• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ikhtisar Risalah: catatan awal mengenali Islam secara jernih dan kaffah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ikhtisar Risalah: catatan awal mengenali Islam secara jernih dan kaffah"

Copied!
218
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

judul buku:

IKHTISAR RISALAH:

catatan awal mengenali Islam secara jernih & kaffah

penulis:

[ Hamba Allah ]

penyunting, penyelia, penata-letak, pewajah sampul:

Tim Pustaka Stambul

hak syiar dilindungi Allah ﷻ

untuk kalangan sendiri BUKAN untuk diperjualbelikan

edisi perdana: Ramadhan/Syawal 1437 H (Juli 2016)

cetakan I: Safar 1438 H (November 2016)

diterbitkan oleh:

• Blok Lolocengan Tonggoh No. 1, Desa Mekarmanik, Cimenyan, Kab. Bandung 40196

• Jalan Antapani 40, Bandung 40282 •www.pustakastambul.weebly.com

(5)

ٗةَّف

ٓ َ� ِمۡلِّسلٱ ِ� ْاوُلُخۡدٱ ْاوُنَماَء َنيِ َّ�ٱ اَهُّ�َ�َٰٓي

Wahai orang-orang yang beriman, masuklah engkau ke dalam Islam secara kaffah.1

QS al-Baqarah [2]: 208

(6)

anatomi buku

Alualuan:

cara memandang & menempatkan buku ini

I.

MUKADIMAH

:

wacana nan nyata

Bagaimana Kita Melihat:

parsial vs holistik

Muslim, yang Kelihatannya:

keanehan yang tak aneh

Apatah Pula Agama:

pertanyaan-pertanyaan tak

mustahil

II.

AD-DÎN AL-ISLAM:

cerita panjang tentang ‘jalan

keselamatan’

Alkisah Muasal:

penciptaan manusia & asal mula agama

penghuni bumi sebelum manusia | penciptaan adam | pembangkangan & permusuhan Iblis | warisan ilmu pertama dari Allah

Menelusuri Jejak Islam:

semua agama (mulanya)

satu & sama

mata rantai 124.000 nabi di seluruh penjuru bumi dari zaman ke zaman | kabar masa silam tentang sang Nabi Penutup | nama ‘Yang Terpuji’ dan ‘Yang Memuji’ di kitab-kitab Bani Israil, Zoroasterian, serta Hindu & Buddha

Di Antara Banyak Agama:

dinamika sejarah risalah &

pemurniannya

semua nabi mengajarkan hakikat yang sama | pergeseran & penyimpangan hakikat ajaran seiring sejarah | janji para nabi pada Allah| tugas pemurnian agama di akhirzaman

Nama & Makna ‘Islam’:

berserah untuk selamat

pemberian nama Islam | wahyu terakhir & isyarat kesempurnaannya

(7)

Iqra’!:

jalan pembuka ilmu, khabar shadiq

perintah pertama | keutamaan ilmu, menuntut ilmu, mengamalkan & menyebarkan ilmu

Cahaya (Ilmu):

petunjuk dari sumber pengetahuan

yang hakiki

risalah yang dibawa oleh para nabi sebagai puncak segala ilmu

Hati, Akal, & Indera

:

perangkat menuju kebenaran

perintah untuk memanfaatkannya, ancaman bagi yang abai

IV.

BERSERAH DIRI:

islam, iman, ihsan

Rukun Islam:

lima ‘pilar’ ibadah

#1 Syahadat | #2 Shalat | #3 Zakat | #4 Puasa | #5 Haji

Rukun Iman:

enam ‘fondasi’ keyakinan

#1 Iman kepada Allah | #2 Iman kepada Para Malaikat-Nya | #3 Iman kepada Kitab-Kitab-Nya | #4 Iman kepada Para Rasul & Nabi-Nya | #5 Iman kepada Hari Akhir |

#6 Iman kepada Takdir-Nya

Rukun Ihsan:

satu ‘puncak’ kebaikan

V.

HAKIKAT KEHIDUPAN:

tujuan & embanan

manusia

Ibadah:

menghamba dengan sepenuh makna tauhid

tujuan penciptaan & ujian atasnya | mahdhah &

ghairumahdhah | dzikrullah: tanda nilai kebaikan dalam hidup | syarat niat & keikhlasan | kunci basmallah

Khalifah Bumi:

mengampu peradaban Bumi

(8)

4 | IKHTISAR RISALAH

Akhlak & Adab:

menjalani kehidupan dengan

segenap sifat dan sikap terpuji

uswah hasanah: ukuran kebaikan perilaku | makna serta klasifikasi akhlak & adab | cakupan akhlak mulia | cakupan adab islam

Amar Ma’ruf Nahi Munkar:

menyeru kebaikan &

mencegah keburukan, di atas landasan iman

misi rahmatan lil alamin | agama = nasihat | perintah agar aktif, ancaman bagi yang pasif | hakikat & cakupan jihad

Tazkiyatunnafs:

menjaga kesucian jiwa

fujur vs taqwa: antara pengetahuan, petujuk & pilihan | taubat & kebajikan: sarana pembersih | zuhud | pahala utama vs dosa besar

Sasana Dunia:

singgah sekejap, jalani ujian

dunia jika dibandingkan akhirat | Ibarat pengembara | ujian penentu

Menggapai Bahagia:

satu kebahagiaan sejati,

di antara berjuta bahagia

kebahagiaan palsu vs kebahagiaan hakiki | ciri kebahagiaan orang mukmin | puncak kebahagiaan

VI.

PANDUAN KEHIDUPAN:

pijakan, patok-patok,

pengunjuk arah

al-Qur’an:

induk segala ilmu & pedoman hidup

mengenal al-qur’an | hikmah proses turunnya al-quran | mukjizat al-qur’an | gambaran | isi al-qur’an | intisari al-qur’an & keutamaan al-fatihah

as-Sunnah:

petunjuk & teladan dari sang rasul

penjelas & perinci al-qur’an | uswah hasanah = al-qur’an berjalan | kemuliaan & kedudukan as-Sunnah

Kisah:

ibrâh & hikmah sirâh para nabi hingga

sejarah peradaban islam

1/3 panduan hidup adalah kisah | kerangka sejarah umat manusia: protagonis vs antagonis

Khazanah Ilmu Islam:

warisan kebijaksanaan & keluasan ilmu para alim-ulama

(9)

dinubuatkan | kerangka fase-fase akhirzaman

Mulkan Jabariyyan:

menghadapi tirani yang

memaksakan kehendak

mulkan jabariyyan di tiap lini kehidupan: penjajahan yang sistemik | hakikat fitnah dajjal: ujian penuh tipu-muslihat | mempertahankan iman ibarat menggenggam bara | menyongsong fase kelima

Menyongsong Kebangkitan Islam:

menghidupi

hakikat juang

nasihat nabi & janji tentang kejayaan di penghujung zaman

Inspirasi Strategi:

gambaran langkah konkret

menghadapi keruhnya zaman

hijrah ke sistem kehidupan yang maslahat | pangkal & tahap perubahan | langkah hijrah di setiap lini kehidupan

Kunci-Kunci Waspada

wahn: cinta keduniawian & takut mati | jauh dari al-qur’an & as-sunnah, jauh dari ilmu, berlepas dari sejarah | cerai-berai | jerat riba (dengan segala bentuknya) | pembiasan & syubhat | syirik (yang tak disadari)

VIII.

PENUTUP:

catatan tambahan

Dilema Kebenaran:

‘ketulusan’ vs ‘sekadar kepuasan’

Dilema Mengaji:

seputar tabiat kita dalam belajar agama

Agama Prasmanan?:

potongan-potongan & campur-aduk

keislaman di keseharian

KILAS WAWASAN PENGGENAP

manhaj & mazhab | aneka golongan muslim? | kerukunan, toleransi & akidah

(10)
(11)

Alualuan

cara memandang &

menempatkan buku ini

Bismillahirahmanirahim.. Alhamdulillahirabil’alamin..

Segenap puji bagi Allah Tuhan Sarwa Sekalian Alam yang telah memperkenankan niat baik ini. Sebuah niat sederhana untuk menuliskan sedikit dari khazanah ilmu yang menjadi bagian dari risalah ilahi.

Buku mungil ini adalah sebuah upaya kecil untuk merangkum intisari ajaran Islam dari tiap sisinya. Berusaha sebisa mungkin memotret Islam dalam ujudnya yang utuh dalam narasi yang ringkas dan sederhana. Sehingga pengenalan awal atasnya tetap mendekati apa yang sesungguh-sungguhnya. Tujuannya semata agar agama yang mulia ini tak lagi dikenali secara salah kaprah, khususnya oleh umatnya sendiri, serta bagi siapa saja yang berkenan untuk mulai kembali mengenali dan mempelajari Islam secara terarah, sistematis, serta kaffah—utuh menyeluruh. Walau demikian, tidaklah pantas jika karya sederhana ini dijajarkan dan dikategorikan sebagai sebuah ‘buku

(12)

8 | IKHTISAR RISALAH

agama’. Buku ini tak lain hanyalah sebuah sumbangsih kecil dari sekelumit wawasan penyusunnya yang masih sangat terbatas. Ibarat ‘catatan awal seseorang yang baru belajar Islam’. Setidaknya anggaplah demikian, dan memang sesederhana itulah cara melihat buku kecil ini. Sesuai namanya, Ikhtisar Risalah, buku ini tak lain adalah kumpulan ayat al-Qur’an dan matan hadits yang

dirangkai dalam balutan narasi ringan agar mudah dipahami pembaca. Diperuntukkan bagi kalangan yang masih awam dengan Islam atau dapat pula dijadikan kerangka awal bagi siapa yang ingin mempelajari kembali Islam sedari tahap yang paling dasar—sebelum kemudian belajar lebih lanjut lewat karya para ulama sembari berguru kepada para ustadz.

