PERILAKU KELENGKETAN BIAYA (STICKY COSTS)
PADA INDUSTRI PERBANKAN DI JAWA TENGAH
Oleh :
STEFANY TRIANA PUTRI NIM : 232009050
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS
: EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
ABSTRACT
This research aims to find out the sticky costs concept that happened in Indonesian banking industry. Sticky costs can be observed by costs increase more when activity rises than costs decrease when activity falls. This research uses a sample of rural banks which operating in Central Java. With purposive sampling method obtained by 231 rural banks as the research sample. The data in this research which based from rural banks financial statements obtained from official website Bank Indonesia. The dependent variable is logarithm of total costs and logarithm of total income, dummy variable of income decrease and asset intensity as independent variables. Random effects regression model has been used in this research.
The results of this research showed that sticky costs didn’t happened in rural banks. However, the results also showed that assets intensity influence sticky costs in rural banks.
SARIPATI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah konsep kelengketan biaya terjadi pada industri perbankan di Indonesia. Kelengketan biaya dapat dilihat dari perubahan biaya yang lebih besar ketika aktivitas meningkat dibandingkan dengan perubahan biaya ketika aktivitas menurun. Penelitian ini menggunakan sampel Bank Perkreditan Rakyat yang beroperasi di Jawa Tengah. Dengan metode purposif sampling diperoleh 231 BPR sebagai sampel penelitian. Data dalam penelitian berasal dari laporan keuangan BPR tahun 2009-2011 yang diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah logaritma total biaya dan logaritma total pendapatan, dummy penurunan pendapatan, dummy intensitas aset sebagai variabel independen. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random Effects Regression Model.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat kelengketan biaya pada BPR. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas aset mempengaruhi kelengketan biaya pada BPR.
KATA PENGANTAR
Kelengketan biaya merupakan perilaku biaya yang berbeda dari konsep
tradisional yang selama ini mengasumsikan biaya berubah secara proporsional
terhadap perubahan aktivitasnya. Konsep mengenai perilaku biaya sangat penting
dipahami karena membantu manajer untuk membuat perencanaan anggaran
dengan lebih baik. Selisih antara bunga simpanan dengan bunga kredit yang besar
pada industri perbankan menunjukkan adanya inefisiensi biaya yang
mengindikasikan adanya kelengketan biaya. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan untuk memperoleh bukti empiris adanya perilaku kelengketan biaya
pada industri perbankan di Indonesia.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penelitian dan penulisan ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik diharapkan juga semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat serta
menambah wawasan keilmuan di bidang ekonomi bagi pembaca dan pihak lain
yang berkepentingan.
Salatiga, 1 Januari 2013
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur atas berkat dan kasih yang Tuhan Yesus berikan sehingga
memampukan penulis untuk menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Perilaku
Kelengektan Biaya (Sticky Costs) pada Industri Perbankan di Jawa Tengah”
dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini tidak lepas
dari kekurangan, bantuan dari berbagai pihak dan campur tangan Tuhan. Oleh
karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak – pihak
yang telah membantu, memotivasi, memberikan doa dan dukungan untuk
menyelesaikan tugas akhir ini, antara lain kepada:
1. Bp. Hari Sunarto, SE., MBA., PhD, selaku Dekan Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
2. Bp. Ronny Prabowo, SE., M.Com., selaku dosen pembimbing yang
telah memberi ide, saran, dukungan, dan bimbingan selama penyusunan
tugas akhir ini dengan sabar.
3. Bp. Marwata, SE., Msi., Ph.D., selaku wali studi yang selalu memberi
pengarahan dan kemudahan dalam menjalani kuliah di Fakultas
Ekonomika dan Bisnis.
4. Bp. Harijono, SE., MAF., M.Com., Ph.D., dan Ibu Brigitta Dian
Saraswati, SE., M.Si. yang telah memberikan waktu dan pengetahuan
dalam penyusunan tugas akhir ini.
5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang setia dalam berbagi
6. Staf Tata Usaha Fakultas Ekonomika dan Bisnis serta staf Perpustakaan
Umum yang membantu penulis selama kuliah di Fakultas Ekonomika
dan Bisnis.
7. Kedua orang tuaku yang dan kakak-kakakku yang selalu memberi
dukungan dan pendampingan serta semangat dalam menjalani kuliah
dan dalam penyusunan tugas akhir ini.
8. Teman-teman seperjuangan selama kuliah yang memberikan keceriaan
dan saling memberi semangat; Helen, Liana, Yunita, Tika, Melada,
Fenny, Prilly, dan Ingrid.
9. Messach yang memberikan dukungan, semangat, dan saran tata bahasa
kepada penulis.
10. Teman-teman diskusi; Debby, Sisca, dan Diana.
11. Teman-teman penulis menghabiskan masa liburan semester; Caca, Dira,
Monik, Jefli, Petra, dan Pasca.
12. Teman-teman kost Putri Sion untuk kebersamaan dan memberikan
keceriaan kepada penulis.
13. Teman-teman Korps Asisten dan teman-teman Fakultas Ekonomika dan
Bisnis angkatan 2009 untuk pengalaman dan kerjasamanya.
