• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEDUDUKAN HUKUM OJEK ONLINE SEBAGAI SARANA PENGANGKUTAN ORANG DAN/ATAU BARANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEDUDUKAN HUKUM OJEK ONLINE SEBAGAI SARANA PENGANGKUTAN ORANG DAN/ATAU BARANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

KEDUDUKAN HUKUM OJEK

ONLINE

SEBAGAI SARANA PENGANGKUTAN ORANG

DAN/ATAU BARANG BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU

LINTAS

DAN ANGKUTAN JALAN

DESAK NYOMAN PITRI WULANDARI 1203005160

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

ii

KEDUDUKAN HUKUM OJEK

ONLINE

SEBAGAI SARANA PENGANGKUTAN ORANG

DAN/ATAU BARANG BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU

LINTAS

DAN ANGKUTAN JALAN

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

DESAK NYOMAN PITRI WULANDARI 1203005160

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)
(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas asung kerta wara nugraha-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kedudukan Hukum Ojek Online Sebagai Sarana

Pengangkutan Orang dan/atau Barang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan” tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir yang sekaligus merupakan prasyarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Adapun keberhasilan dalam penyusunan ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan moral dari berbagai pihak, baik yang berupa materiil maupun moril. Untuk itu melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1.Bapak Prof. Dr. I Made Arya Utama, SH., M.Hum., Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana;

2.Bapak Dr. Gde Made Swardhana, SH., MH., Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Udayana;

3.Ibu Dr. Ni Ketut Sri Utari, SH., MH., Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Udayana;

4.Bapak Dr. I Gede Yusa, SH., MH., Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Udayana;

(6)

vi

6.Bapak Dr. I Made Sarjana, S.H., M.H., Pembimbing I yang dengan kesabaran beliau memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini; 7.Bapak Ngakan Ketut Dunia, S.H., M.Hum., Pembimbing II yang dengan

kesabaran beliau memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini; 8.Ibu Ni Luh Gede Astariyani, SH.,MH., Dosen Pembimbing Akademik

yang telah banyak mengarahkan penulis dalam penyususnan mata kuliah selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Udayana; 9.Bapak/Ibu Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Udayana

yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama masa studi di Fakultas Hukum Universitas Udayana;

10.Bapak/Ibu Pegawai Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah membantu dalam hal administrasi selama perkuliahan;

11.Bapak/Ibu Pegawai Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah membantu dalam hal penyediaan dan pencarian literature selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini;

12.Kepada orang tua tercinta Dewa Adi Kumarajaya, SE., dan Desak Ketut Partiasih, SE., serta kakak kandung dari penulis yaitu Dewa Putu Yudi Pardita, SE., M.Si., dan Dewa Made Dwi Parmana, ST., yang telah memberikan dukungan secara materiil kepada penulis serta segenap keluarga besar, penulis ucapkan terima kasih atas segala dukungannya; 13.Sahabat-sahabat terdekat penulis yaitu Oping, Dayu Padma, Sari, Arwah,

(7)

vii

banyak memberikan dukungan baik moral maupun materiil dalam menyelesaikan skripsi ini;

14.Terimakasih kepada seluruh teman dekat, kak Dewa Putu Pratama Nugraha S.Tr.Sos., Wetuk, Koko, Cahya Birawa, Detu, atas dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini;

15.Untuk yang lebih dari teman, I Gusti Agus Riska Saputra, S.ked., terimakasih atas dukungan dan intimidasinya selama ini;

16.Seluruh teman-teman Fakultas Hukum Universitas Udayana angkatan 2012 yang tidak bisa disebutkan satu persatu;

17.Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini;

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa membalas segala kebaikan dan ketulusan hati semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Menyadari kelemahan-kelemahan dan keterbatasan penulis, sudah barang tentu apa yang tersaji dalam skripsi ini banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Akhir kata, besar harapan agar skripsi ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu hukum pada khususnya dan juga bagi para pembaca pada umumnya. Maka dari itu kritik ataupin saran yang sifatnya konstruktif sangat diharapkan guna kesempurnaan skripsi ini;

Denpasar, 25 April 2016

(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN PRASYARAT GELAR ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... viii

DAFTAR ISI ... ix

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah. ... 8

1.3 Ruang Lingkup Masalah...9

1.4 Orisinalitas Penelitian... 9

1.5 Tujuan Penelitian ... 10

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN PRASYARAT GELAR ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... viii

DAFTAR ISI ... ix

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah. ... 8

1.3 Ruang Lingkup Masalah...9

1.4 Orisinalitas Penelitian... 9

1.5 Tujuan Penelitian ... 10

1.5.1 Tujuan umum... 10

1.5.2 Tujuan khusus ... 10

1.6 Manfaat Penelitian ... 11

1.6.1 Manfaat teoritis... ... 11

(10)

x

1.6 Manfaat Penelitian ... 11

1.6.1 Manfaat teoritis... ... 11

1.6.2 Manfaat praktis... ... 12

1.7 Landasan Teoritis... ... 12

1.8 Metode Penelitian ... 16

1.8.1 Jenis penelitian... ... ...16

1.8.2 Jenis pendekatan... ... ...17

1.8.3 Bahan hukum ... 17

1.8.4 Teknik pengumpulan bahan hukum... ... .19

1.8.5 Pengolahan dan analisis ... .19

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG OJEK ONLINE, OJEK KONVENSIONALDAN PENGANGKUTAN 2.1. Ojek online ... 20

2.1.1. Pengertian ojek online ... 20

2.1.2. Syarat operasional ojek online ... 22

2.2. Ojek konvesional ... 24

2.2.1. Pengertian ojek konvensional ... 24

2.2.2. Persamaan ojek online dan ojek konvensional ... 25

2.2.3. Perbedaan ojek online dan ojek konvensional ... 25

2.3. Pengangkutan ... 27

2.3.1. Pengertian pengangkutan ... 27

2.3.2. Asas pengangkutan ... 30

(11)

xi

BAB III PENGATURAN OJEK ONLINE SEBAGAI SARANA

PENGANGKUTAN BARANG DAN/ATAU ORANG

3.1. Dasar hukum ojek online sebagai sarana pengangkutan orang

dan/atau barang ... 38

3.2. Bentuk pengaturan ojek online ... 41

BAB IV KEDUDUKAN HUKUM OJEK ONLINE SEBAGAI SARANA PENGANGKUTAN ORANG DAN/ATAU BARANG 4.1. Ruang lingkup operasional ojek online ... 44

4.2. Hak serta kewajiban pengemudi dan perusahaan ojek online ... 46

4.2.1. Hak dan kewajiban pengemudi ojek online... 52

4.2.2. Hak dan kewajiban perusahaan ojek online ... 53

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 54

5.2. Saran-saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA

(12)

xii

ABSTRAK

Pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam masyarakat di Indonesia. Kegiatan pengangkutan baik orang dan/atau barang dari hari ke hari semakin meningkat. Di kota-kota besar dengan mobilitas yang tinggi masyrakat membutuhkan sarana pengangkutan yang cepat, efektif dan efisien. Seiring dengan perkembangan teknologi, satu tahun terakhir ini muncul sarana pengangkutan orang dan/atau barang yaitu ojek online. Ojek sepeda motor yang terintegrasi dengan teknologi. Namun hingga saat ini ojek online masih belum memiliki kedudukan hukum di Indonesia sehingga sering menimbulkan polemik. Permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini adalah bentuk pengaturan ojek

online dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UULLAJ) serta kedudukan hukum ojek online di Indonesia.

