o
Selasa0
RabtJ456 7
20 21 22
o
Mar OApr OMeio
Kamis
.
Jumat
8
9
1()
11
23
24
25
26
OJun
OJul
0
Ags
o
Sabtu
0
Minggu
12 13 1L 15 16
@
28 29 30 31OSep OOkt ONov ODes
Pikiran
Rakyat
Rencana
Pembangunan
Bendung
latigede
Di Gunung Lingga,
Karuhun
--
-
-
"Berl~umpul"
- -.- -- ~ ~BlBING RUSMANA/GAlURA MAKAM Prabu Guru Aji PutihdiSitus Cipeueut, Desa Cipaku, Kec. Dannaraja, Kab. Sumedang. Kuburan raja pertama Kera-jaan Tembong agung ini, merupakan salah satu situs yang berada diwilayah calon genangan Waduk Jatigede. *
~ ___ ~ _, _' , ,.". _. 0"" ~.
_ ..
-B
-
ANYAKyangpe~caya NamaS~e&m~iirang,-
** Soalpemindahan situs dibahwa GunungLingga
menurut sahibul.hikayat,.
TERLEPAS benar atau
Jatigedeke Gununglingga itu
yangberlokasidi Desa
berrnuladari ~at
yang.diu-
tidaknyaceritaitu, yangjelas
disampaikanKepalaSeksi
Cimarga,Kec.Darrnaraja,Kab.
capkanPrabu TaJlmalela:m-
dalamwaktu dekat,Gunung
Kepurbakalaandan
Perrnuse-Surnedang adalah tempat sun medal madangan.
(~
lingga bakal kedatangan urnan Bidang Kebudayaanpa-keramat.Ditempat itu, konon,
lahir di tempat ini).Semn&
"penghuni"bam. Situs-situs
da DinasPariwisatadan
Kebu-Prabu Tajirnalela,Raja
perkembanganzaman,~a~
makamkuno di daerah g~nan-
dayaanProvinsiJawa Barat
Surnedanglarangmenghilang
itu kemudianberubah menJadi
gan BendungJatigedebakal
Drs.&Ii Sunarto,belurnlama
alias
ngahyang.
Sebelurnnya,
Surnedanglarang.Belakang~,
dipindahkanke sana. Dengan
ini.Menurut dia, di kawasan
Prabu Tajirnalelamewariskan
kata '1arang"yangber~~ di
dernikian,wargaSumedang
Jatigede,sedikitnyaada 64
si-kerajaannya(yangjuga terke-
belakangSurnedangdihilang-
tidak "kehilangan"karuhun-
tus yang perlu diselamatkan.
nal dengannama HirnbarBua-
kan.
..
nya,setelahprojekBendung
"Situs-situsyang
akanteren-na) kepada seorangputranya,
Lantas,~
TaJ1ID~ela
Jatigedeterealisasi.
dam, sebagianmerupakan
Prabu GajahAgung.
bersemayarndi GunungLing~
Kenapadipindahkanke Gu-
peninggalanmasa p~jarah
Sebelurnbernarna
ga?Ceritaitu, se~narn~ suli~
nung lingga? Alasanuta-
dan masa KerajaanTembong
Surnedanglarang,kerajaan
dipercaya.~gI?
bukti-bukti
manyakarena gunungitu
Agungatau Surnedanglarang.
tersebut bernama Tembong
pe.n~ukungcen~ ltu sangatlah
tidakterrnasukda~rahgena-
Sebagianlagi,makamleluhur
Agungdan diperintaholeh
IDlDlID.
Bahwadi puncakGu-
ngan BendungJatigede.
pendiri desa
setempat,"tu-tokohbernarna GuruAjiPutih.
nung lingga memangterdap~t
"Alasan"lainnya,agar para
turnya.
Tokohini,disebut-sebutmasih
menhir,itu betul.Akant~~)l,
karuhun
urang
Surnedang
Ia mengatakan,lahan yang
mernilikihubungankekera-
pertanyaanapakahmenhirltu
bisa "berkurnpul"dengan
disediakanuntuk pemindahan
batan denganSriBadugaMa-
ada kaitannyaden~~ ~bu
.
PrabuTajirnalela _
-h~a
(Prabu Siliwan~I).,;
--
_
Tajirnalela,~pal
J?ni.
~
tersebut masih menJadi IDlS-teri.
~
-
2009---situs-situs tersebut seluas 3 hektare. Site plan-nya sudah rampung. Kendati demikian, hingga kini, upaya peminda-han itu masih mengundang pro-kontra di kalangan masyarakat.
Oleh karena itu, hingga kini, pemerintah masih berlokus pada pendekatan kepada masyarakat agar rencana itu diterima. la optimistis, upaya itu segera membuahkan hasil positif dan pada akhirnya, seluruh situs dapat dipin-dahkan sebelum tahun 2011.
Memindahkan situs di genangan Bendung Jatigede itu, sebenarnya, tak semata
dungan ini akan dibangun di Kampung Jatigede Kulon, De-sa Cijeungjing.
Rencana pembangunan bendungan, sebenarnya muncul pada tahun 1963. Se-jak itu, pemerintah meriggelar serangkaian studi banding un-tuk melihat sejauh mana man-faat bendungan tersebut. Berdasarkan eatatan, studi banding itu, antara lain, di-lakukan oleh Consultan Coyne et Billick (1967), Nedeco-SMEC (1973), dan Nedeco-SMEC (1978-1980). Hasilnya: pem-bangunan Bendung Jatigede, memang memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Bila melihat rentang waktu sejak munculnya
rencana pembangunan, sejatinya, bendung itu
sudah selesai, kini. Bayangkan saja, sudah 46
tahun! Namun, entah kenapa, sampai
sekarang Bendung Jatigede belumjuga
mewu-judo
keingingan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat. Pada tahun 1994, pengurus Yayasan Pangeran Geusan mun Sumedang H. Djamhir ,Sumawilaga (kini sudah
meninggal dunia), dalam per-cakapannya dengan "PR", su-dah mengemukakan hal itu.
Waktu itu, Dja.rnl1iT memer-eayai, tertundanya pembangu-nan Bendung Jatigede itu karena situs karuhun di Dar-maraja dan sekitarnya belum dipindahkan. Jika seluruhnya sudah dipindahkan, ia pereaya pembangunan Bendung Jatigede takkan menemui kendala. Hal itu, ujar dia, berkaitan dengan tata krama terhadap karuhun. "Masa, karuhun kita akan dibiarkan
kakeueum?" ujarnya. Berdasarkan pemantauan "PR", upaya relokasi sudah dimulai Satuan Tugas (Satgas) Penanganan dan Percepatan Relokasi SitusjCagar Budaya di Jatigede. Barn lima situs yang diekskavasi.
"Upaya eskavasi lima situs, ditargetkan tuntas akhir tahun ini," kata Ketua Satgas Nunun Nurhayati kepada wartawan, di Bandung, belum lama ini. Nunun menjelaskan, 00-kavasi terhadap kelima situs itu tidak mudah. Pertama, kata dia, pihaknya harus mengiden-tifikasi dan mengobservasi si-tus secara seksama. Dengan demikian, mereka mendapat-kan cara atau mengetahui susunan situs itu agar tak berubah. Dalam mengekska-vasi, kata dia, satgas menggu-nakan pendekatan ritual masyarakat setempat.
**
BENDUNG Jatigede di-harapkan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat, terutama yang tinggal di seki-tar bendungan. Tak hanya yang tinggal di wilayah Sumedang, tetapi juga di luar Sumeillmg. Sungai yang akan di bendung adalah Sungai Cimanuk. Rencananya,
ben-Menilik hasil itu, kemudian, sejak tahun 1984, pemerintah membebaskan tanah warga. Ribuan warga di tiga
keca-matan yang akan terendam
-Wado, Cadasngampar dan Darmaraja-- diberikan uang ganti rugi. Selanjutnya, seba-gian dari mereka mengikuti program transmigrasi ke luar Jawa, ada juga yang ikut pro-gram bedol desa ke wilayah terdekat ke Arinem (Kab. Garnt) atau ke wilayah lain Kab. Sumedang.
Bila melihat rentang waktu sejak munculnya reneana pembangunan, sejatinya, ben-dung itu sudah selesai, kini. Bayangkan saja, sudah 46 tahun! Namun, entah kenapa, sampai sekarang Bendung Jatigede belumjuga mewu-judo
Ketidakpastian itu, kini memunculkan beraneka masalah. Salah satunya: warga yang dulu menerima uang ganti rugi, tak sedikit yang pu-lang kampung. Mereka membangun rumah di tempat-nya dulu dan kembali meman-faatkan laban untuk mencari penghidupan. Pemerintah sempat kebingungan untuk mengatasinya.
Belakangan, diperoleh kabar, dana pembangunan Bendung Jatigede itu sudah tersedia setelah pemerintah pusat menerima bantuan pin-jaman dari Cina dan Jepang.
Kalau begitu, apakah Bendung Jatigede akan segera mewu-jud? Kita lihat saja!**
KEMBALI kepada per-soalan situs, menurut Edi Sunarto, di kawasan itu, selu-ruhnya terdapat dua puluh li-ma kompleks li-makam kuno, tersebar di Kec. Darmaraja dan Kec. Wado.
Data itu sama dengan data yang dikeluarkan Balai Arke-ologi Bandung dan
penelusuran Sejarawan Nina Herlina Lubis. Di kawasan tersebut, ditemukan punden
---
--
--berundak dan area pening-galan masa lalu.
Menurut Nina, situs di Jatigede itu, sebagian meru-pakan peninggalan masa prasejarah, masa Kerajaan TembongAgung (cikal bakal Sumedanglarang), dan makam leluhur pendiri desa. Akan tetapi, ada juga situs yang tidak diketahui asal-usulnya.
Secara arkeologis, kata dia, peninggalan-peninggalan itu memperlihatkan adanya trans-fonnasi dari masa prasejarah (masa sebelum dikenal tulisan) ke masa sejarah (masa setelah dikenal tulisan). Jadi, menurut dia, makam kuno yang tergolong budaya megalit itu adalah warisan prasejarah yang terus difungsikan pada masa sejarah.
Salah satu situs di Jatigede yang selama ini benar-benar dijaga dan dikeramatkan masyarakat adalah Situs Tan-jungsari. Situs ini berupa
kom-pleks makam kuno Embah H. Dalem Santapura bin Betara Sakti, penyebar agama Islam di Darmaraja, berikut enam makam putranya. Situs terse-but berlokasi di Dusun Kebon Tiwu, Desa Cibogo, Kec. Dar-maraja.
"Di lokasi ini, juga terdapat makam Demang Patih Mangkupraja, Patih Sumedang semasa Pangeran Komel, dan makam-makam para juru kunci, berikut sumur kuno yang disebut Cikahuri-pan," kata Edi.
Selain itu, ada juga Situs As-tana Gede Cipeueut di Kp. Cipeueut, Desa Cipaku, Kec. Darmaraja. Situs tersebut berupa makam Prabu Lembu Agung (Raja
Sumedanglarang), Embah Jalul, dan istri Prabu Lembu Agung. Ada lagi Situs makam
Ratu Ratna Inten Nawangwu-lan, makam Prabu Aji Putih, dan makam Resi Agung.
Selain itu, terdapat pula Si-tus Pasir Limus yang meru-pakan kompleks makam Kuno Eyang Jamanggala, Eyang Istri Ratna Komala Inten, Eyang Jayaraksa (Eyang Nanti), dan makam lain.
Di sebelah timur, kedua makam ini terdapat monolit. Diduga, ada tatanan batu membentuk bangunan berun-dak. Makam ini disebut juga petilasan Tilem.**
BIIA proses ekskavasi dan pemindahan sudah selesai, maka situs-situs dan
"penghuninya" itu akan berkumpul di Gunung Lingga yang dipereaya sebagai Kera-ton Prabu Tajimalela. Dari gu-nung yang tingginya lebih dari seribu meter di atas per-mukaan laut itu pula, nanti, para karuhun Sumedang akan "menyaksikan" kawasan yang dulu mereka huni berubah menjadi bendungan.