• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EKUALITAS MEREK TERHADAP MINAT MEMBELI OBAT FLU DECOLGEN DI WILAYAH SIDOARJO SELATAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH EKUALITAS MEREK TERHADAP MINAT MEMBELI OBAT FLU DECOLGEN DI WILAYAH SIDOARJO SELATAN."

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

i

rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Minat Membeli Obat Flu Decolgen Di Wilayah Sidoarjo Selatan”. Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen, pada Universitas Pembangunan Nasional “Vetera” Jawa Timur.

Menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS., Ketua Program Studi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., Dosen Pembimbing yang telah bimbingan, pengarahan dan ilmu kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, trimakasih pak...

(2)

ii pendidikan.

7. Teman-teman seperjuangan “Eddun pham” dan “SKS Team”....terimakasih ya....

8. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang menbangun akan penulis terima dengan senang hati demi sempurnanya skripsi ini.

Surabaya, November 2009

(3)

iii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1 Pengertian Pemasaran ... 12

2.2.2 Pengertian Manajemen Pemasaran ... 13

2.2.3 Konsep Pemasaran ... 14

2.3. Pengertian Merek ... 14

2.3.1 Pengertian Ekuitas Merek ... 17

(4)

iv

2.4.Pengertian Minat Beli ... 24

2.5.Pengaruh Ekuitas Merek Kepada minat Beli ... 25

2.6.Kerangka Konseptual ... 27

2.7.Hipotesis ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ... 29

3.1.1. Ekuitas Merek ... 29

3.1.2. Minat Beli ... 31

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 32

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.4. Teknik Analisis data Dan Uji Hipotesis ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 44

4.1.1.Sejaran Perusahaan ... 44

4.1.2.Visi Dan Misi Perusahaan ... 44

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 45

4.2.1.Deskripsi Variabel Ekuitas Merek (X) ... 45

4.2.1.1 Deskripsi Variabel Kesadaran Merek(X1) ... 45

(5)

v

4.3.1.Asumsi Model ... 49

4.3.1.1Uji Nrmalitas Sebaran dan Linieritas ... 49

4.3.1.2Evaluasi atas Outlier ... 50

4.3.1.3Deteksi Multicollinierity dan Singularity ... 51

4.3.1.4Uji Validitas danReliabilias ... 51

4.3.2.PengujianModel Dengan One Step Approach ... 54

4.4. Pembahasan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

5.1. Kesimpulan ... 59

5.2. Saran ... 59

(6)

vi

Tabel 1.2 Data Penjualan Decolgen Tahun 2007-2009 ... 5

Tabel 2.1. Nilai Ekuitas Merek ... 17

Tabel 4.1. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Variabel Kesadaran Merek (X1) ... 48

Tabel 4.2. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Variabel Kesan Kualitas (X2)... 48

Tabel 4.3. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Variabel Asosiasi Merek (X3) ... 49

Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden Untuk Pertanyaan Variabel Minat Beli (Y) ... 51

Tabel 4.5. Hasil Pengujian Normalitas ... 52

Tabel 4.6. Hasil Pengujian Outlier Multivariate ... 53

Tabel 4.7. Faktor-faktor dan Konstrak dengan Confirmatory Faktor Analisis ... 55

Tabel 4.8. Hasil Pengujian Reliability Consistency Internal ... 56

Tabel 4.9. Hasil Construct Reliability & Variance Extraced ... 57

Tabel 4.10.Evaluasi Kriteria of One Step Approach Model ... 58

(7)

vii

(8)

Lampiran 2 Hasil Rekapitulasi Jawaban Responden Lampiran 3 Hasil Pengujian Normalitas

Lampiran 4 Hasil Pengujian Outlier Lampiran 5 Hasil Pengujian Validitas Lampiran 6 Hasil Pengujian Reliabilitas

Lampiran 7 Construct Reliability & Variance Extrated

(9)

Abstraksi

Sekarang ini konsumen sudah sangat teliti dalam membeli suatu produk karena banyaknya produk yang ada di pasaran dan banyaknya informasi yang diterima dari produsen. Hal ini menyebabkan persaingan antar badan usaha untuk memuaskan konsumen sangat sulit. Produk yang berkualitas saja tidak cukup jika tanpa mempunyai merek yang dengan mudah bisa diingat konsumen. Merk dapat diatikan sebagai janji berupa serangkaian atribut rasional dan emosional yang dibeli konsumen dan bisa memberikan kepuasan dan bisa memberikan kepuasan bagi konsumen (Tjiptono 2005 :18). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Ekuitas Merek terhadap Minat Membeli.

Populasi dalam penelitian ini adalah responden yang membeli dan mengkonsumsi produk obat flu Decolgen saat sakit di wilaya Sidoarjo Selatan. Teknik pengmbilan sampel dilakukan dengan cara Structure Equation Modeling (SEM)

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang ada di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas pasar produk dari perusahaan di Indonesia, dan di sisi lain, keadaan tersebut memunculkan persaingan yang semakin ketat baik antara perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing.

Fenomena dan dinamika persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin mengarahkan sistem perekonomian Indonesia ke mekanisme pasar yang memposisikan perusahaan untuk selalu mengembangkan dan merebut pangsa pasar ( market share ). Salah satu aset untuk mencapai keadaan tersebut adalah merek ( brand ) produk yang dewasa ini berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan.

Merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan

keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli ( Kotler, 2002 : 460 ). Merek-merek terbaik memberikan jaminan mutu.

(11)

perusahaan menjanjikan sesuatu kepada konsumen ( Durianto dkk, 2001 : 1 ). Dengan demikian dapat diketahui adanya ikatan emosional yang tercipta antara konsumen dengan perusahaan penghasil produk melalui merek. Perusahaan pesaing bisa saja menawarkan produk yang mirip, tetapi mereka tidak mungkin menawarkan janji emosional yang sama.

Dalam kondisi pasar yang kompetitif, preferensi dan loyalitas pelanggan adalah kunci kesuksesan. Dengan kondisi sekarang ini, nilai suatu merek yang mapan sebanding dengan realitas makin sulitnya menciptakan suatu merek. Pemasaran dewasa ini merupakan pertempuran persepsi konsumen, tidak sekedar pertempuran produk ( Durianto dkk, 2004 : 3 ). Beberapa produk dengan kualitas, model, karakteristik tambahan dari produk ( features ), serta kualitas yang relatif sama, dapat memiliki kinerja yang berbeda-beda di pasar karena perbedaan persepsi dari produk tersebut di benak konsumen.

(12)

merek ( brand awareness ), asosiasi merek ( brand asociation ), kesan kualitas ( perceived quality ), loyalitas merek ( brand loyalty ) dan

aset-aset lain seperti paten, trademark dan hubungan dengan perantara ( Simamora, 2001 : 67 ). Suatu produk dengan ekuitas merek yang kuat

dapat membentuk landasan merek ( Brand Platform ) yang kuat dan mampu mengembangkan keberadaan suatu merek dalam persaingan apa pun dalam jangka waktu yang lama ( Durianto dkk, 2004 : 3 ).

Dengan semakin banyaknya jumlah pesaing di pasar, meningkat pula ketajaman persaingan di antara merek-merek yang beroperasi di pasar dan hanya merek yang memiliki ekuitas merek yang kuat yang akan tetap mampu bersaing, merebut, dan menguasai pasar. Semakin kuatnya ekuitas merek suatu produk, semakin kuat pula daya tariknya di mata konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut yang selanjutnya dapat menggiring konsumen untuk melakukan pembelian serta mengantarkan perusahaan untuk meraup keuntungan dari waktu ke waktu ( Durianto dkk, 2001 : 3 ). Karena itu, pengetahuan tentang elemen-elemen ekuitas merek dan pengukurannya sangat diperlukan untuk menyusun langkah strategis dalam meningkatkan eksistensi merek yang akhirnya dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.

(13)

flu selalu hadir, mengingat kategori penyakit ini memang sering dialami penduduk Indonesia. Rata – rata dewasa saja menderita sakit flu sebanyak dua kali setahun. Kendati demikian, merek – merek tersebut selalu kalah dalam bersaing dan kemudian akan hilang dengan sendirinya dengan merek –merek yang sudah mapan. Salah satu merek yang sudah dianggap mapan dan mampu bertahan didalam persaingan adalah Decolgen.

