• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gender, Kekuasaan, Dan Resistensi Pada Masyarakat Adat Kampung Kuta, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gender, Kekuasaan, Dan Resistensi Pada Masyarakat Adat Kampung Kuta, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

Gender , Kekuasaan, dan Resistensi pada Masyarakat

Adat Kampung Kuta, Kabupaten Ciamis, Jawa Bar at

Oleh:

Lina Meilinawati Rahayu, M.Hum. Muhamad Adji, M.Hum. Nani Dar mayanti, M.Hum.

Dibiayai oleh Dana DIPA Univer sitas Padjadjaran Tahun Anggaran 2010

Nomor SPK 6 89/ H6.26/ LPPM/ PL/ 2 0 10 Tanggal 29 Mar et 2010

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS SASTRA

(2)

TAHUN ANGGARAN 2010

1. Judul Peneli tian : Gender , Kekuasaan, dan Resistensi pada Masyar akat AdatKampung Kuta, Kabupaten Ciamis, Jawa Bar at

2. Kategor i Penelitian: BAHASA, SENI, DAN BUDAYA

3. Ketua Penel iti

7. Jumlah Biaya : 7.000.000,00 (tujuh juta r upiah rupiah) Bandung, November 2010 Mengetahui Ketua Penel iti,

Dek an Fakultas Sast r a,

Pr of. Dr . Dadang Suganda, M.Hum. Lina Meilinawati Rahayu, M.Hum.

NIP 196010231985031015 NIP 197005312001122001

Menyetujui

Kepala Lembaga Peneli tian dan Pengabdi an kepada Masyar akat Univer sitas Padjadjar an,

(3)

iii

(4)

iv

peneliti an ini selesai kami susun. Peneliti an ini sangat mer angsang kami khususnya

dosen-dosen muda dal am mengembangkan il mu dan juga mel aksanakan salah satu

tri dhar ma per gur uan tinggi. Dengan melakukan penelitian juga menambah

waw asan dan pengetahuan kami dal am bidang ilmu yang k ami geluti juga ilmu-ilmu

penunjang dalam peneliti an budaya.

Peneliti an ini tidak akan terlaksana tanpa ker ja sama dar i tim peneliti

khususnya juga penyandang dana umumnya ser ta pihak-pihak yang tur ut terlibat

dalam penelit ian ini.

Tak l upa kami ucapkan teri ma kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu kami, a.l

1. Pihak Pember i Dana dalam hal ini DIPA Unpad.

2. Pemda Kabupaten Ci amis

3. Dekan Fakultas Sastra

4. Evaluator Peneli tian di Fakultas dan Univer sitas

5. Rekan-r ekan di Jurusan Sastr a Indonesi a, Fakul tas Sastr a

Besar har apan kami penelitian ini dapat menjadi sesuatu yang ber manfaat bagi kami

khususnya juga bagi per kembangan ilmu sastr a pada umumnya.

(5)

v

2.1 Feminisme: Hegemoni dan Ideologi Domi nan……… 9

2.2 Keker asan Simbolis………. 12

Bab III: Hasil dan Pembahasan……… 14

3.1 Kondisi Sosial Kampung Kut a……….. 14

3.2 Per an Per empuan di Kampung Kuta……… 21

3.2.1 Per an Per empuan dalam Menyok ong Ek onomi Keluarga 21 3.2.2 Per an Per empuan dalam Masalah Rumah Tangga…….. 23

3.3 Mer ekonstruksi Citr a dan Menginter pr et asi Reali tas…… 28

3.3.1 Melanggengkan Keter gantungan……… 29

3.3.2 Mengeluark an Pendapat tanpa Hak Memutuskan……… 32

Bab IV: Kesimpulan dan Sar an……….. 34

4.1 Kesimpulan……… 34

4.2 Sar an………. 35

Daftar Pustak a………. 36

(6)

vi

Halaman

Gb. 1 Jalan masuk menuju Kampung Kuta ... 16

Gb. 2 Rumah masyarakat Kuta ... 17

Gb. 3 Dapur di salah satu rumah masyakar at Kuta ……… 18

Gb. 4 Papan pengumuman yang mengingatkan pentingnya menjaga ………… 19

Gb. 5 Tampak depan dan denah rumah adat masyar akat Kuta……….. 20

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di Indonesia ada banyak masyarakat adat yang tetap memper tahankan adatnya melalui ber bagai car a. Di ant ar anya t etap memper t ahank an kondisi lingkungan dan car a hidup yang selama ini di anutnya. Di Jaw a Bar at ada beberapa kelompok masyar akat ter sebut, seper ti Kampung Naga di Tasi kmalaya, Kampung Cik ondang di Pangalengan (Bandung), Kampung Mahmud di Margaasih (Bandung), Kampung Ciptagelar (Ci solok Sukabumi), Kampung Duk uh (Cik elet Gar ut) ser ta Kampung Kuta di Kecamatan Tambaksar i Ci amis.

(8)

mer ek a. Ar tinya, jik a ada anggota kelompok yang ingin membangun r umah dan keluar ga baru maka mer eka harus ber mi gr asi secara per manen ke luar dar i w ilayah adat mer eka. Lain lagi yang ter jadi dalam masyarakat adat di Ciptagelar yang memilih untuk ber mi gr asi dalam bentuk ber pi ndah-pi ndah tempat tinggal secar a ber kelompok sehingga lingk ungan tetap member ikan daya dukung ter hadap w ar ga yang mendiaminya.

