• Tidak ada hasil yang ditemukan

induk segala ilmu & pedoman hidup

ُهَّن�

ۥ

ٞز�ِزَع ٌبٰ َ�ِكَل

۞

َّ

ِهيِ�ۡأَي

ُلِطٰ َ�ۡلٱ

َ

�َو ِهۡيَدَي ِ ۡ�َب ۢنِم

ِهِفۡلَخ ۡنِم

ۖۦ

ٖديِ َ� ٍ�يِكَح ۡنِّم ٞل�ِ�َت

۞

Dan sungguh ini benar-benar kitab yang mulia. Yang tak ada kebatilan datang bersamanya, dari depan maupun

belakangnya. Yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.

QS Fussilat [41]: 41-42

۞ َ�ِقَّتُمۡلِّل ىٗدُه �ِهيِ� ۛ َبۡ�َر َ� ُبَٰ�ِكۡلٱ َكِلَٰ�

Kitab ini tak ada sesuatu pun yang meragukan di dalamnya. Petunjuk bagi mereka yang bertakwa.

QS al-Baqarah [2]: 2

Al-Qur’an tidak turun sebagai sejilid kitab yang sudah langsung lengkap, melainkan turun secara bertahap selama 23 tahun sepanjang masa kenabian Nabi Muhammad ﷺ. Kadang turun hanya satu ayat, kadang beberapa ayat, atau satu surat sekaligus. Satu surat bisa baru lengkap setelah berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

Ayat-ayat tersebut diturunkan sedikit demi sedikit seiring situasi yang dihadapi Nabi ﷺdan pengikutnya. Dengan

132 | IKHTISAR RISALAH

proses yang demikian, maka hikmah pemahaman dan pemaknaan dari ayat-ayat tersebut pun bisa benar-benar mantap menghujam dalam jiwa.

Setiap ayat yang turun dibacakan oleh Nabi ﷺ, lalu diterima oleh para sahabat, dihafalkan, dibacakan, dan diamalkan/diterapkan dalam kehidupan mereka. Petunjuk wahyu ini benar-benar dicerap setahap demi setahap. Bukan sekadar sebagai teks atau hafalan, melainkan betul-betul beserta hikmah-hikmahnya. Proses sejarah bagaimana turunnya al-Qur’an

mengajarkan kita untuk senantiasa mengambil hikmah dari situasi yang tengah dialami dengan senantiasa mengaitkannya pada petunjuk di al-Qur’an. Bagi kita di zaman sekarang, hikmah-hikmah turunnya ayat-ayat al-Qur’an bisa didapatkan dengan membaca kisah kehidupan Nabi ﷺ dan muslim generasi pertama, yakni dengan mengetahui dalam situasi apa ayat tersebut diturunkan sebagai petunjuk, serta bagaimana Nabi ﷺ dan para sahabat mengambil pelajaran darinya. Kisah-kisah hikmah tersebut kemudian bisa menjadi kaidah umum (universal) yang bisa diterapkan dalam berbagai konteks situasi yang kita alami.

Maka kajian al-Qur’an mesti selalu bersanding dengan kajian tentang sirâh (kisah kehidupan) Nabi ﷺ dan umat Islam generasi pertama yang mengalami langsung proses turunnya wahyu tersebut. Karena memang di situlah letak kisah hikmah terbesarnya.

Malaikat Jibril. Maka tersusun lah rangkaian surat seperti yang kita kenal sekarang, dari surat al-Fatihah hingga an-Naas. Ajaibnya, rangkaian ayat per ayat dalam susunan ini memiliki keteraturan dan kepresisian, padahal awalnya turun secara acak dan tak berurutan.99F

100 Sebagai wahyu terakhir yang diturunkan ke Bumi dan akan berlaku hingga penghujung zaman, kemukjizatan paling utama dan paling khas dari al-Qur’an adalah tentang bagaimana kitab ini

dijaga keasliannya.

Hingga akhir sejarah umat manusia, seluruh bacaan dalam kitab ini akan senantiasa sama persis seperti ketika ayat-ayatnya disampaikan oleh Jibril kepada Nabi ﷺ.

۞ َنو ُظِفٰ َ�َل ۥُ� اَّن� َرَ كِّ�ٱ اَۡ �َّزَن ُنۡۡ � اَّنِإَ

Sungguh Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya.