Melihat persaingan yang kuat pada kategori obat flu di pasaran, membuat konsumen memiliki berbagai macam pilihan obat flu yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Obat flu produksi PT Mediafarma Laoratories dan telah diluncurkan sekitar 38 tahun yang lalu ini memposisikan diri sebagai satu – satunya obat lapis tiga yang sudah dipercaya konsumen selama hampir empat dekade. Terlebih lagi produk ini dikenal konsumen melalui resep dokter puluhan tahun silam. Ini jadi bukti obat flu Decolgen ini terpercaya didunia kesehatan.

(14)

Menurut survey Top Brand yang dikeluarkan frontier, pada tahun 2007 merek Decolgen ini bisa dikatakan memiliki TBI yang paling tinggi diantara merek obat flu yang lain. Dengan prosentase angka mencapai 14,2 %. Dan pada tahun berikutnya yakni tahun 2008, Decolgen mengalami penurunan pada TBI yang mencapai angka prosentase 10,6 %. Namun Decolgen masih termasuk dalam daftar tiga besar obat flu yang dianggap sudah mapan dan susah digeser oleh merek obat yang lain oleh badan survey Frontier. Dan pada tahun 2009, decolgen kembali mengalami penurunan pada angka TBI yang mencapai angka prosentase 10,0 %. Angka – angka tersebut diatas menunjukan penurunan yang lambat namun pasti pada obat flu merek Decolgen.

Berdasarkan alasan diatas penulis ingin meneliti perumusan masalah tersebut diatas dengan mengambil judul “ Analisis Faktor Kesadaran Merek, Kesan Kualitas, Asosiasi Merek dan Loyalitas yang

mempengaruhi Ekuitas merek dari kategori produk obat flu Decolgen di

(15)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh kesadaran merek terhadap ekuitas merek dari merek obat flu Decolgen ?

2. Apakah terdapat pengaruh kesan kualitas terhadap ekuitas merek dari merek obat flu Decolgen?

3. Apakah terdapat pengaruh asosiasi merek terhadap ekuitas merek dari merek obat flu Decolgen?

4. Apakah terdapat pengaruh loyalitas merek terhadap ekuitas merek dari merek obat flu Decolgen?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah di atas , maka Tujuan pada penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh kesadaran merek terhadap ekuitas merek dari merek obat flu Decolgen.

2. Untuk mengetahui pengaruh persepsi kualitas terhadap ekuitas merek dari merek obat flu Decolgen.

3. Untuk mengetahui pengaruh asosiasi merek terhadap ekuitas merek dari merek obat flu Decolgen.

(16)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan gambaran yang nyata mengenai posisi produk di pasaran.

2. agar dapat melihat dengan jelas posisi perusahaan ditengah persaingan.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dibuat acuan adalah “Analisis penilaian konsumen

terhadap ekuitas merek Coffe Shops di Surabaya” oleh Regina Jokom ( 2007 ). Variabel – variabel penelitian yang diteliti terdiri dari ekuitas

merek, kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek dan loyalitas

merek.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif karena

menggambarkan penilaian konsumen terhadap ekuitas merek coffe shops

di Surabaya yang meliputi Starbucks, Coffee Bean, Dome dan Exelso.

Metode pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah

non-probability sampling dan teknik convenience sampling. Selain itu peneliti

menggunakan teknik quota sampling.

Kesimpulan dalam penelitian tersebut dapat diketahui bahwa

variabel kesadaran merek Starbucks merupakan coffe shop yang menjadi

top of mind. Dengan demikian, Starbucks merupakan coffe shop utama

dari berbagai coffe shop yang diingat pertama kali oleh responden.

Kesimpulan mengenai asosiasi merek menyebutkan bahwa exelso

merupakan coffe shop yang memiliki asosiasi merek yang paling positif.

Kesimpulan mengenai kesan kualitas menyebutkan bahwa starbucks

(18)

yang diharapkan oleh konsumennya. Dan kesimpulan mengenai loyalitas

merek menyebutkan bahwa Starbucks merupakan coffe shop yang menjadi

the stronger of brand Loyalty yang artinya bahwa mayoritas konsumen Starbucks bersedia untuk datang kembali, merekomendasikan kepada

orang lain, mengajak orang lain dan membeli produk Starbucks lebih.

Penelitian berikutnya yang dijadikan acuan adalah “analisis

elemen – elemen ekuitas merek produk minyak pelumas motor merek Enduro 4T ( studi kasus pada mahasiswa Universitas Negeri Semarang )” oleh Kartono ( 2007 ). Variabel – Variabel yang diteliti meliputi 4 elemen

utama ekuitas merek, yaitu kesadaran merek ( brand awareness ), asosiasi

merek ( brand asociation ), persepsi kualitas ( perceived quality ), dan

loyalitas merek ( brand loyalty ). Sampel yang diambil sebanyak 100

responden secara accidental sampling. Data diperoleh dengan

menggunakan kuesioner yang selanjutnya dianalisis dengan analisis

deskripsi data. Terhadap data kesadaran merek dilakukan perhitungan

prosentase, terhadap data asosiasi merek dilakukan uji Cochran, sedangkan

terhadap data persepsi kualitas dan loyalitas merek dilakukan

penghitungan rata-rata ( means ).

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa ekuitas

merek pelumas Enduro 4T masih belum kuat. Hal ini karena

elemen-elemen ekuitas merek yang terdiri dari elemen-elemen kesadaran merek ( brand

(19)

Oleh karena itu perusahaan perlu memperbaiki kekurangan dan kelemahan

yang ada pada elemen-elemen ekuitas merek pelumas Enduro 4T sehingga

ekuitas merek pelumas Enduro 4T menjadi lebih kuat. Dengan cara

meningkatkan kegiatan promosi dan periklanan untuk meningkatkan

kesadaran merek. Merancang pesan iklan yang lebih menginformasikan

asosiasi yang belum terbentuk sehingga asosiasi tersebut terbentuk.

Meningkatakan dan memperbaiki kualitas produk dan strategi produk

untuk membangun persepsi kualitas yang baik. Menerapkan program

relationship marketing, yaitu menjaga hubungan dan kedekatan yang

saling menguntungkan, memberikan pelayanan ekstra atau gratis dan

hadiah kepada konsumen untuk meningkatkan loyalitasnya.

2.2 Landasan teori

2.2.1 Pengertian Pemasaran

Setiap perusahaan yang menghasilkan barang ataupun jasa tidak

akan pernah lepas dari kegiatan pemasaran. Pemasaran merupakan salah

satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan dalam usaha

mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Dalam hal ini yang

terpenting adalah memberikan kepuasan kepada konsumen.

Istilah pemasaran kadangkala dapat memberikan pengertian

sebagai suatu filosofi dari bisnis, yaitu sebagai suatu titik pandang yang

berfokus pada konsumen secara keseluruhan dan juga merupakan usaha

(20)

tersebut seperti yang dikemukan oleh ( Kotler 1996 : 6 ), pemasaran

adalah merupakan suatu proses sosial dan proses manajerial yang mana

individu-individu ataupun kelompok memperoleh apa yang mereka

inginkan dan butuhkan melalui penciptaan dan penukaran produk dan

nilai-nilai kepada pihak lain.

Stanton ( 1991 : 7 ) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu sistem

total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk menentukan harga,

mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat

memuaskan keinginan jasa baik kepada konsumen saat ini maupun

konsumen potensial.

Dari definisi tersebut dikatakan bahwa pemasaran merupakan hasil

interaksi banyak kegiatan dan kegiatan tersebut beroperasi dalam suatu

lingkungan yang dibatasi oleh perusahaan itu sendiri, peraturan –

peraturan maupun konsekuensi sosial bagi perusahaan. Jadi dalam

pemasaran penyesuaian dan koordinasi antara produk, harga, promosi dan

saluran distribusi adalah untuk menciptakan hubungan atau pertukaran

yang menguntungkan bagi pihak yang melakukan.

2.2.2 Pengertian Manajemen Pemasaran

Rangkain kegiatan pemasaran yang saling berhubungan sebagai

usaha untuk mencapai hasil pertukaran yang di inginkan dengan pasar

sasarannya ( target market ) sehingga di kenal istilah manajemen

(21)

proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi

serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran

yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi.

Hal di atas sangat tergantung pada penawaran organisasi dalam

memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan yang bertujuan

menghasilkan kepuasan-kepuasan bagi pihak-pihak yang terlibat. Titik

berat manajemen pemasaran adalah memenuhi kebutuhan dan keinginan

pasar tersebut serta menentukan harga, mengadakan komunikasi, dan

distribusi yang efektif untuk memberitahu, mendorong serta melayani

pasar. Definisi ini mengakui bahwa manajemen pemasaran adalah proses

yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian

yang mencakup barang, jasa, dan gagasan, yang tergantung pada

pertukaran, dan dengan tujuan menghasilkan keputusan bagi pihak-pihak

yang terlibat.

