SEGI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA
PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI SERVICES
SIDOARJO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan oleh: 0313010288/FE/EA RIO ANGGA SEBASTIAN
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
JAWA TIMUR
PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI SERVICES
SIDOARJO
SKRIPSI
Diajukan oleh :
0313010288 / FE / AK RIO ANGGA SEBASTIAN
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
INFORMASI AKUNTANSI PADA
PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI SERVICES SIDOARJO
Yang diajukan
0313010288/FE/EA RIO ANGGA SEBASTIAN
Disetujui untuk Ujian Lisan
Pembimbing Utama
DRA. EC. SRI HASTUTI, Msi NIP : 030 194 442
Tanggal : ……...
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
UPN ”Veteran” Jawa Timur
NIP 030 194 437
KUALITAS KINERJA MANAJERIAL DITINJAU DARI SEGI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA
PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI SERVICES SIDOARJO
Yang diajukan
0313010288/FE/EA RIO ANGGA SEBASTIAN
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
DRA. EC. SRI HASTUTI, Msi NIP : 030 194 442
Tanggal : ……...
Mengetahui
Ketua Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi
UPN ”Veteran Jawa Timur”
NIP 030 217 167
KUALITAS KINERJA MANAJERIAL DITINJAU DARI SEGI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA
PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI SERVICES SIDOARJO
Disusun Oleh :
0313010288/FE/EA RIO ANGGA SEBASTIAN
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur pada tanggal 03 September 2010
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
DRA. EC. SRI HASTUTI, Msi
NIP : 030 194 442 Sekretaris
Dra. Ec. Sri Hastuti, Msi
Anggota
Dra. Ec. Harymami, MM
Dra. Ec. Sari Andayani, Maks
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Dekan Fakultas Ekonomi
NIP : 030 202 389
BAB I : PENDAHULUAN ………...………… 1
1.1Latar Belakang Masalah………...………....………. 1
1.2Perumusan Masalah ……….. 6
1.3Tujuan Penelitian ……….. 6
1.4Manfaat Penelitian ……… 7
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ………...………. 8
2.1 Penelitian terdahulu………..………..………... 8
2.2 Landasan Teori………...….... 18
2.2.1. Kinerja Manajerial...………..…..…. 18
2.2.1.1. Tugas Manajer... ……….………. 19
2.2.1.2. Penilaian Kinerja Manajerial...……… 21
2.2.1.3. Manfaat dan Tahap Penilaian Kinerja Manajerial..…………. 21
2.2.1.4. Tingkatan Manajerial dan Keterampilan...… 23
2.2.2. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi.……….. 25
2.2.2.1. Peranan Sistem Informasi Akuntansi...…….…..………. 26
2.2.2.2. Jenis Sistem Informasi Akuntansi...…….…...………. 27
2.2.2.3. Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi...…….….... 29
2.2.2.4. Penggunaan Komputer dalam Sistem Informasi Akuntansi.... 30
2.2.2.5. Pemakai Sistem Informasi Akuntansi... 31
2.2.2.6. Tujuan Sistem Informasi Akuntansi... 34
2.2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Informasi Akuntansi……… 34
2.2.3.1. Partisipasi Pemakai……….………...……. 34
2.2.3.2. Kemampuan Tehnik Personal……….………...……. 36
2.2.3.3. Dukungan Manajemen Puncak…….………...……. 38
2.2.3.4. Pelatihan Dan Pendidikan Pemakai……….…...……. 39
2.2.4. Pengaruh Partisipasi Pemakai Terhadap SIA………... 42
2.2.5. Pengaruh Kemampuan Tehnik Personal Terhadap SIA………… 44
2.2.6. Pengaruh Dukungan Manajemen Puncak Terhadap SIA………... 46
BAB III : METODE PENELITIAN ……… 54
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel..……… 54
3.1.1. Definisi Operasional……….……… 54
3.1.2. Pengukuran Variabel………. 56
3.2. Teknik Penentuan Sampel……… 58
3.2.1. Populasi……….……… 58
3.2.2. Sampel………..……….……… 58
3.3. Tehnik Pengumpulan Data………..………..……. 58
3.3.1. Jenis Data Dan Sumber Data………. 58
3.3.2. Pengumpulan Data……….……… 59
3.4. Tehnik Analisis Dan Uji Hipotesis…….……… 60
3.4.1. Uji Validitas……….……….……… 60
3.4.2. Uji Reliabilitas……….……….……… 60
3.4.3. Uji Normalitas…….……….……… 61
3.4.4. Uji Asumsi Klasik……….……… 61
3.4.5. Uji Analisis Data………..………….……… 63
3.5. Uji Hipotesis……....……… 64
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………. 65
4.1. Diskripsi Obyek penelitian ……… 65
4.1.1. Sejarah Umum Perusahaan……… 65
4.1.2. Visi dan Misi………. 66
4.1.3. Aktivitas Kerja…..……… 67
4.1.4. Struktur Organisasi…..………..……… 68
4.2. Deskripsi hasil Penelitian………... 69
4.2.1. Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel X1……….. 69
4.2.2. Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel X2……….. 70
4.2.3. Deskripsi Jawaban Responden Pada Variabel X3……….. 71
4.3.1. Uji Validitas……….. 74
4.3.2. Uji Realibilitas……….……….. 77
4.4. Analisis dan Uji Hipotesis………... 78
4.4.1. Uji Normalitas……… 78
4.4.2. Uji Asumsi Klasik………..……… 79
4.4.3. Persamaan Regresi Linier Berganda………...………… 80
4.4.4. Uji Hipotesis……….………...………… 82
4.4.4.1. Uji F……….…...……. 82
4.4.4.2. Uji T……….…...……. 84
4.5. Pembahasan……….………. 85
4.5.1. Implikasi Penelitian……… 90
4.5.2. Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu.. 91
4.5.3. Keterbatasan Penelitian……… 92
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN... 94
5.1. Kesimpulan……….……….. 94
5.2. Saran………..……… 94
PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI SERVICES SIDOARJO
Oleh :
Rio Angga Sebastian
ABSTRAK
Memasuki era globalisasi terjadi persaingan antar perusahaan semakin ketat, mengakibatkan setiap perusahaan harus berusaha untuk meningkatkan kinerjanya semaksimal mungkin agar dapat memenangkan persaingan, tetapi peningkatan kerja tidak akan berhasil apabila tidak didukung sumber daya yang memadai.
Baik buruknya kinerja manajerial suatu perusahaan berawal dari informasi akuntansi yang dipergunakan oleh pihak manajemen untuk menentukan arah dan kebijakan perusahaan. Kriteria kualitas informasi yang bagus adalah relevan, akurat, tepat waktu, ringkas, jelas, dapat dipertanggungjawabkan, dan konsisten. Berdasarkan uraian tersebut, tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan menguji secara empiris adanya partisipasi pemakai dalam pengembangan SIA, kemampuan teknik personal sistem informasi akuntansi, dukungan manajemen puncak, faktor keberadaan program pelatihan dan pendidikan pemakai terhadap kinerja manajerial ditinjau dari segi sistem informasi akuntansi di PT. Pembangkitan Jawa-Bali Services.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini difokuskan pada manajer, asisten manajer, karyawan pengguna sistem informasi dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden dengan menggunakan teknik sensus. Untuk menjawab perumusan masalah, tujuan dan hipotesis penelitian, analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil analisis regresi linier berganda menyimpulkan bahwa variabel partisipasi pemakai dalam pengembangan SIA dan kemampuan teknik personal SIA tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial ditinjau dari segi SIA, sedangkan variabel dukungan manajemen puncak dan keberadaan program pelatihan dan pendidikan pemakai berpengaruh terhadap kinerja manajerial ditinjau dari segi SIA, sehingga hipotesis penelitian ini yang menyatakan bahwa adalah ”Diduga bahwa partisipasi pemakai, kemampuan teknik personal, dukungan manajemen puncak, keberadaan program pendidikan dan pelatihan pemakai berpengaruh terhadap kinerja manajerial ditinjau dari segi sistem informasi akuntansi pada PT Pembangkitan Jawa-Bali Services” tidak teruji kebenarannya.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi terjadi persaingan antar perusahaan semakin
ketat, mengakibatkan setiap perusahaan harus berusaha untuk meningkatkan
kinerjanya semaksimal mungkin agar dapat memenangkan persaingan (Yafia
Bunga Yustita, 2003: 56), tetapi peningkatan kerja tidak akan berhasil apabila
tidak didukung sumber daya yang memadai.