Walau betapa sederhananya, semoga pembaca sekalian masih berkenan untuk memetik sesuatu dari buku ini. Untuk itu, mari kita bukakan pintu nurani, semoga cahaya dan hikmah-Nya senantiasa menyertai kita, ketika dan setelah membaca buku ini. Segala yang baik di dalamnya semata hanya dari Allah dan rasul-Nya, sementara yang buruk dan cela tak lain adalah dari kami yang menyusunnya. Semoga menjadi maklum.

Selamat membaca, selamat mengenali kembali Islam, dan semoga berkenan. []

Hamba Allah, Bandung, Ramadhan-Syawal 1437

(13)

buku mungil ini

# Mulailah dengan basmalah serta do’a agar dilimpahkan hikmah ilmu oleh-Nya. Luruskan niat

untuk mencari dan menemukan kebenaran, serta mencari ridha-Nya.

# Dapatkan terlebih dulu gambaran besar isi buku

melalui daftar isi (anatomi buku).

# Bacalah secara berurut dan runtut, bab demi bab secara sabar dengan penghayatan, perlahan tak perlu terburu-buru. Sebisa mungkin jangan lewatkan pula apa yang tertera di ‘catatan kaki’.

# Tempatkan buku ini sekadar sebagai kerangka dasar

untuk belajar mengenali dan memahami Islam secara kaffah (bukan sebagai ‘rujukan utama’).

# Silakan untuk selalu merujuk pada ayat al-Qur’an dan matan haidts seperti yang kami lampirkan setiap membuka suatu topik atau yang tercatat di catatan kaki

(teks terjemahan ayat dan matan hanya mewakili ‘makna umum’ dengan bahasa Indonesia yang sangat terbatas; silakan lebih lanjut membuka kitab tafsir al-Qur’an dan syarah hadits).

(14)
(15)

I

MUKADIMAH

(16)
(17)

Bagaimana

Kita Melihat

parsial vs holistik

ٗةَّف

ٓ َ� ِمۡلِّسلٱ ِ� ْاوُلُخۡدٱ ْاوُنَماَء َنيِ َّ�ٱ اَهُّ�َ�َٰٓي

Wahai orang-orang yang beriman, masuklah engkau ke dalam Islam secara kaffah.2

QS al-Baqarah [2]: 208

Ibarat cerita tentang orang yang sedang mengintip seekor gajah. Gajah itu dikurung dalam kandang tertutup, dan ada lubang-lubang kecil di beberapa sisinya. Orang dari sisi depan mengira yang dikurung dalam kandang itu adalah ular besar, karena yang terlihat belalainya saja. Yang dari samping kanan menyangkanya tembok, karena melihat sisi perutnya yang lebar dan tebal. Ada pula yang mengira pohon, karena kakinya memang yang mirip batang pohon, dan seterusnya.

(18)

14 | IKHTISAR RISALAH

Dalam banyak hal, kita memang seringkali demikian. Sehingga pandangan dan pengenalan kita akan sesuatu pun tak sesuai hakikat sesungguhnya. Begitu pula kala melihat Islam. Mungkin karena mengenalinya secara sekilas dan sepotong-sepotong, maka kita (baik muslim maupun non-muslim) bisa saja salah mengenali Islam. Ibarat hidup di atas prasangka: menyangka Islam begini, menyangka Islam begitu, tanpa sempat benar-benar mendekatinya agar lebih kenal baik.

Terlebih bagi kita yang muslim, jangan sampai justru salah dalam mengenali agama sendiri—apa ini

memanglah sesuatu yang pantas buat dianut? []

(19)

Muslim, yang

Kelihatannya

keanehan yang tak aneh

Nabi ﷺ bersabda:

Bahkan jumlah kalian pada waktu itu sangat banyak, tapi kalian ibarat buih-buih di genangan air ...

HR Abu Daud: 3745; HR Ahmad: 21363 Tak mungkin dimungkiri bahwa Islam memang telah galib dikenali dengan pelbagai kemuliaannya. Dengan sedikit menelisik sejarah saja kita bisa mendapati kisah-kisah kemuliaan itu. Ya! Ini memanglah ajaran luhur yang diturunkan Allah Tuhan Semesta Alam. Namun sungguh sayang, kemuliaan itu ternyata cukup banyak dinodai oleh tabiat penganutnya sendiri.

Umat muslim saat ini agaknya memang dalam kondisi memprihatinkan. Kita akan sulit sekali mengenali hakikat Islam jika hanya berkaca pada keadaan mayoritas muslim saat ini. Walhasil, Islam pun memang lebih sering salah dikenali.

Semua seakan telah tau, di zaman ini muslim justru seringkali dipandang sebagai kaum yang terbelakang,

(20)

16 | IKHTISAR RISALAH

keras dan radikal, kaku dan tidak modern, sekaligus terpuruk dan kalah—sangat sulit untuk dibanggakan. Banyak yang mengusung bendera agama, berbuat atas nama agama, tapi perilaku hampir tak mencerminkan apa yang diusungnya.

Walhasil, banyak di antara muslim sendiri yang justru kecewa dengan agamanya sendiri: kecewa melihat perilaku para haji yang menjadi pejabat korup; kecewa melihat polah ‘ustadz selebriti’ yang centil berlagak di televisi, juga pemuka agama yang bergelimang kemewahan; kecewa dengan keadaan muslim yang berpecah belah dan sibuk dengan kepentingan masing-masing.3 Sungguh ajaran mulia ini sedang

tercoreng-moreng oleh tindak laku sebagian penganutnya. Lalu apa sebetulnya masalahnya?

Di paruh masa belakangan ini, muslim memang makin menjauh dari ilmu tentang Islam. Ya! Jauh dari ILMU. Sampai-sampai umat ini seolah telah terlepas dari hakikat keislaman itu sendiri. Yang masih banyak tersisa tinggalah ritual, fanatisme yang dibawa secara

emosional, bahkan sekadar label di KTP. Islam juga lebih banyak dihidupi sebagai tradisi agama keturunan. Ilmu

3 Sebagian misalnya sibuk dengan perbedaan sepele seputar tatacara ritual ibadah, sementara ukhuwah terkoyak-koyak (semisal detail soal fikih, mazhab, yang nyatanya pun telah bercampur-aduk dengan tradisi turun temurun, hingga menjadi hal sensitif dan bisa mengusik ego/harga diri).

(21)

masih mau memeluk Islam, tapi di sisi lain juga merasa rikuh dan malu menjadi muslim, maka hampir tak mungkin pula memperjuangkan Islam dan

keislamannya—bahkan mungkin saja tak begitu yakin apakah Islam memang layak untuk diperjuangkan? Hanya sedikit sekali yang (masih mau untuk) benar-benar memilih teguh menggenggam keislamannya secara utuh—yakni sebagaimana mestinya iman Islam dijaga dan diperjuangkan. Apakah kita termasuk yang demikian? Sungguh pertanyaan yang mengerikan dan mengusik nurani—tapi semoga Allah memberikan cahaya-Nya agar demikian adanya.

ۮ

Menjadi mayoritas, tapi juga terpuruk dan terpinggirkan, bahkan tercela. Bagaimana bisa demikian?

Sebetulnya Nabi ﷺ sendiri yang sejak belasan abad lalu telah mengisyaratkan akan terjadinya fenomena ini. Bahwa akan ada suatu masa di mana umat ini akan

4 Maka hati-hatilah memilah antara ‘agama’ dengan sebagian ‘penganut’-nya yang salah kaprah. Kita bisa saja mempersalahkan orang yang mengaku muslim tapi perilaku bejat tak beradab. Namun janganlah pernah menyalahkan Islam sebagai sebuah ajaran luhur yang diturunkan Allah Sang Pencipta Semesta Alam.

(22)

18 | IKHTISAR RISALAH

mengalami ujian sangat besar, di mana kaum muslim berpecah-belah menjadi sekian puluh golongan, di mana ‘oknum pengusung agama’ berkeliaran dan merajalela,5

di mana umat dalam keadaan hilang arah karena jauh dari ilmu, di mana muslim mengalami keterpurukan yang senyata-nyatanya, kalah dan terjajah.

Digambarkan bahwa bangsa-bangsa akan memperbutkan dan merecoki umat ini layaknya orang yang makan dan mengajak orang lain untuk ikut mengerubuti makanan itu. Nabi

menjelaskan bahwa di ‘masa itu’ sebetulnya muslim berjumlah sangat banyak, tetapi banyaknya mereka tak berguna, tak berarti dan tak membuat musuh takut. Ibarat buih yang terombang-ambing tak menentu. Sahabat yang mendengar apa yang digambarkan Nabi

pun lantas heran, bagaimana bisa terjadi yang demikian, sementara muslim berjumlah sangat banyak. Nabi

lalu menjelaskan bahwa di masa tersebut umat Islam terjangkiti oleh apa yang Nabi

sebut sebagai wahn, yakni penyakit kecintaan terhadap keduniawian dan takut

5 Sekilas gambaran di sisi ekstrim tentang situasi pelik ini, misalnya, Nabi ﷺ mengisyaratkan bahwa di suatu zaman kelak (yakni zaman yang kita alami sekarang) akan ada sebagian ‘ulama’ (baca: ‘oknum pemuka agama’) yang disebutkan sebagai ‘makhluk yang derajatnya paling rendah di bawah langit’ (baca: sangat hina-dina). Inilah gambaran para pemuka agama yang justru menyesatkan umatnya sendiri demi kepentingan keduniawian, entah kedudukan, pamor, kekuasaan, harta, dan apapun itu. Maka sebetulnya ‘tak aneh’ jika ada ustadz yang menjadi bintang infotainment, ada pemuka agama yang menjadi pejabat dan korup, ada ‘ulama’ yang memberi fatwa ini-itu sesuai kepentingan kelompok tertentu, bahkan menyematkan label-label syari’ah untuk hal yang jelas haram.

(23)

Zaman yang telah lama diisyaratkan itu pun tiba, dan kita tengah menjadi bagian dari kisah kelam tersebut. Inilah

keanehan yang tidak aneh,

karena walaupun

keadaannya sungguh tak pantas dan tak keruan, tapi telah jelas diisyaratkan Nabi ﷺ sejak jauh hari.

