ABSTRAK
Lontar merupakan naskah masa lampau yang terbuat dari daun tal, disamping itu lontar juga sebagai sumber informasi yang sangat penting bagi masyarakat, karena dari lontar masyarakat dapat memperoleh informasi atau dokumentasi dan bukti dari peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dimasa silam. Manuskrip lontar yang ada di Kabupaten Klungkung berumur ratusan tahun mengingat kabupaten Klungkung sebagai pusat pemerintahan pulau Bali di masa lampau atau pada jaman kerajaan.Lontar yang ada di Kabupaten Klungkung hingga saat ini masih dalam kondisi yang bagus atau dapat terbaca dengan jelas hurufnya.
Teori yang di digunakan dalam penelitian ini adalah teori preservation dan Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang bertujuan untuk mengkaji proses preservasi preventif dan kuratif manuskrip lontar berbasis kearifan lokal berdasarkan sistem nilai, tara cara dan ketentuan khusus. Teknik pemilih informan dilakukan dengan cara teknik bola salju (snowball sampling).
Hasil temuan menunjukkan preservasi manuskrip lontar di Kabupaten Klungkung dalam proses pemetikan lontar dilakukan pada hari pasah atau pada sasih (bulan) Kartika/Kapat (September/Oktober) atau Kasanga/Kadasa (Maret/April) setelah bulan penuh (purnama). Lontar disimpan pada pelinggih taksu di merajan atau gedong penyimpanan di pura. Setiap hari lontar akan diberi canang sari (sesajen) dan enam bulan sekali di hari raya Saraswati lontar akan diberi banten saraswati (sesajen). Perawatan manuskrip lontar dilakukan masyarakat yaitu orang yang memiliki kemampuan khusus dan telah melakukan pawintenan (pembersihan diri), pedanda/sulinggih dan pemangku. Lontar yang rusak di Kabupaten Klungkung akan dilakukan transiliterasi atau penulisan kembali pada helai lontar yang rusak. Preservasi kuratif manuskrip lontar di Kabupaten Klungkung dalam proses pelemasan dan menghitamkan lontar mempergunakan minyak serei dicampur kemiri, sedangkan untuk mengatasi lontar yang rusak di Kabupaten Klungkung akan langsung melakukan transliterasi atau penulisan kembali pada helai lontar yang rusak yang dilakukan oleh ahli penulis aksara (huruf) bali.