• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKOLOGI ARTHROPODA PADA BEKAS SARANG ORANGUTAN SUMATERA (PONGO ABELII) DI TAMAN NASIONAL GUNUNGLEUSER RESORT SEI BETUNG KECAMATAN BESITANG KABUPATEN LANGKAT,SUMATERA UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKOLOGI ARTHROPODA PADA BEKAS SARANG ORANGUTAN SUMATERA (PONGO ABELII) DI TAMAN NASIONAL GUNUNGLEUSER RESORT SEI BETUNG KECAMATAN BESITANG KABUPATEN LANGKAT,SUMATERA UTARA."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skiripsi ini, yang berjudul “ Ekologi Arthropoda pada Bekas Sarang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat, Sumatera Utara” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di F-MIPA Biologi Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. rer. nat. Binari Manurung, M.Si. sebagai dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberi bimbingan dan arahan kepada penulis. Terima kasih kepada Bapak Syarifuddin M.Sc., Ph.D., Drs. Puji Prastowo, M.Si. dan Dra. Cicik Suriani, M.Si. selaku Dosen Penguji yang membantu melalui kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada Bapak Drs. Tri Harsono, M.Si. selaku Ketua Jurusan Biologi dan Bapak Drs. Lazuardi, M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik.

Khusus kepada kedua orang tua Aminah dan Sumadi dan keluarga Muhammad Arif, Muhammad Abidin, Fitri, Qodri dan Andra Q. Arif atas doa dan dukungannya.

Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Biologi 2010 dan terima kasih kepada teman-teman kos. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa di F-MIPA Biologi Universitas Negeri Medan dan pihak lainnya.

Medan, Maret 2014

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstark iii

Abstract iv

Kata Pengantar v

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel xi

Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Ruang Lingkup Masalah 3

1.3.Batasan Masalah 3

1.4.Rumusan Masalah 4

1.5.Tujuan Penelitian 4

1.6.Manfaat Penelitian 5

1.7.Definisi Operasional 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka 7

2.1.1. Sarang Orangutan 7

2.1.2. Konsep Bersarang 7

2.1.3. Jenis Pohon Sarang Dan Komposisi Penyusun Sarang 7

2.1.4. Tinggi Pohon Sarang 9

2.1.5. Tipe Kelas Sarang 10

2.2. Pohon Aglaia sp. (Meliaceae) 11

2.2.1. Ciri-ciri Morfologi 11

2.2.2. Persebaran 12

2.3. Pohon Phyllanthus (Phyllanthaceae) 12

2.3.1. Ciri-ciri Morfologi 12

2.3.2. Persebaran 12

2.4. Arthropoda 13

2.4.1. ciri-ciri Arthropoda 13

2.4.2. Klasifikasi Arthropoda 14

2.4.2.1. Crustacea 14

2.4.2.2. Diplopoda 14

2.4.2.3. Chilopoda 14

(4)

2.4.2.5. Arachinida 16

2.4.3. Habitat Arthropoda 17

2.5. Kerangka Berpikir 18

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 19

3.2. Populasi dan Sampel 19

3.3.Alat dan Bahan 19

3.4. Jenis Penelitian 19

3.5. Teknik Pengumpulan Data 20

3.5.1. Metode Penelitian 20

3.5.2. Metode Ekstraksi Sampel 20

3.5.2.1.Metode Hand Sorting 20

3.5.2.2. Metode Barlese-tullgren 20

3.5.3. Desain Penelitian 22

3.5.4. Prosedur Penelitian 23

3.6. Pengukuran Faktor Fisika-kimia Lingkungan 24

3.7. Analisis Data 25

3.7.1. Indeks Keanekaragaman 25

3.7.2. Indeks Kesamaan Komunitas 25

3.7.3. Indeks Equibilitas 26

3.7.4. Indeks Dominansi 26

3.7.5. Perbedaan Keanekaragaman dan Kelimpahan Komunitas

Arthropoda 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 28

4.2. Hasil dan Pembahasan 28

4.2.1. Faktor Fisika-kimia Lingkungan 28

4.2.1.1. Suhu Sarang 29

4.2.1.2. Suhu Udara 30

4.2.1.3. Kelembaban Udara 31

4.2.2. Komunitas Arthropoda Pada bekas Sarang Orangutan 31 4.2.3. Keanekaragaman Arthropoda Pada Bekas Sarang Orangutan 33 4.2.4. Kelimpahan Arthropoda Pada Bekas Sarang Orangutan 36 4.2.5. Indeks Keanekaragaman Arthropoda 44 4.2.6. Indeks Kesamaan Komunitas Arthropoda 26