QS al-Hijr [15]: 9

100 Di antara bentuk kepresisian teks al-Qur’an contoh sederhananya adalah kata sinonim dan antonim yang jika dijumlahkan hasilnya akan sama. Misal, kata ‘dunia’ dan ‘akhirat’ sama-sama berjumlah 115; kata ‘malaikat’ dan ‘Iblis’ sama-sama berjumlah 88; kata ‘panas’ dan ‘dingin’ sama-sama berjumlah 4; kata ‘manfaat’ dan ‘mudarat’ sama-sama berjumlah 9. Serta sangat banyak bentuk kemukjizatan teks dan semantik lainnya.

134 | IKHTISAR RISALAH

Salah satu dari bentuk nyata penjagaan keaslian kitab ini adalah dengan adanya perintah untuk menghafal al-Qur’an. Bacaan dan hafalannya diajarkan turun temurun dengan mata rantai sanad yang bersambung dari murid ke guru dan ke gurunya lagi dan ke gurunya lagi, terus hingga sampai ke para sahabat dan Nabi ﷺ.101

ك ۡتَّمَ�َو

َلِّدَبُم � َّۚ �ۡدَعَو اٗقۡد ِص َكِّ�َر ُتَمِلَ�ٗ

۞ ُميِلَعۡلٱ ُعيِمَّسلٱ َوُهَو ۚۦِهِتَٰ�ِ َ�ِل

Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya.

Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui QS al-An’am [7]: 115

Maka, jika seluruh lembaran al-Qur’an di Bumi ini dimusnahkan, al-Qur’an akan tetap ada di kepala-kepala jutaan penghafalnya yang tersebar di seluruh penjuru Bumi. Dan al-Qur’an pun bisa langsung dituliskan kembali secara utuh dan persis. Keistimewaan ini tidak mungkin ada pada naskah-naskah apapun di muka Bumi ini.102

101 Menghafal dan menjaga ilmu ialah perintah dalam tradisi ilmu Islam. Penekanan mengenai hal ini tidak terdapat dalam tradisi ilmu manapun selain Islam. Maka, dalam tradisi ilmu Islam, keabsahan dan keotentikan dijaga dengan sangat tertib dan apik. Bukan hanya al-Qur’an, melainkan juga hadits dan berbagai rujukan dalam khazanah ilmu Islam. 102 Itu pulalah mengapa penulisan al-Qur’an mesti selalu dengan teks aslinya yang berbahasa dan beraksara arab. Jika hanya terjemahan, tidak bisa disebut al-Qur’an. ‘Penjagaan’ seperti ini tidak terjadi di kitab suci lainnya yang naskahnya bisa berbeda-beda. Bahkan seringkali

penelitian mendetail atas al-Qur’an.

Berbeda dengan kemukjizatan yang pernah ada di kisah kenabian sebelumnya, kemukjizatan al-Qur’an bukan cuma bisa dirasakan Nabi ﷺdan umat yang hidup di zamannya saja. Seiring kajian-kajian atasnya, al-Qur’an dengan berbagai hikmah yang tersembunyi di dalamnya akan terus memunculkan kemukjizatan-kemukjizatan baru yang bisa dirasakan oleh setiap generasi, hingga berakhirnya sejarah umat manusia. Demikianlah

hanya berupa teks terjemahan, tanpa bahasa aslinya. Padahal tak ada penerjemahan lintas bahasa yang bisa mencukupi makna

sesungguhnya (pasti ada pergeseran). Dalam mempelajari al-Qur’an, terjemahan hanya ditempatkan sebatas ‘keumuman makna’ (pamahaman di taraf paling awal). Sedangkan makna yang

sesungguhnya baru bisa dipetik melalui kajian tafsir yang diiringi kajian tentang sirâh nabawiyyah (sejarah hidup Nabi ﷺ).

