• Tidak ada hasil yang ditemukan

menghadapi tirani yang memaksakan kehendak

ِب ۡرُفۡ�َي نَمَ�

ِتوُغَّٰطلٱ

ِب ۢنِمۡؤُ�َو

ِ َّ�ٱ

ِدَقَ�

َك َسۡمَتۡسٱ

ِب

ِةَوۡرُعۡلٱ

ٰ َ�ۡ�ُوۡلٱ

َ

َما َصِفنٱ

ۗاَهَل

dan 116 thaghut yang ingkar kepada Sesiapa

beriman kepada Allah, sungguh ia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.

QS al-Baqarah [2]: 256

Inilah fase keempat, zaman berkuasanya penguasa zalim yang oleh Nabi ﷺ diistilahkan sebagai Mulkan Jabariyyan, yakni penguasa yang sewenang-wenang dalam

memaksakan kehendaknya. Inilah zaman di mana hukum dan segala prinsip yang telah Allah tetapkan dalam kitab suci dikesampingkan, digantikan oleh segenap prinsip dan aturan hidup buatan manusia.116F

117

116 Thaghut yakni segala sesuatu selain Allah, yang dipuja, disembah,

diagungkan dan diperlakukan berlebihan. Lihat juga QS 43: 45; QS 29: 25 117 Lihat QS 5: 44-47

158 | IKHTISAR RISALAH

َلاَق

َك َطَٰ� ِص ۡمُهَل َّنَدُعۡ�َ َ� ِ�َتۡ�َوۡغَأ ٓاَمِبَف

ٱ

َميِقَت ۡسُمۡل

۞

َّمُ�

ۡلَخ ۡنِمَو ۡمِهيِدۡيَ� ِ ۡ�َب ۢنِّم مُهَّنَيِت�

نَعَو ۡمِهِنٰ َ�ۡيَ� ۡنَ�َو ۡمِهِف

َن�ِرِكٰ َ� ۡمُهََ�ۡ�َأ ُدِ َ� َ�َو ۖۡمِهِلِ�ٓاَمَش

۞

Iblis menjawab, "Karena Engkau telah menghukumku sesat, aku akan benar-benar menghalang-halangi mereka (manusia) dari jalan-Mu yang lurus. Niscaya kan kudatangi mereka dari depan

dan dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Engkau tak akan mendapati kebanyakan manusia bersyukur (taat).

QS al-‘Araf [7]: 17

Di zaman ini hakikat tentang ‘Iblis yang mendatangi manusia dari segala arah’ telah mewujud dalam bentuk perusakan dan penyesatan di setiap lini kehidupan— secara holistik dan sistemik. Lewat berbagai bentuk jeratan dalam sistem yang zalim, sang penguasa (thagut ) memaksa agar manusia menjalani kehidupannya sesuai prinsip yang mereka tetapkan.

Dalam memahami hal ini,

wawasan keislaman juga

mesti dilengkapi dengan wawasan global beserta

cakrawala berpikir yang luas.

Misalnya terkait:

Sistem ekonomi dan moneter yang dibangun dalam prinsip riba, yang disokong jaringan bank dan perusahaan

multinasional melalui prinsip korporatokrasi. Ekonomi ribawi inilah yang menjadi ‘pintu masuk’ penguasaan sang penguasa atas dunia. Dari ranah ekonomi, kemudian merembet ke seluruh aspek kehidupan, hingga eksploitasi besar-besaran atas umat manusia dan lingkungan hidup, yang berdampak pada rusaknya tatanan masyarakat secara keseluruhan. Lewat sistem ekonomi ribawi ini, saat ini terjadi ketimpangan sosial

dari ilmu pengetahuan. Sebuah bentuk indoktrinasi yang secara tak langsung mengarahkan manusia agar berorientasi

kebendaan, yakni menjadikan hal-hal materialistik sebagai

tujuan hidup sekaligus patokan kesuksesan. Dua tujuan utama sekolah formal adalah: 1) mencetak pekerja (SDM), 2) menciptakan konsumen. Keduanya sangat mendukung kelanggengan sistem ekonomi ribawi (kapitalis) yang tengah berlangsung.