Kabar gembiranya, isyarat dari Nabi ﷺ toh tak berhenti sampai di situ.

Selain memberitakan tentang akan

tibanya zaman pelik yang penuh ujian ini, Nabi

juga memberikan nasihat-nasihat tentang

bagaimana cara untuk menyikapinya, sekaligus janji

tentang masa kejayaan kembali.

Maka, panduan inilah yang semestinya kita pahami.7

Kabar gembira lainnya, Nabi ﷺ juga menyebutkan, bahwa ganjaran (pahala) bagi umat yang berbuat dan berjuang di tengah peliknya zaman yang disebutkan itu adalah bernilai limapuluh kali lipat.8 Karena dalam

pemahaman Islam, embanan akan selalu sepadan dengan ganjaran yang akan diberikan.

Wallahu a’lam bishawab []

6 HR Abu Dawud: 4276, 3745, 4297; HR Ahmad: V/278; dsb. 7 Topik ini diulas lebih lanjut pada bagian “Menjalani Penghujung Zaman”. 8 HR at-Tirmidzi: 2984; HR Abu Daud: 3778

(24)

20 | IKHTISAR RISALAH

#

Apatah Pula

Agama?

pertanyaan-pertanyaan tak mustahil

ٓ

َ

ِ� َهاَر

كِإ

ۡ

�ِنيِّ�ٱ

َ َّ�َبَّ� دَق

ُّرلٱ

ُد ۡش

َنِم

ِّۚ َ�

ۡلٱ

Tak ada paksaan dalam agama. Sungguh telah jelas antara jalan petunjuk dan jalan yang sesat.

QS al-Baqarah [2]: 256

Apa itu agama? Mengapa pula mesti ada agama? Bagaimana bisa ada banyak agama? Tidakkah semua sama saja? Bukankah semuanya menyembah Tuhan yang sama? Apa mungkin Tuhan membuat agama yang berbeda-beda bagi umat manusia? Kenapa tak memilih sesuai selera dan rasa suka saja? Apatah pula agama? Barangkali ada baiknya jawaban atas pertanyaan semacam itu digali dan ditemukan oleh para penganut agama, supaya ia yakin atas apa yang dianutnya, tak sekadar menjalani ritus-ritus dalam keseharian dan menyematkan nama agama tertentu di kartu identitasnya. Maka buku mungil ini akan memulai ulasannya dengan menelusuri kisah muasal penciptaan manusia serta awal keberadaan agama dan kisahnya dari zaman ke zaman. []

(25)

AL-ISLAM

cerita panjang tentang

‘jalan keselamatan’

(26)
(27)

Alkisah Muasal

penciptaan manusia & asal mula agama

اَهيِ� ُلَعۡ

َ

َ

� ْآوُلاَق ۖٗةَفيِلَخ ِض�

َ ۡ

�ٱ ِ� ٞلِعاَج ِّ�ِإ ِةَكِ�َٰٓلَمۡلِل َكُّ�َر َلاَق ۡذ�

ُ� نَم

ۖ َكَل ُسِّدَقُ�َو َكِدۡمَ ِ� ُحِّبَسُ� ُنۡ َ�َو َءٓاَمِّ�ٱ ُكِفۡسَ�َو اَهيِ� ُدِسۡف

۞ َنوُمَلۡعَ�

� اَم ُمَلۡع

َ

َ

أ ٓ ِّ�ِإ َلاَق

Ingatlah kala Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di Bumi." Mereka pun berkata, "Mengapa Engkau menciptakan makhluk yang

membuat kerusakan dan menumpahkan darah di sana? Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu. Tuhan berfirman, "Sungguh Aku mengetahui apa yang tak kau ketahui."

QS al-Baqarah [2]: 30

Alkisah di masa yang sangat-sangat silam, Allah Sang Maha Pencipta menciptakan Alam Semesta yang sangat luas ini. Ia pun telah mencatatkan segala kisah kehidupan yang akan berlangsung di dalamnya bahkan sejak 50.000 tahun sebelum penciptaan tersebut.9

Kehidupan pun bergulir, hingga kemudian di suatu masa, sesuai rencana takdir-Nya, Allah hendak menciptakan

9 HR Muslim: 2653; at-Tirmidzi; 2156, Ahmad: II/169. Hitungan waktu di sisi Allah sangat berbeda, jauh lebih lama dibanding ukuran kita.

(28)

24 | IKHTISAR RISALAH

makhluk baru yang juga akan menghuni Alam Semesta-Nya ini. Ialah Adam, yang beserta seluruh keturunannya telah ditetapkan akan menjadi penghuni Bumi dan dijadikan khalifah di sana.

Khalifah berarti ‘pengganti’, sekaligus ‘penguasa’ dan

‘pemimpin’. Manusia diberi embanan untuk menggantikan makhluk lain yang di masa sebelumnya pernah berkuasa di Bumi.10 Seluruh keturunan Adam ini akan terus saling

10 Kita memang tak tau persis siapa yang digantikan. Namun dalam sebuah riwayat dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas, dikisahkan bahwa makhluk tersebut adalah dari kalangan jin, yang memang telah ada sejak ribuan tahun sebelum penciptaan Adam. Mereka telah membuat kerusakan di muka Bumi dan membuat Allah murka, hingga dikirimlah pasukan malaikat dari langit untuk menumpas dan menutup peradaban mereka di Bumi (lihat Qashashul Anbiya karya Ibnu Katsir).

۞ َ�ِلِعَٰ� اَّنُك اَّنِإ ۚٓاَنۡيَلَع اًدۡعَو ۚۥُهُديِعُّن ٖقۡلَخ َلَّوَأ ٓاَن�َدَب اَمَكۡ

Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati. Sungguh Kamilah yang akan melakukannya." QS al-Anbiya [21]: 104

Bicara tentang kisah penciptaan, hal ini merupakan misteri tersendiri. Kita tidak pernah tau kisah penciptaan yang terdahulu, seperti adakah alam dan kehidupan lain sebelum alam yang kita tinggali saat ini, seperti apa kenyataannya dan siapa makhluk yang menjadi pelakonnya. Sungguh, hal itu merupakan rahasia ilahi. Terserah Allah Yang Maha Berkehendak dan Maha Mengetahui. Kita tidak berhak mengusik dan mencari tau lebih lanjut, kecuali sedikit saja yang memang Allah beri taukan dalam kitab suci dan lisan para nabi. Kita sebagai mahkluk hanya diperintahkan untuk menjalani kehidupan di alam yang sedang kita hidupi ini sesuai petunjuk yang diberikan oleh Allah Sang Khalik, Sang Maha Pencipta, Sang Maha Mengetahui. Setiap yang mengusik kisah penciptaan di masa terdahulu, tentu akan sangat mudah terjerumus dalam kesesatan, yakni kesesatan melalui berita-berita gaib penuh muslihat yang dibisikkan oleh Iblis dan para syaitan dari bangsa jin, yang memang hendak menjebak manusia

(29)

Engkau hendak menjadikan makhluk yang membuat kerusakan di Bumi?” Malaikat sesungguhnya ialah makhluk yang sangat taat dan tidak pernah membantah, tapi pertanyaan ini muncul karena mungkin mereka pernah melihat apa yang pernah dilakukan para penghuni Bumi sebelumnya.

“Sungguh aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui,” demikianlah jawaban yang sungguh agung dari Allah. Ya, karena selalu ada hikmah dari apa yang ditetapkan-Nya. Ada rahasia tak terjangkau di balik penciptaan ini dan hanya Sang Pencipta saja yang mengetahui. Para makhluk tidak mungkin menjangkau apa-apa yang dirahasiakan oleh penciptanya.

Allah pun kemudian secara khusus memerintahkan penduduk langit untuk memberi sujud penghormatan kepada sang Adam yang baru diciptakan tersebut. Namun, di antara barisan para malaikat ternyata ada satu yang

(seperti melalui ramalan, serta berita-berita gaib yang seolah membuka rahasia takdir manusia dan rahasia alur kisah penciptaan). Padahal telah dijelaskan bahwa hanya Allah saja yang mengetahui hal gaib, dan Ia hanya memberikan sedikit pengetahuan tentang hal gaib itu kepada para rasul saja (lihat QS 72: 26-27; QS 06: 50).

(30)

26 | IKHTISAR RISALAH

menolak. Ialah Azazil, yang sebetulnya berasal dari bangsa jin, namun kala itu ikut dalam barisan para malaikat. Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa Azazil awalnya ialah pemimpin tertinggi bangsa jin yang sebelumnya berkuasa di muka Bumi. Setelah peradaban jin ditumpas karena kezaliman mereka, Azazil bertaubat dan menjadi makhluk penghuni langit yang sangat taat beribadah, kemudian hidup bersama-sama dengan malaikat.11

Ketika Azazil membangkang dengan menolak untuk menghormat kepada Adam, Allah kemudian menjulukinya sebagai Iblis, yang artinya kira-kira ialah ‘sang penyesal’ atau ‘yang akan menyebabkan penyesalan’. Ia

membangkang semata karena kesombongannya. Karena ia diciptakan dari api sedangkan Adam dari tanah, maka ia merasa dirinya lebih mulia ketimbang sang makhluk baru tersebut.12

َ

أ ٓاَمِب ِّبَر

َلاَق

ُ َ

�َو ِض�

َ ۡ

�ٱ ِ� ۡمُه

َل َّ َنِّ�َزُ َ� ِ�َتۡ�َوۡغ

۞ َ�ِعَ ۡ�

َ

أ ۡمُهَّنَ�ِو

ۡغ

۞ َ� ِصَلۡخُم

ۡ

لٱ ُمُهۡنِم َكَداَبِع

�ِإ

َّ

Iblis berkata, "Ya Tuhanku, karena Engkau memutuskan bahwa aku ini sesat, aku pasti akan jadikan kejahatan tampak sebagai

sesuatu yang indah bagi mereka di Bumi. Dan pasti aku akan (berusaha) menyesatkan mereka semuanya.

Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis. QS al-Hijr [15]: 39

11 Lihat Qashashul Anbiya karya Ibnu Katsir. 12 QS 7: 12

(31)

pengikutnya hanya bisa berusaha menjebak dan membisikan ide-ide kesesatan kepada manusia. Lewat berbagai jalan yang diupayakannya, membuat sebanyak-banyaknya manusia mengikuti langkahnya, yakni pembangkangan terhadap Allah.13

ۮ

Singkat cerita, diawali dengan perseteruan antara sang Iblis dan sang Adam, kehidupan yang baru pun akhirnya mulai bergulir di muka Bumi. Sebagai bekal untuk menjalani kehidupan tersebut, Allah pun telah mengajari Adam segenap ilmu. Ilmu yang diajarkan secara langsung oleh Allah kepada Adam tersebut adalah ilmu pertama bagi manusia, yang kemudian diwariskan secara turun-temurun. Para pewaris utama yang kelak akan menjaga kemurnian dan keluhuran ilmu tersebut adalah manusia-manusia terpilih yang diutus sebagai nabi.

Dari masa ke masa, ilmu tersebut terus diajarkan, dan selalu ada pengetahuan baru serta petunjuk yang disampaikan oleh Allah seiring zaman yang dilalui manusia. Selanjutnya memang bukan lagi Allah yang mengajarkan langsung, melainkan melalui wahyu yang

(32)

28 | IKHTISAR RISALAH

dibawa malaikat kepada para nabi, untuk disebarkan kepada seluruh manusia. Inilah yang kemudian kita kenal sebagai Risalah Allah, atau risalah ilahi, yakni khazanah ilmu yang bersumber dari Allah dan kemudian terkumpul dalam berbagai kitab suci.

Ilmu ini mencakup keseluruhan pedoman kehidupan. Tentang untuk apa kita diciptakan; apa tujuan hidup di dunia ini dan apa yang semestinya dilakukan dalam hidup; bagaimana bersikap terhadap sesama; mana yang sesungguhnya benar, dan mana yang salah; dsb. Namun, yang paling penting di antara semua ialah ilmu yang mengajarkan tentang siapa Tuhan kita dan bagaimana kita sebagai makhluk mesti menghamba kepada-Nya.

ٗةَّم

ُ

أ ُساَّ�ٱ َن َ�

ِّ�ِبَّ�ٱ ُ َّ�ٱ َثَعَبَ� ٗةَدِحٰ َ�

َلَزن

َ

أَو َن�ِرِذنُمَو َن�ِ ِّ�َبُم َن

۞ �ِهيِ�

ْاوُفَلَتۡخٱ اَميِ� ِساَّ�ٱ َ ۡ�َب َمُ�ۡحَ ِ� ِّقَۡ�ٱِب َبَٰ�ِكۡلٱ ُمُهَعَم

Manusia adalah umat yang satu. Allah mengutus para nabi untuk membawa kabar gembira serta memberi peringatan. Allah pun menurunkan bersama mereka kitab yang mengandung

kebenaran, untuk memberi keputusan bagi manusia atas apa yang mereka perselisihkan.

QS al-Baqarah [2]: 213

Segenap ilmu inilah yang disebut sebagai ad-dîn, yakni sebuah ‘jalan hidup’ atau ‘cara hidup’ yang sesuai dengan panduan yang diberikan oleh Allah. Inilah yang dalam bahasa kita lebih lazim kita kenal sebagai 'agama'.

(33)

Menelusuri

Jejak Islam

semua agama (mulanya) satu & sama

۞ ِنوُدُبۡ�ٱَف ۡمُ�ُّ�َر ۠اَنَ�َو ٗةَدِحَٰ� ٗةَّمُأ ۡمُ�ُتَّمُأ ٓۦِهِذَٰ� َّنِإ

Sesungguhnya ini adalah agama kalian semua. Agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu.

Maka sembahlah Aku. QS al-Anbiya [21]: 92

Ya! Pada hakikatnya seluruh agama (mulanya) adalah satu dan sama. Yang satu itulah pedoman hidup yang murni dan sesuai fitrah, seperti apa yang telah ditetapkan Allah Sang Maha Pencipta. Inilah yang terkandung dari setiap risalah yang dibawa dan diajarkan oleh seluruh nabi utusan-Nya dari zaman ke zaman.

Ada sekitar 124.000 nabi yang pernah diutus di muka Bumi, dan di antaranya ada 315 rasul.14 Bersama mereka

ada seratusan kitab suci yang diturunkan. Namun hanya

(34)

30 | IKHTISAR RISALAH

25 nabi dan hanya tiga kitab suci terdahulu yang disebutkan secara lugas dalam al-Qur’an.

اَن ۡص َصَق نَّم مُهۡنِم َكِلۡبَ� نِّم

�ُسُر اَنۡلَسۡر

ٗ

َ

أ ۡدَقَلَو

ۗ َكۡيَلَع ۡص ُصۡقَ� ۡمَّل نَّم مُهۡنِمَو َكۡيَلَع

Dan sungguh telah Kami utus sekian rasul sebelum engkau. Di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara

mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu. QS Ghafir [40]: 78

Kisah agama yang satu ini berjalan sambung

menyambung, dimulai oleh Adam sebagai Bapak Umat Manusia, hingga Muhammad ﷺ sebagai sang nabi terakhir yang bertugas di penghujung zaman.

Kisahnya senantiasa tersambung oleh mata rantai risalah dari masa ke masa. Para nabi bahkan selalu saja

menceritakan tentang nabi-nabi yang diutus sebelumnya, khususnya pula tentang sang Adam sebagai cikal-bakal umat manusia. Mereka juga memberitakan tentang akan diutusnya nabi-nabi di masa-masa kemudian, serta secara spesifik tentang akan adanya seorang Nabi Penutup yang bertugas di penghujung zaman. Mengenai sang Nabi Penutup ini, nama, ciri-ciri, serta sebagian kisahnya bahkan disebutkan secara khusus dalam kitab-kitab suci yang mereka bawa.

(35)

sebagaimana mereka mengenali anaknya sendiri. Sungguh sebagian dari mereka menyembunyikan kebenaran,

padahal mereka mengetahui. QS al-Baqarah [2]: 146

Penelusuran naskah-naskah kuno yang dilakukan awal abad ke-20 pun semakin menegaskan fakta bahwa nama Muhammad ﷺ memang telah disebutkan di banyak kitab suci di berbagai penjuru dunia—yakni kitab suci yang termasuk risalah langit (agama samawi, yakni agama yang bersumber dari wahyu Tuhan dan dibawa oleh malaikat). Semua kitab suci tersebut bercerita tentang sosok sang Nabi Penutup, yang bertugas di penghujung zaman.15

Nubuat atau ‘berita tentang masa depan’ mengenai kemunculan sang Nabi Penutup ini menjadi khazanah pengetahuan yang sungguh menarik. Ada sebuah ciri khas, bahwa penyebutan nama atau julukannya hampir selalu terkait makna kata dasar hamd dalam bahasa Arab yang artinya ‘puji’. Kadang mengacu langsung pada makna nama Muhammad (‘Yang Terpuji’), kadang pula pada makna Ahmad (‘Yang Memuji’).

15 Hal ini sebetulnya telah lama terungkap. Misalnya pada penelitian yang dilakukan oleh Maulana Abdul Haque Vidyarthi dalam karyanya yang berjudul Misakan Nabi, yang telah dipublikasikan di tahun 1936.

(36)

32 | IKHTISAR RISALAH

Hal ini misalnya bisa kita temukan dalam naskah asli kitab Yahudi dan Nasrani (Kristen). Dalam kitab berbahasa Ibrani atau Aram yang masih serumpun dengan bahasa Arab ini, nama Muhammad bisa dengan mudah dikenali. Seperti dalam Taurat Kitab Shir-HaShirim 5: 16,16 nama itu

sangat jelas disebutkan sebagai ‘דמחמ’ yakni susunan empat aksara Ibrani mem-khet-mem-dalet yang dibaca ‘Ma-Kh-MaD’ atau ‘Mukhammad’. Sepadan dengan ‘دﻣﺣﻣ’ dalam aksara Arab yang juga terdiri dari susunan empat huruf mim-ha-mim-dal yang dibaca ‘Muhammad’.16F

17

Banyak kitab suci lain juga menggambarkan sosok Nabi Penutup ini dengan pelafalan atau bahkan istilah yang berbeda-beda, sesuai bahasa yang dipergunakan dalam kitab suci tersebut.

Di Kitab Purana kaum Hindu misalnya, diceritakan tentang sosok Kalky Autar yakni ‘Sang Pembawa Risalah

Berikut petikan ayatnya dalam teks aslinya: 16

םלשורי תונב יער הזו ידוד הז םידמחמ ולכו םיקתממ וכח

Dibaca: “Khikko mamtaqqim wekhullo Mukhammadim ze dodee weze r’ee baynot Yerushalam” yang artinya 'Tutur katanya hanyalah yang manis saja. Mukhammad, dialah kekasihku dan temanku, (wahai) Putra-Putri Yerusalem.”

17 Temuan semacam ini hanya bisa ditelusuri lewat bahasa aslinya. Sementara dalam versi-versi terjemahan, nama ini seringkali menjadi bias karena ikut diterjemahkan. Seperti dalam Injil terjemahan bahasa Inggris di mana nama sang Nabi malah diterjemahkan sebagai ‘beloved’, ‘lovely’, ‘altogetherlovely’—yakni kata-kata yang memang mengacu pada arti kata dari nama ‘Muhammad’. Namun bukan demikian cara menerjemahkan pesan pada sebuah risalah. Nama adalah nama dan bukan untuk sertamerta diterjemahkan.

(37)

atau berbagai ejaan/dialek lain.