Kedudukan hukum ojek online sebagai sarana pengangkutan orang dan/atau barang dalam UULLAJ masih kurang jelas sehingga tidak efektif sebagai payung hukum, padahal ojek online telah menjadi transportasi favorit di Indonesia karena sangat efektif dan efisien. Sehingga diperlukan pengaturan yang jelas baik dalam bentuk undang-undang maupun peraturan daerah mengenai ojek online

agar ojek online memiliki kedudukan hukum yang jelas.

(13)

xiii

ABSTRACK

Transportation is an area of activity which is very important in society

in Indonesia. The transport of both people and/or goods from day to day

increasing. In large cities with high mobility society requires a means of transport

that is fast, effective and efficient. Along with technological development, the last

year emerged the means of transport of people and/or goods that ojek online.

Motorcycle ojek integrated with technology. But until now the ojek online still has

no legal domicile in Indonesia so often polemical. Issues raised in this paper is a

form of motorcycle arrangements online in Law Number 22 Year 2009 regarding

Traffic and Road Transportation (UULLAJ) as well as the legal position of ojek

online in Indonesia.

The legal position of ojek online as a means of transporting people

and/or goods in UULLAJ still not clear so it is not effective as a legal, while ojek

online has become a favorite of transportation in Indonesia because it is very

effective and efficient. So, we need clear arrangements either in the form of laws

and local regulations regarding ojek online order online have a clear legal

position.

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari bidang kegiatan transportasi atau pengangkutan sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari aktifitas kehidupan masyarakat Indonesia. Kegiatan pengangkutan baik orang maupun barang telah ada sejak zaman dahulu kala hingga sekarang. Banyak perbedaan yang terjadi dalam hal pengangkutan, terutama dari hal apa yang digunakan untuk mengangkut atau alat angkut, baik mengangkut barang maupun orang. Pengangkutan mendukung kegiatan manusia di segala bidang, sehingga pengangkutan sangat penting dalam kehidupan manusia dari zaman tradisional hingga zaman modern seperti sekarang.

Di Indonesia pengangkutan berupa barang dan/atau jasa sangat penting untuk terus dikembangkan karena sebagaimana diketahui, Indonesia merupakan negara dengan keadaan geografis yang terbilang unik yaitu terdiri dari ribuan pulau, perairan yang terdiri dari sebagian besar laut (sehingga disebut negara maritim), sungai dan danau yang bisa memungkinkan pengangkutan dilakukan dari jalur darat, laut dan udara guna menjangkau seluruh wilayah Indonesia.1

Negara Indonesia adalah negara hukum. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

1

Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,

(15)

2

Undang Dasar 1945 merupakan hukum tertinggi dalam hierarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia. Hukum yang berlaku di Indonesia merupakan suatu sistem yang masing-masing bagian atau komponen saling berhubungan dalam arti saling memengaruhi dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu ketertiban dan keteraturan manusia dalam masyarakat.2 Hal tersebut sesuai dengan pengertian sistem itu sendiri, yang berarti merupakan tatanan atau kesatuan yang utuh, teratur, dan terdiri dari berbagai unsur yang saling berkaitan erat satu sama lain kemudian membentuk suatu totalitas.

Menarik dari hubungan tujuan sistem hukum positif Indonesia dan UUD NRI 1945, dapat terlihat bahwa terdapat beberapa hal yang ingin dicapai oleh negara. Salah satunya adalah memajukan kesejahteraan umum, sebagaimana tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945, selain sebagai tujuan, perihal kesejahteraan umum ini juga menunjukkan tugas negara. Peran negara kepada bangsa Indonesia ini dalam hal untuk mencapai kesejahteraan masyarakat Indonesia. Tugas pemerintah negara Indonesia berkaitan dengan kesejahteraan yaitu memberikan perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat, baik di bidang politik, maupun di bidang sosial budaya-ekonomi.

Kesejahteraan selalu bersinggungan erat dengan pembangunan. Pembangunan dapat muncul dan dilaksanakan dari bidang manapun, termasuk pada bidang ekonomi yang tidak dielakkan lagi menjadi sentral di antara bidang lainnya yang saling

2

Muhammad Bakri, Pengantar Hukum Indonesia, Penerbit IKIP Malang, Malang, 1995, hlm.

(16)

3

berhubung dan berkesinambungan. Sebab pembangunan pada bidang ekonomi memiliki pengaruh tersendiri terhadap bidang lain, dan nantinya

akan berhadapan dengan konsekuensi-konsekuensi masalah sosial yang berwujud ketertiban sosial, misalnya yang terjadi pada bidang transportasi, pendidikan, dan tenaga kerja. Dalam mencapai kesejahteraan tersebut, tentu akan berbenturan dengan berbagai persoalan-persoalan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu persoalan yang cukup problematis pada kesejahteraan masyarakat di Indonesia sekarang ini, adalah berkenaan dengan mobilitas masyarakat. Jika disederhanakan, maka persoalan tersebut berkenaan dengan permasalahan yang paling sering dijumpai di seluruh daerah baik kota-kota besar, kota-kota kecil, hingga daerah pedesaan, adalah permasalahan mengenai transportasi publik

Peran penting jasa transportasi ini dapat dilihat dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan jasa angkutan bagi mobilitas orang serta barang dari dan ke seluruh pelosok tanah air. Menyadari begitu besarnya peran transportasi, maka transportasi perlu untuk ditata dalam suatu sistem transportasi nasional yang terpadu untuk mewujudkan tersedianya jasa transportasi yang aman, nyaman, cepat, teratur, dan dengan biaya yang dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Pentingnya pengangkutan ditunjukkan untuk membantu orang dan/atau barang berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Pengangkutan itu merupakan perpindahan tempat, baik benda-benda maupun orang-orang.3

3

Sution Usman Adji, Djoko Prakoso dan Hari Pramono, 1991, Hukum Pengangkutan di

(17)

4

Peranan pengangkutan di dalam dunia perdagangan bersifat mutlak, sebab tanpa pengangkutan, perusahaan tidak mungkin dapat berjalan. Barang-barang yang dihasilkan oleh produsen atau pabrik-pabrik dapat sampai di tangan pedagang atau pengusaha hanya dengan jalan pengangkutan, dan seterusnya dari pedagang atau pengusaha kepada konsumen juga harus menggunakan jasa pengangkutan. Pengangkutan di sini dapat dilakukan oleh orang, kendaraan yang ditarik oleh binatang, kendaraan bermotor, kereta api, kapal laut, kapal sungai, pesawat udara dan lain-lain.