(9)

War ga Kuta memili ki kear ifan ter sendir i dalam mengendalikan populasi. Keter angan sementar a yang di per oleh (Runal an, 2006; i nfor masi pr imer dar i Bapak Kar man(Ketua Adat) ser ta Bapak Mar yono(Sesepuh Adat)) menyatakan bahw a populasi penduduk Kampung Kuta tidak mengalami per tambahan yang signifikan. Dar i pengamatan sementar a di lapangan, pada siang dan sor e har i suasana perk ampungan tet ap lengang. Kondisi ini ber tolak belak ang di bandingk an dengan perk ampungan atau per umahan masyar ak at pada umumnya. Suasana per k ampungan/ per umahan di desa at au di kota pada pagi dan sor e har i ak an selalu r amai oleh anak-anak yang ber mai n, tetapi di Kuta suasana seper ti itu ti dak di temukan.

Secar a administr atif Kampung Kuta ber ada di Desa Kar angpaningal, Kecamat an Tambaksari , Kabupaten Ci amis. Kampung memi liki luas ar ea total 97 ha, ter di ri dar i 57 ha lahan pemukiman, pesaw ahan, dan tegalan ser t a 40 ha hutan k er amat (kar amat). Kampung Kuta ber ada di timur Ci ami s dan ber jar ak 45 Km dar i pusat kota kabupaten. Menuju ke Kampung Kuta dapat ditempuh dengan dua akses jalan. Jik a dar i ar ah Kota Ci ami s menuju Kuta dapat dicapai melal ui jalan k abupaten menerobos Kecamat an Sukadana, Rancah menuju pusat Kecamatan Tambaksar i dan l angsung menuju k e Kampung Kuta. Akses l ainnya menuju Kuta juga dapat ditempuh dar i Ciamis melalui Kota Banjar .

(10)

ar en menj adi mata pencahari an sebagi an besar penduduk sehingga pr oduksi gula ar en dapat dianggap sebagai pr oduk unggulan di Kampung Kuta. Jumlah pohon ar en yang ada di Kampung Kuta sebanyak 985 pohon yang masih pr odukti f. Seti ap keluarga di Kampung Kuta r ata-rata memil iki 7 atau 8 pohon ar en pr oduktif yang seti ap harinya di sadap ( diambil air ni r anya). Rata-r at a pr oduksi har ian gula ar en per r umah tangga sebanyak 1,5 k g.

Pendi dik an for mal w ar ga Kampung Kuta tidak begitu baik. Minat penduduk Kampung Kuta untuk menyekolahkan anak-anaknya r elatif kurang, ter utama minat untuk melanjutkan k e jenjang Sek olah Menengah Per tama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas ( SMA). Rata-r ata penduduk hanya menamatkan j enjang Sekolah Dasar (SD). Alasan utama keengganan menyek olahk an anak-anak nya ke j enj ang sekolah lanjutan disebabkan oleh kondisi ekonomi par a or ang tua, alasan lainnya jar ak sek olah lanjutan yang jauh.

(11)

w ar ga Kampung Kuta (misalnya karena menikah dengan or ang Kuta dan tinggal di Kuta) maka yang bersangkutan w ajib mematuhi aturan-atur an adat Kuta.

Pengendal ian populasi ber kai tan er at dengan per an perempuan dalam mengatur k el ahi ran. Di Kampung Kuta ada dua hal penting yang ak an diteliti di si ni, yaitu (1) per an per empuan dalam mengemuk akan pendapat dan mengatur jumlah anak ser ta (2) per an perempuan dalam menunjang pendapatan keluar ga.

Dengan demikian, per empuan di Kampung Kuta memilik i peran penting terutama dalam r uang domestik . Mer ek a ik ut ber peran dalam menyokong perekonomian keluar ga juga diber i hak untuk ber pendapat dan menentuk an j umlah anak yang diinginkan. Per empuan ber tugas untuk mengolah ni ra hingga menjadi gula aren, sementar a laki-laki ber tugas menyadap nir a. Perempuan boleh ber pendapat dan menentukan jumlah anak yang diinginkan, tetapi l ak i-lak i yang berhak untuk membuat k eputusan. Di satu sisi per empuan diber i peran dal am rumah tangga, tetapi per an itu tidak lepas dari k ek uasaan laki-lak i. Oleh sebab itu, penelitian ini akan meneliti mengenai Gender , Kekuasaan, dan Resi st ensi di Masyar akat Adat Kampung Kuta, Kabupaten Ciamis, Jawa Bar at.

1.2 Per umusan Masalah

(12)

Kuta. Per tama, per an per empuan dalam membantu perekonomian keluar ga. Perempuan ber tugas untuk mengolah nir a sampai menjadi gula aren di r umah. Nir a tersebut hasil sadapan laki-laki (suami). Dengan k ata lain, per empuan bisa menopang per ekonomian keluar ga dengan membuat gula, tetapi bahan bakunya tetap ber gantung pada hasi l sadapan l ak i-lak i. Kedua, per empuan diber i hak untuk berpendapat dalam r umah t angga juga dalam menentukan jumlah anak, tetapi yang memutuskan tetap laki-laki. Dengan demik ian, peran ini tidak lepas dar i r elasi k ek uasaan lak i-laki. Landasan teori yang dipak ai adalah k ek er asan si mbolis dan r eproduk si sosi al Pi er r e Bour dieu. Landasan metodologis adalah pembacaan feminis dengan k er angk a teor i kaji an budaya feminis sehingga memungk inkan peneliti untuk mengambi l posisi berpihak pada per empuan.

1.3 Tujuan penelitian

(13)

1.4 Kontr ibusi Penelitian

Peneliti an ini dihar apkan dapat member ikan k ontr ibusi pada Pengembangan Il mu Penget ahuan, Tek nologi, dan Seni (Kategor i

Penelitian I). Penelitian ini akan membukti kan teori r elasi kuasa dalam per spek tif feminisme pada masyar ak at adat Kampung Kuta di Kabupaten Ciamis. Aplik asi teor i yang langsung diterapk an secar a nyata pada

1.5 Metode Penelitian

Peneli tian ini memakai dua met ode: kuanti tatif dan k ualitati f.