Dalam naskah Majusi (Zoroasterian) yang berbahasa Zendi dan Pahlvi, sosok sang Nabi Penutup ini disebut sebagai Astvat-ereta yang artinya ‘Dia Yang Suka Memuji’ serta Saoshyant yang berarti ‘Dia Yang Terpuji’.19 Selain

banyak menggambarkan ciri dan kisah sang Nabi Penutup, sangat banyak pula ayat dalam kitab kaum Majusi yang memiliki makna selaras dengan al-Qur’an, termasuk tentang konsep ke-Mahatunggal-an Tuhan.20

Sementara dalam naskah Buddha, mahsyur pula ramalan

18 Bhavishya Puran: 5, Prati Sarg Parv III: 3, 3: 5-27, yang dalam ayat ini juga terdapat istilah muslim dilafalkan sebagai musalmans.

19 Misalnya yang terdapat dalam Bundahish 30: 4-27, petikan terjemahannya:

“Saoshyant, akhir dari utusan di masa depan, ketika sekiranya Alam Semesta akan diperbarui, dan kebangkitan pun akan terjadi” Atau dalam Yasht 28:28, petikan terjemahannya:

“Kelak ialah Saoshyantyang berjaya. Dan namanya kelak Astvat-ereta. Dialah Saoshyant karena dia akan membawa kemaslahatan bagi dunia ragawi. Dialah Astvat-ereta karena sebagai ciptaan ragawi sekaligus makhluk, dia akan berteguh menghancurkan berhala dan sejenisnya, serta memperbaiki kekhilafan kaum Majusi.” 20 Misalnya ayat-ayat dalam Nama Shat Vakhshur Zarthusht Dasatir: “Tak ada sesuatu apapun yang menyerupai-Nya,” dan juga “Dia tanpa asal atau akhir, (...) tanpa ayah, ibu, isteri, putra,” yang makna kalimatnya sangat mirip Surat al-Ikhlas dalam al-Qur’an. Serta banyak ayat-ayat lainnya yang maknanya senada dengan al-Qur’an.

(38)

34 | IKHTISAR RISALAH

tentang ‘Dia yang Dijanjikan’ yang diistilahkan sebagai sosok ‘Meteya’.

Yang jelas dan pasti, dalam bahasa apapun nama atau julukan sang Nabi Penutup itu disebutkan, akan selalu mengacu pada makna yang serupa, yakni Yang Terpuji,

Yang Memuji, 21 atau makna-makna lain yang mengacu

pada sosok yang akan muncul membawa risalah terakhir di akhirzaman.

Di sebagian naskah, penggambaran sosoknya disampaikan dengan sangat jelas dan cukup merinci, sama persis dengan profil dan kisah hidup Nabi Muhammad ﷺ.21F

22 Namun seperti sebagian bentuk

kemukjizatan lainnya yang seringkali hadir sebagai ‘sebuah misteri yang terungkap’, nubuat tentang kedatangan sang Nabi Penutup pun memang seringkali

21 Kata maho atau maha dalam bahasa Pali dan Sansekerta berarti juga berarti ‘agung dan mulia’.

22 Veda bahkan menjelaskan secara detail mengenai nama ayah dan ibu dari sang Nabi, gambaran sosok para sahabatnya, tempat lahirnya, jenis kendaraan (hewan tunggangan) yang digunakannya, serta misi besar dan peristiwa-peristiwa besar yang dialaminya—penceritaannya terbilang sangat rinci. Misalnya, sang Nabi Terakhir tersebut disebutkan akan lahir dari ayah yang bernama Vishnu Bhagat yang artinya ‘Hamba Tuhan’— sama persis dengan arti Abdullah dalam bahasa Arab yang merupakan nama ayah dari Nabi Muhammad ﷺ. Veda juga menyebutkan bahwa sang Nabi Terakhir itu akan lahir dari ibu yang bernama Somanib yang artinya adalah ‘aman’ atau ‘damai’, yakni persis dengan nama Amimah yang merupakan nama ibu dari Nabi Muhammad ﷺ. Dalam kitab Dasatir kaum Majusi (Zoroasterian) bahkan disebutkan secara spesifik bahwa sang Nabi Terakhir ini akan datang dari wilayah Arabia, dan ajarannya akan dianut oleh sebagian bangsa Persia. Serta banyak penjelasan spesifik lainnya.

(39)

simbolisasi, lambang atau perumpamaan. Nabi ﷺ bersabda:

Jarak antara waktu diutusnya aku dan waktu terjadinya kiamat seperti ini —beliau berisyarat dengan [menggabungkan] kedua jarinya

lantas merenggangkan keduanya HR al-Bukhari: 6503; HR Muslim: 2950

Ialah sosok terpuji yang senantiasa memuji Tuhannya,

sang Nabi Penutup pembawa Risalah Terakhir, sosok

mulia yang telah dijanjikan sejak ribuan tahun lalu. Ialah

sang Nabi Akhirzaman yang telah dikabarkan akan berjuang mengembalikan kemurnian risalah ilahi, yang kedatangannya juga adalah tanda bermulanya babak akhirzaman dalam sejarah umat manusia.

Wallahu a’lam bishawab []

23 Ibarat teka-teki yang menguji keimanan manusia, karena keimanan kepada para nabi dan kebenaran yang dibawanya tak lain merupakan bagian dari ‘keimanan kepada hal yang gaib’. Maka jika diterangkan dengan terlalu jelas, tak pantaslah pahala besar bagi orang yang mengimaninya. Sebagaimana tak ada ganjaran bagi orang percaya adanya Matahari yang setiap mata bisa menyaksikannya sangat jelas setiap pagi.

(40)

36 | IKHTISAR RISALAH

#

Di Antara

Banyak Agama

dinamika sejarah risalah & pemurniannya

ۡمُ�يِ�

َ

أ َةَّلِّم � ٖجَرَح ۡنِم ِنيِّ�ٱ ِ� ۡمُ�ۡي

َلَع َلَعَج اَمَو ۡمُ�ٰٮَبَتۡجٱ َوُه

ُلۡبَ� نِم َ�ِمِل ۡسُم

ۡ

لٱ ُمُ�ٰٮَّمَس َوُه َۚميِهَٰ�ۡبِإ

Allah telah memilih kalian, dan sungguh Dia tidaklah membuat kalian sulit dalam beragama. (Ini pula lah) Agama leluhurmu Ibrahim. Allah telah menyebut engkau sekalian sebagai muslim

sejak masa yang terdahulu. QS al-Hajj [22]: 78

Jelas bahwa pada hakikatnya Islam bukanlah sekadar agama yang lahir di abad ke-7 M. Apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad tak lain ialah kelanjutan dari apa yang telah diusung ratusan ribu nabi sebelumnya. Membenarkan seluruh nabi terdahulu adalah salah satu pokok keimanan dalam Islam. Mengingkari salah satunya sama dengan mengingkari seluruhnya—khususnya nabi-nabi yang namanya disebutkan jelas di al-Qur’an (yakni yang memang dipastikan status kenabiannya).

(41)

nabi memang mengajarkan intisari ajaran yang sama, yakni

tauhid

: mempertuhankan Allah semata sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, serta

ketundukan atas aturan yang ditetapkan-Nya.

ِنوُدُبۡ�ٱَف

۠اَنَ� ٓ َّ�ِإ َهَٰ�ِإ ٓ َ� ۥُهَّنَ� ِهۡ َ�ِإ ٓ ِ�وُن َّ�ِإ ٍلوُسَّر نِم َكِلۡبَ� نِم اَنۡلَسۡرَأ ٓاَمَو

۞

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad) melainkan telah Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)

melainkan Aku. Maka sembahlah Aku. QS al-Anbiya [21]: 25

Inilah ajaran murni yang dibawa oleh Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, bahkan sangat mungkin pula Zoroaster, Krishna dan nabi-nabi umat Hindu di masa lampau, juga kemudian Sidharta Gauthama, serta ratusan ribu nabi lainnya yang bertugas menebarkan risalah langit di tiap penjuru Bumi dari zaman ke zaman. Sementara Nabi Muhammad sebagai Nabi Penutup mengemban tugas khusus untuk memurnikan kembali agama yang telah ada sejak lama tersebut.

Sungguh jelas dan sangat logis, karena segala yang disebut sebagai ‘agama’, yakni ‘ajaran tentang pedoman hidup manusia’, tentu mesti bersumber dari Tuhannya

(42)

38 | IKHTISAR RISALAH

manusia itu sendiri, yakni Allah Sang Maha Pencipta. Selama mengakui keberadaan Tuhan, seluruh agama

semestinya adalah satu dan semestinya tak mungkin

berseberangan satu sama lain.

Namun kenyataannya, seiring sejarah ribuan tahun, dari generasi ke generasi, ajaran yang luhur itu seringkali tercoreng dan tak murni lagi, bahkan terlencengkan terlalu jauh sehingga seolah muncul sebagai agama-agama yang berbeda-beda. Bentuk dan perbedaannya tergantung kisah penyimpangan yang terjadi.

Ada kalanya penyimpangan ini karena hakikat ajaran yang salah dimaknai oleh penganut di generasi selanjutnya.24

Namun yang paling sering terjadi adalah karena

kepentingan dari golongan tertentu, baik para penguasa atau bahkan para pemuka agama itu sendiri.25 Yang jelas,

24 Kitab-kitab suci terdahulu ibarat puing-puing sisa bangunan yang pernah berdiri ribuan tahun lalu. Sebagian isi dari kitab suci tersebut telah musnah ditelan sejarah atau tercecer entah di mana. Sebagian lagi masih bertahan dan masih mengandung kebenaran, bahkan masih memiliki kekayaan ilmu (tentang penciptaan, tentang sejarah umat terdahulu, dsb.). Namun sebagiannya sudah tidak otentik lagi. Dan ketidakotentikan yang paling mesti diwaspadai adalah bagian tentang konsep ketuhanan (tauhid). Inilah bagian yang paling mendasar dan menjadi sasaran utama Iblis untuk diselewengkan. Sedikit saja konsep ketuhanan ini bergeser, maka sangat cukup untuk menyesatkan manusia dalam kadar kesesatan yang paling tinggi—karena di sinilah letak hakikat ibadah dan tujuan penciptaan. 25 Dalam kitab kaum Majusi, Yashna 48: 10 digambarkan:

“Kemudian sesosok laki-laki yang sempurna (sang Nabi Penutup) akan muncul, bergerak dengan segala rencana (strategi) cerdasnya mengenyahkan reka-rekaan yang tercemar dari para pendeta palsu dan para tiran.”