Sistem dan pola pengajaran ini juga (secara tak langsung, tanpa disadari) memangkas potensi kreativitas, daya kritis, serta membentuk cara pikir parsial: keilmuan yang tidak saling terkait satu sama lain; ilmu yang semakin mengerucut dengan keahlian yang sangat spesifik, sehingga para lulusan sulit menghubungkan satu fenomena dengan fenomena lainnya.119 Materi pengajarannya tak lain adalah segala hal yang Barat-sentris (mengagung-agungkan bangsa Barat), terutama terkait pelencengan sejarah, serta segenap ilmu pengetahuan yang dilandasi paham sekulerisme dan materialisme.

118 Lihat dokumenter “The Economics of Happiness”, “The New Rulers Of The World”, “The American Dream”, “The Corporation”, “Four Horsemen”, serta buku Confession of an Economic Hit Man karya John Perkins, dsb. 119 Gambaran mengenai carut-marut dunia pendidikan, lihat misalnya paparan Ken Robinson dalam video pendek berjudul “Changing Education Paradigms”, paparan Noam Chomsky dalam “Education For Whom and For What?”, “The Purpose of Education”, dan juga buku Weapon of Mass

160 | IKHTISAR RISALAH

Media massa yang dikendalikan untuk menggiring perilaku massa; terutama melalui budaya pop yang disokong film (Hollywood), musik populer, fesyen, kuliner, olahraga, otomotif, serta berbagai bentuk tren dan gaya hidup yang

‘dipromosikan’ oleh para selebritis, serta segenap advertising

yang membentuk masyarakat dengan kultur

KONSUMERISME (merajalelanya perilaku KONSUMTIF adalah salah satu kunci untuk menguasai dan mengeksploitasi massa; inilah salah satu ‘penyakit’ paling berbahaya yang sedang menjangkiti masyarakat modern).120

Agrikultur & produksi pangan yang dibangun lewat prinsip industri dengan teknologi ‘canggih’ yang mendukung percepatan produksi (peningkatan nilai ekonomi). Yakni dengan mengeksploitasi alam serta berbagai bentuk rekayasa, di antaranya: rekayasa genetik, pestisida dan pupuk kimia sintetik, serta berbagai bentuk rekayasa dalam proses produksi di laboratorium dan pabrik makanan, yang menghasilkan beragam makanan tidak thayib (bahaya bagi kesehatan dan dipertanyakan kehalalannya), merusak air dan tanah, bahkan menimbulkan polusi genetika.121

Fasilitas kesehatan melalui industri farmasi yang memproduksi obat-obat kimia sintetis dengan segala efek samping dan dampak jangka panjang yang diakibatkannya, yang justru semakin banyak memunculkan penyakit baru dan berbagai permasalahan kesehatan. Ditambah dengan

120 Gambaran mengenai konteks media massa dan dunia pop kultur, silakan simak film dokumenter “Century of the Self”, “Consumed: Inside the Belly of the Beast”, “Manufacturing Consent”, dsb.

121 Sekilas mengenai carut-marut dunia industri pangan dan nutrisi, silakan simak film “Food Inc.”, “Food Matters”, “GMO OMG”, dsb.

menunggangi paham demokrasi sebagai kendaraan utama. Intinya, menempatkan ‘aturan buatan manusia’ di atas ‘aturan yang ditetapkan Allah’; memisahkan pemerintahan dari urusan keagamaan; agar aturan bernegara dan bermasyarakat harus terbebas dari ‘intervensi Tuhan’. 123

Filsafat dan sains yang berpangkal pada paham humanisme dan materialisme. Intinya, segala ilmu pengetahuan yang diusung berujung pada penyangkalan atas keberadaan Tuhan.124 Di ranah filsafat, dari paham humanisme kemudian memunculkan berbagai cabang pemikiran. Intinya bahwa segalanya berpusat pada (kehendak) manusia, bahwa manusia bisa mengurusi kehidupannya sendiri dan tidak membutuhkan Tuhan.

Di ranah sains, fondasi besarnya disokong Darwinisme: bahwa manusia berasal dari sejenis kera, dan seluruh makhluk berasal dari evolusi sebagai ‘proses kebetulan’—bukan penciptaan. Diperkuat pula dengan konsep kosmologi modern: bahwa Alam Semesta ini ada dengan sendirinya, di antaranya dengan simpulan akhir dari teori big bang125 (seperti

122 Gambaran tentang dunia farmasi dan industri kesehatan silakan lihat film “Big Bucks, Big Pharma”, “The American Parasite”, “Food Matters”, dsb. 123 Lihat dokumenter “The War on Democracy”, “Israel Lobby”, “This Is What Democracy Looks Like”, “Militainment, Inc.”, “The War You Don't See”, dsb. 124 Lihat misalnya dokumenter “The Signs”.

125 Beberapa hal dalam teori ini memang bisa sesuai dengan kisah penciptaan dalam kitab-kitab suci, namun sebagiannya ternyata tidak

162 | IKHTISAR RISALAH

yang dipertegas oleh Stephen Hawking); termasuk pula konsep Bumi berbentuk bola/globe sebagai sempalan proses big bang. Hakikatnya, teori yang menentang proses

penciptaan oleh Tuhan merupakan pseudosains (sains palsu yang dibuat legal dan massive).

Sistem kepercayaan dan aliran kebatinan yang muncul dalam berbagai bentuk penyimpangan akidah, terutama lewat gerakan spiritualisme modern yang dinahkodai new age movement; paham ini menyebar lewat beragam kemasannya yang samar, sehingga tidak disadari telah menggiring kaum muslim ikut ke dalamnya, mencoreng kemurnian tauhid umat.126 Di antaranya melalui bentuk ramalan, cenayang, pengetahuan tentang hal gaib (yang tidak bersumber pada Risalah Allah);127 berbagai praktek hipnosis, astral projection, berbagai permainan alam bawah sadar; meditasi, aktivasi kundalini,; konsep reinkarnasi dan siklus penciptaan; law of attraction

yang mengajarkan manusia untuk mewujudkan keinginan

sesuai dengan apa yang digambarkan kitab suci. Seperti gambaran tentang Bumi yang berupa hamparan (bukan bola); langit yang berupa kubah transparan yang solid dan tak bisa ditembus serta diibaratlan lembaran-lembaran yang berlapis tujuh; dsb. Wacana ‘flat earth’ ini makin mencuat di tahun-tahun belakangan. Banyak kalangan yang mengkritisi dan meneliti ulang konsep kosmologi modern ini. Walau masih kontroversi, tapi yang pasti semakin banyak fakta terkuak yang menunjukkan kejanggalan konsep tersebut (tentunya terkait

kepentingan para Elite Global [Mulkan Jabariyyan]). Maka khususnya di era Mulkan Jabariyyan ini kita pun memang mesti sangat jeli dan kritis dalam menerima konsep-konsep mainstream yang berlaku umum. 126 Lihat misalnya dokumenter “Gods of the New Age”, serta buku Harakah

al-‘Ashr al-Jadîd karya Fauz bin Kamil Kurdi.

127 Ingat bahwa hanya Allah saja yang mengetahui hal gaib, dan Ia hanya memberikan sedikit pengetahuan tentang hal gaib itu kepada para rasul saja (lihat QS 72: 26-27; QS 06: 50).

Hal yang paling dirusak dalam tatanan kehidupan di era modern ini adalah ‘cara pandang masyarakat atas kehidupan’ (worldview ). Alam pikiran kebanyakan orang pun teralihkan ke cara pandang yang materialistik dan sekuler (memisahkan urusan agama dengan kehidupan duniawi). Karena ini merupakan hal yang paling mendasar, maka cara masyarakat dalam memandang dan menakar setiap hal pun bisa berubah total, sesuai apa-apa yang dikehendaki sang penguasa dan justru berseberangan dengan apa yang diserukan para nabi.

Sistem yang serba memaksakan kehendak ini berdampak besar pada rusaknya tatanan masyarakat, hingga

bobroknya akhlak dan adab, semakin redupnya peran hati nurani dengan hilangnya kepekaan dan nilai-nilai spiritualitas yang hakiki (tauhid). Hampir semua lini kehidupan hanya berfokus dan berkonsentrasi pada hal-hal materialistik dan keduniawian. Sementara arus spiritualisme/batiniah walau juga tumbuh subur, tapi justru disusupi pencorengan akidah.