103 Di antara contohnya: detail tahapan proses pertumbuhan janin yang dijelaskan dalam ayat tentang penciptaan manusia, yang fakta ilmiahnya baru diketahui melalui embriologi abad ke-20; tentang proses terjadinya hujan; fakta tentang lebah, semut, dsb.; serta banyak lainnya. Sementara itu, bagi muslim, segala ilmu pengetahuan modern yang tidak sesuai dengan al-Qur’an maka dijamin salah dan harus dibantah. Semisal Darwinisme yang jelas-jelas terkuak sebagai pembohongan besar-besaran; serta pula konsep kosmologi modern dengan teori Bumi globe dan teori big bang-nya yang boleh lah dikritisi kembali, karena walau sesuai dalam beberapa hal, tapi juga disinyalir tidak sesuai dengan beberapa gambaran yang digunakan dalam al-Qur’an (dan juga dalam kitab-kitab suci lainnya) —wallahu a’lam bishawab.

136 | IKHTISAR RISALAH

kekhasan mukjizat dari risalah terakhir yang diturunkan di akhirzaman.

ۮ

Pedoman dalam al-Qur’an disajikan lewat berbagai bentuk penuturan ayat. Pada hakikatnya, semua adalah mengenai tauhid. Maka, yang paling utama adalah ayat-ayat di mana Allah mengenalkan diri-Nya secara

langsung, melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Hanya lewat penjelasan inilah makhluk bisa mengenal

Tuhannya secara benar, karena Allah sendiri lah yang berhak menjelaskan siapa Dia.

Selain itu, di antara porsi yang terbanyak adalah ayat yang bercerita tentang kisah para nabi dan umat terdahulu. Ayat-ayat yang berisi kisah mencapai 1/3 bagian al-Qur’an. Ini menunjukkan keutamaan kisah dan hikmah, sehingga menyampaikan pesan dan pelajaran lewat kisah menjadi salah satu kekhasan al-Qur’an dalam bertutur.

Porsi lain yang juga sangat banyak ialah ayat tentang Alam Semesta, baik berupa penjelasan/penceritaan maupun retorika yang mendorong umat muslim untuk mengamati dan meneliti alam ini. Seringkali diiringi pula perintah untuk mempergunakan segenap indera, akal, serta hati nurani, karena mengenal keagungan Alam Semesta adalah juga jalan untuk mengenal Sang Pencipta Alam Semesta tersebut.

�ٱ ِهِب

ِحٰ َ�ِّرلٱ ِف�ِ ۡ�َتَو ٖةَّبٓاَد ِّ ُ�

۞ َنوُلِقۡعَ� ٖ�ۡوَقِّل ٖتَٰ�� ِض�َ ۡ�ٱَو ِءٓاَمَّسلٱ َ ۡ�َب ِرَّخَسُمۡلٱ ِباَحَّسلٱَو

Sesungguhnya pada penciptaan Langit dan Bumi, pergantian malam dan siang, kapal-kapal yang belayar di laut dengan bawaan yang bermanfaat bagi manusia, demikian pula air hujan yang Allah

turunkan dari Langit lalu dengannya Allah hidupkan tumbuh-tumbuhan di Bumi setelah matinya, serta Dia biakkan padanya

berbagai binatang, demikian pula (pada) peredaran angin dan awan yang ditundukkan di antara Langit dan Bumi, sungguh terkandung tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.

QS al-Baqarah [2]: 164

Al-Qur’an juga menyampaikan pedoman dalam bentuk perintah dan aturan secara langsung, baik terkait perintah dan tata cara ibadah maupun berbagai hukum syariat lainnya, seperti shalat, zakat, puasa, hukum waris, hukum pernikahan, dan lain sebagainya.

ۮ

Hhal paling pokok dalam Qur’an terwakili oleh al-Fatihah (surat pembuka) dan surat-surat dalam Juz ‘Amma (bab terakhir al-Qur’an) yang banyak mengulas tentang tauhid beserta keseluruhan akidah (keimanan) Islam. Pokok bahasan tentang akidah di bagian Juz ‘Amma ini kemudian dapat terkerucutkan lagi ke dalam 16 surat terakhir di penghujung al-Qur’an, yakni dari Surat an-Naas hingga Surat al-Zalzalah.

