• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH SOAL CERITA DENGAN LANGKAH LANGKAH POLYA PADA POKOK BAHASAN BENTUK ALJABAR DITINJAU DARI PERSPEKTIF GENDER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH SOAL CERITA DENGAN LANGKAH LANGKAH POLYA PADA POKOK BAHASAN BENTUK ALJABAR DITINJAU DARI PERSPEKTIF GENDER"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PROSES BERPIKIR SISWA

DALAM MEMECAHKAN MASALAH SOAL CERITA DENGAN LANGKAH-LANGKAH POLYA PADA POKOK BAHASAN BENTUK ALJABAR

DITINJAU DARI PERSPEKTIF GENDER

SKRIPSI

Oleh: SITI NUNSIYAH

K1306036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PROSES BERPIKIR SISWA

DALAM MEMECAHKAN MASALAH SOAL CERITA DENGAN LANGKAH-LANGKAH POLYA PADA POKOK BAHASAN BENTUK ALJABAR

DITINJAU DARI PERSPEKTIF GENDER

Oleh:

SITI NUNSIYAH K1306036

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Surakarta, 1 April 2011

Pembimbing I

Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si NIP. 19670607 199302 1 001

Pembimbing II

(4)

commit to user

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program

Pendidikan Matematika Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan

dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Kamis

Tanggal : 14 April 2011

Tim Penguji Skripsi :

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd

NIP. 19600727 198702 1 001

Nama Terang Tanda Tangan

1. Ketua : Triyanto, S.Si, M.Si 1.

2. Sekretaris : Dyah Ratri Aryuna, S.Pd, M.Si 2.

3. Anggota I : Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si 3.

(5)

commit to user

v ABSTRAK

SITI NUNSIYAH. K1306036. PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH SOAL CERITA DENGAN LANGKAH-LANGKAH POLYA PADA POKOK BAHASAN BENTUK ALJABAR DITINJAU DARI PERSPEKTIF GENDER. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses berpikir siswa SMP

Negeri 7 Surakarta dalam memecahkan masalah soal cerita pada pokok bahasan

bentuk aljabar dengan langkah-langkah Polya ditinjau dari perspektif gender.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian

dilakukan di SMP Negeri 7 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011 pada kelas VII A.

Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, hasil tes, dan hasil

wawancara. Hasil observasi digunakan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran

di kelas, sedangkan hasil tes dan wawancara digunakan untuk mengetahui proses

berpikir siswa alam memevahkan masalah soal cerita. Subyek penelitian diambil

dengan teknik purposive sampling (sampel bertujuan) sebanyak 6 orang siswa.

Pemeriksaan validitas data dilakukan dengan triangulasi metode dan triangulasi

sumber. Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap yakni, reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Proses berpikir siswa

dengan jenis kelamin perempuan sebagai berikut: (a) Memahami masalah. Siswa

sudah mampu memahami persoalan. Untuk memahami persoalan siswa

menyatakan apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal dengan kata-kata mereka

sendiri. (b) Membuat rencana atau cara untuk menyelesaikan. Dari hasil penelitian

tidak dapat dilihat bagaimana siswa membuat rencana atau cara untuk

menyelesaikan. (c) Menjalankan rencana yang telah dibuat. Dari hasil penelitian

tidak dapat dilihat bagaimana siswa menjalankan rencana karena siswa tidak

membuat rencana untuk menyelesaikan. (d) Melihat kembali apa yang dilakukan.

Dari hasil penelitian tidak dapat dilihat bagaimana siswa melihat kembali apa

(6)

commit to user

vi

berikut: (a) Memahami masalah. Siswa sudah memahami persoalan. Untuk

memahami persoalan siswa menyatakan apa yang diketahui dan ditanyakan dari

soal dengan kata-kata mereka sendiri. (b) Membuat rencana atau cara untuk

menyelesaikan. Siswa sudah mampu membuat rencana atau cara untuk

menyelesaikan. Hal ini dilakukan dengan membuat hubungan antara data yang

sudah diketahui pada soal dengan masalah yang ditanyakan dalam soal.

(c) Menjalankan rencana yang telah dibuat. Siswa sudah mampu menjalankan

rencana yang telah dibuat. Hal ini dilakukan dengan menyubstitusikan data yang

diketahui pada soal ke dalam rencana yang telah dibuat, kemudian menjalankan

rencana tersebut. Setelah diperoleh hasil dari rencana tersebut kemudian

menyubstitusikannya pada permasalahan yang ditanyakan. (d) Melihat kembali

apa yang dilakukan.. Dari hasil penelitian tidak dapat dilihat bagaimana siswa

(7)

commit to user

vii ABSTRACT

SITI NUNSIYAH. K1306036. THE STUDENT’S THINKING PROCESS IN SOLVING THE NARRATIVE PROBLEM USING POLYA STEPS IN ALGEBRAIC FORM SUBJECT MATTER VIEWED FROM THE GENDER PERSPECTIVE. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, April 2011.

The objective of research is to find out the student’s thinking process of

SMP Negeri 7 Surakarta in solving the narrative problem using Polya steps in

algebraic form subject matter viewed from the gender perspective.

This study employed a descriptive qualitative method. This research was

taken place in VII A class of SMP Negeri 7 Surakarta in the school year of

2010/2011. The data source of research was obtained from the result of

observation, test and interview. The result of observation was used to find the

learning study in classroom, even the result of test and interview was used to find

the student’s thinking process. The subject of research was taken using purposive

sampling technique consisting of 6 students. The examination of data validation

was done using method and source triangulation technique. The data analysis was

done in some steps: data reduction, data display, and conclusion drawing.

Considering the result of research, it can be concluded that: (1) The female

student’s thinking process includes: (a) Understanding the problem. From the

result of research, it can be seen that the student has been able to understand the

problem. For understanding the problem, the students state what they know and

what the question asks in their own words. (b) Developing a plan or means to

solve the problem. From the result of research, it cannot be seen how the students

develop a plan. (c) Running the developed plan. From the result of research, it

cannot be seen how the students run the plan because the students did not make

the plan to solve the problem. (d) Looking back to what has been done. It can be

done by evaluating the procedure of working on as whole. From the result of

research, it cannot be seen how the students look back to what has been done. (2)

(8)

commit to user

viii

student has been able to understand the problem. For understanding the problem,

the students state what they know and what the question asks in their own words.

(b) Developing a plan or means to solve the problem. The student has been able to

develop a plan or means to solve it. It is carried out by developing the relationship

between the data known in the problem and the problem asked in the question. (c)

Running the developed plan. The students have been able to run the plan. It is

carried out by substituting the known data in the question to the developed plan,

then running the plan. The result obtained from the plan is then substituted to the

problem asked. (d) Looking back to what has been done. It can be done by

evaluating the procedure of working on as whole. From the result of research, it

(9)

commit to user

ix MOTTO

“…Sesungguhnya Allah tidak merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan pada diri mereka sendiri…“

( QS. Ar Ra’d : 11 )

“ Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau

telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmu–lah engkau berharap”.

(10)

commit to user

x

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tulisan Sederhana Ini Ku Persembahkan Kepada:

Bapak dan Ibu Tercinta…

Terima kasih atas semua doa, perhatian, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis

Adikku tercinta dan My Best Friends…

Terima kasih atas dukungan, saran, dan motivasi yang diberikan sampai akhirnya penulis bisa menyelesaikan tulisan ini

Teman-teman P. Matematika’06…

Terima kasih atas semua bantuan, semangat, dan kebersamaan yang begitu berarti.

(11)

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat

dan kemurahan-Nya akhirnya skripsi yang berjudul “Proses Berpikir Siswa dalam

Memecahkan Masalah Soal Cerita dengan Langkah-Langkah Polya pada Pokok

Bahasan Bentuk Aljabar Ditinjau dari Perspektif Gender” dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak

terlepas dari bimbingan, saran, dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak yang

sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini . Ucapan terima kasih penulis

sampaikan kepada segenap pihak antara lain:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan FKIP UNS yang telah

memberikan ijin menyusun skripsi ini.

2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS yang

telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.

3. Triyanto, S.Si, M.Si, Ketua Program P. Matematika FKIP UNS yang telah

memberikan ijin menyusun skripsi ini.

4. Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si, Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat

membantu dalam penulisan skripsi ini.

5. Dwi Maryono, S.Si, M.Kom, Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat

membantu dalam penulisan skripsi ini.

6. Sutopo, S.Pd, M.Pd, Pembimbing Akademik atas waktu, bimbingan, nasehat,

ilmu, dan segala dukungannya bagi penulis selama ini.

7. Joko Ariyanto, S.Si, M.Si, Koordinator Skripsi yang telah memberikan

kemudahan dalam pengajuan ijin skripsi.

8. Drs. Karyana, Kepala SMP Negeri 7 Surakarta yang telah memberikan ijin

untuk melaksanakan penelitian.

9. Sri Yuswati, S.Pd, Guru bidang studi matematika SMP Negeri 7 Surakarta

yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan, bimbingan, dan tularan

(12)

commit to user

xii

10. Bapak, Ibu, dan adikku yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dan

dukungan yang tak ternominalkan.

11. Septi, Endah, Syita, Wiji, dan Sri, teman seperjuangan, terima kasih atas

semua nasehat, saran, dan segala bantuan yang telah diberikan.

12. Keluarga besar Mawar Sari, Mb Yuyun, Indah, Fitri, Bunga, Kristin,

Khotim, Yanti, Iva, Dewi, Endent, Anik, Lisa, Indi, Nita, dan Dian

terimakasih untuk kebersamaan dan kenangan indah yang tak kan terlupakan.

13. Siswa-siswi kelas VII A SMP Negeri 7 Surakarta yang telah membantu

dalam terlaksananya penelitian ini.

14. Mahasiswa P. Math ’06, terima kasih atas kebersamaan dalam mencari ilmu

di Pendidikan Matematika selama ini.

15. Semua pihak yang ikut membantu dalam pembuatan skripsi ini, yang tak

dapat saya sebutkan satu per satu, terima kasih semuanya.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut di atas mendapatkan

imbalan dari Allah SWT. Kritik dan saran yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan. Penulis berharap penelitian ini

dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya, bagi dunia pendidikan dan

pembaca pada umumnya.

Surakarta, Maret 2011

(13)

commit to user

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vii

HALAMAN MOTTO ... ix

HALAMAN PERSEMBAHAN ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Matematika ... 6

1. Pengertian Matematika ... 6

2. Matematika Sekolah ... 8

3. Tujuan Pengajaran Matematika SMP ... 9

B. Proses Berpikir ... 10

C. Pemecahan Masalah ... 13

(14)

commit to user

xiv

D. Soal Cerita ... 19

E. Bentuk Aljabar ... 20

1. Pokok Bahasan Bentuk Aljabar ... 20

2. Pemecahan Masalah Soal Cerita pada Pokok Bahasan Bentuk Aljabar Berdasarkan Langkah-Langkah Polya ... 23

F. Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah Ditinjau dari Perspektif Gender ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITAN ... 27

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

1. Tempat Penelitian…... 27

2. Waktu Penelitian ... 27

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 27

C. Sumber Data ... 28

D. Teknik Sampling ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 28

F. Validitas Data ... 31

G. Teknik Analisis Data ... 33

H. Prosedur Penelitian... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 36

A. Deskripsi Data Hasil Observasi ... 36

1. Observasi Guru Mengajar ... 36

2. Observasi Kegiatan Siswa ... 37

B. Analisis Data ... 38

C. Deskripsi Proses Berpikir Siswa dalam Memecahankan Masalah Soal Cerita dengan Langkah-Langkah Polya pada Pokok Bahasan Bentuk Aljabar Ditinjau dari Perspektif Gender ... 101

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 105

A. Kesimpulan ... 105

(15)

commit to user

xv

1. Implikasi Teoritis ... 106

2. Implikasi Praktis ... 107

C. Saran ... 107

D. Keterbatasan Penelitian ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 109

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian... 35

Gambar 4.1 Jawaban no.1 Subyek I... 41

Gambar 4.2 Jawaban no.2 Subyek I... 46

Gambar 4.3 Jawaban no.1 Subyek II... 51

Gambar 4.4 Jawaban no.2 Subyek II... 56

Gambar 4.5 Jawaban no.1 Subyek III... 61

Gambar 4.6 Jawaban no.2 Subyek III... 66

Gambar 4.7 Jawaban no.1 Subyek IV... 71

Gambar 4.8 Jawaban no.2 Subyek IV... 76

Gambar 4.9 Jawaban no.1 Subyek V... 81

Gambar 4.10 Jawaban no.2 Subyek V... 87

Gambar 4.11 Jawaban no.1 Subyek VI... 91

(17)

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi Guru Mengajar... 111

Lampiran 2 Pedoman Observasi Siswa... 115

Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Tes... 117

Lampiran 4 Instrumen Tes... 118

Lampiran 8 Lembar Penelaahan Validitas Isi Tes... 121

Lampiran 9 Soal Tes... 123

Lampiran 10 Lampiran 11 Pedoman Wawancara... Hasil Tes Tertulis Subyek... 124 126 Lampiran 12 Transkrip Data Hasil Wawancara... 132

(18)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan pesat.

Kecanggihan teknologi mengakibatkan aktivitas hidup manusia dapat dilakukan

dengan mudah, cepat, dan praktis. Manusia cenderung menyukai segala sesuatu

yang serba instan. Hal ini mempengaruhi manusia untuk selalu berpikir cepat dan

praktis dalam segala hal, termasuk dalam pendidikan. Kenyataannya saat ini

banyak siswa yang mementingkan bagaimana mendapatkan nilai bagus dan lulus

ujian tanpa mempedulikan apa yang mereka peroleh dari ilmu yang mereka

pelajari. Siswa-siswa tersebut lebih percaya kepada lembaga-lembaga bimbingan

belajar yang mengajarkan cara-cara cepat dan praktis dalam menyelesaikan

soal-soal, meskipun langkah-langkah yang diajarkan tidak sebagaimana mestinya.

Sebagai lembaga pendidikan, sekolah memegang peranan penting dalam

menyiapkan generasi penerus. Peran guru sangat besar dalam keseluruhan

kegiatan pembelajaran. Tugas guru bukan hanya untuk menyampaikan materi

pembelajaran, tetapi hendaknya guru dapat menanamkan konsep-konsep yang

benar dari materi pembelajaran tersebut sehingga ilmu yang dipelajari siswa dapat

bermanfaat dalam kehidupan siswa, sekarang dan di waktu yang akan datang.

Saat ini, berbagai usaha juga telah dilakukan oleh pemerintah untuk

memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia. Usaha tersebut diantaranya adalah

melalui perbaikan kualitas guru, standarisasi kelulusan, perbaikan sarana dan

prasarana sekolah. Pemerintah juga melakukan usaha peningkatan kesejahteraan

guru dan dosen, peningkatan anggaran pendidikan, dan perbaikan kurikulum

pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi.

Pada tahun 2007 pemerintah melakukan perbaikan kurikulum pendidikan

yaitu dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum KTSP merupakan kurikulum paling

mutakhir yang diberlakukan pemerintah. Dalam KTSP untuk mata pelajaran

(19)

commit to user

penalaran, dan pemecahan masalah. Meskipun pemecahan masalah merupakan

salah satu kompetensi yang ditekankan dalam mata pelajaran matematika, tetapi

masih banyak siswa yang kurang mampu untuk memecahkan masalah

matematika.

Permasalahan kekurangmampuan siswa untuk memecahkan masalah

matematika sudah dirasakan sebagai masalah yang cukup pelik dalam pengajaran

matematika di sekolah. Permasalahan ini muncul sudah cukup lama dan agak

terabaikan karena kebanyakan guru matematika dalam kegiatan pembelajaran

berkonsentrasi mengejar nilai ujian nasional matematika siswa yang tinggi.

Akibatnya kegiatan pembelajaran diarahkan untuk melatih siswa terampil

menjawab soal matematika, bukan menyelesaikan permasalahan matematika.

Salah satu penyebab rendahnya kualitas pemahaman siswa dalam

matematika menurut hasil survey IMSTEP-JICA (2000) adalah dalam

pembelajaran matematika guru terlalu berkonsentrasi pada hal-hal yang

prosedural seperti pembelajaran berpusat pada guru, konsep matematika sering

disampaikan secara informatif, dan siswa dilatih menyelesaikan banyak soal

tanpa pemahaman yang mendalam. Akibatnya, kemampuan penalaran dan

kompetensi strategis siswa tidak berkembang sebagaimana mestinya. Bukti

ini diperkuat lagi oleh hasil yang diperoleh The Third International Mathematics

and Science Study (TIMSS) bahwa siswa SLTP Indonesia sangat lemah dalam

pemecahan masalah (problem solving) namun cukup baik dalam keterampilan

prosedural. (Mullis dalam Tatang, 2010)

Dalam pemecahan masalah terdapat beberapa kesalahan dan

hambatan yang sering muncul yaitu ketidakcermatan dalam membaca,

ketidakcermatan dalam berpikir, kelemahan dalam analisis masalah, dan

kekuranggigihan. (Whimbey dan Jochhead (1999), dalam Sumardyono (2010)).

Berdasarkan pendapat di atas, salah satu kesalahan dan hambatan

dalam pemecahan masalah adalah ketidakcermatan dalam berpikir

dimana siswa mengabaikan akurasi (mendahulukan kecepatan), mengabaikan

kecermatan penggunaan beberapa operasi, mengartikan kata atau

(20)

commit to user

saat merasa ada yang tidak benar, bekerja terlalu cepat, dan mengambil

kesimpulan di pertengahan jalan tanpa pemikiran yang matang.

Ketidakcermatan berpikir berhubungan dengan proses berpikir siswa

dalam memecahan masalah sehingga dalam pembelajaran matematika guru harus

memperhatikan proses berpikir siswa. Guru harus mampu memilih metode

pembelajaran yang sesuai dengan proses berpikir siswa. Hal ini karena

matematika berkaitan erat dengan proses belajar dan berpikir sesuai dengan

karakteristik matematika sebagai suatu ilmu dan human activity, yaitu bahwa

matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis,

menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat. Tanpa

meningkatkan dan mengandalkan pembelajaran matematika berkualitas yang

menuntun siswa agar mau berpikir, akan sangat sulit untuk dapat tercapai

kemampuan berpikir agar menghasilkan sebuah hasil prestasi belajar matematika

yang baik. Dalam belajar matematika, hal ini tentu bukan suatu hal yang

sederhana. Aktivitas dan proses berpikir akan terjadi apabila seorang individu

berhadapan dengan suatu situasi atau masalah yang mendesak dan menantang

serta dapat memicunya untuk berpikir agar diperoleh kejelasan dan solusi atau

jawaban terhadap masalah yang dimunculkan dalam situasi yang dihadapinya.

Di satu sisi menurut Eric (2008: 149), terdapat perbedaan keterampilan

pemecahan masalah antara perempuan dan laki-laki. Laki-laki lebih unggul dalam

penguasaan matematika dan pemecahan masalah dibandingkan perempuan.

Salah satu materi di Sekolah Menengah Pertama yang menekankan

pemecahan masalah adalah bentuk aljabar. Pokok bahasan ini merupakan pokok

bahasan yang penting karena menjadi dasar dari pokok bahasan berikutnya

misalnya pada pokok bahasan pertidaksamaan linear satu variabel. Pokok bahasan

ini juga akan digunakan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi misalnya pada

saat siswa kelas VIII.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk

mengetahui bagaimana proses berpikir siswa Sekolah Menengah Pertama dalam

memecahkan masalah soal cerita pada pokok bahasan bentuk aljabar ditinjau dari

(21)

commit to user

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti mengidentifikasi

permasalahan sebagai berikut:

1. Banyak siswa kurang mampu untuk memecahkan masalah matematika. Akan

tetapi permasalahan ini agak terabaikan karena kebanyakan guru matematika

dalam kegiatan pembelajaran berkonsentrasi mengejar nilai ujian nasional

matematika siswa yang tinggi.

2. Siswa dalam memecahkan masalah masih mengalami beberapa kesalahan dan

hambatan. Salah satu diantaranya adalah ketidakcermatan dalam berpikir.

3. Terdapat perbedaan kemampuan antara laki-laki dan perempuan dalam

pemecahan masalah.

4. Matematika berkaitan erat dengan proses belajar dan berpikir sesuai dengan

karakteristik matematika sebagai suatu ilmu dan human activity. Tanpa

meningkatkan dan mengandalkan pembelajaran matematika yang berkualitas

akan sangat sulit untuk dapat tercapai kemampuan berpikir agar menghasilkan

sebuah hasil prestasi belajar matematika yang baik.

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah tersebut di atas, peneliti akan mengadakan

penelitian terkait dengan bagaimana proses berpikir siswa dalam memecahkan

masalah. Agar permasalahan yang dikaji dapat terarah dan mendalam, masalah

dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti tentang proses berpikir siswa

dalam pemecahan masalah soal cerita pada pokok bahasan bentuk aljabar.

2. Materi dalam penelitian ini dibatasi pada kompetensi dasar melakukan operasi

pada bentuk aljabar.

3. Penelitian ini dilakukan di SMP N 7 Surakarta, kelas VII A, tahun ajaran

2010/2011 dengan subyek penelitian siswa laki-laki dan perempuan.

4. Pemecahan masalah soal cerita dibatasi pada pemecahan masalah dengan

(22)

commit to user

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah yang akan

diteliti adalah bagaimana proses berpikir siswa Sekolah Menengah Pertama dalam

memecahkan masalah soal cerita pada pokok bahasan bentuk aljabar dengan

langkah-langkah Polya ditinjau dari perspektif gender?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses berpikir siswa SMP

Negeri 7 Surakarta dalam memecahkan masalah soal cerita pada pokok bahasan

bentuk aljabar dengan langkah Polya ditinjau dari perspektif gender.

F. Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam dunia

pendidikan matematika. Manfaat yang diharapkan antara lain:

1. Sebagai masukan bagi guru matematika Sekolah Menengah Pertama dalam

memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan proses berpikir siswa.

2. Sebagai masukan bagi para pembaca bahwa dalam menyelesaikan soal cerita

(23)

commit to user

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Matematika 1. Pengertian Matematika

Banyak ahli yang belum sepakat secara bulat tentang definisi

matematika. Pada umumnya orang awam hanya akrab dengan satu cabang

matematika elementer yang disebut aritmatika atau ilmu hitung yang secara

informal dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang berbagai bilangan yang bisa

langsung diperolah dari bilangan bulat melalui beberapa operasi dasar.

(http:id.wikipedia.org/wiki/Matematika)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:723) disebutkan bahwa

”Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan

dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah

mengenai bilangan”. Purwoto (2003:12) mengemukakan bahwa “Matematika

adalah pengetahuan tentang pola keteraturan, pengetahuan tentang struktur

yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke

unsur-unsur yang didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil”.

Sedangkan Soedjadi (2000:11) mengemukakan bahwa ada beberapa

definisi matematika, yaitu sebagai berikut:

a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.

b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.

d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.

e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Soedjadi (2000:13) menyebutkan beberapa karakteristik matematika

adalah:

a. Memiliki objek kajian abstrak

(24)

commit to user

1) Fakta

Fakta adalah konvensi-konvensi yang diungkapkan dengan simbol

tertentu.

2) Konsep

Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan

atau mengklasifikasikan sekumpulan objek. Konsep berhubungan erat

dengan definisi. Definisi adalah ungkapan yang membatasi suatu konsep.

Dengan adanya definisi orang dapat membuat ilustrasi atau gambar atau

lambang dari konsep yang didefinisikan.

3) Operasi atau relasi

Operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, dan pengerjaan

matematika yang lain. Pada dasarnya operasi dalam matematika adalah

suatu fungsi yaitu relasi khusus, karena operasi adalah aturan untuk

memperoleh elemen tunggal dari satu atau lebih elemen yang diketahui.

4) Prinsip

Prinsip adalah objek matematika yang kompleks, terdiri atas beberapa

fakta dan konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun operasi. Secara

sederhana dapat dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan antara

berbagai objek dasar matematika. Prinsip dapat berupa ”aksioma”, ”teorema”,”sifat” dan sebagainya.

b. Bertumpu pada kesepakatan

Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan yang amat penting.

Kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan konsep primitif.

Aksioma diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar dalam

pembuktian. Sedangkan konsep primitif diperlukan untuk menghindarkan

berputar-putar dalam pendefinisian.

c. Berpola pikir deduktif

Dalam matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir deduktif. Pola

pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran “yang berpangkal

dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang

(25)

commit to user

d. Memiliki simbol yang kosong dari arti

Kosongnya arti simbol maupun tanda dalam model-model matematika

memungkinkan ”intervensi” matematika ke dalam berbagai pengetahuan.

Kosongnya arti itu memungkinkan matematika memasuki medan garapan

dari ilmu bahasa (linguistik)

e. Memperhatikan semesta pembicaraan

Semesta pembicaraan merupakan lingkup pembicaraan. Benar atau salahnya

ataupun ada tidaknya penyelesaian suatu model matematika sangat

ditentukan oleh semesta pembicaraannya.

f. Konsisten dalam sistemnya

Matematika mempunyai daya abstraksi yang begitu tajam terhadap

berbagai permasalahan, sehingga wajar bahwa matematika mampu membantu

perkembangan bidang-bidang ilmu sosial maupun ilmu pengetahuan alam.

Tidak terdapat definisi tunggal tentang matematika yang telah disepakati.

Meski demikian, setelah sedikit mendalami masing-masing definisi yang

saling berbeda itu, dapat terlihat adanya ciri-ciri khusus atau karakteristik

yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum. Dari beberapa

pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cabang ilmu

pengetahuan eksak yang mempelajari tentang bilangan-bilangan, kalkulasi,

penalaran logis, fakta-fakta kuantitatif, masalah ruang dan bentuk,

aturan-aturan yang ketat dan pola keteraturan-aturan serta tentang struktur yang terorganisir.

2. Matematika Sekolah

Soedjadi (2000:37) mendefinisikan “Matematika sekolah adalah unsur

-unsur atau bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau

berorientasi kepada kepentingan kependidikan dan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi”. Matematika merupakan bidang studi pendidikan

yang diajarkan di sekolah dari jenjang SD, SMP dan SMA. Matematika

sekolah tidak sepenuhnya sama dengan matematika sebagai ilmu. Dikatakan

(26)

commit to user

penyajiannya, pola pikirnya, keterbatasan semestanya, dan tingkat

keabstrakannya.

a. Penyajian matematika sekolah

Penyajian butir-butir matematika dalam buku sekolah disesuaikan dengan

perkiraan perkembangan intelektual siswa.

b. Pola pikir matematika sekolah

Dalam pembelajaran dapat digunakan pola pikir induktif, meskipun siswa

pada akhirnya tetap diharapkan mampu berpikir deduktif. Pola pikir induktif

yang digunakan dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan tahap

perkembangan intelektual siswa.

c. Keterbatasan semesta

Semesta pembicaraan dimulai dari yang sempit kemudian meluas,

disesuaikan dengan semakin meningkatnya tahap perkembangan siswa.

d. Tingkat keabstrakan matematika sekolah

Tingkat keabstrakan matematika diawali dari tingkat abstraksi rendah

kemudian menuju tingkat abstraksi yang lebih tinggi.

3. Tujuan Pengajaran Matematika SMP

Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

(27)

commit to user

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

(http://members.multimania.co.uk/linkmatematika/silabus/ktsp2006.zip)

B.Proses Berpikir

Terdapat bermacam-macam pendapat para ahli mengenai berpikir.

Misalnya ahli-ahli psikologi asosiasi menganggap bahwa berpikir adalah

kelangsungan tanggapan-tanggapan dimana subyek yang berpikir pasif. Plato

beranggapan bahwa berpikir itu adalah berbicara dalam hati. Sehubungan dengan

pendapat Plato ini adalah pendapat yang mengatakan bahwa berpikir adalah

aktivitas ideasional. Pada pendapat yang terakhir ini dua kenyataan, yaitu:

1. Bahwa berpikir itu adalah aktivitas, jadi subjek yang berpikir aktif.

2. Bahwa aktivitas itu sifatnya ideasional, jadi bukan sensoris dan bukan motoris,

walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu, berpikir itu mempergunakan

abstraksi-abstraksi atau “ideas”. (Sumadi, 2004:54)

Menurut Bigot dalam Sumadi (2004:54), “berpikir adalah meletakkan

hubungan antara bagian-bagian pengetahuan kita”. Bagian-bagian pengetahuan

kita yaitu segala sesuatu yang telah kita miliki, yang berupa pengertian-pengertian

dan dalam batas tertentu juga tanggapan-tanggapan.

Menurut Ahmadi dan Supriyono (1991:30), “berpikir adalah daya jiwa

yang dapat meletakkan hubungan–hubungan antara pengetahuan kita”. Berpikir

itu merupakan proses yang “dialektis” artinya selama kita berpikir, pikiran kita

dalam keadaan tanya jawab untuk dapat meletakkan hubungan pengetahuan kita.

Ahmadi dan Supriyono (1991:30) mengemukakan hubungan-hubungan

yang terjadi dalam berpikir yaitu:

1. Hubungan sebab musabab

2. Hubungan tempat

3. Hubungan waktu

(28)

commit to user

Proses yang dilewati dalam berpikir meliputi:

1. Proses pembentukan pengertian, yaitu menghilangkan ciri-ciri umum dari

sesuatu sehingga tinggal ciri khas dari sesuatu tersebut.

2. Pembentukan pendapat, yaitu pikiran menggabungkan (menguraikan) beberapa

pengertian, sehingga menjadi tanda masalah.

3. Pembentukan keputusan, yaitu pikiran menggabung-gabungkan pendapat.

4. Pembentukan kesimpulan, yaitu pikiran menarik keputusan dari keputusan

yang lain.

Sumadi (2006:55) berpendapat bahwa proses atau jalannya berpikir pada

pokoknya ada tiga langkah, yaitu :

1. Pembentukan pengertian

Pengertian atau lebih tepatnya disebut pengertian logis dibentuk melalui tiga

tingkat, sebagai berikut:

a. Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis.

b. Membanding-bandingkan ciri-ciri untuk diketemukan ciri-ciri yang sama,

yang tidak sama, yang selalu ada dan yang tidak selalu ada, yang hakiki dan

yang tidak hakiki.

c. Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang ciri-ciri yang tidak hakiki

dan menangkap ciri-ciri yang hakiki.

2. Pembentukan pendapat

Sumadi (2006:56) menyatakan bahwa, “membentuk pendapat adalah

meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih”.

Pendapat dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :

a. Pendapat afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang secara tegas

menyatakan keadaan sesuatu.

b. Pendapat negatif, yaitu pendapat yang menidakkan, yang secara tegas

menerangkan tentang tidak adanya sesuatu sifat pada sesuatu hal.

c. Pendapat modalitas atau kebarangkalian, yaitu pendapat yang menerangkan

(29)

commit to user

3. Penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan

Sumadi (2006:57) menyatakan bahwa, “Keputusan ialah hasil perbuatan dan

akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang

telah ada”.

Ada tiga macam keputusan, yaitu:

a. Keputusan induktif

Keputusan induktif yaitu keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat

khusus menuju ke satu pendapat umum.

b. Keputusan deduktif

Keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus, jadi

berlawanan dengan keputusan induktif.

c. Keputusan analogis

Keputusan analogis ialah keputusan yang diperoleh dengan jalan

membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang

telah ada.

Hudojo dalam Tatag (2002) menyatakan bahwa, “dalam proses belajar

matematika terjadi proses berpikir, sebab seorang dikatakan berpikir bila orang itu

melakukan kegiatan mental dan orang yang belajar matematika pasti melakukan

kegiatan mental. Dalam berpikir, orang akan menyusun hubungan antara

bagian-bagian informasi yang direkam sebagai pengertian-pengertian”.

Marpaung dalam Tatag (2002) menyatakan bahwa “proses berpikir adalah

proses yang dimulai dari penemuan informasi (dari luar atau diri siswa),

pengolahan, penyimpanan, dan memanggil kembali informasi itu dari ingatan

siswa”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proses

berpikir adalah suatu proses yang dimulai dengan menerima data, mengolah dan

menyimpannya di dalam ingatan serta memanggil kembali dari ingatan pada saat

dibutuhkan untuk pengolahan selanjutnya.

Untuk mengetahui bagaimana proses berpikir siswa Herbert dalam Tatag

(30)

commit to user

kegiatan mental yang ada dalam pikiran siswa. Karena itu untuk mengetahuinya

hanya dapat diamati melalui proses cara mengerjakan tes dan hasil yang ditulis

secara terurut. Selain itu ditambah dengan wawancara mendalam mengenai cara

kerjanya”.

Proses berpikir manusia memiliki dua ciri utama, yaitu :

1. Covert / unobservable (tidak terlihat)

Proses berpikir terjadi pada otak manusia dan secara fisik tidak dapat

dilihat prosesnya (dalam pengertian pemrosesan informasinya). Sejumlah ahli

yang mencoba memantau proses berpikir secara fisik hanya menemukan

aktivitas listrik arus lemah dan proses kimiawi pada otak manusia yang sedang

berpikir.

Dengan demikian, proses pengolahan informasi tidak dapat diamati dan

dilihat secara fisik maupun secara kimiawi. Pengolahan makna, baik semantik

maupun visual bersifat abstrak sehingga tidak dapat dideteksi dengan panca

indera.

2. Symbolic (melibatkan manipulasi dan penggunaan simbol)

Dalam berpikir, manusia mengolah (memanipulasi) informasi yang

berupa simbol-simbol (baik simbol verbal maupun visual). Simbol-simbol itu

akan memberikan makna pada informasi yang diolah.

(http://kuliah.dagdigdug.com/)

C. Pemecahan Masalah 1. Masalah

Cooney, et al dalam Shadiq (2004) menyatakan sebagai berikut: “….for

a question to be a problem, it must present a challenge that cannot be resolved

by some routine procedure known to the student”. Ini berarti bahwa tidak

semua pertanyaan merupakan masalah. Jadi, termuatnya “tantangan” serta

“belum diketahuinya prosedur rutin” pada suatu pertanyaan yang akan

diberikan kepada siswa akan menentukan terkategorikannya suatu pertanyaan

(31)

commit to user

Ruseffendi (1988) mengemukakan bahwa suatu persoalan itu

merupakan masalah bagi seseorang jika:

1. Persoalan itu tidak dikenalnya.

2. Siswa harus mampu menyelesaikannya, baik kesiapan mentalnya maupun

pengetahuan siapnya, terlepas daripada apakah akhirnya ia sampai atau tidak

kepada jawabannya.

3. Sesuatu itu merupakan pemecahan masalah baginya, bila ia ada niat untuk

menyelesaikannya.

Mengenai masalah itu sendiri, Polya (1973) mengklasifikasikannya

menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Masalah menemukan (problem to find), yaitu mencari, menentukan, atau

mendapatkan nilai atau objek tertentu yang tidak diketahui dalam soal dan

memenuhi kondisi atau syarat yang sesuai dengan soal. Objek yang

ditanyakan atau dicari (unknown), syarat-syarat yang memenuhi soal

(conditions), dan data atau informasi yang diberikan merupakan bagian

penting atau pokok dari sebuah soal mencari dan harus dipahami serta

dikenali dengan baik pada saat awal memecahkan masalah. Jenis inilah yang

akan digunakan pada penelitian ini.

2. Masalah membuktikan (problem to prove), yaitu prosedur untuk

menentukan apakah suatu pernyataan benar atau tidak benar. Soal

membuktikan terdiri atas bagian hipotesis dan kesimpulan. Pembuktian

dilakukan dengan membuat atau memproses pernyataan yang logis dari

hipotesis menuju kesimpulan, sedangkan untuk membuktikan bahwa suatu

pernyataan tidak benar, cukup diberikan contoh penyangkalnya sehingga

pernyataan tersebut menjadi tidak benar.

Bila ditinjau dari tingkat kompleksitas masalah, Polya juga

mengklasifikasikan masalah dalam matematika sebagai berikut:

1. One rule under your nose

Jenis masalah yang dapat diselesaikan secara mekanis oleh suatu aturan

(32)

commit to user

2. Application with some choice

Jenis masalah yang dapat diselesaikan dengan menerapkan suatu aturan atau

prosedur yang diberikan pada kelas sebelumnya.

3. Choice of combination

Jenis masalah yang memerlukan pemecahan masalah dengan

mengkombinasikan dua atau lebih aturan.

4. Approaching research

Jenis masalah yang memerlukan suatu kombinasi yang aneh dari aturan

-aturan atau contoh namun masalah tersebut memiliki banyak cabang dan

memerlukan kemandirian serta penggunaan penalaran tingkat tinggi yang

cermat. (http://robertmath4edu.wordpress.com/2009/01/15/proses-dan

strategi- pemecahan-masalah/feed/)

Selain itu, dalam matematika masalah juga dapat dibedakan menjadi

dua yaitu:

1. Masalah rutin, biasanya mencakup aplikasi suatu prosedur matematika yang

sama atau mirip dengan hal yang baru dipelajari.

2. Masalah tidak rutin, untuk sampai pada prosedur yang benar diperlukan

pemikiran yang lebih mendalam.

2. Pemecahan Masalah

Pada uraian sebelumnya telah dikemukakan arti dari masalah. Adapun

pemecahan masalah, secara sederhana merupakan proses penerimaan masalah

sebagai tantangan untuk memecahkannya. Menurut Cooney (dalam Sudarman,

2011), mengemukakan bahwa pemecahan masalah adalah proses penerimaan

masalah dan berusaha menyelesaikannya. Dengan demikian pemecahan masalah

dapat diartikan sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai

tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai. Dalam pemecahan masalah bukan

hanya menggunakan dan mengaplikasikan konsep, definisi, teorema-teorema yang

telah dipelajari tetapi memerlukan aspek-aspek lain seperti penalaran, analisis, dan

sintesa.

Untuk memecahkan masalah diperlukan langkah-langkah tertentu.

(33)

commit to user

yang bersentralkan kepada pemecahan masalah langkah-langkah yang

dilakukan yaitu:

1. Memahami persoalan

Untuk mengetahui apakah seorang siswa mengerti persoalannya siswa

dapat: menulis kembali soal itu dengan kata-kata sendiri, menulis soal itu

dalam bentuk lain, menulis dalam bentuk yang lebih operasional, menulis

dalam bentuk rumus, menyatakan soal itu dalam bentuk gambar (soal

geometri biasanya lebih jelas bila ditulis dalam bentuk gambar), dan

lain-lain.

2. Membuat rencana atau cara untuk menyelesaikannya

3. Menjalankan rencana yang telah dibuat

Dengan kata lain kita menyelesaikan soal itu dengan cara yang telah kita

buat pada langkah kedua.

4. Melihat kembali apa yang telah dilakukan

Dalam langkah ini, selain kita mengecek benar tidaknya kita menyelesaikan

soal itu juga melihat alternatif penyelesaian atau cara yang lebih baik

(praktis, efisien, dan lain-lain).

Berdasarkan pendapat di atas, proses berpikir dalam penelitian ini

adalah suatu proses pemecahan masalah yang dimulai dengan memahami

masalah, menyusun rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian,

dan memeriksa kembali.

Dalam memecahkan masalah ada beberapa strategi pemecahan masalah

yang sering digunakan, diantaranya:

1. Mencoba-coba (trial and eror)

Strategi ini biasanya digunakan untuk mendapatkan gambaran umum

pemecahan masalah (trial and error). Proses mencoba-coba ini tidak akan

selalu berhasil, adakalanya gagal. Proses mencoba-coba dengan

menggunakan suatu analisis yang tajam sangat dibutuhkan pada penggunaan

(34)

commit to user

2. Membuat diagram

Strategi ini berkait dengan pembuatan sket atau gambar untuk

mempermudah memahami masalah dan mempermudah mendapatkan

gambaran umum penyelesaiannya. Dengan strategi ini, hal-hal yang

diketahui tidak sekedar dibayangkan namun dapat dituangkan ke atas kertas.

3. Mencobakan pada soal yang lebih sederhana

Strategi ini berkait dengan penggunaan contoh-contoh khusus yang lebih

mudah dan lebih sederhana, sehingga gambaran umum penyelesaian

masalah akan lebih mudah dianalisis dan akan lebih mudah ditemukan.

4. Membuat tabel

Strategi ini digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan atau

jalan pikiran , sehingga segala sesuatunya tidak hanya dibayangkan saja.

5. Menemukan pola

Strategi ini berkait dengan pencarian keteraturan-keteraturan. Keteraturan

yang sudah diperoleh akan lebih memudahkan untuk menemukan

penyelesaian masalahnya.

6. Memecah tujuan

Strategi ini berkait dengan pemecahan tujuan umum yang hendak dicapai.

Tujuan pada bagian ini dapat digunakan sebagai batu loncatan untuk

mencapai tujuan yang sebenarnya.

7. Memperhitungkan setiap kemungkinan

Strategi ini berkait dengan penggunaan aturan- aturan yang dibuat sendiri

oleh para pelaku selama proses pemecahan masalah berlangsung sehingga

dapat dipastikan tidak akan ada satu alternatif yang terabaikan.

8. Berpikir logis

Strategi ini berkaitan dengan penggunaan penalaran ataupun penarikan

kesimpulan yang sah atau valid dari berbagai informasi atau data yang ada.

9. Bekerja mundur (bergerak dari belakang)

Dalam strategi ini proses penyelesaian masalah dimulai dari apa yang

ditanyakan, bergerak menuju apa yang diketahui. Melalui proses tersebut

(35)

commit to user

10. Mengabaikan hal yang tidak mungkin

Dalam strategi ini setelah memahami masalah dengan merumuskan apa

yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Bila ditemukan hal yang tidak

berhubungan dengan apa yang diketahui dan apa ditanyakan sebaiknya

diabaikan. Shadiq (2004)

Menurut Whimbey dan Jochhead (1999) dalam Sumardyono (2010),

ada beberapa kesalahan dan hambatan yang sering muncul dalam memecahkan

masalah yaitu:

1. Ketidakcermatan dalam membaca.

a. Membaca soal tanpa perhatian yang kuat pada makna/pengertiannya.

b. Mengabaikan satu atau lebih kata yang kurang familiar.

c. Mengabaikan satu atau lebih fakta atau ide.

d. Tidak membaca kembali bagian yang sulit.

e. Memulai menyelesaikan soal sebelum membaca lengkap soal tersebut.

2. Ketidakcermatan dalam berpikir.

a. Mengabaikan akurasi (mendahulukan kecepatan).

b. Mengabaikan kecermatan penggunaan beberapa operasi.

c. Mengartikan kata atau melakukan operasi secara tidak konsisten.

d. Tidak memeriksa rumus atau prosedur saat merasa ada yang tidak benar.

e. Bekerja terlalu cepat.

f. Mengambil kesimpulan di pertengahan jalan tanpa pemikiran yang

matang.

3. Kelemahan dalam analisis masalah.

a. Gagal membedah masalah kompleks menjadi bagian-bagian atau gagal

menggunakan bagian-bagian masalah untuk memahami masalah secara

keseluruhan.

b. Tidak menggunakan pengetahuan atau konsep utama untuk mencoba

memahami ide-ide yang kurang jelas.

c. Tidak menggunakan kamus atau sumber lainnya saat diperlukan untuk

(36)

commit to user

d. Tidak secara aktif mengkonstruksi ide atau gagasan di atas kertas (bila

coret-coretan di atas kertas dapat membantu memahami masalahnya).

4. Kekuranggigihan.

a. Tidak percaya diri atau menganggap enteng masalah.

b. Memilih jawaban berdasarkan intuisi belaka (menggunakan perasaan

dalam mencoba menebak jawaban).

c. Menyelesaikan masalah hanya secara teknis belaka tanpa pemikiran.

d. Berpikir nalar hanya pada bagian kecil masalah, menyerah, lalu

melompat pada kesimpulan.

e. Menggunakan pendekatan “sekali tembak” dalam menyelesaikan

masalah, dan bila tidak berhasil lalu menyerah.

D. Soal Cerita

Menurut Abidin dalam Loudesyamri (2010) mengemukakan bahwa “soal

cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek”. Cerita yang

diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari–hari atau masalah

lainnya. Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi panjang

pendeknya cerita tersebut. Makin besar bobot masalah yang diungkapkan,

memungkinkan panjang cerita yang disajikan.

Soal cerita merupakan modifikasi dari soal–soal hitungan yang berkaitan

dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa. Penyajian soal dalam bentuk

cerita merupakan usaha menciptakan suatu cerita untuk menerapkan konsep yang

sedang dipelajari sesuai dengan pengalaman sehari-hari. Biasanya siswa akan

lebih tertarik untuk menyelesaikan masalah atau soal-soal yang ada hubungannya

dengan kehidupannya. Siswa diharapkan dapat menafsirkan kata-kata dalam soal,

melakukan kalkulasi, dan menggunakan prosedur-prosedur relevan yang telah

dipelajarinya. Soal cerita melatih siswa berpikir secara analisis, melatih

kemampuan menggunakan tanda operasi hitung (penjumlahan, pengurangan,

perkalian dan pembagian), serta prinsip-prinsip atau rumus-rumus dalam geometri

(37)

commit to user

Syamsuddin dalam Loudesyamri (2010) mengemukakan bahwa “latihan

memecahkan soal cerita penting bagi perkembangan proses secara matematis,

menghargai matematika sebagai alat yang dibutuhkan untuk memecahkan

masalah, dan akhirnya anak akan dapat menyelesaikan masalah yang lebih rumit”.

Dalam menghadapi masalah matematika, khususnya soal cerita, siswa

harus melakukan analisis dan interpretasi informasi sebagai landasan untuk

menentukan pilihan dan keputusan.

Menurut Sutawijaya, dkk (1998: 24) langkah-langkah dalam

menyelesaikan soal cerita adalah sebagai berikut:

1. Menemukan atau mencari apa yang ditanyakan oleh soal cerita itu. 2. Mencari informasi (keterangan) yang esensial.

3. Memilih operasi yang sesuai. 4. Menulis kalimat matematikanya. 5. Menyelesaikan kalimat matematikanya.

6. Menyatakan jawaban itu dalam bahasa Indonesia dalam menjawab pertanyaan dari soal cerita tersebut.

E.Bentuk Aljabar 1. Pokok Bahasan Bentuk Aljabar

Aljabar adalah salah satu cabang penting dalam matematika. Kata

aljabar berasal dari kata al- jabr yang diambil dari buku karangan Muhammad

Ibn Musa Al-Khwarizmi (780-850 M), yaitu kitab al-jabr wa al-nuqabalah

yang membahas tentang cara menyelesaikan persamaan-persamaan aljabar.

Pemakaian nama aljabar ini sebagai penghormatan kepada Al-Khwarizmi atas

jasa-jasanya dalam mengembangkan aljabar melalui karya-karya tulisnya.

Dalam matematika sekolah materi bentuk aljabar diajarkan di kelas VII pada

semester I.

a. Pengertian bentuk aljabar.

Bentuk aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajiannya

memuat huruf-huruf untuk mewakili bilangan yang belum diketahui. Pada

suatu bentuk aljabar terdapat unsur-unsur aljabar, meliputi variabel,

(38)

commit to user

b. Operasi hitung bentuk aljabar.

Operasi hitung bentuk aljabar antara lain:

1) Penjumlahan dan pengurangan.

Penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar dapat dilakukan hanya

untuk suku-suku yang sejenis. Jumlahkan atau kurangkan koefisien

pada suku-suku yang sejenis.

2) Perkalian

a) Perkalian antara konstanta dengan bentuk aljabar

Perkalian suatu bilangan konstanta k dengan bentuk aljabar suku

satu dan suku dua dinyatakan sebagai berikut:

k(ax) = kax

k(ax + b) = kax + kb

b) Perkalian antara dua bentuk aljabar

(ax + b)(cx + d) = ax (cx + d) + b (cx + d)

= ax × cx + ax × d + b × cx + b × d

= ac�2 + adx + bcx + bd

= ac�2 + (ad + bc)x + bd

c) Pemangkatan.

Operasi perpangkatan diartikan sebagai perkalian berulang dengan

bilangan yang sama. Jadi, untuk sebarang bilangan bulat a, berlaku

� = a × a × a × a ×….× a

n faktor

Hal ini juga berlaku pada perpangkatan bentuk aljabar.

Pada perpangkatan bentuk aljabar suku dua, koefisien tiap

suku ditentukan menurut segitiga Pascal. Misalkan kita akan

menentukan pola koefisien pada penjabaran bentuk aljabar suku

(39)

commit to user

Perhatikan uraian berikut.

(a + b)1 = a + b → koefisiennya 1 1

(a + b)² = (a + b) (a + b)

= a²+ ab + ab+ b²

= a² + 2ab+ b² → koefisiennya 1 2 1

(a + b)³ = (a + b) (a + b) ²

= (a + b) (a² + 2ab + b²)

= a³ + 2a²b + ab² + a²b + 2ab² + b³

= a³ + 3a²b + 3ab² + b³ → koefisiennya 1 3 3 1

Adapun pangkat dari a (unsur pertama) pada (a + b)�

dimulai dari a�, kemudian berkurang satu demi satu dan terakhir a1

pada suku ke-n. Sebaliknya, pangkat dari b (unsur kedua) dimulai

dengan b1 pada suku ke-2 lalu bertambah satu demi satu dan terakhir

bn pada suku ke-(n + 1).

3) Pembagian

Hasil bagi dua bentuk aljabar dapat diperoleh dengan

menentukan terlebih dahulu faktor sekutu masing-masing bentuk

aljabar tersebut, kemudian melakukan pembagian pada pembilang dan

penyebutnya.

6a³b² : 3a²b = 6a³b² 3a²b

= 3a²b × 2ab

3a²b (faktor sekutu 3a²b)

= 2ab

4) Subtitusi suatu bilangan pada bentuk aljabar.

Subtitusi suatu bilangan dapat dilakukan dengan mengganti

variabel tertentu dengan bilangan yang telah ditentukan.

Contoh:

Diketahui: a = 2, b =-5, c =4

(40)

commit to user

Jawab:

a+ 2ab- c = 2 + 2(2)(-5) - 4

= 2 – 20 – 4

= -22

5) Operasi pada bentuk pecahan aljabar.

Pecahan bentuk aljabar adalah pecahan dengan pembilang dan

penyebutnya memuat bentuk aljabar.

a) Penjumlahan

+ = + = + (penyebut disamakan)

b) Pengurangan

- = − = − (penyebut disamakan)

c) Perkalian

 =

d) Pembagian

∶ =  =

e) Perpangkatan

( )� =

(Dewi dan Tri, 2008:80)

2. Pemecahan Masalah Soal Cerita pada Pokok Bahasan Bentuk Aljabar Berdasarkan Langkah-Langkah Polya

Dalam persoalan sehari-hari banyak dijumpai permasalahan yang

penyelesaiannya dapat menggunakan operasi hitung bentuk aljabar.

Permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan melakukan langkah-langkah

pemecahan masalah seperti yang diungkapkan George Polya.

Berikut ini diberikan contoh pemecahan masalah soal cerita pada pokok

bahasan bentuk aljabar.

Suatu persegi panjang mempunyai keliling 52 cm. Panjang persegi panjang itu

(2x + 3) cm dan lebar (x – 1) cm. Berapakah panjang dan lebar persegi panjang

(41)

commit to user

Tahap-tahap pemecahan masalah menurut George Polya adalah sebagai

berikut:

1. Memahami persoalan

Diketahui:

Keliling = 52 cm

Misal p = panjang persegi panjang, p = 2x + 3

l = lebar persegi panjang, l = x – 1

Ditanya: p dan l?

2. Menyusun rencana

Keliling= 2p + 2l

3. Menjalankan rencana

2p + 2l = 52

 2 (2x + 3) + 2 (x-1) = 52

 4x + 6 + 2x -2 = 52

 4x + 2x + 6 -2 = 52

 6x + 4 = 52

 6x = 52 – 4

 6x = 48

 x = 48

6

 x = 8

panjang = 2x + 3

= 2(8) + 3

= 19 cm

lebar = x – 1

= 8 – 1

= 7 cm

4. Melihat kembali

Untuk melihat kembali dapat dilakukan dengan menyubstitusikan panjang

dan lebar yang diperoleh dari hasil perhitungan ke rumus keliling persegi

panjang dan hasil keliling yang diperoleh harus sama dengan yang diketahui

pada soal yaitu 52 cm.

Keliling = 2p + 2l

= 2(19) + 2(7)

(42)

commit to user

F. Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah Ditinjau dari Perspektif Gender

Menurut Soemanto (2008:199), dari tes-tes yang pernah diberikan,

wanita terutama berkelebihan dalam hal mengerjakan tes-tes yang menyangkut

penggunaan bahasa, hafalan-hafalan, reaksi-reaksi estetika, serta

masalah-masalah sosial. Di lain pihak, laki-laki berkelebihan dalam penalaran abstrak,

penguasaan matematika, mekanika atau structural skills.

Menurut Jensen (2008:149) bahwa kecenderungan perbedaan

kecakapan keterampilan pada masing-masing gender dapat diuraikan sebagai

berikut:

Perempuan biasanya lebih unggul daripada laki-laki dalam

keterampilan-keterampilan/ tugas-tugas sebagai berikut:

1. Keterampilan motorik yang baik-mampu menggerakkan jari-jemari dengan

cepat dalam kesatuan.

2. Ujian perhitungan.

3. Mampu bekerja dalam berbagai tugas dalam satu waktu

4. Mengingat posisi objek dalam satu susunan.

5. Mengeja

6. Fasih dalam mengolah kata-kata

7. Hal-hal yang menuntut sensitivitas terhadap stimuli eksternal (kecuali

stimuli visual).

8. Mengingat petunjuk di sepanjang rute perjalanan.

9. Menggunakan memori verbal.

10. Apresiasi terhadap kedalaman dan kecepatan perseptual.

11. Membaca ekspresi bahasa tubuh/ mimik wajah.

Laki-laki biasanya lebih unggul daripada perempuan dalam

keterampilan-keterampilan/ tugas-tugas sebagai berikut:

1. Terampil dalam menentukan target.

2. Mengolah perbendaharaan kata.

3. Konsentrasi dan fokus yang lebih luas

(43)

commit to user

5. Navigasi bentuk-bentuk geometris ruang.

6. Intelgensia verbal.

7. Formasi dan pemeliharaan kebiasaan.

8. Berbagai tugas spasial.

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kemampuan penguasaan matematika dan pemecahan masalah antara siswa

laki-laki dan perempuan berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap proses

(44)

commit to user

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah SMP Negeri 7 Surakarta

kelas VII semester I tahun ajaran 2010/2011.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan bertahap. Adapun tahap-tahap waktu penelitian

yang dilaksanakan adalah:

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Bulan Maret 2010 : penentuan masalah.

2) Bulan Maret-Mei 2010 : penyusunan proposal skripsi.

3) Bulan Agustus 2010 : penyusunan instrumen penelitian.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan permohonan ijin dan survey

ke SMP N 7 Surakarta yang dijadikan tempat penelitian, kemudian melakukan

pengambilan data yaitu pada bulan Agustus 2010 sampai Nopember 2010.

c. Tahap Penyelesaian

Pada tahap ini penulis melakukan penyusunan laporan.

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, dimana data yang

dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.

Penelitian ini menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang menggunakan observasi, wawancara, atau angket mengenai

keadaan suatu obyek yang sedang kita teliti (Ruseffendi, 1994: 30). Jadi

(45)

commit to user

wawancara. Data yang diperoleh akan dideskripsikan atau diuraikan yang

kemudian dianalisis.

C. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (1999: 112) sumber data

utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah

data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Adapun sumber data pada penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan

yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap siswa serta sumber tertulis. Sumber

data tertulis diperoleh melalui tes uraian pada pokok bahasan bentuk aljabar.

D. Teknik Sampling

Sampling yang dimaksud dalam penelitian kualitatif adalah untuk

menyaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan

bangunannya. Hal tersebut bertujuan untuk merinci kekhususan yang ada dalam

konteks yang unik serta menggali informasi yang menjadi dasar dari rancangan

dan teori yang muncul. Oleh karenanya pada penelitian kualitatif tidak ada sampel

acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sample). Menurut Moleong (1999: 165),

sampel bertujuan ditandai dengan sampel yang tidak dapat ditentukan terlebih

dahulu dan jumlah sampel ditentukan oleh jumlah informasi-informasi yang

diperlukan.

Sesuai dengan uraian tersebut maka penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling. Subyek dipilih dari hasil tes siswa, subyek yang dipilih

adalah siswa yang pekerjaan tesnya ditulis secara terurut dan memenuhi

langkah-langkah Polya. Subyek penelitian ini adalah beberapa siswa SMP Negeri 7

Surakarta kelas VII semester I tahun ajaran 2010/2011.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan data yang objektif yang berisi

berbagai keterangan dan bahan yang sesuai dengan masalah yang akan diselidiki.

Dalam penelitian ini instrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri yang dipandu

(46)

commit to user

wawancara, dan lembar observasi. Dalam hal ini peneliti merupakan perencana,

pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir data, dan akhirnya menjadi pelapor

hasil penelitiannya. Lebih jauh Moleong (1999:121) mengungkapkan beberapa hal

yang perlu diperhatikan peneliti sebagai instrumen yakni:

1. Responsif

Manusia sebagai instrumen responsif terhadap lingkungan dan terhadap

pribadi-pribadi yang menciptakan lingkungan. Sebagai manusia ia bersifat

interaktif terhadap orang dan lingkungannya.

2. Dapat menyesuaikan diri

Manusia sebagai instrumen hampir tidak terbatas dapat menyesuaikan diri pada

keadaan dan situasi pengumpulan data.

3. Menekankan keutuhan

Manusia sebagai instrumen memanfaatkan imajinasi dan kreativitasnya dan

memandang dunia ini sebagai suatu keutuhan.

4. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan

5. Memproses data secepatnya

6. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan mengikhtisarkan

Manusia sebagai instrumen memiliki kemampuan lainnya, yaitu untuk

menjelaskan sesuatu yang kurang dipahami oleh subyek atau responden.

Selain peneliti itu sendiri instrumen yang lain adalah lembar wawancara.

Menurut Moleong (1999: 135), ”wawancara adalah percakapan yang dilakukan

dengan maksud tertentu dan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban”.

Sedangkan menurut Budiyono (2003: 52), “wawancara atau interview adalah

percakapan antara peneliti (seseorang yang ditugasi) dengan obyek penelitian atau

responden atau sumber data”. Jadi wawancara adalah teknik untuk memperoleh

data dari yang diwawancarai atau nara sumber.

Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada nara sumber

untuk mendapatkan data mengenai permasalahan yang diteliti. Sebelum

(47)

commit to user

akan diajukan secara sistematis sehingga proses wawancara dapat mengarah ke

pokok permasalahan.

Selain peneliti dan lembar wawancara, penelitian ini juga menggunakan

soal tes. Menurut Zainul dan Nasoetion (1995: 3), ”Tes dapat didefinisikan

sebagai suatu pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan

untuk memperoleh informasi tentang trait atau atribut pendidikan atau psikologik

yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau

ketentuan yang dianggap benar”. Sedangkan menurut Budiyono (2003: 54),

“metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah

pertanyaan atau suruhan kepada subyek penelitian”. Metode tes digunakan untuk

mengelompokkan dan menentukan sampel yang akan diwawancarai. Tes

dilaksanakan secara tertulis dalam bentuk uraian.

Pada penelitian ini tes yang digunakan berbentuk tes uraian. Menurut

Zainul dan Nasoetion (1995: 3), “Tes uraian adalah butir soal yang mengandung

pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan

dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes ”. Tes yang digunakan dalam

penelitian ini akan berisi tentang soal-soal pemecahan masalah yang berhubungan

dengan materi bentuk aljabar. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam

membuat tes adalah sebagai berikut:

a. Membuat spesifikasi materi yang pernah diajarkan.

b. Membuat kisi-kisi tes.

c. Menyusun soal-soal tes.

d. Melaksanakan penelaahan atau pengkajian butir-butir tes.

e. Melaksanakan revisi soal-soal tes.

f. Melaksanakan tes.

Sebelum instrumen digunakan untuk penelitian, butir-butir soal tersebut

diuji terlebih dahulu validitasnya dan reliabilitasnya. Validitas instrumen

bergantung pada situasi dan tujuan khusus penggunaan instrumen tersebut.

Menurut Budiyono (2000: 40), “Instrumen disebut valid apabila instrumen

(48)

Gambar

Gambar 4.1 Jawaban no.1 subyek I
Gambar 4.3 Jawaban no.1 subyek II
Gambar 4.4 Jawaban no.2 subyek II
Gambar 4.5  Jawaban no.1 subyek III
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fokus Penelitian Berangkat dari pembahasan pada latar belakang masalah di atas maka secara umum penelitian ini ingin menjelaskan tentang strategi penghimpunan dana fundraising

KALAU Islam mencela sikap orang-orang yang suka menentukan haram dan halal itu semua, maka dia juga telah memberikan suatu kekhususan kepada mereka yang suka mengharamkan itu

Berangkat dari kenyataan tersebut, penelitian ini mencoba melangkah dengan metodologi "Linear Goal Programming" (LGP) untuk menolong problematika yang kompleks di atas

waktu di kantor BPN Kabupaten Malang tetap bisa diterima oleh BPN, tetapi BPN mewajibkan PPAT yang terlambat untuk membuat surat keterangan dan pernyataan terlambat

Remaja yang berasal dari orangtua beda etnis (Batak-Minang), dalam hal ini baik yang remaja yang memiliki lebih dari satu etnis yaitu ayah (Batak) dan ibu (Minang) dengan remaja

Adapun faktor yang mempengaruhi Lingkungan internal organisasi yaitu (1). Faktor-faktor internal organisasi yang mempengaruhi organisasi dan kegiatan organisasi antara

 Cahaya yang terlalu terang, menjadikan pada pre-processing menjadi noise tambahan dan ikut tersegmentasi.  Jarak antar huruf/angka sangat berdekatan, sehingga

Penelitian ini menganalisis hubungan aktiitas yang dilakukan operator dan peralatan pendukung kerja antara satu fasilitas dengan fasilitas perawatan pesawat yang