(43)

sejarahnya, tanpa mempelajari secara mendalam tentang apa hakikat ajaran yang dianutnya.26

Menghancurkan kitab suci tanpa membakarnya,

demikianlah kira-kira strategi yang dijalankan oleh Iblis dan bala tentaranya. Maka

kunci penyerangannya terhadap

agama bukan dengan melenyapkannya

,

melainkan

dengan mencampuradukkan yang hak dengan yang

batil,

yakni dengan mencoreng prinsip ketuhanan yang murni, mencampurkannya dengan (sedikit saja) ajaran atau tradisi yang sebetulnya bertentangan dengan prinsip tersebut. Inilah hakikat bid’ah dan sinkretisme. Seperti ujar peribahasa, “nila setitik rusak susu sebelanga.”

Perlu dicatatkan pula bahwa

berusaha melencengkan

agama murni yang diturunkan oleh Allah adalah

agenda utama Iblis.

Maka akan selalu saja ada kisah tentang ini. Demikianlah memang dinamika drama perseteruan antara yang hak dan yang batil, antara para

26 Seperti makna janji lewat api yang lalu disalahartikan oleh kaum Majusi, sehingga api pun malah dipuja. Seperti konsep ketuhanan Yesus yang dimulai dari prakarsa Kaisar Konstantine dalam Konsili Nicea abad ke-4 M (tiga setengah abad setelah wafatnya Yesus). Seperti konsep trimurti atau trinitas dari ajaran paganisme yang akhirnya bercampur baur dalam ajaran Nasrani dan Hindu. Serta banyak bentuk kesimpangsiuran lainnya.

(44)

40 | IKHTISAR RISALAH

pengampu kebaikan dan penebar kesesatan. Namun

tabir-tabir yang menutupi kebenaran tetap bisa

terbuka lebar dengan mengaitkan kembali mata

rantai kenabian.

ِّ�ِبَّ�ٱ َقٰ َ�يِم ُ َّ�ٱ َذَخ

َ

أ ۡذ�

ۡمُ�َءٓاَج َّمُ� ٖةَم

ۡكِحَو ٖبَٰ�ِك نِّم مُ�ُتۡيَتاَء ٓاَمَل َن

ٰ

َ َ� ۡمُ�ۡذَخَأَو ۡمُ�ۡرَرۡقَأَء َلاَق ۚۥُهَّنُ ُ�نَ َ�َو ۦِهِب َّ ُنِمۡؤَُ� ۡمُ�َعَم اَمِّل ٞقِّد َصُّم ٞلوُسَر

َرۡق

َ

أ ْآوُلاَق �يِ ۡ�ِإ ۡمُ�ِلٰ

َ�

نَمَ� ۞ َنيِدِهَّٰشلٱ َنِّم مُ�َعَم

۠اَنَ�َو ْاوُدَهۡشٱَف َلاَق ۚاَنۡر

َمَلۡس

َ

أ ٓۥُ

�َو َنوُغۡبَ� ِ َّ�ٱ ِنيِد َ ۡ�َغ

َ

َ�َأ ۞ َنوُقِسَٰ�ۡلٱ ُمُه َكِ�َٰٓلْوُأَف َكِلَٰ� َدۡعَ� َّٰ�َوَت

ُعَجۡرُي ِهۡ َ�� اٗهۡرَ�َو ٗ�ۡو َط ِض�

َ ۡ

�ٱَو ِتَٰ�ٰ َ� َّسلٱ ِ� نَم

۞ َنو

Ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh yang telah Ku-berikan kepadamu ialah Kitab dan Hikmah.

Kemudian (akan) datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu. Tentu engkau akan

benar-benar beriman kepadanya, serta akan membantunya. Allah berfirman: "Apakah engkau bersetuju dan menerima

perjanjian-Ku ini?" Mereka menjawab: "Kami setuju". Allah berfirman: "Maka bersaksilah (wahai para nabi)!” Dan Aku pun menjadi saksi bersama engkau sekalian. Sesiapa berpaling setelah itu, maka merekalah orang-orang fasik.

Bagaimana bisa mereka mencari agama selain agama Allah? Padahal apa yang di Langit dan Bumi berserah kepada-Nya, dengan

suka atau terpaksa. Hanya kepada-Nya lah mereka akan kembali. QS Ali Imran [3]: 81-83

Demikianlah perjanjian antara Allah dengan para nabi. Karena kedatangan Nabi Muhammad ﷺ bersama al-Qur’an tak lain adalah pemurnian terakhir atas Risalah Allah, yang berlaku hingga penghujung zaman. Maka siapapun yang belum mau beriman kepada sang Nabi Penutup dan Risalah Terakhir ini, akan tergolong fasik.

(45)

Matahari yang terbit setiap pagi. Jika ditilik dari kacamata ilmiah saja, ini merupakan

fakta yang jauh lebih tinggi

derajatnya ketimbang sekadar argumen apapun

yang mungkin menyangkalnya.

Betapa segenap nabi yang tinggal di tempat-tempat yang jauh dari Jazirah Arab ratusan atau ribuan tahun

sebelumnya, telah memberitakan tentang akan datangnya sang Nabi Penutup yang harus diimani oleh seluruh manusia. Sungguh sebuah ‘kebetulan-yang-sangat-aneh’, dan patutlah untuk dipertimbangkan baik-baik oleh seluruh penganut agama yang belum beriman kepada sang Nabi Penutup tersebut, bahkan oleh kalangan yang tidak beragama sekalipun.

ُۗمَٰ�ۡسِ

�ٱ ِ َّ�ٱ َدنِع َنيِّ�ٱ َّنِإ

ۡ

Sungguh agama di sisi Allah hanya Islam semata. QS Ali ‘Imran [3]: 19

Ya! Karena Allah Sang Maha Pencipta telah menetapkan satu pedoman hidup yang sesuai fitrah manusia. Demikianlah hakikat Islam yang telah diturunkan kepada seluruh nabi, teruntuk seluruh umat manusia.

(46)

42 | IKHTISAR RISALAH

#

Nama &

Makna ‘Islam’

berserah untuk selamat

ِ�َمۡعِن ۡمُ�ۡي

َلَع ُتۡمَمۡ�َ�َو ۡمُ�َنيِد ۡمُ�َل ُتۡلَمۡ�َأ َمۡوَ ۡ�ٱ

۞ ۚاٗنيِد َمَٰ�ۡسِ

�ٱ ُمُ�َل ُتي ِضَرَو

ۡ

Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu. Dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku. Dan telah Ku-ridhai Islam itu sebagai agama bagimu.

QS al-Maidah [5]: 3

Walau pada hakikatnya Islam telah ada sejak awal umat manusia, namun Islam yang lazim kita kenal saat ini adalah penyebutan secara khusus pada ajaran dalam risalah terakhir yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ. Kata Islam setidaknya memiliki dua arti, yakni

‘keselamatan’ dan ‘keberserahan’. Islam adalah istilah khusus untuk menyebut agama yang fitrah, yang diturunkan Allah bagi umat manusia sebagai ‘jalan

berserah untuk mencapai keselamatan ’. Makna

(47)

diberikan langsung oleh Allah Tuhan Semesta Alam lewat turunnya wahyu dalam al-Qur’an. Ini merupakan ‘nama resmi’ yang diturunkan dari langit, dan bukan sebutan yang dibuat oleh manusia.

Nama Islam pun bersifat universal dan samasekali tidak mengacu pada nama nabi pembawanya atau tempat awal penyebarannya.27 Walau menggunakan istilah dalam

bahasa Arab, tapi Islam samasekali tidak mengacu hanya pada Arab.28

Maka ayat yang serupa ayat ke-3 Surat al-Maidah seperti yang dikutip di atas tak akan ditemui di kitab suci mana

27 Nama agama Buddha, misalnya, sangat terkait dengan dengan sosok Sidartha Gautama sebagai nabinya. Nasrani (Kristen) dikaitkan dengan ‘Nazareth’, kota yang dianggap tempat lahir nabinya dan tempat awal penyebarannya. Hindu mengacu pada ‘Sungai Indus’, ‘Hindia’, ‘India’, yakni penyebutan dari bangsa Barat (Inggris) bagi bangsa India yang khas dengan agamanya tersebut. Yang jelas, nama-nama ini tidak disebutkan dalam kitab suci agama-agama tersebut, melainkan baru muncul dan dipakai di masa kemudian, jauh setelah masa hidup nabinya. 28 Bahasa Arab disinyalir merupakan (salah satu) bahasa tertua, yang dalam pengetahuan saat ini diketahui sebagai satu-satunya bahasa induk yang memiliki akar kata (morfologi) paling utuh—boleh lah dikatakan sebagai bahasa yang paling terjaga kemurniannya. Maka tak heran jika bahasa ini dipilih Allah untuk menyampaikan wahyu terakhir yang diturunkan ke Bumi, yang mesti terus bertahan dan berlaku hingga berakhirnya zaman.

(48)

44 | IKHTISAR RISALAH

pun. Ayat ini turun di masa-masa akhir kehidupan Nabi Muhammad ﷺ, sebuah isyarat yang menegaskan bahwa syariat dan pedoman telah disempurnakan bagi umat terakhir di muka Bumi. Dan sebutan atas apa yang telah disempurnakan tersebut ialah ad-Dîn al-Islam—‘sebuah jalan untuk berserah diri’. Inilah agama fitrah yang murni serta akan tetap bertahan dan berlaku hingga

penghujung zaman.

