• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Corporate Social Responsibility Lorin Solo Hotel (Program Bantuan Bagi Penderita Hydrocephalus Tahun 2013) T1 362009028 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Corporate Social Responsibility Lorin Solo Hotel (Program Bantuan Bagi Penderita Hydrocephalus Tahun 2013) T1 362009028 BAB V"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Evaluasi Program Corporate Social Responsibility Bantuan Bagi Penderita Hydrocephalus Lorin Solo Hotel.

Lorin Solo Hotel sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa memiliki berbagai strategi untuk membentuk citra positif bagi perusahaan. Salah satu strategi yang di gunakan yakni dengan membentuk program Corporate Social Responsibiity. Melalui program Corporate Social Responsibility di harapkan perusahaan mampu menjalin hubungan baik dengan berbagai kalangan, tidak hanya perusahaan saja yang di untungkan, namun khalayak sasaran juga dapat merasakan manfaat dari program ini, sehingga apabila program ini berjalan sukses sesuai dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan, akan bermuara pada citra positif bagi perusahaan.

Program Corporate Social Responsibility dirancang oleh Public Relation Manager Lorin Solo Hotel setiap tahunnya, dimana dua tahun terakhir Lorin Solo Hotel menjalin kerjasama dengan salah satu stasiun televisi di kota Solo dengan nama program “Dari Anda Lorin Berbagi”. Selama satu tahun terakhir, periode April 2012 hingga April 2013, Lorin Solo Hotel telah bekerja sama dengan TATV untuk menyelesaikan 18 Program Corporate Social Responsibility dengan berbagai tema. Pemilihan khalayak dilakukan berdasarkan hari besar yang tercantum pada kalender ataupun melalui survei dari permohonan bantuan yang

dikirimkan kepada perusahaan. Pemberian bantuan ini dilakukan hanya sekali, sesuai dengan kebutuhan khalayak. Karena pihak Lorin Solo Hotel

(2)

Akan tetapi, dari ke 18 program yang di laksanakan selama periode April 2012 hingga periode April 2013, peneliti tidak akan mengevaluasi keseluruhan program, hanya satu program saja yakni program bantuan bagi penderita Hydrocephalus, yang di laksanakan pada 26 Maret 2013 di Wonosari, Klaten. Menurut keterangan yang diberikan Public Relation Manager Lorin Solo Hotel kepada peneliti, dari ke 18 program Corporate Social Responsibility yang telah dilaksanakan, program bantuan bagi penderita Hydrocephalus merupakan program yang mendapat perhatian paling besar dari masyarakat, meskipun perusahaan memberikan bantuan hanya satu kali, namun program ini membawa dampak positif bagi penderita Hydrocephalus dan perusahaan. Hal ini dapat di lihat dari banyaknya masyarakat yang menelpon untuk ikut memberikan bantuan kepada keluarga penderita Hydrocephalus tersebut.

Evaluasi merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi sebuah program. Dalam hal ini evaluasi berfungsi untuk melihat pencapaian tujuan dalam membangun citra perusahaan dari program Corporate Social Responsibility yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil evaluasi akan diketahui apakah program ini dapat dilanjutkan, dihentikan, atau dilanjutkan dengan berbagai penyempurnaan. Evaluasi memudahkan peneliti untuk mendeskripsikan dan menilai komponen-komponen yang dinilai, apakah sudah sesuai dengan ketentuan atau belum dan lain sebagainya. Evaluasi ini berfungsi untuk melihat sejauh mana program tersebut sudah terlaksana, apa yang terjadi dalam proses pelaksanaannya, hingga melihat bagaimana hasil akhir dari program tersebut. Oleh sebab itu untuk mengetahui efektifitas program Corporate Social Responsibility Bantuan Bagi penderita Hydrocephalus akan dilakukan evaluasi terhadap program tersebut.

Dalam penelitian program bantuan bagi penderita Hydrocephalus,

(3)

product. Evaluasi yang dilakukan adalah untuk mengukur efektivitas program Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh Public Relation Manager Lorin Solo Hotel untuk pembangunan citra. Hasil evaluasi akan dibahas pada subbab 5.2.

5.2 Program bantuan bagi penderita Hyrdocephalus

Corporate Social responsibility merupakan salah satu unsur dalam menerapkan strategi pembentukan citra perusahaan. Program bantuan bagi

penderita Hydrocephalus dilakukan sebagi bentuk kepedulian perusahaan terhadap kalangan menengah kebawah, sehingga diharapkan melalui program ini tujuan-tujuan yang di harapkan oleh perusahaan dapat tercapai. Evaluasi terhadap program bantuan bagi penderita Hydrocephalus menggunakan metode analisis data CIPP akan di jelaskan dalam analisa sebagai berikut :

a. Evaluasi Context

Evaluasi context ini merupakan situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi program yang akan ataupun telah dijalankan.

Stufflebeam (1983 : 128) dalam Hamid Hasan menyebutkan tentang tujuan evaluasi Context yang utama adalah untuk mengetahui kekutan dan kelemahan yang dimilki program.

Evaluasi context adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani dan tujuan program tersebut. Evaluasi context ini mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau kondisi

obyektif yang dilaksanakan yang berisi tentang analisis kekuatan dan kelemahan obyek tertentu.

1. Latar Belakang

(4)

diantaranya kamar atau tingkat hunian yang terbagi atas Moderate, Deluxe,Executive, Deluxe Suite, dan Bungalow. Selain itu terdapat pula beberapa elemen pendukung yang dihasikan oleh Health Club, Food and Baverage, dan Spa, untuk mendukung produk inti, sehingga Lorin Solo Hotel menjadi pilihan tepat yang dapat dikunjungi oleh wisatawan.

