• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SEGUGUS I KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SEGUGUS I KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN 2015/2016."

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SEGUGUS I KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO

TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Nisa Marhaeni NIM 11108241028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SEGUGUS I KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

AJARAN 2015/2016” yang disusun oleh Nisa Marhaeni, NIM 11108241028 telah

disetujui pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, Januari 2016

Pembimbing I

P. Sardjiman, M. Pd.

NIP 19541212 198103 1 009

Pembimbing II

(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, Januari 2016 Yang menyatakan,

(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN

PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SEGUGUS I KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN 2015/2016” yang disusun oleh Nisa Marhaeni, NIM 11108241028 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 1 Februari 2016 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

P. Sardjiman, M.Pd. Ketua Penguji ...…………... ...

Septia Sugiarsih, M.Pd. Sekretaris Penguji ...…………... ...

Dr. Farida Agus S., M.Si. Penguji Utama ...…………... ...

Aprilia Tina L.,M.Pd. Penguji Pendamping ...…………... ...

Yogyakarta, ... Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

Dr. Haryanto, M. Pd.

(5)

MOTTO

Kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi,

dan pengaruh manusiawi.

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahakan untuk:

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Agoes Djatmiko dan Ibu Sri Sutarti terima

kasih untuk seluruh doa, cinta, kasih sayang, semangat, serta senantiasa

mengiringi perjalanan putrinya selama ini.

2. Almamater, Universitas Negeri Yogyakarta.

(7)

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SEGUGUS I

KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar matematika siswa kelas V Sekolah Dasar Segugus I Kecamatan Wates tahun ajaran 2015/2016.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian expost facto. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar Segugus I Kecamatan Wates yang berjumlah 214 siswa. Dengan menggunakan rumus Slovin, didapat jumlah sampel sebanyak 139 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket kecerdasan emosi dan dokumentasi. Sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data, dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Dokumentasi diperoleh melalui nilai rapor semester I tahun ajaran 2015/2016. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka indeks korelasi sebesar 0,269 dan nilai signifikasi0,001 dengan sumbangan 7,3%. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar matematika siswa kelas V Sekolah Dasar Segugus I Kecamatan Wates tahun ajaran 2015/2016.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian berjudul “Hubungan Kecerdasan Emosi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar Segugus I Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015/216” ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari doa, bantuan, perhatian, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk menyelesaikan studi di Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak P. Sardjiman, M.Pd., dosen pembimbing I yang telah memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan selama penyelesaian skripsi.

5. Ibu Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd., dosen pembimbing II yang telah memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan selama penyelesaian skripsi. 6. Bapak Agung Hastomo, M.Pd., dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan dorongan dan bimbingan dalam kegiatan perkuliahan.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan bekal ilmu.

8. Kepala Sekolah SD Negeri segugus I Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo yang telah memberikan izin untuk penelitian skripsi.

(9)

10. Siswa kelas V SD Negeri segugus I Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016 yang telah membantu dan berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian.

11. Teman-teman kelas G prodi PGSD UNY 2011 yang telah memberikan dorongan, semangat, kebahagiaan, dan pengalaman terindah yang tidak terlupakan selama 4 tahun menempuh kuliah bersama.

12. Teman-teman PGSD UNY 2011 Kampus Wates yang telah bersedia berbagi

ilmu dan kebahagiaan selama masa kuliah.

13. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kelengkapan skripsi ini.

Yogyakarta, Januari 2016 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi ...19

(11)
(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian...48

B. Deskripsi Responden Penelitian ...48

C. Hasil Analisis Deskriptif 1. Variabel Kecerdasan Emosi ...50

2. Variabel Prestasi Belajar Matematika ...53

D. Uji Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas ...57

2. Uji Linearitas ...58

E. Uji Hipotesis ...59

F. Pembahasan Hasil Penelitian ...61

G. Keterbatasan Penelitian ...63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...64

B. Saran ...65

DAFTAR PUSTAKA ...67

(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Populasi Siswa Kelas V SD Segugus I Kecamatan Wates ... 35

Tabel 2. Perhitungan Pengambilan Sampel ... 37

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosi ... 40

Tabel 4. Penskoran Skala Kecerdasan Emosi ... 41

Tabel 5. Kriteria Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 44

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosi ... 51

Tabel 7. Rumus Klasifikasi Kecerdasan Emosi ... 52

Tabel 8. Klasifikasi Kecerdasan Emosi ... 52

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Variabel Prestasi Belajar Matematika ... 54

Tabel 10. Rumus Klasifikasi Prestasi Belajar Matematika ... 56

Tabel 11. Klasifikasi Prestasi Belajar Matematika ... 56

Tabel 12. Hasil Uji Normalitas ... 57

Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Linearitas ... 58

(14)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 29

Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosi ... 51

Gambar 3. Grafik Klasifikasi Kecerdasan Emosi ... 53

Gambar 4. Grafik Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Matematika ... 55

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Skala Uji Validitas dan Reliabilitas ...72

Lampiran 2. Sampel Skala Uji Validitas dan Reliabilitas ...76

Lampiran 3. Data Uji Validitas dan Reliabilitas ...80

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ...83

Lampiran 5. Skala Pengambilan Data ...86

Lampiran 6. Sampel Skala Hasil Pengambilan Data ...89

Lampiran 7. Data Mentah Pengambilan Data ...92

Lampiran 8. Dokumentasi Data Prestasi Belajar Matematika ...98

Lampiran 9.Hasil Olah Data ...101

Lampiran 10. Surat Izin Penelitian...109

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pembangunan Nasional khususnya dalam di bidang pendidikan

bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas

manusia Indonesia dalam upaya untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan

makmur, serta memungkinkan kepada para warganya untuk bisa

mengembangkan dirinya dari berbagai aspek, baik jasmaniah maupun

rohaniah. Dalam rumusan Pasal 1 Ayat 1 Undang-undang Republik Indonesia

Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Sekolah memiliki guru yang bertugas untuk mengajar dan mendidik

siswanya supaya menjadi pribadi yang memiliki bekal untuk menjawab

tantangan hidup dan masa depan yang lebih baik. Sekolah Dasar memberikan

bekal ilmu pengetahuan dan mengembangkan potensi pada diri peserta didik.

Pendidikan di sekolah dasar pada dasarnya dilaksanakan untuk memberikan

ilmu pengetahuan dasar kepada peserta didik melalui berbagai mata pelajaran

yang disajikan. Pengetahuan dasar tersebut dijadikan sebagai bekal peserta

(17)

sekolah dasar ditentukan oleh komponen pendidikan yang saling bekerja sama

satu sama lain. Hal ini seperti dikemukakan oleh Dwi Siswoyo (2008: 44) yang

menyatakan bahwa terdapat 3 (tiga) komponen sentral dalam upaya pendidikan

di sekolah dasar, yaitu: peserta didik, pendidik dan tujuan pendidikan.

Peserta didik dikatakan berhasil dalam belajar jika memiliki prestasi

belajar yang baik dan sesuai dengan target yang diharapkan. Prestasi belajar

yang diperoleh peserta didik menunjukkan tingkat kompetensi yang dikuasi

selama proses belajar. Pencapaian prestasi belajar peserta didik tidak hanya

didukung oleh kompetensi peserta didik saja, melainkan oleh guru. Setiap guru

dan peserta didik menginginkan tercapainya sebuah prestasi belajar yang

tinggi, karena prestasi belajar yang tinggi merupakan salah satu indikator

keberhasilan proses belajar. Namun kenyataannya tidak semua siswa

mendapatkan prestasi belajar yang tinggi dan terdapat siswa yang mendapatkan

prestasi belajar yang rendah. Tinggi dan rendahnya prestasi belajar yang

diperoleh siswa dipengaruhi banyak faktor.

Prestasi belajar menggambarkan kemampuan seorang dalam pencapaian

berfikir yang tinggi. Prestasi belajar memiliki tiga aspek, yaitu kognitif, afektif

dan psikomotorik. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya

pada seorang anak dalam pendidikan baik yang dikerjakan atau bidang

keilmuan. Prestasi belajar dari siswa adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa

yang didapat dari proses pembelajaran.

Dalam suatu proses pendidikan, seorang siswa dikatakan berhasil

(18)

belajar yang baik. Prestasi belajar yang baik merupakan hal yang paling

didambakan oleh setiap siswa yang sedang belajar, prestasi belajar dapat

dijadikan indikator keberhasilan seseorang dalam kegiatan belajar (Sardiman,

2003 : 49). Selama ini banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih

prestasi belajar yang tinggi diperlukan kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi.

Namun, IQ bukanlah satu–satunya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang, tetapi ada banyak faktor lain yang mempengaruhi di antaranya

adalah faktor lingkungan, faktor biologis, dan faktor psikologis yang terdiri

dari bakat, minat, dan kecerdasan emosi. Selain itu, Goleman (2002: 42)

menyatakan bahwa IQ hanya mempunyai peran sekitar 20% dalam

menentukan prestasi individu, 80% sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain

termasuk kecerdasan emosi. Dalam proses pembelajaran, kecerdasan emosi

diperlukan oleh siswa untuk memahami pelajaran yang disampaikan oleh

guru, karena intelektualitas saja tidak dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya

tanpa adanya penghayatan emosi pada setiap mata pelajaran. Goleman (2002:

45) menyatakan bahwa kecerdasan emosi menentukan seberapa baik siswa

mampu menggunakan kecerdasan-kecerdasan lain yang dimilikinya, termasuk

IQ. Hasil penelitian-penelitian psikologi kontemporer menunjukkan bahwa

selain ditentukan oleh IQ, ternyata belajar dan prestasi juga ditentukan oleh

emotional intelligence atau kecerdasan emosi (Mustaqim, 2012: 152). Hal

tersebut diperkuat dengan pendapat Agus Efendi (2005: 183) yang juga

menyatakan bahwa kecerdasan emosi diperlukan oleh siswa untuk

(19)

Pencapaian prestasi belajar tergantung pada kecerdasan emosi yang

dimiliki peserta didik. Kecerdasan emosi dapat diasumsikan mempunyai peran

yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang khususnya

pada waktu mereka masih dalam proses pendidikan formal yang ditujukan

dengan keberhasilan meraih prestasi belajar, dengan mendasarkan pada asumsi

tersebut dapat diduga bahwa kecerdasan emosi mempunyai hubungan dan

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Namun apabila dalam proses

pembelajarannya konsentrasinya terganggu karena faktor lingkungan hal ini

menjadikan siswa tidak memiliki motivasi untuk belajar.

Kecerdasan emosi menurut Ary Ginanjar Agustian (2008: 9) adalah

kemampuan untuk merasa. Hal ini dapat ditegaskan bahwa peserta didik

memiliki kemampuan untuk merasa dan menentukan strategi apa yang akan

dilakukan untuk mengatasi emosi yang ada dalam dirinya. Kecerdasan emosi

setiap peserta didik memiliki tingkatan yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat

dilihat dari respon peserta didik dalam menyikapi setiap masalah belajar yang

dihadapi yang pada akhirnya berpengaruh terhadap prestasi belajar yang akan

dicapai. Hal ini sejalan dengan pernyataan Goleman (2002:14) bahwa

kecerdasan emosi yang baik dapat menentukan keberhasilan individu dalam

prestasi belajar.

Berdasarkan gambaran permasalahan tentang kecerdasan emosi, maka

diperlukan upaya keluarga dan sekolah untuk meningkatkan kecerdasan emosi

setiap peserta didik. Kecerdasan emosi siswa harus dikembangkan oleh semua

(20)

sehingga dari sinilah kepribadian siswa dapat terbentuk menjadi lebih baik dan

terus dibina secara intensif sehingga siswa dapat memiliki sikap dan sifat yang

baik. Peran dari lingkungan yang berada di sekitar mereka juga sangat berperan

mendukung, sehingga perkembangan kecerdasan intelektual maupun emosi dan

pembentuan sifat (kepribadian) dapat tumbuh secara optimal.

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru pada bulan agustus

2015 di kelas V SD Negeri Punukan, Gadingan, dan Beji, diindikasikan bahwa

siswa masih kurang dapat mengontrol serta mengelola emosinya. Hal tersebut

tercemin dalam sikap siswa selama mengikuti proses belajar mengajar di kelas.

Ketika guru sedang menjelaskan materi matematika, sebagian siswa tidak

memperhatikan penjelasan guru bahkan ada siswa yang bercanda dengan

temannya sampai tertawa terbahak-bahak. Jika siswa dipandu dan ditegur oleh

guru siswa tersebut mau mendengarkan namun jika lepas pengawasan guru,

siswa tersebut langsung mencari kegaduhan. Banyak siswa ribut tidak hanya

saat guru memberikan penjelasan, terlebih saat guru memberikan tugas, mereka

cenderung kurang konsentrasi dan sering berpindah-pindah tempat duduk.

Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa masih kurang

bersungguh-sungguh dalam mengerjakan soal yang diberikan jika tidak dibimbing oleh

guru. Sebagian siswa cenderung mengerjakan soal dengan asal-asalan jika

malas bertanya dengan guru atau teman. Siswa juga tidak berusaha untuk

memecahkan soal melalui buku pelajaran yang sudah ada. Hal ini jelas

mengindikasikan bahwa siswa masih kurang bisa memotivasi diri sendiri untuk

(21)

Hasil wawancara dengan guru diperoleh informasi bahwa beberapa

siswa cenderung malas belajar dan mengerjakan soal matematika. Padahal

sebenarnya siswa tersebut tergolong siswa yang mempunyai daya tangkap yang

bagus. Jika guru membimbing mengerjakan soal, siswa tersebut mampu

mengikuti dengan baik. Namun, karena siswa tersebut malas maka dia enggan

untuk mengerjakan sendiri. Serta, guru sering melihat bahwa banyak siswa

yang mudah putus asa ketika tidak bisa mengerjakan soal. Mereka cenderung

kurang bersemangat. Selain itu, dari hasil wawancara dengan guru juga

diperoleh informasi bahwa sumber belajar yang dipakai guru kurang

bervariasi. Hal ini terjadi karena guru jarang memanfaatkan sumber belajar

yang lain, dan lebih banyak menggunakan buku paket dan LKS saja.

Banyaknya materi yang harus di ajarkan dan keterbatasan waktu membuat guru

jarang memanfaatkan sumber belajar yang lain.

Berdasarkan dokumentasi nilai raport semester tahun ajaran 2015/2016

yang diperoleh langsung dari guru kelas V SD Negeri Punukan, Gadingan dan

Beji menunjukkan bahwa nilai rata-rata mata pelajaran Matematika sebesar

64,78 yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 72.

Rendahnya prestasi belajar matematika di kelas V SD Negeri Punukan,

Gadingan dan Beji diduga karena siswa cenderung mudah putus asa, kurang

dapat berkonsentrasi dan malas ketika mengerjakan soal matematika sehingga

kurang ada keinginan untuk berusaha memahami pelajaran. Untuk mencapai

prestasi belajar yang tinggi pada mata pelajaran matematika tidak hanya

(22)

emosi yang baik. Jika IQ lebih mengarah kepada kecerdasan kognitif, maka

kecerdasan emosi lebih mengarah kepada sikap, motivasi, ketekunan,

kegigihan dan pengelolaan emosi diri untuk dapat menghayati setiap materi

pelajaran (Goleman, 2002: xiii).

Dalam penelitian oleh Gulinda Binasih (2012) menunjukkan bahwa ada

hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan hasil

belajar matematika pada materi pecahan siswa kelas IV SD Negeri Donan 5

Kecamatan Cilacap Tengah. Penelitian lain oleh Rian Ika Maryani (2011)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosi

dengan semangat belajar siswa. Penelitian oleh Annisa Rofingatul Jannah

(2012) juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kecerdasan emosi terhadap

kemandirian belajar siswa. Dengan adanya penelitian yang sudah dilakukan,

menunjukkan bahwa kecerdasan emosi memang memiliki andil yang besar

terhadap perilaku seseorang yang nantinya akan berdampak terhadap

kesuksesan orang tersebut.

Selama observasi berlangsung peneliti menemukan berbagai macam

masalah dalam mata pelajaran matematika, namun peneliti belum dapat

menemukan penyebab utama dari masalah-masalah tersebut. Jika ditinjau dari

penelitian yang sudah dilakukan di atas, maka dapat diindikasikan bahwa

kecerdasan emosi siswa berhubungan erat dengan prestasi belajar yang kurang

maksimal. Oleh karena pada siswa kelas V SD Segugus I Kecamatan Wates

belum diketahui hubungan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar

(23)

emosi dengan prestasi belajar matematika siswa, maka berdasarkan uraian yang

telah dipaparkan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Hubungan Kecerdasan Emosi Anak Dengan Prestasi Belajar Matematika

Siswa Kelas V Sekolah Dasar Segugus I Kecamatan Wates Kebupaten Kulon

Progo Tahun Ajaran 2015/2016”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat

ditentukan identifikasi masalah sebagai berikut.

1. Siswa kurang bisa mengelola dan mengontrol emosinya.

2. Siswa cenderung malas dan mudah putus asa dalam memahami pelajaran

smatematika.

3. Siswa kurang bisa memotivasi diri sendiri.

4. Rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

5. Belum diketahui adanya hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi

belajar matematika.

C.Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi pada belum diketahuinya

(24)

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : “Adakah hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar matematika siswa kelas V SD

segugus I Kecamatan Wates Kebupaten Kulon Progo Tahun Ajaran

2015/2016?”

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah dan perumusan

masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: “Untuk mengetahui ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar

matematika siswa kelas V SD segugus I Kecamatan Wates Kabupaten Kulon

Progo Tahun Ajaran 2015/2016.”

F. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian dalam penulisan karya ilmiah diharapkan ada manfaat

dari penelitian tersebut. Berdasarkan rumusan masalah yang menjadi fokus

kajian dalam penelitian ini dan tujuan yang ingin dicapai, maka diharapkan

penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Bagi guru

Memberikan kontribusi yang positif sebagai masukan (input) meningkatkan

(25)

bahan pertimbangan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar di sekolah, untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Bagi siswa

Diharapkan dapat memperkuat semangat dan sebagai bahan referensi bagi

siswa tentang pentingnya mengendalikan kecerdasan emosi. Anak yang

mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi adalah merupakan bekal

potensial yang akan memudahkan dalam belajar. Namun juga perlu

mengembangkan kecerdasan emosi yang tidak kalah penting dengan

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Kecerdasan Emosi

1. Pengertian Kecerdasan Emosi

“Istilah kecerdasan emosi (Emotional Quotient) pertama kali

diperkenalkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard

University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk

menerangkan kualitas-kualitas emosi yang tampaknya penting bagi

keberhasilan” (Lusi Nuryanti, 2008: 43). Salovey dan Mayer

mendefinisikan kecerdasan emosi atau yang sering disebut EQ sebagai:

“himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan

memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain,

memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk

membimbing pikiran dan tindakan.” (Shapiro, 1998 : 8).

“Kecerdasan emosi atau emotional intelligence adalah kemampuan

mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan

memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada

diri dan dalam hubungan dengan orang lain” (Hamzah B. Uno, 2010:72). Kecerdasan emosi sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat

menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan

terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam

(27)

secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. EQ

tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan” (Shapiro, 1998: 10).

Kecerdasan emosi (EQ) adalah sejumlah kemampuan dan

keterampilan yang berkaitan dengan pembinaan hubungan sosial dengan

lingkungan yang merujuk pada kemampuan mengenali perasaan diri sendiri

dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan

mengelola emosi dengan baik dan dalam hubungan dengan orang lain.

Untuk lebih menjelaskan tentang pentingnya kecerdasan emosi, Claude

Steiner dan Paul Perry (dalam Agus Efendi, 2005 : 65) juga menegaskan

dalam bukunya, Achieving Emotional Literacy (1997), bahwa “semata – mata IQ yang tinggi tidak akan membuat seseorang menjadi cerdas. Tanpa

kecerdasan emosi, kemampuan untuk memahami dan mengelola perasaan– perasaan kita dan perasaan–perasaan orang lain, kesempatan kita untuk hidup bahagia menjadi sangat tipis”.

Goleman, seorang peneliti dan juga penulis buku best seller tentang

kecerdasan emosi juga mengatakan bahwa setinggi–tingginya, IQ hanya menyumbang kira–kira 20 persen bagi faktor–faktor yang menentukan sukses dalam hidup, maka yang 80 persen diisi oleh kekuatan– kekuatan lain. Kekuatan–kekuatan lain dimaksud salah satunya adalah kecerdasan emosi. Selain itu, Cooper dan Ayman (dalam Agus Efendi, 2005: 65) juga

menulis “Voltaire menunjukkan bahwa bagi bangsa romawi, sensus

communis dan sensibility (kemampuan), mencakup seluruh penggunaan

(28)

(brain power). Tetapi, untuk berpikir dengan baik dan agar kesuksesan itu

bertahan lama, kita harus belajar untuk menyaingi setiap aspek kecerdasan

kita, bukan hanya dari kepala saja. Di samping itu, bukti–bukti mutakhir neurologis menunjukkan bahwa emosi merupakan bahan bakar yang sangat

diperlukan bagi kekuatan penalaran otak...” Dari pendapat–pendapat tadi maka semakin menguatkan pemikiran kita bahwa IQ bukanlah satu–satunya faktor penentu keberhasilan seseorang.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa kecerdasan emosi

merupakan gambaran kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh

seseorang yang berkaitan dengan dengan pembinaan hubungan sosial

dengan lingkungan. Kemampuan emosi memberikan dasar kemampuan

untuk mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan

memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik dan

dalam hubungan dengan orang lain.

