• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIK MELALUI PENDEKATAN CTL DI SMP SWASTA PARULIAN 1 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIK MELALUI PENDEKATAN CTL DI SMP SWASTA PARULIAN 1 MEDAN."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN

MATEMATIK MELALUI PENDEKATAN CTL DI SMP SWASTA PARULIAN 1 MEDAN

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

ANTONIUS SARUMAHA NIM : 8136171011

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

ANTONIUS SARUMAHA, NIM 8136171011. Peningkatan Kemampuan Penalaran Dan Koneksi Matematis Siswa Dalam Pembelajaran Matematik Melalui Pendekatan CTL Di SMP Swasta Parulian 1 Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui peningkatan kemampuan penalaran dan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan CTL dengan pembelajaran biasa, (2) melihat adakah interaksi antara pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan penalaran dan koneksi matematis siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Swasta Parulian 1 Medan. Sampel penelitian diambil dari seluruh siswa kelas IX SMPS Swasta Parulian 1 Medan sebanyak 88 orang, kelas IX-1 sebanyak 44 orang (kelas eksperimen) dan kelas IX-2 sebanyak 44 orang (kelas kontrol). Instrumen yang digunakan adalah (1) tes kemampuan penalaran matematis, (2) tes kemampuan koneksi matematis. Instrumen penelitian tersebut dinyatakan telah memenuhi validitas isi serta koefisien reliabilitas tes kemampuan penalaran matematis siswa sebesar 0,904 dan koefisien reliabilitas tes kemampuan koneksi matematis siswa sebesar 0,799. Sedangkan perangkat pembelajaran yang digunakan adalah (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (2) Lembar Kerja Siswa. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis inferensial uji Anava Dua Jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) rata-rata N-Gain kemampuan penalaran matematis antara siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan CTL (0,603) lebih tinggi dari rata-rata N-Gain pembelajaran biasa (0,55), (2) semakin tinggi level kemampuan awal matematika siswa maka semakin baik pula N-Gain kemampuan penalaran matematis siswa yaitu level tinggi (0,772), level sedang (0,597) dan level rendah (0,483), (3) tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa, (4) rata-rata N-Gain kemampuan koneksi matematis antara siswa yang pembelajarannya pendekatan CTL (0,62) lebih tinggi dari rata-rata N-Gain pembelajaran biasa (0,51), (5) semakin tinggi level kemampuan awal matematika maka semakin baik pula N-Gain kemampuan koneksi matematis siswa yaitu level tinggi (0,845), level sedang (0,609) dan level rendah (0,454), (6) tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa.Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar pendekatan CTL dapat dijadikan alternatif bagi guru matematika untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan koneksi matematis siswa.

(7)

ii

ABSTRACT

ANTONIUS SARUMAHA, NIM 8136171011. Upgrades Mathematical Reasoning and Connections Students in Learning Mathematics Through CTL approach First Private Secondary Schools Parulian 1 Medan.

This research aims to: (1) determine the increase in reasoning skills and connections mathematical students learning with CTL approach to learning regular, (2) look at is there any interaction between the teaching approaches used with prior knowledge of mathematics students to increase the ability of reasoning and connections mathematical students. This study is a quasi-experimental research. The study population was all students of First Private Secondary Schools Parulian 1 Medan. Samples were taken from all students of class IX First Private Secondary Schools Parulian 1 Medan.Terrain as many as 88 people, class IX-1 as many as 44 people (experimental class) and class IX-2 as many as 44 people (control group). The instruments used were (1) tests of mathematical reasoning abilities, (2) test the ability of mathematical connections. The research instruments found to comply with the content validity and reliability coefficient test students 'mathematical reasoning abilities of 0.904 and the coefficient of reliability test students' mathematical connection ability of 0.799. While learning tools were used: (1) Learning Implementation Plan, (2) Student Worksheet . Data analysis was performed using Anova test inferential analysis Two Line. The results showed that: (1) the average N-Gain mathematical reasoning skills among students learning with CTL approach (0.603) is higher than the average N-ordinary learning Gain (0.55), (2) the higher level initial ability math students the better the N-Gain the ability of mathematical reasoning students is high level (0.772), the level was (0.597) and low level (0.483), (3) there is no interaction between learning with prior knowledge of mathematics students in enhancing the ability mathematical reasoning students, (4) the average N-Gain ability mathematical connection between student learning CTL approach (0.62) is higher than the average N-ordinary learning Gain (0.51), (5) the higher level the ability of early math the better the N-Gain the ability to connect mathematical student is high level (0.845), the level was (0.609) and low level (0.454), (6) there is no interaction between learning with prior knowledge of mathematics students in enhancing the ability of connection mathematical students. Based on these results, it is suggested that CTL approach can be an alternative for math teachers to improve students' mathematical reasoning and connections.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Sang

Maha Karya dan Sumber pengetahuan yang selalu memberikan kebijaksanaan,

kekuatan dan kelimpahan berkatNya sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan

baik. Dalam proses penyusunan tesis ini, peneliti banyak menghadapi kendala dan

keterbatasan, namun berkat bimbingan, arahan dan motivasi dosen pembimbing

serta rekan-rekan mahasiswa pascasarjana akhirnya penyusunan tesis ini dapat

diselesaikan. Untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin,

M.Pd selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika

Pascasarjana UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf

Program Studi Pendidikan Matematika.

2. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Pembimbing I dan Bapak Prof. Dr.

Mukhtar, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan

bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian,

M.Pd dan Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Narasumber yang telah banyak

memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

4. Direktur, Asisten I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED

yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis

menyelesaikan tesis ini.

5. Kepala Sekolah SMP Swasta Parulian 1 Medan yang telah memberikan

(9)

iv

6. Bapak Boynes Manurung, S.Pd selaku guru matematika di SMP Swasta

Parulian 1 Medan yang telah banyak membantu peneliti pada saat penelitian.

7. Bapak Bambowo Laia selaku pemilik dan ketua yayasan pendidikan Nias

selatan yang telah memberikan motivasi baik materil maupun moril hingga

menyelesaikan pendidikan ini.

8. Ibu Stasi Zagoto, MA selaku pemilik yayasan pendidikan Nias Selatan yang

telah banyak memberikan arahan dan motivasi hingaga menyelesaikan

pendidikan ini.

9. Ayahanda Yamalui Sarumaha, Ibunda Fiatisa Sarumaha, kakak dan

adik-adiku yang telah memberikan rasa kasih sayang, perhatian dan dukungan

moril maupun materi sejak sebelum kuliah, dalam perkuliahaan hingga

menyelesaikan pendidikan ini.

10. Semua pihak serta rekan-rekan satu angkatan dari Program Studi

Pendidikan Matematika yang telah banyak memberikan bantuan dan

dorongan dalam penyelesaian tesis ini.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga

tesis ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga

dapat memperkaya khasanan penelitian-penelitian sebelumnya, dan dapat

memberi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.