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa dengan positioning bintang 5 di kota Solo, memiliki citra positif di mata masyarakat menjadi hal yang penting, agar citra positif dapat terwujud,

diperlukan hubungan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat. Public Relation yang dalam hal ini merupakan penghubung antara perusahaan dengan berbagai lapisan masyarakat sehingga perlu menerapkan berbagai strategi agar dapat mempertahankan citra positif bagi perusahaan. Salah satu strategi yang ditempuh yakni dengan menerapkan program Corporate Social Responsibility. Melalui program ini diharapkan perusahaan dapat menjalin hubungan baik dengan berbagai kalangan, hal ini senada dengan keterangan yang diberikan Public Relation Manager Lorin Solo Hotel, kartika Oktavia pravitasari :

“Corporate Social Responsibility merupakan salah satu strategi dalam pembentukan citra perusahaan, melalui program ini diharapkan perusahaan dapat meraih simpati dari masyarakat, ketika simpati sudah didapat maka hubungan dengan siapapun akan lebih baik,selain itu citra yang ingin didapat meskipun hotel identik dengan kesan komersil namun tidak melupakan kalangan menengah kebawah ”(wawancara pada tanggal 15 Juni 2013).

Dari keterangan yang diberikan oleh Public Relation Manager Lorin Solo Hotel, dapat di lihat bahwa khalayak sasaran program Corporate Social Responsibility merupakan masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah kebawah, hal ini dilakukan agar program yang dilaksanakan tidak hanya menguntungkan bagi pihak perusahaan saja namun masyarakat kalangan menengah ke bawah juga dapat merasakan dampak positif dari program tersebut.

(5)

membedakan program Corporate Social Responsibility yang dilakukan Lorin Solo Hotel dengan hotel-hotel lainnya, dapat dilihat dari strategi pelaksanaan programnya, pelaksaan program tidak memberikan bantuan secara rutin terhadap khalayak sasaran, namun dalam waktu satu bulan, Lorin Solo Hotel dapat melaksanakan kegiatan Corporate Social Responsibility sebanyak dua kali. Hal ini di ungkapkan oleh Public Relation Manager Lorin Solo Hotel, Kartika Oktavia Pravitasari.

Yang membedakan program CSR kami dengan hotel lain atau perusahaan lain, kami konsisten dalam melakukan program CSR, bahkan sebulan bisa dua kali melakukan kegiatan CSR dengan subyek yang berbeda-beda” (Kartika Oktavia Pravitasari, wawancara, 30 Juli 2013).

Pemilihan subyek yang berbeda-beda di lakukan agar bantuan yang diberikan dapat merata, sehingga bantuan tidak hanya dirasakan oleh satu orang atau satu yayasan saja, namun bantuan dapat dirasakan oleh berbagai masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah kebawah.

2. Analisa Tujuan

Dalam evaluasi context ini perlu dilihat apa yang menjadi tujuan dari di adakannya program Corporate Social Responsibility. Selama periode bulan April 2012 hingga bulan April 2013 terdapat satu program yang menarik perhatian masyarakat yakni program bantuan bagi penderita Hydrocephalus yang dilaksanakan pada tanggal 26 maret 2013. Hal ini sesuai dengan pernyataan Public Relation Manager Lorin Solo Hotel, Kartika Oktavia Pravitasari :

“Program bantuan bagi penderita Hydrocephaulus merupakan program yang banyak sekali mendapat animo dari para pemirsa TATV banyak yang menelpon untu ikut membantu, berarti kan acara itu bisa menyentuh ke hati masyarakat, jadi program kita mengena, membuat orang-orang tergugah untuk ikut membantu” (wawancara, 30 Juni 2013).

(6)

keterangan yang diberikan oleh Public Relation manager, Kartika Oktavia Pravitasari :

“Tujuan dari diadakannya program bantuan bagi penderita Hydrocephaulus karena kita memang mengambil subyek-subyek yang kurang mampu, kalau kita lihat penyakit Hydrocephaulus merupakan penyakit langka yang belum bisa tersembuhkan, jadi paling tidak dengan kita membantu anak yang mengidap penyakit Hydrocephaulus kita bisa meringankan beban orang tuanya, apalagi rata-rata terdiri dari orang yang kurang mampu”(wawancara, 30 Juli 2013).

Berdasarkan keterangan yang diberikan Public Relation Manager Lorin Solo Hotel, tiga tujuan utama di adakannya program bantuan bagi penderita Hydrochepalus, yaitu :

-Meringakan beban ekonomi keluarga penderita Hydrocephalus -Menjalin hubungan baik dengan berbagai kalangan.

-Untuk meningkatkan citra positif bagi perusahaan.

Dari ketiga tujuan tersebut, pada intinya program ini bertujuan untuk membuat hubungan dengan berbagai kalangan menjadi lebih baik. Hal ini senada dengan keterangan Kartika Oktavia Pravitasari Public Relation Manager Lorin Solo Hotel :

”Intinya program ini bertujuan selain membentuk citra positif dan membantu masyarakat yang kurang mampu, program ini bertujuan untuk menjalin hubungan dengan siapapun menjadi lebih baik”(wawancara 30 Juli 2013).

(7)

adakannya program bantuan bagi penderita Hydrocephalus telah tersusun dengan jelas, sehingga dari ke tiga tujuan tersebut terfokus pada tujuan inti yakni membentuk citra positif di mata masyarakat, tujuan tersebut dapat terlaksana jika dalam pelaksanaannya, program ini memiliki sumber daya manusia dan sumber materi yang terprogram dengan baik.

3. Analisa Lingkungan

Selain melihat tujuan, dalam evaluasi Context juga harus melihat situasi lingkungan. Analisa lingkungan dapat digunakan untuk melihat kekuatan dan kelemahan program, selain itu dapat juga di gunakan untuk melihat peluang atau ancaman yang terdapat dalam program tersebut. Dalam analisa lingkungan ini dapat dilakukan dengan menggunakan analisa SWOT.

