• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU PENGUSAHA MIKRO DAN KECIL INDONESIA DALAM MENJALANKAN USAHA ANALISIS MIKRODATA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERILAKU PENGUSAHA MIKRO DAN KECIL INDONESIA DALAM MENJALANKAN USAHA ANALISIS MIKRODATA."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

Kode/Nama Bidang Ilmu : 561/Ekonomi Pembangunan

LAPORAN AKHIR

HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA

PERILAKU PENGUSAHA MIKRO DAN KECIL INDONESIA DALAM MENJALANKAN USAHA: ANALISIS MIKRODATA

TIM PENELITI

Ketua : I Wayan Sukadana, SE., M.S.E (NIDN: 0023038104)

Anggota : Amrita Nugraheni Saraswaty, SE., M.Sc (NIDN: 0007078602) Ni Made Tisnawati, SE.,M.Si (NIDN: 0007067805)

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

Kode/Nama Bidang Ilmu : 561/Ekonomi Pembangunan

LAPORAN AKHIR

HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA

PERILAKU PENGUSAHA MIKRO DAN KECIL INDONESIA DALAM MENJALANKAN USAHA: ANALISIS MIKRODATA

TIM PENELITI

Ketua : I Wayan Sukadana, SE., M.S.E (NIDN: 0023038104)

Anggota : Amrita Nugraheni Saraswaty, SE., M.Sc (NIDN: 0007078602) Ni Made Tisnawati, SE.,M.Si (NIDN: 0007067805)

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA

Judul Penelitian : Perilaku Pengusaha Mikro Dan Kecil Indonesia Dalam Menjalankan Usaha: Analisis Mikrodata

Bidang Ilmu : Ekonomi Pembangunan

Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : I Wayan Sukadana, SE., M.S.E

b. NIP/NIDN : 19810323 200812 1 002 / 0023038104

c. Pangkat/Gol : Penata Muda Tk. I / IIIb

d. Jabatan Fungsional/Struktural : Asisten Ahli

e. Pengalaman Penelitian : (Terlampir dalam CV) f. Program Studi/Jurusan : Ekonomi Pembangunan

g. Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

h. Alamat Rumah/HP : Perum Dalung Permai Blok FF, No. 20, Dalung, Kuta Utara, Badung / 081338449077

i. E-Mail : wayan.sukadana@gmail.com

Jumlah Tim Peneliti : 3 (tiga) Orang Pembimbing

a. Nama Lengkap : Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, SE.,MSi

b. NIP/NIDN : 19570727 198403 1 005 / 0027075708

c. Pangkat/Gol : Pembina Tk. I / IVb

d. Jabatan Fungsional/Struktural : Lektor Kepala

e. Pengalaman Penelitian : (Terlampir dalam CV) f. Program Studi/Jurusan : Ekonomi Pembangunan

g. Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Lokasi Penelitian : Indonesia

Jangka Waktu Penelitian : 1 (Satu) Tahun

Biaya Penelitian : Rp. 10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah)

Mengetahui Denpasar, 30 November 2015

Ketua Jurusan Ketua Peneliti

Ekonomi Pembangunan

Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS I Wayan Sukadana, SE., M.S.E NIP: 19540429 198303 1 002 NIP: 19810323 200812 1 002

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul i

Halaman Pengesahan ii

Daftar Isi iii

Ringkasan iv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan Penelitian 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1. UMK (Usaha Mikro dan Kecil) 3 2.2. Lembaga Bank dan Lembaga Keuangan

Bukan Bank dalam UMK

5 2.3. Preferensi Pembiayaan Usaha 11 2.4. Model Empiris untuk Perilaku 13

BAB III METODE PENELITIAN 16

3.1. Lokasi Penelitian 16

3.2. Data 16

3.2.1. Bentuk Data 16

3.2.2. Metode Pendataan 16

3.3. Variabel Penelitian 17

3.3.1. Variabel Terikat 17

3.3.2. Variabel Bebas (case-specific) 17

3.4. Teknik Analisis Data 18

BAB IV PEMBAHASAN 20

4.1. Data Deskriptif 20

4.2. Model Econometric dan Hasil Estimasi 24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 27

5.1. Kesimpulan 27

5.2. Saran 27

(5)

RINGKASAN

(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berbagai studi dalam Ekonomi Pembangunan menyatakan bahwa untuk melakukan proses pembangunan dan mendesain suatu kebijakan diperlukan pemahaman mengenai prilaku individu yang akan menjadi sasaran kebijakan pembangunan. Pemahaman yang lebih baik akan mengarah pada diagnose permasalahan yang lebih baik, dan pada akhirnya solusi atau kebijakan yang dirancang dapat menjadi lebih tepat sasaran (Datta dan Mullainathan; 2012). Penelitian dari Tanaka, Camerer, dan Nguyen (2010) menemukan keterkaitan antara hasil atau capaian pembangunan ekonomi dengan preferensi pelaku ekonomi. Hasil penelitian ini sekaligus menjawab pertanyaan mendasar dalam ekonomi pembangunan mengenai hubungan antara capaian pembangunan ekonomi dengan preferensi pelaku ekonomi. Oleh karena itu identifikasi preferensi pelaku ekonomi perlu dilakukan untuk memperkuat dasar desain dari sebuah kebijkan.

Khusus mengenai perilaku dalam berusaha, Sukadana dan Saraswaty (2014), menemukan dari hasil entry game experiment sebagian pengusaha pemula memiliki perilaku yang risk-averse, yang dapat dikatakan juga memiliki sifat yang cenderung pesimis, lebih-lebih jika mereka berada pada industri yang terdapat satu atau beberapa perusahaan yang sudah mapan. Roll (1986), menyatakan perilaku overconfidence seseorang akan menyebabkan gagalnya usaha, hal ini kemudian diperkuat oleh Camerer dan Lovallo (1999) melalui lab experiment. Hal tersebut menunjukkan bahwa perilaku individu, preferensi dan perilaku atas sebuah resiko akan menentukan bagaimana individu tersebut mengelola usaha yang ditekuninya.

(7)

dikala krisis keuangan melanda. Namun proporsi value-added nasional yang disumbangkan oleh industry mikro dan kecil ini hanya mencapai 22 persen. Industri mikro dan kecil sangat berhasil dalam mendukung perbaikan ekonomi terutama dari sisi penyerapan tenaga kerja, namun untuk peningkatan value-added, industri kecil masih tertinggal jauh. Permasalahannya bukan hanya dalam ukuran besar atau kecilnya perusahaan, namun pada kemampuannya dalam meningkatkan value-added.

Peningkatan value-added dapat dilakukan dengan meningkatkan kandungan teknologi, skil, modal dan ukuran usaha. Namun yang paling penting adalah apakah pengusaha tersebut memiliki preferensi untuk melakukannya. Perilaku untuk mengambil resiko, dan kepercayaan diri akan sangat mempengaruhi bagaimana pengembangan usaha terjadi. Salah satu perilaku yang mencerminkan kepercayaan diri dalam berusaha adalah perilaku dalam mengambil keputusan mengenai sumber pembiayaan usaha. Pengusaha yang memiliki kepercayaan diri yang lebih besar biasanya akan lebih percaya diri untuk mengambil keputusan untuk pembiayaan usaha dari lembaga keuangan dengan proporsi yang relative besar. Oleh karena itu penelitian ini akan memfokuskan pada investigasi pada perilaku pengusaha yang dianalisis melalui preferensinya dalam memilih sumber pembiayaan usaha dan besaran pembiayaannya dengan menganalisis Survei Industri Mikro dan Kecil 2013 (Panel).

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengestimasi preferensi pengusaha mikro dan kecil dalam memilih sumber pembiayaan usahanya dari berbagai lembaga keuangan bank maupun bukan bank. 2. Mengestimasi preferensi pengusaha mikro dan kecil dalam memilih besaran

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. UMK (Usaha Mikro dan Kecil)

Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil, Mikro dan Menengah, yang dimaksud dengan usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagai mana diatur dalam Undang-Undang ini. Adapun kriteria usaha Mikro adalah sebagai berikut ini:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan atau dijalankan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang usaha yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagai mana disebutkan dalam Undang-Undang ini. Kriteria dari usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 ini adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan itu tidak termasuk tanah dan banguan tempat usaha

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

(9)

a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang dan berkeadilan

b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMK menjadi usaha yang tanggguh dan mandiri, dalam artian UMK ini diharapkan agar dapat bersaing dan bertahan di tengah persaingan global dan dapat mewujudkan kemandiriannya sehingga dapat mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.

c. Meningkatkan peran UMK dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi dan pengentasan rakyat dari kemiskinan. Maksudnya disini adalah dengan adanya UMK maka akan terbuka lapangangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi pengangguran. Dengan terserapnya pengangguran ke dalam dunia kerja maka orang tersebut akan memiliki pendapatan sehingga distribusi pendapatan akan menjadi lebih merata, sehingga masyarakat dapat terbebas dari belenggu kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut juga akan mengalami peningkatan dan hal itu juha akan diikuti dengan peningkatan pembangunan daerah tersebut. Sehingga UMK ini dikatakan memeiliki kontribusi yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah atau suatu negara.

Ketika terjadi krisis multidimensi pada tahun 1997-1998 usaha mikro dan kecil ternyata mampu mempertahankan kelangsungan hidup dari usahanya, bahkan mampu memainkan fungsi penyelamatan pada beberapa sub-sektor penyediaan. Adapun alasan kenapa UMK ini dapat bertahan bahkan meningkat keberadaannya ditengah terpaan badai krisis multidimensi ini adalah, pertama, sebagian besar UMK memproduksi barang-barang konsumsi dan jasa-jasa dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatannya rendah. Kedua, sebagian besar UKM menggunakan dana sendiri, sehingga pada saat terjadinya krisis ekonomi dan terjadi kenaikan suku bunga tidak berpengaruh terhadap eksistensi UMK. Ketiga, dengan terjadinya krisis yang berkepanjangan banyak sektor formal yang menghentikan pekerjaannya, dan para pengangguran tersebut akan memasuki sektor informal dan berkecimpung kedalam usaha mikro, kecil dan menegah,sehingga kuantitas UMK mengalami peningkatan (Partomo dan Soejodono, 2004).

(10)

mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu UMK merupakan salah satu dari pilar utama ekonomi nasional, sehingga perlu mendapat perhatian yang lebih besar, dukungan, perlindungan dan pengembangan yang seluas-luasnya sebagai wujud nyata keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan Usaha Busar dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dalam perjalanannya, meskipun UMK menunjukan kontribusinya yang besar terhadap perekonomian nasional, namun masih mengalami berbagai hambatan dan kendala baik secara internal maupun eksternal, dalam hal produksi, pegolahan, pemasaran, sumber daya manusia (SDM), desain dan teknologi, permodalan dan iklim usaha.

2.2. Lembaga Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank dalam UMK

Berdasarkan Undang-Undang Nmor 20 Tahun 2008, dalam rangka meningkatkan sumber pembiayaan UMK, pemerintah melakukan beberapa upaya yaitu sebagai berikut:

a. Pengembangan sumber pembiayaan dari kredit perbankan dan lembagakeuangan bukan bank

b. Pengembangan modal ventura

c. Pelembagaan terhadap transaksi anjak piutang

d. Peningkatan kerjasama antara usaha mikro dan usaha kecil melalui koperasi simpan pinjam dan koperasi jasa keuangan konvensional dan syariah

e. Pengembangan sumber pembiayaan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Berikut adalah lembaga-lembaga pembiayaan kredit baik dari perbankan maupun bukan bank. Untuk bagian pertama akan dibahas mengenai pengertian, perinsip dan peran bank umum dalam menunjang perkembangan usaha UMK.

1. Bank Umum

(11)

Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang diantaranya mengatur tentang kewajiban Bank umum untuk menyalurkan dananya dalam bentuk kredit atau pembiayaan UMKM, perluasan bentuk dan penerima bantuan teknis dari Bank Indonesia, serta pengenaan sanksi apabila Bank Umum tidak mencapai rasio pemberian kredit atau pembiayaanUMKM yang ditetapkan, maka ketentuan pelaksanaanya telah diatur dengan tegas. Pokok-pokok pengaturan Surat Edaran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Secara umum SE ini mengatur tentang:

a. Penyampaian rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM b. Tata cara perhitungan dan pemantauan atas pencapaian rasio

pemberian kredit atau pembiayaan UMKM termasuk untuk kantor cabang Bank Asia dan Bank Campuran

c. Pelaksanaan pola kerjasama dalam pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM

d. Kriteria dan tata cara pengajuan permohonanbantuan teknis Bank Indonesia

e. Tatacara publikasi atas pencapaian pemberian kredit atau pembiayaan UMKM

f. Kriteria dan tata cara penilaian dalam jangka pemberian penghargaan g. Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pelatihan kepada pelaku

UMKM oleh Bank Umum, apabila Bank Umum tidak mencapai realisasi kredit/pembiayaan UMKM sesuai rasio yang ditetapkan

h. Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pelatihan kepada pelaku UMKM oleh Bank Umum, apabila Bank Umum tidak mencapai realisasi kredit/pembiayaan UMKM sesuai rasio yang ditetapkan

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pelatihan kepada pelaku UMKM oleh Bank Umum, apabila Bank Umum tidak mencapai realisasi kredit atau pembiayaan UMKM sesuai rasio yang ditetapkan Kewajiban bank untuk menyusun dan menyampaikan rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM yang merupakan bagian dari Rencana Bisnis Bank (RBB) dengan rasio sesuai dengan tahap yang telah ditetapkan, adalah sebagai berikut:

a. tahun 2013 dan 2014: sesuai kemampuan bank umum; b. tahun 2015: paling rendah 5% (lima persen);

(12)

d. tahun 2017: paling rendah 15% (lima belas persen); dan

e. tahun 2018 dan seterusnya: paling rendah 20% (dua puluh persen). 3. Cara menghitung pencapaian rasio pemberian kredit atau Pembiayaan UMKM

secara gabungan untuk seluruh kantor bank umum di dalam negeri posisi akhir bulan Desember:

4. Yang dimaksud dengan total Kredit atau Pembiayaan UMKM adalah jumlah baki debet Kredit atau Pembiayaan UMKM dalam Rupiah dan valuta asing. 5. Pola kerjasama pemberian kredit atau pembiayaan UMKM

a. Dalam pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM, Bank Umum dapat melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan tertentu, yaitu: BPR, BPRS, dan/atau Lembaga Keuangan Non Bank lainnya. Pengertian Lembaga Keuangan Non Bank lainnya adalah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai pedoman penyusunan laporan bulanan bank umum, yaitu Koperasi Simpan Pinjam, Baitul Maal Wa Tamwil dan lembaga-lembaga lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.

b. Kerjasama pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM dapat dilakukan dengan pola executing, pola channeling, dan pola pembiayaan bersama (sindikasi). Khusus untuk pola executing, dalam rangka memastikan penyaluran dana kepada UMKM, Bank Umum membuat Perjanjian Kerjasama dengan lembaga keuangan dimaksud dan melaporkan realisasi penyaluran dana pola executing secara triwulanan kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah triwulan bersangkutan.

6. Ketentuan terkait bantuan teknis Bank Indonesia

a. Bantuan teknis yang diberikan meliputi: penelitian, pelatihan, penyediaan informasi dan/atau fasilitasi. Dalam SE dijelaskan tujuan, format, dan topik dari masing-masing kegiatan bantuan teknis,serta kriteria penerima pelatihan/fasilitasi.

(13)

i. Biaya pelaksanaan bantuan teknis bagi Bank Umum, BPR, Lembaga Pembiayaan UMKM, Lembaga Penyedia Jasa, dan UMKM untuk kegiatan penyediaan informasi, pelatihan dan fasilitasi.

ii. Biaya pelaksanaan bantuan teknis dalam rangka kerjasama Bank Indonesia dengan kementerian, dinas terkait, lembaga domestik, atau lembaga internasional diatur sesuai dengan kesepakatan para pihak.

7. Bank Indonesia mempublikasikan peringkat pencapaian rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dalam website Bank Indonesia dan secara berkala memberikan penghargaan kepada Bank Umum yang berhasil menyalurkan Kredit atau Pembiayaan UMKM yang memenuhi kriteria yang ditetapkan.

8. Pelatihan kepada pelaku UMKM oleh Bank Umum

a. Bank Umum yang tidak mencapai realisasi Kredit atau Pembiayaan UMKM sesuai rasio yang ditetapkan, wajib menyelenggarakan pelatihan kepada pelaku UMKM yang tidak sedang dan/atau belum pernah mendapatkan Kredit atau Pembiayaan UMKM. Kewajiban ini mulai berlaku untuk pencapaian rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM pada tahun 2015.

b. Jumlah dana yang dialokasikan dalam rangka pelatihan dimaksud adalah minimal sebesar 2% (dua persen) yang dihitung dari selisih antara kewajiban pencapaian rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM dikurangi dengan realisasi pencapaian rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM pada setiap akhir tahun berjalan, dengan jumlah maksimal Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah).

c. Pelatihan kepada UMKM dilakukan dan dilaporkan kepada Bank Indonesia paling lambat pada tanggal 30 September.

9. Pengenaan sanksi kepada:

a. Bank Umum yang melanggar ketentuan mengenai pentahapan pencapaian rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM.

(14)

c. Kantor cabang bank yang berkedudukan di luar negeri dan Bank Campuran yang memberikan Kredit atau Pembiayaan UMKM melalui kerjasama pola channeling dan/atau pembiayaan bersama (sindikasi). 10. Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku sejak 29 Agustus 2013.

Dengan dikeluarkannya surat edaran ini maka prosedur dalam hal perolehan dana untuk usaha rakyat UKM ini akan menjadi lebih sederhana dan mudah, sehingga keberadaan UMK di masyarakat ini diharapkan akan lebih mampu menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif dan dapat menyerap tenaga kerja yang lebih besar sehingga pengngguran akan berkurang dan distribusi pendapatan juga akan lebih merata. Seiring dengan hal tersebut maka diharapkan pertumbuhan ekonomi di wilayah atau Negara tersebut juga akan meningkat.

2. BPR

BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensioanal atau berdasarkan prinsipsyariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Kasmir, 2013:33). Artinya, jika dibandingkan dengan Bank Umum kegiatan BPR jauh lebih sempit. BPR adalah lembaga keuamgan mikro yang paling dekat dengan pihak pengusaha mikro, kecil dan menengahdan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam meklakukan pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah. Dalam melakukan penyaluran kredit BPR masih mempertimbangkan produktivitas dalam pembiayaannya, sehingga ada kecenderungan untuk menggerakan sektor-sektor produktif menjadi lebih baik dibandingkan bank-bank lainnya.Kecenderungan BPR menyalurkan kreditnya pada pembiayaan modal kerja dengan mengambil pola waktu yang lebih pendek, sehingga kredit dapat lebih cepat selesai. Dan untuk kredit investasi, karena jangka waktunya relative panjang BPR kurang tertarik untuk menyalurkannya (Eka Artika, 2010).

(15)

Lembaga keuangan bukan bank juga memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjang perkembangan usaha UMK beberapa bentuk lembaga keuangan bukan bank tersebut dijelaskan lebih lanjut berikut ini.

1. Koperasi

Koperasi adalah suatu bentuk badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum yang berlandaskan pada asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Kegiatan usaha koperasi adalah penjabaran dari UUD 1945 pasal 33 ayat (1), dimana disebutkan koperasi berkedudukan sebagai soko guru perekonomian nasional dan sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem perekonomian nasional.

Sebagai salah satu pelakuekonomi, koperasi merupakan suatu organisasi ekonomi yang berusaha menggerakan potensi sumber daya ekonomi yang terbatas dan dalam pengembangan koperasi tersebut haruslah mengutamakan kepentingan anggota sehingga koperasi diharapkan mampu bekerja secara efisien dan mengikuti prinsip-prinsip koperasi serta kaidah-kaidah ekonomi yang berlaku di masyarakat.

Keberadaan koperasi ini sangat mendukung keberadaan UMKM. Hal ini karena koperasi dapat bekerja sama dengan UMKM, yaitu ketika sesorang ingin membuka usaha dan belum memiliki modal, maka orang tersebut dapat meminjam modal kepada koperasi.

2. Modal Ventura

Perusahan Modal ventura adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan modal ke dalam suatu perusahaan pasangan perusahaan pada jangka waktu tertentu. Di Indonesia, peran modal ventura dalam melakukan pembiayaan kepada UMK tidak bisa dilepaskan dari orientasi modal ventura sebagai lembaga pembiayaan pembangunan(development financing institusion) yang menerapkan pembiayaan dengan tetap memperhatikan prosedur dan cara berusaha yang sehat. Peran lain dari perusahaan modal ventura ini adalah membina UKM yang belum menjadi Bankable atau belum layak mendapat kredit.

3. Anjak Piutanag

(16)

yang berassal dari penjualan barang-barang atau pemberian jasa-jasa kepada perusahaan anjak piutang. Anjak piutang adalah salah satu lembaga keuangan alternative permodalan bagi UMK di Indonesia. Dalam perusahaan anjak piutang ditawarkan pembiayaan jangka pendekyang diperoleh dari pengalihan perusahaan atas piutang debitur kepada perusahaan anjak piutang. Sehingga dengan demikian UMK dapat mengetahuiaspek mekanisme transaksi anjak piutang.

Manfaat mekanisme anjak piutang adalah dapat memanfaatkan piutang usaha (account receivables) untuk memperoleh fasilitas pembiayaan dari perusahaan anjak piutang, dimana dana yang diperoleh dapat berguna untuk mengatasi cashflow mismatch karena membesarnya kebutuhan modal kerja. Permodalan dengan anjak piutang juga dapat meningkatkan efisiensi dalam penagihan dan administrasi piutang karena perusahaan anjak piutang juga melayani credit management. Dengan anjak piutang UMK tidak hanya dapat permodalan dari penjualan piutangnya tetapi juga mendapat factoring yang dapat digunakan untuk transaksi ekpor dan impor tanpa enggunakan L/C, sehingga UMK dapat memperluas pangsa pasarnya hingga ke dunia internasional.

2.3. Preferensi Pembiayaan Usaha

Pilihan pengusaha UMK terhadap sumber pembiayaan usahanya dapat dijadikan signaling mengenai perilaku dalam mengembangkan usahanya, sehingga untuk mengetahui prilaku tersebut penelitian ini melakukan screening terhadap berbagai macam jenis pembiayaan kredit dari lembaga keuangan bank dan non-bank bagi UMK1. Sehingga pada akhirnya dapat ditarik sebuah kesimpulan mengenai apakah pengusaha tersebut memiliki perilaku yang percaya diri, overconfidence, atau pesimis dalam melakukan usahanya.

Dalam menjalankan usahanya wirausaha memiliki alternatif untuk membiayai usahanya melalui pinjaman kredit atau tanpa pinjaman. Jika wirausaha memilih untuk melalukan pinjaman maka wirausaha tersebut akan menentukan besaran kredit atau pinjaman yang akan dilakukan. Hal ini dapat menunjukkan prilaku keseriusan dalam menjalankan usahanya, atau kepercayaan diri dalam mengembangkan usahanya. Besaran pinjaman akan disesuaikan dengan keperluan usaha dan besaran jaminan yang dimiliki. Setelah menentukan besaran yang dikehendaki yang disesuaikan

(17)

dengan kebutuhan dan jaminan, maka akan diputuskan lembaga mana yang akan dituju untuk memperoleh pinjaman tersebut. Berikut adalah gambar diagram keputusan wirausaha dalam memilih alternatif pembiayaan usaha.

Gambar 2.1. Alternatif Keputusan Wirausaha dalam Pembiayaan Usahanya

Sumber: Rustariyuni dan Sukadana (2010)

Gambar 2.1 juga menunjukkan jika wirausaha memutuskan untuk tidak menggunakan kredit maka implikasi selanjutnya adalah, apakah wirausaha tersebut selamanya tidak akan menggunakan kredit, atau akan menggunakan suatu saat nanti. Segala informasi tersebut, termasuk informasi mengenai keputusan untuk tidak menggunakan kredit juga mengandung informasi yang terselubung yang akan diungkap dan dijadikan dasar dalam menganalisis perilaku pengusaha UMK.

(18)

(1999) yang mencoba memberi alasan mengenai penyebab besarnya proporsi usaha yang bangkrut (exit) pada kurun waktu 1963-1982 di Amerika Serikat.

Teori contestable market juga menyatakan bahwa entry dan exit terjadi secara bersamaan dalam jumlah yang besar dan dengan ukuran perusahaan yang kecil-kecil. Hal ini menyatakan bahwa pada usaha mikro dan kecil terjadi persaingan usaha yang cenderung sangat ketat, yang menyebabkan fenomena usaha yang tumbuh dan mati menjadi pemandangan yang lumrah dalam usaha mikro dan kecil. Peran perilaku dalam menjalankan usaha sangat berperan dalam hal ini. Bias terhadap penilaian mengenai kemampuan diri sendiri akan berujung pada kurang sempurnanya kegiatan usaha. Jika terjadi overconvidence maka akan menyebabkan terjadinya exit, sebaliknya jika pesimis, akan menyebabkan rendahnya value added yang dihasilkan UMK akan menjadi berkelanjutan.

2.4. Model Empiris untuk Perilaku

Publikasi data mikro oleh BPS melaui Pusat Katalog Data Mikro sangat membantu tersedianya data pada level individu yang merupakan fokus analisa

microeconometrics2. Microeconometrics memiliki beberapa aspek yang sangat

cocok untuk analisa studi-studi perilaku. Beberapa literature yang khusus membahas mengenai studi Limited Dependent Variables dan Qualitative Dependent Variables (Maddala 1983, atau Train 2009).

Model-model yang termasuk dalam kajian Microeconometrics antara lain adalah model-model dengan menggunakan data kontinu yang “censored” dan “truncated”. Hausman dan Weis (1976) menggunakan model dengan data truncated” untuk menganalisa penghasilan masyarakat (rumah tangga miskin) dalam eksprerimen negative-income tax. Sedangkan model dengan menggunakan data “censored” adalah model yang dikembangkan oleh Heckman (1974) yang dikenal juga dengan nama Heckit. Model ini menganalisa mengenai perilaku penawaran tenaga kerja.

Sedangkan model-model yang menggunakan data diskret dalam

microeconometrics antara lain adalah Probit, Logit, dan model probabilistic-choice. McFadden (1973 dan 1974), mengembangkan model

probabilistic-2 Akses data mikro BPS dapat dilakukan melalui :

(19)

choice yang dikenal dengan model McFadden’sConditional Logit, yang digunakan untuk menganalisa pilihan diskret permintaan jasa (transportasi) perjalanan di perkotaan. Model ini juga dapat digunakan untuk menganalisa pilihan masyarakat atas jasa kredit usaha kecil seperti yang dilakukan oleh Rustariyuni dan Sukadana (2010).

Bidang kajian ekonomi pembangunan sekarang ini sedang diarahkan menuju analisa yang lebih menekankan pada bagaimana menangkap perilaku masyarakat pada tinggkat individu. Analisa ini ditujukan untuk menjaring perilaku yang tepat yang dapat dijadikan dasar acuan kebijakan aksi yang lebih mencerminkan kebutuhan masyarakat. Sehingga pada akhirnya kebijakan yang dibuat tersebut mengena terhadap sasarannya. Berdasarkan karakteristiknya yang menggunakan data survey dengan agregasi yang sangat rendah dan tersedianya model-model yang dapat menganalisa perilaku agen-agen ekonomi dalam membuat keputusan berdasarkan berbagai pilihan yang ada maka

microeconometrics sangat berperan besar dalam analisa ekonomi pembangunan. Angrist dan Pischke (2008) menyatakan bahwa pada era yang memiliki

paradigma eksperimen sekarang ini, teknik yang sering digunakan untuk mencari jawaban-jawaban pertanyaan hubungan kausal adalah; linier regression untuk statistical control, metode Instrumental Variables (IV) untuk analisis dana

natural experiments, dan metode differences-in-differences (DID) untuk menganalisa dampak dari kebijakan. Metode-metode dasar ini dianggap cukup mampu untuk membuat data “berbicara” mengenai apa yang terjadi pada kehidupan social ekonomi masyarakat. Hal ini juga mengisyaratkan kepada para mahasiswa atau peneliti dibidang ekonomi bahwa yang terpenting adalah hasil dari analisis ekonometrika dapat diaplikasikan sebagai sebuah kebijakan yang dapat direalisasikan, baik sebagai sebuah pilot project (eksperimen) atau kebijakan yang lebih luas oleh pemerintah.

(20)
(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan data datamikro dari Survei Industri Mikro dan Kecil 2013 yang merekam data pengusaha mikro dan kecil di seluruh Indonesia. Oleh karena itu lokasi penelitian adalah di Indonesia. Lokasi ini dipilih karena penelitian ini ingin memberikan suatu kontribusi dalam peningkatan perumbuhan baik dari sisi ketahanan maupun value added UMK di Indonesia. Mengingat penelitian ini adalah bertujuan untuk memberikan kontribusi pada analisis perilaku pengusaha yang dapat dijadikan dasar dalam pembentukan kebijakan pada nantinnya, dan sebagaimana kita ketahui bahwa kebijakan UMK dan kebijakan yang berkaitan dengan lembaga pembiayaan (bank maupun non-bank) adalah merupakan kebijakan nasional, maka diperlukanlah analisis yang memiliki tingkat nasional pula.

3.2. Data

3.2.1. Bentuk Data

Penelitian ini menggunakan datamikro dari Survei Industri Mikro dan Kecil 2013 (Panel) dengan nomor ID 00-IMK-2013-M1-PANEL. Data ini dikumpulkan dari seluruh Indonesia dengan jumlah blok sensus terpilih sebanyak 12.000 blok sensus. Data ini mencakup 72.000 perusahaan/usaha mikro dan kecil, yang terbagi menjadi empat triwulan untuk setiap triwulan terdiri dari 9000 perusahaan/usaha, sedangkan sisanya sebesar 36.000 perusahaan/usaha dicacah pada Triwulan II 2013 tahap II.

3.2.2. Metode Pendataan

(22)

Tahap pertama, adalah memilih sejumlah blok sensus pada setiap strata secara PPS (Probability Proportional to Size) dengan size banyaknya IMK hasil listing Survei IMK2012. Penarikan sampel blok sensus antar strata dilakukan secara independent. Kerangka sampel yang digunakan yaitu daftar blok sensus hasil re-stratifikasi dalam satu provinsi
Tahap kedua, dari kerangka sampel usaha, seluruh industri kecil dipilih sebagai sampel, dan dilakukan pemilihan sejumlah industri mikro dari hasil pendaftaran IMK secara sistematik linier untuk setiap jenis usaha sesuai KBLI pada blok sensus terpilih. Bila jumlah industri kecil dalam suatu provinsi melebihi target sampel usaha IMK, maka harus dilakukan pemilihan sampel untuk industri kecil.

3.3. Variabel Penelitian

Terdapat 2 jenis variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Oleh karena terdapat 2 model yang akan digunakan, maka variabel bebas dalam penelitian ini terdapat dua variabel dan 7 variabel bebas pokok yang bersifat case-specific. Variabel bebas pokok yang bersifat case-specific ini dapat ditransformasi dalam bentuk log normal atau diinteraksikan dengan variabel lainnya sesuai dengan kebutuhan spesifikasi model. Pada umumnya variabel terikat maupun variabel bebas, baik yang bersifat case-specific maupun alternative-specific dapat ditransformasi dan dimodifikasi serta dimanipulasi sesuai dengan kebutuhan spesifikasi model. Berikut adalah tabel variabel yang digunakan beserta dengan definisi operasional variabel dan keterangan untuk variabel yang bersangkutan.

3.3.1. Variabel Terikat

Berikut adalah tabel variabel terikat, beserta dengan definisi operasional variabel dan keterangan untuk variabel yang bersangkutan.

Tabel 3.1. Variabel Terikat

No Variabel Definisi Keterangan

1 Profit positif NIlai profit usaha rumahtangga;

1 = Profit Positif 0 = Lainnya

Variabel terikat untuk model Probit

2 Ln(Profit) Logaritma natural profit positif dari usaha rumahtangga

Variabel terikat untuk model tobit

(23)

Berikut adalah tabel variabel bebas yang bersifat case-specific, beserta dengan definisi operasional variabel, beserta keterangan mengenai tanda yang diharapkan dari hasil estimasi, baik untuk model Probit maupun Tobit.

Tabel 3.2. Variabel Bebas (case-specific)

No Variabel Definisi Tanda yang

diharapkan 1 DBank Dummy variabel untuk rumahtangga yang

menggunakan pembiayaaan usaha dari lembaga perbankan

1= ya 0= lainnya

Rumahtannga yang menggunakan pembiayaan ini dianggap memiliki kepercayaan diri yang

proporsional dan terukur (lembaga perbankan yang “mengukurnya”)

Positif

2 Dnon-bank Dummy variabel untuk rumahtangga yang menggunakan pembiayaaan usaha dari lembaga non-bank

1= ya 0= lainnya

Positif

3 Dpnpm Dummy variabel untuk rumahtangga yang menggunakan pembiayaaan usaha dari lembaga PNPM

1= ya 0= lainnya

Positif

4 Type1 Rumahtangga type 1 (4 rumahtangga), rumahtangga dari pimpinan masyarakat yang mana berjenis kelamin perempuan

Positif

5 Type2 Rumahtangga type 2 (32 rumahtangga), rumahtangga miskin dengan kepala keluarga perempuan (PEKKA)

Positif

6 Type3 Rumahtangga type 3, rumahtangga miskin dengan kepala keluarga laki-laki (non PEKKA)

Positif

7 Type4 Rumahtangga type 4, rumahtangga tidak miskin dengan kepala keluarga perempuan (PEKKA)

Positif

3.4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model Probit dan Censored Regression atau yang dikenal juga dengan nama Tobit. Berikut adalah masing-masing uraian mengenai teknik analisis data tersebut.

1. Model Probit

(24)

kenyataan hal tersebut tidak dapat diobservasi sehingga dicarikan proxy yaitu pembiayaan dari pihak lain. Hipotesa yang ingin diungkap dalam model ini adalah probabilities wirausaha menikmati profit positif given karakteristik yang ada, atau kecenderungan (propensity) untuk menghasilkan profit positif dalam menjalankan usaha. Oleh karena propensity adalah utilitas maka hal ini tidak terobservasi, sehingga dapat diasumsikan adanya latent variable (lihat Kennedy [2008] untuk lebih jelas mengenai "propensity to ..." sebagai latent variable). Dengan mengikuti Maddala [1983], Wooldridge [2002], maka analisa probit mengasumsikan latent variable y* yang didefinisikan sebagai

y* = x'+ u (3.1)

dimana x adalah K x 1 vektor regresor (karakteristik wirausaha), adalah K x 1 vektor parameter yang akan diestimasi, dan u adalah error term. Sedangkan y*

adalah unobserved, tetapi dapat didifinisikan sebagai variabel dummy sebagai berikut

y = 1 jika y* > 0

y = 0 lainnya (3.2)

Dengan hubungan (3.1) dan (3.2) kita peroleh Pr(y = 1) = Pr(x'+ u > 0)

= Pr(u > −x')

= 1− F(−x') (3.3)

dimana F(⋅) adalah cumulative distribution function (c.d.f) untuk u. Fungsi ini melahirkan probit model jika u terdistribusi secara normal, dan logit model jika

u berdistribusi logistik.

2. Model Tobit

(25)

kenyataan pengajuan kredit memiliki nilai minimum dan maksimum. Secara umum seting untuk model III adalah sebagai berikut;

(3.5)

Kemungkinan observasi mengalami cencored adalah Pr(y* L) = Pr(xi + uL)

=  {(L - xi)/}, dimana  () adalah standard normal c.d.f. Untuk kasus adanya

(26)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Data Deskriptif

Alternatif data yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah data dari SPRT 2011 yang tersedia pada microdata.worldbank.org. Data ini dipandang memiliki kesesuaian dengan data BPS namun memiliki cakupan yang lebih luas yaitu rumahtangga. Berbeda dengan data BPS yang hanya mengenai data UMKM data dari SPRT 2011 mencakup juga isu kemiskinan dengan memasukkan karakteristik rumahtangga miskin dan khususnya rumahtangga miskin dengan kepala keluarga perempuan. Sumber lembaga keuangan yang terrekam dalam data SPRT2011 juga lebih luas yaitu dengan dimasukkannya lembaga PNPM sebagai salah satu sumber pinjaman usaha rumahtangga.

Berdasarkan data SPRT 2011 yang dapat diakses melalui Worldbank Microdata terdapat 2400 rumah tangga yang dijadikan dasar analisis. Data yang digunakan adalah data yang berdasarkan Buku 3, yaitu mengenai kondisi ekonomi rumah tangga. Oleh karena terdapat beberapa rumah tangga yang memiliki pengasilah yang sangat besar maka hal ini dinggap sebagai outlier

sehingga total data yang akan digunakan dalam analisis adalah sebanyak 2391 Rumah tagga. Pendapatan rumah tangga, yang diperoleh dari, usaha tani maupun usaha non-tani, ditampilkan dalam bentuk lognormal. Data deskriptif mengenai pendapatan keluarga ditampilkan pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1. Data Deskriptif Pendapatan Rumahtangga Sampel

Tabel 4.1 menunjukkan rata-rata pendapatan rumahtangga baik yang berasal dari usaha tani, non-tani ataupun keduanya adalah sebesar, Rp. 10.500.000,-

(27)

Tabel 4.2. Jumlah Rumahtangga yang Menggunakan Pinjaman Untuk Usaha

Pinjaman Freq. Percent Cum.

Tidak 1836 76.79 76.79

Ya 555 23.21 100

Total 2391 100

Rumahtangga sebanyak 555 rumahtangga yang menggunakan pinjaman sebagai sumber pembiayaan usahanya tersebut terdiri dari 151 rumahtangga usaha tani, 139 usaha nontani dan 265 menjalankan kedua usaha tersebut. Tabel 4.3 menunjukkan jumlah rumahtangga yang menggunakan pinjaman sesuai dengan jenis usaha utama rumahtangga tersebut.

Tabel 4.3. Deskripsi Jumlah Rumahtangga yang Menggunakan Pinjaman Sesuai Dengan Usaha Utama yang Dijalankannya

Tani dan Non-tani

Pinjaman Tidak Ya Total

Tidak 1,012 824 1,836

Ya 290 265 555

Total 1,302 1,089 2,391

Hanya Usaha Tani

Pinjaman Tidak Ya Total

Tidak 1,093 743 1,836

Ya 404 151 555

Total 1,497 894 2,391

Hanya Usaha Non-Tani

Pinjaman Tidak Ya Total

Tidak 1,567 269 1,836

Ya 416 139 555

Total 1,983 408 2,391

(28)

oleh 265 rumahtangga ini adalah usaha yang mengarah ke usaha dengan skala usaha yang lebih besar. Secara umum, rumahtangga yang menggunakan penjaman sebagi salah satu sumber pembiayaan usahanya adalah rumahtangga yang menjalankan usaha secara professional bukan sebagai usaha subsistem.

Berdasarkan data dari Tabel 4.2 dan 4.3 juga terlihat bahwa 555 rumah tangga yang menggunakan pinjaman memiliki kecenderungan untuk memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi dalam menjalankan usaha mereka. Namun kepercayaan diri ini masih perlu dikaji lebih lanjut apakah kepercayaan diri ini mengakibatkan kerugian (kebangkrutan) atau malahan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi. Tabel 4.4, menunjukkan sumber pinjaman dan jumlah rumahtangga yang menggunakan sumber tersebut.

Tabel 4.4. Sumber Pinjaman dan Jumlah Rumahtangga yang Menggunakannya

Sumber Pinjaman Jumlah Rumahtanga

Bank 159

Non-Bank 144

Pegadaian 7

PNPM 82

Majikan 37

Rentenir 16

Keluarga 165

Klp Masy 62

Pembelian dengan Kredit 22

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sumber yang palingbanyak dituju oleh rumahtangga adalah keluarga. Hal ini menunjukkan selain kepercayaan diri, budaya kekerabatan dan ikatan keluarga terutama antara orang tua dan anak masih menjadi hal penting dalam pembiayaan usaha, terutama usaha yang berbasis pertanian dan UMKM non-tani. Pilihan berikutnya setelah keluarga adalh tentunya lembaga Bank dan Non-bank seperti koperasi. Pilihan Bank dan Non-bank akan memperlihatkan bahwa rumahtangga memang memiliki kepercayaan diri dan skill yang cukup dalam mengelola usahanya, sehingga bank dan non-bank mengabulkan permohonan pinjamannya.

(29)

lembaga lainnya sehingga rumahtangga yang menggunakan sumber pinjaman dari Bank dan Non-bank dipandang memiliki kepercayaan diri yang proporsioanal. Sedangkan rumahtangga yang memiliki kepercayaan yang terlalu bersar (overconfidence) dapat dicerminkan oleh mereka yang meminjam dari pihak rentenir. Sedangkan rumahtangga yang memiliki kepercayaan diri yang lebih rendah akan mengandalkan pinjaman dari kelompok masyarakat dan program PNPM.

4.2. Model Econometric dan Hasil Estimasi

Model ekonometrik yang digunakan untuk melakukan analisis adalah Two Part Model, dimana terdiri dari model probit untuk analisis bagian pertama yang kemudian dilanjutkan dengan analisis censored regression pada bagian kedua. Tabel 4.5, berikut adalah hasil estimasi bagian 1 dengan metode Probit.

Tabel 4.5. Regressi Bagian 1

Pada regressi bagian 1, terlihat bahwa rumahtangga yang menggunakan pinjaman, yang dalam hal ini dispesifikkan pada pinjaman dari bank, non-bank dan PNMP signifikan menghasilkan profit. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan diri dari rumahtangga untuk berusaha yang kemudian mengajukan tambahan pembiayaan melalui pinjaman memang merupakan kepercayaan diri yang didukung dengan skill dan kemampuan.

(30)
[image:30.595.94.497.281.474.2]

Tabel 4.6. Regressi Bagian 2

Regressi bagian 2 berbeda dengan bagian 1, dimana jumlah sampel yang digunakan menjadi lebih sedikit yaitu sebanyak 1707 sampel, yang merupakan rumahtangga yang menerima profit yang positif. Regressi bagian 2 ini ditujukan untuk mengetahui seberapa besar perbedaan pendapatan rumahtangga yang menggunakan pinjaman dari bank, non-bank dan PNPM. Variabel control untuk perbedaan profit dari usaha rumahtangga adalah karakteristik penggolongan rumah tangga yaitu rumah tangga type 1 sampai type 4, dengan rumahtangga type 5 sebagai benchmark.

(31)
(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pada bagian sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan:

1. Kepercayaan diri dalam menjalankan usaha sangatlan diperlukan, namun kepercayaan diri tersebut haruslah terukur.

2. Cara terbaik, berdasarkan hasil penelitian, untuk membatasi prilaku percaya diri yang berlebih-lebihan yang dapat mengakibatkan kegagalan dalam berusaha adalah dengan menyediakan lembaga pengontrol yang kredibel.

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga bank dan non-bank dengan orientasi bisnisnya mampu untuk menyaring prilaku berusaha yang memiliki kepercayaan diri berlebihan.

4. Instrumen yang digunakan oleh lembaga bank atau non-bank adalah melalui penyaluran kredit, dimana dalam setiap persetujuan kredit maka terlebih dahulu didahului oleh adanya penilaian kelayakan usaha.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terdapat tiga saran kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yaitu

1. Pertama, proses pemberian bantuan pinjaman langsung atau melalui lembaga yang tidak (belum) professional diharapkan dievaluasi, PNPM misalnya.

2. Kedua, penyaluran pinjaman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebaiknya dilakukan melalui lembaga yang memiliki kompetensi untuk menilai kelayakan sebuah usaha, lembaga Perbankan misalnya.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Angrist, J. D., dan J-S. Pischke (2008), Mostly Harmless Econometrics: An Empiricist’s Companion. Princeton and Oxford: Princeton University Press. Artika, Eka. (2010). Peranan bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam menggerakan

kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Nusa Tenggara Barat. Media Informasi Universitas Islam Al-Azhar, AVESINA, Vol. 2 No. 2

Camerer, Colin F., and Dan Lovallo (1999). "Overconfidence and Excess Entry: An

Experimental Approach," American Economic Review, 89; 306-318.

Cameron, A. C., dan P. K. Trivedi. (2009). Microeconometrics Methods and Applications. Cambridge; Cambridge University Press

Datta, Saugato and Sendhil Mullainathan (2012). “Behavioral Design; A New Approach to Development Policy,” CGD Policy Paper 016. Washington DC: Center for Global Development. Available at: http:// www.cgdev.org/content/publications/detail/1426679

Heckman, J. (1974). Shadow Price, Market Wages, and Labor Supply. Econometrica, 42: 679 – 694

Hausman, J. A., and D. A. Wise (1976). The Evaluation of Result from Truncated samples: The New Jersey Negative Income Tax Experiment. Annals of Economic and Social Measurement, 5: 421 – 445

Just, David R., (2014). Introduction to Behavioral Economics, John Wiley & Sons, Inc

Kasmir (2013). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Maddala, G. S. (1983). Limited Dependent and Qualitative Dependent Variables in Econometrics, Cambridge; Cambridge University Press

Mas-Colell, A., M. D. Whinston, dan J. R. Green (1995). Microeconomic Theory,

New York; Oxford University Press

McFadden, D. (1973). Conditional Logit Analysis of Quantitative Choice Behavior. In P. Zarembka (ed.), Frontiers in Econometrics. New York: Academic.

McFadden, D. (1974). The Measurement of Urban Travel Demand. Journal of Pubic Economics. 3: 303 – 328

Partono,T. dan A. Soejodono (2004). Ekonomi Skala Kecil/ Menengah dan Koperasi. Ghalia : Jakarta.

Roll, L. (1986). The Hubris Hypothesis of Corporate Takeovers. Journal Business,

(34)

Rustariyuni, Surya Dewi dan I Wayan Sukadana (2010). Akses Wisausaha UMKM Dalam Memilih Sumber Pembiayaan Usaha. Input, Jurnal Ekonomi dan Sosial. 3: 35 – 55

Sukadana, I Wayan dan Amrita Nugraheni Saraswaty (2014), Experimental Economics on Firm’s Behavior: Entry Game Approach, Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, Vol. 7, No. 2, 130-136

Tanaka, T., Colin F. Camerer and Quang Nguyen (2010). “Risk and Time Preferences: Linking Experimental and Household Survey Data from Vietnam”. The American Economic Review, 100 (1): 557-571

Gambar

Gambar 2.1. Alternatif Keputusan Wirausaha dalam Pembiayaan Usahanya
Tabel 3.1. Variabel Terikat
Tabel 3.2. Variabel Bebas (case-specific)
Tabel 4.3. Deskripsi Jumlah Rumahtangga yang Menggunakan Pinjaman Sesuai Dengan Usaha Utama yang Dijalankannya
+3

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini proses perencanaan pembuatan sistem pengelolaan air terpadu akan dilaksanakan mulai semester kedua, tetapi karena kondisi curah hujan mulai menunjukkan

Berdarasarkan hasil penilitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai Pemanfaatan Daana Desa Dalam Pembangunan Desa Biring Ere Kecamatan Bungoro Kabupaten

Berdasarkan uji one way Anova maka nilai perbedaan data dE*ab pdad masing- masing konsentrasi didapatkan nilai signifikansinya p=0.742 (p>0,05) yang berarti tidak

Sebagai pertimbangan dalam perencanaan desain interior pada area publik Voila Apartment yang dapat meningkatkan kenyamanan para penghuni saat memanfaatkan fasilitas yang

64 Diagram Hasil Kuisioner Post Test Pertanyaan “Apakah dengan adanya Aplikasi Manajemen Keuangan KKL responden mendapatkan informasi yang akurat (informasi

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai MSE yang terkecil adalah model GSTAR(1;3) dengan menggunakan matriks bobot biner sehingga model yang terbaik untuk data set 3

Kecelakaan pesawat ulang-alik Challenger terjadi pada 28 Januari 1986 ketika pesawat ulang-alik Challenger pecah setelah 73 detik penerbangan, yang menyebabkan

7.317 Kalimantan Selatan Kota Banjarmasin P6371031203 CEMPAKA Jl.. Cempaka