Perusahaan dapat dilihat sebagai sistem organisasi sumber daya
manusia, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya untuk
mencapai tujuan. Sumber daya manusia dalam organisasi merupakan salah
satu faktor paling penting yang menentukan keefektifan organisasi, untuk itu
setiap perusahaan memerlukan sistem pengendalian manajemen dengan tujuan
untuk mengatur aktivitas organisasi melalui para pimpinan organisasi agar
sesuai dengan tujuan yang diinginkan perusahaan.
Baik buruknya kinerja manajerial suatu perusahaan berawal dari
informasi akuntansi yang dipergunakan oleh pihak manajemen untuk
menentukan arah dan kebijakan perusahaan. Kriteria kualitas informasi yang
bagus adalah relevan, akurat, tepat waktu, ringkas, jelas, dapat
dipertanggungjawabkan, dan konsisten. Ketika salah satu kriteria tersebut
tidak ada dalam informasi yang diberikan kepada manajer, manajer tersebut
cenderung untuk membuat keputusan yang tidak efektif. Demikian pula,
informasi yang relevan, namun disediakan sangat terlambat untuk sebuah
waktu yang mendesak. Semakin baik kinerja manajerial suatu perusahaan,
maka akan semakin baik pula kualitas informasi akuntansi yang dipergunakan.
Demikian pula sebaliknya, semakin buruk kinerja manajerial suatu
perusahaan, maka akan semakin buruk pula kualitas informasi akuntansi yang
dipergunakan.
Dalam tahap perencanaan dan perancangan sistem informasi
seharusnya lebih mempertimbangkan faktor perilaku manusia, karena sistem
informasi tidak mungkin berjalan tanpa adanya manusia dan seandainya dalam
tahap tersebut yang diperhatikan adalah peran teknologinya saja, maka akan
muncul permasalahan baru dari faktor manusia tersebut seperti timbulnya
ketidakpuasan dalam pekerjaan, yang tentu saja akan sangat merugikan
organisasi tersebut (Reynaldi, 2006: 3).
Diharapkan perancang dan analis sistem informasi dapat mendesain
sistem yang mampu bekerja sama dengan pemakai sistem informasi (user).
Agar tidak ada hambatan dalam pemakaian sistem informasi, maka diusahakan
agar sistem tersebut mudah digunakan dan lebih fleksibel. Karena secanggih
apapun sistem yang dibuat, namun seandainya dalam perancangan sistemnya
tidak memperhatikan faktor manusia sebagai pemakainya, maka dapat
dipastikan akan terjadi hambatan–hambatan yang disebabkan adanya
ketidak-sesuaian antara teknologi yang digunakan pemakainya. Untuk itu, dalam
perancangan sistem, sebaiknya pemakai dapat terlibat aktif, demikian juga
sampai pada proses pengujiannya.
Manajer puncak suatu perusahaan adalah para eksekutif pada puncak
organisasi perusahaan yang bertanggungjawab atas kelangsungan hidup dan
memungkinkan pemakai untuk berpartisipasi dalam setiap tahap
pengembangan sistem dan ini akan berpengaruh pada kepuasan pemakai. Hal
ini merupakan hal yang menarik untuk diteliti, menurut Chandarin dan
Indriantoro (1997), Setianingsih dan Indriantoro (1998), Restuningdiah dan
Indriantoro (2000) partisipasi pemakai dalam pengembangan informasi yang
dapat memberikan efektifitas dari sistem informasi itu sendiri yang tercermin
melalui kepuasan pemakai dan kualitas jasa informasi. Oleh karena itu
partisipasi pemakai dalam pengembangan sistem informasi akan meningkat
dengan adanya dukungan manajemen puncak.
The value of information, and hence the soundness of decisions, can be
affected by qualities that attach to the information. Useful information
qualities are relevance, accuracy, timeliness, conciseness, clarity,
quantifiability, and consistency. When these qualities are inadequate in the
information provided, the manager using the information is likely to make
ineffective decisions. Similarly, information that is relevant, but is provided
very late for a decision, is not of much value, for it cannot be used for the
decision that is time constrained (Wilkinson, 2000 : 18).
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) bagi pihak manajemen mempunyai
fungsi menyediakan informasi yang berguna dalam hal pengambilan
keputusan. Informasi yang disediakan SIA mempunyai dua kategori yaitu
laporan keuangan dan laporan manajerial.
Bagi pihak luar perusahaan, laporan keuangan digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Misalnya saja dalam
pengambilan keputusan mengenai pemberian kredit dan investasi dalam
yaitu laporan anggaran dan kinerja. Anggaran adalah alat perencanaan
keuangan, sedangkan laporan kinerja digunakan untuk pengendalian
keuangan.
Evolusi dalam informasi dan komunikasi telah mendorong kemajuan
dalam teknologi. Kompetisi dunia usaha semakin ketat, selalu beradaptasi
dengan perubahan yang terjadi dengan melakukan perbaikan strategi dan
operasi perusahaan. Informasi akuntansi menjadi salah satu unsur dalam
pengambilan keputusan suatu perusahaan. Kemampuan menjalankan bisnis
tanpa diikuti dengan penerapan sistem informasi akuntansi yang tepat akan
membuat perusahaan mengalami masalah dikemudian hari seiring dengan
berkembangnya bisnis mereka.
Informasi Akuntansi memiliki arti penting bagi manajemen untuk
pengambilan keputusan. Walaupun demikian, sistem informasi akuntansi yang
berlaku di Indonesia sekarang masih didominasi oleh konsep-konsep akuntansi
keuangan yang lebih diarahkan untuk menyajikan informasi
pertanggungjawaban keuangan oleh manajemen kepada pihak luar perusahaan.
Dengan demikian, sistem informasi akuntansi manajemen belum berperan
dalam menyediakan informasi keuangan bagi manajemen untuk merencanakan
dan mengendalikan alokasi berbagai sumber daya dalam perusahaan.
Keberhasilan suatu sistem informasi akuntansi ditentukan oleh kualitas
informasinya. Semakin baik kualitas informasi akuntansi, pihak manajemen
akan semakin efektif dan efisien dalam pengambilan keputusan yang tentunya
akan berpengaruh terhadap kinerja manajerial suatu perusahaan. Untuk itu
perlu adanya sistem yang baik untuk menghasilkan informasi yang biasa
Dari data yang diperoleh pada PT. Pembangkitan Jawa-Bali Services,
menunjukkan bahwa banyak pos-pos dari laporan keuangan yang tidak
berhasil memenuhi sasaran RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan)
untuk tiap-tiap bulan. Seperti pada pos laba/(rugi) bersih dalam laporan laba
rugi, per 28 februari 2009 hanya dapat direalisasikan sebesar 15% dari RKAP
yang sudah ditentukan, kemudian per 31 maret 2009 dapat direalisasikan
sebesar 108%, dan per 30 april 2009 hanya dapat direalisasikan sebesar 56%.
Tabel 1.1. Perbandingan Laba PT. PJB Services Tahun 2009
BULAN SASARAN RKAP
BULANAN
REALISASI PJB
SERVICES
PENCAPAIAN
REALISASI : RKAP
Februari 33.915.655 5.176.577 15%
Maret 4.481.780 4.862.136 108%
April 4.696.851 2.632.253 56%
(Sumber : Laporan manajemen perusahaan PT. PJB Services)
Pada bulan februari, maret, dan april 2009, terlihat fluktuasi realisasi
terhadap Rencana Kerja Anggaran Perusahaan. Perusahaan tidak bisa
memberikan laporan keuangan bulan mei dan juni karena laporan keuangan
masih dalam proses audit. Hal ini dapat menjadi gambaran bagaimana kualitas
kinerja manajerial pada PT. Pembangkitan Jawa-Bali Services, sehingga
diperlukan adanya sebuah penelitian yang membahas mengenai kinerja
manajerial ditinjau dari kinerja sistem informasi akuntansi.
Dari uraian di atas yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini
adalah apakah dukungan manajemen puncak, partisipasi pemakai dalam
pemakai, kemampuan teknik personal berpengaruh terhadap kualitas kinerja
manajerial ditinjau dari segi sistem informasi akuntansi.
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan dan fenomena
yang terjadi pada lingkungan perusahaan, maka hal ini menarik peneliti untuk
mengadakan penelitian yang berjudul ”KUALITAS KINERJA MANAJERIAL
DITINJAU DARI SEGI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA PT.
PEMBANGKITAN JAWA-BALI SERVICES SIDOARJO”.
1.2. Perumusan Masalah
Apakah partisipasi pemakai, kemampuan teknik personal, dukungan
manajemen puncak, pelatihan dan pendidikan pemakai berpengaruh terhadap
kualitas kinerja manajerial ditinjau dari segi kinerja sistem informasi akuntansi
pada PT. Pembangkitan Jawa-Bali Services.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan menguji secara empiris adanya partisipasi pemakai dalam
pengembangan SIA, kemampuan teknik personal sistem informasi akuntansi,
dukungan manajemen puncak, faktor keberadaan program pelatihan dan
pendidikan pemakai terhadap kualitas kinerja manajerial ditinjau dari segi
1.4. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan agar pihak-pihak yang berkepentingan
dapat mengambil manfaat antara lain :
1. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk menerapkan dan mengaplikasikan teori-teori yang
telah diperoleh selama masa studi, serta dapat menambah pengetahuan
tentang kondisi perusahaan dan permasalahan yang dihadapinya, sehingga
dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.
2. Bagi Perusahaan
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada
pengguna yaitu, manajemen dapat memaksimalkan kinerja sistem
informasi akuntansi dalam menghasilkan kualitas informasi untuk
menentukan kebijakan atau langkah yang harus diambil dan ditetapkan
oleh perusahaan.
3. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan riset untuk
mengembangkan penelitian selanjutnya bagi mahasiswa yang mengadakan
penelitian terhadap tema ini.
4. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk menambah wawasan dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Bagian ini berisi beberapa temuan yang telah dilakukan oleh
para peneliti terdahulu. Penelitian tentang masalah sistem informasi akuntansi
telah dilakukan oleh:
1) Muchammad Syafruddin ( 2001) Judul :
“ Pengaruh Moderasi Dinamika Lingkungan pada Sistem Kontrol
Akuntansi dan Kinerja Perusahaan “.
Perumusan Masalah :
Apakah dinamika lingkungan akan memoderasi hubungan sistem
kontrol akuntansi dan kinerja perusahaan?
Hipotesis :
H0
H1 : Derajat dinamika lingkungan akan memoderasi hubungan
antara sistem kontrol akuntansi dan kinerja perusahaan.
Semakin tinggi dinamika lingkungan, semakin tinggi pula
hubungan dengan sistem kontrol akuntansi dan kinerja
perusahaan.
: Derajat dinamika lingkungan tidak akan memoderasi hubungan
antara sistem kontrol akuntansi dan kinerja peruasahaan.
Kesimpulan :
Dengan mereview literature riset terdahulu tampak bahwa melihat
pada ketidakpastian lingkungan perspesian (PEU), justru melihat
secara langsung dinamika lingkungan yang ada disekitar organisasi
akan memberikan wawasan yang lebih nyata. PEU adalah merupakan
ketidakmampuan persepsi manajemen top dalam memprediksi
lingkungan eksternal organisasi secara tepat (Muhammad
Syafruddin, 2001: 103). Berdasar pada teori kontigensi dapat
diprediksi bahwa dinamika lingkungan merupakan faktor pengaruh
moderasi terhadap hubungan sistem kontrol akuntansi dan kinerja
organisasi “.
2) Nurika Restuningdiah dan Nur Indirantoro (2000) Judul Penelitian:
”Pengaruh Partisipasi Terhadap Kepuasan Pemakai Dalam
Pengembangan Sistem Informasi Dengan Kompleksitas Tugas,
Kompleksitas Sistem dan Pengaruh Pemakai Sebagai Moderating
Variabel”
Rumusan Masalah:
1. Apakah ada hubungan antara partisipasi pemakai dengan keputusan
pemakai dalam proses pengembangan sistem informasi.?
2. Apakah kompleksitas tugas, kompleksitas sistem serta pengaruh
pemakai berpengaruh sebagai moderating variabel terhadap
hubungan antara partisipasi dan kepuasan pemakai dalam
pengembangan sistem informasi.
Hipotesis:
1. Diduga bahwa partisipasi dalam pengembangan sistem informasi
2. Diduga bahwa semakin tinggi kompleksitas tugas, kompleksitas
sistem dan pengaruh pemakai, maka semakin tinggi pula hubungan
antara partisipasi pemakai dengan kepuasan pemakai.
Alat Uji:
Untuk menguji hubungan antara partisipasi dan kepuasan pemakai
digunakan model persamaan regresi linier sederhana, sedangkan untuk
menguji pengaruh antara interaksi dari ketiga faktor kontigensi
digunakan moderated regresi analisis.
Hasil Penelitian:
1. Berdasarkan hasil pengujian terhadap kompleksitas sistem dan
tugas pada hubungan partisipasi dan kepuasan pemakai dalam
pengembangan sistem informasi, menunjukkan bahwa
kompleksitas sistem berpengaruh sebagai moderating variabel
pada hubungan partisipasi dan kepuasan pemakai.
Hasil pengujian terhadap pengaruh pemakai, hubungan partisipasi dan
kepuasan pemakai sistem informasi, menunjukkan bahwa pengaruh
pemakai berpengaruh secara signifikan sebagai quasi moderator pada
hubungan partisipasi dan kepuasan pemakai.
3) I.G.A.A. Krisnasari Dewi (2002) Judul Penelitian:
”Pengaruh Dukungan Manajemen dan Komunikasi terhadap Kepuasan
Kerja Karyawan Pada Hotel Sheraton dan Hyatt Regency di
Rumusan Masalah:
1. Apakah ada pengaruh antara dukungan manajamen dan
komunikasi terhadap kepuasan kerja karyawan?
2. Faktor-faktor manakah dari dukungan manajemen dan
komunikasi yang paling dominan terhadap kepuasan kerja
karyawan?
Hipotesis:
1. Diduga bahwa dukungan manajemen dan komunikasi
berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan dalam
pengembangan SIA.
2. Diduga bahwa komunikasi berpengaruh paling dominan
terhadap kepuasan kerja karyawan dalam pengembangan SIA.
Alat Uji:
Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian :
1. Terdapat pengaruh secara nyata antara variabel bebas yaitu
dukungan manajemen puncak, komunikasi dan partisipasi
karyawan terhadap variabel terikat yaitu kepuasan kerja.
2. Manajemen secara parsial menghasilkan dua variabel yang
berpengaruh secara nyata dan positif terhadap kepuasan kerja
karyawan dalam sistem informasi yaitu komunikasi dan
4) Asep Komara (2005)
”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi
Akuntansi.”
Rumusan Masalah :
Apakah keterlibatan pemakai, kemampuan teknik personal, dukungan
manajemen puncak, formalisasi pengembangan sistem informasi
berpengaruh terhadap kinerja sistem informasi akuntansi?
Hipotesis :
1. Diduga terdapat hubungan yang positif antara keterlibatan pemakai
dalam proses pengembangan Sistem Informasi Akuntansi terhadap
Kinerja SIA
2. Diduga terdapat hubungan yang positif antara kemampuan teknik
personal SIA terhadap kinerja SIA
3. Diduga terdapat hubungan yang positif antara dukungan
manajemen puncak dalam proses pengembangan dan
pengoperasian SIA terhadap kinerja SIA
Alat Uji
Koefisien korelasi Person dan Model Pengujian U Test
Hasil Penelitian
Menunjukkan bahwa kinerja sistem informasi akuntansi yang diukur
dengan menggunakan kepuasan pemakai (user usage) memiliki
hubungan dengan pemakai yang dilibatkan dalam proses
pengembangan sistem informasi akuntansi, dukungan manajemen
puncak dalam proses pengembangan dan operasional sistem informasi,
5) Ratih Dewi Lestari (2006) Judul Penelitian
”Pengaruh Dukungan Manajemen Puncak, Komunikasi Dan Partisipasi
Karyawan terhadap Kepuasan Kerja pada PT Persero Angkasa Pura I
Surabaya.” :
Rumusan Masalah :
1. Apakah dukungan manajemen puncak, komunikasi, dan partisipasi
karyawan berpengaruh terhadap kepuasan kerja?”
2. Apakah faktor yang berpengaruh paling dominan diantara
manajemen puncak komunikasi dan partisipasi karyawan terhadap
kepuasan kerja?
Hipotesis :
1. Diduga bahwa dukungan manajemen puncak, komunikasi dan
partisipasi karyawan mempengaruhi kepuasan kerja.
2. Diduga terdapat faktor yang dominan antara dukungan manajemen
puncak, komunikasi dan partisipasi karyawan mempengaruhi
kepuasan kerja.
Alat Uji
Regresi Linier Berganda (Multiple Regression)
Hasil Penelitian
1. Menunjukkan bahwa ketiga variabel bebas yaitu dukungan
manajemen puncak, komunikasi dan partisipasi karyawan mampu
2. Menunjukkan secara parsial variabel dukungan manajemen puncak
(X¹) komunikasi (X²) dan partisipasi karyawan (X³) berpengaruh
secara nyata dan positif terhadap kepuasan kerja.