Masalah yang ada sekarang adalah terkait dengan penyediaan alat transportasi masal yang memadai, nyaman, aman, murah, serta tepat waktu. Dengan terpenuhinya hal tersebut maka sudah pasti akan turut meningkatkan kemakmuran masyarakat. Karena dengan hal tersebut, jasa pengangkutan menjadi lebih efisien dan menghemat waktu

Menurut Purwosutjipto, pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri dengan membayar uang angkutan.4 Hal lain dalam kebutuhan akan transportasi yang tidak kalah penting adalah kebutuhan kenyamanan, keamanan, kelancaran pengangkutan yang menunjang pelaksanaan pengiriman barang, perdagangan, pariwisata maupun pendidikan.5

4

Ibid, hlm. 6

5

(18)

5

Dewasa ini perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan tidak dapat dihindari berdampak pada kondisi ekonomi, sosial, politik dan bidang-bidang lainnya dalam masyarakat, tidak terkecuali bidang transportasi. Semakin majunya teknologi yang ada, memberi kesempatan bagi masyarakat untuk dapat mempermudah segala kegiatan sehari-sehari. Contohnya adalah smartphone, semakin canggihnya perkembangan teknologi dalam telepon genggam, kini memudahkan penggunanya melakukan aktifitas sehari-hari, termasuk dalam hal pengangkutan baik orang dan/atau barang. Semakin majunya teknologi mengakibatkan semakin berkembangnya transportasi yang ada. Dengan majunya teknologi dan ilmu pengetahuan maka semakin mudah pula dalam memperoleh transportasi, hal ini yang terjadi dan marak setahun terakhir yaitu fenomena ojek online. Ojek online

merupakan sarana pengangkut berbasis teknologi yang memungkinkan pengguna jasa menggunakan jasa dari sarana pengangkut berupa kendaraan bermotor ini dimana saja dan kapan saja, dengan memanfaatkan teknologi pada smartphone.

Ojek online beberapa tahun terakhir ini sudah menjadi pekerjaan yang menjanjikan bagi banyak orang baik pria maupun wanita di tengah maraknya pemutusan hubungan kerja. Hanya dengan menggunakan aplikasi dalam smartphone

setiap orang dapat menggunakan transportasi berupa ojek online untuk mengangkut barang maupun orang, yang bisa di panggil kapan saja dan dimana saja.

(19)

6

mengangkut penumpang dari satu tujuan ke tujuan lainnya kemudian menarik bayaran. Ojek online telah menjadi angkutan umum yang banyak digemari sebagian masyarakat baik di kota kecil, maupun kota besar karena fleksibel dalam kegiatannya, bisa menjangkau tempat yang tidak dilalui angkutan umum seperti angkutan kota (angkot), bus, atau jenis angkutan umum beroda empat lain. Ojek online bisa masuk dan melalui gang-gang sempit, jalan-jalan kecil, sehingga mampu menyediakan layanan door to door. Bahkan ojek online dinilai cepat, lincah dan efisien untuk melewati maupun menghindari kemacetan di jalan.

Adanya ojek online menimbulkan perbedaan pendapat bagi sebagian pihak. Ojek online memiliki nilai positif untuk sebagian anggota masyarakat, yang memerlukan jasanya, karena mudah untuk dipanggil, kapan saja dan dimana saja dengan menggunakan dan memanfaatkan media aplikasi ojek online dalam smartphone yang kini dimiliki hampir oleh setiap masyarakat dari berbagai lapisan di Indonesia namun demikian, dibalik banyaknya hal yang menguntungkan dari ojek

online ini, di sisi lain sekaligus memberi kerugian bagi sebagian masyarakat lainnya yang tidak mendapat penghasilan yang memuaskan akibat dari beroperasinya ojek

online ini. Dilema lainnya, pada satu sisi, keberadaan ojek online dianggap sangat membantu masyarakat dalam memecahkan kendala terhadap tersedianya angkutan umum sebagai angkutan alternatif. Sisi lain memperlihatkan bahwa keberadaan ojek

(20)

7

Ojek online yang ada saat ini tercipta dari adanya hubungan kerja antara pengusaha dengan pengemudi ojek online sebagai pekerja. Pengusaha yang dalam hal ini adalah sebuah perusahaan berbentuk perseroan terbatas menjadi jembatan penghubung antara konsumen dengan para pekerja ojek online, dengan pembagian hasil 80% (delapan puluh persen) untuk para pekerja dan 20% (dua puluh persen) untuk perusahaan sehingga perusahaan tidak memberikan gaji secara berkala, melainkan para pekerja ojek online memperoleh pendapatan dari setiap pesanan yang masuk. Perusahaan ojek online menyatakan bahwa hubungan kerja yang terjadi antara perusahaannya dengan para pekerja bukan antara majikan dan buruh karena para pekerja ojek online dapat menolak pesanan yang masuk dan memberikan kepada pekerja yang lain dengan kata lain tidak ada keharusan untuk mengerjakannya, dalam hubungan ini perusahaan sering menyebut para pengendara ojek online sebagai mitra kerja bukan buruhnya.

Demikian pula halnya apabila perkerja ojek online berhenti bekerja, tidak akan dikenakan sanksi apapun karena tidak ada kontrak secara tertulis yang dibuat ketika para pekerja ojek online ini menyatakan untuk bergabung sebagai pekerja ojek online.

(21)

8

pekerjanya, padahal angka kecelakaan di jalan terutama sepeda motor terus meningkat setiap tahunnya.

Belum adanya aturan yang jelas mengenai ojek dalam Undang-Undang memunculkan polemik bagaimana kedudukan hukum ojek khususnya ojek online

sebagai sarana pengangkutan orang dan/atau barang, apakah kemudian ojek online

bisa mendapat perlindungan secara hukum apabila mengalami hal-hal yang tidak diinginkan dalam melakukan pekerjaan, seperti ganti rugi dari perusahaan tempat para pengemudi ojek online ini bekerja, asuransi yang diberikan perusahaan terhadap para pengemudi ojek online dalam hal keselamatan kerja serta dapatkah pengemudi ojek online diberi sanksi karena dianggap melanggar.

Berdasarkan pada uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan kajian secara normatif dan menguraikan pembahasan mengenai “Kedudukan Hukum Ojek

Online Sebagai Sarana Pengangkut Orang dan/atau Barang Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pengaturan Ojek Online sebagai pengangkut orang dan/atau barang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan?

(22)

9

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang menyimpang dan keluar dari permasalahan yang dibahas maka perlu terdapat pembatasan dalam ruang lingkup masalah, adapun pembatasannya adalah sebagai berikut.

1. Pertama akan membahas mengenai mengenai pengaturan terkait ojek online

sebagai pengangkut orang dan/atau barang dilihat berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 2. Kedua akan membahas mengenai kedudukan hukum ojek online di Indonesia.

1.4. Orisinalitas Penelitian

“Kedudukan Hukum Ojek Online sebagai Pengangkut Orang dan/atau

Barang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan” ini merupakan hasil penelitian, pemikiran dan pemaparan asli

penulis dan belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Udayana. Namun ada skripsi yang mengangkat tentang ojek dan ojek online dengan pembahasan yang berbeda, yaitu sebagai berikut.

No. Judul Rumusan Masalah

1 “Tanggung Jawab Pengemudi Ojek Sepeda Motor Dalam Hal Terjadinya Kecelakaan Penumpang Ditinjau Dari Aspek Hukum Perlindungan Konsumen”

(23)

10

Oleh : I Gusti Ayu Dea Ranti Ranita

Fakultas Hukum Universitas Udayana

Denpasar 2016

(24)

11

Dalam penulisan skripsi ini akan dikemukakan tujuan umum dan tujuan khusus. Kedua tujuan tersebut dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut.

1.5.1. Tujuan umum

1. Untuk mengetahui pengaturan ojek online sebagai pengangkut orang dan/atau barang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

2. Untuk mengetahui kedudukan hukum ojek online di Indonesia. 1.5.2. Tujuan khusus

1. Untuk memahami lebih dalam mengenai pengaturan ojek online sebagai pengangkut orang dan/atau barang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

2. Untuk memahami lebih dalam mengenai kedudukan hukum ojek online di Indonesia.

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun kedua manfaat tersebut adalah sebagai berikut.

1.6.1. Manfaat teoritis

(25)

12

b Memberi gambaran mengenai pengaturan ojek online sebagai sarana pengangkut barang dan/orang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Angkutan Umum dan Jalan Raya.

1.6.2. Manfaat praktis

a Untuk mengimplementasikan teori dan aturan – aturan hukum yang berkaitan dengan ojek online sebagai sarana pengangkut orang dan/atau barang yang ada di Indonesia.

b Karya tulis ini diharapkan dapat digunakan sebagai panduan untuk mengetahui kedudukan hukum ojek online dalam tata hukum Indonesia dilihat dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sehingga nantinya dengan penulisan karya ilmiah ini bisa bermanfaat bagi pemecahan masalah secara praktis.

1.7. Landasan Teoritis

Berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diharapkan dapat membantu mengatur dan mengkoordinasi angkutan-angkutan umum dan pengendara di jalan raya agar semakin tertib. Angkutan-angkutan umum ini berperan sebagai pengangkut orang dan/atau barang untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan kegiatannya.

(26)

13

bidang transportasi darat yaitu dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai Pengganti UU No. 14 Tahun 1992, serta Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan.

Pengangkutan sebagai salah satu sarana dalam pengembangan pembangunan terus mengalami perkembangan. Salah satunya ojek yang dengan menggunakan kendaraan bermotor roda dua memungkinkan untuk lebih efektif dan efisien bagi masyarakat dalam melakukan kegiatan terutama di kota-kota besar yang memiliki mobilitas tinggi. Sarana pengangkut orang maupun barang berupa ojek tidak memiliki pengaturan hukum khusus dan tidak disebutkan secara tersrurat dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Ojek masih dinyatakan sebagai angkutan umum paratransit yang muncul karena beragam faktor yang melatarbelakanginya. Ojek memiliki potensi tersendiri yang dapat menguntungkan banyak pihak apabila memiliki aturan hukum. Fungsi transportasi yang rasional selalu diorientasikan kepada fungsi kedekatan dan kemudahan.6 Perlunya aturan hukum mengenai ojek ini juga perlu menilik dari latar belakang munculnya para tukang ojek sendiri. Sebagian besar tukang ojek memiliki karakteristik latar sosial ekonomi yang serupa, yaitu latar tingkat pendidikan serta tingkat penghasilan yang rendah. Tidak sedikit pula ditemukan bahwa para tukang ojek tersebut menjadikan ojek sebagai mata pencaharian utama mereka alias tidak memiliki pekerjaan lain selain menjadi tukang ojek.

6

Hariadi, Permasalahan Moda Transportasi Perkotaan di Provinsi Sulteng, Ditlantas Polda

(27)

14

Ada beberapa aspek yang perlu tercakup jika ojek online dimasukkan di dalam aturan perundang-undangan. Aspek-aspek tersebut antara lain.

a. Keselamatan

Aspek keselamatan adalah hal paling utama dan terpenting dalam penyelanggaran angkutan umum. Dengan memerhatikan keselamatan, berarti telah memerhatikan jaminan keamanan, perlindungan dan kenyamanan dalam perjalanan baik untuk pengemudi terlebih lagi untuk penumpang

b. Tarif dan Identitas Pengendara Ojek Online

Persoalan mengenai tarif angkutan umum seringkali mengundang polemik tersendiri, karena pada periode tertentu tarif akan berubah-ubah. Tarif tersebut akan memengaruhi tingkat permintaan dan penawaran angkutan umum nantinya, berdampak tidak hanya pada penyedia jasa angkutan, namun juga pada penumpang khususnya penumpang yang pada aktivitas dan kesehariannya memang bertumpu dengan mengandalkan angkutan umum. c. Pembinaan

Pembinaan menjadi faktor yang cukup penting dalam membekali pengendara ojek online ketika terjun melaksanakan pekerjaannya sebagai pelaku pelayanan angkutan umum di masyarakat.

d. Sanksi Administrasi

(28)

15

Dalam menggunakan sarana pengangkut berupa ojek online, para pengguna jasa harus melakukan perjanjian melalui internet dalam aplikasi di smartphone atau

gadget yang nantinya akan langsung terhubung dengan operator pusat yang akan memberikan kabar langsung pada pekerja ojek online yang berada di lapangan.

Transportasi ojek online yang saat ini sangat diminati banyak masyarakat Indonesia ada karena perjanjian kerja yang mengakibatkan terciptanya hubungan kerja antara perusahaan ojek online dengan para pekerja sebagai pengemudi ojek

online sebagai mitra kerjasama.

a Pengertian hubungan kerja

Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa “hubungan kerja adalah hubungan antara

pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.”

b Perjanjian kerja

Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata) menyatakan bahwa “Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan

mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya pada satu orang atau lebih”.

(29)

16

Perjanjian pengangkutan adalah suatu perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim/penumpang, di mana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat sedangkan pengirim/penumpang mengikatkan diri untuk membayar uang angkutannya.7

Dengan memperhatikan perjanjian pengangkutan di atas, maka pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan adalah pengangkut dan penumpang/pengirim. Adapun sifat dari perjanjian pengangkutan adalah timbal balik yang artinya baik pengangkut maupun pengirim/penumpang masing-masing mempunyai kewajibannya sendiri. Di mana kewajiban pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan kewajiban pengirim/penumpang adalah membayar uang angkutan sebagai kontra prestasi dari penyelenggaraan pengangkutan yang dilakukan oleh pengangkut. Maka sifat hukum perjanjian pengangkutan adalah sebuah perjanjian untuk melakukan pelayanan berkala seperti yang tersebut dalam Pasal 1601 KUH Perdata.8

1.8. Metode Penelitian

1.8.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai pada karya ilmiah ini adalah metode penelitian yuridis normatif, yaitu metode penelitian hukum yang terfokus pada mengkaji dari kaidah-kaidah, dan norma-norma dalam hukum positif. Tahapan pertama penelitian

7

HMN Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3, Hukum Pengangkutan,

Jembatan, Jakarta, 1981, hal. 2

8

(30)

17

hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum obyektif (norma hukum), yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap masalah hukum. Tahapan kedua penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum subjektif (hak dan kewajiban).9

1.8.2 Jenis Pendekatan

Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Perundang-undangan (Statute-aproach), yaitu pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi, penelitian dilakukan terhadap produk-produk hukum, di mana peneliti perlu memahami hierarki, dan asas-asas dalam peraturan perundang-undangan.10 Produk-produk hukum dalam hal ini adalah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (yang selanjutnya disebut UUD NRI 1945) serta Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

1.8.3 Bahan Hukum

Bahan-bahan hukum yang digunakan bersumber dari studi kepustakaan, bahan-bahan hukum ini terdiri dari:

9

Hardihan Rusli, Metode Penelitian Hukum Normatif, Law Review Fakultas Hukum

Universitas Pelita Harapan, No. 3 Tahun 2006, hlm. 50

10

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2013,

(31)

18

1. bahan hukum primer yaitu bahan-bahan yang bersifat autoritatif, yang artinya memiliki otoritas.11 Bahan hukum primer ini bersumber dari peraturan perundang-undangan, di mana otoritas tertinggi adalah Undang-Undang Dasar, kemudian diikuti peraturan perundang-undangan di bawahnya yang diurutkan menurut hierarki tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia sebagaimana tertulis pada Undang-Undang nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Adapun bahan hukum primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini terdiri atas : UUD NRI 1945, KUH Perdata, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Umum, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan, dan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan umum.

2. bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang bersumber dari pendapat ilmiah para sarjana, dan literatur lainnya yang ada kaitannya dengan transportasi khususnya mengenai ojek. Secara runtut dapat ditulis sebagai berikut.

a. Buku-buku teks yang ditulis oleh para pakar dan ahli hukum yang berpengaruh;

b. Jurnal-jurnal dan makalah hukum;

11

(32)

19

c. Pendapat para sarjana; dan

d. Berbagai kasus hukum yang berkaitan dengan ojek online, khususnya dengan legalitas ojek online sebagai angkutan umum.

3. bahan hukum tersier yaitu berupa kamus-kamus yang membantu menunjang pemahaman, memberi petunjuk, maupun memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Dalam skripsi ini bahan hukum tersier yang digunakan adalah kamus besar bahasa Indonesia.

1.8.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan sistem bola salju (snow ball system) di mana teknik pengumpulan data ini di awali dengan pencarian literatur, dari satu literatur dengan merujuk pada daftar pustaka untuk kemudian di catat dan dilakukan pencarian literatur lainnya sesuai dengan permasalahan yang di teliti. Demikian untuk seterusnya sehingga bahan hukum telah dirasa cukup untuk membahas permasalahan.

1.8.5. Pengolahan dan Analisis Data

(33)

20

(34)

1

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KEDUDUKAN HUKUM, OJEK ONLINE

DAN PENGANGKUTAN

2.1. Kedudukan Hukum

2.1.1. Pengertian kedudukan hukum

Hukum tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat (ubi socitas ibi ius), sebab antara keduanya mempunyai hubungan timbal balik. Oleh karena hukum sifatnya universal dan hukum mengatur semua aspek kehidupan masyarakat (politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan) dengan tidak ada satupun segi kehidupan manusia dalam masyarakat yang luput dari sentuhan hukum.1

Keadaan hukum suatu masyarakat akan dipengaruhi oleh perkembangan dan perubahan-perubahan yang berlangsung secara terus-menerus dalam masyarakat, pada semua bidang kehidupan. Soerjono Soekanto mengatakan, bahwa proses hukum berlangsung di dalam suatu jaringan atau sistem sosial yang dinamakan masyarakat. Artinya bahwa hukum hanya dapat dimengerti dengan jalan memahami sistem sosial terlebih dahulu dan bahwa hukum merupakan suatu proses.2

Hukum berperan sebagai norma. Norma adalah standar untuk menentukan apakah perbuatan atau tindakan dapat diterima atau tidak, dapat dibenarkan atau tidak.3 Norma menjadi patokan yang memberi orientasi bagi subyek untuk bertindak.

1

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Cet IV, PT Citra Aditya, Bandung, 1996, hlm 8.

2

Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 1993, hlm. 16.

3

(35)

2

Adanya norma memungkinkan manusia mempunyai pedoman untuk mengatur dan mengelola prilakunya sesuai dengan ideal tertentu. Karena itu, norma pada dasarnya menunjuk pada apa yang seharusnya ada (das sollen) dan bukan yang ternyata ada

(das sein). Hukum sebagai norma juga memiliki watak das sollen. Dengan mendorong, menghindari atau melakukan perbuatan tertentu, hukum menetapkan apa yang seharusnya menjadi kewajiban dan tanggung jawab dalam kerangka hidup bersama dengan orang lain. Adanya hukum yang berfungsi sebagai norma untuk mengatur relasi antar anggota masyarakat membuat manusia terikat dengan kewajiban dan tanggng jawab hukum (legal responsibility).

2.1.2. Tujuan kedudukan hukum

Di Indonesia hukum memiliki kedudukan yang sangat tinggi, tercermin dari salah satu pasal dalam UUD NRI 1945 yang pada Pasal 1 Ayat (3) menyebutkan bahwa, “Undang-Undang Dasar 1945 merupakan hukum tertinggi dalam hierarki

Peraturan Perundang-undangan di Indonesia.” Hukum yang berlaku di Indonesia merupakan suatu sistem yang masing-masing bagian atau komponen saling berhubungan dalam arti saling memengaruhi dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu ketertiban dan keteraturan manusia dalam masyarakat. Selain itu tujuan hukum dalam teori optatiif ada 3 (tiga), yaitu:

1. keadilan

Menurut Aristoteles sebagai pendukung teori etis, bahwa tujuan hukum utama adalah keadilan yang meliputi :

(36)

3

b. komunitatif, yang tidak didasarkan pada jasa

c. vindikatif, bahwa kejahatan harus setimpal dengan hukumannya d. kreatif, bahwa harus ada perlindungan kepada orang yang kreatif e. legalis, yaitu keadilan yang ingin dicapai oleh undang-undang 2. kepastian

Hans kelsen dengan konsepnya (Rule of Law) atau Penegakan Hukum. Dalam hal ini mengandung arti bahwa :

a. hukum itu ditegakan demi kepastian hukum.

b. hukum itu dijadikan sumber utama bagi hakim dalam memutus perkara. c. hukum itu tidak didasarkan pada kebijaksanaan dalam pelaksanaannya. d. hukum itu bersifat dogmatik.

3. Kegunaan

Menurut Jeremy Bentham, sebagai pendukung teori kegunaan, bahwa tujuan hukum harus berguna bagi masyarakat untuk mencapai kebahagiaan sebesar-besarnya.4

2.2. Ojek online

2.2.1. Pengertian ojek online

Di Indonesia jenis transportasi ada 3 (tiga), yaitu transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara.5 Dari ketiga jenis transportasi tersebut, transportasi

4

Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi Dan Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan

Nasional, Bina Cipta, Bandung, hlm 2-3.

5

Hasnil Basri, Hukum Pengangkutan, Kelompok Studi Hukum Fakultas Hukum USU,

(37)

4

angkutan jalan darat merupakan media yang paling sering digunakan oleh penumpang bila dibandingkan dengan transportasi lainnya.

Karakateristik transportasi orang dapat dibedakan menjadi angkutan pribadi dan angkutan umum. Angkutan umum paratransit merupakan angkutan yang tidak memiliki rute dan jadwal yang tetap dalam beroperasi disepanjang rutenya, sedangkan angkutan umum masstransit merupakan angkutan yang memiliki rute dan jadwal yang tetap, serta tempat pemberhentian yang jelas. Sepeda motor termasuk dalam klasifikasi jenis kendaraan pribadi namun dewasa ini sepeda motor juga melakukan fungsi angkutan umum yaitu mengangkut orang dan/atau barang dan memungut biaya yang telah disepakati. Transportasi semacam ini dikenal dengan nama ojek.

Pengertian ojek dalam Kamus Umum Bahassa Indonesia, adalah sepeda motor yang dibuat menjadi kendaraan umum untuk memboncengi penumpang ketempat tujuannya.6 Menurut pendapat para sarjana, ojek adalah sepeda atau sepeda motor yang disewakan dengan cara memboncengkan penyewanya.7

Berdasarkan Pasal 1 ayat (20) UULLAJ menyatakan bahwa “Sepeda motor adalah

kendaraan bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau kendaraan beroda tiga tanpa rumah-rumah”. Ojek merupakan sarana transportasi darat yang menggunakan kendaraan roda dua (sepeda

6

J.S Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1994,

Intergraphic, Jakarta, hlm. 48

7

(38)

5

motor) untuk mengangkut penumpang dari satu tujuan ke tujuan lainnya kemudian menarik bayaran.

Ojek online merupakan angkutan umum yang sama dengan ojek pada umumnya, yang menggunakan sepeda motor sebagai sarana pengangkutan namun ojek online dapat dikatakan lebih maju karena telah terintegrasi dengan kemajuan teknologi. Ojek online merupakan ojek sepeda motor yang menggunakan teknologi dengan memanfaatkan aplikasi pada smartphone yang memudahkan pengguna jasa untuk memanggil pengemudi ojek tidak hanya dalam hal sebagai sarana pengangkutan orang dan/atau barang namun juga dapat dimanfaatkan untuk membeli barang bahkan memesan makanan sehingga dalam masyarakat global terutama di kota-kota besar dengan kegiatan yang sangat padat dan tidak dapat dipungkiri masalah kemacetan selalu menjadi polemik, ojek online ini hadir untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari-hari dengan mengedepankan teknologi yang semakin maju.

2.2.2. Syarat operasional ojek online

(39)

6

dan/atau barang. Semakin majunya teknologi mengakibatkan semakin berkembangnya transportasi yang ada. Dengan majunya teknologi dan ilmu pengetahuan maka semakin mudah pula dalam memperoleh transportasi. Dan inilah yang terjadi yang marak setahun terakhir ini yaitu fenomena ojek online.

Ojek online merupakan sarana pengangkut berbasis teknologi yang memungkinkan pengguna jasa menggunakan jasa dari sarana pengangkut berupa kendaraan bermotor ini dimana saja dan kapan saja, dengan memanfaatkan teknologi pada smartphone. Ojek online di operasikan oleh sebuah perusahaan berbentuk perseroan terbatas yang menggunakan suatu aplikasi dalam smartphone yang mana, perusahaan ini telah memiliki Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP). Dengan menggunakan aplikasi ini para pengguna jasa ojek online dapat memesan ojek online

setiap saat.

Perusahaan ojek online berperan sebagai penghubung antara pengemudi ojek

(40)

7

Pengemudi ojek online yang akan bergabung harus mendaftarkan diri di perusahaan baik cabang maupun pusat. Perusahaan ojek online menerapkan beberapa syarat yang harus dipenuhi para calon pengemudi ojek online, secara umum sebagai berikut.

1. Sehat jasmani dan rohani

2. Telah memiliki Surat Ijin Mengemudi kendaraan bermotor khususnya sepeda motor (SIM C)

3. Memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP)

4. Menyerahkan surat keterangan domisili (apabila tempat tinggal berbeda dengan yang tercantum pada KTP)

5. Menyerahkan fotocopy STNK sepeda motor yang akan digunakan 6. Sepeda motor dalam keadaan laik jalan

7. Umur maksimal 50 tahun (setiap perusahaan memiliki syarat maksimal yang berbeda namun rata-rata adalah 50 tahun)

8. Menyetorkan sejumlah uang (masing-masing perusahaan berbeda jumlah, rata-rata adalah Rp. 100.000,-)

9. Paham menggunakan ponsel berbasis android

10.Siap melayani, mengantar orang dan/atau barang di wilayahnya

11.Memiliki pemahaman rute perjalanan di wilayah tempat beroperasinya

12.Setuju dengan sistem pembagian bagi hasil antara perusahaan dan pengemudi 13.Memberikan salah satu dokumen sebagai jaminan (BPKB sepeda motor, kartu

(41)

8

14.Wajib hadir pada saat wawancara.

Setelah seluruh persyaratan dipenuhi oleh calon pengemudi ojek online dan dinyatakan diterima sebagai mitra dalam perusahaan ojek online, kemudian perusahaan tersebut wajib memberikan kelengkapan antara lain, jaket yang akan digunakan pengemudi ojek online selama beroperasi, 2 (dua) buah helm yang salah satunya diperuntukkan untuk pengguna jasa ojek online, dan perusahaan juga memberikan smartphone berbasis android yang di dalamnya telah dilengkapi dengan aplikasi dan langsung terhubung ke perusahaan, dengan demikian kerjasama antara pihak perusahaan dan pengemudi ojek online dapat terjalin dengan baik.

2.3. Pengangkutan

2.3.1. Pengertian Pengangkutan

Pengangkutan di Indonesia diatur dalam KUH Perdata pada Buku Ketiga tentang perikatan, kemudian dalam KUH Dagang pada Buku II titel ke V yaitu mengenai definisi-definisi mengenai perjanjian-perjanjian pemuatan menurut waktu

(tijdbervrachting) dan menurut perjalanan (reis-bevrachting).8 Selain itu pemerintah telah mengeluarkan kebijakan di bidang transportasi darat yaitu dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai Pengganti UU No. 14 Tahun 1992, serta Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan yang masih tetap berlaku meskipun PP No. 41 Tahun 1993 merupakan peraturan pelaksanaan dari UU No. 14 tahun 1992 dikarenakan disebutkan dalam Pasal 324 UU No. 22 Tahun 2009 bahwa :

8

(42)

9

Pada saat Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480) dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan Undang-Undang ini.

Istilah “Pengangkutan” berasal dari kata “angkut” yang berarti “mengangkut dan

membawa”, sedangkan istilah “pengangkutan” dapat diartikan sebagai “pembawaan

barang-barang atau orang-orang (penumpang)”. Menurut H.M.N Purwosutjipto dalam bukunya Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, jenis-jenis pengangkutan terdiri dari pengangkutan darat, pengangkutan laut, pengangkutan udara, dan pengangkutan perairan darat.9

Angkutan adalah suatu keadaan pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat lain dengan suatu tujuan tertentu, baik untuk memperoleh nilai tambah untuk barang/komersial maupun untuk tujuan nonkomersial.10 Menurut Utomo, transportasi adalah pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Pengertian yang lebih luas dikemukakan oleh Suharto yang menyatakan :

“transportasi adalah perpindahan dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan

menggunakan alat pengangkutan, baik digerakkan oleh tenaga manusia (becak),

9

HMN Purwosutjipto, Op.Cit., hlm. 4

10

(43)

10

hewan (kuda, sapi, kerbau) ataupun mesin. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan (trip) antara asal (origin) dan tujuan (destination)”11

Angkutan adalah kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sarana (kendaraan). Kendaraan yang harus diperhatikan adalah keseimbangan antara kapasitas moda angkutan dengan jumlah barang maupun orang yang memerlukan angkuta. Bila kapasitas armada lebih rendah dari yang dibutuhkan, akan banyak orang maupun barang yang tidak terangkut atau kedaunya dijejalkan di dalam kendaraan yang ada. Terdapat beberapa pendapat tentang pengertian pengangkutan, antara lain :

1. pengangkutan pada pokoknya berisikan perpindahan tempat baik mengenai benda-benda maupun mengenai orang-orang karena perpindahan itu mutlak perlu untuk mencapai dan meninggikan manfaat serta efisiensi. Adapun proses dari pengangkutan itu merupakan gerakan dari tempat asal dari mana kegiatan angkutan dimulai ke tempat tujuan dimana angkutan itu diakhiri. 2. pengangkutan adalah proses kegiatan memuat barang atau penumpang ke

dalam alat pengangkutan, membawa barang atau penumpang dari tempat pemuatan ke tempat tujuan/ dan menurunkan barang atau penumpang dari alat pengangkutan ke tempat yang ditentukan.12

11

Sution Usman Adji, Djoko Prakoso dan Hari Pramono, op.cit., hlm. 12

12

Muhammad Abdul Kadir, Hukum Pengangkutan Darat Dan Udara, Cetakan pertama,

(44)

11

3. pengangkutan adalah perpindahan tempat, baik mengenai benda-benda maupun orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan meninggikan manfaat serta efisien.13

4. pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.14

Dalam pengertian pengangkutan itu tersimpul suatu proses kegiatan atau gerakan dari suatu tempat ke tempat lain. Pengangkutan dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Dalam hal ini terkait unsur-unsur pengangkutan sebagai berikut.

1. Ada sesuatu yang diangkut;

2. Tersedianya kendaraan sebagai alat angkutan; 3. Ada tempat yang dapat dilalui oleh angkutan.

Pembagian jenis-jenis pengangkutan pada umunya didasarkan pada jenis alat angkut yang dipergunakan dan keadaan geografis yang menjadi wilayah tempat berlangsungnya kegiatan pengangkutan. Menurut H.M.N Purwosutjipto dalam bukunya Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, jenis-jenis pengangkutan

13

Sution Usman Adji, Djoko Prakoso dan Hari Pramono, op.cit., hlm. 6-7.

14

H.M.N. Purwosutjipto, Pengantar Pokok Hukum Dagang Indonesia: Hukum

(45)

12

terdiri dari pengangkutan darat, pengangkutan laut, pengangkutan udara, dan pengangkutan perairan darat.15

Pada pokoknya pengangkutan adalah perpindahan tempat, baik mengenai benda-benda maupun orang-orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan meninggikan manfaat serta efisiensi.

2.3.2. Asas pengangkutan

Dalam setiap undang-undang yang dibuat pembentuk undang-undang, biasanya dikenal sejumlah asas atau prinsip yang mendasari diterbitkannya undang-undang tersebut. Asas-asas hukum merupakan fondasi suatu undang-undang-undang-undang dan peraturan pelaksananya. Bila asas-asas dikesampingkan, maka runtuhlah bangunan undang-undang itu dan segenap peraturan pelaksananya.16

Asas hukum bukan merupakan hukum kongkrit, melainkan merupakan pikiran dasar yang umum dan abstrak, atau merupakan latar belakang peraturan yang kongkrit yang terdapat dalam dan dibelakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat atau ciri-ciri yang umum dalam peraturan kongkrit tersebut.17

Di dalam hukum pengangkutan terdapat juga asas-asas hukum yang terbagi ke dalam dua jenis yaitu bersifat publik dan bersifat perdata

Sudikno Mertokusumo, 1996, Penemuan Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Jakarta, hlm

(46)

13

a) Asas yang bersifat publik

Merupakan landasan hukum pengangkutan yang berguna bagi setiap pihak baik pihak ketiga dan pihak pemerintah. Asas-asas yang bersifat publik terdapat di dalam penjelasan undang-undang yang mengatur tentang pengangkutan. Ada beberapa asas publik dalam pengangkutan berdasarkan penjelasan pasal 2 UULLAJ yaitu sebagai berikut.

a Asas Transparan yaitu keterbukaan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan kepada masyarakat luas dalam memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur sehingga masyarakat mempunyai kesempatan berpartisipasi bagi pengembangan lalu lintas dan angkutan jalan.

b Asas Akuntabel yaitu penyelenggraan lalu lintas dan angkutan jalan yang dapat dipertanggungjawabkan.

c Asas Berkelanjutan yaitu penjamin kualitas fungsi lingkungan melalui pengaturan persyaratan teknis laik kendaraan dan rencana umum pembangunan serta pengembangan jaringan lalu lintas dan angkutan jalan. d Asas Partisipatif yaitu pengaturan peran serta masyarakat dalam proses

penyusunan kebijakan, pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, penanganan kecelakaan, dan pelaporan atas peristiwa yang terkait dengan lalu lintas dan angkutan jalan.

(47)

14

f Asas Efisien dan Efektif yaitu pelayanan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang dilakukan oleh setiap pembina pada jenjang pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna.

g Asas Seimbang yaitu penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang harus dilaksanakan atas dasar keseimbangan antara sarana dan prasarana serta pemenuhan hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyelenggara

h Asas Terpadu yaitu penyelenggaraan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang dilakukan dengan mengutamakan keserasian dan kesaling bergantungan kewenangan dan tanggung jawab antar instansi pembina.

i Asas Mandiri yaitu upaya transportasi asas tersebut dimaksudkan bahwa pengangkutan dijadikan alat transportasi yang dapat menunjang bagi masyarakat dan negara agar terdapat keterpaduan intra maupun antar transportasi lain, baik darat, laut, ataupun di udara.

b) Asas pengangkutan bersifat perdata

(48)

15

a Asas Konsesual yaitu perjanjian pengangkutan tidak diharuskan dalam bentuk tertulis, sudah cukup dengan kesepakatan pihak-pihak akan tetapi, untuk menyatakan bahwa perjanjian itu sudah terjadi atau sudah ada harus dibuktikan dengan atau didukung dengan dokumen pengangkutan.

b Asas Koordinatif yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan mempunyai kedudukan yang setara atau sejajar, tidak ada pihak yang mengatasi atau membawahi yang lain. Meskipun pengangkut menyediakan jasa dan melaksanakan perintah penumpang atau pengirim barang, pengangkut bukan bawahan penumpang atau pengirim barang pengangkut merupakan salah satu bentuk pemberian kuasa.

c Asas Campuran adalah Pengangkutan merupakan campuran dari 3 (tiga) jenis perjanjian yakni, pemberi kuasa, penyimpanan barang dan melakukan pekerjaan dari pengirim kepada pengangkut. Ketentuan ketiga jenis perjanjian ini berlaku pada pengangkutan, kecuali jika ditentukan lain dalam perjanjian pengangkutan.

d Asas Pembuktian dengan dokumen yaitu setiap pengangkutan selalu dibuktkan dengan dokumen angkutan, tidak ada dokumen pengangkutan berarti tidak ada perjanjian pengangkutan, kecuali jika kebiasaan yang sudah berlaku umum, misalnya pengangkutan untuk jarak dekat biasanya tidak ada dokumen atau tiket penumpang, contohnya angkutan dalam kota.18

18

(49)

16

Berdasarkan penjelasan asas yang bersifat perdata tersebut merupakan asas hukum yang berlaku umum dalam pengangkutan kecuali ditentukan lain, namun dalam pengangkutan dikenal juga kebiasaan yang berlaku, dan kebiasaan tersebut dianggap sebagai hukum perdata tidak tertulis hal itu sering terjadi dalam pengangkutan khususnya angkutan penumpang.

2.3.3. Tujuan pengangkutan

Pada dasarnya tujuan pengangkutan adalah untuk memindahkan barang atau orang dari suatu tempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai. Jadi dengan pengangkutan maka dapat diadakan perpindahan barang-barang dari suatu tempat yang dirasa barang itu kurang berguna ketempat dimana barang-barang tadi dirasakan akan lebih bermanfaat. Perpindahan barang-barang atau orang dari suatu tempat ketempat yang lain yang diselenggarakan dengan pengangkutan tersebut harus dilakukan dengan memenuhi beberapa ketentuan yang tidak dapat ditinggalkan, yaitu harus diselenggarakan dengan aman, selamat, cepat, tidak ada perubahan bentuk tempat dan waktunya.

Dalam ilmu ekonomi dikenal beberapa bentuk nilai dan kegunaan suatu benda, yaitu nilai atau kegunaan benda berdasarkan tempat (place utility )dan nilai atau kegunaan karena waktu (time utility).19 Kedua nilai tersebut secara ekonomis akan diperoleh jika barang-barang atau benda tersebut diangkut ketempat dimana nilainya lebih tinggi dan dapat dimanfaatkan tepat pada waktunya. Dengan demikian

19

(50)

17

pengangkutan memberikan jasa kepada masyarakat yang disebut” jasa

pengangkutan”. Menurut Sri Rejeki Hartono bahwa pada dasarnya pengangkutan

mempunyai dua nilai kegunaan, yaitu. a Kegunaan Tempat (Place Utility)

Dengan adanya pengangkutan berarti terjadi perpindahan barang dari suatu tempat, dimana barang tadi dirasakan kurang berguna atau bermanfaat di tempat asal, akan tetapi setelah adanyapengangkutan nilai barang tersebut bertambah, bermanfaat dan memiliki nilai guna bagi manusia, oleh karena itu apabila dilihat dari kegunaan dan manfaatnya bagi manusia, maka barang tadi sudah berambah nilainya karena ada pengangkutan

b Kegunaan Waktu (Time Utility)

Dengan adanya pengangkutan berarti dapat dimungkinkan terjadinya suatu perpindahan suatu barang dari suatu tempat ketempat lain dimana barang itu lebih diperlukan tepat pada waktunya.

Selanjutnya dinyatakan bahwa peran penting dari pengangkutan dikaitkan dengan aspek ekonomi dan sosial-ekonomi bagi masyarakat dan negara, yaitu sebagi berikut.

1. Berperan dalam hal ketersediaan barang (availability of goods); 2. Stabilisasi dan penyamaan harga (stabilization and equalization); 3. Penurunan harga ( price reduction);

4. Meningkatkan nilai tanah (land value);

(51)

18

7. Terjadinya urbanisasi dan konsentrasi penduduk (urbanization and population concentration) dalam kehidupan. 20

Pengangkutan memiliki nilai yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal tersebut didasari oleh berbagai faktor, yaitu antara lain.

a Keadaan geografis Indonesia yang berupa daratan yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil, dan berupa perairan yang terdiri dari sebagian besar laut dan sungai serta danau memungkinkan pengangkutan dilakukan melalui darat, perairan, dan udara guna menjangkau seluruh wilayah negara;

b Menunjang pembangunan di berbagai sektor c Mendekatkan jarak antara desa dan kota

d Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.21

Secara umum pengangkutan memiliki tujuan untuk memindahkan baik orang maupun barang untuk meningkatkan nilai daya guna dari orang maupun barang terebut. Sebagai contoh hasil alam yang diperoleh oleh penduduk yang berada di daerah pegunungan seperti sayur-sayuran dan hasil alam lainnya akan lebih meningkat daya gunanya bagi masyarakat perkotaan, disinilah pengangkutan berperan penting.

20

Ibid, hlm. 15.

21

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pengelolaan arsip dokumen pada Kantor Cabang Utama PT Angkasa Pura II belum berjalan dengan maksimal semuanya karena beberapa dokumen seperti Dokumen

dalam analisis ini didapatkan dari frekuensi data curah hujan yang tersedia dengan menggunakan metode partial duration seriesi atau pemilihan data curah hujan dengan nilai

Temuan dan Argumen Peneliti dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka keunggulan yang ditemukan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching

Hasil penelitian menemukan bahwaKurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dan AIK Al Islam dan Kemuhammadiyahan) di Unismuh Makassar dan Unismuh Pare-Pare; keduanya

Penulis memfokuskan kajian dalam skripsi ini, dengan berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut: pertama apa

Dalam skripsi Zulfitra AJ dengan judul “ Pelestarian Mesjid Teungku Chik di Kila Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya” ditulis pada tahun 2015 menjelaskan mengenai

1) Statik, terjadi akibat adanya deviasi dari postur tubuh atau sikap tubuh,karena posisi statis yang lama dan sering diikuti peregangan dari ligament-ligament yang

Maka definisi konsepsioanl dari penelitian ini adalah kinerja pegawai SAMSAT dalam pemberian pelayanan publik pada kantor SAMSAT Pembantu Samarinda Seberang dimana