(49)

I

KUNCI-KUNCI

KEBENARAN

(50)
(51)

Fitrah

bawaan lahiriah untuk bertuhan satu

ۡمُهَدَه ۡش

َ

أَو ۡمُهَتَّ�ِّرُذ ۡمِهِروُهُظ نِم َمَداَء ٓ ِ�َب ۢنِم َكُّ�َر َذَخَأ ۡذ�

ۡمِهِسُفن

َ

أ ٰٓ

َ َ�

َمۡوَي ْاوُلوُقَ� ن

َ

أ ۚٓاَنۡدِهَش ٰ َ�َب ْاوُلاَق ۖۡمُ�ِّ�َرِب ُتۡسَلَ�

۞ َ�ِلِفٰ َ� اَذٰ َ� ۡنَ� اَّنُك اَّنِإ ِةَمٰ َ�ِقۡلٱ

Dan ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan mengambil kesaksian atas jiwa mereka, "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Benar, kami bersaksi." Agar di Hari Kiamat kelak engkau tidak mengatakan,

"Sungguh kami telah lalai atas hal ini." QS al-Araf [7]: 172

Demikianlah perjanjian yang terjadi di Alam Ruh antara Sang Pencipta dan para makhluknya. Kala itu setiap ruh telah mengakui siapa Tuhannya. Maka setiap yang kemudian terlahir ke Bumi telah membawa fitrah kebertuhanan yang sama, yakni kecenderungan lahiriah untuk mengakui dan tunduk kepada-Nya.

Saat berpindah ke Alam Dunia ini, jiwa-jiwa itu pun diuji tentang kefitrahannya tersebut. Dengan adanya fitrah ini, setiap manusia punya kesempatan yang sama untuk menemukan kebenaran tentang Tuhannya.

(52)

48 | IKHTISAR RISALAH

Dunia memang tercipta buat menguji. Kesukacitaan dan daya tarik yang terhampar di atasnya membuat manusia cenderung lalai dan lupa. Lingkungan tempat sang jiwa tumbuh atau pilihan langkah yang diambil dalam hidupnya bisa saja membuatnya malah menjauh dari fitrahnya. Namun selama nurani masih hidup dan merindukan kefitrahan, ia akan bisa kembali menemukan fitrah yang telah menjadi sumpah di Alam Ruh tersebut.

َليِدۡبَ�

� ۚاَهۡيَلَع َساَّ�ٱ َر َطَ� ِ�َّلٱ ِ َّ�ٱ َتَرۡطِف ۚاٗفيِنَح ِنيِّ�ِل َكَهۡجَو ۡمِقَأَف

َ

۞ َنوُمَلۡعَ�

� ِساَّ�ٱ َ َ�ۡ�

َ

َ

أ َّنِ�َٰ�َو ُمِّيَق

ۡلٱ ُنيِّ�ٱ َكِلَٰ� ِۚ َّ�ٱ ِقۡلَِ�

Hadapkanlah wajahmu dengan lurus pada agama (yang sesuai fitrah), karena Allah lah yang telah menciptakan manusia di atas

fitrah itu. Tak ada yang berubah atas apa yang telah tercipta. Itulah agama yang lurus, namun kebanyakan manusia tidak tau."

QS ar-Rum [30]: 30

Para nabi dengan risalah yang dibawanya tak lain bertugas mengingatkan kembali tentang fitrah manusia tersebut: untuk apa hidup di dunia dan kepada siapa ia mesti menghamba, ke mana pula akhir tujuan hidupnya.

Jiwa yang masih bersih terjaga akan mudah menerima apa yang diperingatkan para nabi. Namun semakin banyak terpengaruh kefanaan dunia dan bisikan fasik, semakin sulit pula sang jiwa kembali ke fitrahnya. Sepanjang kisah umat manusia, penolakan atas peringatan para nabi selalu saja disebabkan ego, gengsi, bangga diri, kesombongan, akibat kelekatan sang jiwa dengan kefanaan dunia.

(53)

Iqra’!

jalan pembuka ilmu

ۡ

أَرۡقٱ

۞ َقَلَخ يِ

�ٱ َكِّ�َر ِمۡسٱِب

َّ

Bacalah! —

dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan. QS al-‘Alaq [96]: 1

“Iqra!”—‘Bacalah!’

Ini adalah kata sekaligus perintah yang paling pertamakali turun sebagai ayat al-Qur’an. Jika fitrah adalah prasyarat untuk dapat menerima kebenaran, maka

‘membaca’

tak lain adalah ‘pintu pertama’ menuju jalan ilmu untuk menemukan kebenaran. Karena toh ayat-ayat pertama yang turun memang menekankan perintah untuk membaca, maka menjadi muslim tapi tak mau membaca adalah ibarat kejanggalan. Dalam Islam, semua yang dijalankan dalam kehidupan harus selalu dilandasi ilmu. Iman dan keyakinan harus berpangkal dari ilmu dan akan semakin kuat dengan bertambahnya ilmu. Segenap syariat ibadah beserta tata cara menjalankan seluruh aktivitas kehidupan pun harus selalu berlandaskan ilmu.

(54)

50 | IKHTISAR RISALAH

Inilah salah satu hal yang paling khas dari Islam.

Islam

adalah ajaran yang sangat memuliakan kedudukan

ilmu dan meninggikan derajat orang-orang yang

berilmu.

ِعَفۡرَي

ُ َّ�ٱ

َنيِ

�ٱ

َّ

ۡمُ�نِم ْاوُنَماَء

َو

َنيِ

�ٱ

َّ

ْاوُتو

ُ

أ

َمۡلِعۡلٱ

�ٖتٰ َ�َرَد

۞

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat.

QS al-Mujadilah [58]: 11

Dalam al-Qur’an, kata ‘ilmu’ beserta turunannya disebutkan lebih dari 700 kali29—padahal jumlah surat

dalam al-Qur’an pun hanya 144.

Ajaran Islam secara tegas menyatakan bahwa menuntut ilmu ialah kewajiban yang sangat utama bagi seorang muslim sepanjang hayat. Mengamalkan (menerapkan) dan menyebarkan ilmu (mendidik dan berdakwah) pun harus senantiasa dijalankan setiap muslim. Tujuannya tak lain adalah menemukan dan menjalankan kebenaran, menyebarkan dan meneggakkan kebenaran. Lewat jalan ilmu pula lah kebenaran Islam bisa ditemukan oleh setiap insan, untuk menemukan fitrah dan tujuan hidupnya.

Wallahu a’lam bishawab []

29 Termasuk kata-kata yang artinya ‘berilmu’, ‘alim’/’ulama’ (=‘ilmuwan’), ‘menuntut ilmu’, ‘mempelajari’, ‘belajar’, ‘memahami’, dsb. —yang dalam bahasa Arab kata-kata tersebut mengakar pada kata dasar yang sama dengan kata ilmu.

(55)

Cahaya (Ilmu)

petunjuk dari sumber

pengetahuan yang hakiki

دَق

۞ ٞ�ِبُّم ٞبٰ َ�ِ�َو ٞروُن ِ َّ�ٱ َنِّم مُ�َء

ٓاَج ۡ�

يِدۡهَ�

ِهِب

ُ َّ�ٱ

ِنَم

َعَبَّ�ٱ

ُهَنٰ َ� ۡضِر

ۥ

َلُبُس

ِمَٰ� َّسلٱ

ِرۡخُ�َو

َنِّم مُهُج

ِتٰ َ�ُل ُّظلٱ

َ

�ِإ

ِروُّ�ٱ

ِهِنۡذِإِ�

ۦ

۞ ٖ�يِقَت ۡسُّم ٖطَٰ� ِص ٰ

�ِإ ۡمِهيِدۡهَ�َو

َ

[...] Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan.Dengan kitab itulah Allah menunjuki

orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita menuju cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, menunjuki

mereka ke jalan yang lurus QS al-Maidah [5]: 15-16

Ilmu yang paling hakiki ialah ilmu yang bersumber langsung dari Allah Sang Maha Pencipta, yang seringkali diistilahkan (diibaratkan) sebagai

nur

, yakni ‘cahaya yang menerangi dan memberi petunjuk’. Ilmu inilah yang disampaikan oleh para nabi melalui kitab suci, pebuatan serta lisan mereka. Sebagai ilmu yang hakiki yang dijamin kebenarannya, maka diistilahkan pula sebagai

khabar

shadiq,

yang artinya ‘berita yang benar’.

(56)

52 | IKHTISAR RISALAH

Karena Allah yang menciptakan kita dan seluruh alam, maka Dia pula lah yang paling mengetahui dan paling mengerti. Hanya dengan panduan ilmu-Nya lah manusia dapat menemukan kebenaran.

‘Ilmu’ atau ‘cahaya’ inilah yang juga disebut sebagai

hidayah

. Secara umum, hidayah dapat diartikan sebagai ‘petunjuk’ atau ‘bimbingan’. Bisa berupa petunjuk yang diserukan oleh para nabi dengan kitab suci yang dibawanya. Bisa pula berupa petunjuk yang secara istimewa Allah turunkan sebagai karunia bagi makhluknya, sehingga ia dapat menerima dan menerima kebenaran dengan lebih mudah, terbuka dan lapang hati.

۞ اٗمۡلِع ِ�ۡدِز ِّبَّر ل

ُقَو

Dan katakan lah, "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."

QS Thahaa [65]: 114

Di sisi lain, ilmu yang hanya berpangkal dari pikiran manusia sangatlah terbatas, sekadar dugaan yang boleh jadi keliru. Ilmu manusia hanya mungkin menjadi benar jika disandarkan pada ilmu yang diturunkan Allah. Jika justru bertentangan, maka sudah pasti tidak benar, batil, salah—dalam Islam, yang demikian pada hakikatnya tidak bisa disebut sebagai ilmu.

(57)

Bacalah! Dan Tuhanmu lah Yang Maha Pemurah. Yang mengajari (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajari manusia apa-apa yang tak diketahuinya.