Setting

Peneli tian dil ak sanakan dengan mel ihat langsung ke lapangan (Masyar akat Adat Kampung Kuta di Ciamis)

Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

(14)

2. I nter view (wawancar a)

Inter view k ami pak ai untuk memper oleh data mengenai pengak uan mer eka (l aki -lak i dan per empuan) tentang hak dan kew aji ban mer eka dalam r umah tangga ( r uang domestik) dan r uang publik. Selain itu, w aw ancar a dilakuk an untuk menget ahui sejauh mana pembagian per an dalam r umah tangga.

Analisis Data

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gender adalah car a melihat dan mer epresentasikan manusi a ber dasar kan jenis kelaminnya. Gender adalah hasil dari k onstr uk si sosial yang dik ategori kan sebagai sifat at au peri lak u. Hal i ni dipengar uhi oleh car a pandang masyar akat (Goodman, vi i). Gender dibedakan dari penger tian jenis kelamin seseor ang yang mer upak an faktor biol ogis yang dianggap tidak dapat diubah. Dalam aktivitas k ehi dupan sehari-hari dapat dilihat diber lak ukannya pembedaan antar a pekerj aan per emuan ( r anah domestik) dan pek er jaan l aki-laki (r anah publ ik). Dalam masyar ak at yang masih memi liki car a pandang t radi sional pembagian per an di yakini sebagai sesuatu yang alamiah. Hal t er sebut menunjukkan adanya r elasi kekuasaan yang ber main. Dengan kata lain, ada ideologi yang mendasari pembagian per an t er sebut. Oleh sebab itu, teor i yang dijadikan pijakan dalam penelitian i ni adal ah feminisme yang menitikber atkan pada hegemoni dan ideologi domi nan ser ta k eker asan simbol is.

2.1 Feminisme: Hegemoni dan Ideologi Dominan

(16)

sebagai “gender on t he agenda” yaitu pembacaan dengan memper hatikan isu gender yang mendasar i pembacaan tek s. Ideologi gender dapat dipak ai sebagai alat untuk membongkar mitos-mitos dan praktek-praktek sek si s (yang telah diter ima sebagai kebenar an univer sal ) yang ada dalam t eks yang diteliti. Ideologi gender adalah sebuah cara pik ir atau car a pandan g yang ber mula dar i per bedaan pembagian per an untuk per empuan dan laki-laki dalam masyar ak at yang er at terk ait dengan relasi kekuasaan.

Pembacaan ter hadap per an per empuan di Kampung Kuta dil akukan untuk melihat ideologi gender yang ber main di dal amnya. Gender adalah hasil konstr uk si sosial yang dipengar uhi oleh stereotipe-stereotipe mengenai apa yang dikategor ikan sebagai si fat atau per ilaku dan car a pandang masyarakat (Goodman,1996:vii). Menur ut Butler (1999) gender selalu ter kait dengan aspek-aspek seperti r as, kelas, etnisitas, sek suali tas, dan lok ali tas sehingga gender ti dak bi sa bebas dar i politik dan budaya yang mempr oduksi dan memper tahankannya. Sejalan dengan pendapat Scoot (1986) bahw a konsep gender adalah k onsep yang terk ait dengan r elasi k ekuasaan sehingga gender adalah sebuah konstr uksi yang “seolah-olah” menjadi alamiah dal am konteks r elasi kuasa. Dengan demik ian gender menjadi sebuah ideologi.

(17)

per empuan yang memasuk i r anah publik dan laki-l ak i yang memasuki r anah domestik akan mendapat sank si sosial . Hal tersebut memper lihatkan adanya r elasi k ek uasaan yang ber main kar ena ada ideologi yang mendasar i pembagi an per an ter sebut. Walaupun k osep gender net r al dan tidak membedakan antar a lak i-laki dan per empuan, konsep tersebut ber mul a dan ber kembang di dunia Bar at dalam meli hat banyaknya ketimpangan-k etimpangan sosial yang di alami per empuan ketimpangan-karena ideologi patr iarketimpangan-k i. Lak i-lak i juga bisa menjadi k or ban sehingga konsep gender lebih tepat digunak an dalam melihat ketimpangan-k etimpangan dalam masyar ak at akibat bek er janya sebuah ideologi . Untuk kepentingan penelitian ini, analisis gender difok uskan ter utama pada per empuan.

(18)

2.2 Keker asan Simbolis

Landasan teor eti s atas pembacaan posisi per empuan di masyar ak at Kampung Kuta akan menggunakan teor i keker asan si mbolis dan r epr oduksi sosial yang dikemukak an Pierr e Bour dieu. Asumsi dasar Bour dieu tentang keker asan simboli s adalah pemak saan sist em simbolisme dan makna (misalnya kebudayaan) ter hadap k elompok atau kelas sedemiki an rupa sehingga hal ini dialami sebagai sesuatu yang sah. Legitimasinya meneguhkan relasi k ekuasaan yang menyebabkan pemak saan ter sebut ber hasi l. Selama dia diter ima sebagai sesuatu yang sah, kebudayaan memperk uat dirinya melalui r elasi kekuasaan t er sebut, memberi kan k ontr ibusi k epada r epr oduksi sist emati s mer eka.