14. Seluruh pihak yang membantu penyusunan tugas akhir ini yang tidak
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ... i
Pernyataan Keaslian Karya Tulis Kertas Kerja ... ii
Persetujuan Kertas Kerja ... iii
Abstract ... iv
Saripati ... v
Kata Pengantar ... vi
Ucapan Terima Kasih ... vii
Daftar Isi... ix
Daftar Tabel ... xi
Daftar Lampiran ... xii
PENDAHULUAN ... 1
LANDASAN TEORI ... 3
Perilaku Biaya ... 3
Teori Deliberate Decision ... 5
Teori Cost Adjustment Delay ... 6
Penelitian Terdahulu ... 6
Perumusan Hipotesis ... 7
METODE PENELITIAN ... 9
Sampel Penelitian ... 9
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12
Gambaran Obyek Penelitian ... 12
Statistik Deskriptif ... 12
Pengujian Hipotesis ... 14
Pengujian Hipotesis Kedua ... 16
KESIMPULAN ... 18
DAFTAR PUSTAKA ... 20
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Pemilihan Sampel ... 12
Tabel 2 Statistik Deskriptif ... 13
Tabel 3 Hasil Pengujian Hipotesis ... 14
Tabel 4 Kinerja Bank Perkreditan Rakyat ... 16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Penelitian ... 22
PENDAHULUAN
Berdasarkan tingkah lakunya terhadap perubahan aktivitas, biaya
dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang
tidak berubah sampai dengan tingkat aktivitas tertentu. Biaya variabel adalah
biaya yang berubah sebanding dengan besarnya perubahan aktivitas. Metode yang
digunakan dalam menentukan pola perilaku biaya dalam akuntansi biaya dan
akuntansi manajemen seperti high-low method, flexible budgeting mengasumsikan
perilaku proporsionalitas biaya. Akan tetapi beberapa hasil penelitian
menyampaikan hal yang berbeda dari perilaku biaya ini. Dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Anderson et al. (2003) mengenai perilaku biaya pemasaran,
administrasi, dan umum (PAU) pada perusahaan di Amerika Serikat ditemukan
bahwa biaya pemasaran, administrasi, dan umum berubah lebih besar ketika
terjadi peningkatan aktivitas dibandingkan ketika terjadi penurunan aktivitas
dalam jumlah yang sama. Calleja et al. (2006) yang menggunakan sampel
perusahaan yang ada di Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan Jerman juga
menemukan bahwa biaya operasi mempunyai perilaku biaya yang sama. Perilaku
ini disebut dengan kelengketan biaya (sticky costs).
Ketika terjadi perubahan aktivitas baik peningkatan maupun penurunan,
manajer akan menyesuaikan sumber daya yang dimiliki dengan perubahan
aktivitas tersebut. Saat permintaan meningkat, perusahaan membutuhkan
tambahan sumber daya untuk menyesuaikan dengan peningkatan aktivitas
tersebut. Lain halnya dengan penurunan aktivitas, ketika manajer yakin bahwa
terjadi pada kondisi yang sedang berfluktuasi, manajer cenderung akan menunda
untuk mengurangi sumber daya yang tidak terpakai. Keputusan manajer tersebut
menyebabkan penurunan biaya pada periode awal terjadinya penurunan aktivitas
akan lebih kecil atau lebih lengket dibandingkan saat terjadinya peningkatan
aktivitas (Anderson et al., 2003).
Penelitian mengenai perilaku biaya pada industri perbankan dilakukan
oleh Porporato dan Werbin (2010) yang menemukan adanya perilaku kelengketan
biaya (sticky costs) pada total biaya di industri perbankan Argentina, Brazil, dan
Kanada. Masing-masing negara memperlihatkan perilaku kelengketan biaya yang
berbeda karena adanya perbedaan struktur biaya pada industri perbankan di tiap
negara. Industri perbankan di Brazil mempunyai proporsi biaya tetap yang lebih
besar sehingga penurunan total biaya yang terjadi lebih kecil dibandingkan
dengan Kanada sedangkan penurunan total biaya yang paling kecil terjadi pada
industri perbankan di Argentina karena beroperasi pada kondisi perekonomian
yang kurang stabil.
Penelitian ini mempunyai konsep yang sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Porporato dan Werbin (2010) yaitu meneliti mengenai perilaku
biaya pada industri perbankan di Indonesia.
Agar dapat meningkatkan pelayanan, bank melakukan ekspansi usaha
dengan membuka kantor cabang dan dibutuhkan juga tenaga profesional untuk
mengelola kantor cabang tersebut. Apabila pendapatan tidak sesuai dengan yang
lebih lama untuk memutuskan akan menutup kantor cabang tersebut. Hal tersebut
membuat peningkatan biaya akan lebih besar dibandingkan dengan penurunan
biaya. Selain itu, industri perbankan di Indonesia mempunyai karakteristik yang
menarik yaitu spread atau selisih antara bunga simpanan dengan bunga kredit
yang besar. Suku bunga pinjaman untuk bank umum per Januari 2012 berkisar
antara 11% - 14%, sedangkan suku bunga simpanan hanya sebesar 2,27% (Bank
Indonesia, 2012). Adanya inefisiensi biaya overhead pada industri perbankan di
Indonesia menyebabkan penurunan BI rate tidak diikuti dengan suku bunga kredit
perbankan. Inefisiensi biaya overhead menjadi indikasi terjadinya kelengketan
biaya (sticky costs). Masalah dalam penelitian ini adalah menguji adanya perilaku
kelengketan biaya pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Alasan menggunakan
objek penelitian BPR adalah karena data BPR yang didapat melalui website resmi
Bank Indonesia adalah data perbankan murni, berbeda dengan laporan keuangan
bank umum yang lebih kompleks transaksinya beserta dengan kegiatan anak
perusahaan yang bergerak di bidang selain perbankan. Tujuan penelitian adalah
menguji dan memperoleh bukti empiris perilaku kelengketan biaya dan melalui
penelitian ini diharapkan konsep kelengketan biaya (sticky costs) dapat menjadi
alternatif yang relevan untuk menentukan perilaku biaya.
LANDASAN TEORI
Perilaku Biaya
Menurut Garrison et al. (2008: 188) yang dimaksud dengan perilaku biaya
aktivitas. Dengan memahami perilaku biaya sebagai respon terhadap perubahan
tingkat aktivitas, manajer dapat membuat perencanaan anggaran dengan lebih baik
sehingga dapat memperkirakan laba yang akan diperoleh.
Kelengketan biaya (sticky costs) adalah perilaku biaya yang perubahannya
tidak sebanding dengan perubahan tingkat aktivitas (Cannon, 2011). Kelengketan
biaya (sticky costs) dapat diamati ketika aktivitas menurun, biaya cenderung
menurun dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan biaya
ketika aktivitas meningkat. Seperti dikutip dari Porporato dan Werbin (2010),
perilaku kelengketan biaya (sticky costs) dikenal melalui penelitian yang
dilakukan oleh Malcom (1991: 76) serta Mak dan Roush (1994). Porporato dan
Werbin (2010) mengutip bahwa beberapa biaya variabel tidak berubah secara
proporsional dengan perubahan aktivitas yang terjadi dan biaya mempunyai sifat
yang lengket karena penurunan biaya membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan kenaikan biaya saat terjadi perubahan aktivitas.
Penelitian khusus mengenai perilaku kelengketan biaya (sticky costs)
pertama kali dilakukan oleh Anderson, Banker, dan Janakiraman (2003) yang
menemukan bahwa untuk peningkatan penjualan sebesar 1%, biaya pemasaran,
administrasi, dan umum (PAU) meningkat sebesar 0,55% dan menurun sebesar
0,35% untuk tiap 1% penurunan penjualan. Anderson menyimpulkan bahwa
kelengketan biaya (sticky costs) terjadi karena keputusan yang dibuat oleh
manajer untuk menyesuaikan kapasitas sumber daya yang dimiliki dengan
Calleja et al. (2006) yang menguji perilaku biaya operasi di perusahaan
yang ada di Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan Jerman menemukan bahwa
rata-rata biaya operasi meningkat 0,97% untuk tiap 1% peningkatan pendapatan
dan menurun sebesar 0,91% untuk tiap 1% penurunan pendapatan. Penelitian
mengenai perilaku kelengketan biaya (sticky costs) di Indonesia dilakukan oleh
Persada (2006) yang menguji perilaku biaya pemasaran, administrasi, dan umum
(PAU) pada perusahaan manufaktur di Indonesia dan menemukan bahwa rata-rata
biaya pemasaran, administrasi, dan umum (PAU) meningkat 0,52% untuk tiap 1%
peningkatan pendapatan dan menurun sebesar 0,33% untuk tiap 1% penurunan
pendapatan. Beberapa hasil penelitian di atas membuktikan bahwa besarnya
perubahan biaya tidak proporsional terhadap perubahan tingkat aktivitas. Perilaku
ini yang disebut dengan kelengketan biaya (sticky costs).
Teori Deliberate Decision
Teori ini menyebutkan bahwa terjadinya perilaku kelengketan biaya
(sticky costs) dipengaruhi oleh keputusan yang dibuat oleh manajer (Anderson et
al., 2003). Manajer mempunyai pertimbangan untuk menyesuaikan sumber daya
berkaitan dengan perubahan aktivitas. Pada saat permintaan penjualan meningkat,
perusahaan akan memutuskan untuk menambah sumber daya yang dibutuhkan
agar dapat memenuhi permintaan pasar. Sebaliknya, manajer akan lebih
konservatif untuk mengurangi sumber daya yang tidak terpakai ketika mengalami
penurunan penjualan. Hal tersebut dikarenakan ketika manajer memutuskan untuk
mengurangi sumber daya maka manajer akan menghadapi resiko tidak dapat
selanjutnya. Sehingga perubahan biaya pada awal periode penurunan penjualan
tidak sebesar ketika penjualan meningkat.
Teori Cost Adjustment Delay
Teori ini menyebutkan kelengketan biaya (sticky costs) terjadi karena
adanya jeda waktu antara pengambilan keputusan untuk mengurangi sumber daya
dengan waktu terjadinya penurunan penjualan (Yasukata dan Kajiwara, 2008).
Manajer lebih memilih untuk menunda mengurangi sumber daya pada awal
periode penurunan penjualan karena masih terdapat ketidakpastian mengenai
jumlah permintaan di masa mendatang. Ketika permintaan menurun dalam jumlah
yang kecil atau dalam kondisi pasar yang tidak pasti, terdapat kemungkinan
jumlah permintaan akan berubah kembali sehingga manajer akan menunda untuk
mengurangi sumber daya. Apabila penurunan penjualan tetap terjadi pada periode
selanjutnya, manajer menjadi lebih yakin bahwa penurunan penjualan akan
bersifat permanen sehingga memutuskan mengurangi sumber daya yang tidak
digunakan untuk mengurangi biaya (Anderson et al., 2003).
Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang dilakukan untuk menguji adanya perilaku
kelengketan biaya (sticky costs) dan faktor lain yang mempengaruhi antara lain
penelitian yang dilakukan oleh Balakrishnan et al. (2004) menemukan bahwa
kelengketan biaya (sticky costs) terjadi ketika aktivitas berubah dalam jumlah
yang besar dan sumber daya yang digunakan berada pada kondisi yang maksimal.
Penelitian yang dilakukan oleh Calleja et al. (2006) membuktikan adanya
bahwa perbedaan sistem pemerintahan dan sistem pengawasan manajerial
masing-masing negara mempengaruhi besarnya perilaku kelengketan biaya (sticky costs).
Balakrishnan dan Gruca (2008) menguji perilaku kelengketan biaya (sticky
costs) dengan membedakan biaya menurut fungsi biayanya terhadap kegiatan
bisnis. Hasil dari penelitian menemukan bahwa biaya yang berhubungan dengan
fungsi utama kegiatan bisnis mempunyai kelengketan biaya yang lebih besar
dibandingkan dengan biaya pendukung kegiatan bisnis.
Penelitian yang dilakukan oleh Porporato dan Werbin (2010) menemukan
bahwa struktur biaya dan kondisi ekonomi mempengaruhi perilaku kelengketan
biaya (sticky costs) di industri perbankan. Kelengketan biaya akan lebih besar
terjadi pada industri yang mempunyai biaya tetap yang lebih besar dan apabila
beroperasi pada kondisi ekonomi yang tidak pasti.
Perumusan Hipotesis
Ketika aktivitas meningkat, manajer akan menambah kapasitas sumber
daya dengan membeli peralatan atau menambah jumlah tenaga kerja agar dapat
memenuhi kebutuhan permintaan pasar. Tetapi saat terjadi penurunan permintaan
dimana terdapat sumber daya atau kapasitas yang tidak digunakan, manajer akan
mempertimbangkan untuk tetap mempertahankan sumber daya tersebut pada awal
periode terjadinya penurunan permintaan (Balakrishnan dan Gruca, 2008).
Apabila penurunan masih terjadi pada beberapa periode berikutnya, manajer dapat
menyimpulkan bahwa penurunan permintaan bersifat permanen sehingga akan
mengurangi sumber daya atau kapasitas yang tidak terpakai untuk mengurangi
dibandingkan dengan penurunan biaya ketika aktivitas berubah pada tingkat yang
sama (Anderson et al., 2003).
Berdasarkan pada perumusan masalah dan penjelasan di atas, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Hipotesis 1: Peningkatan total biaya di bank lebih besar dibandingkan
dengan penurunan total biaya pada tingkat perubahan aktivitas yang
sama.
Struktur biaya mempunyai pengaruh terhadap besarnya kelengketan biaya
(cost stickiness). Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Porporato dan Werbin
(2010) menunjukkan bahwa bank dengan proporsi biaya tetap yang besar akan
mengalami penurunan biaya yang lebih kecil ketika terjadi penurunan penjualan.
Aset membutuhkan biaya penyesuaian yang lebih tinggi karena biaya yang harus
dikeluarkan untuk mengakuisisi atau melepas aset tidak sedikit. Perusahaan perlu
mengeluarkan biaya instalansi dan perawatan ketika mengakuisisi aset tetap dan
menanggung biaya pelepasan ketika akan menjual aset tetap (Anderson et al.,
2003). Biaya penyesuaian tersebut yang membuat adanya jeda waktu untuk
mengambil keputusan dengan waktu terjadinya perubahan aktivitas. Manajer
perlu mempertimbangkan biaya untuk mengurangi (menambah) sumber daya
ketika aktivitas menurun (meningkat) dengan biaya yang dikeluarkan apabila
tetap mempertahankan sumber daya yang tersedia (Anderson dan Lanen, 2009).
Ketika terjadi perubahan aktivitas, perusahaan yang memiliki proporsi aset yang
yang terjadi lebih kecil atau lebih lengket dibandingkan dengan perusahaan yang
memiliki proporsi aset yang lebih rendah (Balakrishnan et al., 2010).
Berdasarkan pada perumusan masalah dan uraian di atas, maka hipotesis
kedua dalam penelitian ini adalah:
Hipotesis 2: Kelengketan biaya akan bertambah pada bank yang memiliki
intensitas aset yang lebih tinggi.
METODE PENELITIAN
Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang
beroperasi di Jawa Tengah sampai dengan tahun 2011 dan secara rutin
melaporkan posisi keuangannya ke Bank Indonesia (BI). Penentuan sampel
dilakukan dengan cara purposive sampling, kriteria yang digunakan adalah Bank
Perkreditan Rakyat yang beroperasi di Jawa Tengah yang melaporkan dan
mempublikasikan laporan keuangan untuk periode Desember 2009 – Desember
2011.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
berupa laporan keuangan masing-masing bank yang dilaporkan ke Bank
Indonesia. Laporan yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
periode Desember 2009 – Desember 2011. Laporan keuangan tersebut diperoleh
melalui website resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id).
Variabel dan Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan empat variabel yaitu total biaya (total costs),
dan intensitas aset (perbandingan total aset dengan total pendapatan). Variabel
total biaya sebagai variabel dependen, sedangkan variabel total pendapatan,
dummy penurunan, dan intensitas aset merupakan variabel independen.
Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi data panel (panel
data regression model). Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan mereplikasi model yang digunakan oleh Porporato dan Werbin (2010)
yang diadaptasi dari model yang diperkenalkan oleh Anderson et al. (2003).
Untuk menguji kelengketan biaya, Anderson et al. (2003) menggunakan interaksi
variabel, Decrease_Dummy yang bernilai 1 ketika pendapatan menurun antara
periode t-1 dan t, dan bernilai 0 ketika pendapatan meningkat.
Persamaan yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama dalam
penelitian ini adalah:
dimana:
Total Income = Pendapatan bunga + provisi/komisi + pendapatan operasional
lainnya + pendapatan non operasional
Total Costs = Beban bunga + Beban administrasi dan umum + beban
personalia + penyisihan aktiva produktif + beban operasional lainnya + beban
Karena Decrease_Dummy bernilai 0 ketika terjadi peningkatan
pendapatan, maka koefisien β1 merupakan besarnya perubahan biaya untuk tiap
1% peningkatan pendapatan. Dan ketika terjadi penurunan pendapatan
Decrease_Dummy akan bernilai 1, sehingga jumlah antara koefisien β1 + β2
merupakan besarnya perubahan biaya untuk tiap 1% penurunan pendapatan.
Persamaan yang digunakan untuk menguji hipotesis kedua dalam
penelitian ini adalah:
dimana:
Total Income = Pendapatan bunga + provisi/komisi + pendapatan operasional
lainnya + pendapatan non operasional
Total Costs = Beban bunga + Beban administrasi dan umum + beban
personalia + penyisihan aktiva produktif + beban operasional lainnya + beban
non operasional
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Obyek Penelitian
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah laporan keuangan Bank
Perkreditan Rakyat di Jawa Tengah periode Desember 2009 – Desember 2011
yang terdaftar di website resmi Bank Indonesia. Berdasarkan data BI, jumlah
Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Tengah pada tahun 2011 sebanyak 263 bank.
Dari jumlah tersebut, yang digunakan dalam penelitian adalah data yang telah
memenuhi kriteria.
Tabel 1.
Hasil Pemilihan Sampel
Kriteria Sampel Jumlah Data
Data BPR di Jawa Tengah yang terdaftar di Bank Indonesia 2009-2011
526
Data BPR yang tidak mempublikasikan laporan keuangan tahun 2009-2011
(64)
Jumlah sampel yang digunakan 462
Sumber: Data penelitian yang diolah, 2012
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai
perubahan total biaya dan total pendapatan dari tahun 2009-2010 dan tahun
Tabel 2.
Rata-rata peningkatan total pendapatan terbesar terjadi pada tahun
2010-2011 sebesar Rp 1.099.053.000, dengan jumlah sampel yang mengalami kenaikan
pendapatan sebesar 79,7% dari total sampel. Sedangkan, rata-rata perubahan total
biaya pada tahun 2010-2011sebesar Rp 654.494.000, dengan jumlah sampel yang
mengalami kenaikan biaya sebesar 76,6% dari total sampel. Hal tersebut
menunjukkan kenaikan pendapatan menyebabkan terjadinya peningkatan biaya.
Jumlah sampel yang mengalami penurunan pendapatan terbesar adalah pada tahun
2009-2010 yaitu sebesar 22,5% dan jumlah sampel yang mengalami penurunan
biaya tahun 2009-2010 sebesar 21,2%. Selisih jumlah sampel ketika pendapatan
meningkat dengan jumlah sampel ketika biaya meningkat sebesar 3,1%,
sedangkan selisih jumlah sampel ketika pendapatan menurun dengan jumlah
sampel yang mengalami penurunan biaya sebesar 1,3%. Hal tersebut
menunjukkan perbedaan perubahan biaya ketika terjadi peningkatan pendapatan
Rata-rata jumlah aset yang dimiliki pada tahun 2010 adalah sebesar Rp
39.920.351.000 dan rata-rata jumlah aset yang dimiliki pada tahun 2011
mengalami peningkatan menjadi Rp 47.270.283.000. Terjadi peningkatan
rata-rata aset yang dimiliki sebesar 18% dan rata-rata-rata-rata peningkatan total pendapatan
yang diterima sebesar 63%. Peningkatan total pendapatan yang lebih besar
dibandingkan dengan peningkatan aset menyebabkan intensitas aset mengalami
penurunan pada tahun 2011.
Pengujian Hipotesis
Hasil uji Hausman dengan nilai signifikansi sebesar 0.243 (model
hipotesis pertama) dan nilai signifikansi sebesar 0.347 (model hipotesis kedua),
menunjukkan bahwa titik potong (intercept) tiap objek penelitian tidak berkorelasi
dengan variabel independennya, sehingga pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan Random Effects Regression Model (REM) (Gujarati dan Porter,
2009: 613).
Tabel 3.
Hasil Pengujian Hipotesis
Variabel (koefisien) Coefficient Std.Eror Sig.
Konstanta 0.018 0.005 0.0013
Perubahan Pendapatan ( )
0.582 0.056 0.0000
Hasil pengujian hipotesis yang pertama dengan sebesar 0.582 dan
berpengaruh signifikan (p-value < 0.05) menunjukkan bahwa variabel perubahan
pendapatan berpengaruh terhadap perubahan total biaya, sehingga total biaya akan
meningkat sebesar 0.582% ketika pendapatan meningkat sebesar 1%. Nilai
koefisien sebesar 0.203 dan tidak berpengaruh signifikan (p-value > 0.05)
menunjukkan variabel penurunan pendapatan tidak berpengaruh terhadap variabel
total biaya. Hasil pengujian menunjukkan perilaku biaya terkait dengan perubahan
aktivitas di BPR. Ketika pendapatan meningkat, biaya akan mengalami kenaikan
karena peningkatan pendapatan diikuti dengan meningkatnya sumber daya yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan permintaan. Akan tetapi ketika pendapatan
menurun, perilaku biaya tidak dapat disimpulkan karena hasil yang tidak
signifikan. Perilaku kelengketan biaya (sticky costs) dapat dilihat apabila hasil
koefisien bernilai negatif dan signifikan. Dari hasil koefisien yang positif
menunjukkan penurunan biaya lebih besar dibanding dengan peningkatan
biayanya yang merupakan indikasi terjadi anti-sticky behavior tetapi hasil tersebut
tidak signifikan. Variabel penurunan pendapatan yang tidak berpengaruh secara
signifikan dapat disebabkan karena pada periode 2009-2011 pendapatan BPR
Tabel 4.
Kinerja Bank Perkreditan Rakyat
2009 2010 2011
Jumlah Kredit (Dalam Milyar Rp) 7,399 8,516 9,788
NPL (Non Performing Loan) 8.35% 7.73% 6.89%
Sumber: Data Statistik Perbankan Indonesia, September 2012
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah kredit BPR di Jawa Tengah
mengalami peningkatan sedangkan rasio NPL mengalami penurunan tiap
tahunnya. Hal tersebut menunjukkan kinerja BPR yang semakin baik karena
meningkatnya jumlah kredit diikuti dengan meningkatnya kualitas kredit. Pada
periode penelitian, kinerja BPR yang membaik membuat jumlah pendapatan tidak
berfluktuasi secara signifikan sehingga menyebabkan variabel penurunan biaya
tidak berpengaruh terhadap perubahan total biaya. Dari hasil pengujian hipotesis
pertama dapat disimpulkan bahwa tidak terbukti terjadi kelengketan biaya (sticky
costs) pada BPR untuk periode 2009-2011.
Pengujian Hipotesis Kedua
Tabel 5.
Hasil Pengujian Hipotesis Kedua
Variabel (koefisien) Coefficient Std.Eror Sig.
Konstanta 0.018 0.005 0.0005
Perubahan Pendapatan ( )
0.577 0.055 0.0000
Decrease Dummy ( ) 1.783 0.312 0.0000
Decr_Dummy*Intensitas Aset ( )
Hasil pengujian hipotesis kedua membahas mengenai variasi tingkat
kelengketan biaya karena intensitas aset yang dimiliki oleh bank. Nilai koefisien
sebesar 0.577 dan berpengaruh signifikan menunjukkan total biaya meningkat
0.577% ketika pendapatan meningkat sebesar 1%. Nilai koefisien sebesar
1.783 dan berpengaruh signifikan menunjukkan perubahan biaya yang lebih besar
ketika pendapatan menurun. Nilai = 2.360 menunjukkan biaya menurun
2.36% ketika pendapatan mengalami penurunan sebesar 1%. Dari hasil pengujian,
tidak terbukti terdapat kelengketan biaya (sticky costs) tetapi yang terjadi justru
penurunan biaya yang lebih besar daripada peningkatan biaya. Penurunan yang
lebih besar terjadi karena penelitian dilakukan pada periode setelah terjadinya
krisis keuangan global. Krisis keuangan menambah ketidakpastian terhadap
permintaan di masa mendatang dan akan mengurangi optimisme manajer.
Sehingga ketika terjadi penurunan penjualan, manajer akan lebih cepat untuk
mengurangi sumber daya yang dimiliki. Hal tersebut menyebabkan biaya akan
menurun lebih besar dibandingkan dengan peningkatan biaya (Banker et al.,
2010). Nilai koefisien yang negatif dan signifikan menunjukkan bahwa
intensitas aset mempengaruhi besarnya perubahan biaya. Nilai
=0.134 menunjukkan biaya menurun 0.134% ketika pendapatan
menurun sebesar 1%. Dari hasil pengujian terlihat perubahan biaya yang lebih
kecil pada perbankan dengan intensitas aset yang lebih tinggi. Bank dengan
intensitas aset yang tinggi menggunakan jumlah aset yang lebih besar untuk
kegiatan operasionalnya, sehingga ketika terjadi penurunan pendapatan, bank
dibandingkan dengan bank yang intensitas asetnya lebih rendah. Hal tersebut
disebabkan karena diperlukan biaya penyesuaian yang besar apabila akan
mengurangi jumlah aset sehingga sulit untuk mengurangi biaya. Hasil pengujian
ini sesuai dengan hipotesis kedua yang menyatakan bahwa kelengketan biaya
akan bertambah pada bank yang memiliki intensitas aset yang lebih tinggi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama, diperoleh sebesar
0.582 yang menunjukkan total biaya meningkat sebesar 0,582% ketika total
pendapatan meningkat sebesar 1%. Sedangkan perubahan total biaya ketika total
pendapatan mengalami penurunan tidak berpengaruh signifikan. Hal tersebut
dapat disebabkan karena kinerja BPR yang membaik sehingga pada periode
penelitian jumlah pendapatan tidak berfluktuasi secara signifikan. Dari hasil
pengujian dapat disimpulkan tidak terbukti terdapat perilaku kelengketan biaya
(sticky costs) pada BPR yang beroperasi di Jawa Tengah.
Hasil pengujian hipotesis kedua dengan menggunakan variabel intensitas
aset sebagai variabel kontrol menunjukkan total biaya meningkat sebesar 0.577%
ketika pendapatan meningkat sebesar 1% dan total biaya menurun sebesar 2.36%
ketika pendapatan mengalami penurunan sebesar 1%. Penurunan biaya yang
justru lebih besar dibandingkan dengan peningkatan biaya disebabkan karena
penelitian dilakukan setelah periode terjadinya krisis keuangan global yang
mengurangi optimisme manajer sehingga akan lebih cepat untuk mengurangi
sumber daya ketika terjadi penurunan pendapatan. Hasil pengujian juga
menurun 0.134% ketika pendapatan menurun sebesar 1%. Penurunan yang lebih
kecil menunjukkan bahwa bank dengan intensitas aset yang tinggi memerlukan
biaya penyesuaian yang besar terkait dengan aset yang dimilikinya sehingga akan
lebih sulit untuk mengurangi biaya. Hasil pengujian menunjukkan hipotesis kedua
dapat diterima.
Dengan hasil penelitian yang terbukti bahwa biaya tidak berubah secara
proporsional terkait dengan perubahan aktivitasnya, manajer dapat membuat
perencanaan anggaran yang lebih baik terutama terkait dengan proporsi aset tetap
yang dimiliki perusahaan karena struktur biaya mempengaruhi besarnya
perubahan biaya ketika pendapatan berubah. Karena perilaku kelengketan biaya
(sticky costs) terlihat pada bank dengan intensitas aset yang tinggi maka bagi bank
dengan intensitas aset yang tinggi dapat menyewa kantor, kendaraan dan
outsourcing tenaga kerja agar dapat menurunkan biaya penyesuaian sehingga
perubahan biaya terkait perubahan aktivitas dapat lebih mudah dikelola.
Penelitian ini mempunyai keterbatasan karena menggunakan total biaya
dan total pendapatan sebagai variabel penelitian. Untuk penelitian selanjutnya
dapat menggunakan variabel biaya operasional dan pendapatan operasional karena
variabel tersebut berhubungan secara langsung dengan volume aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, M., Banker, R., dan Janakiraman, S., 2003, Are Selling, General and
Administrative Costs “Sticky”?, Journal of Accounting Research Vol. 41 No. 1,47-63.
Anderson, S.W., dan Lanen, W.N., 2009, Understanding Cost Management: What Can We Learn from the Empirical Evidence on “Sticky
Costs?”, Working Paper, yang diunduh dari
http://www.hbs.edu/units/am/docs/CostManagement.pdf tanggal 23 Juni 2012.
Balakrishnan, R., Petersen, M., dan Soderstrom, N., 2004, Does Capacity
Utilization Affect the “Stickiness” of Cost?, Journal of Accounting, Auditing & Finance Vol.19 No. 3,283-299.
Balakrishnan, R., dan Gruca, T.S., 2008, Cost Stickiness and Core Competence: A Note, Contemporary Accounting Research Vol. 25 No. 4,993-1006. Balakrishnan, R., Labro, E., dan Soderstrom, N., 2010, Cost Structure and
Bank Indonesia, 2012, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Jakarta, yang
diunduh dari
http://www.bi.go.id/web/id/Statistik/Statistik+Ekonomi+dan+Keuangan+ Indonesia/Versi+HTML/Sektor+Moneter/ tanggal 7 Maret 2012.
Bank Indonesia, 2012, Statistik Perbankan Indonesia, Statistik Perbankan Indonesia Vol. 10 No. 9, yang diunduh dari http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/2DDDCD45-BC93-4625-AFC6-7A58E6B676A0/27505/SPISeptember2014.pdf tanggal 5 Desenber 2012.
Cannon, J., 2011, Determinants of “Sticky Costs:” An Analysis of Cost
Behavior using United States Air Transportation Industry Data., AAA 2012 Management Accounting Section Meeting Paper, yang diunduh dari http://ssrn.com/abstract=1895615 tanggal 11 Januari 2012.
Garrison, R.H., Noreen, E.W., dan Brewer, P.C., 2008, Managerial Accounting, McGraw-Hill, New York.
Gujarati, D.N., dan Porter, D.C., 2009, Basic Econometrics, McGraw-Hill, New York.
Persada, I., 2006, Cost Behavior Analysis: The Stickiness of Selling, General, and Administrative Cost. An Empirical Study on Indonesian Manufacturing Companies Listed in Jakarta Stock Exchange., Tesis Program S2, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, yang diunduh dari http://rac.uii.ac.id/2008042502343200312100 tanggal 11 Januari 2012.
Porporato, M., dan Werbin, E., 2010, Active Cost Management in Banks: Evidence of Sticky Costs in Argentina, Brazil, and Canada, AAA 2011 Management Accounting Section Meeting Paper, yang diunduh dari http://ssrn.com/abstract=1659228 tanggal 11 Januari 2012.
Yasukata, K., dan Kajiwara, T., 2008, Are “Sticky Costs” the Result of
Lampiran 1 7 PT BPR Inti Ambarawa Sejahtera -0.1028 0.1208 0.1018 0.1265 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 8 PT BPR Klepu Mitra Kencana 0.0003 0.0414 -0.0108 0.0312 -0.0108 0.0000 -0.0069 0.0000 17 PT BPR Swadharma Makmur Artha
Sembada
-0.0255 0.0579 -0.0963 0.0403 -0.0963 0.0000 -0.0693 0.0000
No Nama BPR Log Total Biaya Log Total 70 PT BPR Panasayu Arthalayan Sejahtera -0.0759 0.1032 -0.0459 0.1104 -0.0459 0.0000 -0.0322 0.0000
No Nama BPR Log Total Biaya Log Total 106 PT BPR Lumbung Artha Muntilanindo 0.0794 0.0528 0.0588 0.0607 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 107 PT BPR Mulyo Lumintu 0.0121 -0.0014 -0.0243 0.0048 -0.0243 0.0000 -0.0159 0.0000 108 PT BPR Prima Mertoyudan Sejahtera 0.0239 0.0667 0.0351 0.0562 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
No Nama BPR Log Total Biaya Log Total Pendapatan
Dummy_Log Pendapatan
Dummy_ LogPndptan_Log
Lampiran 2
Hasil Uji Regresi Model 1
Uji Hausman
Uji Hausman dilakukan untuk menentukan model regresi panel yang lebih
baik digunakan antara Fixed Effects dengan Random Effects. Apabila terdapat
korelasi antara titik potong (intercept) dengan variabel independennya dapat
menggunakan model Fixed Effects. Sebaliknya apabila tidak terdapat korelasi
antara titik potong (intercept) dengan variabel independennya dapat menggunakan
model Random Effects karena model tersebut dapat memperbaiki efisiensi
estimasi (Gujarati dan Porter, 2009: 613).
(High values of LM favor FEM/REM over CR model.) Fixed vs. Random Effects (Hausman) = 2.83
Hasil uji Hausman menunjukkan p-value sebesar 0.243 yang berarti tidak
terdapat korelasi antara titik potong (intercept) dengan variabel independennya
sehingga pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model Random
Random Effect Model Constant .0175422 .0054366 3.227 .0013
(High values of LM favor FEM/REM over CR model.) Fixed vs. Random Effects (Hausman) = 3.30
Hasil uji Hausman menunjukkan p-value sebesar 0.347 yang berarti tidak
terdapat korelasi antara titik potong (intercept) dengan variabel independennya
sehingga pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model Random
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Stefany Triana Putri
Nim : 232009050
Alamat : Jalan Pekih Nomor 35 RT 02/ RW II Sokanegara Kab.
Banyumas 53115
Judul Skripsi : PERILAKU KELENGKETAN BIAYA (STICKY COSTS)
PADA INDUSTRI PERBANKAN DI JAWA TENGAH
Pendidikan Formal
SD Santa Maria Purwokerto (1997 – 2003)
SMP Negeri 1 Purwokerto (2003 – 2006)
SMA Negeri 1 Purwokerto (2006 – 2009)
Pengalaman Organisai
Panitia Seminar “Prospek Perdagangan Berjangka Komoditi Sebagai
Alternatif Investasi”
Korps Asisten Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW mata kuliah
Akuntansi Keuangan Lanjutan semester genap 2011/2012
Korps Asisten Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW mata kuliah