128 Contoh sepele: saat ini sebagian orang cenderung mengucapkan “Terimakasih, Semesta..” dan bukan lagi, “Terimakasih, Tuhan..” Seperti pula istilah mestakung—‘semesta mendukung’, yang walau mungkin awalnya dibawakan secara ringan, tapi ternyata bisa mengikis akidah (tentunya tanpa disadari).

164 | IKHTISAR RISALAH

Kerusakan tatanan kehidupan yang dianggap modern ini bahkan telah sampai di taraf dehumanisasi, yakni

pencerabutan sisi kemanusiaan manusia. Sehingga manusia secara umum pun ibarat robot atau zombie yang hanya mengikuti pola keumuman yang ada, tanpa tau bahwa apa yang diikuti (ternyata) adalah jalan yang menjerumuskan.129 Bahwa apa yang sebetulnya dijalani tak lain merupakan bagian dari kehendak yang

dipaksakan oleh sang penguasa.

Inilah hakikat dari apa yang digulirkan oleh

Mulkan

al-Jabariyan

—sang penguasa yang memaksakan

kehendak, yang direpresentasikan dengan berkuasanya

dwitunggal Amerika-Israel

yang ditunggangi oleh

sebuah kelompok kecil yang dikenal sebagai

Zionis

. Mereka adalah para ‘elite global’, yakni segenlitir orang zalim yang menguasai dunia dari balik layar, tanpa disadari oleh sebagian besar penduduk dunia. Kelompok ekslusif inilah yang secara tidak langsung menjadi kendali dari keseluruhan sistem global yang zalim ini; membawahi keseluruhan tatanan dunia modern

129 Contoh riil misalnya adalah paham feminisme yang meyebar secara masive, tanpa disadari. Satu poin ini saja sudah berdampak sangat fatal, karena berhasil mengacak-acak tatanan keluarga, mengacaukan peran dalam rumahtangga, serta menghilangkan/melemahkan pendidikan rumah. Padahal dalam Islam sangat tegas bahwa keluarga adalah fondasi paling awal yang menjadi syarat kekokohan dan kemuliaan umat, dan perempuan punya peran yang sangat khas, sangat utama dan mulia— samasekali tak perlu bersaing peran dengan kaum laki-laki (!).

masyarakat.

Melalui sistem global inilah digulirkan sebuah

eksploitasi secara massal, yakni sebentuk perbudakan di mana korbannya tidak merasa sedang dipebudak. Di tengah dahsyatnya sistem zalim ini,

kebanyakan orang

bahkan tak tau tentang apa yang sedang terjadi, dan

mereka pun tidak tau bahwa mereka tidak tau.

130

Dashyatnya sistem ini sangat terkait dengan apa yang dalam nubuat akhirzaman diistilahkan sebagai f

itnah

dajjal.

Fitnah berarti ‘ujian’ atau ‘cobaan’, sedangkan

dajjal secara makna kata berarti ‘tipuan’, ‘muslihat’, atau ‘kepalsuan’.

Puncak terberat dari fitnah ini memang akan terjadi seiring munculnya sosok Masih ad-Dajjal (sang al-Masih Palsu) —tokoh protagonis yang akan tampil sebagai musuh terbesar umat muslim, akan menjadi pemimpin tertinggi dari golongan sesat yang

pengaruhnya akan sangat kuat. Namun fitnah ini pun telah berlangsung sejak bermulanya fase keempat ini, menyongsong datangnya sang Dajjal.

166 | IKHTISAR RISALAH

Maka fitnah dajjal secara sederhana bisa diartikan sebagai sebuah sistem kehidupan yang serba menipu, penuh muslihat.131 Situasi ini pada hakikatnya adalah serangkaian ujian/cobaan berat bagi umat di akhirzaman. Dahsyatnya tipuan ini dalam sebuah hadits diibaratkan:

air yang sejuk akan tampak seperti api yang panas