Bour dieu dal am Jenki ns (2004) r elasi kek uasaan diraih melalui proses “salah mengenali” (misrecognit ion) suatu pr oses k etik a r elasi k ekuasaan ti dak diper sepsik an secar a objektif, tetapi dalam bentuk yang menjadikan mer ek a absah di mata pemel uknya. Dalam masyar ak at Kampung Kuta, perempuan tidak menyadar i bahw a sesuatu yang ter jadi padanya merupakan k ek er asan simbol is kar ena selama ini diteri ma sebagai sesuatu yang sah. Kondisi seper ti ini Bour di eu menyebutnya dengan istilah

(19)
(20)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1

Kondisi Sosial Kampung Kuta

Nama Kampung Kuta ber asal dar i kata ”kuta-k uta” (bahasa Sunda) yang ber arti t ebing. Nama ini langsung menunjuk k epada w ilayah Kampung Kuta yang letak nya dikelilingi tebing cur am setinggi  75 m. Mer ujuk k epada sejarah, dalam beber apa dongeng Sunda seri ng di sebut ter dapat Nagar a Bur ung (negar a yang gagal, yaitu tempat yang gagal menjadi ibu k ota dar i Ker ajaan Gal uh). Nama tempat ter sebut ialah Kuta Pandak atau k ini lebih dikenal dengan nama Kampung Kuta.

(21)

dituakan di k ampung. Jabatannya ber sifat turun-temur un dan masih memilik i gar i s ketur unan kerajaan dahulu, sedangk an Ketua Adat dibentuk masih relatif bar u untuk menangani urusan k eluar yang ber kaitan dengan adat. Ketua adat dipilih secar a musyawar ah oleh war ga.

(22)

Gb. 1 Jalan masuk menuju Kampung Kuta ( Foto: Dadi)

(23)

Gb. 2 Rumah masyar akat Kuta ( Foto: Dadi)

(24)

Gb. 3 Dapur di salah satu r umah masyakar at Kuta ( Foto: Dadi)

(25)

Menur ut catatan Kepala Dusun ada 1 or ang w ar ga lulusan per guruan tinggi dan 1 or ang lagi sedang menempuh strata-1. Sayangnya, sar jana t er sebut tidak k embali k e kampung halaman dan lebih memil ih menet ap di k ota.

Gb. 4 Papan pengumuman yang mengingatkan pentingnya menjaga lingkungan ( Foto: Dadi)

(26)

tinggal di Kuta) mak a yang bersangkutan w aj i b mematuhi atur an-atur an adat Kuta.

Sel ain itu w ar ga k ampung kuta masih memper tahankan bentuk r umah tr adisional k has Sunda. Dalam Kompas, 24 September 2010 dibahas r umah khas masyar akat k ampung Kuta. Rumah ter sebut berbentuk panggung dengan tinggi 50-60 sentimeter di at as permuk aan tanah. Bentuk r umah persegi panjang, r ata-r ata ber uk ur an 6X10 meter . Dinding r umah ter buat dar i papan atau bilik bambu, sement ara atap dar i r umbia atau i njuk. War ga k ampung Kuta memper t ahankan ini k ar ena mematuhi lel uhur yang melar ang membangun r umah tembok ber at ap gent eng. Per hatikan gambar r umah masyarakat k ampung Kuta di baw ah i ni

(27)

3.2 Peran Perempuan di Kampung Kuta

3.2.1 Peran Perempuan dalam Menyokong Ekonomi Keluarga

Keluar ga i alah satuan fungsional yang ter di r i dari ayah, ibu, dan anak. Penduduk Kuta menempatk an ayah sebagai kepal a r umah tangga yang menentukan kebij ak an str ategis dalam kel uarga. Dalam hal ini seor ang suami menj adi tulang punggung ekonomi r umah tangga. Namun, dalam kehidupan sehar i-hari , pemenuhan kebutuhan hidup ser ta peran anggota keluar ga lai n tur ut membangun r umah tangga dari sisi ekonomi. Har i-har i penduduk Kuta dihabiskan di ladang atau di saw ah. Suami dan isteri ser t a anak bekerj a bahu- membahu menger jakan tugas-tugas di ladang at au di saw ah. Yang menar ik ialah kesanggupan w anit a/ ist r i untuk menangani tugas-tugas yang biasanya ditangani oleh suami. Seor ang i bu yang menjadi nar asumber menyatakan bahw a dia sudah ter biasa menyabit r umput untuk pakan ter nak sapi yang mer ek a mil iki. Di a juga sanggup mencangkul bahk an mengumpulkan kayu bakar k arena suami memili ki peker jaan lai n (sebagai tuk ang k ayu).

(28)

Ber kenaan dengan peker jaan membuat gula ar en, pembagi an ker ja menjadi lebih jelas. Suami mempunyai tugas untuk menyadap dan memanen ni r a dar i pohon di kebun, sedangkan isteri bertugas untuk mengolah hasil sadapan di dapur yang dibaw a oleh suami ke r umah. Gul a sebagai pr oduk utama ekonomi Kampung Kuta sel anjutnya dikemas untuk dijual k epada pengepul dan selanjutnya dijual k e luar Kampung Kuta. Peker jaan membuat gula dilakukan mulai pagi hingga menjelang si ang. Setelah selesai dengan pek er jaan membuat gula, biasanya isteri per gi k e luar r umah untuk bek er ja di ladang atau di saw ah. Bar u pada sor e har i suami , isteri , dan anak dapat ber kumpul di rumah untuk ber cengkr ama dan ber istir ahat.

Ber beda dengan suasana di kampung pada umumnya, suasana di Kampung Kuta begitu l engang. Hampi r tidak tampak r amai anak-anak yang ber main kian k emar i. Jik a ada anak -anak yang ber kumpul biasanya mer ek a melakukannya sambil pulang dari sek olah atau dar i bel ajar mengaji dan jumlah mer eka pun tidaklah banyak.

Mer uj uk pada penelitian Dadi (2008) tentang per an isteri dalam k eluar ga, par a suami yang menjadi r esponden mengak ui bahw a ister i i alah pendamping hidup suami yang paling penting. Par a suami masih mengak ui menjadi tulang punggung keluarga. Bahkan Pak Juhana mengat akan,

”Lamun t eu aya lalaki di imah kumaha at uh bar ang dahar budak? Najan

pamajikan bi sa ngawakilan pagawean salaki t api t eu sadaya pagawean bisa

(29)

anak bisa makan? Walaupun ister i dapat menggantikan peker jaan suami tapi tidak semua pek er jaan itu mampu ditangani!).

Tapi ter lepas dar i k elemahan ist eri, pada saat ter dapat hal ter tentu yang patut dir embugk an banyak suami yang menjadi r esponden membebask an ister i untuk memilik i pendapatnya sendiri w alaupun mer eka mer asa dir inya masih memi liki hak yang paling tinggi untuk membuat keputusan. Ini mer upak an fakta maju kar ena ada kesempat an untuk w anita/ i ster i mengemukakan aspir asi nya. Suami juga menyadar i bahw a menjadi seor ang ister i atau ibu itu sangat ber at. Apalagi diakui oleh sebagi an besar suami bahw a peran i ster inya sangat besar dalam tur ut membantu memenuhi k ebutuhan r umah tangga.

Pendapat-pendapat di atas menunjukkan bahw a w alaupun par a suami / laki-laki Kuta termasuk masyar akat yang k ukuh memper tahankan adat tetapi pandangan-pandangannya mengenai k edudukan seor ang i ster i sudah maju. Ter dapat pembagian per an yang hampir sei mbang antar a suami dan ister i dalam r umah tangga. Bahk an jika dilihat dari ker agaman per an yang diemban oleh suami dan isteri maka seor ang ist er i dar i w arga Kuta memilik i keseimbangan peran yang l ebi h baik dibandingk an dengan k esei mbangan per an dar i ister i di tengah masyar ak at pada umumnya.

3.2.2 Peran Per empuan dalam Masalah Rumah Tangga dan Menentuk an Jumlah Anak

(30)

lagi ber tumpu sebagai pek er ja yang membantu tugas-tugas Bapak / Ibu. Beber apa r esponden sudah ada keinginan untuk dapat menyekolahkan anaknya k e kota untuk mendapatk an k edudukan yang l ebih baik. Tetapi k einginan ter sebut masih ter kendala oleh k emampuan ekonomi yang ter batas. Mengikuti teor i yang ber kembang dalam demogr afi, war ga Kuta dalam hal ini tidak lagi menempatk an anak sebagai faktor pr oduksi semata tetapi sudah mulai ber geser menilai anak sebagai faktor ut ili t y (k epuasan). Ter dapat per bedaan pandangan anak sebagai faktor ut i lit y antar a negar a maju dengan war ga adat Kuta. Di negar a maju anak dipandang sebagai

ut ilit y fact or mak a or ang tua sama sek ali tidak menghar apk an bantuan dar i anak setelah anak menj adi besar . Yang penting anak ber hasil hidup dan mencapai k esuk sesan. Sedangkan bagi or ang Kuta anak dianggap memuask an j ika sudah tidak menjadi beban or ang tua. Or ang tua masih ber har ap anak member ik an kontr ibusi secar a ek onomi terhadap or ang tua.

(31)

satu keluar ga. Car a pandang i ni dapat dik atakan maj u (modern) kar ena di tengah masyar akat pada umumnya hingga k ini masih ada pendapat bahw a memilik i anak yang banyak ak an menolong or ang tua dalam memenuhi k ebutuhan keluar ga.

Peneliti menemuk an 3 dari 10 keluarga yang di w awancar ai ternyata tidak memili ki anak dan sisanya j uga tidak memilik i anak lebi h dar i dua. Untuk r umah tangga tanpa anak mer ek a menyebutnya sebagai ”gabug”. Ketika di tanyakan alasan mengapa mereka bi sa memilik i jumlah anak yang sediki t semula mer eka hanya menjawab bahw a: ”Duka t euing,... da t os

t idit una kit u bae!’’ (ti dak tahu karena sudah dar i sananya seper ti itu!”). Mer eka memang tidak bi sa menjelask an secara ter buka atas k enyataan mereka ti dak memili ki anak banyak . Menurut Ibu Nyai yang usianya sudah di a atas 50 tahun dan ber anak 1, fak ta bahw a ibu-ibu di Kampung Kuta memiliki anak yang sediki t sudah ber langsung lama. Kakek/ nenek dar i Ibu Nyai juga hanya memilik i anak dua. Nar a sumber lai n ber hasil diper ol eh i nfor masinya mengungk apkan bahw a jauh sebelumnya orang-or ang tua di Kampung Kuta memil iki anak yang lebih dari dua, tetapi itu ter jadi sebelum dikenal Progr am Keluar ga Ber encana (KB) yang diluncurk an pemer int ah.

(32)

mak a itu ibar atnya ”titah r aja” yang har us dijunjung dan di lak sanakan dengan baik. Maka ketika tahun 70-an Pr gor am KB di per k enalk an kepada w ar ga Kuta, secar a tanpa syar at mer eka mematuhinya sebagai sebuah k ehar usan. Ada banyak pr ogram l ain yang memenuhi indikasi seperti i tu, ter masuk yang paling ak hir setel ah Kampung Kuta mer aih pr estasi pemenang Kalpataru dengan Kategor i Penyelamat Li ngk ungan. Atas prest asi ter sebut, k emudian war ga diber ik an ber bagai sti mulus dalam ekonomi r umah tangga, diantaranya pember i an bantuan ternak domba secara ber gilir . Bantuan ter nak ter sebut benar-benar dipelihar a dengan baik sehi ngga populasi domba bantuan menjadi begitu banyak. Ki ni w ar ga yang per tama kali mendapatk an gul ir an bantuan domba menuk ar nya menjadi ter nak sapi . Suatu kebanggaan bagi mer eka bisa mendapatkan k eper cayaan dari pemer intah dan mendapatkan bantuan. Atas rasa hor matnya, w ar ga Kuta ber t anggung jaw ab untuk menaati nya.