Metoda analisa SWOT berguna untuk melihat suatu topik atau permasalahan dari empat sisi yang berbeda yaitu Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang) dan Threat (ancaman).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kartika Oktavia Pravitasari selaku Public Relation Manager Lorin Solo Hotel pada tanggal 30 Juli 2013 di Lorin Solo Hotel situasi yang mempengaruhi program bantuan bagi penderita Hydrocephalus dapat diamati melalui analisis SWOT berikut ini :

a. Strength (Kekuatan)

Menurut keterangan Kartika Oktavia Pravitasari selaku Public Relation Lorin Solo Hotel, yang menjadi kekuatan dalam program ini dengan adanya kerjasama dengan media televisi sebagai media penyampaian pesan kepada khalayak, sehingga dapat membangun

image positif bagi perusahaan.

(8)

dan untuk masyarakat yang melihat melalui televisi akan timbul rasa ingin membantu, dan dengan menginap di Lorin maka secara tidak langsung juga ikut membantu kalangan menegah kebawah tersebut.”(Kartika Oktavia Pravitasari, wawancara, 30 Juli 2013).

Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Public Relation Manager, kekuatan program terletak pada penggunaan media televisi, yang mana penggunaan televisi belum di gunakan oleh perusahaan lain, namun berdasarkan analisa peneliti, kekuatan dari program ini terletak pada dukungan sumber daya material yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan tidak terdapat kesulitan bagi Public Relation Manager dalam mengelola keuangan,dana untuk kegiatan Corporate Social Responsibility telah disisihkan dari sebagian pendapatan perusahaan. Selain itu sarana dan prasarana yang mendukung program ini seperti dana atau kebutuhan khalayak sasaran juga mudah didapat, mekanisme pelaksanaan program ini tidak terlalu rumit karena peliputan

kegiatan telah bekerjasama dengan TATV.

b. Weakness (Kelemahan)

Menurut Public Relation Manager Lorin Solo Hotel, kelemahan dari program ini terletak pada efek negatif yang ditimbulkan dari program. Permintaan bantuan semakin banyak sedangkan tidak mungkin semua permintaan bantuan dapat diberikan oleh perusahaan.

“Sebetulnya kalau kelemahan dari program ini tidak ada hanya efek negatifnya terkadang banyak permintaan sumbangan ke perusahaan semakin banyak, sementara tidak mungkin kita membantu semua, jadi kadang ada beberapa orang yang memaksa meminta sumbangan.” (Kartika Oktavia Pravitasari, wawancara 30 Juli 2013)

(9)

sepenuhnya dilaksanakan oleh satu orang, yakin Public Relation Manager. Dengan terbatasnya sumber daya manusia yang terdapat pada lingungan internal perusahaan, membuat hasil akhir dari program kurang terpantau oleh Public Relation.

c. Opportunity (Peluang)

Penggunaan media televisi merupakan peluang bagi Lorin Solo Hotel, karena jangkauannya yang luas sehingga dapat menyetuh berbagai kalangan.

“Mereka mungkin bisa membuat program CSR yang sama tapi dengan media televisi mereka belum bekerja sama, nggak tau kedepannya tapi sejauh ini belum menggunakan media televisi jadi masih ditangani secara internal saja. Menurut saya sebagai pelaksana program CSR sejauh ini belum ada yang menyamai dengan penggunaan media televisi sebagai sarana penyampaian program” (Kartika Oktavia Pravitasari, wawancara, 30 Juli 2013)

Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Public Relation Manager diatas, peneliti dapat menganalisa bahwa peluang yang dimiliki oleh program ini adalah dengan adanya kerjasama perusahaan dengan stasiun televisi sebagai media penyampaian pesan. Penggunaan media televisi belum di gunakan oleh perusahaan lain, meskipun program ini hanya berlangsung sekali namun pesan yang disampaikan media televisi bersifat luas, dapat menjangkau berbagai wilayah, sehingga dapat memudahkan perusahaan untuk menyampaikan program, hal ini memberikan keuntungan bagi Lorin Solo Hotel maupun bagi khalayak sasaran.

d. Threat (Ancaman)

Ancaman program ini, apabila hotel lain atau perusahaan lain juga menggunakan media televisi untuk sarana publikasi.

(10)

Berdasarkan analisa peneliti terhadap program ini, yang menjadi faktor ancaman adalah dengan semakin meningkatnya persaingan di dunia perhotelan, maka tidak menutup kemungkinan bahwa perusahaan lain juga akan menggunakan media televisi, atau akan membuat program-program yang serupa untuk menaikan citra perusahaan. Program Corporate Social Responsibility memang banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan lain, apabila dalam pelaksanaannya Public Relation Manager tidak melakukan perbaikan, maka tidak menutup kemungkinan program ini

dapat tertinggal dengan program perusahaan lain.

b. Evaluasi Input

Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi input, atau evaluasi masukan. Dalam evaluasi input ini yang akan dievaluasi adalah sumber daya yang mendukung program ini yaitu sumber daya manusia, sumber daya material serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung program.

Dalam program bantuan bagi penderita Hydrocephalus, sumber daya manusia dalam hal ini yaitu Public Relation Manager Lorin Solo Hotel sebagai pelaksana kegiatan, sumber daya material yaitu dana dan sarana prasarana yaitu kebutuhan bayi selain itu media dalam hal ini media televisi juga menjadi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam program bantuan bagi penderita Hydrocephalus.

1. Sumber daya Manusia

Dalam pelaksanaan program bantuan bagi penderita Hydrocephalus, dirancang dan dilaksanakan langsung oleh Divisi Public Relation, dalam hal ini yang bertanggung jawab melaksanakan adalah Public Relation Manager. Hal ini sesuai dengan keterangan yang disampaikan oleh Kartika Oktavia Pravitasari selaku Public Relation Manager Lorin Solo Hotel :

(11)

program CSR ditangani oleh saya sendiri selaku Public Relation Manager”(30 Juli 2013).