4.2.7. Indeks Kemerataan Arthropoda 47

4.2.8. Indeks Dominansi Arthropoda 49

(5)

Arthropoda Pada Bekas Sarang Orangutan 51

BAB V KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan 52

5.2. Saran 53

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Ilustrasi Tipe Sarang Orangutan 10

Gambar 2.2. Tumbuhan Aglaia sp. 11

Gambar 2.3. Tumbuhan Phyllanthus 12

Gambar 2.4. Morfologi Luwing 15

Gambar 2.5. Morfologi Lipan 15

Gambar 2.6. Morfologi Serangga 16

Gambar 2.7. Morfologi Laba-laba 16

Gambar 3.8. Rangkaian Alat Ekstraksi Barlese-tullgren 21

Gambar 3.9. Desain Penelitian 22

Gambar 4.10. Keanekaragaman Arthropoda

pada bekas sarang orangutan 34 Gambar 4.11. Keanekaragaman Arthropoda pada

bekas sarang orangutan 35

Gambar 12. Kelimpahan Arthropoda pada bekas sarang orangutan yang terdapat pada pohon

Aglaia sp. dan pohon Phyllanthus 37

Gamabr 4.13. Indeks Keanekaragaman Arthropoda

pada bekas sarang orangutan yang terdapat pada

pohon Aglaia sp. dan pohon Phyllanthus 45 Gambar 4.14. Indeks keanekaragaman Arthropoda pada

bekas sarang orangutan yang terdapat pada pohon Aglaia sp. dan pohon Phyllanthus berdasarka

metode hand sorting dan barlese-tullgertn 45 Gambar 4.15. Indeks Kemerataan Arthropoda pada bekas sarang

orangutan yang terdapat pada pohon Aglaia sp. dan

pohon Phyllanthus 47

Gambar .4.16. Indeks kemerataan Arthropoda pada bekas sarang orangutan yang terdapat pada pohon Aglaia sp. da pohon Phyllanthus berdasarkan metode hand

sorting dan barlese-tullgren 48 Gambar 4.17. Indeks dominansi Arthropoda pada bekas sarang

orangutan yang terdapat pada pohon Aglaia sp.

dan pohon Phyllanthus 49

Gambar 4.18. Indeks dominansi Arthropoda pada bekas sarang orangutan yang terdapat pada pohon Aglaia sp. dan pohon Phyllanthus berdasarkan metode hand

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Analisis Data 58

Lampiran 2. Tabel bekas sarang 65

Lampiran 3. Lokasi penelitian 66

Lampiran 4. Dokumentasi penelitian 67

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia Animalia yang mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan, kaki seribu dan hewan mirip lainnya. Arthropoda adalah kelompok hewan beruas-ruas, bersendi atau bersegmen. Arthropoda satu sama lain dapat dibedakan berdasarkan anggota tubuh, jumlah alat gerak dan jenis organ pernafasan. Arthropoda termasuk hewan paling dominan (dari segi jumlah) diantara anggota-anggota kelompok hewan lainnya. Saat ini diperkirakan terdapat 713.500 jenis Arthropoda dengan jumlah itu diperkirakan 80% yang sudah dikenal (Nurhadi, 2011).

Arthropoda adalah kelompok hewan paling sukses di dunia dan dapat ditemukan hampir pada semua habitat, mulai di air, di dalam tanah, permukaan tanah, udara, pada pepohonan, pada serasah, di bawah batu, pada kayu lapuk, pada tanaman sebagai hama bahkan pada hewan dan manusia. Kita menyadari sesungguhnya manusia memperoleh banyak manfaat dari kehadiran Arthropoda. Rasanya, tanpa kehadiran Arthropoda dekomposer serasah, proses dekomposisi tanah tidak mampu berjalan dengan cepat. Tanpa ada serangga polinator, kita akan sedikit sekali mempunyai buah-buahan. Tanpa ada lebah madu, maka sampai saat ini kita tidak pernah merasakan nikmatnya madu. Sebaliknya, banyak jenis Arthropoda yang menimbulkan kerugian bagi manusia. Misalnya serangga hama yang menyebabkan kerusakan pada tanaman budidaya. Racun dari gigitan lipan yang menyebabkan rasa sakit luar biasa dan lain-lain.

Hutan sekunder Resort Sei Betung Kecamatan Besitang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Gunung Leuser yang berada di Desa Halaban Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Kawasan seluas lebih kurang ± 500 hektar dijadikan sebagai objek penelitian karena pada kawasan ini menjadi salah satu habitat orangutan. Sehingga bekas sarang orangutan dapat ditemukan di kawasan ini.

(9)

orangutan. Orangutan membangun sarang harian untuk tempat tidur malam dan untuk tambahan tidur (istirahat) di siang hari. Sarang orangutan hanya di tempati selama satu hari saja yang kemudian pada hari berikutnya akan membangun sarang lagi. Sarang orangutan berada di atas pohon sarang yang tersusun dari tumpukan ranting (dahan) dan tumpukan daun. Sehingga keberadaan bekas sarang orangutan di atas pohon menjadi tumpukan serasah. Dalam ekologi keberadaan bekas sarang orangutan di atas pohon dapat menjadi mikrohabitat baru bagi beberapa fauna termasuk Arthropoda. Beberapa fauna anggota Arthropoda seperti sebagian serangga, jenis lipan dan laba-laba memanfaatkan keberadaan serasah sebagai mikrohabitat bagi mereka.

Analisa yang telah dilakukan tentang sarang orangutan selama ini kebanyakan digunakan untuk parameter atau metode perkiraan kepadatan orangutan di suatu kawasan hutan. Karena sarang lebih mudah dihitung dibandingkan hewannya sendiri dan dapat terlihat dalam jangka waktu yang cukup lama, serta kurang berfluktuasi pada suatu lokasi tertentu (Santosa & Rahman, 2012).

Sementara itu penelitian pohon penyusun sarang orangutan di Besitang yang merupakan tempat akan dilakukan penelitian ini telah dilakukan oleh Sianipar (2013). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut, bahwa jenis tegakan pohon Aglaia sp. (Meliaceae) dan pohon Phyllanthus (Phyllanthaceae) menjadi salah satu jenis pohon yang digunakan sebagai pohon sarang bagi orangutan di Besitang.

Arthropoda memiliki peran yang sangat vital dalam rantai makanan khususnya sebagai dekomposer, karena tanpa organisme ini alam tidak akan dapat mendaur ulang bahan organik. Selain itu, arthropoda juga berperan sebagai mangsa bagi predator kecil yang lain, sehingga akan menjaga kelangsungan Arthropoda yang lain (Samudra, 2013).

(10)

saat ini masih relatif terbatas. Berdasarkan studi awal yang telah dilakukan di tempat yang akan dilakukan penelitian ini, terdapat beberapa jenis Arthropoda pada bekas sarang orangutan. Oleh karena peneliti tertarik untuk mengidentifikasi populasi Arthropoda pada bekas sarang orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kabupaten Langkat.

1.2.Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini adalah kajian ekologi Arthropoda pada sarang orangutan di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat. Dalam hal ini menyangkut keanekaragaman, kelimpahan, kesamaan, dominansi, kemerataan dan fisika-kimia lingkungan.

1.3.Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bekas tipe sarang orangutan yang digunakan adalah bekas sarang tipe C (usia sarang 1-2 bulan).

b. Jenis pohon sarang yang digunakan Aglaia sp. (Meliaceae) dan pohon Phyllanthus (Phyllanthaceae)

c. Tempat penelitian akan dilakukan di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

d. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif survey (pembongkaran sarang) dan metode ekstraksi sampel menggunakan metode hand sorting dan barlese-tullgren.

(11)

1.4.Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana keanekaragaman Arthropoda pada sarang orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.

2. Bagaimana kelimpahan Arthropoda pada sarang orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.

3. Bagaimana indeks keanekaragaman Arthropoda pada sarang orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.

4. Bagaimana indeks kesamaan Arthropoda pada sarang orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.

5. Bagaimana indeks kemerataan Arthropoda pada sarang orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.

6. Bagaimana indeks dominansi Arthropoda pada sarang orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.

7. Bagaimana kondisi fisika-kimia lingkungan pada areal sarang orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.

1.5.Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui keanekaragaman Arthropoda pada sarang orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.

(12)

3. Untuk mengetahui indeks keanekaragaman Arthropoda pada sarang orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.

4. Untuk mengetahui indeks kesamaan Arthropoda pada sarang orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.

5. Untuk mengetahui indeks kemerataan Arthropoda pada sarang orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.

6. Untuk mengetahui indeks dominansi Arthropoda pada sarang orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.

7. Untuk mengetahui kondisi fisika-kimia lingkungan sarang orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.

1.6.Manfaat Penelitian

1. Menambah keanekaragaman kajian ilmu biologi terutama keanekaragaman Arthropoda pada bekas sarang orangutan.

2. Memberikan informasi kepada instansi terkait seperti Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser dan masyarakat mengenai keanekaragaman Artropoda pada sarang orangutan di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat.

(13)

1.7.Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan persepsi dari istilah-istilah yang digunakan, berikut ini adalah definisi operasional yang dipakai dalam penelitian ini:

a. Arthropoda adalah kelompok hewan beruas-ruas, bersendi atau bersegmen. Semua hewan tak bertulang belakang yang kakinya beruas-ruas dimasukkan dalam filum Arthropoda. Ruas-beruas-ruas itu tidak hanya tampak pada kakinya, melainkan juga pada seluruh tubuhnya.

b. Sarang orangutan adalah tumpukan dahan (ranting) dan daun pohon sarang yang dibuat orangutan untuk beristirahat, bermain, kawin, berlindung dan memelihara anak.

c. Bekas sarang orangutan adalah sarang yang tidak digunakan lagi dan telah ditinggalkan orangutan.

d. Bekas sarang tipe C adalah bekas sarang yang masih terlihat utuh, berwarna cokelat dan terdapat lubang-lubang kecil di sarang tersebut. Umur sarang tipe C kira-kira 30 hari.

e. Hutan sekunder merupakan hutan hasil regenerasi (pemulihan) setelah sebelumnya mengalami kerusakan ekologis seperti kebakaran, pembalakan dan bencana alam.

f. Pohon Aglaia sp. merupakan tanaman berbunga dari family Meliaceae. g. Pohon phyllanthus (Phyllanthaceae) merupakan salah satu anggota family

(14)

BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Keanekaragaman Arthropoda pada bekas sarang orangutan Sumatera yang ditemukan adalah 34 spesies. Arthropoda tersebut termasuk ke dalam 23 famili, 12 ordo dan 3 kelas. Pada pohon sarang Aglaia sp. ditemukan 26 spesies sedangkan pada pohon sarang Phyllanthus ditemukan 24 spesies. 2. Kelimpahan total Arthropoda pada bekas sarang orangutan yang

ditemukan adalah 1700 individu. Pada pohon sarang Aglaia sp. ditemukan 697 individu sedangkan pada pohon sarang Phyllanthus ditemukan 1003 individu.

3. Indeks keanekaragaman yang diperoleh pada pohon Aglaia sp. adalah 2.379 sedangkan pada pohon Phyllanthus 1.839. Hasil tersebut di kategorikan sedang.

4. Indeks kesamaan Arthropoda yang diperoleh sebesar 52%. Sehingga komunitas pohon sarang Aglaia sp. dan komunitas pohon sarang Phyllanthus di kategorikan satu komunitas.

5. Indeks kemerataan pada pohon sarang Aglaia sp. yang diperoleh adalah 0.730 sedangkan pada pohon sarang Phyllanthus 0.578. Sehingga indeks kemerataan di kategorikan tinggi.

6. Indeks dominansi pada pohon sarang Aglaia sp. sebesar 0.137 sedangkan pada pohon sarang phyllanthus 0.218. Sehingga indeks dominansi di kategorikan rendah.

(15)

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian jangka panjang terhadap Arthropoda pada bekas sarang orangutan Sumatera di Taman Nasional Gunung Leuser, Sumatera Utara sehingga didapat data yang lebih akurat.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap Arthropoda bekas sarang orangutan Sumatera sehubungan dengan bahan organik sarang.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Affiati, S.N. 2011. Keanekaragaman mesofauna dan makrofauna tanah pada lahan penambangan pasir di kawasan lereng Gunung Merapi, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. Skripsi. Surakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret.

Alekseev, V.I. 2013. Protolissodema ulrikae, a new genus and spesies (coleoptera: Tenebrionoidea: Salpingidae) from Baltic amber. Baltic J. Coleoptera. 13 (1): 67-71.

Anonim. 1991. Kunci determinasi serangga. Yogyakarta: Kanisius.

Bismark, M. 2005. Estimasi populasi orangutan dan model perlindungannya di kompleks hutan Muara Lesan Berau, Kalimantan Timur. Buletin Plasma Nutfah. 11 (2): 74-80.

Borror, D.J., C.A. Triplehorn, N.F. Johnson. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Bremner, G. 1990. A Balese funnel for the rapid extraction of grassland surface macro-arthropoda. New Zealand Entomologist. 13: 76-80.

Chu, H.F. 1949. How to Know the Immature Insects. Dubugue, Lowa: WM. C. Brown Company Publishers.

Dalimunthe, N.P. 2009. Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Berdasarkan Jumlah Sarang di Bukit Lawang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara. Skripsi. Medan : Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

David, B.V., T.N. Ananthakrishnan. 2006. General and applied entomology. India New Delhi: McGraw-Hill.

Fitrahtunnisa., M.L. Ilhamdi. 2013. Perbandingan keanekaragaman predominansi fauna tanah dalam proses pengomposan sampah organik. Jurnal Bumi Lestari. 13 (2): 413-421.

Gillot, C. 2005. Entomology third edition. Netherlands: Springer.

Ginting, Y.WSB. 2006. Studi reintroduksi orangutan sumatera ( pongo pygmaeus Abelii lesson, 1827 ) yang dikembangkan di stasiun karantina Medan dan di stasiun Reinroduksi Jambi. Skripsi. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Indriyanto. 2013. Ekologi hutan. Jakarta: Bumi Aksara.

Johnson, A.E., C.D. Knott, B. Pamungkas, M. Pasaribu, A.J. Marshall. 2005. A survey of the orangutan (Pongo Pygmaeus Wurmbii) population in and around Gunung Palung National Park, West Kalimantan, Indonesia based on nest counts. Biological Conservation 121: 495–507.

Karmana, I.W. 2010. Analisis keanekaragaman epifauna dengan metode koleksi Pitfall trap di kawasan hutan cangar malang. FPMIPA IKIP Mataram: GaneÇ Swara 4 (1): 1-5.

Kristofik, J., Masan, P., Sustek, Z., Karaska, D. 2009. Arthropoda in the nest of Lesser Spotted eagle (Aquila pomarina). Biologia. 64 (5): 974-980. Kristofik, J., Z. Sustek, P. Gajdos. 1994. Arthropoda in nests of the Sand Martin

(17)

Lang, A., A.J. Klarenberg. 1997. Experiments on the foraging behaviour of the hunting spider Pisaura mirabilis (Aranean: Pisauridae): utilization of single prey items. Rur. J. Entomol. 94: 453-459.

Manurung, B. 2013. Ekologi Hewan. Medan: Universitas Negeri Medan.

Muin, A. 2007. Tipologi Pohon Tempat Bersarang dan Karaktersistik Sarang Orangutan (Pongo pygmeaus wurumbi) di Taman Nasional Tanjung Puting. Tesis. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana IPB.

Mukayat, D.B. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Notohadiprawiro, T. 1981. Pemapanan Agroforestry Selaku Bentuk Pemanfaatan Lahan Menurut Kriteria Pengawetan Tanah dan Air. Seminar Agroforestry dan Pengendalian Peladangan. Yogyakarta: UGM

Nurhadi. 2011. Komposisi Arthropoda Permukaan Tanah Di Kawasan Pabrik Pupuk Sriwijaya Palembang. Sumatera Barat. Jurnal Ilmiah Ekotrans Universitas Ekasakti Padang. 11 (1): 1-11.

Nusroh, Z. 2007. Studi diversitas makrofauna tanah di bawah beberapa tanaman palawija yang berbeda di lahan kering pada saat musim penghujan. Skripsi. Surakarta: Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret.

Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Peritika, M.Z. 2010. Keanekaragaman makrofauna tanah pada berbagai pola agroforestri lahan miring di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Skripsi. Surakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret.

Pujiyani, H. 2009. Karakteristik Pohon Tempat Bersarang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) di Kawasan Hutan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara. Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Rahayu, S., A. Setiawan, A. Endang, Husaeni, S. Suyanto. 2006. Pengendalian Hama Xylosandrus compactus pada agroforesti kopi multistrata secara hayati. Agrivitia. 28 (3).

Rahman, D.A. 2010. Karakteristik Habitat dan Preferensi Pohon Sarang Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) di Taman Nasional Tanjung Puting (Studi Kasus Camp Leakey). Jurnal Primatologi Indonesia. 7 (2): 37-50.

Rahman, D.A. 2008. Evaluasi ketelitian metode survei sarang dalam Pendugaan ukuran populasi orangutan (pongo Pygmaeus wurmbii) di kawasan taman Nasional tanjung puting. Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Rahmawaty. 2004. Studi keanekaragaman mesofauna tanah di kawasan Hutan Wisata Alam Sibolangit. Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Rifai, M., P. Pantana, Yunasfi. 2012. Analisis Karakteristik Pohon dan Sarang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) di Bukit Lawang Kabupaten Langkat. Medan: Universitas Sumatera Utara.

(18)

Ruslan, H. 2009. Komposisi dan keanekaragaman serangga permukaan tanah pada habitat hutan homogen dan heterogen di Pusat Pendidikan Konservasi Alam (PPKA) Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat. Vis vitalis. 2 (1).

Rusmendro, H. 2009. Perbandingan keanekaragaman burung pada pagi dan sore hari di tempat tipe habitat di wilayah Pangandaran, Jawa Barat. Vis Vitalis. 2 (1).

Samudra, F.B., M. Izzati, H. Purnaweni. 2013. Kelimpahan dan keanekaragaman

Arthropoda tanah di lahan sayuran organik “Urban Farming” : Universitas Diponegoro. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. hlm 190-196.

Santosa, Y. dan Rahman. 2012. Ketelitian Metode Sarang untuk Pendugaan Populasi Orangutan dan Penentuan Faktor Ekologi Penting dalam Manajemen Hutan Konservasi. JMHT. XVIII (1): 39–51.

Sembel. D.T. 2010. Pengendalian Hyati hama-hama serangga tropis dan gulma. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Sianipar, H.F. 2013. Identifikasi tanaman penyusun sarang Orangutan Sumater (Pongo abelii) di Besitang Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.

Speight, M.A., M.D. Hunter, D.A. Watt. 2008. Ecology 0f insects conceprts and application. India: Wiley-Blackwell.

Suin, N. M. 2003. Ekologi hewan tanah. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukarsono. 2012. Pengantar ekologi hewan. Malang: Universitas Muhammadiya Malang Press.

Syaufina, L., N.F. Haneda, A. Buliyansih. 2007. Keanekaragaman Arthropoda tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Media konservasi. 12 (2): 57-66.

Tyagi, K. 2012. New records of Tubulifera (Thysanoptera: Phalaeothripidae) from the state of Karnataka, India. Journal of Threatened Taxa. 4 (5): 2596-2602.

Walker, T.J. 2011. Field crickets, Gryllus spp. (Insecta: Orthoptera: Gryllidae): University of Florida, IFAS extension.

Way, M.J., K.C. Khoo. 1992. Role of ants in pest management. Annu. Rev. Entomol. 37: 479-503.

Wijiarti, L. 2009. Preferensi habitat bersarang Orangutan sumatera (Pongo abelii lesson, 1827) di Kawasan hutan batang toru Kabupaten tapanuli utara – sumatera utara. Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar ekologi bagi populasi dan komunitas. Jakarta: UI-Press.

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir dari keluarga petani, 15 Februari 1993 di Desa Bajamas Kecamatan Sirandorung, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Ayah bernama Sumadi dan ibu bernama Aminah, anak ke 3 dari 4 bersaudara. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan sekolah di MAS Darul Hikmah di Kecamatan Sirandorung dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis di terima di F-MIPA Jurusan Biologi Universitas Negeri Medan.

Selama mengikuti kuliah penulis aktif dalam kegiatan organisasi kampus maupun organisasi luar kampus. Selama kuliah pernah menjadi asisten laboratorium Praktikum Ekologi Hewan dan Praktikum Taksonomi Hewan Tinggkat Rendah, anggota UKMI Ar-rahman Unimed, anggota Fostibi (Forum Studi Islam Biologi), anggota relawan Rumah Zakat Medan. Penulis juga aktif mengikuti seminar dan lomba karya tulis ilmiah. Penulis juga telah melaksanakan praktek kerja lapangan di Taman Nasional Gunung Leuser.

Gambar

Tabel bekas sarang

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

[r]

(2) Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi kesehatan dan sosial sebagai Instansi teknis pembina pada kesehatan lanjut usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf d.. (3)

[r]

Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa ketrampilan menyimak cerita pendek perlu ditingkatkan lagi, karena pada hasil yang dicapai pada pembelajaran yang telah

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran matematika pada materi Satuan Panjang adalah memperbaiki RPP dan pelaksanaan pembelajarn

Windmill Water Flow Top benefited from the force of gravity to the ater entering the turbine blade, so that power is generated not only from the kinetic energy comes

Tabel Hasil Output Uji Multikolinearitas Setelah Mengeluarkan Variabel Pengeluaran