2.2.3 Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran berpendapat bahwa kunci untuk mencapai

tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar

sasaran dan penyerahan produk yang memuaskan secara lebih efektif dan

lebih efisien dibanding para pesaing. Untuk itu suatu organisasi atau

perusahaan harus merumuskan dan menyusun suatu kombinasi dari

kebijakan produk, promosi, dan distribusi setepat-tepatnya agar kebutuhan

(22)

Menurut Swastha ( 1983 : 10 ), Konsep pemasaran adalah sebuah

falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen

merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup

perusahaan.

Menurut swastha ( 1987 : 5 ) ada tiga unsur pokok dalam konsep

pemasaran :

 Orientasi pada konsumen.

 Penyusunan kegiatan pemasaran secara integral ( integret

marketing ).

 Kepuasan konsumen.

2.3 Pengertian merek

Pengertian merek menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

tanda yang dikenakan oleh perusahaan ( pabrik, produsen, dan sebagainya)

pada barang – barang yang dihasilkan sebagai tanda pengenal, cap ( tanda)

yang menjadi pengenal untuk menyatakan nama dan sebagainya. Aaker

( 1997 : 9 ) Merek adalah nama atau simbol yang bersifat membedakan

( seperti logo dan cap ) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa

dari seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu, dengan

demikian membedakannya dari barang dan jasa yang dihasilkan para

(23)

Merek bukan hanya sebuah nama, simbol, gambar atau tanda yang

tidak berarti. Merek merupakan identitas sebuah produk yang dapat

dijadikan sebagai alat ukur apakah produk itu baik dan berkualitas.

Konsumen melihat sebuah merek sebagai bagian yang paling penting

dalam sebuah produk, dan merek dapat menjadi sebuah nilai tambah dalam

produk tersebut ( Kotler, 2004, p. 285 ). Karena itu merek merupakan asset

penting dalam sebuah bisnis. Meskipun merek bersifat intangible, tapi

nilai sebuah merek lebih dari pada sesuatu yang tangible.

Menurut Kotler et.al ( 1996 ) ada enam makna yang apat

disampaikan melalui suatu merek yaitu :

1. Atribut, sebuah merek menyampaikan atribut – atribut tertentu,

misalnya, Mercedes mengisyaratkan mahal, tahan lama, berkualitas,

nilai jual kembali yang tinggi, cepat dan sebagainya.

2. Manfaat, merek bukanlah sekedar sekumpulan atribut, karena yang

dibeli konsumen adalah manfaat, bukannya atribut. Atribut harus

diterjemahkan ke dalam manfaat – manfaat fungsional dan / atau

emosional.

3. Nilai – nilai, merek juga menyatakan nilai – nilai produsennya,

contohnya, Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, prestise, dan

sebagainya.

4. Budaya, merek juga mungkin mencerminkan budaya tertentu.

5. Kepribadian, merek juga dapat memproyeksikan kepribadian. tertentu.

(24)

misalnya, Mercedes memberi kesan pimpinan yang baik ( orang ),

singa yang berkuasa ( binatang ) atau istana yang megah ( obyek ).

6. Pemakai, merek memberi kesan mengenai jenis konsumen yang

membeli atau menggunakan produknya.

Agar suatu merek dapat mencerminkan makna – makna yang

ingin disampaikan maka ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan

yaitu :

1. Merek harus khas dan unik.

2. Merek harus menggambarkan sesuatu mengenai manfaat produk dan

pemakaiannya.

3. merek harus menggambarkan kualitas produk.

4. merek harus mudah diucapkan, dikenali, dan diingat.

5. Merek tidak boleh mengandung arti yang buruk dinegara dan dalam

bahasa lain.

6. Merek harus dapat menyesuaikan diri ( adaptable ) dengan produk –

produk baru yang mungkin ditambahkan kedalam lini produk.

Pemberian merek merupakan masalah pokok dalam strategi

produk. Pemberian produk itu mahal dan memakan waktu, serta dapat

membuat produk itu berhasil atau gagal. Merek yang paling berharga

memiliki ekuitas merek yang dipandang sebagai aktiva perusahaan yang

sangat penting. Nama merek yang terbaik menyatakan sesuatu tentang

manfaat produk, mutu produk, mudah diucapkan, dikenali dan diingat,

(25)

atau bahasa lain.

2.3.1 Pengertian ekuitas merek

Dewasa ini terdapat dua jalur utama yang bisa ditempuh setiap

perusahaan dalam rangka mendapatkan merek kuat.

 Membangun dan mengembangkan sendiri.

 Membeli merek atau perusahaan yang memiliki merek

potensial spesifik.

Aaker ( 1991, 1996 ) mengembangkan konsep ekuitas merek, inti

konsep ini adalah bahwa sebuah merek bisa memiliki posisi sangat kuat

dan menjadi modal / ekuitas, apabila merek tersebut memenuhi empat

faktor yaitu brand awareness ( telah dikenal oleh konsumen ), strong brand

association (memiliki asosiasi merek yang baik ), perceived quality

( dipersepsikan konsumen sebagai produk berkualitas ) dan brand loyalty

(memiliki pelanggan yang setia.

Menurut Aaker ( 1991 ) akuitas merek atau brand equity adalah

serangkaian aset dan kewajiban ( liabilitas ) merek yang terkait dengan

sebuah merek, nama dan simbolnya yang menambah atau mengurangi nilai

yang diberikan sebuah produk atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan

perusahaan tersebut.

Dalam menjalankan bisnisnya yang diharapkan untuk perusahaan

adalah agar usahanya dapat berjalan untuk jangka panjang, yang dapat

(26)

nilai yang terkandung pada merek sesuai dengan nilai yang sebenarnya.

Aaker ( 1996 ) menyatakan bahwa ekuitas merek menentukan

penerimaan suatu produk dan urutan pilihan pelanggan, serta dapat

meningkatkan nilai dan kualitas yang dipersepsikan serta pilihan untuk

menentukan harga tinggi. Ekuitas merek dapat menciptakan nilai bagi

pelanggan, keuntungan bagi perusahaan adalah mempermudah bagi

promosi untuk mencari pelanggan baru, dikarenakan nama merek yang

tlah dikenal, dan selain itu juga dapat meningkatkan loyalitas terhadap

merek, dikarenakan merek tersebut dipersepsikan berkualitas, manfaat

lainnya adalah meningkatkan keuntungan disebabkan karena penetapan

harga tinggi serta mudah melakukan perluasan merek

Ekuitas yang tinggi memberikan sejumlah keuntunggan

kompetitif yaitu :

 Perusahaan akan menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil

karena kesadaran dan kesetiaan merek konsumen yang tinggi.

 Perusahaan akan mempunyai posisi yang lebih kuat dalam

negosiasi dengan distributor dan penggecer karena pelanggan

mengharapkan mereka untuk menjual merek tersebut.

 Perusahaan dapat mengenakan harga yang lebih tinggi

daripada pesaingnya karena merek tersebut memiliki mutu

yang diyakini lebih tinggi.

 Perusahaan akan lebih mudah melakukan perluasan merek

(27)

 Merek itu melindungi perusahaan dari persaingan harga yang

ganas.

Pengukuran ekuitas merek yang akan diterapkan dalam penelitian

ini akan mengacu pada pandangan Lassar, Mittal dan Shama dalam

Tjiptono ( 2005 : 50 ) diman amenurut mereka ekuitas merek diukur

dengan menggunakan perspektif konsumen, dimana dimensi – dimensi

dari ekuitas merek diantaranya adalah :

 Citra sosial yaitu persepsi konsumen terhadap atribusi yang dilakukan

kelompok sosialnya terhadap pemakaian merek spesifik.

 Komitmen yaitu kekuatan relatif kekuatan perasaan positif konsumen

terhadap merek spesifik.

 Kepercayaan yaitu keyakinan konsumen terhadap perusahaan dan

komunikasinya, serta tindakan perusahaan yang mengutamakan

kepentingan konsumen.

Sangatlah penting bagi perusahaan untuk paling tidak mempertahankan

ekuitas mereknya atau bahkan dapat meningkatkan ekuitas mereknya

untuk menghadapi persaingan yang semakin tajam, disamping itu suatu

perusahaan yang mampu mempertahankan dan / atau meningkatkan

ekuitas mereknya, memiliki kesempatan yang sangat luas untuk

melakukan perluasan merek dengan sukses.