138 | IKHTISAR RISALAH

Sementara intisari yang paling utama dan paling mulia dari keseluruhan Qur’an terkandung dalam Surat al-Fatihah yang dijuluki sebagai Ummulqur’an (‘Induknya al-Qur’an’). Inilah tujuh ayat yang senantiasa diulang-ulang oleh muslim dalam shalatnya, paling sedikit 17 kali sehari:

ِب

۞ ِميِحَّرلٱ �َّرلٱ ِ َّ�ٱ ِمۡس

۞ َ�ِمَلٰ َ�ۡلٱ ِّبَر ِ َِّ� ُدۡمَۡ�ٱ

۞ ِميِحَّرلٱ �َّرلٱ

۞ ِنيِّ�ٱ ِمۡوَي ِكِلٰ َ�

۞ ُ�ِعَت ۡسَ� َكاَّي� ُدُبۡعَ� َكاَّيِإ

َت ۡسُمۡلٱ َطَٰ� ِّصلٱ اَنِدۡهٱ

۞ َميِق

۞ َ�ِّلآ َّضلٱ �َو ۡمِهۡيَلَع ِبوُضۡغَمۡلٱ ِ ۡ�َغ ۡمِهۡيَلَع َتۡمَعۡ�َ� َنيِ َّ�ٱ َطَٰ�ِصَ

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam.

Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai Hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah,

dan hanya kepada Engkau pula kami memohon pertolongan Bimbing lah kami jalan yang lurus.

Jalan orang-orang yang telah Engkau karuniai nikmat atas mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan jalan

mereka yang sesat. QS al-Fatihah [1]: 1-7

Jika disarikan hanya dalam satu ayat, hakikat tauhid yang merupakan topik keseluruhan al-Qur’an dapat terwakili ayat ke-5, yakni kalimat: “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in ”—’Hanya Engkau-lah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkau pula kami memohon pertolongan.’

yang menyangkut apapun bagi kalian. Ialah yang memilahkan (antara baik dan buruk, hak dan batil, benar dan salah), dan bukan

main-main belaka. Sesiapa yang dengan angkuh meninggalkan al-Qur’an, ia akan dibuat rembas oleh Allah. Siapa mencari petunjuk di luar al-Qur’an, akan dibuatnya sesat oleh Allah. Ia adalah tali yang kuat, kata-kata yang bijak, dan jalan yang lurus.

Dengannya segala karsa takkan menyimpang, lisan-lisan pun tak akan samar. Para pengampu ilmu tak merasa kenyang darinya. Tak

usang kala berulang dibaca, (tak bakal hancur karena banyaknya penolakan), tak kunjung habis keajaiban-keajaibannya. Kala sekumpulan jin mendengarkannya, tak henti-henti mereka mengucap, “Sungguh kami mendengar ayat-ayat al-Qur’an yang menakjubkan! Yang memberi jalan petunjuk, maka kami beriman padanya.” (Sesiapa yang memahami ilmunya, akan lekas sampai pada tujuannya). Sesiapa yang berkata dengannya, ia niscaya benar. Sesiapa yang mengamalkannya, niscaya diganjar pahala.

Sesiapa berhukum dengannya, ia pasti adil. Sesiapa menyeru padanya, ia pasti ditunjuki jalan yang lurus.

HR at-Tirmidzi: 2831; HR Damiri; HR Ahmad

لُق

ِنِ�َّل

ِتَعَمَتۡجٱ

ُس�ِ�ٱۡ

َو

ُّنِ�ٱۡ

اَذٰ َ� ِلۡثِمِب ْاوُتۡ�َي نَأ ٰٓ َ َ�

ِناَءۡرُقۡلٱ

َ

ِهِلۡثِمِب َنوُت�َيۡ

ۦ

۞ �ٗ�ِه َظ ٖضۡعَ ِ� ۡمُه ُضۡعَ� َنَ� ۡوَلَو

Katakanlah, "Sungguh jikapun seluruh manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan mampu mewujudkan yang semisalnya, sekalipun mereka

saling membantu satu sama lain.” QS al-Isra’ [17]: 88 Wallahu a’lam bishawab []

140 | IKHTISAR RISALAH

#

as-Sunnah

petunjuk & teladan dari sang rasul

َكَمَّلَعَو َةَمۡكِ�ٱَو َبٰ َ�ِكۡلٱ َكۡيَلَع ُ َّ�ٱ َلَزنۡ َأَو

۞ اٗميِظَع َكۡيَلَع ِ َّ�ٱ ُل ۡضَف َن َ�َو ُۚمَلۡعَ� نُ�َت ۡمَل اَم

Dan Allah telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) dan Hikmah (as-Sunnah) kepadamu, serta telah mengajarkan

kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Dan karunia Allah sangat besar atasmu

QS al-Nisa [4]: 113

Makna dari as-Sunnah adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi ﷺ, baik berbentuk ucapan, perbuatan, kebiasaan, penetapan dan segala hal yang disetujui, akhlak (sifat dan tindak laku) bahkan sifat tubuh, serta segenap khazanah ilmu pengetahuan. Singkatnya yakni keseluruhan hikmah yang ada dalam pribadi dan kehidupan Nabi ﷺ. Maka as-Sunnah pun diistilahkan pula sebagai Hikmah.

Pada masa hidup Nabi ﷺ sebagian dari sahabat terbiasa menghafal dan juga mencatat hal-hal yang bersumber dari Nabi ﷺ, di samping al-Qur’an (mereka masih memegang tradisi menghafal dan memiliki kemampuan

Sunnah pun seringkali diistilahkan sebagai al-Hadits.

ۮ

Begitu mulianya as-Sunnah, karena setiap yang dilakukan Nabi ﷺ senantiasa tersucikan dari dosa. Tiap ada sedikit saja khilaf (dan ini kadang memang terjadi walau sangat-sangat jarang), akan langsung ditegur dan diluruskan dengan turunnya wahyu. Karena juga merupakan sebentuk wahyu, maka as-Sunnah (Hikmah) pun adalah pedoman paling utama bagi muslim setelah al-Qur’an (Kitab).

104 Mereka ialah para cendekiawan yang menelusuri hadits-hadits melalui jalur sanad, yakni mata rantai ilmu yang disampaikan turun temurun. Para ulama hadits mempunyai keunggulan tersendiri. Dalam kepala mereka tersimpan hafalan ratusan ribu hingga jutaan hadits, termasuk matan (isi penceritaan), sanad (jalur periwayatan), serta biografi para periwayatnya. Mereka sangat tertib dalam menjaga keotentikan data yang dicatatkannya. Hadits yang dapat digunakan sebagai landasan hukum, jalur periwayatannya mesti benar-benar berujung ke Nabi ﷺ. Siapa saja yang menjadi sumber sanadnya pun mestilah orang-orang shalih yang dalam riwayat hidupnya dikenal terbebas dari sifat dusta dan bukan pula pelupa. Maka hadits mempunyai derajat-derajat tertentu, mulai dari mutawatir, shahih (jalur periwayatannya sempurna dan dipastikan kebenarannya), hasan (jalur periwayatannya baik dan sangat mendekati kebenaran), serta banyak derajat lain hingga yang terendah yakni dha’if (periwayatannya lemah), serta maudhu’ dan munkar (dipastikan tidak otentik/palsu).

142 | IKHTISAR RISALAH

As-Sunnah juga tak lain adalah perincian atas hal-hal umum yang terdapat dalam al-Qur’an, karena

keseluruhan al-Qur’an telah diterapkan dan dicontohkan oleh Nabi ﷺ dalam keseharian selama masa hidupnya.

Aisyah ditanya tentang akhlak Nabi ﷺ, maka ia menjawab:

Akhlak beliau adalah al-Qur’an. Bukankah engkau telah membaca ayat al-Qur’an?: “Sesungguhnya engkau (Muhammad)

memiliki akhlak yang agung.” HR Ahmad: 23460

َۖ َّ�ٱ َعا َطَأ ۡدَقَ� َلوُسَّرلٱ ِعِطُي نَّم

Sesiapa yang mentaati Rasul, sungguh ia telah mentaati Allah.

QS al-Nisa [4]: 80

Dalam as-Sunnah terdapat berbagai panduan, mencakup keteladanan, perintah dan larangan, aturan dan berbagai bentuk tata cara, serta segenap syariat, mulai dari urusan sepele seperti makan dan tidur, hingga tata cara ibadah, bahkan urusan mengatur sebuah negara. Mulai dari hal-hal yang terjelaskan secara gamblang dan detail, hingga kaidah-kaidah umum dari segenap hikmah kisah hidup Nabi ﷺ, yang senantiasa dapat diterapkan bermacam situasi berbeda dalam berbagai konteks kehidupan muslim. Maka dalam Islam setiap hal sungguh telah ada dasar panduannya.

Kisah

ibrâh & hikmah sirâh para nabi