6) Pipit Herdiana N (2007) Judul Penelitian :
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi
Akuntansi
Rumusan Masalah :
1. Apakah dukungan manajemen puncak, partisipasi pemakai
dalam pengembangan sistem informasi akuntansi, program
pelatihan dan pendidikan pemakai, kualitas sistem
berpengaruh terhadap kinerja sistem informasi akuntansi.
Hipotesis :
1. Diduga bahwa partisipasi pemakai dalam pengembangan
sistem informasi akuntansi, kemampuan teknik personal
sistem informasi akuntansi, dukungan manajemen puncak,
faktor keberadaan program pendidikan dan pelatihan pemakai
berpengaruh terhadap kinerja Sistem Informasi Akuntansi.
Alat Uji :
Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian :
1. Menunjukkan bahwa keempat variabel bebas yaitu dukungan
adanya pelatihan mampu menjelaskan variabel terikat yaitu
kepuasan kerja.
2. Menunjukkan secara parsial variabel dukungan manajemen
puncak (X¹) komunikasi (X²), partisipasi karyawan (X³), dan
program pelatihan (X4) berpengaruh secara nyata dan positif.
7) Luciana Spica Almilia, S.E., M.Si. dan Irmaya Briliantien, S.E. Judul Penelitian :
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sistim informasi akuntansi
pada bank umum pemerintah di Surabaya dan Sidoarjo.
Rumusan Masalah :
1. Apakah Keterlibatan Pemakai dalam Proses Pengembangan
Sistem Kemampuan Teknik Personal Sistem Informasi, Ukuran
Organisasi, Dukungan Manajemen Puncak, Formalisasi
Pengembangan Sistem Informasi, Program Pelatihan dan
Pendidikan Pemakai, Keberadaan Dewan Pengarah Sistem
Informasi, Lokasi dari Departemen Sistem Informasi berpengaruh
terhadap kinerja sistem informasi akuntansi.
Hipotesis :
Berdasarkan mode l penelitian oleh Soegiharto (2001), hipotesis
yang dapat dikemukakan hubungan positif pada penelitian ini adalah:
1. Diduga terdapat hubungan yang yang positif antara keterlibatan
pemakai dalam proses pengembangan Sistem Informasi
2. Diduga terdapat hubungan yang positif antara kemampuan
teknik personal Sistem Informasi Akuntansi dan kinerja Sistem
Informasi Akuntansi.
3. Diduga terdapat hubungan yang positif antara ukuran
organisasi dan kinerja Sistem Informasi Akuntansi.
4. Diduga terdapat hubungan yang positif antara dukungan
manajemen puncak dalam proses pengembangan dan
pengoperasian Sistem Informasi Akuntansi dan kinerja Sistem
Informasi Akuntansi.
5. Diduga terdapat hubungan yang positif antara formalisasi
pengembangan sistem dan kinerja Sistem Informasi Akuntansi.
6. Diduga kinerja Sistem Informasi Akuntansi akan lebih tinggi
dalam sebuah organisasi apabila sebuah program pelatihan dan
pendidikan pemakai diperkenalkan dibandingkan tidak
diperkenalkan.
7. Diduga kinerja Sistem Informasi Akuntansi akan lebih tinggi
dalam sebuah organisasi apabila terdapat sebuah dewan
pengarah dibandingkan tidak memiliki.
8. Diduga kinerja Sistem Informasi Akuntansi akan lebih tinggi
dalam sebuah organisasi apabila departemen informasi terpisah
dan berdiri sendiri dibandingkan organisasi yang departemen
Sistem Informasinya berada dibawah departemen lainnya.
Alat Uji :
Hasil Penelitian :
Ringkasan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Pengujian yang dilakukan pada faktor keterlibatan pemakai dalam
proses pengembangan sistem menunjukkan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara keterlibatan pemakai dalam
proses pengembangan sistem dengan kinerja SIA.
2. Pengujian yang dilakukan pada faktor kemampuan teknik personal
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
kemampuan teknik personal dengan kinerja SIA. Ketiga, pengujian
yang dilakukan pada faktor ukuran organisasi menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran organisasi dengan
kinerja SIA.
3. Pengujian yang dilakukan pada faktor dukungan manajemen
puncak menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara
dukungan manajemen puncak dengan kinerja SIA untuk atribut
kepuasan pemakai. Tetapi dukungan manajemen puncak
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan
kinerja SIA untuk atribut pemakaian sistem.
4. Pengujian yang dilakukan pada faktor formalisasi pengembangan
Sistem Informasi menunjukkan tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara formalisasi pengembangan Sistem Informasi
dengan kinerja SIA.
5. Pengujian yang dilakukan pada faktor ada/tidaknya program
responden menjawab bahwa terdapat program pelatihan di setiap
perusahaan tempat responden bekerja.
6. Pengujian yang dilakukan pada faktor ada/tidaknya dewan
pengarah Sistem Informasi menunjukkan keseluruhan responden
menjawab bahwa terdapat dewan pengarah Sistem Informasi di
setiap perusahaan tempat responden bekerja.
7. Pengujian yang dilakukan dengan membandingkan kinerja sistem
informasi akuntansi atas lokasi departemen sistem informasi yang
berdiri sendiri dibandingkan dengan yang digabung dengan
departemen lain menunjukkan tidak terdapat perbedaan kinerja
yang signifikan.
Berdasarkan dari penelitian terdahulu diatas, maka persamaan dan
perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dalam
penelitian ini terdapat empat variabel bebas (X) yaitu partisipasi pemakai,
kemampuan tehnik personal, dukungan manajemen puncak serta pelatihan dan
pendidikan pemakai yang akan berpengaruh dengan variabel terikat (Y) yaitu
kualitas kinerja manajerial ditinjau dari segi sistem informasi akuntansi.
Perbedaan yang lain terletak pada objek penelitian dan dimensi waktu
dilaksanakannya penelitian.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Kinerja Manajerial
Kinerja adalah evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan lewat
atasan langsung, teman, dirinya sendiri dan bawahan (Suartana, 2000 dalam
Kinerja manajerial adalah kinerja manajerial dalam kegiatan-kegiatan
manajerial yang meliputi: perencanaan, investigasi, pengkoordinasian,
evaluasi, pengawasan, pengaturan staf (staffing), negosiasi dan
perwakilan/representasi (Mahoney et al, 1963 dalam Slamet Riyadi, 2000:
135).
2.2.1.1. Tugas Manajer
Efektifitas kinerja merupakan suatu ukuran tentang pencapaian suatu
tugas atau tujuan, apabila seorang supervisor dalam sebuah perusahaan
manufaktur, efektifitas kinerja adalah apabila unit kerja mampu memenuhi
target produksi baik dalam hal kuantitas maupun kualitas yang dihasilkan.
Efisiensi kerja adalah mengukur biaya sumber daya yang diperlukan
sehubungan dengan pencapaian tujuan, dalam hal ini perbandingan antara
keluaran (output) riil yang dihasilkan dengan masukan (input) yang digunakan
(John. R. Schermerhorn. Jr, 2003 : 5).
Menurut T. Hani Handoko (1999: 29) tugas penting yang dilaksanakan
oleh manajer adalah sebagai berikut:
1) Manajer bekerja dengan dan melalui orang lain. Istilah “orang” mencakup
tidak hanya para bawahan dan atasan, tetapi juga manajer lainnya dalam
organisasi. Disamping itu, “orang” juga termasuk individu dari luar
organisasi yaitu: langganan, penyedia (supplier), konsumen, pengurus
serikat karyawan, pejabat dan karyawan kantor pemerintah, dan
sebagainya.
2) Manajer memajukan dan menyeimbangkan tujuan yang saling
3) Manajer bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan. Para manajer
ditugaskan untuk pengelolaan pekerjaan secara sukses. Mereka biasanya
dievaluasi atas dasar seberapa baik mereka mengatur tugas yang harus
diselesaikan.
4) Manajer harus berfikir secara analitis dan konseptual. Untuk menjadi
pemikir yang analitis, manajer harus mampu merinci dan memisahkan
suatu masalah menjadi komponen-komponen masalah, menganalisa
komponen tersebut, kemudian mencari penyelesaian yang layak (flexible)
dengan akurat. Lebih penting bagi manajer adalah menjadi pemikir
konseptual, yang mampu memandang keseluruhan tugas dan mengkaitkan
suatu tugas dengan tugas lainnya.
5) Manajer adalah seorang mediator. Organisasi terdiri dari orang-orang,
yang saling tidak setuju atau saling bertentangan. dalam suatu unit kerja
atau organisasi, maka bisa menurunkan semangat kerja dan produktivitas,
kejadian seperti ini menuntut peranan manajer sebagai mediator
(penengah).
6) Manajer adalah seorang politisi. Seperti apa yang dilakukan politisi
dalam mengkampanyekan program-programnya, manajer harus
mengembangkan hubungan baik untuk mendapatkan dukungan atas
usulan dan keputusannya.
7) Manajer adalah seorang diplomat. Manajer harus berperan sebagai wakil
(repesentatif) resmi kelompok kerjanya pada pertemuan-pertemuan
organisasional.
8) Manajer berani mengambil keputusan yang sulit. Organisasi selalu
personalia, dan sebagainya). Manajer adalah orang yang diharapkan
dapat menemukan pemecahan masalah sulit dan mengambil berbagai
keputusan yang akurat.
Tugas manajer menurut Gibson, Donnely dan Ivancevich (1996 : 24) adalah:
Mengelola organisasi, mengelola orang, mengelola produksi dan operasi.
2.2.1.2. Penilaian Kinerja Manajerial
Penilaian kinerja menurut Sjafri Mangkuprawira (2004: 223) merupakan
proses yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan
seseorang.
Penilain kinerja menurut Mulyadi (2001: 415) adalah penentuan secara
periodik dan efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan
karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia,
maka penilaian kinerja merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam
melaksanakan peran yang mereka mainkan di dalam organisasi.
Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan
dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku
yang ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang
diinginkan perusahaan.
2.2.1.3. Manfaat dan Tahap Penilaian Kinerja Manajerial
Menurut Sjafri Mangkuprawira (2004: 224) Penilaian kinerja
karyawan memiliki manfaat ditinjau dari beragam perspektif pengembangan
perusahaan, khususnya manajemen sumber daya manusia, yaitu sebagai
berikut :
Umpan balik kinerja bermanfaat bagi karyawan, manajer, dan spesialis
personal dalam bentuk kegiatan yang tepat.
b. Penyesuaian Kompensasi
Penilaian kinerja membantu pengambil keputusan menentukan siapa
yang seharusnya menerima peningkatan pembayaran dalam bentuk
kegiatan yang tepat untuk memperbaiki kinerja.
c. Keputusan Penetapan
Promosi, transfer, dan penurunan jabatan biasanya didasarkan pada
kinerja masa lalu dan antisipatif, misalnya dalam bentuk penghargaan.
d. Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan
Kinerja buruk mengindikasikan sebuah kebutuhan untuk melakukan
kebutuhan kembali.
e. Perencanaan dan Pengembangan Karier
Umpan balik kinerja membantu proses pengambilan keputusan tentang
karier spesifik karyawan.
f. Definisi Proses Penempatan Staf
Baik buruknya kinerja berimplikasi dalam hal kekuatan dan kelemahan
dalam prosedur penempatan staf di departemen SDM.
g. Ketidakakuratan Informasi
Kinerja buruk dapat mengindikasikan kesalahan dalam informasi analisis
pekerjaan, rencana SDM, atau hal lain dari sistem manajemen personal.
h. Kesalahan Rancangan Pekerjaan
Kinerja buruk mungkin sebuah gejala dari rancangan pekerjaan yang
i. Kesempatan Kerja yang Sama
Penilaian kerja yang akurat secara actual menghitung kaitannya dengan
kinerja dapat menjamin bahwa keputusan penempatan internal bukanlah
suatu yang bersifat diskriminasi.
j. Tantangan-tantangan Eksternal
Kinerja dipengaruhi oleh faktor lingkungan pekerjaan, seperti keluarga,
finansial, kesehatan, dan masalah lainnya.
Tahap penilaian kinerja menurut Mulyadi (2001: 420) adalah sebagai
berikut : Penilaian kinerja dilaksanakan dalam dua tahap utama (tahap
persiapan dan tahap penilaian). Tahap persiapan terdiri dari tiga tahap rinci
yaitu Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang
bertanggungjawab; Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja;
Pengukuran kinerja sesungguhnya. Tahap penilaian terdiri dari tiga tahap rinci
yaitu Pembandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya; Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja
sesungguhnya dari yang telah ditetapkan standar; Penegakan perilaku yang
diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk mencegah perilaku yang tidak
diinginkan.
2.2.1.4. Tingkatan Manajerial dan Keterampilan
Tingkatan manajer menurut John. R. Schermerhorn. Jr (2003: 10) adalah
sebagai berikut :
a. Top Manager
Adalah seorang manajer yang bertugas menetapkan tujuan, kebijaksanaan,
dan strategi organisasi, membuat keputusan jangka panjang. Top manajer
siap menghadapi peluang dan ancaman potensial di masa mendatang, serta
mempersiapkan cara-cara untuk mengantisipasinya. Sebutan khas bagi top
manager adalah direktur, presiden, kepala devisi, wakil presiden senior,
dan sebagainya.
b. Middle Manager
Seorang manajer yang bertugas mengawasi beberapa unit kerja dan
menerapkan rencana sesuai tujuan dari tingkatan yang lebih tinggi. Para
middle manajer harus berorientasi pada kelompok (team-oriented) serta
dapat bekerja sama dengan baik untuk melakukan koordinasi
kegiatan-kegiatan antar unit dalam organisasi.
b) First-line Manager
Adalah seseorang yang mendapatkan laporan dari para karyawan
operasional, sebutan lain untuk jabatan ini antara lain supervisor, kepala
departemen, serta yang paling umum adalah pimpinan kelompok. First-line
manajer bertanggung jawab atas satu unit kerja dan diharapkan mampu
menyelesaikan tugas dengan tujuan jangka pendek yang sesuai dengan
rencana middle dan top manager.
Keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang manajer yang
efektif menurut T. Hani Handoko (1999: 36) adalah sebagai berikut :
1) Keterampilan konseptual (conceptual skills) adalah kemampuan mental
untuk mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh kepentingan dan
kegiatan organisasi.
2) Keterampilan kemanusian (human skill) adalah untuk bekerja dengan,
kelompok. Manajer membutuhkan keterampilan ini agar dapat
memperoleh partisipasi dan mengarahkan kelompoknya dalam pencapaian
tujuan.
3) Keterampilan teknik (technical skill) adalah kemampuan untuk
menggunakan peralatan-peralatan, prosedur-prosedur, atau teknik-teknik
dari suatu bidang tertentu, seperti akuntansi, produksi, penjualan, atau
permesinan, dan sebagainya.
2.2.2 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
Organisasi menggantungkan diri pada sistem informasi akuntansi
untuk mempertahankan kemampuan berkompetensi. Produktifitas sebagai
suatu hal yang penting agar tetap kompetitif, dapat ditingkatkan melalui sistem
informasi yang lebih baik. Menurut Moscove yang dikutip oleh Baridwan
(1994: 3) sistem informasi akuntansi (SIA) adalah organisasi yang
mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengolah, menganalisa dan
mengkonsumsikan informasi finansial dan pengambilan keputusan yang
relevan kepada pihak di luar perusahaan (kantor pajak, investor, dan kreditor)
dan pihak intern (manajemen).
Menurut Chusing (1986: 17) SIA didefinisikan sebagai kumpulan dari
manusia dan sumber-sumber daya modal di dalam suatu organisasi yang
bertanggungjawab menyediakan informasi pengolahan data informasi.
Menurut Bodnar dan Hopwood (2000: 1), SIA adalah kumpulan sumber daya,
seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data menjadi
informasi.
Menurut Nash dan Robert dalam Jogianto (2000: 49), SIA adalah suatu
informasi dan pengolahan informasi yang termasuk di dalam bagian fungsi
akuntansi. SIA menurut Wilkinson (2000: 7) merupakan sistem informasi
formal yang mengumpulkan, memproses dan menyimpan data, serta
menyediakan laporan formal yang dibutuhkan.
Menurut Murdick, Fuller dan Ross yang dikutip oleh Jogianto (2000:
50) bahwa SIA adalah kumpulan kegiatan-kegiatan dari organisasi yang
bertanggungjawab untuk menyediakan data untuk tujuan pelaporan internal
pada manajer untuk digunakan dalam pengendalian dan perencanaan sekarang
dan operasi masa depan serta pelaporan eksternal kepada pemegang saham,
pemerintah, dan pihak-pihak luar lainnya.
2.2.2.1. Peranan Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
Organisasi perusahaan modern yang dilayani oleh sistem informasi
akuntansi merupakan suatu badan atau lembaga yang sangat kompleks. Posisi
penting dalam dunia modern menimbulkan kepentingan dalam
aktivitas-aktivitas, diantaranya adalah golongan masyarakat yang langsung tertarik,
antara lain adalah para pelanggan, leveransir (supplier), pegawai, pemberi
kredit atau pinjaman, pemegang saham dan berbagai instansi pemerintah yang
berkepentingan dalam hal tersebut. Akan sangat berguna apabila SIA ditinjau
pada sudut pandang pada pemakai informasi akuntansi yang
memanfaatkannya sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Hal tersebut
dikemukaan oleh Chusing (1986: 5) tentang peranan SIA dalam suatu
2.2.2.2. Jenis Sistem Informasi Akuntansi
Istilah sistem informasi akuntansi menganjurkan penggunaan teknologi
komputer dalam organisasi untuk menyajikan informasi kepada pemakai.
Sistem informasi berbasis komputer merupakan kelompok keras dan lunak
yang dirancang untuk mengubah data menjadi informasi yang bermanfaat.
Menurut Bodnar dan Hopwood (2000: 4) terdapat beberapa sistem
informasi akuntansi berbasis komputer, yaitu:
1. Pengolahan Data Elektronik (Electronic Data Processing/EDP) adalah
pemanfaatan teknologi komputer untuk melakukan pengolahan data
dan transaksi-transaksi dalam suatu organisasi EDP adalah aplikasi
akuntansi paling besar dalam setiap organisasi.
2. Sistem Informasi Manajemen (Management Information System/MIS)
menguraikan penggunaan teknologi komputer untuk menyediakan
informasi bagi pengambilan keputusan para manajer. SIM
menyediakan berbagai informasi di luar yang berkaitan dengan
pengolahan data dalam organisasi, misalnya :
a. Sistem Informasi Pemasaran adalah SIM yang menyediakan
informasi untuk digunakan oleh fungsi pemasaran. Kebanyakan
dari informasi disediakan oleh SIA organisasi, contohnya adalah
ikhtisar penjualan dan informasi biaya.
b. Sistem Informasi Produksi adalah SIM yang menyediakan
informasi untuk digunakan oleh fungsi produksi. Kebanyakan dari
informasi disediakan oleh SIA organisasi, misal ikhtisar persediaan
c. Sistem Informasi SDM adalah SIM yang menyediakan informasi
untuk digunakan oleh fungsi SDM (kepegawaian). Kebanyakan
dari informasi disediakan oleh SIA organisasi, Misal ikhtisar pajak,
upah, gaji dan informasi manfaat.
d. Sistem Informasi keuangan SIM yang menyediakan informasi
untuk digunakan oleh aplikasi-aplikasi sistem informasi akuntansi
organisasi. Contohnya adalah ikhtisar arus kas dan informasi
pembayaran.
3. Sistem Pendukung Keputusan (Decission Support System/DSS)
Dalam sistem pendukung keputusan, data diproses ke dalam format
pengambilan keputusan bagi kepentingan pemakai akhir DSS
mensyaratkan penggunaan model-model keputusan dan basis data
khusus serta benar-benar terpisah dari sistem pengolahan data.
4. Sistem Pakar (Expert System/ES). Sistem pakar (ES) adalah sistem
informasi basis pengetahuan yang memanfaatkan pengetahuannya
tentang bidang aplikasi tertentu untuk bertindak seperti seseorang
konsultan ahli bagi pemakainya. Seperti DSS, ES mensyaratkan
penggunaan model-model keputusan dan basis data khusus. Tidak
seperti DSS, ES juga mensyaratkan pengembangan knowledge base
atau pengetahuan khusus yang dimiliki seorang ahli dalam
pengambilan keputusan dan inverence engine. Proses pengambilan
keputusan oleh seorang ahli, DSS membantu pemakai dalam
pengambilan keputusan, sementara ES membuat keputusan sendiri.
5. Sistem Informasi Eksekutif (Executive Information System/EIS). Di
Banyak informasi yang dipergunakan oleh manajemen puncak datang
dari sumber di luar sistem informasi organisasi, tetapi sebagian
informasi harus diproses melalui sistem informasi yang telah diproses
oleh sistem informasi organisasi. EIS menyediakan akses yang mudah
untuk memilih informasi yang telah diproses oleh sistem informasi
organisasi manajemen puncak.
6. Sistem Informasi Akuntansi sebagai sistem berbasis komputer yang
dirancang untuk mengubah data akuntansi menjadi informasi, tetapi
istilah SIA lebih diluar itu guna mencakup siklus-siklus pemrosesan
transaksi, pengguna teknologi informasi dan pengembangan sistem.
2.2.2.3. Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi
Sistem Informasi Akuntansi berkembang selama masa hidup suatu
perusahaan. Artinya suatu sistem yang baru (atau paling tidak yang akan
dikembangkan mutunya secara besar-besaran akan mengganti sistem yang
sedang digunakan jika tidak memadai lagi.
Menurut Wilkinson (1993: 14) terdapat beberapa tahap siklus
pengembangan sistem informasi akuntansi antara lain :
1. Perencanaan sistem, meletakkan landas bangun untuk sistem informasi
yang baru atau yang direvisi. Dalam tahap ini disiapkan rencana sistem
induk serta usulan atau proposal proyek sistem untuk menjalankan
rencana tersebut.
2. Analisis sistem, mensurvei dan menganalisis sistem informasi yang
pemakai dari sistem yang baru dan persyaratan teknik untuk sistem
tersebut.
3. Pengkajian dan pemilihan sistem, mencakup analisis manfaat biaya yang
terinci untuk rancangan sistem yang dipilih. Juga akan dievaluasi usulan
dari pabrik pembuat alat pemroses agar bisa memilih peralatan yang
paling sesuai.
4. Implementasi sistem, terdiri dari langkah-langkah seperti perlengkapan
rincian untuk rancangan yang baru, pengangkatan dan pelatihan
(training) karyawan baru, penginstalasian dan penyajian peralatan baru
serta penerapan awal dari sistem baru itu.
5. Pengoperasian sistem, mencakup operasi rutin, pemeliharaan dan
manajemen dari sistem yang baru atau yang ditingkatkan. Secara berkala
atau berkesinambungan akan dilakukan evaluasi terhadap prestasi sistem
dan kendala keluaran.
2.2.2.4. Penggunaan Komputer Dalam Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
Karena informasi merupakan hasil proses dari data, maka sistem
informasi akuntansi merupakan pemrosesan data yang berupa transaksi di
dalam suatu sistem. Untuk mengolah data supaya menjadi informasi yang
berguna dapat dilakukan dengan cara manual, mesin mekanisme atau dengan
bantuan komputer.
Digunakannya komputer sebagai alat bantu memproses atau mengolah
data tidak mengubah hakikat sistem informasi akuntansi, tetapi prosedur dan
Penggunaan komputer akan lebih kompleks dan rumit serta memerlukan
pengetahuan khusus tentang komputer.
Gambar 1 : Siklus Pengolahan Data Dengan Manual
Gambar 2 : Siklus PengolahanData Dengan Komputer
Sumber : Baridwan, Zaki, 1995, Bunga Rampai SIA, Edisi Pertama, BPFE,
Yogyakarta, Hal 128
2.2.2.5. Pemakai Sistem Informasi Akuntansi
Informasi keuangan digunakan baik oleh para manajer, maupun pihak
eksternal perusahaan. Informasi keuangan untuk pihak luar (eksternal)
disajikan dalam laporan keuangan pihak luar yang menggunakan laporan
keuangan meliputi pemegang saham, kreditor, badan penerimaan dan Bukti
Transaksi
Jurnal Buku Besar
Buku Pembantu
File Transaksi
Laporan Keuangan dan Laporan lain
yaitu Laporan keuangan Fiskal Buku
Besar Jurnal
Laporan Keuangan
Laporan Keuangan
masyarakat umum. Pihak-pihak tersebut memiliki kepentingan yang
berbeda-beda. Informasi tersebut jarang dibuat khusus untuk pemakaian tertentu.
Informasi yang disajikan disusun berdasarkan aturan dasar yang dinamakan
prinsip akuntansi yang lazim. Prinsip akuntansi tersebut dipakai untuk
menyusun laporan keuangan, laporan keuangan untuk pihak luar menyajikan
suatu gambaran menyeluruh mengenai kondisi keuangan dan hasil usaha suatu
organisasi.
Menurut Simamora (2000:6-9) pihak-pihak yang membutuhkan
informasi akuntansi terdiri atas berbagai kalangan. Pada umumnya, para
pemakai laporan keuangan dapat dibagi ke dalam dua golongan antara lain,
para pemakai internal dan para pemakai eksternal.
a. Pemakai Internal
Para manajer dan staf internal dari berbagai entitas bisnis.
Manajer-manajer perusahaan memakai informasi akuntansi untuk menetapkan
sasaran bagi organisasinya, untuk mengevaluasi kemajuan terhadap
sasaran-sasaran tersebut dan mengambil tindakan korektif manakala
dibutuhkan.
b. Pemakai Eksternal
1) Pemilik Perusahaan, para pemilik (owners) telah menanamkan dana
mereka yang berharga ke dalam sebuah organisasi bisnis. Orang-orang
ini menghendaki wawasan tentang keinginan pendapatan di masa lalu,
kemungkinan pertumbuhan pada waktu yang akan datang dan prospek
arus kas, sehingga mereka dapat mengetahui perkembangan usahanya
2) Karyawan, para karyawan biasanya berkepentingan dengan nilai positif
finansial perubahan. Serta menunjukkan suatu indikasi keselamatan
pekerjaan mereka. Selain itu, kalangan karyawan juga berminat pada
informasi yang memungkinkan mereka menilai kemampuan
perusahaan dalam memberikan balas jasa, tunjangan pensiun dan
keselamatan kerja.
3) Investor, investor dana yang dibutuhkan untuk memulai kegiatan
usaha, untuk memutuskan apakah membantu pemodalan suatu
perusahaan, pemodal-pemodal biasanya mengevaluasi besarnya
pendapatan yang duperkirakan dapat diperoleh dari investasi yang
mereka tanamkan.
4) Kreditor, kreditor adalah pihak yang menyediakan barang atau jasa
serta sumber daya keuangan bagi perusahaan, baik berupa kucuran
kredit usaha maupun pinjaman. Kreditor berminat untuk mengetahui
kesanggupan sebuah perusahaan melunasi kewajiban-kewajibannya
secara tepat waktu dan terjadwal.
5) Badan Pemerintah, pemerintah membutuhkan informasi dalam
upayanya mengatur kegiatan-kegiatan perusahaan dan sebagai dasar
untuk menyusun statistik pendapatan sosial dan statistik lainnya.
Pemerintah pusat maupun daerah menarik menarik pajak dari
perusahaan. Besarnya pajak terutang yang harus dibayar tentunya
ditetapkan berdasarkan angka yang tertera dalam laporan keuangan.
6) Organisasi Nirlaba, organisasi nirlaba seperti yayasan pendidikan,
rumah sakit dan panti asuhan memakai informasi akuntansi untuk
memerlukan Sistem Informasi Akuntansi dalam penyusunan anggaran,
menggaji pegawai-pegawainya, dll.
7) Masyarakat, masyarakat umum seringkali bergantung pada informasi
keuangan yang dirangkum dalam laporan-laporan keuangan untuk
mengevaluasi tindakan-tindakan perusahaan besar di Indonesia.
Masyarakat memakai informasi finansial dalam menilai keberadaan
ekonomi perusahaan-perusahaan di tengah masyarakat.
2.2.2.6.Tujuan Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Wilkinson (2000: 8) sistem informasi dalam dunia bisnis dan
pemerintahan mempunyai tiga tujuan meliputi :
1. Menyajikan informasi guna mendukung operasi harian.
2. Menyajikan informasi guna mendukung pengambilan keputusan.
3. Menyajikan informasi yang berkenaan dengan kepengurusan
(stewardship).
Dua tujuan pertama menyangkut kepentingan pemakai internal dan
eksternal, sedangkan yang ketiga hanya untuk pihak eksternal dan hampir
semua informasi yang diperlukan oleh dua tujuan terakhir merupakan daya
transaksi yang diolah, sementara untuk tujuan pertama hanya sebagian.
2.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sistem Informasi Akuntansi(SIA) 2.2.3.1.Partisipasi Pemakai
Partisipasi pemakai menurut Tjhai Fung Jen (2002) berpendapat
SIA dikarenakan adanya hubungan yang positif antara keterlibatan pemakai
dalam proses pengembangan sistem informasi dalam kinerja SIA.
Definisi partisipasi menurut Nitisemito (1982: 262) adalah salah
satu cara untuk memotivasi yang mempunyai ciri khas yang lain. Hal ini
disebabkan peningkatan partisipasi lebih ditekankan pada segi psikologis
dari pada segi materi, dimana dengan melibatkan seseorang di dalamnya,
maka orang tersebut akan merasa ikut bertanggungjawab. Sedangkan
pendapat yang lain, menurut Davis (1990: 178) menyatakan bahwa
partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam
situsi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi pada
tujuan kelompok dan berbagai tanggungjawab pencapaian tujuan tersebut.
Menurut Davis (1990:178) ada tiga aspek yang sangat penting
dalam partisipasi kerja, antara lain :
1. Keterlibatan emosi dan mental pegawai.
2. Motivasi untuk menyumbang atau memberikan ide-ide kreatif dan
membangun aspek yang sangat penting.
3. Penerimaan tanggungjawab, partisipasi kerja pegawai dan mampu
menerima tanggung jawab dalam kegiatan kelompok.
Pemakai adalah mereka yang terlibat secara langsung dalam
penggunaan informasi. Tidak jarang pemakai secara teknis lebih tahu
mengenai kode yang diperlukan dalam menyediakan informasi. Pemakai
dapat memberikan masukan yang berguna mengenai apa saja yang harus
direncanakan oleh sistem analisis. Oleh karena itu, banyak pihak
dapat memberikan dampak positif terhadap organisasi dan memberikan
keuntungan ekonomis (Ginzbery, 1981 dikutip Setianingsih 1998-29).
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
partisipasi pemakai merupakan perilaku, pekerjaan dan aktivitas yang
dilakukan oleh pemakai selama proses pengembangan sistem informasi
(Barki dan Hartwick dalam Restuningdiah dan Indirantoro, 2000: 121-122).
Partisipasi digunakan untuk menunjukkan campur tangan personal
yang nyata dari pemakai dalam pengembangan sistem informasi, mulai dari
tahap perencanaan, pengembangan sampai tahap implementasi sistem
informasi.
Dalam pengembangan sistem Informasi, apabila pemakai diajak
berpartisipasi, maka akan membawa pengaruh yang baik terhadap
organisasi. Hal ini dapat terjadi karena pemakai terlibat langsung dalam
penggunaan sistem informasi. Pada kenyataannya seringkali pemakai lebih
mengetahui apa yang mereka butuhkan dalam suatu sistem informasi.
2.2.3.2. Kemampuan Teknik Personal
Pendekatan pengalaman (experiental theory) terhadap perubahan
prilaku didasari pada orang yang lebih percaya akan pengalaman mereka
sendiri dari pada pengalaman orang lain (Pace dan Faules, 1998: 438).
Menurut pandangan ini, orang mengubah perilaku mereka dengan menguji
kepercayaan mereka berdasarkan reaksi mereka terhadap situasi dimana
mereka merasakan dorongan emosi yang penting. Dengan menggambarkan
personal atas reaksi mereka dan membuat usaha yang sadar untuk
mencoba cara berprilaku alternatif dalam situasi yang lain.
Menurut Tjhai Fung Jen (2002) yang berpendapat tentang
Kemampuan Teknik Personal Sistem Informasi bahwa semakin tinggi
kemampuan teknik personal SIA akan meningkatkan kinerja SIA
dikarenakan adanya hubungan yang positif antara kemampuan teknik
personal SIA dengan kinerja SIA.
Menurut Robbins (1996: 83), kemampuan adalah kapasitas
individu untuk melakukan tindakan-tindakan dalam melaksanakan
berbagai tugas dalam pekerjaan. Dengan kemampuan yang dimiliki,
karyawan diharapkan akan mendukung kegiatan-kegiatan badan usaha,
sehingga akan terasa wajar apabila diberikan harapan agar tujuan
karyawan dalam bekerja dapat tercapai.
Rata-rata level pendidikan dan pengalaman anggota kelompok
sistem digunakan sebagai pengukur kemampuan personal sistem informasi
(Ives dkk Soegiharto,2001: 179)
Berdasarkan pendapat Soegiharto (2001) bahwa terdapat pengaruh
positif yang signifikan antara kemampuan teknik personal sistem
informasi terhadap kinerja sistem informasi akuntansi
Sehingga dari asumsi diatas maka peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa kemampuan teknik personal sistem informasi adalah
kesanggupan individu atau personal dalam menggali potensi diri untuk
2.2.3.3. Dukungan Manajemen Puncak
Menurut Supriono (1986: 47) mengemukakan manajemen puncak
suatu perusahaan adalah para eksekutif pada puncak organisasi perusahaan
yang bertanggungjawab atas kelangsungan hidup dan kesuksesan perusahaan.
Menurut Glueck dan Jauch (1987: 47) mengemukakan bahwa
manajemen puncak suatu perusahaan adalah eksekutif yang ada di puncak
perusahaan dan bertanggungjawab untuk kelangsungan hidup dan
keberhasilan perusahaan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan
manajemen puncak menurut peneliti adalah dukungan atau dorongan yang
dilakukan eksekutif yang berada di puncak perusahaan dan yang
bertanggungjawab untuk kelangsungan hidup dan keberhasilan perusahaan.
Sedangkan menurut pendapat lain (Setianingsih dan Indirantoro
1998:199) dukungan manajemen puncak adalah partisipasi dan keterlibatan
manajemen puncak dalam pengembangan Sistem Informasi Akuntansi.
Tjhai Fung Jen (2002) berpendapat bahwa semakin besar dukungan
yang diberikan manajemen puncak akan meningkatkan kinerja SIA
dikarenakan adanya hubungan yang positif antara dukungan manjemen puncak
dalam proses pengembangan dan pengoperasian SIA dengan kinerja SIA.
Berdasarkan teori diatas, adanya pengaruh positif terhadap kinerja
SIA, dukungan manajemen sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pencapaian
tujuan perusahaan. Bila manajemen puncak memberikan dukungan penuh
dalam pengembangan sistem informasi akuntansi maka akan memberikan
Dukungan manajemen puncak yang memadai dalam proses
pengembangan dan pengoperasian sistem informasi dalam perusahaan akan
meningkatkan keinginan pemakai untuk menggunakan sistem informasi yang
ada dan merasa puas dalam menggunakan sistem tersebut.
Oleh karena itu, partisipasi pemakai dalam pengembangan sistem
akan meningkat dengan adanya dukungan dari manajemen puncak sehingga
dengan adanya partisipasi pemakai ini, kepuasan pengembangan sistem yang
dikembangkan akan lebih besar.
2.2.3.4. Pelatihan dan Pendidikan Pemakai
Tjhai Fung Jen (2002) berpendapat bahwa kinerja SIA akan lebih
tinggi apabila pelatihan dan pendidikan pemakai diperkenalkan.
Meskipun para pemakai baru telah menjalani operasi yang
komprehensif, mereka jarang melaksanakan pekerjaan dengan memuaskan.
Mereka harus dilatih dan dikembangkan dalam bidang dan tugas-tugas
tertentu. Begitu pula, para pemakai lama yang telah berpengalaman mungkin
memerlukan latihan atau untuk mempelajari ketrampilan-ketrampilan baru
yang akan meningkatkan prestasi kerja mereka.
Latihan mempunyai berbagai manfaat yang membantu karyawan
untuk bertanggung-jawab yang lebih besar di masa yang akan datang.
Pelatihan merupakan salah satu cara paling mudah untuk meringkas
manfaat-manfaat latihan adalah dengan menyadari sebagai investasi organisasi dalam
sumber daya manusia (T. Hani Handoko, 1992: 45).
Di samping pengeluaran untuk biaya latihan organisasi harus
berkepajangan dan perputaran tenaga kerja. Bagaimanapun juga, orang
seharusnya tidak berhenti belajar setelah menamatkan pendidikan formal,
karena belajar adalah proses seumur hidup (life long process). Oleh karena itu,
program latihan karyawan harus bersifat kontinyu dan dinamis.
Sebagai proses latihan, departemen personalia dan para manajer
harus menilai kebutuhan, tujuan-tujuan atau sasaran program, isi dan
prinsip-prinsip belajar. Uraian langkah-langkah yang seharusnya diikuti sebelum
kegiatan dimulai. Seperti yang ditunjukkan pada orang yang
bertanggungjawab atas program pelatihan harus mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan karyawan dan organisasi agar dapat menentukan sasaran yang ingin
dicapai. Setelah sasaran-sasaran ditetapkan, isi dan prinsip-prinsip
diperhatikan. Meskipun proses belajar ditangani oleh para instruktur dalam
departemen pesonalia atau para penyelia lini pertama, langakah-langkah
pendahuluan ini harus dilakukan untuk mengembangkan suatu program yang
efektif.
Penelitian menurut M. Manulang (1990: 45) dalam bukunya yang
berjudul ”Manajemen Personalia” memberikan pengertian pelatihan sebagai
berikut: ”Bila pendidikan hanya merupakan pengertian proses pemberian
pengetahuan keahlian yang bersifat lebih teoritis daripada praktis, sedangkan
pelatihan lebih bersifat penerapan segera daripada pengetahuan dan keahlian.
Jadi lebih bersifat praktis.”
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya
pelatihan bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keahlian kepada
seseorang agar lebih mampu melaksanakan tugas-tugas baru atau untuk
Dengan adanya pelatihan, maka seseorang karyawan akan lebih
mudah dalam melaksanakan tugasnya. Adanya pelatihan menjamin
tersedianya tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan orang yang terdidik
dan terlebih akan dapat menggunakan pikirannya secara kritis untuk
memperbaiki kekurangannya dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Manfaat
dari pelatihan adalah meningkatkan produktivitas, baik kuantitas atau jumlah
maupun kualitas atau mutu. Tenaga kerja yang telah mengikuti program
pelatihan diharapkan akan mempunyai tingkah laku yang baru sedemikian
rupa produktivitasnya baik dari segi jumlah maupun mutu dapat ditingkatkan.
Apabila penyelenggaraan pelatihan sesuai dengan kebutuhan yang ada di
dalam organisasi atau perusahaan, maka akan tercipta hubungan kerja yang
harmonis dan semangat kerja yang meningkat. Seorang karyawan yang
bekerja dengan penuh kepercayaan diri dan dengan disadarinya kemauan dan
kemampuan tersebut akan mengurangi beban pengawasan dalam mengawasi
kerjanya. Di samping itu pelatihan dapat membantu stabilitas karyawan.
Stabilitas disini diartikan dalam kaitannya dengan penggantian karyawan yang
tidak hadir atau keluar, karena pelatihan juga dapat memotivasi karyawan
untuk memberikan jasanya kepada organisasi atau perusahaan dalam waktu
yang lebih lama (loyalitas). Para karyawan akan berkembang lebih cepat dan
lebih baik serta bekerja lebih efisien, apabila mereka sebelum memulai bekerja
telah menerima pelatihan lebih dahulu di bawah pengawasan seorang
instruktur/trainer yang ahli. Trainer yang ahli tidak harus dari karyawan senior
yang berpengalaman, karena karyawan senior dan mungkin sangat berprestasi
bagi perusahaan belum tentu dapat mengajarkan kepada karyawan lain dan
menerapkan keahliannya bagi dirinya sendiri. Oleh sebab itu, sebaiknya dalam
pemilihan trainer dipilih dari orang-orang yang mampu menjadi seorang
trainer atau pengajar dan bukan sekedar orang yang akli dibidangnya.
Para karyawan harus dididik secara sistematis, jika perusahaan
ingin agar mereka dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Tidak
menjadi soal betapa telitinya mereka diseleksi dan betapa banyak bakat yang
mereka miliki terhadap kerjanya, latihan secara sistematis adalah perlu jika
mereka ingin untuk mencapai cara dalam melaksanakan pekerjaannya.
Salah satu tujuan diadakannya pelatihan adalah untuk menjamin
kestabilan kerja. Karena banyaknya pekerja yang telah mengikuti pelatihan
meninggalkan perusahaan untuk pindah bekerja di perusahaan lain
menunjukkan tidak terdapatnya stabilisasi kerja atau dikatakan cara pelatihan
yang digunakan tidak efektif (reduction of labour turnover) tetapi pada
kenyataanya semakin baik program pelatihan yang dipakai perusahaan,
semakin tinggi tingkat labour turnover.
2.2.4. Pengaruh Partisipasi Pemakai Terhadap Sistem Informasi Akuntansi Partisipasi pemakai digunakan untuk menunjukkan kegiatan
pemakai dalam pengembangan sistem informasi akuntansi mulai dari tahap
perencanaan, pengembangan sampai dengan tahap implementasi sistem
informasi, oleh karena itu, banyak pihak berpendapat bahwa, partisipasi
pemakai dalam pengembangan sistem informasi akuntansi akan memberikan
dampak secara positif terhadap kinerja sistem informasi akuntansi (dikutip