2.3.2 Faktor – factor yang mempengaruhi Ekuitas merek

(28)

harus mampu membangun ekuitas merek dan produk-produk yang mereka

jual, setiap perusahaan mampu mendayagunakan elemen-elemen dari

ekuitas merek mulai dari kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas

dan loyalitas merek, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

2.3.2.1 Kesadaran Merek

Menurut Tjiptono ( 2005 : 40 ) kesadaran merek adalah

kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat bahwa

sebuah merek merupakan anggota dari kategori produk tertentu.

Kesadaran merek merupakan langkah awal untuk membangun

sebuah merek produk, kesadaran merek meliputi suatu proses yang

dimualai dari perasaan tidak mengenal merek sampai yakin bahwa

merek tersebut merupakan satu-satunya dalam kelas produk tertentu,

dalam hal ini jika suatu merek sudah dapat merebut suatu tempat

yang tetap dibenak konsumen, akan sulit merek tersebut digeser oleh

merek lain, sehingga meskipun setiap hari konsumen dipenuhi

pesan-pesan pemasaran yang berbeda-beda konsumen akan selalu

mengingat merek yang dikenal sebelumnya.

Kesadaran menggambarkan keberadaan merek didalam

pemikiran konsumen yang dapat menjadi penentu dalam beberapa

ketegori dan biasanya mempunyai peranan kunci dalam brand equty.

Meningkatkan kesadaran adalah suatu mekanisme untuk memperluas

pasar merek. Kesadaran juga mempengaruhi persepsi dan tingkah

(29)

Karena merek dapat dibangun dan diperbaiki melalui cara-cara

sebagai berikut:

 Pesan yang disampaikan oleh suatu merek harus mudah diingat

oleh konsumen.

 Pesan yang disampaikan harus berbeda dibandingkan merek

produk lainnya serta harus ada hubungan antara merek dan

kategori produknya.

 Memakai slogan atau jingle lagu yang menarik sehingga

membantu konsumen mengingat merek.

 Jika satu produk memiliki simbol, hendaknya simbol itu dapat

dihubungkan dengan mereknya.

 Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin diingat

pelanggan.

 Kesadaran merek dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat

yangs esuai dengan kategori produk, merek atau keduanya.

 Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan karena

membentuk ingatan adalah lebih sulit dibandingkan membentuk

pengenalan.

Pengukuran kesadaran merek didasarkan kepada

pengertian-pengertian dari kesadaran merek, menurut Aaker ( 1991 ) adalah

 Tidak Menyadari Merek adalah suatu kondisi pelanggan tidak

menyadari suatu merek

(30)

merek sebagai alternatif apabila konsumen memerlukan obat flu

decolgen..

 Pengingatan Kembali adalah kecenderungan konsumen

mengingat merek tersebut sebagai salah satu merek obat flu

decolgen..

 Puncak Pikiran adalah kecenderungan konsumen mengingat

merek tersebut sebagai merek yang pertama kali diingat

konsumen.

Mengingat kesadaran adalah suatu mekanisme untuk

memperluas pasar merek.

2.3.2.2. Persepsi Kualitas

Dalam era globalisasi persaingan bisnis yang ketat, akan

semakin sulit bagi pemasar untuk bersaing dalam inovasi produk,

dengan perkembangan teknologi mengakibatkan hal yang baru

dengan mudah ditiru pesaing, merek memegang peranan penting

dalam pemasaran.

Menurut Tjiptoo ( 2005 : 40 ) persepsi kualitas merupakan

penilaian konsumen terhadap keunggulan atau superioritas produk

secara keseluruhan.

Sedangkan menurut Aaker ( 1991 ) kualitas yang dipersepsikan

menurut persepsi pelanggan terhadap kualitas produk/jasa secara

keseluruhan berkenaan dengan maksud yang diharapkan dimana

(31)

Persepsi kualitas adalah salah satu kunci dimensi ekuitas

merek. Persepsi kualitas dari suatu produk mempunyai kaitan erat

dengan bagaimana suatu merek tersebut dipersepsikan, manfaat drai

persepsi kualitas adalah dpaat menciptakan reason to buy,

differentiate or position, primium price, minat saluran distribusi dan

brand extension.

Persepsi kualitas mempunyai atribut penting yang dapat

diaplikasikan dalam berbagai hal, seperti:

 Kualitas aktual atau obyektif, yaitu perluasan ke suatu bagian

dari produk yang memberikan pelayanan lebih baik.

 Kualitas isi produk, yaitu karakteristik dan kuantitas unsur,

bagian atau pelayanan yang disertakan.

 Kualitas proses manufaktur, yaitu kesesuaian dengan spesifikasi

hasil akhir yang tanpa cacat.

Menurut Garvin ( 1998 ), dalam Bambang ( 2003 : 534 ),

pengukuran persepsi kualitas didasarkan atas dimensi – dimensi

dibawah ini:

 Ketahanan adalah Ketahanan atau daya tahan dari suatu produk

sebagai contoh: Aromanya, Warnanya.

 Komposisi atau Kandungan adalah merupakan komposisi atau

kandungan dari produk tersebut.

 Menghindar dari Kerusakan adalah bagaimana produk tersebut

(32)

Merek yang baik juga menyampaikan jaminan tambahan

berupa jaminan kualitas, pada beberapa situasi, konsumen

kadangkala melihat kualitas suatu produk dari mereknya, sehingga

merek dapat menjadi alat ukur tingkat kualitas produk.

Kualitas semata-mata ditentukan oleh konsumen-konsumen

sehingga kepuasan konsumen hanya dapat dicapai dengan

memberikan kualitas yang baik.

2.3.2.3. Asosiasi Merek

Dimensi ekuitas merek yang ketiga adalah asosiasi merek,

merek akan semakin kuat bila dilandaskan pada banyaknya

pengalaman berkenaan dengan merek tersebut, suatu merek mungkin

akan dilupakan pada awalnya, namun hal itu mungkin disebabkan

karena pada awalnya konsumen tersebut belum memikirkan merek

tersebut.

Menuruk Keller ( 1998 ) Asosiasi merek adalah bentuk

informasi lain yang berhubungan dengan merek dalam ingatan dan

berisikan pengertian dari merek untuk pelanggan.

Sedangkan menurut Aaker ( 1991 ) dalam buku Tjiptono

( 2005 : 40 ) Asosiasi merek adlaah segala sesuatu yang terkait

dengan memori terhadap sebuah merek.

Asosiasi merek berkaitan erat dengan brand image, yang

didefinisikan sebagai serangkaian asosiasi merek dengan makna

(33)

semakin kuat seiring dengan bertambahnya pengalaman konsumsi

dengan merek tertentu.

Pengukuran asosiasi merek didasarkan acuan dari Keller

(1998) yang menyebutkan:

 Perlaku adalah perilaku yaitu mencerminkan pengguna /

konsumen

 Harga Relatif adalah standar harga jual yang ditetapkan oleh

perusahaan.

 Kelas Produk adalah tingkatan produk yang ada di tengah

pasaran. Pesaing adalah perusahaan yang memproduksi produk

yang sama yang menjadi aternatif atau produk pengganti.

 Gaya Hidup adalah gaya hidup seseorang mencerminkan

keselruuhan pribadi dalam pergaulan dalam lingkungannya dan

kelompok sosial atau kepribadiannya sendiri.

Pelanggan adalah seorang atau beberapa orang yang

menikmati produk.

Asosiasi ini membantu konsumen memproses dan menyusun

informasi membedakan merek tersebut, membangkitkan alasan

untuk membeli, menciptakan sikap atau perasaan positif dan

memberikan landasan bagi perluasan.

2.3.2.4. Loyalitas Merek

Pada awal perkembangannya loyalitas sering dikaitkan dengan

(34)

misalnya mengatakan hal yang baik atau merekomendasikan suatu

produk atau jasa kepada orang lain.

Menurut Rangkuti (2000) loyalitas merek adalah ukuran dari

kesetiaan konsumen terhadap suatu merek.

Sedangkan menurut Aaker (1991)” the attachment that a

customer has to brand”

Pelanggan yang loyal terhadap suatu merek produk atau jasa

menunjukkan adanya suatu pola kebiasaan dalam melakukan

pembelian terhadap produk atau jasa dengan merek tertentu sehingga

pembelian tersebut tidak lagi melalui proses pengambilan keputusan

yang panjang dan tanpa membandingkan terlebih dahulu dengan

merek yang lain.

Menurut Aaker (1996 : 43) “ A direct way to determine

loyalty, especially habitual behavior, is to consider actual purchase patterns. Among the measure that can be used are: rephurchase rate, percent of purchase, numbeer of brand purchase”. Bahwa suatu cara untuk menetapkan loyalitas, terutama untuk perilaku

kebiasaan adalah memperhitungkan pola-pola pembelian yang

aktual. Diantara ukuran-ukuran yang bisa digunakan adalah: laku

pembelian ulang, persentase pembelian, jumlah merek yang beli.

Memahami bagaimana mengetahui cara membagun loyalitas

pada konsumen tetap menjadi persoalan manajemen yang sangat

(35)

Menurut durianto.et.al (2005 : 19), loyalitas memiliki beberapa

tingkat sebagaimana dpaat dijelaskan sebagai berikut:

 Pembeli yang berpindah-pindah adalah tingkat loyalitas

yang paling dasar adalah pembeli yang sama sekali tidak

tertarik pada merek-merek apapun yang ditawarkan.

Dengan demikian merek memainkan peran yang kecil

dalam keputusan pembelian.

 Pembeli yang bersifat kebiasaan adalah pembeli yang

merasa uas dengan produk yang digunakannya atau

minimal ia tidak mengalami kekecewaan. Pada dasarnya

tidak terdapat dimensi ketidakpuasan yang cukup memadai

untuk mendorong suatu perubahan, terutama apabila

pergantian ke merek lain memerlukan suatu tambahan

biaya.

 Pembeli yang puas adlaah berisi orang-orang yang puas

kelompok ini biasa disebut dengan konsumen loyal yang

merasakan adanya suatu pengorbanan apabila ia melakukan

pergantian ke merek lain.

 Menyukai merek adalah konsumen benar-benar menyukai

merek tersebut, pilihan mereka terhadap suatu merek

dilandasi pada suatu asosiasi, seperti simbol, rangkaian

dalam penggunaanya atau kesan kualitas yang tinggi.

(36)

kebanggaan menggunakan merek tertentu dan diwujudkan dengan

merekomendasikan merek tersebut kepada orang lain, dan lebih

lanjut akan mempunyai ketertarikan emosional terhadap merek

badan usaha.

2.4 Pengaruh Kesadaran Merek, Kesan Kualitas, Asosiasi Merek dan

Loyalitas Merek Terhadap Ekuitas Merek.

Merek yang prestisius adalah merek yang memiliki daya tarik yang

kuat dimata konsumen, dengan ekuitas merek yang kuat, tujuan pemasar

untuk selalu mengembangkan dan merebut pangsa pasar akan lebih mudah

dicapai.

Menurut Aaker dalam Durianto.et.al ( 2005 : 3 ) memaparkan lima

elemen yang merupakan pendukung ekuitas merek, yaitu kesadaran merek,

persepsi kualitas, asosiasi merek, loyalitas merek dan propriety brand asets

lainnya.

Elemen – elemen tersebut akan membentuk ekuitas merek suatu

produk yang selanjutnya dapat dijadikan salah satu modal untuk

menentukan keunggulan kompetitif dan komparatif perusahaan. Dibawah

ini akan dijelaskan pengaruh kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi

merek dan loyalitas terhadap ekuitas merek :

2.4.1 Pengaruh Kesadaran Merek Terhadap Ekuitas Merek

Peran kesadaran merek dalam membantu merek dapat dipahami

(37)

nilai. Cara yang menjadi kunci untuk membentuk ekuitas merek

adalah dengn kesadaran merek, mengingatkan konsumen akan produk

perusahaan dan membangun ikatan emosi dengan konsumen.

Perusahaan mempunyai kesempatan untuk memperdalam ikatan

emosidengan konsumen dan memperkuat asosiasi serta perilaku

konsumen terhadap merek setelah terbentuk kesadaran merek. ( Rust,

Zeithaml, Lennon, 2000 ).

Menurut Durianto ( 2004 : 6 ) jika kesadaran merek itu sangat

rendah maka hampir dipastikan bahwa ekuitas mereknya juga rendah.

Kesadaran merek pada benak konsumen merupakan bagian

penting dari ekuitas merek, yang menjadi dasar suatu merek dapat

menjadi ekuitas merek adalah bahwa konsumen telah mngetahui

merek tersebut, yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan

kesadaran merek adalah dengan mengkomunikasikan merek kepada

konsumen yang telah ada maupun konsumen potensial.

2.4.2 Pengaruh Kesan Kualitas Terhadap Ekuitas Merek

Kesan kualitas merupakan salah satu alasan untuk membeli dan

oleh karena itu dapat membantu program pemasaran lebih efektif.

Semakin tinggi kesan kualitas yang dimiliki pelanggan akan suatu

merek, maka akan semakin tinggi pula ekuitas dari merek tersebut,

sehingga periklanan dan promosi menjadi semakin efektif ( Aaker

1991 ).

(38)

ekuitas merek yang kuat akan dapat dibangun persepsi konsumen yang

positif mengenai produk – produk yang dikeluarkan perusahaan.

2.4.3 Pengaruh Asosiasi Merek Terhadap Ekuitas Merek

Ekuitas merek didukung secara kuat oleh asosiasi yang dibuat

konsumen atau pelanggan terhadap merek. Asosiasi ini dapat meliputi

atribut produk, simbol khusus. Asosiasi merek dikendalikan oleh

identitas merek yaitu apa yang diinginkan organisasi terhadap merek

agar bertahan dalam pikiran konsumen. Asosiasi merek penting bagi

pengertian mengenai ekuitas merek ( Keller, 1993 dan 1998 ).

Untuk menuju ekuitas merek yang tinggi hanya terjadi saat

konsumen menyadari keberadaan merek dan konsumen memiliki

asosiasi yang kuat, menguntungkan dan menyadari keunikan atau

keunggulan merek tertentu.

2.4.4 Pengaruh Loyalitas Merek Terhadap Ekuitas Merek

Loyalitas adalah bukti konsumen yang selalu menjadi pelanggan

yang mmiliki kekuatan dan sikap positif dari perusahaan tersebut. Dari

penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa masing – masing pelanggan

mempunyai dasar loyalitas yang berbeda. Hal ini tergantung dari

obyektivitas mereka masing – masing.

Menurut Lovelock ( 1997 : 55 ) menjelaskan bahwa tingkat

kesetiaan dari para konsumen terhadap suatu barang merek tertentu

bergantung beberapa faktor besarnya biaya untuk berpindah ke merek

(39)

jenis barang pengganti, adanya resiko perubahan biaya akibat barang

pengganti dan berubahnya tingkat kepuasan yang didapat dari merek

baru dibandingkan dengan pengalaman terhadap merek sebelumnnya

yang pernah dipakai. Loyalitas bukan tentang prosentase dari konsumen

yang sebelumnya membeli tetap tentang pembelian ulang. Loyalitas

adalah prosentase dari orang yang pernah membeli dalam kerangka

waktu tertentu dan melakukan pembelian ulang sejak pemebeliannya

yang pertama.

Menurut Bambang ( 2003 :528 ), loyalitas merek merupakan inti

dari brand equity yng menjadi gagasan sentral dalam pemasaran, karena

hal ini merupakan suatu ukuran keterkaitan seorang pelanggan pada

sebuah merek. Apabila loyalitas merek meningkat, maka kerentanan

kelompok pelanggan dari serangan konpetitor dapat dikurangi. Hal ini

merupakan suatu indikator dari brand equity yang berkaitan dengan

perolehan laba dimasa yang akan datang karena loyalitas merek secara

(40)
(41)

2.6 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah maka dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga variabel kesadaran merek mempunyai pengaruh positif

terhadap ekuitas merek.

2. Diduga variabel kesan kualitas mempunyai pengaruh positif

terhadap ekuitas merek.

3. Diduga variabel asosiasi merek mempunyai pengaruh positif

terhadap ekuitas merek.

4. Diduga variabel loyalitas mempunyai pengaruh positif terhadap

(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan

tentang pengoprasionalan dan pendefinisian konsep – konsep penelitian

menjadi variabel – variabel penelitian termasuk penetapan cara dan satuan

pengukuran variabelnya ( Anonim, 2003 : IV – 10 ).

Definisi operasional adalah suatu definisi yang memberikan kepada

suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau

menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasianal yang

diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tertentu

( Nazir, 1999 : 152).

Agar konsep yang digunakan dapat diukur dan menghindari makna

yang berbeda maka variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian

ini diukur menggunakan skala interval untuk mendapatkan rata – rata

tanggapan responden.

Secara operasional variabel – variabel tersebut didefinisikan

sebagai berikut :

3.1.1 Ekuitas merek ( Y )

Adalah sekelompok asset yang dihubungkan dengan merek,

nama maupun simbolnya, yang dapat menambah ataupun

(43)

 Citra sosial (Y1) yaitu persepsi konsumen terhadap atribusi yang

dilakukan kelompok sosialnya terhadap pemakaian merek

spesifik.

