• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Lembaga Keuangan Mikro Syariah dalam Pengembangan Usaha Kecil di Kabupaten Simeulue

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Lembaga Keuangan Mikro Syariah dalam Pengembangan Usaha Kecil di Kabupaten Simeulue"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah

2.1.1. Pengertian Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah 2.1.1.1. Lembaga Keuangan

Menurut SK Menteri Keuangan RI No. 792 Tahun 1990 dalam Soemitra (2009:27), “lembaga keuangan adalah semua badan yang kegiatannya bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan”. Meski dalam peraturan tersebut lembaga keuangan di utamakan untuk membiayai investasi perusahaan, namun tidak berarti membatasi kegiatan pembiayaan lembaga keuangan.

Secara umum lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan bidang keuangan. Kegiatan usaha tersebut dapat berupa penghimpunan dana dengan menawarkan berbagai skema, atau melakukan kegiatan menghimpun dana menyalurkan dana sekaligus, dimana kegiatan usaha lembaga keuangan diperuntukan bagi investasi perusahaan, kegiatan konsumsi, dan kegiatan distribusi barang dan jasa. Sesuai dengan sistem keuangan yang ada, maka dalam operasionalnya lembaga keuangan dapat berbentuk lembaga keuangan konvensional dan lembaga keuangan syari’ah.

2.1.1.2. Lembaga Keuangan Mikro

(2)

11

keluarga miskin dan berpenghasilan rendah yang tidak memiliki akses terhadap bank komersial.

Menurut Arsyad (2008:23) “Lembaga Keuangan Mikro (LKM) adalah lembaga yang memberikan jasa keuangan bagi pengusaha mikro dan masyarakat berpenghasilan rendah, baik formal, semi formal, dan informal yang tidak terlayani oleh lembaga keuangan formal dan telah berorientasi pasar untuk tujuan bisnis”. Dengan demikian LKM berfungsi sebagai lembaga yang menyediakan berbagai jasa pinjaman, baik untuk kegiatan produktif yang dilakukan usaha mikro, maupun untuk kegiatan konsumtif keluarga masyarakat miskin. Sebagai lembaga simpanan, LKM dapat menghimpun dana yang dijadikan prasyarat bagi adanya kredit walaupun pada akhirnya sering kali jumlah kredit yang diberikan lebih besar dari dana yang berhasil dihimpun.

2.1.1.3. Lembaga Keuangan Syari’ah

Lembaga Keuangan Syariah adalah badan usaha yang kekayaan utamanya berbentuk aset keuangan, memberikan kredit dan menanamkan danya dalam surat berharga. Serta menawarkan jasa keuangan lain seperti : simpanan, asuransi, investasi, pembiayaan, dll. Berdasarkan prinsip syariah dan tidak menyalahi dewasn syariah nasional.

Menurut Arifin (2006:11) untuk menyesuaikan dengan aturan-aturan dan norma-norma Islam yang harus diterapkan dalam perilaku investasi lembaga keuangan syari’ah dalam menjalankan kegiatan usahanya antara lain :

1) Prinsip Operasional Lembaga Keuangan Syari’ah

(3)

12

firmal Allah SWT, dalam surat Al-Maidah ayat 2 : “….dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan

jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan

bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat

siksa-Nya”. (Depag RI, 2005 : 35).

b. Prinsip menghindari Al-Iktinaz, yaitu menahan uang (dana) dan membiarkannya menganggur dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum. Seperti disebutkan dalam firman Allah SWT, dalam surat An Nisa’ ayat 2 : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan

jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang BErlaku

dengan suka sama-suka di antara kamu”. (Depag RI, 2005 : 84)

2) Prinsip-Prinsip Pembiayaan yang dianut Lembaga Keuangan Syari’ah a. Tidak ada transaksi keuangan berbasis bunga (riba).

b. Pelarangan produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan sistem nilai Islam (haram)

c. Penghindaran aktifitas ekonomi yang melibatkan maysir (judi) dan gharar (ketidakpastian). (Lewis, 2001 : 48)

3) Bentuk-bentuk lembaga keuangan Syari’ah antara lain : a. Lembaga Pengelola Zakat (BAZ dan LAZ)

(4)

13

1) Badan Amil Zakat adalah organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah.

2) Lembaga Amil Zakat adalah organisasi pengelola zakat yang sepenuhnya dibentuk oleh masyarakat, dan dikukuhkan oleh pemerintah. (Gustian, 2006 : 3-4)

Pasal 1 butir 2, Zakat adalah “harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya”. Pengelolaan zakat adalah suatu kegiatan perencanaan, perorganisasian, pelaksanaan, pengawasan terhadap pengumpulan, dan pendistribusian, serta pendayagunaan zakat (Sari, 2006 : 45).

Bagian yang tak terpisahkan dari penglolaan zakat adalah muzaki dan harta yang di zakati, mustahik dan amil. Berdasarkan pasal 4, pengelolaan zakat berasaskan iman dan taqwa dan kepastian hukum sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Tujuan pengelolaan zakat adalah sebagai berikut :

a) Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat.

b) Meningkatkan fungsi dan peranan pranata kegiatan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

(5)

14 b. Lembaga Pengelola Wakaf

Menurut Depag RI (2006 : 1) “Wakaf adalah menahan harta untuk diwakafkan, tidak dipindah milikkan”. Sesuai dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 badan wakaf sebagai lembaga independen untuk mengembangkan perwakafan di Indonesia. Menurut Soemitra (2009 : 36) “peningkatan peran wakaf sebagai pranata keagamaan tidak hanya bertujuan menyediakan berbagai sarana ibadah dan sosial, tetapi juga memiliki kekuatan ekonomi yang berpotensi antara lain untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga perlu dikembangkan pemanfaatannya sesuai dengan prinsip syari’ah”.

Badan wakaf bertugas untuk selalu melakukan kerjasama dalam memeriksa tujuan peraturan dan program. Disamping itu badan wakaf juga bertugas untuk mengusut dan melaksanakan semua pendistribusian (wakaf) serta semua kegiatan perwakafan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Badan wakaf juga untuk menguasai pengelolaan wakaf dan mempunyai wewenang untuk membelanjakan dengan sebaik-baiknya :

1) Melaksanakan ketetapkan-ketetapan badan wakaf

2) Menginformasikan kegiatan badan wakaf dengan disertai peraturan perundang-undangan yang menguatkannya.

3) Mendistribusikan hasil (wakaf) setiap bulan dengan diikuti kegiatan di cabang.

4) Membuat perencanaan dan melakukan evaluasi akhir

(6)

15

Adapun harta benda yang dikelola badan wakaf terdiri dari : 1) Harta yang dikhususkan pemerintah untuk anggaran umum 2) Barang yang menjadi jaminan hutang

3) Hibah, wasiat, dan sedekah

4) Dokumen, uang/harta yang harus dibelanjakan dan segala sesuatu yang sudah menjadi haknya untuk dikelola sesuai Qanun No. 7 Tahun 1970. 5) Benda lain yang berguna untuk meningkatkan dan mengembangkan harta

wakaf (Depag RI, 2006 : 101). c. BMT/UJKS

UJKS adalah Unit Jasa Keuangan Syari’ah pada koperasi syari’ah adalah unit koperasi yang bergerak di bidang usaha pembiayaan, investasi, simpanan dengan pola bagi hasil (syari’ah) sebagai bagian dari kegiatan koperasi yang bersangkutan (Fatwa MUI, 2011).

BMT adalah kependekan kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Mal wat Tamwil yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah. Menurut Muhammad (2000 : 113) BMT/UJKS sesuai namanya terdiri atas dua fungsi, yaitu :

1) Baitul MAL adalah lembaga yang kegiatannya menerima dan menyalurkan dana zakat, infak dan sadaqah.

(7)

16

Yunus (2009 : 9) mengatakan “lembaga keuangan syari’ah dengan sistem bagi hasil dirancang untuk terbinanya kebersamaan dalam menanggung resiko usaha dan berbagai hasil usaha antara pemilik modal (rabul mal) yang menyimpang uangnya di lembaga, lembaga selaku pengelola dana (mudharib), dan masyarakat yang membutuhkan dana yang bisa bersetatus pinjaman dana atau pengelolaan usaha”.

Berdasarkan bentuknya, secara umum LKM dibagi menjadi tiga yaitu : (1) lembaga formal seperti bank desa dan koperasi, (2) lembaga semi formal misalnya organisasi non pemerintah, dan (3) sumber-sumber informal, misalnya pelepas uang. Sementara itu LKM di Indonesia menjadi 4 golongan besar, yaitu (1) LKM formal, baik bank maupun non bank, (2) LKM non formal, baik berbadan hukum ataupun tidak, (3) LKM yang dibentuk melalui program pemerintah dan (4) LKM informal seperti rentenir ataupun arisan. Adapun BI hanya membagi LKM menjadi 2 kategori saja yaitu LKM yang berwujud bank dan non bank. Sedangkan lembaga-lembaga keuangan non bank terdiri dari lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang simpan pinjam, pegadaian, asuransi, pegadaian syari’ah, lembaga zakat, pasar modal syari’ah. (Yunus, 2009:46).

(8)

17

lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syari’ah (Susilo, 2000 : 31).

Mengacu pada pengertian bank syari’ah tersebut maka yang dimaksud dengan lembaga keuangan mikro syari’ah adalah lembaga keuangan mikro yang dalam operasionalnya berdasarkan syari’ah. Adapun prinsip operasinya didasarkan atas prinsip bagi hasil, jual-beli, sewa (ijarah), dan titipan (wad’iah).

1. Prinsip Bagi Hasil

Tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelolaan dana. Pembangian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana maupun dengan nasabah penerima dana.

2. Prinsip Jual Beli

Prinsip jual beli adalah sistem yang menetapkan tata cara jual beli dimana bank membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan masyarakat/nasabah, kemudian bank menjual kepada nasabah tersebut dengan jumlah harga beli ditambah keuntungan (margin/markup).

3. Prinsip Sewa (Ijarah)

Ijarah merupakan hak untuk memanfaatkan barang atau jasa dengan

membauar imbalan tertentu. Menurut Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

4. Prinsip Fee (jasa)

(9)

18

menajemennya sedikit berbeda dengan industri perbankan. Lembaga tersebut: meliputi asuransi syari’ah, reksadana syari’ah serta Baitul Mal Wa Tamwil. Di antara lembaga tersebut yang terkait langsung dengan upaya pengentasan kemiskinan dalam Baitul Mal Wa Tamwil (Ridwan, 2004 : 72)

Peran BMT/UJKS dalam menumbuh kembangkan usah amikro dan kecil di lingkungan merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi pembangunan nasional.

Kehadiran LKMS memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam perkembangan ekonomi global ditengah-tengah masyarakat terutama terhadap pengusaha kecil. Hal ini dapat dilihat perkembangan LKMS dari tahun ke tahun bertambah banyak. Setidak-tidaknya ada dua hal yang dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan usaha kecil oleh LKMS yaitu diterapkannya manajemen proaktif misalnya sistem menjemput bola dan aplikasi produk-produk LKMS yang sederhana, mudah dan tidak terbelit-belit.

(10)

19 2.2. Pengembangan Usaha Kecil

2.2.1. Pengertian Pengembangan Usaha Kecil

Menurut UMKM (2008 : 6) “pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing usa mikro, kecil, dan menengah”.

Sedangkan usaha kecil adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau penjualan tahunan yang berbeda dengan usaha menengah, dimana kekayaan bersih atau penjualan tahunan usaha kecil lebih daripada kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan usaha menengah. Tetapi menurut Kamar Dagang dan Industri (KADIN) ada beberapa kesamaan kriteria usaha kecil adalah :

1) Memiliki aset kurang dari Rp. 250 juta 2) Mempekerjakan kurang dari 30 orang

3) Memilih nilai penjualan kurang dari Rp. 100 Juta

(11)

20

Berdasarkan UU No. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang bersakala kecil dan memnuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. “usaha kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badang bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet penjualan sebesar 1 (satu) miliar rupiah atau kurang”. (LBPS, 2007 : 1)

Secara regulatif, UU No. 20 Tahun 2008 sangat bersinergis dengan UU perbankan syari’ah, apabila keduanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan perekonomian yang adil dan penuh kebersamaan yang berpijak pada pemberdayaan masyarkaat. UU No. 20 Tahun 2008 menyatakan bahwa tujuan pemberdayaan adalah :

a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan.

b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha kecil menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

c. Meningkatkan peran usaha kecil dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan (pasal 5 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UKM).

(12)

21

kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat (pasal 3 UU perbankan syari’ah dan penjelasannya)”.

Dalam UU No. 20 Tahun 2008 pasal 2, usaha mikro, kecil, dan menengah berazaskan :

a. Kekeluargaan b. Demokrasi ekonomi c. Kebersamaan

d. Efisiensi berkeadilan e. Berkelanjutan

f. Berwawasan lingkungan g. Kemandirian

h. Keseimbangan kemajuan, dan i. Kesatuan ekonomi nasional

Dalam rangka mengembangkan dan memberdayakan peran usaha kecil menengah dalam perekonomian nasional, pemerintah bersama dengan perbankan selama ini telah menempuh beberapa strategi dan kebijakan sebagai berikut :

a. Menetapkan batas minimum pemberian kredit kepada usah akecil sebesar 20% dari seluruh kredit bagi semua bank. Khusus untuk koperasi, pemerintahan menyediakan fasilitas kredit likuiditas sebesar 100%, guna membiayai sektor-sektor yang sangat prioritas bagi pengembangan koperasi, dalam bentuk :

(13)

22

2) KKPA (Kredit Kepada koperasi untuk Anggotanya) dapat digunakan sebagai modal kerja usaha dan investasi bagi para anggota koperasi primer yang mempunyai usaha produktif.

3) KKop (Kredi kepada Koperasi) merupakan kredit modal kerja yang harus diberikan kepada lembaga koperasi baik primer maupun sekunder dalam mengadakan dan mendistribusikan usaha agribisnis.

b. Mengembangkan kelembagaan dengan memperluas jaringan perbankan dalam bentuk kerjasama antar bank, dengan mengembangkan lembaga keuangan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah, seperti BPR dan BPR Syari’ah. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Selain menjadi sektor usaha yang paling besar kontribusinya terhadap pembangunan nasional, UMKM juga menciptakan peluang kerja yang cukup besar bagi tenaga kerja dalam negeri, sehingga sangat membantu uaya mengurangi pengangguran. UMKM bergerak di berbagai sektor ekonomi namun yang paling dominan bergerak di bidang pertanian.

Adapun kriteria UMKM menurut Undang-Undang Indonesi aNomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagai berikut :

(14)

23

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50 juta (selain tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300 juta 2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan paling banyak Rp. 500 juta (selain tanah dan bangunan tempat usaha)

b. Memiliki penjualan tahunan lebih dari Rp. 300 juta sampai dengan paling banyak Rp. 2,5 Miliar.

3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500 juta sampai dengan paling banyak Rp. 10 Miliar (selain tanah dan bangunan tempat usaha)

b. Memiliki hasil penjualan lebih dari Rp. 2,5 Miliar sampai dengan paling banyak Rp. 50 Miliar.

Secara ringkas, kriteria UMKM berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1 : Kriteria Usaha Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2008

No Uraian Kriteria Asset Omzet

1 Usaha Mikro Maks. 50 juta Maks. 300 Juta

2 Usaha Kecil >50 Juta–500 Juta > 300 Juta – 2,5 Miliar 3 Usaha Menengah >500 Juta–10 Miliar > 2,5 Miliar – 50 Miliar Sumber :

(15)

24

berdasarkan jumlah pekerjaannya, yaitu : (1) industri rumah tangga dengan pekerjaan 1-4 orang; (2) industri kecil dengan pekerja 5-19 orang; (3) industri menengah dengan pekerja 20-99 orang; (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih (Kuncoro, 2006 374).

UMKM di Indonesia kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah, sehingga UMKM sulit berkembang dan kalah bersaing dengan produk-produk import dari luar neger, padahal UMKM itu sendiri berpotensi sangat besar dan berpeluang untuk memasuki pasar baik regional maupun internasional, menjadi unit usaha kecil yang modern dan kompetitif, sehingga UMKM bisa bersaing di pasar domestik maupun internasional.

Menurut Arsyad (2008 : 102) penyebab sulit berkembangnya UMKM di Indonesia ada dua pandangan yang berbeda yaitu :

(16)

25

lapangan kerja yang mampu menampung skillnya dan upah yang memadai, sehingga bisa memenuhi kebutuhannya.

2. Pendekatan struktural, disebutkan bahwa UMKM sulit berkembang disebabkan oleh struktur sosial-ekonomi masyarakat yang timpang, yang menyebabkan adanya sekelompok tertentu yang sulit bahkan UMKM tidak bisa mengembangkan usahanya. Karena pengaruh struktur perekonomian Indonesia yang tidak menentuk ini dan seringnya terjadi resesi, menyebabkan banyaknya pengangguran yang tinggi akibat terjadinya kenaikan biaya produksi sedangkan selera pasar menurun karena terjadinya inflasi, maka perusahaan banyak yang melakukan PHK. Untuk mengatasi masalah perekonomian yang seperti ini harus di rombak struktur sosial-ekonomi masyarakat secara signifikan. Termasuk dalam struktur sosial-ekonomi yang berhubungan dengan pelaku ekonomi, kekuasaan, dan sebagainya.

UMKM jika dilihat secara mendalam sudah berkembang pesat dan menyumbang sebagian besar GDP Indonesia. Namun seiring perubahan waktu banyak terjadi perubahan secara struktural yang terlihat pada pergeseran dalam distribusi pendapatan dan ketenagakerjaan di antara sektor-sektor ekonomi yang ada. Perkembangan ekonomi modern semakin menggeser perekonomian tradisional. Pokok permasalahan yang dihadapi UMKM menurut Kuncoro (2006:378) dibedakan menjadi dua :

1. Faktor Eksternal :

(17)

26

yang selayaknya unit usaha yang di kelola secara modern. UMKM seharusnya mendapat fasilitas yang sama seperti usaha besar, begitu juga dalam peletakan lokasi UMKM juga harus di tempatkan di tempat yang strategis di daerah khalayak ramai seperti pasar swalayan.

b. Data persebaran UMKM yang tidak jelas. Keterbatasan data persebaran ini menghambat upaya pembinaan maupun penyluhan yang diberikan pihak swasta, pemerintah maupun masyarakat. Sehingga UMKM sulit berkembang karena tidak adanya informasi yang jelas mengenai pangsa pasar, kualitas produk, manajemen keuangan usahanya, dan lain sebagainya.

c. Alokasi kredit sebagai pembiayaan yang timpang. Tidak meratanya distribusi pendanaan antar wilayah, antar sektor, antar golongan, dan antar desa-kota. Hambatan birokratis yang tidak bisa di hadapi UMKM dalam memperoleh kredit dan di persulit dalam perizinan maupun pengembangannya. Oleh sebab itu, persyaratan untuk memperoleh kredit harus disederhanakan agar UMKM tidak sulit dalam meminjam modal. d. Produk yang dihasilkan UMKM memiliki ciri dan karakteristik sebagai

(18)

27

e. Rendahnya nilai tukar komoditi yang dihasilkan usaha rakyat. Produk industri rakyat selalu dinilai berkualitas rendah. Hal ini adalah pandangan keliru dan bisa menghambat perkembangan UMKM karena belum tentu pola produksi tradisional akan menghasilkan produk yang bermutu rendah. Banyak sekali hasil produk industri kerajinan rakyat yang mampu bersaing dengan di pasar internasional. Rendahnya nilai tukar UMKM ini disebabkan karena rendahnya modal yang diperlukan sehingga dijual dengan sistem ijon seperti dalam produk pertanian.

f. Terbatasnya akses pasar bagi UMKM yang ingin memperluas pangsa pasarnya dan ingin mengembangkan usahanya. Hal ini disebabkan oleh modal besar domestik maupun asing yang menerobos segmentasi pasar yang sebelumnya dikuasai pengusaha dalam negeri termasuk UMKM. g. Pungutan-pungutan atau biaya siluman yang tidak proporsional. Ketidak

siapan birokrasi yang berhubungan langsung dengan UMKM menyebabkan permasalahan dalam pengembangan UMKM.

2. Faktor Internal

a. Terbatasnya penguasaan asset produksi terutama permodalan. Karena dalam pengembangan usaha yang luas tentunya juga akan membutuhkan dana yang besar dalam usahanya.

(19)

28

keterampilan pekerja ini dapat di lihat dari rendahnya pendidikan para pekerja.

c. Hambatan konsentrasi sumber daya ekonomi rakyat (pekerja). Hal ini para pekerja kebanyak masih terkonsentrasi di daerah pedesaan pada sektor pertanian, padahal di sektor pekerjaan lain sangat terbuka luas kesempatan untuk bekerja, misalnya saja perdagangan.

d. Kelembagaan usaha rakyat belum berperan secara optimal. UMKM perlu mendapatkan fasilitas dalam mengembangkan usahanya. Perlu adanya koordinasi antar usaha dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

Untuk mengatasi hal-hal tersebuit di atas, dalam pengembangan UMKM di masa mendatang hendaknya dari pihak perbankan syariah yang dalam hal ini sebagai badan penyalur dan sekaligus pemberi bantuan terhadap para nasabah (masyarakat kalangan menengah ke bawah) harus bisa menekankan kepada para nasabah terkait dengan perkembangan usahanya sendiri yaitu harus ada suatu program yang lebih jelas dan terencana, baik untuk jangka pendek, menengah maupun panjang.

(20)

29

2.2.2. Mekanisme Pembiayaan UMKM

Kredit UMKM merupakan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada para nasabah usaha kecil, mikro, dan menengah baik langsung maupun tidak langsung, usaha tersebut dimiliki ataupun di operasinalkan oleh masyarakat yang tergolong miskin. Sedang menurut Badan Pusat Statistik, dengan batasan kredit maksimal Rp. 50 juta (lima puluh juta rupiah).

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1995 menerangkan :

a) Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil yang dimiliki nilai kekayaan bersih maksimal Rp. 200 juta (dua ratus juta rupiah) selain tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil penjualan maksimal Rp. 1 miliar (satu miliar rupiah) per tahun dengan plafon kredit maksimal sebesar Rp. 500 juta (lima ratus juta rupiah).

b) Kredit Usaha Menengah merupakan kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada pengusaha di luar usaha mikro dan kecil atau kepada pengusaha yang kriterianya akan ditetapkan kemudian, dengan plafon di atas Rp. 500 juta (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 5 miliar (lima miliar rupiah).

Pemerintah dalam mengurusi pembiayaan UKM bekerjasama dengan negara donor seperti World Bank, ADB dan sebagainya, yang akan mengucurkan dana bergulirnya dengan menggunakan sistem perbankan, sehingga uang mempunyai daya saing dan nilai tambah hingga mencapai satu titik satu pengembangan UKM, yang pada gilirannya akan mengurangi kemiskinan, sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat. Berbagai jenis pembiayaan UKM antara lain berasal dari : Lembaga perbankan, Lembaga non perbankan, Laba BUMN, Modal Ventura, dan lainnya.

(21)

30

pemerataan pembangunan berdasarkan demokrasi ekonomi. Usaha kecil perlu diberdayakan dan diberikan peluang berusaha agar mampu dan sejajar dengan pelaku ekonomi lainnya untuk mengoptimalkan peran sertanya dalam pembangunan. Dengan berdasarkan hal tersebut, dipandang perlu bidang atau jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan bidang usaha yang terbuka usaha usaha menengah atau usaha besar dengan tetap mengacu kepada Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 44 Tahun 197 tentang Kemitraan.

2.3.Kerangka Konseptual

Prinsip filosofi dasar dari LKMS dalam upaya pengembangan Usaha Kecil Menengah yang ada dalam masyarakat adalah, bantuan yang diberikan tanpa jaminan atau penjamin, target kelompok adalah masyarakat kecil miskin yang kurang mampu yang mempunyai potensi untuk mengembangkan usaha perekonomianya serta ketentuan lain yang juga diterapkan adalah jika anggota meninggal dunia, mereka dibebaskan dari pembayaran kredit.

(22)

31

usahanya. Upaya LKMS dalam pengembangan Usaha Kecil Menengah yang ada dalam masyarakat dalam hal pemberian bantuan, memfokuskan prioritasnya kepada pemberian kredit tidak di dasarkan atas kedermawanan atau belas kasihan, sebab akan menyebabkan terjadinya ketergantungan pada pihak lain. Serta bantuan kredit yang telah diberikan harus dapat menyiapkan persyaratan dan prosedur kredit yang sesuai dengan kondisi masyarakat (fleksibel).

Disamping itu bantuan kredit yang diberikan oleh LKMS tidak mensyaratkan adanya agunan atau jaminan anggota. Yang lebih menariknya dari kebijakan LKMS ini dalam upaya memberikan bantuan dana kepada masyarakat kecil adalah terkait dengan pengelolaan bantuan kredit itu sendiri harus dilakukan secara terbuka dan profesional dengan berprinsip dari, oleh dan untuk anggota. Dan juga dalam pelaksanaan programnya, berusaha memanfaatkan kelompok-kelompok yang sudah ada di masyarakat sebagai sarana penyalur bantuan kredit. Peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) sangat penting dalam hal peminjaman modal kepada usaha kecil dengan syarat yang mudah dan proses yang cepat dan tidak memberatkan usaha kecil selain itu sistem transaksinya menggunakan sistem syariah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Indikator:

1. Memberikan kredit

2. Menanamkan dananya dalam surat berharga.

3. Menawarkan jasa keuangan

Pengembangan Usaha Kecil Indikator:

(23)

32 2.4.Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Murwanti dan Muhammad Sholahuddin (2010) dengan judul : “Peran Keuangan Lembaga Mikro Syariah untuk Usaha Mikro di Wonogiri”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah lembaga keuangan mikro syariah BMT berperan secara signifikan terhadap peningkatan keuntungan pedagang kecil”. Metode analisis yang digunakan dalampenelitian ini adalah analisis regresi sederhana,digunakan untuk menyatakan hubungan antaravariabel dependen dan variabel independen. Koefisien determinasi menunjukkan seberapabesar prosentase variasi dalam variabel dependenyang dapat dijelaskan dalam variabel independen.Nilai R2terletak antara 0 dan 1. Jika R2semakinmendekati 1, maka semakin besar variasi dalamvariasi dalam variabel independen. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa perkembangan usaha pedagangsetelah memperoleh pembiayaan BMT, baikkeuntungan ataupun keuntungan nasabahmeningkat.

(24)

33

menyimpulkan bahwa variabel keuangan dan pemasaran mempunyai peran atau pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pemberdayaan UMK. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengujian terhadap hipotesis pertama dan ketiga dapat diterima.

Penelitian yang dilakukan oleh Lutfiyah Rijma Hanna (2012) dengan judul: “Peranan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)Perambabulan Al-Qomariyah dalamMemberdayakan Perdagangan Usaha Kecil(di Desa Babadan Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon)”. Dengan menggunakan rumus slovin, sampel dalam penelitian ini adalah 38 orang yang menggunakan produk pembiayaan musyarakah di Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Perambabulan Al-Qomariyah. Pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel bebas X berperan signifikan terhadap memberdayakan perdagangan usaha kecil. Seperti hasil dari perhitungan uji t, bahwa thitung (3,329) > dari ttable (2,045) sedangkan signifikansi (0,000) < dari alpha pada taraf 5% atau 0,05, Sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil uji t ini membuktikan bahwa semua variabel independen (pembiayaan musyarakah di Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) ) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu memberdayakan perdagangan usaha kecil . Artinya menurut para nasabah, variabel independen tersebut dianggap penting ketika dalam memberdayakan perdagangan usaha kecil.

(25)

34

Gambar

Tabel 2.1 : Kriteria Usaha Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2008

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan fisik berupa peningkatan berat badan yang menyebabkan berkurangnya kepercayaan diri membuat wanita tidak dapat menyesuaikan diri dengan orang lain, karena

Peningkatan keaktivan siswa tersebut dikarenakan model pembelajaran tersebut mengajak siswa belajar sambil bermain sehingga banyak siswa yang sebelumnya jenuh dengan

corporate social responsibility , perputaran modal kerja, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional terhadap profitabilitas perusahaan yang diukur dengan ROA

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat yang telah diberikan-Nya atas segala nikmat sehat, kemudahan, serta pertolonganNya

Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi ketidak-tertarikan mahasiswa etnis Tionghoa Universitas Kristen Petra Surabaya terhadap bahasa Tionghoa

Perbandingan Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan IV - 2016 Provinsi Sumatera Barat dengan Provinsi Lain di Pulau Sumatera dan Nasional. Pada triwulan IV-2016 nilai ITK

[r]

Apabila fenomena tersebut benar maka semangat pemekaran daerah telah mengikari semangat otonomi daerah karena yang terjadi justru adanya ketergantungan daerah hasil