Medan, 2015

Peneliti,

Antonius Sarumaha

(10)

v

1.2 Identifikasi Masalah ………..….. 16

1.3 Batasan Masalah……….…... 17

1.4 Rumusan Masalah……….………... 18

1.5 Tujuan Penelitian…….………...……….….. 19

1.6 Manfaat Penelitian……….………..….. 20

1.7 Defenisi Operasional………..………...………...…….. 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Penalaran Matematis……….….. 23

2.1.1. Pengertian Penalaran………..…... 23

2.1.2. Penalaran Induktif………..….. 25

2.1.3. Penalaran Deduktif……… 26

2.1.4. Kemampuan Penalaran Dalam Pembelajaran Matematika…... 26

2.2 Kemampuan Koneksi Matematis……….……….. 27

2.3 Strategi Dan Pendekatan Pembelajaran Pembelajaran……… 33

2.4 PembelajaranCTL………. 41

2.5 Prinsip PembelajaranCTL……….... 52

2.6 Karakteristik PembelajaranCTL………..……… 55

2.7 Kelebihan Dan Kelemahan PembelajaranCTL……...………. 56

2.8 PendekatanCTLdalam Pembelajaran Matematika………….. 58

2.9 Pembelajaran Biasa………..…….. 59

2.10 KegiatanPembelajaran……….62

2.11 Teori Belajar Pendukung……….... 67

2.12 Penelitian Yang Relevan………..…...69

2.13 Kerangka Konseptual……….…… 72

(11)

vi

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian……….. 83

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian………... 83

3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian……… 84

3.3.1. Populasi Penelitian……… 84

3.3.2. Sampel Penelitian……….………. 84

3.4 Desain Penelitian………... 85

3.5 Prosedur Pelaksanaan Penelitian………... 86

3.6 Variabel Penelitian……… 89

3.7 Instrumen Penelitian………. 90

3.7.1. Tes Kemampuan awal (KAM)………..………... 90

3.7.2. Tes Kemampuan Penalaran Matematis………..….. 91

3.7.3. Tes Kemampuan Koneksi Matematis……….. 92

3.7.4. Validitas Butir Soal Penalaran Matematis……… 94

3.7.5. Validitas Butir Soal Koneksi Matematis………. 98

3.7.6. Reliabilitas Tes Penalaran Matematis………….………. 102

3.7.7. Reliabilitas TesKoneksi Matematis………. 103

3.7.8. Daya Pembeda Butir Soal Penalaran Matematis………. 104

3.7.9. Daya Pembeda Butir Soal KoneksiMatematis……… 106

3.7.10. Tingkat Kesukaran Butir Soal Penalaran Matematis………… 108

3.7.11. Tingkat Kesukaran ButirSoal Koneksi Matematis………….. 109

3.8. Teknik Pengumpulan Data……… 111

3.9. Teknik Analisis Data………. 111

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian……….. 121

4.1.1. Deskripsi Kemampuan Awal Matematika……… 122

4.1.2. Deskripsi Kemampuan Penalaranatematis Siswa………… 126

4.1.3. Deskripsi Kemampuan Koneksi Matematis Siswa………….. 131

4.1.4. Analisis Data……… 136

4.1.4.1 Analisis Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis BerdasarkanPembelajaran………..136

4.1.4.2 Analisis Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis BerdasarkanPembelajaran………..141

4.1.5 Uji Hipotesis I dan III (ANAVA Dua Jalur)……….. 145

4.1.5.1 Hasil Uji Anava Dua JalurPenalaran Matematis………... 145

4.1.5.2 Pengujian Hipotesis Pertama……….. 146

4.1.5.3Pengujian Hipotesis Ketiga……… 146

4.1.5.4 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis I danIII……….. 149

4.1.6 Uji Hipotesis II danIV (ANAVA Dua Jalur)……… 150

4.1.6.1Hasil Uji Anava Dua Jalur Koneksi Matematis……….……… 150

(12)

vii

4.1.6.3 Pengujian Hipotesis Keempat……….…151

4.1.6.4 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis II dan IV………. 154

4.1.6.5 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Keseluruhan………… 155

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian……… 156

4.2.1. Faktor Pembelajaran………. 156

4.2.2. Kemampuan Penalaran Matematis Siswa……… 159

4.2.3. Kemampuan Koneksi Matematis Siswa………. 161

4.2.4. Interaksi Antara Pembelajaran dan KAM Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis………….… 163

4.2.5 Interaksi Antara Pembelajaran dan KAM Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis……… 165

4.2.6 Keterbatasan Penelitian……… 166

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Simpulan……… 168

5.2. Implikasi……… 170

5.3. Saran………. 171

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Peringkat Indonesia Dibandingkan Negara Negara lain…………..2

Tabel 3.1 Rekapitulasi Jumlah Siswa SMP Swasta Parulian I Medan……… 84

Tabel 3.2 Desain Penelitian………. 85

Tabel3.3 Tabel Weiner………86

Tabel 3.4 Prosedur Pelaksanaan Penelitian………. 87

Tabel 3.5 Kriteria Pengelompokkan Kemampuan AwalMatematika………. 90

Tabel 3.6Klasifikasi Kemampuan Awal Matematika………. 91

Tabel 3.7 Kisi-Kisi KemampuanPenalaran Matematis……….. 91

Tabel 3.8Pedoman Penskoran Kemampuan Penalaran Matematis……….... 92

Tabel 3.9 Kisi-Kisi Kemampuan Koneksi Matematis………..… 92

Tabel 3.10 Pedoman Penskoran Kemampuan Koneksi Matematis………… 93

Tabel 3.11Perhitungan Validitas Tes Penalaran Matematis……….. 95

Tabel 3.12 Hasil Uji Validitas TesPenalaran Matematis……….. 97

Tabel 3.13 Perhitungan Validitas Tes Koneksi Matematis……… 98

Tabel 3.14Hasil Uji Validitas Tes Koneksi Matematis………. 102

Tabel 3.15 Hasil analisis daya pembeda tes kemampuan penalaran Matematis……… 106

Tabel 3.16Klasifikasi Daya Pembeda……….... 107

Tabel 3.17 Hasil Analisis Daya PembedaKemampuan Koneksi Matematis…108 Tabel 3.18 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Penalaran Matematis………. 109

Tabel 3.19 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Koneksi Matematis………. 111

Tabel 3.20 Keterkaitan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis dan Uji Statistik………... 120

Tabel 4.1 Hasil Rata-Rata Dan Simpangan Baku KAM………. 122

Tabel 4.2 Deskripsi Pengelompokkan Siswa Berdasarkan KAM………… 123

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas KAM……….. 124

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas KAM……….. 125

Tabel 4.5 Deskripsi Data Kemampuan Penalaran Matematis kedua KelompokPembelajaran………. 126

Tabel 4.6 Deskripsi Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Untuk KategoriKAM……… 129

Tabel 4.7 Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Berdasarkan KAM……….. 130

(14)

ix

Tabel 4.9 Deskripsi Data Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Untuk

Setiap Kategori KAM………... 134 Tabel 4.10 Data Hasil Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis

Siswa……… 137 Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Skor N-gain Penalaran Matematis…….... 138 Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas Skor N-gain Penalaran Matematis……. 140 Tabel 4.13 Data Hasil Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis

Siswa……… 141 Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Skor N-gain Koneksi Matematis………… 143 Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Skor N-gain Koneksi Matematis……….. 144 Tabel 4.16 Uji ANAVA Dua Jalur N-GainPenalaran Matematis Siswa….. 145 Tabel 4.17 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis I dan III………. 149 Tabel 4.18 Uji ANAVA Dua Jalur N-Gain Koneksi MatematisSiswa…… 150 Tabel 4.19 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis II dan IV……….. 154 Tabel 4.20 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Keseluruhan………… 155 Tabel 4.21 Rata-Rata N-Gain Tiap Indikator kemampuan Penalaran

Matematis………. 160 Tabel 4.22 Rata-Rata N-gain Tiap Indikator Kemampuan Koneksi

(15)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Grafik kemampuanAwal Matematika………..……….. 122

Gambar 4.2 Grafik Rata-Rata Skor Kemampuan Penalaran Matematis… 127

Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis…….. 127

Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis

Berdasarkan KAM……….. 131

Gambar 4.5Grafik Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis ……. 132

Gambar 4.6 Grafik Rata-Rata Skor Kemampuan Koneksi matematis …….132

Gambar 4.7 Grafik Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis

Berdasarkan KAM……….. 135

Gambar 4.8 Interaksi antara Pembelajaran dan KAM Terhadap

Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa…….. 147

Gambar 4.9 Interaksi antara Pembelajaran dan KAM Terhadap

(16)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A : Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP) Kelas eksperimen… 175

Lampiran B : Lembar KerjaSiswa (LKS)……….. 204

Lampiran C : Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP) Kelas Kontro……… 222

Lampiran D1: Soal Pretes Kemampuan Penalaran Dan Koneksi Matematis…234 Lampiran D2: Kunci Jawaban Pretes Kemampuan Penalaran Dan Koneksi Matematis………236

Lampiran D3: Soal Postes Kemampuan Penalaran Dan Koneksi Matematis.. 239

Lampiran D4: Kunci Jawaban Postes Kemampuan Penalaran Dan Koneksi Matematis……… 242

Lampiran E1: Laporan hasil Validasi Perangkat Pembelajaran Dan Instrumen Penelitian……… 245

Lampiran E2: Laporan hasil ujicoba Perangkat Pembelajaran Dan Instrumen Penelitian……… 252

Lampiran F1: Deskripsi Kemampuan awal matematika (KAM) Seluruh Siswa……… 278

Lampiran F2 :Pengelompokkan Siswaberdasarkan KAM……….. 280

Lampiran F3 : Hasil SPSS uji Normalitas KAM………. 282

Lampiran F4 : hasil SPSS Uji Homogenitas KAM………. 284

Lampiran G1: Data Pretes Penalaran Matematisdi kelas Eksperimen…... 286

Lampiran G2: Data Postes Penalaran Matematisdi kelas Eksperimen…….. 288

Lampiran G3: Data Pretes penalaran Matematis di kelas kontrol…... 290

Lampiran G4: Data Postes penalaran Matematis di kelas kontrol………….. 292

Lampiran H1 : Data Pretes koneksi Matematis di kelas Eksperimen…... 294

(17)

xii

Lampiran H3 : Data Pretes Koneksi Matematika di kelas Kontrol…... 298

Lampiran H4 : Data Postes Koneksi Matematika di kelas Kontrol…... 300

Lampiran I1 : Hasil SPSS Uji Normalitas N-Gain Penalaran Matematis……302

Lampiran I2 : Hasil SPSS Uji Homogenitas N-Gain Penalaran Matematis…. 303

Lampiran I3 : Hasil SPSS Uji Normalitas N-Gain Koneksi Matematis……. 304

Lampiran I4 : Hasil SPSS Uji Homogenitas N-Gain Koneksi Matematis…. 305

Lampiran J.1 : Hasil SPSS Uji Interaksi KAM dengan Penalaran matematis..306

Lampiran J.2 : Hasil SPSS Uji Interaksi KAM dengan Koneksi matematis... 308

Lampiran K1 : Tabel perhitungan anava dua jalur N-Gainpenalaran… 310

Lampiran K2 : Tabel perhitungan anava dua jalur N-Gain koneksi….. 312

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan sumber

daya manusia (SDM) yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat

mendorong memaksimalkan potensi siswa sebagai calon SDM yang handal

untuk masa yang akan datang yang harus bersifat kritis, logis dan inovatif

dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapinya.

Dalam pendidikan banyak sekali ilmu yang dapat digali untuk meningkatkan

SDM, salah satunya adalah ilmu matematika.

Dengan meningkatkan kualitas pendidikan diharapkan akan

menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkemampuan unggul,

sehingga sumber daya manusia unggul tersebut akan mampu menghadapi

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Dengan

demikian semakin ada tuntutan untuk mengimbangi kemajuan tersebut,

tentunya diperlukan peningkatan kualitas pendidikan dalam berbagai bidang,

diantaranya matematika. Matematika merupakan pengetahuan yang

mempunyai peran yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari. Untuk

meningkatkan mutu pendidikan secara nasional, pemerintah memberlakukan

undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab

IV pasal 11 menyatakan bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib

(19)

2

yang bermutu bagi setiap warga Negara tanpa diskriminasi. Pemberlakuan

undang-undang ini diharapkan dapat menciptakan pendidikan yang bermutu

diseluruh daerah Republik Indonesia. Meskipun anggaran pendidikan

ditingkatkan menjadi 20% dari anggaran belanja Negara sesuai dengan yang

tercantum dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003, namun kenyataannya

mutu pendidikan khusus mata pelajaran matematika Indonesia masih rendah

bila dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal ini sesuai dengan hasil studi

Programme for International Assessment (PISA) tahun 2011 tentang peringkat

Indonesia bila dibandingkan Negara- Negara lain seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 1.1.

Peringkat Indonesia dibandingkan negara-negara lain berdasarkan PISA

Tahun

Dari data diatas dapat disimpulkan kemampuan matematika di

Indonesia masih tergolong rendah, diduga disebabkan kurangnya

profesionalisme guru dalam menggunakan pendekatan pembelajaran yang

bervariasi. Penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dapat

mendorong keaktifan siswa ketika guru memulai materi dari fakta yang sering

dialami oleh siswa itu sendiri. Seiring dengan perubahan kurikulum yang

diterapkan oleh pemerintah, mau tidak mau guru sebagai tenaga pengajar

(20)

3

Pada pendidikan matematika, kemampuan penalaran merupakan salah

satu kemampuan berfikir tingkat tinggi yang harus dimiliki oleh siswa. Standar

kurikulum dan evalusai untuk matematika sekolah (NCTM, 2000) juga telah

mengidentifikasi bahwa penalaran (reasoning), dan koneksi (connection)

merupakan proses yang penting dalam pembelajaran matematika dalam upaya

menyelesaikan masalah-masalah matematika. Kemampuan bernalar harus

dikembangkan secara konsisten menggunakan berbagai macam konteks. Oleh

karena itu, untuk membangun keterampilan penalaran, hendaknya guru

membantu siswa berargumentasi melalui pengungkapan gagasan,

mengeksplorasi gejala dan menggunakan konjektur dalam semua cabang

matematika dengan harapan-harapan yang berbeda, sehingga matematika dapat

masuk akal. Argumen yang dimaksud meliputi deduksi logis yang kuat tentang

kesimpulan suatu hipotesis dan hendaknya para siswa menghargai nilai-nilai

argumen yang demikian.