 Komitmen (Y2) yaitu kekuatan relative perasaan positif

konsumen terhadap merek spesifik.

 Kepercayaan (Y3) yaitu keyakinan konsumen terhadap

perusahaan dan komunikasinya, serta tindakan perusahaannya

yang mengutamakan kepentingan konsumen.

3.1.2 Kesadaran merek ( X1 )

adalah suatu penerimaan konsumen terhadap sebuah merek

dalam benak mereke dimana ditunjukkan dari kemampuan mereka

mengingatkembali sebuah merek dalam kategori tertentu, ( Aaker,

1999). Faktor – faktornya meliputi :

1. Tidak menyadari merek ( X1.1 ) adalah suatu kondisi pelanggan tidak menyadari merek.

2. Pengenalan merek ( X1.2 ) adalah kecenderungan konsumen mengingat merek sebagai alternatif apabila konsumen

memerlukan obat flu.

3. Pengingatan kembali merek ( X1.3 ) adalah kecenderungan konsumen mengingat obat flu Decolgen sebagai merek yang

(44)

3.1.3 Persepsi kualitas ( X2 )

Merupakan persepsi konsumen tentang keseluruhan

kualitas yang dimiliki oleh obat flu Decolgen, yang diharapkan

sesuai dengan harapan konsumen. Sedangkan faktor – faktornya

meliputi :

1. Ketahanan ( X2.1 ) adalah daya tahan produk yang dimiliki obat flu Decolgen. Contoh : Aroma, Rasa.

2. Komposisi ( X2.2 ) adalah merupakan komposisi atau kandungan dari obat flu Decolgen.

3. menghindari dari kerusakan ( X2.3 ) adalah bagaimana obat flu Decolgen dapat menghindari dari kerusakan.

3.1.4 Asosiasi merek (X3)

adalah atribut – atribut yang dihubungkan dengan merek

oleh pelanggan. ( Pettis, 1995 ). Faktor – faktor yang meliputi

adalah :

1. Harga relatif ( X3.1 ) sadalah standart harga jual yang ditetapkan oleh konsumen.

2. Kelas produk ( X3.2 ) adalah tingkatan produk yang ada ditengah pasaran.

3. Gaya hidup ( X3.3 ) gaya hidup seseorang mencerminkan keseluruhan pribadi dalam pergaulan dilingkungannya dan

(45)

3.1.5 Loyalitas merek ( X4 )

Merupakan wujud kesetian konsumen terhadap suatu

merek, dimana konsumen sudah merasa memiliki keterikatan

dengan merek tersebut.

Faktor – faktornya meliputi :

1. Pembeli yang berpindah – pindah ( X4.1 ) adalah tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli yang sama sekali

tidak tertarik pada merek – merek apapun yang ditawarkan.

Dengan demikian merek memainkan peran yang kecil dalam

keputusan pembelian.

2. pembeli yang bersifat kebiasaan ( X4.2 ) adalah pembeli yang merasa puas dengan produk yang digunakan atau minimal ia

tidak mengalami kekecewaan.

3. Pembeli yang puas ( X4.3 ) adalah berisi konsumen yang loyal yang merasa ada suatu pengorbanan apabila ia melakukan

pergantian ke merek lain.

Skala pengukuran sikap yang dipergunakan untuk 1

indikator adalah skala interval dengan bentuk semantic deferensial,

yaitu skala jarak antara data yang satu dengan yang lain sama

namun tidak merupakan nilai nol absolute. Analisa ini dilakukan

denga meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang

serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti.

(46)

positifnya terletak diselah kanan, jawaban sangat negatifnya

disebelah kiri, atau sebaliknya skala data yang digunakan adalah

skala interval 1 sampai 7, digambarkan sebagai berikut :

1 7

Sangat tidak sesuai Sangat sesuai

Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan

memberikan skor yang berbeda dalam rentang nilai 1 sampai 7 pada

masing – masing skala, dimana 1 menunjukkan nilai rendah, nilai 4

merupakan nilai tengah antara sangat sesuai dengan pernyataan sangat

tidak sesuai dan 7 nilai yang tertinggi.

Kesimpulan jawaban dengan nilai 1 sampai 3 cenderung sangat

tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan, jawaban antara 5 sampai

7 berarti sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. Populasi yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli obat

(47)

b. Sampel

Sampel yang diambil dari populasi yang merupakan konsumen dari obat

flu Decolgen. Menurut Slovin dalam Umar ( 1997 : 49 ) perhitungan

sample menggunakan rumus :

N

n =

────

1 + Ne2

Dimana :

n =

Ukuran sample

N =

Ukuran populasi

e =

Persen kelonggaran karena penggambilan sample yang dilakukan yaitu

sebesar 10 % ( 0,1 ).

Sedangkan menurut Ferdinand ( 2002 : 48 ) perhitungan sample

adalah indicator dikali 5 s/d 10 kali.

Teknik pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Nonprobability sampling dengan menggunakan metode Purpose

Sampling dengan criteria :

 Menggunakan obat flu Decolgen.

 Usia 18 tahun keatas.

 Para konsumen yang pernah melihat iklan dari obat flu Decolgen dan

konsumen tersebut masih ingat iklan tersebut.

(48)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data yang diperoleh dari penelitian yang berdasarkan hasil

jawaban dari daftar pertanyaan ( kuisioner ) yang disebarkan kepada

responden yang membeli obat flu Decolgen di wilayah Sidoarjo dan

sekitarnya.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data tentang tingkat Top Brand Index

periode 2007-2009 yang diperoleh melalui majalah Marketing edisi

Februari 2009.

c. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data

primer untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data merupakan

langkah yang amat penting dalam metode ilmiah karena pada umumnya

data yang dikumpulkan harus valid untuk digunakan dalam penelitian ini

digunakan beberapa metode dalam membantu pengumpulan data yang

lengkap sehingga dapat mendukung landasan teori, memudahkan analisa

dalam rangka pemecahan masalah. Adapun teknik yang digunakan

adalah:

● Metode Kuisioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan

daftar pertanyaan ( angket ) kepada responden untuk memperoleh

informasi langsung.

(49)

responden untuk keterangan yang lebih mendalam mengenai hal – hal

yang diperlukan dalam penelitian.

3.4 Teknik Analisa Data Dan Uji Hipotesa

Model yang digunakan untuk menganalisa data penelitian ini

adalah structure Equation Modeling ( SEM ) adalah sekumpulan teknik – teknik statistika yang memungkinkan pengukuran sebuah rangkaian

hubungan yang relatif rumit secara simultan. Hubungan yang rumit tersebut

dibangun antara satu atau beberapa variabel dependen dengan satu atau

beberapa variabel independen. Masing – masing variabel dependen dan

independen dapat berbentuk konstruk yang dibangun dari beberapa variabel

dependen ( Ferdinand, 2000 ).

Penelitian ini menggunakan dua macam teknik analisa :

1. Measurement Model atau analisa faktor konfirmatori ( Confirmatory Factor analysis ) yang digunakan untuk mengkonfirmasi apakah variabel – variabel indikator yang digunakan

dapat mengkonfirmasi sebuah konstruk.

2. Causal Model, struktur model adalah yang mrnggambarkan hubungan – hubungan yang dihipotesiskan antar konstruk, yang

menjelaskan sebuah kausalitas, termasuk didalamnya kausalitas

berjenjang.

Sebuah SEM yang lengappada dasarnya terdiri dari measurement

(50)

pengukuran ditunjukkan untuk mrngkonfirmasi dimensi – dimensi yang

dikembangkan pada sebuah konstruk. Struktural model adalah model

mengenai struktur hubungan yang membentuk atau menjelaskan kausalitas

antara konstruk, ( Ferdinand, 2000 ). Menurut Hair, Anderson, Tatham dan

Black ( 1998 ) dan Ferdinand ( 2000 ) ada tujuh langkah yang harus

dilakukan apabila menggunakan Structural Equation Modelling ( SEM ).

1). Pengembangan Kerangka Teoritis

Dalam langka pengembangan kerangka pikir teoritis seorang peneliti

harus melakukan serangkaina eksplorasi ilmiah melalui telaah pustaka

yang intensif guna mendapatkan justifikasi atas kerangka pikir teoritis

yang dikembangkannya. SEM digunakan bukan untuk menghasilkan

sebuah model, tetapi digunakan untuk mengkonfirmasi kerangka pikir

teoritis tersebut melalui data emperik.

2). Pengembangan Diagram Jalu

Pada langkah kedua, kerangka pikir teoritis yang dibangun pada tahap

pertama akan digambarkan dalam sebuah path diagram yang akan

mempermudah untuk melihat hubungan – hubungan kausalitas yang akan

diuji. Dalam permodelan SEM, peneliti biasanya bekerja dengan

konstruk, yaitu konsep – konsep yang memiliki pijakan teoritis yang

cukup untuk menjelaskan berbagai bentuk hubungan.

Didalam menggambarkan diagram jalu, hubungan antar konstruk

dinyatakan dalam anak panah. Anak panah lurus menunjukkan sebuah

(51)

Sedngakan garis – garis lengkung antar konstruk dengan anak panah

pada setiap ujungnya menunjukkan korelasi anatr konstruk.

Konstruk – konstruk yang dibangun dalam diagram alur dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu :

Konstruk Eksogen ( Exogenous Constructs ), dikenal juga sebagai

Source Variables atau Independent Variables yang tidak diprediksi dengan variabel lain dalam tabel. Konstruk eksogen adalah

konstruk yang dituju oleh garis denagn satu ujung panah.

Konstruk endogen ( Endigenous Constructs ), adalah konstruk yang diprediksi oleh satu atu bebrapa konstruk. Konstruk endogen

dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya,

tetapi konstruk endogen hanya dapat berhubungan kasual dengan

konstruk eksogen.

3). Konvensi Diagram Jalur Kedalam Persamaan

Persamaan yang didapat dari diagram jalur yang dikonversi terdiri dari :

 Persamaan struktural, yang dirumuskan untuk menyatakan

hubungan kausalitas atntar berbagai konstruk.

Variabel Endogen = Variabel Eksogen + Variabel Eksogen +

Error

 Persamaan spesifikasi model pengukuran, pada spesifikasi ini

peneliti menentukan variabel yang mengukur suatu konstruk dan

menentukan serangkaian matriks yang menunjukan suatu korelasi

(52)

4). Memilih Matriks Input dan Estimasi Model

SEM menggunakan input data yang hanya menggunakan matriks

varian atau kovarians atau matriks korelasi yang keseluruhan estimasi

yang dilakukan. Matriks kovarians digunakan karena SEM memiliki

keunggulan dalam menyajikan perbandingan yang valid antara populasi

yang berbeda atau sampel yang berbeda, yang tidak dapat disajikan oleh

korelasi. Disarankan agar menggunakan varians atau kovarians pada saat

pengujian teori sebab lebih memenuhi asumsi – asumsi metodologi yang

mana standart error yang dilaporkan akan menunjukkan angka yang lebih

akurat dibanding dengan menggunakan matriks korelasi.

Untuk ukuran sampel yang sesuai dengan SEM adalah 100 – 200,

dengan ukuran sampel minimum adalah sebanyak 5 – 10 observasi untuk

setiap parameter yang diestimasi.

Pengujian model yang digunakan dengan menggunakan model

two-step Approach, model two-step Approach digunakan untuk mengatasi masalah sampel data yang kecil jika dibandingkan dengan

jumlah butir instrumentasi yang digunakan ( Hartline & Ferrel, 1996 ),

dan keakuratan reabilitas indikator – indikator terbaik dapat dicapai

dalam two-step Approach ini. Two-step Approach bertujuan untuk

menghindari interaksi antar model pengukuran dan model struktural pada

one-step Approach ( Hair et.al., 1998 ).

Yang digunakan dalam two-step Approach to SEM adalah :

(53)

model ( Anderson dan Gerbang, 1998 ) cara yang digunakan dalam

menganalisis SEM dengan two-step Approach adalah sebagai berikut :

1. Menjumlahkan skala butir –butir setiap konstruk menjadi sebuah

indikator Summed – Scale bagi setiap konstruk. Jika terdapat skala yang

berbeda setiap indikator tersebut distandardisasi ( Z – Scores ) dengan

mean = 0, deviasi standart = 1, yang tujuannya adalah untuk

mengeliminasi pengaruh – pengaruh skala yang berbeda – beda tersebut

( Hair et.al., 1998 ).

2. Menetapkan error ( ε ) dan lamda ( λ ) terms, error terms dapat dihitung

dengan rumus 0,1 kali σ2 dan lamda terms dengan rumus 0.95 kali σ

( Andrson dan Gerbing, 1988 ). Perhitungan Constructs reliability telah

dijelaskan pada bagian sebelumnya dan deviasi standar ( σ ) dapat

dihitung dengan bantuan program aplikasi statistika SPSS. Setelah error

( ε ) dan lamda ( λ ) terms diketahui , skor – skor tersebut dimasukkan

sebagai parameter fix pada analisis model pengukuran SEM.

5). Menilai Problem Identifikasi

Pada program komputer yang digunakan untuk estimasi model

kausal, salah satu masalah yang dihadapi adalah problem identifikasi.

Problem identifikasiini pada prinsipnya adalah problem mengenai

ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan

estimasi yang unik. Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala

(54)

 Standart error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat

besar.

 Program tidak mampu menghasilkan matriks informasi yang

harusnya disajikan.

 Muncul angka – angka yang aneh seperti adanya varians error

yang negatif.

 Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien dari

estimasi yang didapat ( misalnya ± 0,9 ).

Apabila setiap kali estimasi dilakukan muncul adanya problem

identifikasi, maka sebaiknya model dipertimbangkan ulang

dengan mengembangkan lebih banyak konstruk.

6). Evaluasi Kriteria Goodness – of – fit

Pada tahap melakukan pengujian terhadap kesesaian model melalui

telaah terhadap berbagai kriteria Goodness - of – fit. Berikut ini adalah

beberapa indeks kesesuaian dan cut – off value-nya untuk digunakan

dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak.

 X2 – Chi – Square statistik. Model yang dugunakan akan dipandang baik

atau memuaskan bila nilai chi – squarenya rendah. Semakin kecil nilai X2

semakin baik mode tersebut ( karena dalam uji beda chi – square, X2 = 0

berarti benar – benar tidak ada perbedaan, Ho diterima ) dan diterima

berdasarkan probabilitas dengan cut – off value sebesar p>0,05 atau

p>0,01 ( Hulland et.al.,1996 pada Ferdinand, 2000 ).

(55)

sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi chi – square

statistik dalam sampel yang besar ( Baumgarner & Homberg, 1996 pada

Ferdinand, 2000 ). Nilai RMSEA menunjukkan goodness – off – fit yang

dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi dimana nilai yang

lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat

diterimanya model untuk menunjukkan sebuah close – fit dari model ini

berdasarkan degree of freedom ( Browne dan Cudeck, 1993 pada

Ferdinand, 2000 ).

 GFI ( Goodness Of Fit Index ), adalah ukuran non statistikal yang

mempunyai rentang nilai antara 0 ( poor fit ) nilai yang lebih tinggi

dalam indeks ini menunjukkan sebuah “ better fit “.

 AGFI ( adjusted Goodness Of Fit Index ) adalah analog dari R2 dalam

regresi berganda ( Tanaka dan Huba, 1989 pada Ferdinand, 2000 ).

Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI

mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar 0,95 dapat

diinterpretasikan sebagai tingkatan yang good overall model fit ( baik )

sedangkan besaran nilai antara 0,90 – 0,95 menunjukkan tingkatan yang

cukup – adequate fit ( Hulland et.al., 1996 pada Ferdinand, 2000 ).

 CMIN/DF adalah The Minimum sample Discrepancy Function yang

dibagi dengan Degree Of Fredom. CMIN/DF tidak lain adalah statistik

chi – square, X2 dibagi dengan DF-nya disebut dengan X2 relatif. Bila

nilai X2 relatif kuran dari 2,0 atau 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit

(56)

 TLI ( Tucker Lewis Index ). Merepakan Incremental indeks yang

membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline

model, dimana nilai yang direkomendasika sebagai acuan untuk

diterimannya sebuah model adalah ≥ 0,95 dan nilai yang mendekati 1

menunjukkan very good fit ( Arbuckle, 1997 pada Ferdinand, 2000 ).

 Uji Realibilitas, setelah kesesuaian uji model ( model fit ), evaluasi lain

yang harus dilakukan adalah penilaian unidisionslitas dan realibilitas.

Unidimensionslitas adalah sebuah asumsi yang digunakan dalam

menghitung realibilitas dari model yang menunjukkan bahwa dalam

sebuah model satu dimensi, indikator – indikator yang digunakan

memiliki derajat kesesuaian yang baik. ( Ferdinand, 2000 ). Pendekatan

yang dianjurkan dalam menilai sebuah model pengukuran ( measurement

model ) adalah :

a) Compose Reliability, adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator – indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai

dimana masing – masing itu mengidentifikasikan sebuah konstruk laten

yang umum. Rumus dari composite reliability adalah sebagai berikut :

[ ∑ standardize Loading ]2 Constructs Reliability =

{ ∑ Standardize Loading }2 + ∑εj

b) Variance Extracted, menunjukkan jumlah varians yang dari indikator – indikator yang diektstraksi oleh konstruk laten yang dikembangkan. Nilai

(57)

variance extracted ini direkomendasikan pada tingkat paling sedikit 0,50

( Ferdinand, 2000 ). Variance extracted dapat diperoleh melalui rumus :

[ ∑ standardize Loading ]2 Variance Extracted =

{ ∑ Standardize Loading }2 + ∑εj

7). Interpretasi dan Modifikasi Model

Tahap ketujuh atau yang terakhir adalah menginterpretasikan model dan

memodifikasikan bagi model – model yang tidak memenuhi syarat

pengujian yang dilakukan. Pedoman untuk mempertimbangkan perlu

tidaknya modifikasi sebuah model dengan melihat jimlah residual yang

dihasilkan oleh model. Bats keamanan untuk jumlah residual adalah 5%.

Bila jumlah residual lebih besat dari 2% dari semua residual kovarians

yang dihasilkan oleh model, maka modifikasi perlu untuk dikembangkan.

Bila ditemukan bahwa nilai residual yang dihasilkan model cukup besar

(yaitu > 2,58 ) maka cara lain dalam memodifikasi adalah dengan

mempertimbangkan menambah sebuah alur baru terhadap model yang

diestimasi tersebut. Nilai residual value yang lebih besar atau sama

dengan 2,58 diinterpretasikan sebagai signifikan secara statistik pada

(58)
(59)

4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Perusahaan

PT Medifarma beroperasi di Indonesia sejak 1969 dan merupakan

anak perusahaan dari Unilab Filipina. Perusahaan itu memiliki dua divisi

bisnis yaitu ethical (marketing untuk obat dengan resep) dan consumer

healthcare (marketing untuk obat bebas).

Decolgen merupakan produk kemasan untuk kategori obat flu dan pilek yang diproduksi PT Medifarma Laboratories dan diluncurkan

pertama kali pada tahun 1969. Awalnya Decolgen hanya dipasarkan

melalui medical practisioner (seperti dokter, mantri, perawat) melalui obat

yang diresepkan. Pada tahun 1986, Decolgen berubah menjadi obat bebas

dan mulai dipasarkan melalui chanel-chanel over the counter (OTC).

Selain memproduksi Decolgen, Medifarma juga memproduksi produk lain

yaitu Enervon GE, Neozep Forte, Enzyplex, New Diatabs, Decolsin,

Allerin Expectorant, Biogesic, dan Enervon C.

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan

Misi perusahaan adalah berkomitmen baik untuk mencapai hasil

yang terbaik untuk memenuhi harapan klien. Misi perusahaan adalah

(60)

Kerjasama dengan perusahaan lain yang memusatkan pada Pertunjukan

Dan Agen Periklanan.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Deskripsi Variabel Ekuitas Merek(X)

4.2.1.1.Deskripsi Variabel Kesadaran Merek (X1)

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada

para responden yang berjumlah 100 orang diperoleh jawaban sebagai

berikut :

Tabel 4.1. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel

Kesadaran Merek (X1)

No Pertanyaan Skor Jawaban Total 1 2 3 4 5 6 7

1

Anda mengingat obat flu Decolgen sebagai alternative apabila membutuhkan obat flu

0 0 0 6 47 42 5 100

2

Anda dapat mengenali obat flu Decolgen tanpa melihat iklan di media elektronik

0 0 0 5 59 28 8 100

3

Pada saat anda ingin membutuhkan obat flu, decolgen adalah obat yang pertama kali ada di benak anda

0 0 0 7 47 36 10 100

Total 0 0 0 18 153 106 23

Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (diolah peneliti) pada lampiran 2

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden dalam penelitian ini menyatakan cukup setuju terhadap

pertanyaan yang diajukan, hal tersebut ditunjukkan dengan besarnya total

skor yang berada pada skor 5 dengan jumlah sebesar 153 jawaban.

Kondisi diatas menunjukkan bahwa konsumen dalam membeli

(61)

elektronik.

4.2.1.2.Deskripsi Variabel Kesan Kualitas(X2)

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada

para responden yang berjumlah 100 orang diperoleh jawaban sebagai

berikut :

Tabel 4.2. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel

Kesan Kualitas (X2)

No Pertanyaan Skor Jawaban Total 1 2 3 4 5 6 7 tampilan yang sesuai dengan obat flu pada umumnya, yaitu kemasan yang menarik, berwarna dan ekonomis

0 0 0 22 38 29 11 100

Total 0 0 0 37 82 57 24

Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (diolah peneliti) pada lampiran 2

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden dalam penelitian ini menyatakan cukup setuju terhadap

pertanyaan yang diajukan, hal tersebut ditunjukkan dengan besarnya total

skor yang berada pada skor 5 dengan jumlah sebesar 82 jawaban.

Kondisi diatas menunjukkan bahwa konsumen dalam membeli

Decolgen sebagai obat flu tersebut karena konsumen merasa yakin dengan

(62)

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada

para responden yang berjumlah 100 orang diperoleh jawaban sebagai

berikut :

Tabel 4.3. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel

Asosiasi Merek (X3)

No Pertanyaan Skor Jawaban Total 1 2 3 4 5 6 7

1

Decolgen memiliki atribut produk yang unik, yakni satu – satunya obat flu lapis tiga sesuai dengan image Decolgen yang bisa menyembuhkan sakit flu dengan 3 komposisi obat yang berbeda – beda

Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (diolah peneliti) pada lampiran 2

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden dalam penelitian ini menyatakan cukup setuju terhadap

pertanyaan yang diajukan, hal tersebut ditunjukkan dengan besarnya total

skor yang berada pada skor 5 dengan jumlah sebesar 96 jawaban.

Kondisi diatas menunjukkan bahwa konsumen dalam membeli

obat flu merek Decolgen karena obat tersebut memiliki lapis tiga dengan

tiga komposisi obat yang berbeda sehingga konsumen merasa yakin dapat

(63)

4.2.2. Deskripsi Variabel Niat Beli(Y)

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada

para responden yang berjumlah 100 orang diperoleh jawaban sebagai

berikut :

Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Niat Beli (Y)

No Pertanyaan Skor Jawaban Total 1 2 3 4 5 6 7 flu Decolgen disaat sakit, Artinya, jika terkena flu, anda langsung teringat flu Decolgen dan tidak bias diganti dengan merek lain

0 0 1 9 49 36 5 100

Total 0 0 1 29 146 111 13

Sumber: Hasil Penyebaran Kuesioner (diolah peneliti) pada lampiran 2

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam

penelitian ini menyatakan cukup setuju dengan pertanyaan yang diajukan,

hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya responden yang memberikan

jawaban pada skor 5 dengan total skor terbanyak yang berjumlah 146

jawaban.

Peristiwa diatas menunjukkan bahwa konsumen selalu mencari obat

flu merek Decolgen dan akan selalu mencari obat flu merek Decolgen

karena jika mereka terkan flu yang pertama diingat adalah obat flu merek

Gambar

Tabel 4.1. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Kesadaran Merek (X1)
Tabel 4.2. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Kesan Kualitas (X2)
Tabel 4.3. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Asosiasi Merek (X3)
Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Niat
+7

Referensi

Dokumen terkait

When you configure a plugin to monitor something on a node, the Munin server will automatically start drawing neat graphs for you#. The great thing is that while there are a lot

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif untuk mengetahui pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, semangat

Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional , yang bertujuan untuk mengetahui hubungan keberadaan jentik

Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kekuatan serta melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya kepada penulis

Langkah pembelajaran yang kelima adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan hasil percobaan dan asosiasinya kepada siswa lain dan guru untuk

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel meliputi variabel bebas yaitu tiga jenis pelarut, variabel terkontrol yaitu rumput laut dan

Konsep desain juga menjawab keinginan klien akan showroom yang representatif karena jati yang merupakan jenis kayu pada dasarnya adalah bahan baku pembuatan

mungkin seorang perempuan hamil tanpa adanya pertemuan antara ovum dan spermatozoa baik melalu hubungan seksual (coitus) maupun melalui cara lainberdasarkan perkembangan