SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika
Oleh
Sri Wahyuni
NIM 1004896
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Salah Satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung Barat)
Oleh
Sri Wahyuni
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Matematika
Sri Wahyuni 2014
Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang
DIAGRAM VEE
(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa kelas VII Salah Satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung Barat)
disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I,
Prof. Dr. H. Darhim, M.Si NIP. 195503031980021002
Pembimbing II,
Drs. Asep Syarif H., M.S NIP. 195804011985031001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
Drs. Turmudi, M.Ed, M.Sc, Ph.D
vi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
B. Strategi Pemecahan Masalah ... 13
C. Diagram Vee . ... 16
D. Strategi Pemecahan Masalah berbantuan Diagram Vee . ... 18
E. Kemampuan Analisis Matematik ... 20
F. Hubungan Strategi Pemecahan Masalah berbantuan Diagram Vee dengan Kemampuan Analisis Matematik ... 22
G. Teori-teori Belajar yang Mendukung . ... 24
1. Teori Belajar Ausebel . ... 24
2. Teori Belajar Bruner . ... 25
H. Hipotesis Penelitian ... 26
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 27
a. Analisis terhadap Validitas Soal ... 29
b. Analisis terhadap Realibilitas Soal ... 31
c. Analisis terhadap Indeks/Tingkat Kesukaran Soal ... 32
d. Analisis terhadap Daya Pembeda Soal ... 33
Sri Wahyuni, 2014
a. Angket ... 35
b. Lembar Observasi ... 36
c. Jurnal Harian Siswa ... 36
F. Teknik Pengolahan Data ... 37
1. Analisis Data Kuantitatif ... 37
a. Analisis Data Pretes ... 37
1) Uji Normalitas ... 37
2) Uji Homogenitas ... 38
3) Uji Kesamaan Dua Rata-rata ... 39
b. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Analisis Matematik ... 39
1) Analisis Data Postes ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48
1. Analisis Data Pretes ... 50
a.Uji Normalitas ... 50
b.Uji Perbedaan Dua Rata-rata ... 51
2. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Analisis Matematik ... 52
a. Analisis Data Postes ... 52
3. Analisis Indikator Kemampuan Analisis Matematik ... 57
a. Presentase Pencapaian Indikator Kemampuan Analisis Matematik Siswa berdasarkan Hasil Pretes ... 58
b. Presentase Pencapaian Indikator Kemampuan Analisis Matematik Siswa berdasarkan Hasil Postes ... 59
c. Presentase Pencapaian Indikator Kemampuan Analisis Matematik Siswa berdasarkan Data Indeks Gain Ternormalisasi (N-Gain) ... 60
4. Analisis Data Non-tes ... 61
Sri Wahyuni, 2014
1) Sikap Siswa terhadap Manfaat Mengikuti Pembelajaran Matematika dengan Strategi Pemecahan Masalah berbantuan
Diagram Vee ... 62
2) Pendapat Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Strategi Pemecahan Masalah berbantuan Diagram Vee ... 64
3) Minat Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Strategi Pemecahan Masalah berbantuan Diagram Vee ... 65
b. Analisis Jurnal Harian Siswa ... 66
c. Analisis Jurnal Harian Siswa ... 67
1) Analisis Data Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 67
2) Analisis Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 68
B. Pembahasan ... 69
1. Kemampuan Analisis Matematik Siswa ... 69
2. Pembahasan Indikator Kemampuan Analisis Matematik Siswa ... 76
a. Menganalisis Informasi yang Masuk dan Membagi-bagi atau menstrukturkan Informasi ke dalam Bagian yang lebih Kecil untuk Mengenal Pola atau Hubungan ... 76
b. Mampu Mengenali serta Membedakan Faktor Penyebab dan Akibat dari Sebuah Skenario yang Kompleks ... 76
c. Mengidentifikasi atau Merumuskan Pertanyaan ... 76
3. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Strategi Pemecahan Masalah berbantuan Diagram Vee ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan . ... 79
B.Saran ... ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 81
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 84
ii
ABSTRAK
Sri Wahyuni. (1004896). Meningkatkan Kemampuan Analisis Matematik Siswa SMP melalui Strategi Pemecahan Masalah berbantuan Diagram Vee.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan analisis matematik antara siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan strategi pemecahan masalah berbantuan diagram vee dengan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian kelompok kontrol non-ekuivalen. Data kuantitatif diperoleh melalui tes kemampuan analisis matematik siswa. Data kualitatif diperoleh melalui angket sikap siswa, lembar observasi, dan jurnal harian. Hasil penelitian yang dilakukan tahun ajaran 2013/2014 ini menunjukan bahwa peningkatan kemampuan analisis matematik siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan strategi pemecahan masalah berbantuan diagram vee lebih baik dari peningkatan kemampuan analisis matematik siswa yang mendapat pembelajaran biasa. Kualitas peningkatan kemampuan analisis matematik siswa baik yang mendapat pembelajaran matematika dengan strategi pemecahan masalah berbantuan diagram vee maupun yang mendapat yang mendapat pembelajaran biasa sama-sama tergolong rendah. Secara umum, sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan strategi pemecahan masalah berbantuan diagram vee adalah positif.
Kata Kunci: Kemampuan analisis matematik, Strategi pemecahan masalah,
ii
ABSTRACT
Sri Wahyuni. (1004896). Improving the Mathematical Analysis Ability of Junior High School Students through Problem Solving Strategies aided Vee diagram.
This study aims to determine wether there are differences of improvement matematical analysis ability both on students who have learned mathematics with problem solving strategy aided vee diagram and students who have received regular lessons. The method that used in this study is quasi-experimental research with non-equivalent control group design. Quantitative data obtained through mathematical analysis test. Qualitative data obtained through student attitude questionnaire, observation sheets, and daily journal. The results of research that conducted 2013/2014 school year indicated that the improvement in mathematical analysis ability of students who have learned mathematics with problem solving strategy aided vee diagrams better than the one who have received regular lessons. The quality of improvement of mathematical analytical ability of students who have learned both with problem solving strategy aided vee diagram and regular
learning are low. In general, student’s attitudes towards mathematics learning with
problem solving strategy aided vee diagram is positive.
1 Sri Wahyuni, 2014
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan, dan
prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah tentang
bilangan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Ruseffendi (dalam Suherman, 2001,
hlm. 18) bahwa matematika berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.
Sedangkan menurut Hilbert (dalam Karso, 2013) menyatakan “Matematika adalah suatu permainan di atas kertas dengan kaidah-kaidah sederhana dan lambang-lambang yang tak berarti”.
Matematika terbentuk dari hasil pemikiran manusia. Kemampuan berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif dibutuhkan untuk bertahan hidup pada
keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif (Badan Standar Nasional
Pendidikan, 2006, hlm. 139). Fakta-fakta di atas menunjukan pentingnya
pembelajaran matematika dilaksanakan mulai dari sekolah dasar sampai
perguruan tinggi. Pembelajaran matematika yang inovatif dan kreatif terus
diciptakan dan dikembangkan untuk mengiringi perkembangan zaman.
Pembelajaran di Indonesia sekarang ini juga sedang mulai berinovasi, seperti
mulai diterapkannya pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education (RME) melalui proyek PGSM DIKTI. Pembelajaran ini dilaksanakan
pada tahun 2001 di SDN MIN Cicendo, Bandung. Pembelajaran dengan
pendekatan Open-Ended dan pendekatan kontekstual juga mulai digunakan
guru-guru di Indonesia dalam pembelajaran matematika di kelas (Suryadi, 2005, hlm.
56-57)
Proses pembelajaran matematika yang inovatif terus dilakukan, tetapi hasil
Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2011
menunjukan bahwa prestasi Indonesia dalam bidang matematika masih berada
pada peringkat 5 terendah dari 42 negara. Skor pada TIMSS 2011 Indonesia
Sri Wahyuni, 2014
rata-rata, yaitu 500. TIMSS adalah lembaga internasional yang melakukan
evaluasi terhadap pencapaian prestasi dalam bidang matematika dan sains di suatu
negara. Tes yang dilakukan oleh TIMSS menitikberatkan pada kemampuan
knowing 35%, applying sebanyak 40%, dan reasoning sebanyak 25%. Hasil
TIMSS 2011 untuk persentase menjawab benar domain kognitif beberapa negara
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 1
Rata-rata Persentase Menjawab Benar Soal TIMSS 2011 pada Domain Kognitif
Negara Knowing Applying Reasoning
Singapura 82 (0,8) 73 (1,0) 62 (1,1) Rep. Korea 80 (0,5) 73 (0,6) 65 (0,6) Jepang 70 (0,6) 64 (0,6) 56 (0,7) Malaysia 44 (1,2) 33 (1,0) 23 (0,9) Thailand 38 (1,0) 30 (0,8) 22 (0,8) Indonesia 37 (0,7) 23 (0,6) 17 (0,4) Rata-rata
Internasional 49 (0,1) 39 (0,1) 30 (0,1)
Data di atas memberikan informasi bahwa kemampuan matematis siswa
Indonesia masih di bawah kemampuan matematis negara tetangga seperti
Singapura, Malaysia, dan Jepang. Informasi lain yang didapatkan adalah dimensi
kognitif reasoning atau penalaran siswa Indonesia menempati posisis terendah,
yaitu hanya 17%. Persentase ini masih jauh di bawah rata-rata internasional.
Mullis (dalam Masduki, dkk, 2013, hlm. 3) menyatakan bahwa tingkatan
kognitif tertinggi adalah kemampuan penalaran yang termasuk di dalamnya
kemampuan menganalisis. Kemampuan menganalisis adalah kemampuan untuk
menentukan, mendeskripsikan, atau menggunakan hubungan antar variabel atau
objek dalam situasi matematika. Kemampuan penalaran yang rendah
Sri Wahyuni, 2014
Berikut adalah beberapa soal pada TIMSS 2011 yang menguji kemampuan
penalaran:
Soal 1
Pilihan jawaban D adalah kunci jawaban soal di atas. Rosnawati (2013,
hlm. 4) menyatakan bahwa sebanyak 44,3% siswa Indonesia menjawab A untuk
soal di atas, sedangkan siswa yang menjawab D hanya 10,1%. Jawaban A yang
sebagian besar dipilih siswa kemungkinan besar diperoleh dengan menambahkan
ruas garis yang ditunjukan P ditambah dengan ruas garis yang ditunjukan Q.
Kecilnya persentase siswa yang memilih D menunjukan masih rendahnya
kemampuan siswa untuk menafsirkan besar nilai P dan besar nilai Q. Siswa juga
kesulitan untuk melihat hubungan nilai pecahan P, Q, dan N saat
mengoperasionalkan ketiganya. Jika tahap awal dalam mengobservasi masalah
sudah salah maka kesimpulan akhir yang siswa dapatkan juga salah. Hal ini
menunjukan kemampuan siswa untuk menganalisis permasalahan di atas masih
Sri Wahyuni, 2014 Soal 2
Hasil pekerjaan siswa Indonesia dalam menjawab benar soal di atas adalah
11%. Kemungkinan besar siswa menjawabnya dengan menduga bahwa buku
hanya bisa dimasukan dalam posisi bertumpuk dari bawah ke atas. Hal ini
menyebabkan siswa hanya menghitung 36
6 = 6. Jadi, siswa menyimpulkan buku
maksimal yang bisa dimasukan ke dalam kotak berjumlah 6 buah (Rosnawati,
2013, hlm. 5).
Siswa harus mengerti maksud dari soal, bahwa mereka harus menghitung
volume masing-masing bangun (buku dan kotak) dan mengetahui hukum
kekekalan volume. Setelah mengetahui hubungan tersebut siswa harus
menemukan hubungan volume kotak dengan volume buku. Hubungan tersebut
adalah Volume kotak
volume buku =
36.30.20 20.15.6 =
21600
1800 = 12. Sehingga didapat banyak buku
maksimal yang bisa dimasukkan ke dalam kotak adalah dua belas buku.
Prestasi Indonesia yang kurang memuaskan juga didapat dari hasil
Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2012. Indonesia
Sri Wahyuni, 2014
merupakan dua lembaga internasional yang melakukan tes di bidang matematika
dan sains untuk pelajar tingkat SMP.
Soal-soal PISA menitikberatkan pada kemampuan 1). Merumuskan situasi
secara matematis; 2). Memanfaatkan konsep, fakta, prosedur, dan penalaran
matematis; dan 3). Menafsirkan, mengaplikasikan, dan mengevaluasi hasil
pekerjaan matematika. Persentase untuk masing kemampuan-keampuan tersebut
berturut-turut 25%, 50%, dan 25%.
Sri Wahyuni, 2014
Kemampuan untuk menganalisis informasi diperlukan untuk
menyelesaikan permasalahan ini. Informasi yang di dapat dari soal adalah bangun
datar yang terbentuk dari beberapa bangun persegi panjang dengan luas yang
berbeda. Setelah siswa menganalisis informasi, siswa dituntut untuk menemukan
hubungan informasi tersebut sehingga menjadi satu kesatuan yang bermakna.
Hasil evaluasi belajar siswa Indonesia di lingkup nasional bisa dilihat dari
hasil Ujian Nasional yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia setiap tahun.
Matematika adalah salah satu pelajaran yang diujikan di Ujian Nasional. Soal-soal
matematika yang terdapat dalam Ujian Nasional terdiri dari tersebar dari level
kognitif mengetahui (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), dan
menganalisis (C4) dengan proporsi 17,5%, 40%, 35%, dan 7,5% untuk tahun
2011. Proporsi ini berubah menjadi 17,5%, 40%, 35%, dan 7,5% pada tahun
2013.
Soal menganalisis (C4) hanya mendapat proporsi 7,5% di Ujian Nasional
matematika. Artinya dari 40 soal matematika yang diujikan, hanya terdapat 3 soal
C4. Daya serap siswa untuk tiga soal C4 ini juga berada pada level rendah. Data
dari Pusat Penilaian Pendidikan 2013 menunjukan persentase daya serap nasional
untuk tiga soal ini adalah 60,14%, 48,77%, dan 49,51% (Puspendik, 2013).
Soal dibawah ini adalah Soal UN matematika tahun 2013 yang menguji
kemampuan analisis.
Daya serap nasional untuk soal di atas adalah 49,51%. Artinya secara
nasional hanya setengah peserta UN yang dapat menjawabnya. Soal ini mengajak
siswa untuk membedah soal tersebut ke dalam bagian-bagiannya, yaitu panjang Volume bola terbesar yang dapat dimasukan ke dalam sebuah kubus dengan panjang rusuk 24 cm adalah ...
Sri Wahyuni, 2014
rusuk kubus dan panjang jari-jari bola. Siswa dituntut untuk mengetahui
hubungan kedua bagian tersebut. Saat siswa dapat menemukan hubungan bahwa
panjang rusuk kubus sama dengan dua kali jari-jari bola maka siswa dapat
menemukan informasi panjang jari-jari bola.
panjang rusuk kubus = 2. panjang jari−jari bola
24cm = 2. panjang jari−jari bola
panjang jari−jari bola = 12cm.
Setelah mengetahui panjang jari-jari bola maka siswa dapat menghitung bahwa
Volume bola = 4
3 ��
3 = 4
3 � 12
3 = 2.304 � cm3
Berdasarkan paparan di atas, dapat diambil kesimpulan, bahwa rata-rata
siswa SMP di Indonesia memiliki kemampuan analisis matematik yang rendah.
Kemampuan analisis matematik siswa dapat dikembangkan melalui
pembelajaran-pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran yang melibatkan siswa
secara langsung untuk dapat secara sadar mengaplikasikan prinsip, dan konsep
saat menyelesaikan permasalahan matematika.
Strategi pemecahan masalah menurut Mulyati (dalam Purba, 2010, hlm.
4) adalah rencana-rencana berbeda seperti membuat pola, menggambar, atau
membuat lembaran chart untuk mendapatkan solusi. Pembelajaran pemecahan
masalah bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir, keinginan dalam
menganalisis masalah dan pengetahuan untuk memahami masalah (Purba, 2010,
hlm. 1). Salah satu ciri pembelajaran pemecahan masalah adalah adanya interaksi
siswa dengan siswa, serta interaksi guru dengan siswa. Pembelajaran
mengarahkan siswa agar dapat terlibat langsung karena guru hanya memberikan
arahan seperlunya.
Thiessen (1993, hlm. 1) mengkaji masalah bagaimana membimbing siswa
menggunakan pemecahan masalah. Thiessen akhirnya sampai pada kesimpulan
akhir bahwa digram vee yang diperkenalkan oleh Gowin tahun 1977 dapat dipakai
sebagai alat untuk menerapkan strategi pemecahan masalah pada siswa.
Diagram Vee pada dasarnya merupakan metode untuk membuat hubungan
Sri Wahyuni, 2014
matematika (Gowin, 1977). Diagram Vee menghubungkan antara permasalahan
prosedural dengan teori yang terkait. Siswa diajak untuk menganalisis,
menguraikan permasalahan, dan menghubungkannya dengan teori terkait melalui
diagram vee untuk kemudian menyelesaikan permasalahan tersebut.
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu mengenai
strategi pemecahan masalah berbantuan diagram vee dan kemampuan analisis di
antaranya:
1. Evilya (2012), yang mengkaji tentang penerapan pendekatan pemecahan
masalah melalui diagram vee untuk meningkatkan kemampuan pemahaman
dan berpikir kritis siswa. Hasil penelitian ini menyatakan peningkatan
kemampuan pemahaman dan berpikir kritis siswa yang mendapat
pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah melalui diagram vee
lebih baik dari peningkatan kemampuan pemahaman dan berpikir kritis siswa
yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah tanpa
melalui diagram vee. Penelitian ini membuat peneliti tertarik untuk mengkaji
apakah pembelajaran pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan
lain seperti kemampuan analisis matematik.
2. Supardi (2009), yang mengkaji tentang pembelajaran reciprocal teaching
untuk meningkatkan kemampuan analisis matematika. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa kemampuan peningkatan analisis matematik
menggunakan pembelajaran reciprocal teaching lebih baik dari peningkatan
kemampuan analisis matematika yang mendapat pembelajaran biasa.
Reciprocal teaching adalah pembelajaran yang menganut pandangan
pembelajaran bermakna sehingga peneliti tertarik untuk meneliti apakah
pembelajaran kemampuan analisis matematika dapat ditingkatkan dengan
pembelajaran bermakna lainnya seperti pembelajaran dengan strategi
pemecahan masalah berbantuan diagram vee.
Berdasarkan uraian tentang kemampuan analisis matematik, strategi
Sri Wahyuni, 2014
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah siswa SMP yang mendapat pembelajaran dengan strategi pemecahan
masalah berbantuan diagram vee mengalami peningkatan kemampuan
analisis matematik lebih baik dari siswa SMP yang mendapat pembelajaran
biasa?
2. Bagaimana perbandingan peningkatan indikator kemampuan analisis
matematik siswa SMP yang mendapat pembelajaran menggunakan strategi
pemecahan masalah berbantuan diagram vee dengan peningkatan indikator
kemampuan analisis matematik siswa SMP yang mendapat pembelajaran
biasa?
3. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran dengan strategi pemecahan
masalah berbantuan diagram vee?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengkaji perbandingan peningkatan kemampuan analisis matematik siswa
SMP yang mendapat pembelajaran menggunakan strategi pemecahan masalah
berbantuan diagram vee dengan peningkatan kemampuan analisis matematik
siswa SMP yang mendapat pembelajaran biasa.
2. Mengkaji perbandingan peningkatan kemampuan analisis matematik siswa
SMP yang mendapat pembelajaran menggunakan strategi pemecahan masalah
berbantuan diagram vee dengan peningkatan kemampuan analisis matematik
siswa SMP yang mendapat pembelajaran biasa ditinjau dari indikator
kemampuan analisis matematik.
3. Mengetahui sikap siswa terhadap strategi pemecahan masalah berbantuan
Sri Wahyuni, 2014
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk menerapkan
strategi pemecahan masalah berbantuan diagram vee di dalam kelas untuk
mengembangkan kemampuan analisis matematik siswa SMP.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan perbandingan untuk menerapkan
pembelajaran inovatif di dalam kelas.
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu dasar dan masukan bagi peneliti
lain untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.
E. DEFINISI OPERASIONAL
1. Kemampuan analisis matematik adalah kemampuan untuk mengurai suatu
permasalahan ke dalam bagiannya, kemudian mengaitkan
bagian-bagian itu sehingga terbentuk hubungan yang bermakna dan bermanfaat
untuk memecahkan masalah.
Indikator kemampuan analisis menurut Krathwohl (dalam Lewy,
dkk, 2009, hlm. 16 ), yaitu:
a. Menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau
menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk
mengenali pola atau hubungannya.
b. Mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari
sebuah skenario yang rumit.
c. Mengidentifikasi/ merumuskan pertanyaan
2. Strategi pemecahan masalah adalah rencana yang dilakukan guru untuk
membelajarkan siswa bagaimana menguasi suatu konsep. Tahap-tahap
pemecahkan masalah yang digunakan dianut dari Polya yaitu meliputi
tahapan memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah,
menyelesaikan masalah, dan melakukan pengecekan kembali terhadap
hasil yang diperoleh.
3. Diagram Vee adalah alat bantu belajar yang menghubungkan sisi teori dan
Sri Wahyuni, 2014
konseptual, prinsip, dan konsep yang berhubungan satu sama lain. Sisi
metodologis berisi klaim nilai, klaim pengetahuan, transformasi dan
catatan-catatan.
4. Pemecahan masalah berbantuan diagram vee adalah strategi pemecahan
masalah yang disajikan di kelas dengan bantuan diagram vee. Selama
pembelajaran, siswa belajar memecahkan masalah dengan melengkapi
bagian-bagian pada diagram vee. Tahap-tahap melengkapi diagram vee
bersesuaian dengan tahap-tahap pemecahan masalah tipe Polya.
5. Pembelajaran biasa adalah pembelajaran yang mengandalkan metode
ceramah dan latihan soal-soal untuk mengenalkan konsep-konsep
matematika.
Pembelajaran biasa menurut Mulyana (2009. Hlm. 4) memiliki pola pembelajaran
sebagai berikut:
1. Guru menerangkan suau konsep matematika dengan ceramah, dan siswa
diberikan kesempatan bertanya
2. Guru memberikan contoh penggunaan konsep atau langkah-langkah
menyelesaikan soal matematika
3. Siswa berlatih menyelesaikan soal-soal secara individual, bersama teman
sebangku, dan sedikit tanya jawab.
27 Sri Wahyuni, 2014
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuasi
eksperimen. Ruseffendi (2010, hlm. 35-36) menjelaskan bahwa penelitian
kuasi eksperimen adalah penelitian yang bertujuan untuk melihat sebab akibat
yang kita lakukan terhadap variabel bebas dan kita lihat hasilnya pada
variabel terikat. Subjek pada penelitian ini tidak dikelompokan secara acak
melainkan sudah terkelompokan secara alami. Pengelompokan seperti ini
terjadi seperti kelompok siswa dalam satu kelas. Keadaan kelas seperti ini
yang menyebabkan tidak bisa dilakukan eksperimen murni.
Penelitian ini dilakukan menggunakan dua subjek penelitian, subyek
pertama, yaitu kelompok eksperimen yang mendapat pembelajaran
matematika dengan strategi pemecahan masalah berbantuan diagram vee dan
subyek kedua adalah kelompok kontrol yang mendapat pembelajaran biasa.
Kedua kelompok ini diberikan pretes dan postes, dengan menggunakan
instrumen tes yang sama.
B. Desain Penelitian
Desain yang akan digunakan pada penelitian ini adalah desain
kelompok kontrol non-ekuivalen (the nonequivalen control group). Desain
tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
O X O
---
O O
Keterangan:
O : Postes dan pretes
X : Strategi pemecahan masalah berbantuan diagram vee
Sri Wahyuni, 2014
(Ruseffendi, 2010, hlm. 53).
Desain ini digunakan khusus untuk penelitian yang ingin
membandingkan hasil dari dua perlakukan. Hal ini sesuai dengan tujuan
penelitian ini yang ingin mengetahui perbandingan peningkatan kemampuan
analisis matematik antara siswa yang mendapat pembelajaran pemecahan
masalah berbantuan diagram vee dengan siswa yang mendapat pemebalajaran
biasa. Penelitian ini menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai
kelompok. Pemilihan kelas-kelas dipilih dengan memperkirakan kelas-kelas
tersebut memiliki kondisi yang sama.
C. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa di salah satu SMP Negeri 3
Lembang Kabupaten Bandung Barat. Sekolah ini adalah salah satu SMP di
Kabupaten Bandung Barat dengan kategori sedang sehingga sekolah ini
bukan salah satu unggulan, tetapi juga bukan sekolah dengan prestasi rendah.
Alasan pemilihan sekolah ini adalah peneliti ingin mengetahui bagaimana
peningkatan kemampuan analisis matematik pada siswa yang memiliki
kemampuan rata-rata di sekolah yang berprestasi sedang.
Penelitian dilakukan pada dua kelas. Selanjutnya dari dua kelas yang
terpilih, kelas VII F ditetapkan sebagai kelas eksperimen dan kelas VII E
sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen mendapat perlakuan yang berbeda
dengan kelas kontrol, dimana kelas eksperimen ini dalam pembelajarannya
menggunakan strategi pemecahan masalah berbantuan diagram vee dan kelas
kontrol menggunakan pembelajaran biasa.
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Variabel bebas, yaitu pembelajaran matematika dengan strategi
pemecahan masalah berbantuan diagram vee.
Sri Wahyuni, 2014
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen
tes dan non tes. Instrumen tes berupa tes kemampuan analisis matematik,
sedangkan instrumen non tes berupa angket dan lembar observasi.
1. Instrumen Tes Kemampuan Analisis Matematik
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes analisis
matematik. Bentuk tes yang dipilih adalah uraian. Tes tersebut digunakan
untuk mengukur kemampuan analisis matematik siswa, baik sebelum
pembelajaran maupun setelah pembelajaran. Tes ini diberikan kepada
siswa secara individual.
Pretes bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal analisis
matematik kedua kelas apakah sama atau tidak. Sedangkan, postes
diberikan untuk melihat peningkatan kemampuan analisis matematik
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tipe tes yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tipe tes uraian. Keunggulan tipe tes ini adalah
langkah-langkah pengerjaan siswa dan pola pikir dalam menjawab
permasalahan dapat diketahui.
Sebelum penelitian ini dilakukan, instrumen diujicobakan terlebih
dahulu, supaya alat evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini
berkualitas baik. Hal-hal yang perlu ditinjau dari alat evaluasi ini adalah
validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda dari instrumen
tersebut yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Analisis terhadap Validitas Butir Soal
Suatu alat evaluasi disebut valid apabila alat tersebut mampu
mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Validitas alat evaluasi
tergantung pada ketepatan alat evaluasi dalam menjalankan
fungsinya. Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu alat untuk
mengevaluasi karekteristik X valid apabila yang dievaluasi itu
karakteristik X pula. Alat evaluasi yang valid untuk suatu tujuan
tertentu belum tentu valid untuk tujuan yang lain. Dengan kata lain,
Sri Wahyuni, 2014
Kesimpulan yang didapat, suatu instrumen dikatakan valid
apabila dapat memberikan gambaran tentang data secara benar
sesuai dengan keadaan sesungguhnya dan tes tersebut dapat tepat
mengukur apa yang hendak diukur. Rumus Product Moment
Pearson yang digunakan untuk mendapatkan validitas butir soal
adalah sebagai berikut.
� = N XY− X Y
N X2− X 2 N Y2− Y 2 Keterangan:
� = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y. X = skor siswa pada tiap butir soal.
Y = skor total tiap siswa.
N = jumlah siswa.
(Suherman , 2003, hlm. 120)
Hasil perhitungan koefisien korelasi diinterpretasikan dengan
menggunakan kriterian pengklasifikasian dari Guilford (dalam
Suherman, 2003, hlm. 113), yaitu:
Tabel 3.1
Klasifikasi Koefisien Validitas
Koefisien Validitas Interpretasi
0,90 � 1,00 0,70 � < 0,90 0,40 � < 0,70 0,20 � < 0,40 0,00 � < 0,20
� < 0,00
Sangat tinggi (sangat baik) Tinggi (baik)
Sedang (cukup) Rendah (kurang) Sangat rendah, dan Tidak valid
Validitas untuk tiap butir soal diperoleh dari perhitungan
Sri Wahyuni, 2014
Tabel 3.2
Validitas tiap Butir Soal
No. Soal Koefisien Validitas Interpretasi validitas
1 0,449 Sedang
2 0,908 Sangat tinggi
3 0,850 Tinggi
4 0,790 Tinggi
b. Analisis terhadap Reliabilitas Soal
Reliabilitas suatu alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu
alat yang memberikan hasil yang tetap sama (relatif sama) jika
pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun
dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat
yang berbeda pula. Alat evaluasi yang reliabilitasnya tinggi disebut
alat evaluasi yang reliabel. Suatu alat evaluasi (tes dan non tes)
disebut reliabel apabila hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika
digunakan untuk subjek yang sama. Relatif tetap di sini
dimaksudkan tidak tepat sama, tetapi mengalami perubahan yang tak
berarti (tidak signifikan) dan bisa diabaikan. Perubahan hasil
evaluasi ini disebabkan adanya unsur pengalaman dari peserta tes
dan kondisi lainnya. Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien
reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha (Suherman,
2003, hlm.148), yaitu:
r11 = n
n−1 1− si2 st2
Keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas.
n = banyak butir soal (item)
si2= jumlah varians skor tiap item.
st2 = varians skor total.
Koefisien reliabilitas yang menyatakan derajat alat evaluasi,
dinyatakan dengan r11. Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat
Sri Wahyuni, 2014
Tabel 3.3
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Interpretasi
�11 0,20 0,20 �11 < 0,40 0,40 �11 < 0,70 0,70 �11 < 0,90 0,0 �11 < 1,00
Derajat reliabilitas sangat rendah Derajat reliabilitas rendah
Derajat reliabilitas sedang Derajat reliabilitas tinggi Derajat reliabilitas sangat tinggi
Hasil uji realibilitas menggunakan software AnatesV4
menunjukan bahwa koefisien realibilitas tes ini adalah 0,80. Hal ini
menunjukan bahwa realibilitas tes ini tergolong tinggi.
c. Analisis terhadap Indeks/Tingkat Kesukaran (IK) Soal
Suatu hasil dari alat evaluasi dikatakan baik jika
menghasilkan skor atau nilai yang membentuk distribusi normal, jika
soal tersebut terlalu sukar, maka frekuensi distribusi yang paling
banyak terletak pada skor yang rendah karena sebagian besar
mendapat nilai jelek. Sebaiknya jika soal yang diberikan terlalu
mudah, maka frekuensi distribusi yang paling banyak pada skor yang
tinggi, karena sebagian besar siswa mendapat nilai baik.
Indeks Kesukaran adalah suatu bilangan yang menyatakan
derajat kesukaran suatu butir soal (Suherman, 2003 hlm.169).
Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval (kontinum)
mulai dari 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran
mendekati 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya
soal dengan indeks kesukaran mendekati 1,00 berarti soal tersebut
semakin mudah. Rumus yang digunakan untuk menentukan indeks
kesukaran soal bentuk uraian (Suherman, 2003, hlm.170), yaitu:
IK = JBA + JBB JSA + JSB
Sri Wahyuni, 2014
IK = indeks Kesukaran.
= jumlah skor kelompok atas.
= jumlah skor kelompok bawah.
� = jumlah skor ideal kelompok atas.
� = jumlah skor ideal kelompok bawah.
Hasil perhitungan taraf kesukaran, kemudian
diinterpretasikan dengan kriteria seperti yang diungkapkan oleh
(Suherman, 2003, hlm.170) seperti tercantum dalam tabel berikut.
Tabel 3.4 Kriteria Indeks Kesukaran
Tingkat Kesukaran Interpretasi
= 0,00
Hasil analisis tingkat kesukaran tiap butir soal disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 3.5
Data Indeks Kesukaran tiap Butir Soal
No. Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi
1 0,71 Mudah
2 0,41 Sedang
3 0,27 Sukar
4 0,20 Sukar
d. Analisis terhadap Daya Pembeda Soal
Daya pembeda (DP) dari suatu soal menunjukan kemampuan
soal tersebut membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa
yang kurang pandai. Suatu instrumen yang baik harus bisa
membedakan antara siswa yang pandai, rata-rata dan yang kurang
pandai. Hal ini diharapkan agar hasil evaluasinya tidak baik semua
atau buruk semua. Rumus yang digunakan untuk menentukan daya
Sri Wahyuni, 2014
DP =JBA −JBB JSA
(Suherman, 2003, hlm. 60)
Keterangan:
DP = daya pembeda.
= jumlah skor kelompok atas.
= jumlah skor kelompok bawah.
� = jumlah skor ideal kelompok atas.
Hasil perhitungan daya pembeda, kemudian diinterpretasikan
dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda
Daya Pembeda Interpretasi
�� 0,00 0,00 <�� 0,20 0,20 <�� 0,40 0,40 <�� 0,70 0,70 <�� 1,00
Soal sangat jelek Soal jelek
Soal cukup Soal baik
Soal sangat baik
Tabel 3.7
Data Daya Pembeda tiap Butir Soal
No. Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,40 Cukup
2 0,82 Sangat Baik
3 0,47 Cukup
4 0,36 Jelek
Rekapitulasi data hasil uji instrumen yang meliputi validitas
soal, realibilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran disajikan pada
Sri Wahyuni, 2014
Tabel 3.8
Data Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen
No. Soal
Realibilitas Validitas Daya Pembeda
Instrumen non-tes digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian yang tidak bisa diperoleh dari instrumen tes. Misalnya data
sikap siswa terhadap pembelajaran, keadaan kelas saat berlangsungnya
pembelajaran, pendapat siswa terhadap pembelajaran, dan situasi kelas
lainnya. Instrumen non-tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket, lembar observasi, dan jurnal siswa
a. Angket
Angket atau instrumen non tes ini di buat untuk menentukan
skala sikap siswa terhadap pembelajaran strategi pemecahan masalah
berbantuan diagram vee untuk meningkatkan kemampuan analisis
matematik siswa SMP.
Memberikan skor untuk pengolahan data angket
menggunakan tes skala Likert. Untuk pernyataan positif SS, S, R,
TS, STS diberi skor berturut-turut 5, 4, 3, 2, 1. Untuk pernyataan
negatif SS, S, R, TS, STS diberi skor berturut-turut 1, 2, 3, 4, 5.
Setiap pernyataan dalam angket respon siswa kemudian dihitung
Sri Wahyuni, 2014
Tabel 3.9 Skor Skala Likert
Pernyataan SS S R TS STS
Positif 5 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4 5
Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
R : Ragu-ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
(Sugiyono, 2009, hlm.134-139).
b) Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan data pendukung yang dinilai
pada saat penelitian berlangsung. Lembar observasi ini dimaksudkan
untuk melihat aktivitas siswa dan aktivitas guru selama
berlangsungnya pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah
berbantuan diagram vee. Pengamatan ini dibantu seorang observer.
c) Jurnal Harian Siswa
Jurnal harian siswa adalah tulisan siswa tentang pelaksanaan
proses pembelajaran di dalam kelas. Jurnal harian ini dimaksudkan
untuk mengetahui gambaran siswa mengenai pembelajaran dengan
strategi pemecahan masalah berbantuan diagram vee. Jurnal
diberikan pada siswa di akhir setelah pembelajaran matematika
Sri Wahyuni, 2014
F. Teknik Pengolahan Data 1. Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif meliputi data hasil pretes dan postes serta data
indeks gain.
a. Analisis Data Pretes
Analisis data pretes digunakan untuk mengetahui apakah
rata-rata kemampuan awal siswa dalam analisis matematik pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol sama atau tidak. Semua pengujian
statistik pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software
SPSS Versi 16.0 dan Mixrosoft Excel 2007. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah dalam melakukan pengolahan data, Urutan
langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut:
1) Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data dari
masing-masing kelompok sampel berdistribusi normal atau tidak.
Uji Shapiro - Wilk digunakan pada uji normalitas ini. Pengujian
normalitas data skor pretes menggunakan uji dua pihak,
hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0: Data skor pretes berasal dari populasi yang berdistribusi
normal
H1 : Data skor pretes berasal dari populasi yang tidak berdistribusi
normal
Pada penelitian ini, digunakan taraf signifikansi 0,05 maka
kriteria pengujiannya adalah:
Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima
Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka H0
ditolak
Hasil uji normalitas menentukan hasil jenis uji
selanjutnya. Hasil pengujian yang menunjukan bahwa data
Sri Wahyuni, 2014
dilanjutkan dengan uji homogenitas, tetapi apabila data berasal
dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka digunakan
statistika non parametrik dengan Uji Mann-Whitney
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
dari kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians
populasi yang homogen atau tidak. Pengujian homogenitas
varians menggunakan uji F atau Levene’s test. Pengujian
homogenitas varians menggunakan uji dua pihak, hipotesisnya
adalah sebagai berikut:
H0: σ�2 = σ�2 (Varians kelas eksperimen dan varians kelas
kontrol homogen)
H1: σ�2 ≠σ�2(Varians kelas eksperimen dan varians kelas kontrol
tidak homogen)
dengan,
σ�2 : variansi kelas kontrol
σ�2 : variansi kelas eksperimen
Taraf signifikansi 0,05 digunakan dalam penelitian ini
maka kriteria pengujiannya adalah:
Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima
Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka H0
ditolak
Apabila hasil pengujian menunjukan bahwa varians kelas
eksperimen dan kontrol sama maka pengujian dilanjutkan dengan
uji kesamaan dua rata-rata dengan uji t. Apabila varians kelas
Sri Wahyuni, 2014
3) Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Uji kesamaa dua rata-rata digunakan untuk mengetahui
sama atau tidaknya kemampuan analisis matematik siswa
sebelum pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah
berbantuan diagram vee dilakukan. Pengujian kesamaan dua
rata-rata menggunakan uji dua pihak. Hipotesisnya adalah sebagai
berikut:
H0: μk = μe (rata-rata skor pretes kelas kontrol dan eksperimen
sama/ tidak berbeda secara signifikan)
H1: μk ≠ μe (rata-rata skor pretes kelas kontrol dan kelas
eksperimen tidak sama/ berbeda secara signifikan)
dengan,
μk : rata-rata skor pretes pada kelas kontrol μe : rata-rata skor pretes pada kelas eksperimen
Pada penelitian ini, digunakan taraf signifikansi 0,05 maka
kriteria pengujiannya adalah:
Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima
Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka H0
ditolak
b. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Analisis Matematik 1) Analisis Data Postes
Analisis data postes dilakukan kepada kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan
analisis matematik kelas eksperimen ataupun kelas kontrol.
Tahapan analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut.
a) Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data dari
masing-masing kelompok sampel berdistribusi normal atau
Sri Wahyuni, 2014
Pengujian normalitas data skor postes menggunakan uji satu
pihak, hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0: Data berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Taraf signifikansi 0,05 digunakan pada penelitian ini
maka kriteria pengujiannya adalah:
Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima.
Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka H0
ditolak.
Hasil uji normalitas menentukan hasil jenis uji
selanjutnya. Hasil pengujian yang menunjukan bahwa data
berasal dari populasi yang berdistribusi normal maka
pengujian dilanjutkan dengan uji homogenitas, tetapi apabila
data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka
digunakan statistika non parametrik dengan Uji
Mann-Whitney.
b)Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah
data postes dari kelas eksperimen dan kelas kontrol
mempunyai varians populasi yang homogen atau tidak.
Pengujian homogenitas varians menggunakan uji F atau
Levene’s tes Pengujian homogenitas varians menggunakan
uji dua pihak, hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0: σ�2 = σ�2 (Varians kelas eksperimen dan varians kelas
kontrol homogen)
H1: σ�2 ≠ σ�2(Varians kelas eksperimen dan varians kelas
kontrol tidak homogen)
dengan,
Sri Wahyuni, 2014
σ�2 : variansi kelas eksperimen
Taraf signifikansi 0,05 digunakan pada peneliian ini
maka kriteria pengujiannya adalah:
Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima
Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak
Apabila hasil pengujian menunjukan bahwa varians
kelas eksperimen dan kontrol sama maka pengujian
dilanjutkan dengan uji perbedaan dua rata-rata dengan uji t.
Apabila varians kelas eksperimen dan kontrol tidak sama maka
digunakan uji t’
c) Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk
mengetahui kemampuan analisis matematik siswa di akhir
pembelajaran. Pengujian perbedaan dua rata-rata menggunakan
uji dua pihak, hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0: μe = μk (rata-rata skor postes kelas eksperimen dan kelas
kontrol tidak berbeda secara signifikan)
H1: μe > μk (rata-rata skor postes kelas eksperimen dan kelas
kontrol berbeda secara signifikan)
dengan,
μk : rata-rata skor postes pada kelas kontrol
μe : rata-rata skor postes pada kelas eksperimen
Taraf signifikansi 0,05 digunakan pada penelitian ini
maka kriteria pengujiannya adalah:
H0 diterima apabila
1
2 nilai Sig. 0,05
H0 ditolak apabila
1
2 nilai Sig. < 0,05
2) Analisis Data Indeks Gain
Indeks gain digunakan untuk melihat kualitas peningkatan
Sri Wahyuni, 2014
eksperimen. Indeks gain adalah gain ternormalisasi yang dihitung
dengan menggunakan rumus Hake (dalam Meltzer, 2002)
� = skor postes−skor pretes 100−skor pretes
Hasil perhitungan indeks gain kemudian diinterpretasikan dengan
menggunakan kriteria Hake. Kriteria indeks gain adalah sebagai
berikut:
Tinggi � > 0,70
Sedang 0,30 < �≤ 0,70
Rendah �≤ 0,30
a) Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data hasil
indeks gain berdistribusi normal atau tidak. Uji Shapiro - Wilk
digunakan pada uji normalitas ini. Pengujian normalitas data
indeks gain menggunakan uji dua pihak, hipotesisnya adalah
sebagai berikut:
H0: Data berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Taraf signifikansi 0,05 digunakan pada penelitian ini
maka kriteria pengujiannya adalah:
Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima
Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka H0
ditolak
Hasil uji normalitas menentukan hasil jenis uji
selanjutnya. Hasil pengujian yang menunjukan bahwa data
berasal dari populasi yang berdistribusi normal maka
Sri Wahyuni, 2014
data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka
digunakan statistika non parametrik dengan Uji
Mann-Whitney.
b) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah
data indeks gain dari kelas eksperimen dan kelas kontrol
mempunyai varians populasi yang homogen atau tidak.
Pengujian homogenitas varians menggunakan uji F atau
Levene’s tes Pengujian homogenitas varians menggunakan uji dua pihak, hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0: σ�2 = σ�2 (Varians kelas eksperimen dan varians kelas
kontrol homogen)
H1: σ�2 ≠ σ�2(Varians kelas eksperimen dan varians kelas
kontrol tidak homogen)
dengan,
σ�2 : variansi kelas kontrol
σ�2 : variansi kelas eksperimen
Taraf signifikansi 0,05 digunakan pada penelitian ini
maka kriteria pengujiannya adalah:
Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima
Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka H0
ditolak
Apabila hasil pengujian menunjukan bahwa varians
indeks gain kelas eksperimen dan kontrol sama maka
pengujian dilanjutkan dengan uji perbedaan dua rata-rata
dengan uji t. Apabila varians indeks gain kelas eksperimen dan
kontrol tidak sama maka digunakan uji t’
Sri Wahyuni, 2014
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk
mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan analisis
matematik kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian
perbedaan dua rata-rata menggunakan uji satu pihak,
hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0: μe = μk (rata-rata indeks gain kelas eksperimen lebih
rendah dari kelas kontrol)
H1: μe > μk (rata-rata indeks gain kelas eksperimen lebih baik
dari kelas kontrol)
dengan,
μk : rata-rata indeks gain pada kelas kontrol
μe : rata-rata indeks gain pada kelas eksperimen
Taraf signifikansi 0,05 digunakan pada penelitian ini
maka kriteria pengujiannya adalah:
H0 diterima apabila
2. Analisis Data Kualitatif a. Analisis Angket
Angket diberikan setelah seluruh pembelajaran dilakukan
(pertemuan terakhir). Data yang diperoleh, kemudian dipersentasekan
sebelum dilakukan penafsiran dengan menggunakan rumus :
%
P = persentase jawaban f = frekuensi jawaban n = banyak responden
Setelah itu dilakukan penafsiran dengan menggunakan kategori
Sri Wahyuni, 2014
Tabel 3.10
Interpretasi Persentase Angket Besar Persentase Tafsiran
%
Menafsirkan data yang diperoleh dilakukan dengan membuat
rata-rata seluruh skor sikap siswa atau menurut setiap indikatornya.
Suherman (2003, hlm. 191) menyatakan bahwa jika skor rata-rata
siswa lebih dari 3 maka siswa menyikapinya dengan positif. Di sisi
lain, jika skor rata-rata siswa kurang dari 3 maka siswa menyikapinya
dengan negatif.
b. Analisis Jurnal Harian Siswa
Data yang diperoleh dari jurnal dianalisis dengan
mengelompokkan respon siswa ke dalam kelompok respon positif dan
negatif, kemudian dihitung persentasenya.
c. Analisis Lembar Observasi
Lembar observasi dianalisis untuk melihat kesesuaian antara
tahapan-tahapan pelaksanaan pembelajaran dengan strategi
pemecahan masalah berbantuan diagram vee di kelas eksperimen.
Data hasil observasi diinterpretasikan dalam bentuk kalimat dan
dirangkum untuk membantu menggambarkan suasana pembelajaran.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi ke dalam tiga
tahapan kegiatan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Sri Wahyuni, 2014
a. Mengindetifikasi masalah yang akan diteliti dan mengkaji berbagai
literatur yang mendukung penelitian serta merumuskannya dalam
bentuk proposal;
b. Menetapkan materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian;
c. Membuat instrumen pembelajaran seperti RPP, bahan ajar, alat dan
bahan yang akan digunakan, serta instrumen penelitian;
d. Melakukan uji coba instrumen;
e. Analisis kualitas/kriteria instrumen;
f. Merevisi uji coba instrumen penelitian (jika perlu);
g. Melakukan pemilihan populasi dan sampel penelitiannya.
2. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap ini, sebagai berikut.
a. Memberikan tes awal pada kelas kontrol dan kelas eksperimen;
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kelas kontrol mendapat
pembelajaran biasa dan kelas eksperimen dilakukan pembelajaran
dengan strategi pemecahan masalah berbantuan diagram vee.
c. Mengisi lembar observasi disetiap pertemuan oleh observer;
d. Memberikan tes akhir pada kelas kontrol dan eksperimen untuk
mengukur kemampuan analisis matematik;
e. Memberikan angket tentang pembelajaran yang dilakukan pada kelas
eksperimen maupun kontrol;
3. Tahap Analisis data
a. Mengumpulkan data hasil tes tertulis, angket, jurnal siswa dan lembar
observasi;
b. Mengolah dan menganalisis data secara statistik;
Sri Wahyuni, 2014
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Keliling dan luas daerah daerah segiempat
Sub Materi Pokok : Luas daerah daerah jajar genjang dan belah
ketupat
Kelas/Semester : VII/2
Standar Kompetensi : Memahami konsep segiempat dan segitiga dan menggunakannya
dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar : Menghitung keliling dan luas daerah daerah bangun segitiga dan
segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah
Alokasi Waktu : 2 X 40 menit
Indikator :
1 Kognitif
a. Proses
1) Menemukan rumus luas daerah daerah jajargenjang
2) Menemukan rumus luas daerah daerah belah ketupat
3) Menerapkan rumus luas daerah daerah jajargenjang untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan konteks kehidupan sehari-hari
4) Menerapkan rumus luas daerah daerah belah ketupat untuk memecahkan
masalah yang berkaitan dengan konteks kehidupan sehari-hari
b. Produk
Mengetahui penyebab dari informasi untuk memecahkan masalah yang
berkaitan dengan luas daerah daerah jajar genjang dan belah ketupat
Sri Wahyuni, 2014
2) Siswa menampilkan karakter menghargai;
3) Siswa menampilkan karakter tanggung jawab;
4) Siswa menampilkan karakter peduli;
5) Siswa menampilkan karakter disiplin;
6) Siswa menampilkan karakter rasa ingin tahu;
7) Siswa menampilkan karakter percaya diri;
8) Siswa menampilkan karakter fokus;
9) Siswa menampilkan karakter berpikir logis;
10) Siswa menampilkan karakter tekun.
b.Keterampilan Sosial:
1) Siswa aktif mengajukan pertanyaan;
2) Siswa aktif mengajukan ide atau pendapat;
3) Siswa aktif mendengarkan penjelasan;
4) Siswa aktif mengerjakan tugas kelompok.
A. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui pemecahan masalah siswa dapat menemukan rumus luas daerah daerah
jajar genjang
2. Melalui pemecahan masalah siswa dapat menemukan rumus luas daerah daerah
belah ketupat
3. Siswa dapat menerapkan rumus luas daerah daerah jajar genjang untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan konteks kehidupan sehari-hari
4. Siswa dapat menerapkan rumus luas daerah daerah belah ketupat untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan konteks kehidupan sehari-hari
B. Materi Ajar
1. Luas daerah daerah jajar genjang
Sri Wahyuni, 2014
D. Langkah-langkah Pembelajaran
Tahap
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Waktu
Tahap awal
a. Guru memeriksa kehadiran siswa
b. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa sebagai
bentuk motivasi dan apersepsi bagi siswa.
“Saat ada pemilik pabrik permen bertanya kepadamu „Manakah yang lebih hemat menggunakan pembumkus
permen berbentuk jajar genjang atau berbentuk belah
ketupat?‟ Dapatkah kamu menjawab pertanyaan tersebut?”
c. Guru menginformasikan kepada siswa tujuan
pembelajaran hari ini.
d. Siswa menjawab pertanyaan dari guru untuk menggali
pengetahuan prasyarat
“Gambarkan bangun jajar genjang tunjukan alas dan tingginya!
Gambarkan bangun belah ketupat kemudian gambarkan
diagonal-diagonalnya”
“Berapa hasil 2x + 3x?”
“Masih ingatkah kamu apa rumus luas daerah daerah
segitiga?”
10 menit
Kegiatan Inti
Tahap 1: Memahami masalah
a. Guru memberikan penjelasan awal mengenai
langkah-langkah kegiatan yang ada di LKK
b. Guru meminta siswa untuk memahami permasalahan
yang terdapat pada LKK, yaitu mengenai luas daerah
daerah jajar genjang dan belah ketupat. Kemudian, siswa
Sri Wahyuni, 2014
mengumpulkan informasi yang terkait dengan persegi
dan persegi panjang.
c. Siswa menuliskan permasalahan pada bagian “pertanyaan
fokus” diagram vee
Tahap 2: Merencanakan penyelesaian masalah
a. Siswa mencari berbagai alternatif penyelesaian masalah,
kemudian memilih satu alternatif strategi penyelesaian
masalah yang paling tepat untuk menghitung luas daerah
daerah jajar genjang dan belah ketupat.
b. Siswa menuliskan perencanaan penyelesaian
permasalahan ini pada bagian “Konsep/Teoritis” dan
“Catatan” diagram vee
Tahap 3: Melaksanakan rencana penyelesaian masalah
a. Siswa melaksanakan rencana penyelesaian masalah dan
menuliskan langkah-langkah perhitungannya.
b. Siswa menuliskan langkah-langkah penyelesaian pada
bagian ” transformasi” diagram vee!
Tahap 4: Pemeriksaan kembali
a. Siswa diminta untuk melihat kembali kecocokan antara
masalah awal dengan hasil yang diperoleh. Setelah itu,
Sri Wahyuni, 2014
jajar genjang dan elah ketupat berdasarkan kegiatan yang
telah dilakukan.
b. Siswa menuliskan jawaban akhir pada bagian “Klaim
Pengetahuan” diagram vee
d. Guru meminta beberapa kelompok menjelaskan hasil
diskusi mereka sedangkan kelompok lain menanggapi.
e. Guru membahas hasil diskusi tersebut untuk memperkuat
konsep siswa mengenai luas daerah daerah persegi
panjang dan persegi.
f. Guru meminta siswa secara berkelompok untuk
mengerjakan latihan nomor 1 yang terdapat di LKK.
g. Guru meminta salah satu kelompok untuk
mempresentasikan jawaban mereka.
h. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain
yang memiliki jawaban berbeda untuk menanggapi.
i. Guru membimbing siswa untuk mengecek
jawaban-jawaban mereka.
j. Guru meminta siswa mengumpulkan hasil diskusi
mereka.
Kegiatan
Penutup
a. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai
konsep yang belum dipahami atau mengajukan beberapa
pertanyaan pada siswa tentang materi yang telah
dipelajari
b. Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang
baru saja dipelajari.
Sri Wahyuni, 2014
d. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa
kemudian memberitahu siswa tentang materi apa yang
akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
e. Guru memotivasi siswa agar terus belajar
f. Guru dan siswa menutup pembelajaran dengan perayaan
kecil, seperti bersorak, tepuk tangan bersama
E. Alat, Bahan, Sumber Belajar
Buku Matematika: BSE SMP Kelas VII , lLembar Kerja Kelompok (LKK)
F. Penilaian
Teknik : tes tertulis
Bentuk soal : soal uraian
Contoh soal :
No Indikator Pencapaian Soal Skor
Mengetahui penyebab
dari informasi untuk
memecahkan masalah
yang berkaitan dengan
luas daerah daerah jajar
genjang dan belah
ketupat
Diketahui luas daerah daerah jajar genjang
sama dengan luas daerah daerah belah
ketupat. Panjang alas dan tinggi jajar
genjang berturut-turut adalah 12cm dan
8cm. Jika panjang salah satu diagonal belah
ketupat adalah 2 kali tinggi jajar genjang.
Maka, panjang diagonal dua belah ketupat
adalah...
Sri Wahyuni, 2014
STRUKTUR KONSEPTUAL: KLAIM PENGETAHUAN:
PRINSIP:
(Tuliskan luas daerah daerah
jajargenjang dan belah
ketupat daerah daerah belah ketupat.
Luas daerah daerah jajar genjang = � .� =
12 .8 = 96cm2
Luas daerah daerah belah ketupat = luas daerah daerah jajar genjang
Luas daerah daerah belah ketupat = 96cm2
Sri Wahyuni, 2014
OBJEK/ KEJADIAN
Menemukan panjang diagonal2
81 Sri Wahyuni, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Afamasaga-Futa’i, K. (2004). Concept Maps & Vee Diagrams as Tools for Learning New Mathematics Topics. Paper in Conference on Concept
Mapping A. J. Canas, J. D. Novak, F. M. Gonzalez, Eds. Pamplona, Spain 2004.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Tinggi dan Menengah. Jakarta: BSNP.
Evilya. (2012). Pendekatan Pemecahan Masalah Melalui Diagram Vee dalam
Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika SPs UPI: Tidak
Diterbitkan.
Gunawan, I, & Palupi, A,R. (20). Taksonomi Bloom – Revisi Ranah Kognitif: Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Penilaian.
Hake, R. (1999). Analizing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf yang direkam pada 1999. Diakses 13 Februari 2014.
International Association for the Evaluation of Education Achievement. (2011). Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS).
Karso. (2013). Filsafat Matematika dan Filsafat Pendidikan Matematika. Bandung: Bahan Kuliah Sejarah Matematika.
Krathwohl. (2002). A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview. [Online].
Tersedia di:
http://www.unco.edu/cetl/sir/stating/_outcome/documents/Krathwohl.pdf. Diakses 15 Maret 2014.
Lewi, dkk. (2009). Pengembangan Soal untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pokok Bahasan Barisan dan Deret Bilangan di Kelas IX Akselerasi SMP Xaverius Maria Palembang. Jurnal Pendidikan
Matematika, Vol. 3(2), 15 halaman.
Lidinillah, D, dkk. (2008). Penggunaan Instrumen Monitoring Diri Metakognisi untuk Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Menerapkan Strategi Pemecahan Masalah Matematika. [Online]. Tersedia di
Sri Wahyuni, 2014
b3YS_ZWqHZChkvb1g&bvm=bv.69411363,d.c2E. Diakses 22 Maret 2014.
Masduki, dkk. (2013). “Level Kognitif Soal-Soal Buku Pelajaran Matematika
SMP”. Makalah dalam Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan
Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.
Meltzer, D. (2002). The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Phisics: A Possible “Hidden Variable” in
Diagnostic Pretest Score. [Online]. Tersedia: http://physicseducation.net/docs/Addendum_on_normalized_gain.pdf. Diakses 13 Februari 2014.
Mulyana, E. (2009). Pengaruh Model Pembelajaran Knisley terhadap
Peningkatan Pemahaman dan Disposisi Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas Program Ilmu Pengetahuan Alam. Disertasi Program Studi
Pendidikan Matematika SPs UPI: Tidak Diterbitkan.
Novak, J.D, & Gowin D.B. (1984). Learning How to Learn. Cambridge: Cambridge University Press.
(OECD). (2012). Program for International Student Assessment (PISA).
Purba, J. (2010). Pemecahan Masalah dan Penggunaan Strategi Pemecahan
Masalah. [Online]. Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKTRO/194
710251980021-JANULIS_P_PURBA_/Makalah_Seminar/Artikel_P_J.Purba.pdf. Diakses 20 Maret 2014.
Rosnawati, R. (2013). “Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP Indonesia”. Makalah dalam Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan
Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.
Ruseffendi. (1991). Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khususnya
dalam Pengajaran Matematika untuk Guru dan Calon Guru. Bandung:
Tarsito.
Ruseffendi. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta
Lainnya. Bandung: PT Tarsito Bandung.
Pusat Bahasa. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. [Online]. Tersedia di: kbbi.web.id. Diakses 22 Juni 2014.
Pusat Penilaian Pendidikan. (2013). Laporan Hasil Ujian Nasional Tahun Ajaran
2012-2013. Jakarta: Puspendik.
Sri Wahyuni, 2014
Sari, R. (2013). Pengaruh Pendekatan Creative Problem solving (CPS), Problem
Solving (PS), dan Direct Instruction (DI), terhadap Peningkatan kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP. Tesis Program Studi
Pendidikan Matematika SPs UPI: Tidak Diterbitkan.
Sudjana. (2005). Metode Statistika. Tarsito: Bandung.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suherman, E. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI.
Suherman , E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA UPI.
Supardi. (2009). Meningkatkan kemampuan Analisis Matematika Siswa Melalui
Reciprocal Teaching. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika SPs UPI:
Tidak Diterbitkan.
Suryadi, D. (2005). Pembelajaran Matematika Eksploratif di Sekolah Dasar.
[Online]. Tersedia di:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/19580 2011984031-DIDI_SURYADI/DIDI-15.pdf. Diakses 22 Mei 2013.
Suryadi, D. (2011). Pendidikan Matematika. [Online]. Tersedia di: http://didi-suryadi.staf.upi.edu/files/2011/06/PENDIDIKAN-MATEMATIKA.pdf . Diakses 29 Desember 2013.
Taplin, M. (2001). Mathematics Through Problem Solving. Journal of
Mathematics Teacher Education, Vol. 4, hlm. 285-304.
Thiessen, R. (1993). The Vee Diagram: A Guide for Problem Solving. [Online]. Tersedia di: http://aimsedu.org/puzzle/arrec/vee. Diakses 7 Februari 2014.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan
Nasional. [Online]. Tersedia di: