana yang paling disukai yaitu mulai dari penggunaan
sumber dana internal dan diikuti sumber dana eksternal yaitu utang dan terakhir yaitu
menerbikan saham.
Pecking Order Theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable
perusahaan-perusahaan tersebut mampu menghasilkan kas internal yang memadai untuk keperluan
investasinya, sehingga tidak ada penggunaan hutang lagi. Demikian sebaliknya perusahaan yang
tidak profitable akan cenderung menggunakan hutang yang lebih besar. Alasanya karena dana
internal tidak mencukupi dan pembiayaan dengan hutang lebih disujai dibandingkan pembiayaan
eksternal.
2.1.3 Peringkat obligasi
Obigasi yaitu suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi
beserta janji untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya pada saat tanggal
jatuh tempo pembayaran. Obligasi perusahaan yang diterbitkan wajib diperingkat oleh lembaga
pemeringkat yang terdaftar di BAPEPAM seperti PT. Pefindo atau PT. Kasnic Credit Rating
Indonesia. Foster (1986) menyatakan peringkat merupakan sebuah pernyataan tentang keadaan
emiten atau peminjam dan kemungkinan apa yang bisa dan akan dilakukan sehubungan dengan
utang yang dimiliki, atau suatu tingkat yang menggambarkan kemampuan emiten atau peminjam
memenuhi kewajiban keuangan. Darmadji (2001) menyatakan tujuan dari pemeringkatan adalah
untuk memberikan pendapat secara independen, objektif, dan jujur mengenai risiko suatu efek
utang. Ada tiga komponen utama yang digunakan oleh agen pemeringkat untuk menentukan
peringkat (rating) obligasi yaitu:
1) Penilaian risiko industri mencakup, pertumbuhan industri dan stabilitas (growth &
stability), struktur pendapatan dan struktur biaya (revenue & cost structure), tingkat
persaingan dalam industri (competition), regulasi (regulatory framework), dan profil
keuangan dari industri (financial profile)
2) Penilaian Risiko Finansial (financial Risks) mencakup kebijakan keuangan manajemen
perusahaan (financial policy), dan empat indikator keuangan termasuk profitabilitas
(profitability), struktur modal (capital structure), perlindungan arus kas (cash flow
3) Penilaian Risiko Bisnis (business risks) Metode dilakukan berdasarkan pada faktor-faktor
kunci kesuksesan (key success factors) dari industri dimana perusahaan digolongkan.
Selain itu juga dilakukan analisis perbandingan terhadap pesaing-pesaing sejenis dalam
industri yang sama maupun industri itu sendiri dengan industri lainnya.
Peringkat obligasi perusahaan diharapkan dapat memberikan petunjuk bagi investor
tentang kualitas obligasi perusahaan penerbit obligasi dan Kliger & Sarig (2000) menyatakan
bahwa bond rating dapat mempengaruhi nilai perusahaan secara keseluruhan baik bagi
shareholders maupun bagi bondholders. He Wang, dan Wei (2007) berpendapat kualitas
keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diberikan oleh perusahaan dalam
laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi
yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa
yang akan datang dibandingkan dengan pihak eksternal perusahaan. Informasi yang berupa
pemberian peringkat obligasi perusahaan yang dipublikasiakan diharapkan dapat memberikan
sinyal kondisi keuangan perusahaan tertentu dan menggambarkan kemungkinana yang terjadi
terkait dengan utang yang dimiliki. Kaplan (1979) menyatakan beberapa faktor yang dapat
menentukan peringkat suatu obligasi yaitu:
1) Pendapatan dan cashflow masa depan
2) Utang baik jangka pendek dan jangka panjang
3) Struktur permodalan
4) Likuiditas asset perusahaan
5) Situasi negara dimana perusahaan berada
6) Situasi pasar dimana perusahaan melakukan aktifitas bisnisnya
Setelah selesai melakukan analisis, tim analis kemudian membentuk komite rating untuk
memberikan hasil peringkat akhir pada obligasi perusahaan. Frost (2007) menyatakan bahwa
pentingnya peringkat kredit yang diberikan untuk setiap penerbitan obligasi. Simbol
pemeringkatan yang digunakan oleh agen PEFINDO serupa dengan yang digunakan oleh
Standard and Poor’s. Simbol peringkat dan makna peringkat obligasi yang digunakan PT.
PEFINDO (Lampiran 1).
2.1.1.1 Manfaat peringkat obligasi
1) Manfaat peringkat obligasi bagi investor adalah sebagai berikut :
1) Informasi risiko investasi. Tujuan utama investasi adalah untuk meminimalkan risiko
serta mendapatkan keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, dengan adanya bond
rating diharapkan informasi risiko dapat diketahui lebih jelas posisinya oleh investor.
2) Rekomendasi investasi. Investor akan dengan mudah mengambil keputusan investasi
berdasarkan hasil peringkat kinerja emiten obligasi tersebut. Dengan demikian investor
dapat melakukan strategi investasiakan membeli atau menjual sesuai perencanaannya.
3) Perbandingan. Hasil rating akan dijadikan patokan dalam membandingkan obligasi yang
satu dengan yang lain, serta membandingkan struktur yang lain seperti suku bunga dan
metode penjaminannya.
2) Manfaat peringkat obligasi bagi emiten adalah ada sebagai berikut :
1) Informasi posisi bisnis. Dengan melakukan rating, pihak perusahaan akandapat
mengetahui posisi bisnis dan kinerja usahanya dibandingkan dengan perusahaan sejenis
lainnya.
2) Menentukan struktur obligasi. Setelah diketahui keunggulan dan kelemahan manajemen,
jenis obligasi, jangka waktu jatuh tempo, jumlah emisi obligasi serta berbagai struktur
pendukung lainnya.
3) Mendukung kinerja. Apabila emiten mendapatkan rating yang cukup bagus maka
kewajiban menyediakan sinking fund atau jaminan kredit bisa dijadikan pilihan alternatif.
4) Alat pemasaran. Mendapatkan rating yang baik murupakan daya tarik perusahaan di mata
investor bisa meningkat. Dengan demikian, adanya rating bisa membantu sistem
pemasaran obligasi.
5) Menjaga kepercayaan investor. Hasil rating yang independent akan membuat investor
merasa lebih aman, sehingga investor memiliki kepercayaan terhadap perusahaan.
2.1.4 Laverage
Maylia (2007) mengungkapkan bahwa leverage menujukkan proporsi penggunaan hutang
untuk membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki. Rendahnya nilai rasio leverage dapat
diartikan hanya sebagian kecil asset didanai dengan utang dan semakin kecil risiko kegagalan
perusahaan. Myers (1977) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan
yang tinggi tidak menyukai pembiayaan yang akan meningkatkan leverage mereka.
Permasalahan leverage akan dihadapi oleh perusahaan, bila perusahaan tersebut memiliki
sejumlah beban atau biaya, baik biaya tetap operasi maupun biaya finansial. Biaya tetap operasi
merupakan beban atau biaya tetap yang harus diperhitungkan sebagai akibat dari perusahaan
melakukan investasi, sedangkan biaya finansial merupakan beban atau biaya yang harus
diperhitungkan sebagai akibat dari pelaksanaan fungsi pendanaan. Jadi, beban atau biaya tetap
sebenarnya merupakan risiko dan kewajiban yang harus ditanggung perusahaan dalam
dapat diantisipasi dengan cara meningkatkan volume kegiatan usaha. Secara umum dalam
mananjemen keuangan dikenal dua macam laverage, yaitu sebagai berikut Maryan (2014) :
1) Laverage operasi (operating laverage)
Laverage operasi merupakan penggunaan akiva dengan biaya tetap dengan harapan bahwa
revenue atau penerimaan yang diperoleh oleh penggunaan aktiva itu cukup untuk menutupi
biaya tetap dan biaya variabel. Jadi ini merupakan cara untuk mengukur risiko usaha dari
suatu perusahaan. Biaya tetap misalnya, beban penyusutan gedung dan peralatan kantor,
biaya asuransi dan biaya lain yang muncul dari penggunaan fasilitas manajemen. Biaya
operasi tetap dikelurkan agar volume penjualan dapat menghasilkan penerimaan yang lebih
besar dari pada seluruh biaya operasi yang tetap dan variabel.
2) Laverage keuangan (financial laverage)
Financial laverage merupakan penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan
harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban
tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang obligasi.
Menurut Brigham (2006:101) perusahaan menggunakan hutang (financial leverage)
memiliki 3 implikasi penting yaitu:
1) Memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali
mereka atas perusahaan tersebut dan sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan.
2) Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai suatu batasan
keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan pemegang
3) Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman
lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan
lebih besar.
Apabila nilai laverage rendah maka dapat diartikan sebagian kecil dari aktiva yang dimiliki
oleh perusahaan di biayai oleh hutang maka dari itu kecil risiko kegagalan perusahaan. Sehingga
apabila tidak ada laverage maka perusahaan tersebut dibiayai dengan modal sendiri. Rendahnya
nilai leverage dapat diartikan bahwa hanya sebagian kecil aktiva didanai dengan hutang dan
semakin kecil risiko kegagalan perusahaan. Sartono (2001:122) menyatakan proksi rasio
leverage yang digunakan adalah DER (Debt to Equity Ratio).
DER digunakan untuk melihat seberapa besar perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak
luar. Semakin besar leverage, semakin besar risiko default perusahaan, semakin rendah leverage,
semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan (Burton & Hardwick, 1998 dalam
Raharja & Sari, 2008). Hal ini mengindikasikan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi
cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibannya.
2.1.5 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada
saat menjalankan operasionalnya. Pakarinti (2012) menyatakan Profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba atau keuntungan pada tingkat penjualan, aset,
dan modal dalam suatu periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi
kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna
investor menarik dananya (Pinches,1973). Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas
dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut.
Adams et al (2000) mengemukakan bahwa tingkat profitabilitas yang tinggi akan
menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara financial akan
mempengaruhi peringkat obligasi. Profitabilitas sebagai tolak ukur dalam menentukan alternatif
pembiayaan, namun cara untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam
dan sangat tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan dibandingkan dari laba yang
berasal dari operasi perusahaan atau laba netto sesudah pajak dengan modal sendiri. Profitabilitas
suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang
diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk
menghasilkan keuntungan perusahaan (operating asset). Dalam kegiatan operasi perusahaan,
profit merupakan elemen penting dalam menjamin kelangsungan perusahaan. Dengan adanya
kemampuan memperoleh laba dengan menggunakan semua sumberdaya perusahaan maka
tujuan-tujuan perusahaan akan dapat tercapai. Penggunaan semua sumber daya tersebut akan
memungkinkan perusahaan untuk memperoleh laba yang tinggi.
Proksi yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah ROA (Return on Asset),
menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan jika diukur dari nilai aktiva.
(Bouzouita, 1998) menyatakan bahwa tingkat profitabilitas yang lebih tinggi menurunkan risiko
insolvency (ketidakmampuan membayar hutang) akibatnya rating obligasi perusahaan tersebut
akan semakin baik. Proksi ROA (Return on Asset Ratio) yaitu mengukur tingkat pengembalian
dari bisnis atas seluruh aset yang ada, atau rasio ini menggambarkan efisiensi pada dana yang
ROA, berarti perusahaan semakin mampu menggunakan aset dengan baik untuk memeroleh
keuntungan.
2.1.6 Pertumbuhan perusahaan
Pertumbuhan perusahaan dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset dimana total aset
masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang dan pertumbuhan yang akan
datang (Maharti, 2010). Pertumbuhan aset menggambarkan pertumbuhan aktiva perusahaan yang
akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. (Restuti, 2007) menyatakan pertumbuhan
perusahaan adalah perubahan (penurunan atau peningkatan) total aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan. Pertumbuhan aset dihitung sebagai persentase perubahan aset pada saat tertentu
terhadap tahun sebelumnya. Berdasarkan definisi di atas dapat dijelaskan pertumbuhan
perusahaan merupakan perubahan total aset baik peningkatan maupun penurunan yang dialami
oleh perusahaan selama satu periode (satu tahun).
Pertumbuhan perusahaan pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu eksternal,
internal, dan pengaruh iklim industri lokal.
1) Pertumbuhan dari luar (eksternal growth)
Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan perusahaan yang berasal dari
luar dimana perusahaan tidak memiliki kekuatan untuk menentukan atau mempengaruhi
misalnya harga, keadaan politik suatu negara atau daerah, karakteristik masyarakat, dan
keadaan cuaca. Secara umum bila pengaruh dari luar berpengaruh positif, maka dapat
meningkatkan peluang perusahaan untuk semakin bertumbuh dari waktu ke waktu.
2) Pertumbuhan dari dalam (internal growth)
Yaitu faktor-faktor pertumbuhan yang berasal dari dalam perusahaan. Jadi perusahaan
antara lain besar modal serta proporsi kepemilikannya apakah dalm bentuk joint venture,
perusahaan tertutup, perusahaan terbuka atau dari modal asing atau dalam negeri, jumlah
tenaga kerja, teknologi, jumlah pabrik yang ada.
3) Pertumbuhan karena pengaruh dari iklim dan situasi usaha lokal
Iklim usaha lokal dimana perusahaan tersebut beradasangat mempengaruhi baik kinerja
maupun pertumbuhan perusahaan dari waktu ke waktu. Faktor-faktor penentunya antara lain
adalah keadaan daerah, bagaimana akses dan penyediaan infrastruktur pendukung kegiatan
usaha yang disediakan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Jika infrastruktur
dan iklim usaha mendukung usaha tersebut maka pertumbuhan perusahaan akan terlihat
baik dari waktu ke waktu.
Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung membutuhkan dana
dari sumber ekstern yang lebih besar. Untuk memenuhi kebutuhan dana dari luar, perusahaan
dihadapkan pada pertimbangan sumber dana yang lebih murah. Sumber dananya yaitu dengan
menerbitkan surat hutang lebih disukai dibandingkan dengan mengeluarkan saham baru karena
biaya emisi saham baru lebih besar daripada biaya hutang.
Pottier dan Sommer (1997) berpendapat pertumbuhan perusahaan yang kuat berhubungan
positif dengan keputusan pemeringkatan dan grade yang diberikan oleh pemeringkat obligasi.
Pada umumnya dengan pertumbuhan perusahaan yang baik akan memberikan peringkat yang
investment grade dan mengindikasikan prospek kinerja cash flow masa datang dan meningkatkan
nilai ekonomi. Investor dalam memilih investasi pada obligasi sebaiknya melihat pengaruh
pertumbuhan perusahaan karena apabila petumbuhan perusahaan dinilai baik maka perusahaan
penerbit obligasi akan memiliki peringkat obligasi investment grade (Adhisyahfitri dan Ikhsan,
2.1.7 Jaminan
Tingkat risiko yang terkandung dalam sebuah obligasi dipengaruhi oleh jaminan. Jaminan
adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur
akan memenuhi kewajiban. Berdasarkan hal tersebut, obligasi dibedakan atas obligasi yang dijamin dan tidak dijamin. Jaminan yang diberikan menimbulkan dua sifat jaminan yaitu hak
jaminan yang bersifat umum, yaitu jaminan yang diberikan oleh debitur kepada kreditur, tanpa
memberikan hak saling mendahului (konkuren) antara kreditur yang satu dengan kreditur
lainnya. Dan hak jaminan yang bersifat khusus, yaitu jaminan yang diberikan oleh debitur
kepada kreditur, dengan memberikan hak mendahului dari kreditur lainnya, sehingga
berkedudukan sebagai kreditur privillege (preferent).
Wydia dan Andry (2005) menyatakan debenture atau unsecured bond adalah suatu obligasi
yang tidak dijamin dengan kekayaan tertentu tetapi dengan kekayaan penerbitnya secara umum.
Sedangkan corporate bond mempunyai klaim umum atas aset bisnis dari perusahaan, aset
penjamin obligasi memegang prioritas klaim yang paling tinggi atas aset spesifik dari penerbit.
Apabila obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka rating pun akan membaik.
Obligasi dengan jaminan yaitu obligasi yang harus disertai dengan jaminan aktiva tertentu,
misalnya mortage bond yang dijamin dengan bangunan atau aktiva lain atau collateral bond yang
dijamin dengan surat-surat berharga milik perusahaan lain yang dimiliki. Jenis obligasi tanpa
jaminan adalah junk bond yaitu obligasi yang memiliki tingkat bunga dan memiliki tingkat
resiko kredit yang besar.
Brister, (1994) mengatakan obligasi dengan jaminan (secured bond) memiliki asset khusus
untuk dijadikan jaminan atas penerbitan obligasi tersebut. Obligasi yang dijamin dengan asset
bond). Obligasi tanpa jaminan (unsecured bond) diterbitkan melalui kredit umum peminjam.
Obligasi tersebut, yang dinamakan debenture bond, digunakan oleh perusahaan besar yang
memiliki peringkat kredit yang baik.
Secara umum investor akan lebih menyukai obligasi yang dijamin dibandingkan dengan
obligasi yang tidak dijamin. Jika aset perusahaan dijaminkan untuk obligasi, maka rating obligasi
pun akan membaik sehingga obligasi tersebut dapat dikatakan aman. Apabila obligasi dijamin
dengan aset yang bernilai tinggi, maka rating obligasi akan semakin membaik.
2.2 Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh Leverage terhadap Peringkat Obligasi
Maylia (2007) mengungkapkan bahwa leverage menujukkan proporsi penggunaan utang
untuk membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki. Rendahnya nilai rasio leverage dapat
diartikan hanya sebagian kecil asset didanai dengan utang dan semakin kecil risiko kegagalan
perusahaan. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal sendiri
100%.
Linandarini (2010) perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cendrung memiliki
kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi leverage berarti
semakin besar aset didanai dari hutang. Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan diharapkan
pada default risk atau peringkat obligasi yang rendah. Semakin tinggi leverage, semakin besar
risiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah laverage perusahaan semakin baik peringkat yang
diberikan terhadap perusahaan (Herwidi 2005:28 dalam Magreta dan Nurmayanti, 2009).
Manurung, et al (2008) menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap rating
obligasi. Semakin rendah nilai rasio, maka semakin kecil aktiva yang didanai dengan utang.
leverage yang tinggi (extreme leverage) menyebabkan perusahaan tidak mampu melunasi
seluruh kewajibannya (termasuk obligasi), maka peringkat obligasi perusahaan menjadi kurang
baik. Berdasarkan hasil penelitian empiris dan teori yang mendukung mengenai hubungan dua
variabel di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
H1: Leverage perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap peringkat obligasi
2.2.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Peringkat Obligasi
Susan Irawati (2006:58) mengatakan rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau merupakan kemampuan suatu
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu untuk melihat kemmapuan
perusahaa dalam beroperasi secara efisien. Hanafi dan Halim (2003) menyatakan analisis
profitabilitas bisa digunakan sebagai pelengkapan analisis risiko, karena kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan mencerminkan kemampuan perusahaan memperoleh aliran kas
masuk. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio profitabilitas adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba dalam
periode tertentu.
Purwaningsih (2008) menyatakan semakin tinggi tingkat profitabilitas, maka semakin
rendah risiko ketidakmampuan membayar atau deflult risk. Semakin tinggi profitabilitas,
memungkinkan perusahaaan memperoleh peringkat yang semakin tinggi (brotman & Young,
1998). Mark, Peter & Kin (2001) pengukuran rasio profitabilitas yang diinterpretasikan dengan
ROA (Return on Asset Ratio) memberikan pandangan manajemen untuk mengendalikan
pengeluaran secara efektif agar memperoleh laba yang maksimal.
Hasil penelitian, (Burton & Hardwick, 1998 dalam Raharja & Sari, 2008), Yulianingsih
tingkat profitabilitas, maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar atau default risk
dan semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian
empiris dan teori yang mendukung mengenai hubungan dua variabel di atas, maka hipotesis
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
H2: Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi
2.2.3 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Peringkat Obligasi
Pertumbuhan perusahaan dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset dimana total aset
masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang dan pertumbuhan yang akan
datang (Taswan, 2003). Almilia dan Devi (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan
yang kuat memiliki hubungan positif dengan keputusan rating dan grade yang diberikan oleh
pemeringkat obligasi. Pada umumnya dengan pertumbuhan perusahaan yang baik akan
memberikan peringkat obligasi yang investment grade. Sartono (2001) pertumbuhan perusahaan
merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size.
Burton dkk (1998) dikutip dalam Sejati (2010) mengungkapkan bahwa pertumbuhan
perusahaan merupakan faktor akuntansi yang mempengaruhi prediksi peringkat obligasi, karena
pertumbuhan perusahaan yang positif dalam annual surplus dapat mengindikasikan atas dari
berbagai kondisi financial. Investor dalam memilih investasi obligasi akan melihat pengaruh
pertumbuhan perusahaan, apabila pertumbuhan perusahaan dinilai baik maka perusahaan
penerbit obligasi akan memiliki peringkat obligasi investment grade.
Hasil penelitian Almilia dan Devi (2007), Burton & Hardwick (1998), Sejati (2010), dan
Widya (2005) menyatakan dengan pertumbuhan perusahaan yang baik akan memberikan
peringkat obligasi yang investment grade menunjukan hasil bahwa pertumbuhan perusahaan
dan teori yang mendukung mengenai hubungan dua variabel di atas, maka hipotesis penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut :
H3: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi
2.2.4 Pengaruh jaminan terhadap Peringkat Obligasi
Almilia dan Devi (2007) menyatakan tingkat risiko terkandung dalam sebuah obligasi
dipengaruhi oleh jaminan. Obligasi dibedakan atas obligasi yang dijamin dan tidak dijamin.
Andry (2005) menyatakan debebture atau unsecurend bond adalah suatu obligasi yang tidak
dijamin dengan kekayaan tertentu tetapi dengan kekayaan penerbitnya secara umum. Sedangkan
corporate bond mempunyai klaim umum atas riset bisnis dari perusahaan, asset penjamin
obligasi memegang prioritas klaim yang paling tinggi atas asset spesifik dari penerbit.
Brister (1994 dalam Widya, 2005) menyatakan investor akan lebih memilih obligasi
dengan jaminan dibanding obligasi tanpa jaminan kerena obligasi dengan jaminan akan lebih
kecil risikonya. Jika obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, akan memberikan rasa
aman kepada para investor karena perusahaan dapat menyakinkan investor bahwa perusahaan
dapat memenuhi pembayaran bunga dan pokok pinjaman dengan baik melalui asset yang
dijaminkan tersebut, sehingga risiko gagal bayar yang akan dihadapi oleh investor akan
berkurang. Sehingga obligasi yang diberi jaminan akan memberikan peringkat yang tinggi bagi
perusahaan.
Hasil penelitian Ayyu (2013), Rahmawati (2005), menyatakan perusahaan yang
menerbitkan obligasi dengan jaminan akan memperoleh rating yang lebih baik dan investor
merasa aman berinvestasi, hal ini menunjukan hasil bahwa jaminan berpengaruh positif
mendukung mengenai hubungan dua variabel di atas, maka hipotesis penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut :