• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Manajemen Pengetahuan bagi Pembelajaran Organisasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Manajemen Pengetahuan bagi Pembelajaran Organisasi."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI MANAJEMEN PENGETAHUAN BAGI PEMBELAJARAN ORGANISASI

PENULIS:

RD. FUNNY MUSTIKASARI ELITA

Abstract

An Organization should bring its vision and mission into action to a manage its knowledge effectively so it can compete with other organizations. On of the ways is by applying knowledge management. Knowledge management is an effort to manage knowledge in on organization. It is intent to enable the organization to be learning organization where in the end working and learning become the same in an organization.

Therefore, an organization need notonly a good database but knowledge base. Knowledge base can only be formed if the organization has known the resources it has and know which can be used and how to utilized them. Each organization conduct its knowledge management is different way. Each of them has knowledge assets and unique challenges in its own organization. It has its own process and can measure its success in different way.

PENDAHULUAN.

Pada era informasi memunculkan karakteristik masyarakat informasi dimana keberadaan informasi menjadi sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi setiap orang. Bagi masyarakat informasi banyak aspek kehidupan sangat bergantung kepada informasi. Tanpa informasi, kehidupan masyarakat informasi tidak akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan, dan didalam melakukan setiap kegiatannya, masyarakat informasi akan selalu membutuhkan informasi dan semakin menuntut informasi yang cepat, aktual, akurat, dan relevan. Informasi tersebut senantiasa mengisi segala aspek kehidupan, mulai dari lingkup individu, keluarga, sosial, hingga lingkup kelompok dan organisasi. Begitu pula bagi suatu organisasi, apapun jenis organisasinya, informasi merupakan salah satu jenis sumberdaya yang paling utama. Karena informasi, orang-orang di dalam suatu organisasi memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sehingga informasi menjadi penuntun bagi siapapun saat melakukan aktivitas keorganisasian. Dari sinilah kemudian muncul apa yang dinamakan pengetahuan.

(2)

mencapai tujuannya. Organisasi-organisasi yang sukses, adalah organisasi yang secara konsisten menciptakan pengetahuan baru dan menyebarkannya secara menyeluruh didalam organisasinya, dan secara cepat mengadaptasinya kedalam teknologi dan produk serta layanan mereka. Melihat perannya yang begitu penting bagi suatu organisasi, maka semua pengetahuan yang dimiliki oleh suatu organisasi harus dikelola dengan baik, sehingga pengetahuan tersebut dapat berperan optimal untuk organisasinya. Bentuk dan kemampuan organisasi dalam mengelola pengetahuan sangat mempengaruhi kualitas pengetahuan yang dihasilkan dan juga akan mempengaruhi kualitas hubungan atau integrasi di antara komponen-komponennya.

Sehubungan dengan paparan tersebut, akhir - akhir ini banyak organisasi yang telah menjadikan manajemen pengetahuan (Knowledge Management) sebagai salah satu strategi untuk menciptakan nilai, meningkatkan efektivitas dan produktifitas organisasi, serta keunggulan kompetitif organisasi. Mereka mulai menerapkan manajemen pengetahuan dalam rangka peningkatan kinerja usaha dan daya tahan organisasi mereka. Dalam lingkungan yang sangat cepat berubah, pengetahuan akan mengalami keusangan oleh sebab itu perlu terus menerus diperbarui melalui proses pembelajaran.

PERAN PENGETAHUAN BAGI ORGANISASI

Pengetahuan manusia dimulai sejak manusia mengenal informasi, yaitu informasi mengenai apa yang sedang terjadi, apa yang telah dikatakan, bagaimana terjadinya, atau apa yang sedang dipikirkan. Kemudian informasi yang didapat selanjutnya diteruskan kepada orang lain melalui komunikasi. Komunikasi berlangsung antara manusia dengan manusia, baik itu komunikasi secara langsung maupun tidak langsung. Kemudian, pengetahuan dan informasi tersebut bergerak dinamis melalui organisasi dalam berbagai cara, tergantung bagaimana organisasi memandangnya. Jika kita melihat situasi saat ini, dimana hal yang pasti adalah ketidakpastian, maka ada satu hal pasti yang akan menjadi sumber utama organisasi untuk mendapatkan keberhasilan jangka panjang dan untuk tetap kompetitif, hal tersebut adalah pengetahuan. Pengetahuan bagi organisasi merupakan modal intelektual yang dapat dibeda-bedakan menurut jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang.

(3)

Tacit

– Tersimpan dalam pikiran manusia, sulit diformulasikan (misalnya keahlian seseorang)

– Penting untuk kreatifitas dan inovasi

– Dikonversikan ke eksplisit dengan eksternalisasi

– Misalnya pengalaman bertahun-tahun yang dimiliki oleh ahli

Explisit

– Dapat dikodifikasi/formulasi

– Dikonversikan ke tacit dengan pemahaman dan penyerapan – Misalnya dokumen, database, materi audio visual dll

Pengetahuan eksplisit dapat diungkapkan dengan kata-kata dan angka, disebarkan dalam bentuk data, rumus, spesifikasi, dan manual. Pengetahuan tacit sifatnya sangat personal, sulit diformulasikan sehingga sulit dikomunikasikan dan disebarkan kepada orang lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa Explicit Knowledge merupakan bentuk pengetahuan yang sudah terdokumentasi/ terformalisasi, mudah disimpan, diperbanyak, disebarluaskan dan dipelajari. Contoh manual, buku, laporan, dokumen, surat, file-file elektronik, dsb. Sedangkan Tacit Knowledge, merupakan bentuk pengetahuan yang masih tersimpan dalam pikiran manusia. Misalnya gagasan, persepsi, cara berpikir, wawasan, keahlian/kemahiran, dan sebagainya.

Menurut Polanyi, selalu ada pengetahuan yang akan tetap tacit, sehingga proses menjadi tahu (knowing) sama pentingnya dengan pengetahuan itu sendiri. Selain itu, ada pandangan yang menganggap bahwa semua pembelajaran terjadi di dalam kepala manusia, sebuah organisasi belajar melalui dua cara saja :

(a) Dengan kegiatan belajar anggota – anggotanya

(b) Dengan menyerap anggota baru yang memiliki pengetahuan yang tidak dimiliki organisasi itu (Simon, 1991: 126).

(4)

penggabungan pengetahuan dari pihak berbeda, sebab itu, modal ini tergantung kepada pertukaran antar pihak yang terlibat. Kadang – kadang pertukaran ini melibatkan perpindahan pengetahuan explicit, baik yang dimiliki secara individual maupun kolektif.

Di sisi lain, I Made Wiryana dan Ernianti Hasibuan (2002) memiliki pandangan lain tentang pengetahuan. Mereka mengelompokkan knowledge (pengetahuan) menjadi 3 jenis yaitu :

Tacit knowledge

Pada dasarnya suatu informasi akan menjadi tacit knowledge ketika diproses oleh pikiran seseorang. Knowledge jenis ini biasanya belum dikodifikasikan atau disusun dalam bentuk tertulis. Dalam knowledge ini termasuk intuisi, cognitive knowledge. Tacit knowledge seperti intuisi, dan pandangan biasanya sangat sulit untuk dikodifikasikan. Biasanya pengetahuan ini terkumpul melalui pengalaman sehari-hari pada pelaksanaan suatu pekerjaan. Pengetahuan jenis ini akan menjadi explicit knowledge ketika dikomunikasikan kepada pihak lain dengan format yang tepat (tertulis, grafik dan lain sebagainya).

Explicit Knowledge

Pengetahuan yang telah dikodifikasi atau dieksplisitkan. Jadi biasanya telah direpresentasikan dalam suatu bentuk yang tertulis dan terstruktur pengetahuan jenis ini jelas lebih mudah direkam, dikelola dan dimanfaatkan serta ditransfer ke pihak lain.

Shared Knowledge

Explicit knowledge yang digunakan bersama-sama pada suatu komunitas.

(5)

ditransformasikan sebagai suatu bentuk shared knowledge yang dapat digunakan bersama-sama oleh anggota komunitas. Hal ini misal dilakukan melalui media publikasi.

Aspirasi tentang nilai pengetahuan dalam kegiatan seseorang sama sekali bukan hal baru, dan sudah menjadi bahan pembicaraan para filsuf sejak Socrates. Khususnya yang berkaitan dengan manajemen pengetahuan (knowledge management) juga bukan hal baru; berbagai pemikiran tentang peran pengetahuan dalam organisasi dan bisnis sudah marak sejak 1987, sebagaimana digambarkan oleh Amidon (1998) yang menyatakan bahwa penulis – penulis Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa sejak awal telah menganjurkan integrasi antara pengetahuan di dalam diri manusia dengan organisasi tempat mereka bekerja, agar tercipta inovasi yang terus menerus. Pemikiran tentang “kekayaan tak berwujud”, organisasi yang berdasarkan “knowhow” dan “organisasi yang belajar”, berkembang sepanjang akhir 1980-an dan awal 1990-an.

Minat berbagai organisasi untuk menerapkan manajemen pengetahuan (knowledge management) sangatlah besar. Menurut sebuah studi di tahun 1997, walaupun hanya 28 persen organisasi terbesar di AS dan Eropa mengaku sudah menerapkan manajemen pengetahuan saat survey dilakukan, 50 % lainnya sedang bersiap – siap melaksanakan dan 93 % menyatakan sudah membuat rencana. Tiga tahun setelah itu, sebuah studi lain menunjukkan bahwa 80 % dari organisasi – organisasi terbesar di dunia menerapkan manajemen pengetahuan (Smith dan Farquhar, 2000).

(6)

– baiknya oleh organisasi yang bersangkutan. Pengetahuan diolah sedemikian rupa melalui pendekatan yang sekarang dikenal dengan manajemen-pengetahuan atau Knowledge Management .

Manajemen Pengetahuan yang diusahakan untuk mengikat secara eksplisit informasi dan pengetahuan terstuktur yang ada di organisasi. Sehingga, tujuan utama dari manajemen pengetahuan adalah untuk meningkatkan komunikasi antar individu, meningkatkan kualitas keputusan, sehingga akan mempercepat perkembangan ke bidang baru, membuat hasil kerja lebih cepat, meningkatkan kerjasama, dan secara keseluruhan memuaskan pengguna.

Manajemen pengetahuan awalnya memang cenderung didominasi oleh dunia bisnis. Terutama oleh organisasi – organisasi yang berorientasi pada bidang bisnis. Mereka menerapkan manajemen pengetahuan dalam rangka peningkatan kinerja usaha dan daya tahan organisasi. Bahkan secara spesifik, sisi bisnis melihat pengetahuan sebagai faktor produksi, sebagaimana Burton-Jones (1999) dalam bukunya yang berjudul Knowledge Capitalism mengatakan, …knowledge is transformating the nature of production and thus work, jobs, the firm, the market, and every aspect of economic activity (h.5). lebih jauh, ia juga mengatakan bahwa …mental exertion is replacing physical extertation (h.22), sehingga kemudian ia menyimpulkan bahwa … the principlal functions of the firm will be knowledge coordination, protection, and integration (h.43).

Manajemen pengetahuan berakar pada banyak sekali disiplin ilmu, dengan demikian banyak sekali definisi mengenai manajemen pengetahuan itu sendiri. Definisi itu juga makin bervariasi dilihat dari cara organisasi menggunakan dan memanfaatkan pengetahuan. Cara pandang terhadap pengetahuan juga menentukan definisi manajemen pengetahuan tersebut, misalnya cara pandang mengenai kepemilikan pengetahuan akan mengarahkannya pada pengetahuan yang terkodifikasi yang dilindungi oleh hak cipta dan paten.

Beberapa dari definisi tersebut diantaranya, manajemen pengetahuan adalah proses sistematis untuk menemukan, memilih, mengorganisasikan, menyarikan dan menyajikan informasi dengan cara tertentu yang dapat meningkatkan penguasaan karyawan dalam suatu bidang kaji yang spesifik. Manajemen pengetahuan adalah proses dari organisasi untuk menciptakan kesejahteraan dari aset intelektualnya dan aset pengetahuannya.

(7)

bahwa dimasa sekarang dan dimasa depan, aset utama sebuah organisasi agar mampu berkompetisi adalah aset intelektual atau pengetahuan bukan aset kapital. Secara umum manajemen pengetahuan merupakan teknik atau cara untuk mengelola pengetahuan dalam organisasi untuk menciptakan nilai dan meningkatkan keunggulan kompetitif.

(8)

memperhatikan satu bentuk dasi yang digunakan oleh seorang manajer. Interpretasi karyawan pertama fokus pada harga dasi tersebut, sedangkan interpretasi karyawan kedua fokus pada keserasian dasi tersebut dengan pakaian yang digunakan manajer. Dari contoh ini, terdapat perbedaan interpretasi walaupun kedua subjek melihat satu jenis objek yang sama. Mengapa hal ini dapat terjadi? Hal ini terjadi dikarenakan kedua karyawan tersebut mengalami proses pembelajaran, penerimaan akuisisi, serta pengolahan informasi yang berbeda. Proses pembelajaran seseorang yang berbeda menyebabkan perilaku orang menjadi beragam. Hal ini berkaitan dengan proses pembelajaran organisasi dimana terjadi kerjasama dan berbagai pembelajaran secara bersama-sama. Findlay et al. (2000) menyatakan jembatan penghubung dari individu ke kolektif yang biasanya dilakukan dalam pembelajaran organisasi meliputi berbagai pengetahuan, nilai, atau asumsi .Terjadi proses penyebaran dan penciptaan pengetahuan dari satu pihak ke pihak lain dalam organisasi. Proses pembelajaran organisasi memiliki beberapa komponen yaitu meliputi mentransfer, membagikan, dan menciptakan pengetahuan. Pada tahap organisasi, berbagai pengetahuan merupakan bagian yang sangat penting.

Berdasarkan pendapat Fiol dan Lyles dalam Jashapara (2003) memandang pembelajaran organisasi sebagai perbedaan antara:

a. Pengembangan kognitif (Cognitive development)

Pengembangan kognitif dipandang sebagai perubahan organisasional yang mempengaruhi interpretasi peristiwa dan pengembangan berbagai pengertian diantara anggota organisasi (Daft et al., 1988).

b. Pengembangan keperilakuan (Behavioural development)

Pengembangan keperilakuan dipandang sebagai respon atau tindakan baru berdasarkan interpretasi yang ada. Argyris dan Schein (1978) menunjuk pembelajaran perilaku sebagai “single-loop” learning. Hal ini memerlukan deteksi dan koreksi kesalahan yang mengarah pada modifikasi peraturan dalam sekumpulan variabel perintah yang ditetapkan. Tingkat kognitif yang lebih tinggi disebut “double-loop” learning, terjadi ketika asumsi-asumsi dan prinsip-prinsip yang merupakan variabel perintah diuji dan dipertanyakan. Hayes dan Allinson (1998) menyatakan dengan lebih ringkas “doing things better” untuk singleloop learning dan “doing things differently or doing different things” untuk double-loop learning.

(9)

Pembelajaran harus memberikan manfaat positif bagi semua pihak yang terlibat dalam kegiatan dan tujuan organisasi. Penerapan pembelajaran organisasional harus memperhatikan struktur organisasi yang lebih mensyaratkan fleksibilitas dan kerjasama kelompok.

Gambaran lingkup kegiatan manajemen pengetahuan bagi pembelajaran organisasi secara ringkas dapat dijelaskan dalam kegiatan berikut ini :

a. Membangun ruang penyimpanan pengetahuan (knowledge repository), b. Menyempurnakan akses ke pengetahuan,

c. Memperbaiki lingkungan pengetahuan, dan

d. Mengelola pengetahuan sebagai kekayaan organisasi (aset).

Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan explicit yang terdapat dalam bentuk dokumen, baik yang berasal dari dalam dan dari luar organisasi. Salah satu kegiatan penting dalam upaya – upaya ini adalah penyaringan, sintesa, dan pengenaan konteks terhadap berbagai informasi dan data, sebelum menyalurkannya ke pihak – pihak yang memerlukan pengetahuan tertentu untuk kegiatan yang tertentu. Dan selalu ada seseorang yang bertanggungjawab secara keseluruhan dan ada petugas khusus yang mengelola pengetahuan. Selain itu, untuk mengisi pangkalan data pengetahuan, tidak semua kegiatan mengandalkan petugas khusus, melainkan mendorong pemakai untuk mengisi sendiri. Sebelum mengisinya, para pemakai didorong untuk melakukan diskusi dengan sesamanya di ruang diskusi elektronik. Dalam upaya mendorong pertukaran dan pemakaian bersama pengetahuan, kegiatan-kegiatan ini secara khusus memperhatikan lingkungan kerja yang kondusif.

PENDEKATAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN PENGETAHUAN

Manajemen pengetahuan bukan perkara yang sederhana, karena luas dan kompleksnya bidang manajemen pengetahuan ini para ahli mencoba membangun model untuk manajemen pengetahuan. Manajemen Pengetahuan dilaksanakan dalam sistem pengelolaan pengetahuan, atau Knowledge Management System (KMS). Sebagian besar organisasi yang menerapkan KMS, menggunakan pendekatan tiga-cabang untuk mengelola pengetahuannya, yaitu – Manusia (People), Proses (Process), dan Teknologi (Technology). Penekanan terhadap tiap-tiap elemen bisa berbeda di setiap bagian organisasi.

(10)

Dimensi pertama (bawah) terdiri dari aktifitas-aktifitas yang sangat penting bagi proses penciptaan pengetahuan dan inovasi seperti :

knowledge exchange, knowledge capture, knowledge reuse, dan

knowledge internalization.

Secara keseluruhan, proses ini menciptakan sebuah organisasi pembelajaran (learning organization) yaitu sebuah organisasi yang memiliki keahlian dalam penciptaan, perolehan, dan penyebaran pengetahuan serta mengadaptasikan aktifitasnya untuk merefleksikan pemahaman dan inovasi baru yang didapat.

Sedangkan dimensi kedua (atas) terdiri dari elemen yang memungkinkan atau mempengaruhi aktifitas penciptaan pengetahuan, yaitu:

Strategy – penyelarasan strategi organisasi dengan strategi KMS.

Measurement – pengukuran yang diambil untuk menentukan apakah terjadi perbaikan KM atau ada manfaat yang telah diambil.

Policy – aturan tertulis atau petunjuk-petunjuk yang telah dibuat oleh organisasi.

Content – bagian dari knowledge-base organisasi yang ditangkap secara elektronik. Process – proses-proses yang digunakan oleh knowledge worker organsisasi dalam

rangka mencapai misi dan tujuan organisasi.

Technology – teknologi informasi yang memfasilitasi proses identifikasi, penciptaan, dan difusi pengetahuan diantara elemen-elemen organisasi di seluruh bagian organisasi. Peran penting teknologi dalam KMS adalah memperluas jangkauan dan meningkatkan kecepatan transfer pengetahuan. Peran ini sangat tergantung pada dua aspek yang paling banyak mendukung, yaitu penyimpanan dan komunikasi.

Culture – lingkungan dan konteks yang di dalamnya proses-proses KM harus terjadi (sering disebut dengan istilah nilai, norma, dan praktek).

(11)

mengidentifikasi dan menilai aktifitas-aktifitas penting tertentu dalam manajemen pengetahuan.

Model lain, yang dikemukakan oleh Oluic-Vukovic (2001) menguraikan 5 langkah dalam rantai pemrosesan pengetahuan: pengumpulan, penyusunan, penyaringan, penyampaian dan penyebaran. Model ini melingkupi lebih lengkap lagi cakupan aktifitas yang dilibatkan dalam aliran pengetahuan organisasi. Hampir menyerupai proses siklus hidup informasi yang menyarankan sekali lagi aspek yang saling berhubungan dari Information Management dan Knowledge Management.

Penemuan (discovery) melibatkan penempatan pengetahuan internal ke dalam organisasi. Proses ini membicarakan ungkapan yang sering dikutip, “seandainya kita mengetahui apa yang kita tahu” (“if only we knew what we know”). Organisasi besar yang tersebar secara geografis, non hirarki sadar bahwa proses pengumpulan pengetahuan (gathering) ini berguna terutama ketika satu bagian dari organisasi tidak mengetahui pengetahuan yang terdapat dalam bagian lainnya. Sedangkan perolehan atau penambahan (acquisition) berkaitan dengan membawa pengetahuan ke sebuah organisasi dari sumber eksternal. Penciptaan (creation) pengetahuan baru dapat dikerjakan dalam berbagai cara. Pertama, pengetahuan internal dapat digabungkan dengan pengetahuan internal lainnya untuk menciptakan pengetahuan yang baru. Dan yang kedua, informasi dapat dianalisis untuk menciptakan pengetahuan yang baru. Cara-cara tersebut adalah menambah nilai terhadap informasi sehingga dapat menghasilkan tindakan. Satu contoh dari proses penciptaan pengetahuan ini adalah competitive intelligence (kecerdasan yang kompetitif). Teknologi menjadi berguna pada tahap ini karena teknologi dapat memudahkan penciptaan pengetahuan baru melalui sintesis / perpaduan data dan informasi yang didapat dari sumber yang bermacam-macam (Oulic-Vukovic, 2001).

Setelah pengetahuan telah dikumpulkan, lalu harus disimpan (stored) dan dibagikan (shared). Berbagi (sharing) pengetahuan melibatkan pemindahan pengetahuan dari satu (atau lebih) orang ke seseorang (atau lebih) lain. Berbagi pengetahuan sering kali menjadi perhatian utama dalam manajemen pengetahuan dan jarang dibicarakan dalam literatur. Tidak hanya sebagian besar organisasi mengabaikan pemikiran bahwa semua pengetahuan harus didokumentasikan, melainkan mereka juga harus siap untuk mengimplementasikan metode-metode yang berbeda untuk membagikan jenis-jenis pengetahuan yang berbeda (Snowden, 1998).

(12)

tetapi pada pembagiannya (share). Meskipun pengetahuan dapat di peroleh pada tahapan individu, agar dapat berguna harus dibagikan dalam suatu komunitas, yang seringkali digambarkan sebagai komunitas praktek. Contohnya, jika terdapat hanya satu orang yang mengetahui aturan dan prosedur organisasi, aturan dan prosedur seperti itu akan menjadi tidak berguna dan tak berarti. Disisi lain, aturan dan prosedur berasal dari komunitas dan ada dengan tepat untuk mengatur aktifitas kelompok. Berbagi pengetahuan (knowledge sharing) kemudian menjadi krusial ketika anggota baru datang dan yang lain keluar. Manajemen informasi tidak benar-benar memfokuskan pada pembagian informasi dan lebih diorientasikan kepada pengawasan, pemeliharaan, dan penyimpanan informasi. Seseorang juga dapat berpendapat bahwa kegunaan dan nilai dari informasi tidak bergantung sebanyak pada konsumsi dan pembagian kolektifnya: konsumsi dan penggunaan individunya dapat menjadi sangat efektif dari suatu sudut pandang organisasi. Sebenarnya, terlalu banyak pendistribusian informasi dapat mengarah pada kelebihan informasi yang dapat melumpuhkan tindakan. Berbagi pengetahuan dipahami, contohnya, oleh Bank Dunia sebagai kritikan untuk pembangunan ekonomi dan sebagai langkah penting berikutnya melampaui penyebaran informasi (MacMorrow, 2001).

Pada akhirnya, siklus manajemen pengetahuan tidak lengkap juga tidak berhasil jika tidak ada usaha yang dibuat untuk memastikan penggunaan pengetahuan yang telah disimpan dan dibagikan. Di sisi lain, kesuksesan proyek Information Management dicapai ketika pemeliharaan dan pencarian informasi dijamin sementara kesuksesan program Knowledge Management pada akhirnya bergantung pada sharing (berbagi) pengetahuan (Martensson, 2000)

Ada kendala-kendala yang dihadapi sebelum akhirnya dapat memanfaatkan dan menciptakan pengetahuan-pengetahuan baru, yaitu kendala dalam mengakses, mengorganisasikan, dan menangkap pengetahuan. Selain kendala dari dimensi proses tersebut, juga ada kendala dari dimensi budaya. Sebelum terciptanya suasana yang mendorong inovasi (innovate), diperlukan suasana yang mendorong dilakukannya berbagi (share) pengetahuan dan bekerja sama (collaborate).

APLIKASI MANAJEMEN PENGETAHUAN DALAM ORGANISASI

(13)

1. Identifikasi dan Analisa

Tahapan awal dari kegiatan ini adalah kita perlu mengetahui dimana posisi organisasi atau organisasi saat ini dalam pengelolaan pengetahuan. Hal ini perlu dilakukan karena pengetahuan organisasi spesifik dan berbeda-beda untuk setiap organisasi. Pertama yang perlu dilakukan adalah identifikasi pengetahuan yang ada, baik tacit maupun eksplisit dimana pengetahuan tersebut tersimpan dan bagaimana peranan pengetahuan tersebut dalam kegiatan organisasi. Hasilnya adalah sebuah peta pengetahuan yang ada dalam organisasi. Selanjutnya melihat proses-proses, budaya dan kebiasaan yang terkait dengan pengelolaan pengetahuan dalam organisasi, misalnya training, pendidikan dan latihan, tanya jawab, budaya diskusi/debat, dsb. Kemudian melihat aktor pelaku atau bagian organisasi yang berkaitan dengan proses pengelolaan pengetahuan tersebut (bagian diklat, bagian IT, kelompok ahli, pustakawan dll). Perlu juga diketahui bagaimana karyawan dalam organisasi mendapatkan pengetahuan. Tahap selanjutnya adalah indentifikasi infrastruktur yang ada, kita perlu melihat infrastruktur apa yang telah ada, misalnya perpustakaan, intranet, media komunikasi internal, email, forum diskusi, digital library dan lain-lain. Infrastruktur ini akan digunakan untuk membangun sistem Knowledge Management dalam organisasi. Dari informasi-informasi tersebut akan diperoleh gambaran mengenai proses pengelolaan pengetahuan yang ada saat ini, dan infrastruktur apa yang bisa digunakan untuk membangun manajemen pengetahuan.

2. Perancangan, Penerapan, Sosialisasi, dan Evaluasi

Tahap berikut setelah dilakukan identifikasi dan analisa adalah perancangan manajemen pengetahuan dalam organisasi. Beberapa pedoman yang bisa digunakan adalah: • Penerapan teknologi, pada tahap awal gunakan teknologi yang tepat dan sederhana dan

yang telah ada. Kemudian dapat dikembangkan lebih lanjut.

• Pendekatan top-down, dengan kebijakan, anjuran dan bottom-up dengan menggerakan karyawan melalui perubahan budaya.

• Dorong terciptanya Community of Practice.

(14)

Kegiatan manajemen pengetahuan dapat diklasifikasikan dalam beberapa tipe yaitu:

a. Mengumpulkan dan menggunakan ulang pengetahuan terstruktur. Pengetahuan sering tersimpan dalam beberapa bagian dari output yang dihasilkan organisasi, seperti disain produk, proposal dan laporan kegiatan, prosedur-prosedur yang sudah dimplementasikan dan terdokumentasikan dan kode-kode software yang semuanya dapat dipergunakan ulang untuk mengurangi waktu dan sumber yang diperlukan untuk membuatnya kembali.

b. Mengumpulkan dan berbagi pelajaran yang sudah dipelajari (lessons learned) dari praktek-praktek. Tipe kegiatan ini mengumpulkan pengetahuan yang berasal dari pengalaman, yang harus diinterpretasikan dan diadopsi oleh user dalam konteks yang baru.

c. Mengidentifikasi sumber dan jaringan kepakaran. Kegiatan ini bermaksud untuk menjadikan kepakaran lebih mudah terlihat dan mudah diakses bagi setiap karyawan. Dalam hal ini adalah untuk membuat fasilitas koneksi antara orang yang mengetahui pengetahuan dan orang yang membutuhkan pengetahuan.

d. Membuat struktur dan memetakan pengetahuan yang diperlukan untuk meningkatkan performansi. Kegiatan ini memberikan pengaruh seperti pada proses pengembangan produk baru atau disain ulang proses bisnis dengam menjadikan lebih eksplisit atau terbuka dari pengetahuan yang diperlukan pada tahap-tahap tertentu.

e. Mengukur dan mengelola nilai ekonomis dari pengetahuan. Banyak organisasi mempunyai aset intelektual yang terstuktur, seperti hak paten, copyright, software licenses dan database pelanggan. Dengan mengetahui semua aset-aset ini memungkinkan organisasi untuk membuat revenue dan biaya untuk organisasi. f. Menyusun dan menyebarkan pengetahuan dari sumber-sumber eksternal. Perubahan

lingkungan bisnis yang cepat dan tidak menentu telah meningkatkan kepentingan dan kesungguhan pada business intelligence system. Dalam kegiatan ini organisasi berusaha mengumpulkan semua laporan dari luar yang berhubungan dengan bisnis. Dalam kegiatan ini diperlukan editor dan analis untuk menyusun dan memberikan konteks terhadap informasi-informasi yang diperoleh tersebut.

4. Tujuan Penerapan Knowledge Management (KM)

Penerapan KM akan memberikan pengaruh terhadap proses bisnis organisasi: a. Penghematan waktu dan biaya. Dengan adanya sumber pengetahuan yang terstruktur

(15)

untuk konteks yang lainnya, sehingga organisasi akan dapat menghemat waktu dan biaya.

b. Peningkatan aset pengetahuan. Sumber pengetahuan akan memberikan kemudahaan kepada setiap karyawan untuk memanfaatkannya, sehingga proses pemanfaatan pengetahuan di lingkungan organisasi akan meningkat, yang akhirnya proses kreatifitas dan inovasi akan terdorong lebih luas dan setiap karyawan dapat meningkatkan kompetensinya.

c. Kemampuan beradaptasi. Organisasi akan dapat dengan mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis yang terjadi.

d. Peningkatan produktfitas. Pengetahuan yang sudah ada dapat digunakan ulang untuk proses atau produk yang akan dikembangkan, sehingga produktifitas dari organisasi akan meningkat

5. Strategi Untuk Mengelola Pengetahuan

Dalam praktek KM di lapangan terdapat dua buah strategi KM yang sangat berbeda. Kedua strategi tersebut adalah :

1. Strategi Kodifikasi 2. Strategi Personalia

Strategi Kodifikasi, pengetahuan dikodifikasi, didokumentasikan dengan baik, dan disimpan ke dalam database sehingga dapat diakses dan digunakan berulang-ulang oleh siapapun dalam organisasi tersebut. Komputer membantu komunikasi antara individu-ke-dokumen. Untuk itu diperlukan sebuah sistem yang mirip dengan perpustakaan tradisional, yang menyimpan dokumen elektronik dengan fasilitas search engine yang bagus. Strategi ini biasanya dipakai oleh organisasi yang menjual produk yang standard dan umum.

(16)

organisasi juga akan menghasilkan kegagalan besar dalam menerapkan manajemen pengetahuan.

PENUTUP

Dewasa ini para praktisi dan ahli manajemen telah melihat peran yang sangat besar dari modal yang bersifat maya (virtual) dalam menciptakan nilai. Modal maya ini mencakup modal intelektual, modal sosial, kredibilitas, pengaruh, semangat atau motivasi dan modal – modal lainnya yang tidak kasat mata. Dalam lingkungan yang sangat cepat berubah, modal maya inipun mengalami keusangan, sebab itu perlu terus menerus diperbaharui. Proses pembaruan ini dapat dilakukan melalui proses belajar. Anggota – anggota atau warga sebuah organisasi dituntut untuk bisa belajar bersama dengan cepat, mudah dan gembira, kapan dan dimana saja. Pengetahuan yang melekat pada anggota suatu organisasi juga perlu diperbarui, diuji, dimutakhirkan, dialihkan, diakumulasikan, agar tetap memiliki nilai. Hal ini menyebabkan para praktisi dan pakar manajemen mencari pendekatan untuk mengelola pengetahuan yang sekarang dikenal dengan manajemen pengetahuan. Mengelola pengetahuan bukanlah hal yang mudah, pengelolaan pengetahuan merupakan aktifitas yang kompleks, dan membutuhkan perencanaan yang sempurna.

(17)

!" ! # $ % $ &

$ ' & ( ) # * + ,, -./

0 $ 1 .. 2 3 ! 4 5 !" ! 6 7 &

! 7! 5 ) (-1 8 (% +9-9*

1 ! # : ! 1 ; 1 $ #! ! : ! # ) % <

! & $ &

1 # 3 & : ) .. : ! = ! # ( :'

'&7 ) # >! %

/-1

!##!

&

?

#

:

@//@ 2= & &!

5# &

& ! ! % &

! ! # !7 6 ! A # . 4 8

@//@

& ( ! + B '&7 & ! # ( !" !

& : ! ' #! ! ) # ' ! < ' !#% */-*9

( ) ( @/// ? 5# & : ! % : !

< $ ) % $ '# C &! ? ! &

& ! 4 ! ! ! 0 # ! !

: 8 ! B 8# ) # B ! & ! ! & ! : 8 % ,,- /

) ' @//* 3 ! ! # & ! ! % ! ! #

# ! !" ! D ! !" ! / * - 9/

) ( 4 .. ! # ( & 4 5

' ! 5- !## 3 ( =?

? 5 B . 0! ! ! 0 # B # 8 # & %

< & (

D & 0 : ! : # ! ? 5# & !

7 !

( 3 > # '! ! !" ! # # ! %

# D ! !" !

*.-++

B7!#( : ? 0 : 8 ? @/// '7 !&! 3

(18)

7! 5 @9 @ % @ +-*

1 # 1 > / /E % ! 0 & ! F #(

:

D & ( & ) 9 ! :( $ ! - ##

$ &! $ D C @// ? 5# & % 4 5 > #&

! $ ! #! )

$ ! ) 0 : + !" ! # D !

& 0!7 ! ! ! ' & ( ) # *, *

/.-+/

) 1 .. D! D & ! : ! >! &

: ! ( :# 7! 5 : # 9,- +

! 0 ? & 0 G 1 ' . !" ! # '& ! # (

7 ! :' '&7 & ) # ' % @ -*9

: #" @// = ! # 7 4 5 % !" ! #

D ! & ? 5# & 1# 5 ' & ( ) #

++ + - .

:! ! D , 3 ## 8 !7 ? 5- 5% '

B ! ! # D ! !" ! ' & (

) # +/ 9 9/- ,+

: &! ' ! * #! ! $ 8 # ! &

$ < ' ! < ) # ' ! &

< 8 % *,-+

: '" @//@ :! ! < & % D! ) (

: &!8( $# !&! @ ! # ! ! $ & ? ! # )

' ! ) # ' ! & < 8 % -@

:( 1 "#! 0 # ! # ! ! ! : ! &

? # ! ! )'' A # * ) ! ,,-.

: @//@ &!7!& # 3 !7! ( & '8!#! ( = !#!"

&!7!& # 3 !7 % ' # !# 7 # & # ' & (

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan pelaksanaan pembelajaran biologi, Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran biologi dengan model Discovery learning dan

Dengan demikian, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor yang lebih mempengaruhi keberhasilan pembelajaran dalam ruang kelas terhadap persepsi, implementasi

Faktor lingkungan yang juga mempengaruhi perubahan tekanan darah adalah kebisingan. Kebisingan yang melebihi nilai ambang batas berakibat terhadap kondisi

Tesis yang berjudul “Efektivitas Teknik Restrukturisasi Kognitif Dalam Konseling KelompokUntuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa(Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa

Kesimpulan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut: Konseling kelompok kognitif behavioral dapat menurunkan secara signifikan kecemasan interaksi

Dalam perkuliahan ini dibahas pengertian dan hakekat folklor, sejarah dan perkembangan folklor, penelitian folklor dan kegunaannya, ciri-ciri dan sifat folklor,

Standardisasi yang tidak seragam di antara kategori produk private label memunculkan perasaan negatif dari konsumen Peritel dapat dipersepsikan sebagai less powerful in the

Pemerkosaan, pelecehan seksual, perdagangan perempuan dan anak, kekerasan dalam rumah tangga, ekspoitasi seksual, kekerasan terhadap pembantu rumah tangga, pornografi,