Disamping itu penalaran juga merupakan karakteristik dari

matematika karena menurut Depdiknas (Shadiq, 2004:3) bahwa materi

matematika dan penalaran Matematis merupakan dua hal yang tidak dapat

dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran

dilatih melalui belajar matematika. Kemampuan bernalar tidak hanya

dibutuhkan para siswa ketika mereka belajar matematika maupun mata

pelajaran lainnya, namun sangat dibutuhkan setiap manusia disaat

memecahkan masalah ataupun disaat menentukan keputusan. Penalaran

Matematis memiliki peran yang amat penting dalam proses berpikir siswa. Bila

(21)

4

matematika hanya akan menjadi materi yang mengikuti prosedur dan meniru

contoh-contoh tanpa mengetahui maknanya. Penataan nalar dan penerapan

matematika merupakan bentuk kemampuan dalam lima tujuan umum

pembelajaran matematika yang dikemukakan the national council of teaching

of mathematics (NCTM, 2000) yaitu (1) belajar untuk berkomunikasi

(Mathematical communication); (2) belajar untuk penalaran (mathematical

reasoning); (3) belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem

solving); (4) belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connection); (5)

pembentukan sikap positif terhadap matematika (positive attudes toward

mathematics).

Penalaran Matematis penting untuk mengetahui dan mengerjakan

matematika. Kemampuan bernalar siswa dapat mampu mengaitkan antara

materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata yang dialaminya dan

mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya serta mampu

mengaplikasikan dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Ada pun

aktivitas yang tercakup didalam kegiatan penalaran matematis meliputi:

menarik kesimpulan logis; menggunakan penjelasan dengan menggunakan

model, fakta, sifat-sifat dan hubungan; menyusun dan menguji konjektur;

memberikan lawan contoh (counter example); mengikuti aturan inferensi;

memeriksa validitas argument yang valid; menyusun pembuktian langsung, tak

langsung dan induksi matematik.

Berikut adalah soal yang diberikan kepada siswa kelas IX SMP

Swasta Parulian 1 Medan pada saat melakukan studi pendahuluan untuk

(22)

5

Berikut beberapa lembar jawaban siswa yang menjawab benar. Gambar 1.1 Segitiga ABC Pada gambar 1.1. disamping segitiga

ABC merupakan segitiga siku-siku dengan AB = 5 cm, dan AC= 4 cm Tentukan panjang BC.

(23)

6

Berikut beberapa lembar jawaban siswa yang menjawab salah.

Dari 44 orang siswa kelas IX SMP Swasta Parulian 1 Medan siswa

yang menjawab soal dengan benar ada 16 orang siswa dan siswa yang

menjawab salah ada 28 orang siswa. Dari hasil analisis jawaban siswa, peneliti

temukan bahwa (1) siswa masih kurang mampu menggunakan teorema

Pythagoras pada segitiga siku-siku secara optimal, (2) siswa masih kurang

mampu memahami hubungan ketiga sudut pada segitiga siku-siku. Dari

pernyataan diatas terlihat jelas bahwa penalaran matematis siswa masih rendah,

hal ini merupakan suatu permasalahan yang harus dicari solusinya sehingga

hasil belajar siswa dapat optimal.

Untuk memecahkan masalah ini dibutuhkan seorang guru yang dapat

(24)

7

matematika bermakna bila siswa mengalami sendiri apa yang dipelajari, dari

pada hanya mengetahui secara lisan saja. Kebermaknaan belajar matematika

dipengaruhi oleh cara guru menyampaikan pembelajaran matematika itu

sendiri. Menurut Sanjaya (2008:1) berpendapat bahwa salah satu masalah yang

dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan

kemampuan bernalar sehingga proses pembelajaran dianggap kurang

bermakna. Dengan kata lain proses pembelajaran yang baik adalah

pembelajaran yang dilakukan guru harus dapat mengembangkan kemampuan

penalaran matematis siswa dan melibatkan siswa secara aktif.

Dari hasil wawancara pada tanggal 10 juli 2015 pada beberapa orang

siswa kelas IX SMP Swasta Parulian 1 Medan, mengatakan bahwa: (1) Guru

matematika terlalu banyak memberikan soal latihan yang mengakibatkan siswa

malas mengerjakannya; (2) guru matematika dalam penyampaian materi tidak

dapat menyampaikannya dengan menarik dan menyenangkan; (3) guru

matematika yang mengajar terlalu mendominasi pembelajaran sehingga

suasana kelas menjadi kaku; (4) metode pembelajaran yang digunakan guru

matematika cenderung ceramah.

Dari pernyataan diatas menunjukkan bahwa kenyataannya bukan

materi pelajaran matematikanya yang sukar dipelajari, tetapi pendekatan

pembelajaran yang dilakukaan guru pada saat proses pembelajaran matematika

kurang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa kesulitan dalam menerima

materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Kesulitan yang dialami

(25)

8

dapat disebabkan karena pembelajaran yang diterapkan tidak sesuai dengan

kemampuan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudojo (1998:55)

mengatakan nampaknya matematika bukanlah suatu bidang studi yang sulit

dipelajari asalkan strategi penyampaiannya cocok dengan kemampuan yang

mempelajarinya. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk mencari dan

menemukan suatu cara atau metode mengajar yang sesuai dengan kemampuan

siswa. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru diharapkan dapat

mengembangkan menemukan dan melaksanakan suatu pendekatan

pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan kemampuan siswa.

Kemampuan siswa dalam pembelajaran mempunyai kemampuan

berbeda-beda. Kemampuan siswa tersebut dapat diklasifikasi dalam tiga

kategori yaitu: kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hal ini senada dengan

Sanjaya (2008:54) yang menyatakan “Tidak dapat disangkal bahwa setiap

siswa memiliki kemampuan yang berbeda yang dapat dikelompokkan pada

siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah”. Sehingga guru diharuskan

menciptakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan awal

siswa. Hal ini juga didukung oleh pendapat Saragih (2007:19) yang

mengatakan bahwa: “bagi siswa yang memiliki kemampuan sedang dan

rendah, apa bila pendekatan yang digunakan guru menarik, sesuai dengan

tingkat kognitif siswa sangat dimungkinkan pemahaman siswa akan lebih cepat

pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis siswa.

Sebaliknya bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi pengaruh pendekatan

pembelajaran terhadap kemampuan berpikir logis siswa dalam matematika

(26)

9

pembelajaran yang menarik sangat membantu bagi siswa dengan kemampuan

sedang dan rendah, sedangkan bagi siswa berkemampuan tinggi pemberlakuan

pendekatan pembelajaran menarik dan tidak menarik hasilnya sama.

Proses pembelajaran di Indonesia pada umumnya masih menggunakan

pembelajaran biasa yaitu dengan menggunakan metode ceramah yang

pembelajarannya didominasi oleh guru. Guru senantiasa mentransfer ilmu

pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa, dan siswa duduk dengan rapi dan

siap menerima informasi dari guru. Menurut Hosnan(2014:373) “Pembelajaran

biasa merupakan bentuk dari pendekatan yang berorientasi pada pendidik

(teacher centered approach)”. Dikatakan demikian, karena dalam strategi ini,

guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui pembelajaran biasa, guru

menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan

pembelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai oleh siswa.

Seperti sekolah-sekolah di kota Medan, selama ini masih sering

dijumpai pelaksanaan pembelajaran biasa yang metode mengajarnya ceramah,

dengan paradigma pengajarannya belum relevan dengan tujuan pembelajaran

matematika yang diharapkan. Faktanya masih banyak guru matematika disalah

satu sekolah di kota medan masih melaksanakan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang metode pembelajarannya ceramah dikelas, belum

terlihat adanya kelompok diskusi siswa dan lembar kerja siswa (LKS) yang

dirancang guru untuk menciptakan suatu pembelajaran yang bermakna dengan

harapan dapat menemukan sendiri konsep matematika itu melalui diskusi

(27)

10

Dalam NCTM disebutkan bahwa terdapat lima kemampuan dasar

matematika yang merupakan standar yang harus dimiliki oleh siswa yakni

pemecahan masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi

(communication), koneksi (connections), dan represenasi (representation).

Selanjutnya dengan mengacu pada lima standar kemampuan NCTM, maka

Depdiknas menyusun tujuan pembelajaran sebagai berikut (1) koneksi antar

konsep dalam matematika (2) penalaran (3) pemecahan masalah (4)

komunikasi dan representasi dan (5) faktor afektif. Kemampuan ini merupakan

kemampuan strategis yang menjadi tujuan pembelajaran matematika.

Oleh karena itu, pembelajaran matematika diberikan sebagaimana

tujuan yang telah ditetapkan oleh NCTM dimana salah satu kemampuannya

adalah koneksi matematis. Hal ini dikarenakan pembelajaran matematika

mengikuti metode spiral yaitu dalam menerapkan suatu konsep atau bahan

yang masih baru perlu memperhatikan konsep atau materi ajar yang dipelajari

siswa sebelumnya. Materi ajar yang baru selalu dikaitkan dengan materi ajar

sebelumnya guna untuk mengingatnya kembali. Dengan kata lain, koneksi

dapat diartikan sebagai keterkaitan-keterkaitan antara konsep-konsep

matematika secara internal yaitu berhubungan dengan matematika itu sendiri

atau keterkaitan secara ekternal yaitu matematika dengan bidang lain, baik

bidang studi lain maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan diberikannya koneksi matematika siswa adalah memperluas

wawasan pengetahuan siswa, siswa dapat memandang matematika secara

keseluruhan yang padu dan bukan sebagai materi yang berdiri sendiri, dan

(28)

11

maupun di luar sekolah. Melalui koneksi matematis,siswa diajarkan konsep

dan keterampilan dalam memecahkan masalah dari berbagai bidang yang

relevan, baik dengan bidang matematika itu sendiri maupun dengan bidang di

luar matematika.

Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan yang ditunjukkan

siswa dalam (1) menuliskan masalah kehidupan sehari-hari dalam model

matematika, (2) menuliskan konsep matematika yang mendasari jawaban,(3)

menuliskan hubungan antara obyek dan konsep matematika. Keterkaitan antar

konsep atau prinsip dalam matematika memegang peranan yang sangat penting

dalam mempelajari matematika. Pengalaman peneliti waktu mengajar disalah

satu sekolah di kota Medan, menemukan bahwa siswa mampu mendaftarkan

konsep-konsep matematika yang terkait dengan masalah riil, tetapi hanya

sedikit siswa yang mampu menjelaskan mengapa konsep tersebut digunakan

dalam aplikasi itu. Dengan demikian kemampuan koneksi matematis perlu

dilatihkan kepada siswa disekolah. Dengan pengetahuan itu maka siswa

memahami matematika secara lebih menyeluruh dan lebih mendalam. Selain

itu dalam menghafal juga semakin sedikit akibatnya belajar matematika

menjadi lebih mudah dan bermakna.

Pembelajaran matematika yang biasanya dilakukan di sekolah-sekolah

terbatas pada tujuan untuk meningkatan kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotor siswa tanpa memperhatikan aspek lainnya, yaitu aspek-aspek

matematika yang saling berhubungan. Padahal, apabila guru dapat

menghubungkan gagasan matematis terhadap siswa, maka pemahaman siswa

(29)

12

kemampuan koneksi matematis siswa terletak pada faktor pendekatan

pembelajarannya. Penggunaan pendekataan pembelajaran biasa yang selama

ini digunakan lebih menitikberatkan pada keaktifan guru dan siswa kurang

diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan

yang didapatnya hanya terbatas pada apa yang ia pelajari sehingga kemampuan

berpikirnya tidak berkembang secara optimal, termasuk kemampuan koneksi

matematisnya.

Rendahnya kemampuan matematis siswa, bisa jadi salah satu

penyebabnya adalah kemampuan siswa dalam melakukan koneksi matematis

masih rendah. Penelitian Ruspiani (2000) mengungkapkan bahwa kemampuan

siswa dalam melakukan koneksi matematis tergolong rendah. Kemampuan

terendah ada pada kemampuan koneksi antar topik matematika. Rendahnya

tingkat kemampuan koneksi antar topik ini, dibandingkan dengan koneksi

displin ilmu lain dan koneksi dengan dunia nyata, antara lain karena banyaknya

topik matematika yang harus dikaitkan dengan penyelesaian soal sehingga

memerlukan jangkauan pemikiran yang tinggi. Sedangkan pada koneksi

dengan dunia nyata, permasalahan utamanya adalah kesulitan siswa membuat

model matematika.

Salah satu soal yang peneliti berikan untuk mengukur kemampuan

koneksi matematis siswa pada saat melakukan studi pendahuluan di kelas IX

(30)

13

Berikut beberapa lembar jawaban siswa yang menjawab benar.

Berikut beberapa lembar jawaban siswa yang menjawab salah. Gambar 1.2 Pada gambar 1.2 Jika panjang AE= 8 cm dan

AD = 6 cm dengan AD = EC. Hitunglah :

(31)

14

Dari jawaban (a) diatas terlihat bahwa siswa mengalami kesulitan

menuliskan rumus Pythagoras dengan benar sehingga terkendala dalam

menentukan panjang ruas garis AC. Sementara pada jawaban (b) telah

menuliskan rumus Phytagoras dengan benar, namun karena panjang AC pada

soal bagian (a) salah maka panjang CD juga salah. Hal ini terjadi karena kedua

soal saling berhubungan satu sama lain. Dari jawaban diatas dapat disimpulkan

bahwa siswa kesulitan dalam mengoneksikan antar topik matematika,

sehingga siswa tidak dapat memecahkan masalah secara optimal.

Dari jawaban siswa bagian (a) diatas terlihat bahwa siswa telah

menuliskan rumus Pythagoras dengan benar sesuai dengan gambar segitiga

ADC, namun tidak dapat menentukan panjang ruas AC jika tidak

menghubungkan dengan segitiga AEC karena petunjuk soal AD = EC.

Sedangkan jawaban (b) penulisan rumus salah akibatnya jawaban salah. Dari

jawaban diatas dapat disimpulkan bahwa siswa belum mampu menghubungkan

(32)

15

Dari jawaban (a) diatas terlihat bahwa siswa belum memahami dengan

benar teorema Pyhtagoras sehingga belum mampu menuliskan rumus

Pythagoras dengan benar, akibatnya proses jawaban salah. Pada jawaban (b)

penulisan rumus benar, namun jawaban salah karena panjang AC pada jawaban

(a) salah. Hal ini terjadi karena kemampuan koneksi matematis siswa dalam

bermatematika masih rendah.

Dari permasalahan diatas, guru perlu memberikan pendekatan

pembelajaran yang sesuai dengan situasi yang ada. Salah satu pendekatan yang

sesuai dengan kondisi permasalahan diatas adalah pendekatan CTL. Menurut

Hosnan (2014:267) CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru

dalam mengaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata

siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari. Dengan membuat

hubungan antara pengetahuan atau konsep yang telah dimiliki oleh siswa serta

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, maka siswa akan mudah

memahami konsep. Dengan pendekatan CTL maka siswa akan bekerja dan

mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa semata. Dapat

(33)

16

materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, sehingga siswa mampu

memecahkan masalah yang berbasis kontekstual.

Landasan filosofi CTL adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar

yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus

mengkontruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri. Pengetahuan tidak dapat

dipisahkan menjadi fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan

ketrampilan yang dapat diterapkan. Kontruktivisme berakar pada filsafat

pragmatisme yang digagas John Dewey pada awal abad ke-20 yaitu sebuah

filosofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman

siswa.

Ada pun kelebihan dari pendekatan CTL adalah (1). pembelajaran

menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat

menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan

nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang

ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan

berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan

tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. (2)

Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep

kepada siswa karena pendekatan pembelajaran CTL menganut aliran

konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan

pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa

diharapkan belajar melalui”mengalami” bukan ”menghafal”.

Dalam pendekatan CTL tugas guru adalah memfasilitasi siswa dalam

(34)

17

pembelajaran secara sendiri bukan apa kata guru. Siswa benar-benar

mengalami dan menemukan sendiri apa yang dipelajari sebagai hasil

rekonstruksi sendiri. Dengan demikian, siswa akan lebih produktif dan inovatif.

Pendekatan CTL akan mendorong kearah belajar aktif. Belajar aktif adalah

suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik,

mental, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa

perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Untuk menjawab permasalahan-permasalahan pada penelitian ini,

peneliti mengangkat judul penelitian: “Peningkatan Kemampuan Penalaran

Dan Koneksi Matematis Siswa Dalam Pembelajaran Matematik Melalui

PendekatanCTL Di SMP Swasta Parulian 1 Medan”.

.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan bahwa

masalah-masalah yang menyebabkan kurang berhasilnya siswa dalam

pembelajaran matematika di sekolah, antara lain :

a. Mutu pendidikan di Indonesia masih rendah

b. Kemampuan Penalaran Matematis siswa masih rendah

c. Kemampuan matematika siswa Indonesia masih rendah

d. Pembelajaran yang diterapkan guru belum sesuai dengan kemampuan

awal siswa

e. Guru masih menggunakan pendekatan pembelajaran eksipositori yaitu

dominan menerapkan metode ceramah sehingga proses belajar tidak

(35)

18

f. Siswa belum optimal menggunakan kemampuan penalarannya dalam

menyelesaikan soal/masalah proposional

g. Koneksi matematis siswa masih tergolong rendah

h. Pembelajaran yang terjadi selama ini berpusat pada aktivitas guru dan

tidak berorientasi pada siswa

i. Pembelajaran bermakna yang diharapkan dapat mengembangkan daya

nalar dan koneksi matematis siswa teryata sering diabaikan

j. Penerapan pendekatan pembelajaran matematika yang dilakukan guru

selama ini belum dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan koneksi

matematis siswa terhadap matematika.

1.3. Batasan masalah

Mengingat banyaknya masalah yang teridentifikasi dan terbatasnya

kemampuan peneliti, maka perlu pembatasan masalah dalam penelitian ini:

a. Kemampuan penalaran siswa masih rendah

b. Koneksi matematis siswa tergolong rendah

c. Penerapan pendekatan pembelajaran matematika yang dilakukan guru

selama ini belum dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan koneksi

matematis siswa terhadap matematika.

d. Pembelajaran yang diterapkan guru belum sesuai dengan kemampuan awal

siswa

e. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi

(36)

19

f. Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Swasta Parulian 1

Medan dengan materi ajar Kesebangunan dan kekongruenan.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka masalah

yang akan diteliti dan dicari jawabannya hanya berfokus pada kemampuan

penalaran dan koneksi matematis siswa kelas IX SMP Swasta Parulian 1

Medan dengan pendekatanCTL dan pembelajaran biasa. Secara rinci rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan pendekatan CTL lebih tinggi dari pada

siswa yang mengikuti pembelajaran biasa?

2. Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan pendekatan CTL lebih tinggi dari pada siswa yang

mengikuti pembelajaran biasa?

3. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran yang digunakan

(pendekatan CTL dan pembelajaran biasa) dengan kemampuan awal

matematika siswa terhadap kemampuan penalaran matematis siswa?

4. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran yang digunakan

(pendekatan CTL dan pembelajaran biasa) dengan kemampuan awal

(37)

20

1.5. Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah

diuraikan, maka secara umum tujuan penelitian ini bertujuan memperoleh

gambaran tentang penerapan pembelajaran (pendekatan CTLdan pembelajaran

biasa) terhadap kemampuan penalaran dan koneksi matematis siswa terhadap

matematika.

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa

yang pembelajarannya dengan pendekatan CTL dengan pembelajaran

biasa.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang

pembelajarannya dengan pendekatanCTLdengan pembelajaran biasa.

3. Untuk melihat adakah interaksi antara pendekatan pembelajaran yang

digunakan (pendekatanCTL dan pembelajaran biasa) dengan kemampuan

awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan penalaran

matematis siswa.

4. Untuk melihat adakah interaksi antara pendekatan pembelajaran yang

digunakan (pendekatanCTL dan pembelajaran biasa) dengan kemampuan

awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan koneksi

matematis siswa.

1.6. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan masukan

yang berarti bagi peneliti, guru, dan siswa. Manfaat dari masukan itu adalah:

(38)

21

Memberi informasi tentang peningkatan kemampuan penalaran dan

koneksi matematis siswa melalui pendekatanCTL.

b. Untuk guru

1) Sebagai bahan pertimbangan dan alternatif bagi guru tentang

pendekatanCTL, sehingga guru dapat menerapkannya di dalam kelas.

2) Memberikan gambaran bagi guru bahwa pendekatan CTL dapat

meningkatkan kemampuan penalaran dan koneksi matematis siswa.

c. Untuk siswa

Memberi pengalaman baru bagi siswa dan mendorong siswa untuk terlibat

aktif dalam pembelajaran matematika di kelas, sehingga selain dapat

meningkatkan kemampuan penalaran dan koneksi matematis, juga

membuat pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna dan

bermanfaat.

1.7. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya

penjelasan dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa

konsep dan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Pendekatan CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengaitkan

materi pembelajaran ke dalam kehidupan nyata (kontekstual) para siswa,

dengan karakteristik tujuh komponen yang mempengaruhinya yaitu:

Constructivism (konstrutivisme), Inquiry (menemukan), Questioning

(39)

22

(permodelan), Reflection (refleksi) dan Authentic Assessment (penilaian

nyata).

2) Pembelajaran biasa yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

pembelajaran yang selama ini diterapkan disekolah yang ditandai dengan

ciri-ciri sebagai berikut: (1) guru menggunakan metode ceramah dan tanya

jawab, (2) setelah menjelaskan materi, guru memberikan contoh-contoh

soal dan (3) guru menyuruh siswa mengerjakan latihan soal-soal.

3) Kemampuan penalaran matematis adalah suatu kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah matematika dengan indikator-indikator sebagai

berikut: (1) menarik kesimpulan yang logis, (2) menggunakan penjelasan

dengan menggunakan model, fakta, sifat-sifat dan hubungan, (3)

menemukan pola pada suatu gelaja matematika, (4) menarik analogi untuk

menganalisis situasi matematika, (5) menarik generalisasi untuk

menganalisis situasi matematika.

4) Kemampuan koneksi matematis siswa adalah penguasaan atau

kesanggupan siswa dalam memahami hubungan antar topik dalam

matematika, koneksi matematika dengan bidang studi lain, serta koneksi

dengan kehidupan dunia nyata.

5) Kemampuan awal matematika (KAM) siswa adalah suatu kemampuan

yang dimiliki oleh siswa berdasarkan nilai rapor, khususnya nilai rapor

mata pelajaran matematika siswa kelas VIII semester genap. Nilai rapor

siswa ini dikategorikan dalam 3 kelompok yaitu kemampuan rendah,

(40)

169

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis, pembelajaran matematika baik dengan

pembelajaran dengan pendekatan CTL maupun dengan pembelajaran biasa dapat

meningkatkan kemampuan penalaran dan koneksi matematis siswa. Berdasaran

rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan seperti yang telah dikemukan

pada bab sebelumnya diperoleh beberap simpulan yang berkaitan dengan faktor

pembelajaran, kemampuan awal matematika,kemampuan penalaran dan koneksi

matematis siswwa, kesimpulan tersebut sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang diajarkan dengan

pendekatan CTL lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan

pembelajaran biasa. Siswa yang diajarkan dengan pembelajaran dengan

pendekatan CTL memperoleh rata-rata kemampuan penalaran matematis

siswa sebesar 85,06 sebelumnya 63,88 (N-Gain kemampuan penalaran

matematis siswa sebesar 0,603), sementara siswa yang diajarkan dengan

pembelajaran biasa memperoleh rata-rata kemampuan penalaran matematis

siswa sebesar 83,2 sebelumnya 63,56 (N-Gain kemampuan penalaran

matematis siswa sebesar 0,55).

2. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang diajarkan dengan

pembelajaran pendekatan CTL lebih tinggi dari pada siswa yang diajarkan

dengan pembelajaran biasa. Siswa yang diajarkan dengan pembelajaran

pendekatan CTL memperoleh rata-rata kemampuan koneksi matematis siswa

sebesar 84,19 sebelumnya 61,08 (N-Gain kemampuan koneksi matematis

(41)

170

siswa siswa sebesar 0,62), sementara siswa yang diajarkan dengan

pembelajaran biasa memperoleh rata-rata kemampuan koneksi matematis

siswa sebesar 81,06 sebelumnya 62,22 (N-Gain kemampuan koneksi

matematis siswa sebesar 0,51).

3. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran yang digunakan

(pendekatan CTL dan pembelajaran biasa) dengan kemampuan awal

matematika siswa terhadap kemampuan penalaran matematis siswa. Dalam

hal ini diartikan bahwa interaksi antara pembelajaran (pendekatan CTL dan

pembelajaran biasa) dan kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang

dan rendah) tidak memberikan pengaruh secara bersama-sama yang

signifikan terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa.

Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa disebabkan oleh

pendekatan pembelajaranCTL.

4. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran yang digunakan

(pendekatan CTL dan pembelajaran biasa) dengan kemampuan awal

matematika siswa terhadap kemampuan koneksi matematis siswa. Dalam hal

ini diartikan bahwa interaksi antara pembelajaran (pendekatan CTL dan

pembelajaran biasa) dan kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang

dan rendah) tidak memberikan pengaruh secara bersama-sama yang

signifikan terhadap peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa.

Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa disebabkan oleh

(42)

171

4.2 Implikasi

Berdasarkan simpulan di atas diketahui bahwa penelitian ini berfokus

pada peningkatan kemampuan penalaran dan koneksi matematis dengan

pendekatan CTL dan pembelajaran biasa. Terdapat peningkatan kemampuan

penalaran matematis siswa yang diajarkan dengan pendekatan CTL dengan

pembelajaran biasa secara signifikan. Terdapat peningkatan kemampuan

koneksi matematis siswa yang diajarkan dengan pendekatan CTL dengan

pembelajaran biasa secara signifikan. Ditinjau dari interaksi antara

pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siwa, tidak terdapat

interaksi antara pendekatan pembelajaran yang digunakan (pendekatan CTL

dan pembelajaran biasa) dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap

kemampuan penalaran dan koneksi matematis siswa

Beberapa implikasi yang perlu diperhatikan bagi guru sebagai akibat

dari pelaksanaan proses pembelajaran dengan pendekatanCTLantara lain:

1. Guru harus mampu membangun pembelajaran yang interaktif, dalam

membangun semangat dan motivasi belajar siswa serta dapat

menumbuhkembangkan kemampuan siswa yang meliputi menyatakan ulang

sebuah konsep, memberi contoh dan non contoh dari konsep dan

mengaplikasikan konsep kedalam pemecahan masalah.

2. Diskusi dalam pembelajaran pendekatan CTL merupakan salah satu sarana

bagi siswa untuk peningkatan kemampuan penalaran dan koneksi matematis

siswa yang diharapkan mampu menumbuhkembangkan suasana kelas

menjadi lebih nyaman, dan menimbulkan rasa keinginan dalam belajar

(43)

172

3. Peran guru sebagai teman belajar, mediator, dan fasilitator membawa

konsekuensi hubungan guru dan siswa menjadi lebih akrab. Hal ini

berakibat guru lebih memahami kelemahan dan kelebihan dari bahan ajar

serta karakteristik kemampuan individual siswa.

4.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan dalam pelaksanaan

penelitian, peneliti memberi saran sebagai berikut:

1. Kepada Guru

a. Pembelajaran dengan pendekatan CTL merupakan salah satu alternatif

bagi guru matematika dalam meningkatkan kemampuan penalaran dan

koneksi matematika pada materi pokok kesebangunan dan kekongruenan

bangun datar.

b. Dalam pemilihan anggota kelompok selain memperhatikan keragaman

anggota kelompok, hendaknya guru juga memperhatikan kecocokkan

antara anggota agar kegiatan diskusi dalam menyelesaikan masalah dapat

berjalan dengan baik.

c. Sebaiknya guru membiasakan siswanya untuk memecahkan masalah

dengan member masalah menantang, sehingga siswa mengkontruksi

dengan memikirkan sendiri konsep matematika yang akan digunakan.

d. Dalam setiap pembelajaran dengan pembelajaran dengan CTL guru

sebaiknya menciptakan suasana belajar yang memberi kesempatan

(44)

173

bahasa dan cara mereka tersendiri, sehingga dalam belajar matematika

siswa menjadi berani berargumentas, lebih percaya dan kreatif.

e. Guru harus menyesuaikan waktu pembelajaran dengan waktu pada RPP

telah dirancang, seperti pada saat berlangsungnya kegiatan diskusi

kelompok dan persentase ke depan kelas sangat banyak waktu yang

terbuang. Untuk itu disarankan kepada guru untuk mengefektifkan

waktu.

2. Kepada Lembaga Terkait

Pembelajaran dengan pendekatan CTL masih asing bagi guru dan

siswa karena pembelajaran selama ini masih mengugunakan pembelajaran

biasa yang pembelajarannya berpusat pada guru, oleh karena itu perlu

disosialisasikan oleh sekolah dengan harapan dapat meningatkan kemampuan

belajar siswa, khususnya meningkatkan kemampuan penalaran dan koneksi

matematis siswa yang tentunya akan berimplikasi pada meningkatnya prestasi

siswa dalam penguasaan materi matematika.

3. Kepada Peneliti

Untuk peneliti lebih lanjut, hendaknya penelitian dengan

pendekatan CTL dalam peningkatan kemampuan penalaran dan koneksi

matematis siswa agar dilaksanakan secara maksimal untuk memperoleh hasil

penelitian yang maksimal. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan

pendekatan CTL dalam peningkatan kemampuan matematika lain dengan

menerapkan lebih dalam agar implikasi hasil penelitian tersebut dapat

(45)

174

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Revisi Edisi 10. Jakarta: PT Rineka Cipta.

………2012. Dasar - Dasar Evaluasi Pendidikan edisi 2. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi mata pelajaran matematika. Jakarta : Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.

………2012Undang-Undang Sisdiknas Edisi Terbaru. Bandung :Fokusindo Mandiri.

Fajri, N. 2013. Peningkatan Kemampuan Koneksi dan Komunikasi Matematis Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL). Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, 2013 Vol. 6 No.2 : 149-161.

Hamzah. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor : Ghalia Indonesia.

Muhammad, I. 2013. Peningkatan kemampuan Komunikasi Matematik dan Sikap Positif Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Kontekstual. Tesis Tidak Diterbitkan. Medan : PPS UNIMED MEDAN.

NCTM. 2000. Pinciples and standarts for school Mathematics. Reston :VA

Nasution, A. 2013. Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Kemampuan Penalaran Dan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SD Negeri Medan. Tesis Tidak Diterbitkan. Medan : PPS UNIMED MEDAN.

Saragih, S. 2007. Pengembangan Kemampuan Berpikir Logis Dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui PMR. Disertasi tidak diterbitkan. Bandung: PPS UPI.

(46)

175

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi pada standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana

………2013.Penelitian Pendidikan Jenis, Metode Dan Prosedur. Jakarta: Kencana

Setiawati, D. 2013. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematika Siswa Antara Pendekatan Contextual Teaching And Learning dan Pembelajaran Konvensional Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Bireuen. Tesis Tidak Diterbitkan. Medan : PPS UNIMED MEDAN.

Shadiq, F. 2004. Penalaran, Pemecahan Masalah dan Komunikasi Dalam Pembelajaran Matematika. Disajikan Pada Diklat Instruktur/ Pengembangan Matematika SMA Jenjang Dasar, PPPG Matematika, Yogyakarta, 6 -19 Oktober.

Sinaga, D. 2009. Keefektifan Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Rantau Selatan Rantau Prapat. Tesis Tidak Diterbitkan. Medan: PPS UNIMED.

Sugiyono. 2012.Metode Penelitian Kuantitatif Dan R&D. Bandung: Alfabet.

………….2011.Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabet.

Sudjana. 2002. Metoda statistika. Bandung: tarsito.

Sumarmo, U. 2006. Pengembangan Berpikir Matematika Tingkat Tinggi siswa SLTP dan SMU serta Mahasiswa Strata Satu (S1) Melalui Berbagai Pendekatan Pembelajaran. Laporan Penelitian Tidak Diterbitkan. Bandung : PPS UPI Bandung.

Rusman, 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Ruspiani. 2000.Kemampuan Siswa Dalam Melakukan Koneksi Matematik. Tesis:UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Riduwan, 2010.Dasar- dasar statistika. Bandung: Alfabeta.

Rusffendi, 1991. Pengantar Kepada Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA Edisi kedua. Bandung : Tarsito.

Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Gambar

Gambar 4.1 Grafik kemampuan Awal Matematika………..…………….. 122
Tabel 1.1.Peringkat Indonesia dibandingkan negara-negara lain berdasarkan PISA
Gambar 1.1 Segitiga ABC
Berikut beberapa lembar jawaban siswa yang menjawab benar.Gambar 1.2
+3

Referensi

Dokumen terkait

Indonesia terindeks Scopus. Buku ini akan memberikan gambaran kondisi publikasi Indonesia di Internasional dan kinerja dari perguruan tinggi dan lembaga litbang dalam

1997 Merpati Nusantara Air Line Casa C-212 Kupang-Lewoleba-Kupang 1 x 1998 Merpati Nusantara Air Line Casa C-212 Kupang-Lewoleba-Kupang 1 x 1999 Merpati Nusantara Air Line Casa

Sampel gigi P di bagi dua pada arah bukal-lingual dan di potong pada daerah servikal gigi.. Sampel dilakukan pemeriksaan

Anu ngabédakeun ieu panalungtikan jeung panalungtikan nu saméméhna nya éta, lian ti nangtukeun téks adegan paguneman, prinsip jeung maksim omongan dina

Dolar Australia adalah mata uang yang paling diperdagangkan keenam di pasar valas dunia (setelah dolar AS, yen, euro, pound sterling dan dolar Kanada) dan mencakup sekitar 4–5 persen

Keterkaitan antara variable STU (X 1 ), BRINETS (Variabel X 2 ) sebagai sistem dan variable Kinerja Karyawan (Variabel Y), dapat dilihat pada jurnal Pengaruh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh antara pemanfaatan teknologi informasi terhadap kepuasan mahasiswa, 2) pengaruh antara pemanfaatan

Jumlah n suku pertama dari barisan geometri, dengan suku pertama 4 dan suku ke-4 sama dengan 32 adalah ...... Untuk meningkatkan penjualan x barang diperlukan biaya produksi