Berdasarkan analisa peneliti, dalam keseluruhan pelaksanaan program Corporate Social Responsibility Lorin Solo Hotel dirancang dan dilaksanakan sendiri oleh Public Relation Manager. Dalam sebuah program diperlukan adanya kerjasama antar tim agar program itu dapat terlaksana dengan baik, namun dalam program ini Public Relation Manager membuat rancangan program hingga pelaksanaannya dilakukan sendiri tanpa bantuan dari divisi lain. Secara keseluruhan program ini telah berjalan dengan baik, bahkan mendapat respon positif dari masyarakat. Namun kurangnya sumber daya manusia yang terdapat dalam divisi Public Relation membuat hasil akhir dari program ini kurang efektif, hal ini dapat dilihat dari tidak adanya pemantauan mengenai seberapa besar respon khalayak terhadap program ini.

2. Sumber Daya Material

Selain Sumber Daya Manusia, yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program bantuan bagi penderita Hydrocephalus adalah sumber daya material atau dana. Dana menjadi Input yang sangat penting bagi berlangsungnya program ini,karena dana tersebut di gunakan untuk membeli kebutuhan yang diperlukan oleh khalayak sasaran. Dana dalam kegiatan Corporate Social Responsibility berasal dari pendapatan penjualan kamar, Hal ini senada dengan keterangan yang diberikan oleh Public Relation manager Lorin Solo Hotel , Kartika Oktavia Pravitasari.

(12)

Dari dana tersebut yang digunakan untuk program Bantuan bagi penderita Hydrocephaulus sebesar 2juta Rupiah, hal ini sesuai dengan keterangan Public Relation Manager Lorin SoloHotel Kartika Oktavia Pravitasari:

“Dana untuk kegiatan bantuan bagi penderita Hydrocephaulus sebesar 2juta Rupiah, dana tersebut kami alokasikan untuk pembelian susu bayi sebesar 1juta Rupiah dan, uang tunai sebesar 1 juta rupiah”(wawancara, 27 Agustus 2013).

Dengan dana 2 juta rupiah tersebut dapat membantu meringankan beban ekonomi keluarga penderita Hydrocephaulus untuk biaya kontrol dan kebutuhan sehari-hari, hal ini sesuai dengan pernyataan Public Relation Manager Lorin Solo Hotel Kartika Oktavia Pravitasari:

“Dana sebesar 2 juta Rupiah tersebut sudah sedikit membantu keluarga penderita Hydrocephaulus bisa untuk 2-3 kali kontrol dan sisanya untuk kebutuhan sehari-hari anak tersebut”(wawancara, 27 Agustus 2013).

Untuk pengelolaan sumber daya material dikelola langsung oleh Public Relation Manager Lorin Solo Hotel , dan bantuan sepenuhnya berasal dari pemasukan perusahaan, tidak ada kerjasama dengan donatur, hal ini senada dengan keterangan Public Relation Manager Lorin Solo Hotel, Kartika Oktavia Pravitasari, pada tanggal 27 Agustus 2013 :

“Pengelolaan dana kegiatan CSR merupakan tanggung jawab PR dan seluruh dana yang digunakan merupakan pemasukan dari perusahaan tidak ada kerjasama dengan donatur”(wawancara, 27 Agustus 2013).

Dana tidak menjadi hambatan bagi Public Relation dalam menjalankan

(13)

maupun perusahaan lain membuat jumlah bantuan yan diberikan terbatas, hanya sebatas Budget yang disediakan saja.

Adanya kerjasama dengan donatur maupun perusahaan lain dapat memberikan keuntungan bagi pihak Lorin Solo Hotel maupun pihak lain, selain hubungan dengan donatur menjadi lebih baik, bantuan yang diberikan akan lebih besar. Untuk program berikutnya hal ini seharusnya dapat dilakukan, agar program Corporate Social Responsibility terus meningkat.

3. Sarana dan Prasarana :

Selain Sumber daya Manusia dan Sumber Daya Material, sarana dan prasarana juga merupakan elemen penting untuk mendukung berlangsungnya program bantuan bagi penderita Hydrocephalus ini, adapun sarana dan prasarana yang dibutuhkan selain uang tunai adalah kebutuhan-kebutuhan bayi. Hal ini senada dengan ungkapan Kartika Oktavia Pravitasari, selaku Public Relation Manager Lorin Solo Hotel :

“Sarana prasarana yang dibutukan selain uang tunai, tentu kebutuhan-kebutuhan bayi seperti susu dan makanan bayi”(wawancara, 30 Juli 2013).

Selain kebutuhan bayi, yang menjadi sarana dan prasarana dalam program bantuan bagi penderita Hydrocephalus adalah media televisi, media televisi menjadi sarana bagi Public Relation Manager dalam mengkomunikasikan programnya kepada khalayak. Hal ini sesuai dengan ungkapan Kartika Oktavia Pravitasari selaku Public Relation Manager Lorin Solo Hotel :

Selain saya sebagai PR Manager yang menjadi pelaksana, media televisi dalam hal ini TATV juga turut menjadi alat publikasi bagi program CSR ini” (30 Juli 2013).

(14)

sehingga bantuan yang diberikan dapat tepat sasaran. TATV menjadi media utama yang membantu Public Relation Manager dalam mengkomunikasikan programnya. Selain televisi, media cetak juga menjadi sarana dalam menyampaikan program-program Public Relation kepada khalayak. Karena program ini hanya dilakukan satu kali, diharapkan dalam mengkomunikasikan kepada masyarakat hendaknya Public Relation juga memberi info mengenai apa yang menjadi kebutuhan khalayak sasaran tersebut, sehingga bantuan yang diberikan untuk selanjutnya dapat tepat sasaran.

Berdasarkan keterangan yang di berikan oleh Public Relation Manager menunjukkan bahwa sumber daya atau Input yang dimiliki Lorin Solo Hotel memiliki sumber daya material yang mencukupi untuk melaksanakan program ini. Dana yang tersedia cukup besar untuk melaksanakan program-program Corporate Social Responsibility, sehingga dalam mengelola tidak menemui kendala.

Dari segi sumber daya manusia, program ini telah berjalan dengan baik dengan di tangani oleh satu orang saja yakni Public Relation Manager, namun pada akhir program, respon masyarakat terhadap program-program Corporate Social Responsibility kurang dapat terpantau oleh Public Relation Manager, hal ini dikarenakan banyaknya program Public Relation yang ditangani oleh Public Relation Manager sehingga tidak memungkinkan untuk memantau hasil akhir program tersebut, melihat bagaimana respon khalayak dan memantau khalayak-khalayak sasaran yang menerima bantuan.

Sarana dan prasarana yang di gunakan untuk menunjang kegiatan Corporate Social Responsibility sejauh ini tidak menemui kendala karena telah terencana dan tersedia

Berdasarkan pengamatan peneliti baik dari sumber daya material maupun

(15)

pelaksanaan saja namun setelah program ini terlaksana, program ini dapat terus dipantau agar untuk melaksanakan program selanjutnya Public Relation dapat mengetahui apa saja yang perlu diperbaiki.

c. Evaluasi Process

Evaluasi proses digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki. Untuk menggambarkan evaluasi process, peneliti akan menguraikan proses awal gagasan program ini hingga tahap pelaksanaan program dapat berlangsung.

Dalam sebuah perencanaan program diperlukan strategi agar

program yang di buat dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa seperti hotel perlu menerapkan strategi dalam mengemas program-programnya agar terlihat menarik dan mengena di hati mayarakat. Dalam perencanaan program Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan oleh Public Relation akan dilihat strategi yang di gunakan dalam menjalankan kegiatan Corporate Social Responsibility. Dari hasil wawancara peneliti dengan Kartika Oktavia Pravitasari, selaku Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel, mengatakan :

(16)

acara-acara di televisi kan banyak yang seperti itu”(wawancara, 30 Juli 2013).

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa program ini

merupakan agenda yang dimiliki Public Relation dalam menjalankan aktifitas tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. Strategi yang diterapkan untuk mengemas program ini adalah dengan adanya kerjasama dengan media televisi sebagai media publikasi, pelaksanaan program dilakukan satu bulan dua kali dengan subyek yang berbeda-beda. Tujuan penerapan strategi ini agar program yang disampaikan oleh perusahaan dapat menyentuh hati masyarakat yang melihat tayangan “Dari Anda Lorin Berbagi”. Strategi pengemasan program merupakan hal yang penting karena Public Relation dapat melihat kelebihan, kelemhan, peluang dan ancaman dari program tersebut.

Dalam menjalankan programnya, Public Relation terlebih dahulu melakukan survei kepada khalayak sasaran, hal ini di tujukan agar bantuan yang diberikan oleh perusahaan dapat tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan subyek tersebut. Hal ini sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh Kartika Oktavia Pravitasari selaku Public Relation, Lorin Solo Hotel :

“Ketika kita bantu penderita Hydrocephaulus sebenarnya kita menindaklanjuti surat yang dikirimkan orang tuanya kesini, jadi orang tuanya mengirim surat ke sini (Lorin) untuk minta bantuan, setelah kita survei ternyata memang membutuhkan bantuan, disurat itu ditulis, dia butuh susu,butuh makanan, butuh biaya untuk pengobatan, dua minggu setelah kami terima surat dari orang tua penderita Hydrocephalus, kemudian kita survei, kita lihat kondisi anak tersebut dan orang tuanya, persiapannya tiga hari untuk mempersiapkan dana dan membeli kebutuhan-kebutuhan untuk bantuan, setelah itu kita jadwalkan kesana” (Wawancara 30 Juli 2013).

(17)

dalam mempersiapkan program ini sehingga sumber daya yang tersedia dapat di gunakan secara efektif.

Tahap berikutnya dalam pelaksanaan program, setelah Public Relation melakukan survei ke lokasi khalayak, tahap berikutnya adalah dengan melakukan pemberian bantuan kepada penderita Hydrocephalus pada tanggal 26 Maret 2013. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartika Oktavia Pravitasari, selaku Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel :

“Saat pelaksanaan kita Backup beberapa, kita beri susu, makanan dan uang tunai, sesuai dengan kebutuhan anak tersebut, tanggal 26 maret kita lakukan pemberian bantuan dengan diliput oleh TATV” (wawancara, 30 Juli 2013)

Selama kegiatan ini berlangsung, program bantuan bagi penderita Hydrocephaus sudah berjalan sesuai dengan rancangan kegiatan yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh Public Relation Manager. Dalam pelaksanaan program, Public Relation Manager juga tidak menemukan kendala baik itu dari sumber daya manusia maupun sumber daya material. “Sejauh ini sih kita tidak menemui kendala, baik itu sumber dana maupun teknis, proses pelaksanaan program juga sesuai dengan rencana.” (Public Relation Manager, Kartika Oktavia Pravitasari, wawancara 30 Juli 2013).

Dalam program ini, perencanaan merupakan hal yang penting, mulai dari siapa yang melaksanakan program, apa yang akan dilaksanakan hingga bagaimana program itu dilaksanakan. Sejauh ini program bantuan bagi penderita Hydrocephalus telah berjalan sesuai dengan rencana, meskipun hanya diperlukan waktu kurang lebih dua minggu untuk mempersiapkan pelaksanaan program. Suksesnya acara ini tidak lepas dari peran Public Relation yang mempersiapkan programnya dengan matang, selain itu sumber daya material dan sarana dan prasarana yang tersedia juga mendukung terselenggaranya program ini dengan baik.

(18)

kali. Menurut keterangan Public Relation Manager, respon paling besar terdapat pada program Hydrocephalus namun seberapa besar respon khalayak, Public Relation tidak memantau. Hal ini dinyatakan oleh Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel :

“Dari program-program CSR yang jelas mendapat respon program itu (Bantuan bagi penderita Hydrocephalus) kalau jumlah orang yang memberikan bantuan kita tidak memantau, hanya memberi info saja mengenai alamat orang tua penderita Hydrocephalus, karena Lorin membantu juga Insidental dengan harapan agar orang lain terketuk hatinya” (wawancara, 20 September 2013).

Tidak adanya Contol yang di lakukan oleh Public Relation terhadap program yang dijalankannya karena Lorin Solo Hotel merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa bukan di bidang Sosial, sehingga Public Relation merasa tidak perlu membuat data mengenai respon masyarakat yang ingin ikut memeberikan bantuan. Hal ini di ungkapkan oleh Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel, Kartika Oktavia Pravitasari :

Lorin kan bukan badan sosial, Cuma membantu insidental jadi masalah berapa yang ikut menyumbang kita tidak memantau, karna bantuan diserahkan langsung kepada subyek. Kita juga tidak membuat data orang-orang yang merespon program ini, repot juga kalau harus di buat data”(wawancara 20 September 2013).

(19)

Untuk kedepannya, diharapkan setiap program dapat dipantau hasil akhirnya, tidak hanya sebatas menjalankan saja, namun respon dari masyarakat harus tetap dipantau agar Public Relation dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengauhi keberhasilan atau tidak berhasilnya sebuah program. Sumber daya manusia juga menjadi hal yang penting dalam mendukung berlangsungnya program, jika memungkinkan kedepannya dapat di bentuk sebuah tim untuk membantu Public Relation Manager menjalankan program-program Corporate Social Responsibility.

d. Evaluasi Product

Evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan guna untuk melihat ketercapaian/ keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Hasil dari kegiatan ini adalah perusahaan lebih dikenal khalayak dengan program-program sosialnya, hal ini terlihat dengan besarnya animo masyarakat terhadap program Corporate Social Responsibility yang dilakukan Lorin Solo Hotel. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartika Oktavia Pravitasari selaku Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel :

“Jadi karena dibantu televisi sehingga banyak yang melihat acara ini, hal ini merupakan dampak positif karena melalui publikasi yang kita lakukan, orang akan melihat kita sebagai hotel yang peka terhadap nilai-nilai sosial, sejak ditayangkan program ini banyak orang yang bertanya untuk ikut membantu”(wawancara, 30 Juli 2013).

Besarnya respon masyarakat terhadap sebuah program dapat menjadi tolak ukur bahwa sejauh ini program-program yang di jalankan oleh Public Relation mendapat berhasil mencapai tujuan. Dengan adanya respon berarti program-rogram yang dijalankan mendapat perhatian dari masyarakat, paling tidak masyarakat mengetahui bahwa Lorin Solo Hotel menyelenggarakan program-program sosial.

(20)

tercapai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartika Oktavia Pravitasari selaku Public Relation Manager Lorin Solo Hotel:

“Setidaknya dengan dana tersebut bisa sedikit meringankan beban ekonomi orang tua penderita Hydrocephaulus tersebut, karena bisa untuk biaya 2-3 kali kontrol, kalau membantu secara keseluruhan ya berat karena banyak program-program CSR lain.” (wawancara 27 Agustus 2013)

Dengan besarnya dana yang dimiliki perusahaan, tidak menghambat Public Relation Manager dalam mempersiapkan dana yang dipakai untuk kegiatan tersebut. Karena sifat bantuan yang diberikan tidak secara rutin, maka dengan dana tersebut telah meringankan beban ekonomi orang tua penderita Hydrocephalus.

Sejauh ini perusahaan tidak pernah terlibat konflik baik itu dengan pihak internal perusahaan, maupun pihak eksternal perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan berhasil dalam membangun relasi yang baik dengan berbagai khalayak. Sesuai dengan tujuan ke dua yang telah di tetapkan. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Kartika Oktavia Pravitasari, selaku Public Relation Manager Lorin Solo Hotel :

“Sejauh ini, kami (Lorin Hotel Solo) tidak pernah terlibat konflik dengan berbagai pihak, karena program-program kita banyak melibatkan khalayak dengan berbagai kalangan, misalnya program CSR, sehingga hubungan dengan siapa saja menjadi lebih baik”(wawancara, 30 Juli 2013).

Tugas utama Public Relation adalah menjadi jembatan antara perusahaan dengan masyarakat. Melalui program ini dampak positif yang diterima perusahaan adalah hubungan yang baik dengan berbagai kalangan. Program ini secara tidak langsung menunjukan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap kalangan menengah kebawah.

(21)

Respon masyarakat sendiri cukup baik ya. Mereka banyak yang ingin ikut membantu, selain itu program kita juga sudah banyak ditiru perusahaan lain, tapi sejauh ini belum sampai menggunakan media televisi”(Kartika Oktavia Pravitasari, Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel, wawancara 30 Juli 2013).

Bukti nyata keberhasilan program-program Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan Lorin Solo Hotel adalah dengan diraihnya beberapa penghargaan. Melalui penghargaan, citra perusahaan dimata khalayak pun meningkat, indikator penilaian penghargaan selain

kualitas pelayanan juga terdapat indikator aksi kepedulian sosial, selama tahun 2013 Lorin Solo Hotel telah meraih dua buah penghargaan. Melalui

penghargaan tujuan ke tiga dari program ini yakni meningkatkan citra positif perusahaan telah tercapai. Hal ini sesuai dengan keterangan yang diberikan Kartika Oktavia Pravitasari, selaku Public Relation Manager Lorin Solo Hotel :

Melalui program CSR Lorin Solo Hotel telah mendapat beberapa penghargaan, di Tahun 2013 telah meraih penghargaan Solo Best Brand Index kategori Hotel dengan merek terbaik, dan Asean Excecutive Award pada bulan Juli 2013, salah satu indikator penilaian dari segi kepedulian sosial”(wawancara, 30 Juli 2013).

Berdasarkan manfaat yang diterima oleh perusahaan maupun

khalayak dapat dilihat bahwa program ini telah mencapai tujuan. Baik itu tujuan pertama, kedua, dan ketiga. Melihat bahwa program ini telah

berjalan sesuai dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan, Public Relation Manager berencana untuk melanjutkan program Corporate Social Responsibility sesi ke tiga, program ini akan tetap bekerjasama dengan TATV dengan khalayak sasaran yang berbeda-beda. pernyataan ini sesuai dengan ungkapan Kartika Oktavia Pravitasari, selaku Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel :

(22)

Meskipun program ini terbilang sukses, namun Public Relation tidak ingin mengulang program ini dengan subyek yang sama, hal ini disebabkan masih banyak khalayak yang belum terjangkau oleh perusahaan, perusahaan ingin agar bantuan yang diterima dapat lebih merata. Hal ini di ungkapkan oleh Public Relation, Lorin Solo Hotel, Kartika Oktavia Pravitasari :

“Kita tidak akan mengulang program dengan subyek yang sama, masih banyak target lainnya yang belum terjangkau”(wawancara,20 September 2013).

Program bantuan bagi penderita Hydrocephalus hanya berlangsung sekali dan tidak secara rutin dilakukan, namun program-program Corporate Social Responsibility dirasa mampu memberikan efek besar bagi perusahaan, yakni dengan meningkatkan citra perusahaan. Program sosial dirasa cukup efektif dalam meningkatkan citra perusahaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartika Oktavia Pravitasari, selaku Public Relation Manager, Lorin Solo Hotel :

“Tentu program CSR mampu meningkatkan citra. Kalau orang lihat lalu bisa tersentuh, kita dapat penghargaan berkali-kali sebagai hotel terbaik berarti persepsi masyarakat bagus. Terukurnya citra perusahaan itu dari didapatkanya penghargaan. Dengan adanya CSR itu kan Image naik. Buktinya Lorin dapat penghargaan Best Brand yang itu didapat dari survei masyarakat. Kalau suruh analisa ke masyarakat sendiri ya nggak bisa, harus pakai lembaga khusus. Ukuran saya kalau sampai ke masyarakat bisa kenal Lorin itu Brand Awareness terangkat” (wawancara, 20 September 2013).

Berdasarkan analisa peneliti, bagi perusahaan yang bergerak di bidang jasa, penghargaan merupakan hal penting yang harus di raih. Dengan adanya penghargaan, maka citra perusahaan akan semakin naik. Penghargaan di dapat melalui survei masyarakat, yang di dalamnya terdapat aspek-aspek sejauh mana perusahaan peduli dengan lingkungan sekitarnya.

(23)

program yang hanya dilakukan satu kali merupakan strategi agar bantuan yang diberikan dapat merata. Penggunaan media televisi merupakan sarana publikasi agar pesan yang disampaikan lebih mengena di hati masyarakat.

Pada tahap kesimpulannya bahwa program ini haruslah tetap dilanjutkan dengan terus dikembangkan agar masyarakat yang menyaksikan tergerak untuk ambil bagian dalam program-program Lorin. Kerjasama dengan donatur maupun instansi lain perlu dilakukan agar

selain hubungan dengan instansi lain menjadi lebih baik, bantuan yang di terima khalayak sasaran akan lebih besar.

Perlunya di buat tim untuk membantu Public Relation Manager dalam menjalankan program Corporate Social Responsibility juga harus dipertimbangkan, agar setelah program berjalan respon dari masyarakat dapat di pantau, sehingga Public Relation mengetahui seberapa besar respon khalayak terhadap program yang dijalankan, sehingga dapat dilihat kelebihan maupun kelemahan program untuk di jadikan evaluasi bagi program selanjutnya.

5.3 Matrik Evaluasi Program bantuan bagi penderita Hydrocephalus Tabel.1

Program bantuan bagi penderita Hydrocephalus

Data Lapangan Hasil Analisis

Context Tujuan diadakannya program

bantuan bagi penderita Hydrocephalus adalah :

1. Meringankan beban

ekonomi keluarga penderita Hydrocephalus.

2. Menjalin hubungan baik dengan berbagai kalangan. 3. Untuk membentuk citra

positif bagi perusahaan.

Analisa Swot berdasarkan keterangan Public Relation Manager :

-Kekuatan : Adanya kerjasama

-Dalam merumuskan program, Public Relation telah menetapkan tujuan dengan jelas.

(24)

dengan media televisi.

-Kelemahan : Efek negatif yang timbul berupa banyaknya permintaan bantuan kepada perusahaan.

-Peluang: Penggunaan media televisi sebagai sarana publikasi.

Ancaman:Perusahaanlain menggunakan media televisi sebagai sarana publikasi.

merupakan kekuatan dari program ini.

-Program ini hanya dijalankan oleh satu orang saja.

-Penggunaan media televisi sebagai strategi pengemasan program sekaligus sebagai salah satu media penyampaian pesan dapat menjadi peluang bagi perusahaan.

-Dengan terus berkembangnya program-program perusahaan lain atau dengan program ini ditiru oleh perusahaan lain dapat menjadi ancaman.

Input Berdasarkan keterangan yang

diberikan Public Relation Manager

:

1. Sumber daya manusia :

pelaksana program hanya satu

orang Public Relation Manager.

2. Sumber daya material : satu

juta uang tunai dan satu juta berupa

susu bayi.

3.Sarana dan pra sarana :

kebutuhan-kebutuhan bayi dan

media televisi sebagai alat

publikasi.

1. Pelaksana program yang hanya

dilaksanakan oleh satu orang.

2. Dana yang digunakan mencukupi

untuk melaksanakan program ini.

3. Adanya sarana dan pra sarana

yang dibutuhkan untuk

mendukung program ini.

Process -Program diberikan hanya satu kali,

hal ini dikarenakan masih banyak

khalayak yang harus dijangkau oleh

perusahaan.

-Pemberian bantuan yang dilaksanakan

hanya satu kali dan tidak rutin namun

Public Relation terlebih dahulu

melakukan survei sehingga bantuan

(25)

-Sebelum melaksanakan program,

Public Relation terlebih dahulu

melakukan survei mengenai apa

yang menjadi kebutuhan penderita

Hydrocephalus tersebut.

-Dalam pelaksanaannya, Public

Relation Manager tidak menemui

kendala, karena telah berjalan

sesuai rencana.

-Public Relation Manager tidak

melakukan pemantauan terhadap

khalayak yang ikut memberikan

bantuan kepada penderita

Hydrocephalus.

tersebut.

-Dalam pelaksanaan program, program ini

telah berjalan sesuai dengan rencana.

-Public Relation tidak memantau seberapa

besar respon khalayak terhadap progam

ini.

Product -Hasil akhir dari program ini adalah

dengan besarnya antusias

masyarakat untuk ikut membantu

keluarga penderita Hydrocephalus.

-Melalui program ini perusahaan

dapat sedikit membantu

meringankan beban ekonomi

keluarga penderita Hydrocephalus.

-Melalui program CSR membuat

hubungan perusahaan dengan

berbagai kalangan menjadi lebih

baik.

-Lorin Solo Hotel meraih beberapa

penghargaan di tahun ini, salah satu

faktor yang menyebabkan

-Dari ke 18 program CSR, program ini

yang paling banyak mendapat respon dari

khalayak.

-Dengan bantuan yang diberikan

perusahaan dapat membantu pengobatan

penderita Hydrocephalus.

-melalui media televisi banyak

masyarakat yang ingin ikut membantu.

Dengan adanya program ini maka

hubungan perusahaan dengan masyarakat

menjadi lebih baik.

-Penghargaan yang diterima Lorin Solo

Hotel merupakan wujud penghargaan

(26)

perusahaan meraih penghargaan

adalah dengan adanya

program-program Corporate Social

Responsibility.

perusahaan terhadap kalangan menengah

kebawah. Namun yang menjadi faktor

penentu di raihnya penghargaan tidak

hanya terletak pada program

Hydrocephalus saja.

Dalam evaluasi Program bantuan bagi penderita Hydrocephalus, pada dasarnya memiliki tujuan yang jelas dalam perencanaan progamnya, namun pada analisis SWOT, Public Relation Manager kurang memahami kekuatan serta kelemahan program. Dalam keterangannya di sebutkan bahwa kekuatan program terletak pada penggunaan media televisi, kelemahan program terletak pada efek negatif yang timbul berupa banyaknya permintaan bantuan kepada perusahaan. Namun berdasarkan analisis peneliti, kekuatan program ini terletak pada tersedianya dana yang dibutuhkan untuk mendukung berlangsungnya progam, sedangkan kelemahan program terletak pada minimnya sumber daya manusia

yang mejalankan program ini.

Evaluasi Input berdasarkan keterangan Public Relation Manager, pelaksana program hanya terdiri Public Relation Manager saja. Secara keseluruhan, program ini dapat ditangani oleh Public Relation Manager saja namun minimnya sumber daya manusia yang menangani program ini membuat hasil akhir program tidak dipantau. Sumber daya lain yang dibutuhkan dalam program ini adalah sumber daya material berupa dana. Dana yang di perlukan untuk mendukung program ini sepenuhnya telah disediakan oleh perusahaan. Dana berasal dari sebagian pendapatan perusahaan. Sarana dan pra sarana yang diperlukan untuk mendukung program juga telah dipersiapkan dengan baik. Sejauh ini tidak ada kendala terkait dengan sarana dan pra sarana tersebut.

(27)

tidak melakukan pemantauan, dalam sebuah program, evaluasi seharusnya dilakukan agar Public Relation mengetahui kekurangan yang terdapat pada program. Evaluasi Product. Hasil akhir dari program ini terlihat dari dampak positif yang ditimbulkan. Dari ke 18 program Corporate Social Responsibility, program bantuan bangi penderita Hydrocephalus merupakan program yang banyak mendapat respon dari khalayak. Hal ini tampak dari banyaknya

masyarakat yang menelpon untuk ikut memberikan bantuan. Tujuan pertama dari program ini yakni ingin membantu meringankan beban ekonomi keluarga

penderita Hydrocephalus telah tercapai, yakni dengan bantuan yang diberikan dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari subyek. Tujuan kedua dari program ini, menjalin hubungan yang baik dengan berbagai kalangan. Corporate Social Responsibility secara keseluruhan mampu menjalin hubungan baik dengan berbagai kalangan, khususnya kalangan menengah ke bawah. Tujuan ketiga, dari program ini adalah meningkatkan citra positif bagi perusahaan. Secara

Referensi

Dokumen terkait

Saluran udara berfungsi sebagai media distribusi aliran udara baik dari dalam ruang ke luar bangunan maupun sebaliknya(Burdick, 2011).Sebagai sistem ventilasi mekanis pada

Semen merupakan bahan ikat yang penting dalam campuran adukan beton, karena berfungsi untuk mengikat agregat kasar dan agregat halus sehingga menyatu dan mengeras

melalui “mobile marketing” serta kemampuan perusahaan untuk memproduksikan produk yang didesain secara pribadi berkat kemajuan dalam teknologi pabrik, internet, komputer.. 

Komplek Perkantoran dan Permukiman Terpadu Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah.. Nomor :

Komplek Perkantoran dan Permukiman Terpadu Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah.. Nomor :

Dimana prinsip kerja Mesin Perajang Tembakau ini adalah tembakau yang sudah digulung dimasukkan ke dalam lubang pemasukan bahan yang didalamnya terdapat pisau perajang yang

Total Customer Value ( TCV)-Total Customer Cost (TCC)  Total Customer Value : the perceived monetary value of. the bundle of economic, functional and psychological benefits

22 Pengawasan Teknis Pembangunan Kantor Disperkim Belanja M odal Konsult ansi Rp 50.000.000 1 paket Astambul APBD.. 23 Pengawasan Pembangunan Aula dan Gedung Pemuda