Pendapat lai n yang menar ik untuk diungkapk an mengenai alasan k eluar ga kuta tidak memi liki banyak anak ialah ber kaitan dengan k eterbatasan sumber daya. Bapak Kar man mengatak an, ”Keur ur ang Kut a

mah boga anak saeut ik t eh mehna ngit ung kana kaayaan Kut a. Ceuk it

ung-it ungan seder hana asa t eu mungkin ur ang Kuta bisa hir up genah t ur loba

anak sabab pangala ngan saukur t i kebon jeung t i sawah. Jadi mun loba anak

(33)

k ebun dan saw ah. Jadi, kal au beranak banyak akan diber i makan apa anak k ami?].

Pendapat ini j uga dinyatak an oleh beber apa r esponden baik ister i maupun suami . Pernyataan ini menggambark an bahwa w ar ga Kuta memperhitungk an betul keter sediaan sumber daya l ingkungannya. Ada pandangan jauh ke depan yang memper ti mbangkan r isik o yang akan dihadapi. Arti nya mer eka sudah mampu menganalisis r i siko bahw a dengan k eterbatasan sumber daya tidak mungk in membangun k eluar ga yang sejahter a. Pil ihan r asional atas kondi si ter sebut ialah memilik i jumlah anak yang sedikit. Hal i ni juga menjadi poin penting bahw a w ar ga Kuta w al aupun sangat tr adisional dan menjalankan adat dengan kukuh tetapi memilik i w aw asan jauh ke depan. Sesuatu yang ser ingkali ti dak di temukan pada masyar ak at k ita pada umumnya yang memilih memi liki banyak anak tanpa memper hi tungkan r isiko yang akan di hadapi pada masa yang akan datang.

(34)

Jaw aban dar i sel ur uh r esponden (baik ister i, suami, maupun tokoh adat) ialah ti dak ada k omitmen secar a li san yang di ungkapkan oleh suami atau i ster i untuk jumlah anak dalam k el uar ga mer eka. Responden paling jauh member ikan jaw aban bahw a j uml ah anak yang ki ni mer ek a mili ki ialah mer upak an pember ian dar i Allah sw t.

Jaw aban yang pali ng menarik dar i per tanyaan i ni ialah k etik a ditanyakan tentang pemak aian kontr asepsi yang dipilih oleh i bu. Sebagian besar dar i mereka mengaku memakai k ontr asepsi (pil dan IUD) hanya pada saat dahul u disubsi di ol eh pemer intah. Ar tinya r entang penggunaan k ontr asepsi hanya pada saat pemer intah gencar menyebar luaskan Pr ogr am KB. Kini mer eka mengak u tidak lagi menggunak an kontr asepsi. Tetapi fak ta menunjukk an bahw a k el ahi ran dar i ibu-i bu Kuta hingga kini tidak ber ubah. Ketika ditanya lebih lanjut apakah ibu menggunak an car a l ain selain k ontr asepsi, mer eka mengaku tidak menggunak an car a apa pun. Bahkan ada di antar a r umah tangga r esponden w alaupun tidak menggunakan car a/ k ontr asepsi apa pun hingga ak hir fase r epr oduksinya tidak dikar uni ai anak. Untuk kasus seper ti ini , r esponden sendir i menyatakan k eher anannya. Padahal salah satu keluar ga yang tidak memili ki anak mengakui bahw a buyut mereka dulu katanya memiliki anak yang banyak.

3.3 Merekonstr uksi Citr a dan Menginter pretasi Realitas

(35)

dipasar kan, (2) mempunyai hak ber pendapat dan ber suar a juga menentukan jumlah anak. Citr a inilah yang kemudian dibangun oleh par a peneliti tentang posisi per empuan di Kampung Kuta. Namun, tentu r ealitas ter sebut dapat dibaca dengan car a yang ber beda. Di baw ah ini, kami akan menginter pr et asi k edua r ealitas ter sebut

3.3.1 Melanggengkan Keter gantungan ketika Menyokong Ekonomi Keluar ga

Di bawah ini adalah k r onologis pembuatan gula ar en sampai dipasar kan (1) Suami mempunyai tugas untuk menyadap dan memanen nir a dar i

pohon di kebun,

(2) ister i ber tugas untuk mengol ah hasi l sadapan di rumah,

(3) Gula dikemas untuk di jual kepada pengepul (=pengumpul, istilah yang bi asa dipakai dal am tata ni aga tr adi sional),

(4) Gula dijual k e luar Kampung Kuta.

(36)

Per empuan ber ada di posisi kedua yang ber tugas mengolah hasil sadapan di r umah. Dengan demikian, perempuan memi liki per anan dalam menyokong per ekomian keluarga. Namun, posisi per empuan yang ber tugas mengolah hasil sadapan di r umah sangat bergantung pada adanya ni ra atau tidak. Dengan kata l ain, per empuan bisa membuat gula bila ni r a sudah ada. Hal ini menjadik an posisi per empuan ber gantung sepenuhnya pada lak i-laki yang dapat menyadap dan memanen nir a. Pada titik inilah hasil dar i suatu habitus sudah tampak nyata. Hasil habitus, menur ut Har yatmoko (2003) adalah sistem-sist em disposisi yang tahan w aktu yang dapat diwar iskan, st r uk tur -str uk tur yang sudah dibentuk, yang dimaksudkan untuk str uk tur-struktur yang bisa membentuk . Ar tinya, ini menjadi pri nsip pengger ak dan pengatur pr aktek-pr ak tek hidup dan r epr esentasi-r epesentasi-r esentasi yang dapat disesuaikan dengan t ujuan-tuj uan tanpa mengandaik an pengarahan tujuan secar a sadar dan penguasaan secara sengaja upaya-upaya yang per lu untuk mencapainya.

Per empuan di Kampung Kuta terbiasa bek er ja di k ebun atau di saw ah, tetapi untuk menyadap dan memanen nir a hanya dil akukan oleh laki-laki. Hal ini tentu mer upak an pembiasaan (habit us) dar i str uk tur-struktur yang sudah lama dibentuk. Bour dieu menulis ”...pr insip yang t er simbol kan dengan cara ini

dit empat kan di luar jangkauan kesadar an sehingga t idak dapat di sentuh oleh

laki-laki m enyadap dan m em anen nira dari pohon di kebun

per em puan m engolah hasil sadapan di dapur

(37)

t r ansfor masi suka r ela dan t i dak sengaja, bahkan t idak dapat dieksplisit kan...” Contoh yang dipakai Bourdieu untuk menjelask an poin ini adalah tingkah laku l aki -lak i dan perempuan di Kabyle. Politik gender ter bentuk dan muncul dalam car a ber jalan, melihat, dan bahkan car a ber dir i. Ide tentang perempuan yang penuh k eseder hanaan dan mampu mengendal ikan dir i memak sa badannya membungk uk, mengarah ke tanah. Jadi, kekuatan habitus berasal dar i k etidaklengk apan per ilaku dan habituasi, bukan pada atur an dan pr insi p yang dipelaj ar i secar a sadar.

Gb. 6 Seor ang ibu tengah membuat gula ar en di dapur rumahnya ( Foto: Dadi)

(38)

3.3.2 Mengeluark an Pendapat tanpa Hak Memutuskan

Per an per empuan di Kampung Kuta dalam ranah domesti k adalah diberi kan kesempatan untuk mengemukakan pendapat atau menentukan jumlah anak. Namun, keputusan ak hir at au yang bol eh mengambil keputusan adalah laki-laki. Hal ini j elas mer upak an k ek er asan simbolis. Di satu sisi diber i kebebasan untuk mengeluar kan pendapat, tetapi di si si yang lain tidak di per k enank an untuk mengambi l k eputusan atas pendapat-pendapat nya.

Relasi gender seper ti di atas dinyatakan oleh Jor dan dan Weedon (1995) sebagai politik budaya (cult ural polit ics) yang menentukan siapa dan kelompok mana yang memilik i kekuasaan dal am member i mak na t er hadap praktek-pr aktek sosial yang dilakuk an ol eh masyarakat. Dalam pandangan femini sme, r elasi gender yang timpang dalam masyar ak at menempat kan per empuan dalam kelompok mar ginal.

(39)

sosial dan budaya. Itulah yang ter jadi pada per empuan di Kampung Naga yang k ar ena tat anan ek onomi, sosial, dan budaya “mengharusk an” per empuan ditempatkan pada k ondisi seper ti di atas.

(40)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

(41)

4.2 Sar an

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2000. ”Ulasan Singk at Hasil Sensus Tahun 2000”. BPS (Ter sedia http:/ / w w w.bps.go.id).

Anonymous, 2002. Kampung Adat dan Rumah Adat di Jawa Barat . Dinas Kebudayaan dan Par iw isata Pr opinsi Jaw a Bar at. (Ter sedia

http:/ / w w w.bandungher itage.htm)

Butler , Judith. 1999. Gender Trouble. Routledge. London and New Yor k.

Dadi. 2008. ”Per an Wanita dalam Per spektif Sosio-Demogr afis pada Masyar akat Adat Kuta di Kecamatan Tambak sar i, Kabupaten Ciami s”. Laporan Peneli tian Kajian Wanita Dikti (tidak diterbitkan).

Dwiar tama, A. 2006. Analisis Penget ahuan Tradisional Masyar akat Adat Kampung

Kut a Kabupat en Ciamis Mengenai Pemanfaat an Tumbuhan unt uk Pengobat an. Lapor an penelitian. (Tersedia http:/ / w w w .digil ib.itb.ac.id)

Goodman, Lizbeth. 1996. “Intr oduction: Gender as an appr oach to literatur e” dal am L. Goodman (ed.). Lit er at ur e and Gender . Routledge.

Har yatmok o. 2003. “Menyingkap Kepalsuan Budaya Penguasa: Landasan Teoretis Ger akan Sosi al Menur ut Pi er r e Bour dieu”. dalam Basis (Edisi Khusus Pi er r e Bour di eu). Tahun k e-52, November -Desember 2003.

Horton, P. dan C.D. Hunt. 1991. Sosiologi. Ter jemahan Aminudi n Ram dan Tita Sobar i. Edisi keenam Jil id I. Jakar ta: Er langga.

Jenk ins, Richar d. 2004. Membaca Piki ran Pier re Bourdieu. (ter jemahan Nur hadi dar i Pier re Bour dieu, 1992). Kr easi Wacana. Yogj akar ta.

Jordan, Glenn and Chr is Weedon. 1995. ”The Cultur al Politics of Gender” dal am

Cult ur al Pol it ics: Class, Gender , Race, and Post moder n World. Black well Publ isher s Ltd. Oxfor d

”Mencecap Kear ifan Lokal Kampung Kuta” Kompas, 22 September 2010. Nababan, A. 2003. ”Pengelolaan Sumber daya Alam Ber basis Masyar ak at Adat”.

Tantangan dan Peluang. (Ter sedia http:/ / w w w .dte.gn.apc.or g/) Q-anees, Bambang. 2006. ”Belajar kepada Kampung Adat”. (Ter sedia

http:/ / w w w.bapeda-j abar .go.i d)

Ri tzer, G. 1992. Sosiologi Ilmu Penget ahuan Ber paradigma Ganda (Terjemahan Alimandan). Jakarta: Rajaw ali.

Scoot, Joan W. 1986. “Gender as a Useful Category of Histor ical Analysis”. Dalam

Amer ican Hist or ical Revi ew 91.5. 1986

Runalan. 2006. Komuni tas Dusun Kuta (St udi t ent ang Per an Keluarga dalam

(43)

Lampir an-Lampir an

1.