QS al-‘Alaq [96]: 3-5

Dalam ayat-ayat al-Qur’an yang pertamakali turun, Allah mengenalkan diri-Nya dan menggambarkan bagaimana Ia

mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam, yakni

risalah (kitab suci) yang dibawa para rasul dan nabi. Sebagai Sang Pencipta, Allah mengajarkan segenap ilmu sebagai petunjuk bagi makhluk-makhluknya untuk menjalani kehidupan. Dia juga memberi secuplik pengetahuan tentang penciptaan Alam Semesta,

penciptaan manusia dan makhluk lainnya, bahkan tentang alam-alam yang akan dilalui manusia di kehidupan selanjutnya, serta berbagai khazanah ilmu lainnya. Namun, yang paling tinggi derajatnya di antara semua itu ialah ilmu yang mengajarkan tentang keberadaan dan keesaan Allah. Lewat wahyu-wahyu yang diturunkan, Allah sendiri yang mengenalkan diri-Nya,

menggambarkan sifat-sifat-Nya, serta menegaskan tentang keesaan-Nya, bahwa Dia adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah oleh seluruh makhluk. Ilmu yang tertinggi inilah yang disebut dengan

tauhid

.

(58)

54 | IKHTISAR RISALAH

#

Hati, Akal,

& Indera

perangkat menuju kebenaran

َعۡم َّسلٱ ُمُ�َل َلَعَجَو ۖۦِهِحوُّر نِم ِهيِ� َخَفَ�َو ُهٰٮَّوَس َّمُ�

ۡ�

َ ۡ

�ٱَو َرٰ َ�ۡب

َ ۡ

�ٱَو

۞ َنوُرُك ۡشَ� اَّم

�يِلَق َۚةَد

ٗ

Lalu Dia menyempurnakan dan meniupkan ruh (ciptaan)-Nya ke dalamnya. Dia pun menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati

bagimu, namun sedikit sekali di antaramu yang bersyukur. QS as-Sajdah [32]: 9

۞ ِبٰ َ�ۡلَ ۡ�ٱ ْاوُلْوُأ ُرَّكَذَتَ� اَمَّ�ِإ

Hanyalah orang-orang yang mempergunakan akal (ulil albab)

yang dapat mengambil pelajaran. QS ar-Ra’d [13]: 9

Allah sungguh sangat tegas memerintahkan manusia untuk benar-benar memberdayakan hati (nurani), akal, dan segenap perangkat inderawi yang telah

dianugerahkan. Hanya dengan memanfaatkan segenap perangkat inilah kebenaran bisa tercapai. Maka ancaman yang sangat keras pun tertuju bagi sesiapa yang lalai dan tidak memanfaatkan anugerah ini dengan semestinya.

(59)

ۡلٱ ُمُه َكِ�َٰٓلْوُأ ۚ ُّلَضَأ ۡمُه ۡلَب

Dan sesungguhnya Kami jadikan Neraka Jahanam ini bagi kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka yang mempunyai hati, tapi tak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata (tetapi) tak dipergunakan untuk melihat

(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka ibarat binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka lah orang-orang yang lalai.

QS al-A’raf [7]: 179

Di sisi lain, al-Qur’an sangat menyanjung orang-orang beriman yang benar-benar memberdayakan segenap akal dan nuraninya, yang karenanya membuat ia semakin banyak mengingat Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Merekalah dalam al-Qur’an dijuluki sebagai ‘ulil albab’.

ِ�ْو

ُ

� ٖتٰ َ�� ِراَهَّ�ٱَو ِلۡ

ِ

ّ

�ٱ ِفَٰ�ِتۡخٱَو ِض�

َّ

َ ۡ

�ٱَو ِتَٰ�ٰ َ� َّسلٱ ِق

ۡلَخ ِ� َّنِإ

ۡمِهِ�وُنُج ٰ

َ َ�َو اٗدوُعُ�َو اٗمَٰ�ِق َ َّ�ٱ َنوُرُكۡذَي َنيِ َّ�ٱ ۞ ِبَٰ�ۡلَ ۡ�ٱ

َلَخ اَم اَنَّ�َر ِض�

َ ۡ

�ٱَو ِتٰ َ�ٰ َ� َّسلٱ ِق

ۡلَخ ِ� َنوُرَّكَفَتَ�َو

َتۡق

۞ ِراَّ�ٱ َبا

َذَع اَنِقَف َكَنٰ َ�ۡبُس ٗ�ِطَٰ� اَذَٰ�

Sungguh pada penciptaan Langit dan Bumi, serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi ulil albab (orang-orang yang mempergunakan akal). Orang-orang yang mengingat Allah

sambil berdiri, duduk, atau berbaring, dan mereka memikirkan ihwal penciptaan Langit dan Bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci

Engkau, maka peliharalah kami dari siksa Neraka.” QS Ali Imran [3]: 190-191

(60)

56 | IKHTISAR RISALAH

•••

SIMPULAN:

“Mata Hati & Jalan Kebenaran”

Kebenaran yang hakiki hanya bisa dicapai dari kedua sisi:

1)

faktor dari dalam

diri sendiri

, yakni melaui akal,

hati nurani, nalar, beserta segenap indera yang telah dianugerahkan oleh Allah.

2)

faktor dari luar

, yakni ilmu yang bersumber dari luar

diri, yang diumpamakan sebagai ‘cahaya’ (nur) yang menerangi dan memberi petunjuk di tengah gelapnya ketidaktahuan. Inilah wahyu dari Allah, yakni sebagai cahaya petunjuk, berupa kitab yang diturunkan Allah dan segala yang arahan oleh nabi-nabinya,30 serta hidayah

yang secara khusus Allah turunkan ke dalam hati para hambanya sehingga mudah menerima dan memahami kebenaran.

Jika salah satu faktor (dalam dan luar) ini tidak terpenuhi, maka kebenaran tidak akan pernah tercapai.

Wallahu a’lam bishawab []

30 Khususnya mengacu pada risalah terakhir yang diturunkan sebagai petunjuk bagi umat terakhir (kita), yakni segala yang disampaikan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ.

(61)

II

BERSERAH

DIRI

(62)
(63)

Rukun Islam

lima ‘pilar’ ibadah

Nabi ﷺ bersabda:

Islam adalah engkau bersaksi tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah semata

dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan,

dan engkau menunaikan haji ke baitullah jika engkau telah mampu melakukannya.

HR Muslim: 8 31

Rukun Islam adalah lima hal yang menjadi pilar utama utama sekaligus syarat dan ciri keislaman. Terdiri dari lima bentuk ibadah wajib yang menjadi tahap paling awal dan paling pokok untuk menjalani Islam. Keseluruhan pilar ibadah ini berpangkal pada rukun pertama, yakni dua kalimat syahadat yang merupakan rukun yang paling mendasar. Pilar pertama ini ibarat tiang pancang paling utama dan paling pertama dibangun di sebuah ‘bangunan keislaman’. Keseluruhan ‘bangunan

keislaman’ dengan tingkatan-tingkatannya berawal dari hanya satu tiang pancang ini.

(64)

60 | IKHTISAR RISALAH

#1

Syahadat

ٍلوُسَّر نِم َكِلۡبَ� نِم اَن

ۡلَسۡرَأ ٓاَمَو

۞ ِنوُدُبۡ�ٱَف

۠اَنَ� ٓ َّ�ِإ َهَٰ�ِإ ٓ َ� ۥُهَّنَ� ِهَۡ�ِإ ٓ ِ�وُن َّ�ِإ

Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum engkau (Muhammad) melainkan telah Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)

melainkan Aku. Maka sembahlah Aku. QS al-Anbiya [21]: 25

Syahadat, yakni sebuah pernyataan atau persaksian hati dan lisan yang menjadi syarat pertama keislaman seseorang. Terdiri dari dua kalimat yakni:

ُ�ا

�ِا َ

َّ

�ِا

َ

�اْنَاُدَهْشَا

َ

Asyhadu al laa ilaaha illaIlah

Aku bersaksi tiada Tuhan yang disembah selain Allah

ِ�ا ُلؤٌسَر اًدَّمَ ُ� َّنَاُدَهْ�َاَو

Wa asyhadu anna Muhammadarasulullah Dan aku bersaksi bahwa Muhammad ialah utusan Allah

Kalimat pertama: “laailahailallah ”, ialah kalimat tauhid.

Tauhid

adalah hal paling penting harus diketahui, dipahami, dihayati sekaligus diamalkan dan dijalani dalam kehidupan. Kalimat ini membenarkan dan menegaskan tentang hakikat Allah sebagai Tuhan Yang Maha Tunggal.32 Tidak ada sesuatu apapun yang boleh

32 Secara bahasa, tauhid berasal dari perubahan kata kerja

Referensi

Dokumen terkait

Selain aturan hukum positif, Mahkamah partai yang merupakan wadah yang harus diutamakan ketika menyelesaikan sengketa atau perselisihan, juga didukung oleh beberapa putusan

menyelesaikan skripsi yang berjudul, “ Analisis Serapan Hara Makro Beberapa Varietas Padi Sawah ( Oryza sativa L) di Bawah Tegakan Kelapa Sawit Umur 16 dan 20 Tahun.”..

Tanaman akasia ( Acacia mangium ) yang ditanam pada lahan hutan rakyat di Desa Buana Sakti sebagian besar baru berusia 4 tahun, sehingga untuk mengetahui pendapatan dari

Jumlah total dissolve solid pada boiler harus kecil yaitu dibawah 2000 ppm sehingga harus diinjeksikan phospat (PO4 - ) yang berguna untuk mengikat zat-zat padat yang

Penelitian-penelitian di atas telah memberikan bukti peranan book-tax differences yang diukur dengan biaya pajak tangguhan untuk menilai kualitas laba melalui praktik manajemen laba,

yang baik, dipersepsi dengan kualitas yang bagus, serta punya konsumen yang sangat loyal terhadap merek tersebut.. Contoh

[r]

Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan