• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGEMUDI OJEK ON LINE AKIBAT KECELAKAAN DALAM MENGOPERASIKAN KENDARAANNYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGEMUDI OJEK ON LINE AKIBAT KECELAKAAN DALAM MENGOPERASIKAN KENDARAANNYA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

81 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGEMUDI OJEK ON LINE AKIBAT

KECELAKAAN DALAM MENGOPERASIKAN KENDARAANNYA Elfrida Ratnawati

Dosen Tetap FH Universitas Trisakti elfrida.r@trisakti.ac.id

ABSTRAK

Tulisan ini bermula dari pemberitaan media tentang kecelakaan lalu lintas yang dialami oleh pengemudi kendaraan online saat pengoperasian kendaraannya mengakibatkan luka-luka bahkan meninggal. Bagaimana tanggung jawab Perusahaan kendaraan OnLine terhadap Pengemudi? dan Bagaimana perlindungan hukum terhadap Pengemudi On Line? adalah pokok permasalahan dalam paper ini. Metode penelitian yang digunakan adalah Normatif dianalisis secara deskriptif menggunakan data primer yang kebenarannya didukung data sekunder kemudian diolah secara kualitatif. Data dari lapangan melihat seberapa banyak kecelakaan yang dialami oleh pengemudi On Line dan tanggung jawab perusahaan On Line, kemudian data primer ini didukung oleh data sekunder melalui bahan hukum primer yaitu perundang-undangan yang mengatur, bahan hukum sekunder yaitu buku-buku pendukung dan bahan hukum tersier yaitu data-data yang berasal dari tulisan jurnal-jurnal yang membahas tentang perlindungan hukum yang mempunyai kaitan pembahasan dengan paper ini. Kesimpulan Penelitian ini adalah Perusahaan Kendaraan OnLine tidak bertanggung jawab atas kecelakaan yang diderita akibat pengoperasian kendaraannya dan sama sekali tidak menjamin keselamatannya, padahal resiko pekerjaan sangat tinggi, mengapa? Karena perjanjian yang disepakati adalah mitra kerja dan Pengemudi yang tertimpa kecelakaan tidak mendapatkan ganti rugi dan biaya perawatan dari perusahaan dan tidak ada perlindungan hukum bagi Pengemudi On Line.

Kata kunci: Perlindungan Hukum, Pengemudi, Ojek Online, Kecelakaan A. Latar Belakang

Tulisan ini akan memaparkan beberapa kejadian tentang kecelakaan yang terjadi atas pengemudi Ojek Online antara lain yang dialami oleh Wisin yang sedang mengoperasikan kendaraannya membawa penumpang yaitu Wiwin Harsani, usia 39 Tahun yang mengalami kecelakaan dan kaki kirinya diamputasi, kecelakaan tersebut terjadi di Jalan Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada hari Senin, Tanggal 28 Maret 2016 (Belarminus, 2016), Suyatmin usia 36 Tahun, kecelakaan lalu lintas dengan Bus Trans Jakarta, di Jalan Margonda, Beji, Depok, akibatnya meninggal di lokasi kejadian. Kedua peristiwa ini merupakan sebagian dari banyaknya kasus atau peristiwa yang dialami oleh pengemudi ojek online (Tribunnews, 2019).

Wiwin Harsani mengalami kecelakaan karena ditabrak dari belakang oleh mobil sedangkan Suyatmin akibat memasuki jalur Bus Trans Jakarta dan ditabrak, kedua hal berbeda dialami oleh kedua pengemudi ojek online ini, yaitu Wiwin Harsani mengalami amputasi pada kakinya, sedangkan Suyatmin meninggal di lokasi kejadian. Tulisan ini hendak membahas tentang perlindungan hukum bagi para pengemudi ojek online yang mengalami kecelakaann lalu lintas sebagai akibat dari pelaksanaan kerjanya yaitu pengoperasian kendaraan ojek online.

(2)

82 Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan di atas, maka melalui tulisan ini Penulis akan membahas tentang perlindungan hukum terhadap pengemudi kendaraan ojek online akibat kecelakaan dalam mengoperasikan kendaraannya.

B. Pokok Permasalahan

Dalam penulisan ini akan dibahas beberapa permasalahan, antara lain : 1. Bagaimana pengaturan tentang penyelenggaraan ojek online di Indonesia?

2. Bagaimana Tanggung jawab Perusahaan kendaraan OnLine terhadap Pengemudi yang mengalami kecelakaan dalam menjalankan tugasnya mengoperasikan kendaraannya? 3. Bagaimana Perlindungan hukum terhadap Pengemudi On Line dalam melakukan

tugasnya mengoperasikan kendaraannya ? C. Metodologi

Tulisan ini bertolak dari jenis penelitian hukum normatif yang bersandar pada norma-norma hukum dan peraturan-peraturan hukum yang berlaku dan dikonsepsikan secara tertulis dalam peraturan perundang-undangan. Data yang digunakan dalam penelitian normatif adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, disertasi dan peraturan perundang-undangan terkait. Ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang digunakan adalah yang berkaitan dengan masalah pengaturan mengenai perusahaan layanan berbasis aplikasi, pengaturan mengenai angkutan umum publik serta pengaturan mengenai tanggung jawab perusahaan layanan berbasis aplikasi di bidang pengangkutan terhadap pengemudi kendaraan ojek online dalam melaksanakan tugasnya mengangkut penumpang . Bahan hukum primer yang digunakan berupa peraturan KUHD, KUH Perdata, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Lalu Lintas Jalan, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 37/Pmk.010/2008 Tentang Besar Santunan Dan Iuran Wajib Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang Alat Angkutan Penumpang Umum Di Darat, Sungai/Danau, Ferry/Penyeberangan, Laut Dan Udara dan Peraturan Menteri Perhuungan Republik Indonesia Nomor PM 32 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek.

D. Pembahasan 1. Dasar Hukum

Perusahaan jasa layanan berbasis aplikasi yang menyediakan aplikasi yang didalamnya terdapat layanan untuk memesan ojek. Namun PT GO-JEK yang menggunakan sepeda motor sebagai alat angkutnya belum memiliki payung hukum yang pasti, tetapi, ada peraturan yang dapat dijadikan pisau analisis dalam suatu peristiwa atau keadaan, antara lain (Wijaya, 2016):

a. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; b. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan;

c. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 32 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek; Analisis 2. Sejarah Perusahaan Jasa Layanan Tranportasi Online

(3)

83 Saat ini transportasi online di Indonesia sangat berkembang pesat dan semakin banyak, seperti semakin banyaknya pemakai jasa dikarenakan mendapatkan kemudahan , kecepatan dan biaya murah. Tidak hanya dari sudut transportasi kendaraan baik roda dua dan empat, aplikasi online ini juga menyediakan jasa membelikan makanan, menyediakan jasa kebersihan, sampai dengan fasilitas estetika, dan masih banyak lagi tawaran yang membuat orang semakin mudah mendapatkan apa yang diinginkan tanpa harus keluar rumah (Warta Kota Tribun News, 2016).

Jasa kendaraan roda dua beraplikasi online dipelopori oleh Perusahaan Go-Jek pada Tahun 2011, namun mulai melesat pada tahun 2015 sejak peluncuran aplikasinya di ponsel Android dan IOS pada Tahun 2015, yang memungkinkan pengguna memesan ojek secara online. Aplikasi itu akan mengkalkulasi biaya perjalanan dan pengemudi akan menjemput penumpangnya dimanapun beraada, sesuai permintaan. Setelah Go Jek, maka bermunculan pula aplikasi ojek lainnya, seperti Uber dan Grab (Kristo, 2017) 3. Pengangkutan dengan Kendaraan Roda Dua

Dasar perjanjian tentang pengangkutan orang melalui darat didasarkan pada ketentuan umum tentang perjanjian umumnya yaitu Pasal 1338 dan 1339 KUHPerdata. Pengertian dasar tentang pengangkutan adalah perpindahan tempat, baik mengenai benda-benda maupun mengenai orang-orang karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan meninggikan manfaat . Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada pasal 1 yang menyatakan bahwa angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas (Radhian, 2013).

Pelaksanaan pengangkutan di darat dapat menggunakan sarana transportasi berupa kendaraan bermotor yang beroda dua maupun empat yang digunakan untuk mengangkut barang maupun orang. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maupun Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan dijelaskan bahwa kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan diatas rel. Berdasarkan Pasal 47 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Jo Pasal 3 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014, kendaraan bermotor dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu sepeda motor, mobil penumpang, mobil bus dan mobil barang. Perjanjian Pengangkutan bersifat timbal balik, dimana di dalam proses pengangkutan ada timbal balik berupa adanya pembayaran atau upah sebagai imbalan, maka sarana atau alat transportasi yang harus digunakan adalah kendaraan bermotor umum (Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan jo. Pasal 1 angka 5 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan).Sebagai suatu kegiatan penyedia jasa dalam mengangkut atau memindahkan barang ataupun orang dari suatu tempat ke tempat lain, pengangkutan sangat berperan dalam mewujudkan adanya layanan transportasi yang aman, nyaman, cepat, teratur, dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat luas (Nugroho, 2010).

.

(4)

84 Pokok pembahasan dalam tulisan ini adalah tentang pengangkutan barang atau orang menggunakan kendaraan roda dua yang melaksanakan kinerja jasanya melalui kerjasama dengan Perusahaan Layanan Berbasis Aplikasi (Hamalatul, 2019).

Banyak moda transportasi umum darat roda dua yang menggunakan layanan berbasis aplikasi antara lain adalah GO-JEK dan GRAB, didalamnya terdapat berbagai macam layanan jasa pengangkutan baik orang maupun barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan sepeda motor sebagai salah satu alat angkutnya. Segala kemudahan dan manfaat yang diberikan dan sangat membantu masyarakat. Keunggalan utama yang ditawarkan adalah memberikan solusi transportasi cepat, murah, efisien serta dapat menjangkau tempat yang tidak dapat dijangkau oleh angkutan umum lainnya. Seiring berkembangnya transprtasi online terdapat suatu permasalahan tentang tanggung jawab dan perlindungan hukum. Tanggung jawab di sini adalah tanggung jawab terhadap orang atau barang yang diangkut dan perlindungan hukum bagi pengemudi kendaraan roda dua dalam melaksanakan tugasnya mengantar jemput penumpangnya yang didapat melalui perantara layanan aplikasi, dan inilah yang akan di bahas dalam tulisan ini (Pramesti, 2015).

Apakah terdapat perlindungan hukum terhadap pengemudi layanan berbasis aplikasi Usaha penyedia barang dan jasa melalui teknologi aplikasi berbentuk sebagai perseroan terbatas, perusahaan aplikasi ini adalah pelaku usaha yang menjadi penghubung, sehingga sebagai pelaku usaha penghubung tidak perlu memiliki izin untuk memperdagangkan jasa yang dihubungkan oleh perusahaan tersebut melalui teknologi aplikasi. Jadi perdagangan yang dilakukan oleh perusahaan layanan berbasis aplikasi ini melakukan kinerjanya atas perdagangan yang melakukan kegiatan pengangkutan. Jadi perusahaan layanan berbasis aplikasi ini bukan merupakan perusahaan transportasi, dengan demikian tanggung jawab yang dimilikinya tidak sama dengan apa yang menjadi tanggung jawab perusahaan transportasi pada umumnya (Hasanah, 2017).

Terjadi permasalahan di sini, yaitu bangaimana Tanggung jawab yang timbul akibat adanya pelaksanaan jasa transportasi berbasis aplikasi? Karena bermacam-macam tanggung jawab yang timbul, antara lain mulai dari tanggung jawab atas pelayanan yang diberikan, tanggung jawab terhadap perlindungan privasi pengguna jasa, pajak, asuransi hingga tanggung jawab atas keamanan transportasi itu sendiri. Penekanan tentang tanggung jawab ini sangat penting, agar nantinya apabila terjadi sesuatu yang yang tidak diinginkan dapat diketahui siapa yang dapat dimintai pertanggung jawaban dalam hal tersebut (Putri & Diamantina, 2019). Untuk memahami tanggung jawab hukum perusahaan penyedia aplikasi transportasi harus dipahami bahwa usaha teknologi aplikasi bukan merupakan suatu klasifikasi bidang usaha. Hal ini dikarenakan teknologi aplikasi berfungsi sebagai penghubung kegiatan usaha.

Perusahaan layanan transportasi berbasis aplikasi ini menyatakan bahwa perusahaanya merupakan perusahan teknologi, karena kegiatan yang dilakukan didalamnya merupakan menjalankan dan mengembangkan suatu teknologi aplikasi yang kemudian digunakan untuk menghubungkan penyedia usaha dan pengguna jasa.Persyaratan dan tanggung jawab hukum yang harus dipenuhi oleh perusahaan penyedia aplikasi transportasi jelas berbeda dengan tanggung jawab perusahaan transportasi umum (Rachman & Asep I, 2018).

(5)

85 Seperti telah dipaparkan di atas bahwa banyak kejadian kecelakaan terhadap pengemudi kendaraan beroda dua yang bekerja berdasarkan permintaan dari perusahaan layanan tranportasi berbasis aplikasi, bagaimana tanggung jawab yang diberikan apabila terjadi kecelakaan yang menyebabkan luka dan bahkan menghilangkan nyawa dari si pengemudi, dikarenakan pengemudi memang melakukan pekerjaan berdasarkan permintaan dari perusahaan aplikasi tersebut. Apakah fungsi dari si pengemudi dapat disamakan seperti yang termaktub dalam Pasal 1367 ayat (1) KUHPerdata, yang menyatakan bahwa Seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada di bawah pengawasannya, makna dari Pasal ini adalah bahwa perusahaan selaku majikan tidak bisa lepas dari pertanggung jawaban ganti rugi atas kesalahan atau perbuatan melawan hukum pekerjanya, jika pekerja tersebut melakukan kesalahan dalam rangka menjalankan tugasnya (Mawanda & Muhshi, 2019). Ditegaskan lagi dalam ayat ke 3 yaitu Majikan-majikan dan mereka yang mengangkat orang-orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka, adalah bertanggung jawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh pelayan-pelayan atau bawahan-bawahan mereka di dalam melakukan pekerjaan untuk mana orang-orang ini dipakainya. Dijelaskan bahwa ayat (3) ini menyatakan dalam hukum perdata juga diatur selain majikan seperti disebutkan di atas, guru sekolah, atau kepala tukang (mandor) bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh murid-muridnya atau tukang-tukangnya selama waktu orang-orang itu berada di bawah pengawasannya. Hal ini merupakan konsep yang di ataur dalam KUHPerdata.

Apabila ditinjau dari tanggung jawab perusahaan yang menyediakan alat transportasi berbasis aplikasi, yang menyatakan tidak bergerak di bidang transportasi atau pengangkutan, namun bidang layanan perdagangan, tetapi kenyataannya melakukan kegiatan pengangkutan orang dan barang, yang kesemuanya itu terdapat dalam aplikasi yang ditawarkan (Abbas, 2000).

6. Perlindungan terhadap Pengemudi Ojek Online saat terjadi kecelakaan

Hasil dari penelitian yang diperoleh adalah, ternyata tidak ada perlindungan hukum terhadap pengemudi kendaraan ojek online. Perusahaan tidak bertanggung jawab atas kerugian yang dialami pengemudi akibat pelaksanaan pengoperasian kerja seperti luka atau bahkan meninggal dunia , mengapa? Perusahaan berdalih, karena pada dasarnya perusahaan hanyalah sebagai penyedia jasa perdagangan dan bukan merupakan perusahaan transportasi seperti perusahaan penyedia taksi atau bus umum. Menurut pendapat penulis hal ini sangat bertentangan dan rancu pengertiannya, antara bentuk perusahaan dan kinerja yang dilakukan di lapangan. Jadi tidak berlaku hubungan kerja seperti yang diamanatkan di dalam Pasal 1367 ayat (1) KUHPerdata (Wijaya, 2016). Seperti halnya pengemudi ojek online, Wiwin, tidak mendapatkan ganti rugi dan biaya perawatan dari perusahaan, padahal pekerjaan yang dilakukan sangat beresiko tinggi terjadinya kecelakaan, namun tidak dijamin keselamatannya. Ketika dilakukan penelusuran lebih lanjut, Penulis mendapatkan informasi, bahwa ada santunan sebesar Rp. 20.000.000,- (duapuluh juta rupiah), yang diberikan pihak Perusahaan Online tempat Pengemudi Ojek yang bernama Ibu Wiwin melakukan kinerjanya sebagai pengemudi ojek online yaitu Perusahaan GoJek (Warta Kota, 2016).

(6)

86 Kecelakaan yang dialami Wiwin dapat dikategorikan kecelakaan , namun bukan merupakan tanggung jawab pihak perusahaan transportasi berbasis aplikasi online tersebut, mengapa? karena sesuai dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Ketenagakerjaan, khususnya tentang hubungan kerja, hubungan perusahaan ojek online dengan pengemudinya adalah hubungan kerja antar vendor (perusahaan) bersifat kemitraan. Kecuali hubungan kerja sesuai Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, yaitu antara pengusaha dengan pekerja berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah, dan hubungan kemitraan ini belum diatur dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan (Warta Kota Tribun News, 2016). PENUTUP

1. Pengaturan Penyelenggaraan Angkutan Umum dengan Kendaraan Bermotor Umum diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan. Di dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa untuk menyelenggarakan angkutan umum harusmenggunakan Kendaraan Bermotor Umum. Yang termasuk kedalam Kendaraan Bermotor Umum menurut Pasal 47 ayat (3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah mobil penumpang, mobil bus, mobil barang, dan kendaraan khusus. Sementara sepeda motor tidak termasuk sebagai Kendaraan Bermotor Umum. Perusahaan Ojek online Indonesia merupakan layanan jasa aplikasi di bidang transportasi yang sebagian besar kegiatannya menggunakan sepeda motor sebagai alat angkutnya dan menerima bayaran atas jasa yang diberikan, tidak sesuai dengan apa yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan.Pengaturan Penyelenggaraan Angkutan Umum dengan Aplikasi Berbasis Teknologi Informasi diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 32 Tahun 2016 tentang Penyelenggaran Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek yaitu terdapat dalam Pasal 21 sampai Pasal 23 mengenai perizinan angkutan orang Pasal 40 sampai Pasal 42 mengenai penyelenggaraan angkutan umum dengan aplikasi berbasis teknologi informasi. Untuk menyelenggarakan Angkutan Orang Tidak Dalam Trayek dengan Kendaraan Bermotor Umum, Perusahaan Angkutan Umum wajib memiliki izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek yang harus memenuhi syarat.

2. Perusahaan ojek online tidak bertanggung jawab atas kecelakaan yang dialami oleh pengemudinya karena menyatakan bahwa perusahaan ojek online hanyalah sebagai perusahaan jasa layanan aplikasi sebenarnya hanya memiliki tanggung jawab terhadap penggunaan aplikasi yang digunakan untuk memesan jasa transportasi, sedangkan untuk perusahaan transportasi umum memiliki tanggung jawab terhadap pelaksanaan jasa transportasi umum yang diberikan kepada pengemudinya.

3. Perlindungan terhadap pengemudi ojek online dinyatakan tidak merupakan tanggung jawab dari perusahaan ojek online, yang mempunyai arti tidak adanya perlindungan hukum bagi keselamatan pengemudi ojek online. Namun dalam kenyataannya ada satu perusahaan ojel online yang memberikan santunan kepada pengemudi ojek onlinenya ketika mengalami kecelakaan , dan memberikan jaminan keselamatan berupa santunan sebesar Rp. 20.000.000,- (duapuluh juta rupiah). PT GO-JEK pantas untuk diberi apresiasi karena perusahaan tersebut beritikad baik untuk memberikan jaminan

(7)

87 keselamatan terhadap peengemudinya yang sebenarnya bukan tanggung jawab PT GO-JEK.

References

Abbas, S. (2000). Manajemen Transportasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Belarminus, R. (2016, April 21). Wiwin, "Lady Gojek", Bertekad Bangkit Setelah Kehilangan Kaki Kiri. Retrieved from Kompas.com: Https://kompas.com

Hamalatul, Q. (2019, April 13). Nasib Ojek Online Pasca Putusan MK, Kini Tanggungjawab

Siapa?, Diakses tanggal 3 Juni 2020. Retrieved from Hukum Online:

Https://Hukumonline.com

Hasanah, S. (2017, November 22). Perlindungan Hukum Bagu Driver Ojek Online, Diakses

tanggal 1 Juli 2020. Retrieved from Hukum Online: Https://m.hukumonline.com

Kristo, F. Y. (2017, Agustus 22). Awal Mula Transportasi Online Menjamur di Indonesia, Diakses

Tanggal 25 November 2019. Retrieved from DetikInet: m.detik.com

Mawanda, M. K., & Muhshi, A. (2019). Perlindungan Hukum Mitra Ojek Daring di Indonesia.

Lentera Hukum, Vol. 6, (No.1), 33-52.

Nugroho, L. (2010, November 16). Konsumen dan Jasa Transportasi (Studi Terhadap Perlindungan Hukum Pada Konsumen Fasilitas Publik Transportasi Darat dan Pelayanan

Jasa, Diakses pada tanggal 28 Februari 2020. Retrieved from Electronic Theses and

Dissertations: eprints.ums.ac.id

Pramesti, J. A. (2015, Desember 18). Apakah Perusahaan Aplikasi Ojek Harus Berizin

Perusahaan Angkutan Umum, Diakses tanggal 22 Januari. Retrieved from Hukum Online:

http://www.hukumonline.com

Putri, H. S., & Diamantina, A. (2019). Perlindungan Hukum Terhadap Keselamatan dan Keamanan Pengemudi Ojek Online Untuk Kepentingan Masyarakat. Jurnal Pembangunan

Hukum Indonesia, Volume 1, Nomor 3, 392-403.

Rachman, & Asep I. (2018). Perlindungan Hukum dengan Hak-Hak Pekerja di PT. Grab Semarang. Jurnal Daulat Hukum, Vol. 1, 229-246.

Radhian, T. R. (2013). Tinjauan Hukum Perjanjian Pengangkutan Darat Pupuk Area Bersubsidi (Studi pada pt. Pupuk Iskandar Muda), Diakses Tanggal, 20 Maret 2020. Civil Law, 1-11. Retrieved from media.neliti.com.

Raharjo, S. (2002). Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti. Suwardi. (2000). Angkutan Umum. Surakarta: Fakultas Teknik UMS.

Tribunnews. (2019, September 13). Pengemudi Ojek Online Tewas di Tempat Usai Terserempet

Hingga Masuk Kolong Bus TransJakarta, Diakses Tanggal, 2 Juli 2020. Retrieved from

(8)

88 Warta Kota. (2016, April 13). Retrieved from Warta Kota di kantor Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi DKI Jakarta, Jalan KKO Usman dan Harun, Senen Jakarta Pusat, Diakses pada tanggal 22 April 2020: https://wartakota.com

Warta Kota Tribun News. (2016, April 13). Disayangkan Driver Go Jek Korban Kecelakaan Tidak

Dijamin, Diakses 21 April 2020. Retrieved from Warta Kota Tribun News:

https://wartakota.tribunnews.com

Referensi

Dokumen terkait

MS diperoleh kemurnian yang tinggi dengan luas area sitronelol 21,42% dan geraniol 69,15% lebih baik dari proses isolasi rhodinol (sitronelol dan geraniol) dari

Pembuatan laporan akhir ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan Circuit Breaker dalam memproteksi arus gangguan hubung singkat yang terjadi di Gardu Induk Bungaran.. Arus

Dalam penanganan masalah kondisi tanah yang jelek ini dilakukan perlakuan perbaikan tanah tersebut dengan menggunaan prevabricated vertical drain (PVD).. Masalah utama

Berdasarkan hasil analisis dengan Teknologi Pinch tersebut, maka sebaiknya dilakukan integrasi antara energi panas dan energi dingin yang ada dalam sistem proses

(1) Mengesahkan Convention on International Interests in Mobile Equipment(Konvensi tentang Kepentingan Internasional dalam Peralatan Bergerak) dengan

Makna simbolik pertunjukan kesenian Kubro juga terdapat pada gerak, pelaku, musik, lagu, tata rias, tata busana, pola tempat pertunjukan dan penari yang

Dimana konsumen tidak perlu mendatangai ojek di pangkalan cukup dengan menggugah aplikasi ojek online untuk mendapatkan transportasi ini dan memesan sesuai dengan

Dengan kelebihannya ini ojek dapat mencapai tujuan lebih cepat dari alat transportasi lain, namun ojek memiliki kekurangan pada kenyamanan dan keamanan karena