BIODATA PENELI TI

PENELITI UTAMA

1. Nama Lengk ap & Gelar Lina Meilinawati Rahayu, M.Hum.

2. NIP 1970 05312 0011 22001

3. Jabatan Lek tor

4. Pangk at dan Golongan Penata Tk. 1/ III D

5. Tempat Tanggal l ahir Bandung, 31 Mei 1970

6. Pergur uan Tinggi Universitas Padjadjar an

7. Fakultas/ Jur usan Sastr a/ Sastr a Indonesia

8. Alamat Per gur uan Tinggi Jln. Raya Bandung-Sumedang Km.21

9. Telp/ Fax 022 - 7796482 PENDIDIKAN

Jenjang Jurusan Tempat Tahun lulus

S1 Sastr a Indonesia Unpad Bandung 1994 S2 Susastr a UI Jakar ta 2004 S3 Pengkajian Seni

Per tunjuk an

UGM Yogyak ar ta Belum selesai

KEGIATAN PENELITIAN ( 4 TAHUN TERAKHIR)

No Judul Penelitian Tahun Posisi

Penulis I NDUSTRI KREATI F BIDANG VISUAL

& PERFORMING ART DI INDONESIA

2009 Ketua HI BAH PENELITIAN UNTUK MAHASI SWA

PROGRAM DOKTOR TAHUN ANGGARAN 2009 ( DANA DI PA UGM)

2 PERTUNJUKAN SI LAT KHAS CIANJUR

( MAENPO) DALAM LOGI KA ESTETIK DAN EKSPRESI BUDAYA UNTUK MENINGKATKAN NI LAI PASAR I NDUSTRI KREATI F BIDANG VISUAL & PERFORMING ART

DI KABUPATEN CIANJUR

2009 Ketua Dibiayai oleh Dana DIPA Univer sitas Padjadjar an

Tahun Anggar an 2009

3 Pembangunan Citr a melalui Simbol Binatang dalam Mer ek Tauco Pr oduksi Cianjur Cap Maung & Cap Biruang:

Sebuah Kajian Semiotika Budaya

2009 Anggota Dibiayai oleh Dana DIPA Univer sitas Padjadjar an

Tahun Anggar an 2009

4 Penggambar an Latar Cianjur dalam Kar ya Sastr a Awal Indonesia sebagai Sar ana Menumbuhkan Cinta

(44)

Lingkungan: Telaah atas Bunga Roos

2007 Penulis Dipr esentasik an dal am Simposium

Kebudayaan Indonesia-Mal aysia, Kuala Lumpur -2007 8 Kor espondensi di Lingkungan Pemda

Kabupaten Garut: Analisis Bahasa dan Bentuk Sur at

2007 Ketua Dibiayai oleh Dana DIPA Univer sitas

Padjadjar an

9 AGAMA DAN TEATER

Ditulis ber dasarkan tulisan Clifford Geer tz “Religion as a Cultur al System” dan Talal Asad “The

10 Resepsi Cer ita Rakyat Sangkur iang

oleh siswa SMAN Tanjungsar i 2006 Ketua Dibiayai oleh Dana DIPA Univer sitas Padjadjar an 11 Kesesatan Logika dalam Lagu-lagu

I ndonesia 2006 Dimuat dalam Buku Kenang-kenangan

Ulang tahun Prof. Jus Badudu

Bandung, November 2010

(45)

ANGGOTA PENELITI 2

1.1 Nama Lengkap & Gelar Muhamad Adji , M.Hum.

1.2 NIP 1975112120061001

1.3 Jabatan Fungsional Asisten Ahl i 1.4 Pangkat dan Gol ongan Penata Muda/ III-a 1.5 Tempat Tanggal Lahir Lahat, 21 November 1975

1.6 Alamat Rumah Vil a Bandung Indah AD-24

Ci leunyi – Bandung 40393

1.11 Al amat email adjinov@yahoo.com

II. RIW AYAT PENDIDIKAN

No. Judul Penelitian Tahun Posisi

Penulis

(46)

Sur at Kabar Daer ah di Wilayah

Gambar

gambar rumah masyarakat kampung Kuta di bawah ini

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga didapatkan akurasi terbaik sebesar 82.35% dengan menggunakan metode GLCM ( Grey Level Co-occurrence Matrix) dengan parameter orde dua kontras,

Dalam Tugas Akhir ini, dilakukan simulasi untuk mengamati kerusakan pada thyristor dalam suatu rangkaian penyearah tiga fasa terkontrol penuh, dengan beban yang digunakan yaitu

PENGARUH MEDIA KARTU ANKA BERGAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN ANAK USIA DINI PADA KELOMPOK A DI TK AZZAHROH SERANG TAHUN AJARAN 2015/2016..

Dari data tersebut terlihat dari 9 partai yang lolos PT/ lebih banyak diraih oleh partai abangan/ dengan total suara 58 persen// Sementara total suara partai islam/

PENGARUH MEDIA KARTU ANKA BERGAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN ANAK USIA DINI PADA KELOMPOK A DI TK AZZAHROH SERANG TAHUN AJARAN 2015/2016..

Langkah-Langkah Pembelajaran untuk Mengenalkan Lambang Bilangan Melalui Bermain Kartu Angka Bergambar .... Penelitian

Kecepatan gerak mesin selalu dinyatakan dalam kecepatan puncak (peak velocity). Kecepatan puncak gerakan terjadi pada simpul gelombang. Dalam getaran, kecepatan

Tugas Akhir yang berjudul “Studi Perbandingan Beberapa Produk Connecting Rod yang ada di Pasaran ditinjau dari Aspek Material” untuk memenuhi persyaratan dalam