2. Aspek Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosi sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat

menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Orang-orang yang cerdas secara

emosi itu memakai perasaan mereka untuk meningkatkan pemikiran dan

pengambilan keputusan. Goleman (2002: 58) menyatakan bahwa: “emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengembangkan kesadaran diri,

kemampuan mengelola emosi, kemampuan mengembangkan motivasi diri

(29)

mengembangkan empati, dan kemampuan mengembangkan kecakapan

dalam membina hubungan dengan orang lain”.

Reuven Bar-On (dalam Steven J. Stein dan Howard E. Book,

2002:18) “mengembangkan sebuah perangkat yang kemudian dikenal

sebagai BarOn EQ-I, singkatan dari Emotional Quotinet Inventory. Dia

berpendapat bahwa kecerdasan emosi terdiri atas sekumpulan kecakapan

dan sikap yang jelas perbedaannya, namun saling tumpang-tindih”. Reuven Bar-On (dalam Steven J. Stein dan Howard E. Book, 2002:39) menjabarkan

“kecerdasan emosi menjadi lima kemampuan pokok, yaitu kemampuan

intrapersonal, kemampuan interpersonal, penyesuaian diri, penanganan

stress, dan suasana hati” dengan penjelasan sebagai berikut. a. Kemampuan intrapersonal

Kemampuan interpersonal yang behrubungan dengan kecerdaan

emosi meliputi kesadaran diri, asertivitas, harga diri, aktualisasi diri, dan

kemandirian dengan penjelasan sebagai berikut.

1) Kesadaran diri emosi, yaitu kemampuan untuk mengakui atau

mengenal perasaan diri, memahami hal yang sedang dirasakan dan

mengetahui penyebabnya

2) Asertivitas, meliputi tiga komponen dasar, yaitu sebagai berikut.

a) kemampuan untuk mengungkapkan perasaan

b) kemampuan mengungkapkan keyakinan dan gagasan secara

(30)

c) kemampuan mempertahankan kebenaran dengan cara yang tidak

destruktif

3) Harga diri, yaitu kemampuan menghargai dan menerima diri sendiri

sebagai sesuatu yang baik, atau kemampuan mensyukuri berbagai

aspek positif dan kemampuan yang ada dan juga menerima aspek

negatif dan keterbatasan yang ada pada diri dan tetap menyukai diri

sendiri.

4) Aktualisasi diri, yaitu kemampuan menyadari kapasitas potensial

yang dimiliki.

5) Kemandirian, yaitu kemampuan mengatur atau mengarahkan diri

dan mengendalikan diri dalam berfikir dan bertindak serta tidak

tergantung pada orang lain secara emosi

b. Kemampuan interpersonal

Kemampuan interpersonal yang behrubungan dengan kecerdaan

emosi meliputi empati, hubungan interpersonal, dan tanggungjawab

sosial. Empati adalah kemampuan menyadari, memahami, menghargai

perasaan orang lain dan juga kemampuan untuk peka terhadap perasaan

dan pikiran orang lain. Hubungan interpersonal adalah kemampuan

menjalin dan mempertahankan hubungan yang saling memuaskan yang

dicirikan dengan keakraban serta memberi dan menerima kasih sayang.

Tanggungjawab sosial adalah kemampuan menunjukkan diri sendiri

(31)

c. Penyesuaian diri

Penyesuaian diri meliputi pemecahan masalah, uji realitas, dan

fleksibilitas. Pemecahan masalah adalah kemampun mengenali masalah

serta menghasilkan dan melaksanakan solusi yang secara potensial

efektif. Uji realitas adalah kemampuan menilai kesesuaian antara apa

yang dialami atau dirasakan dan kenyataan yang ada secara objektif dan

sebagaimana adanya bukan sebagaimana yang diinginkan atau

diharapkan. Fleksibilitas adalah kemampuan mengatur emosi, pikiran dan

tingkah laku untuk mengubah situasi dan kondisi sikap fleksibilitas ini

juga mencakup seluruh kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan yang tidak terduga dinamis.

d. Penanganan stress

Penanganan tress meliputi ketahanan menanggung stress dan

pengendalian impuls. Ketahanan menanggung stress, yaitu kemampuan

menahan peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi stres dan

dengan aktif serta sungguh-sungguh mengatasi stress tersebut.

Pengendalian impuls, yaitu kemampuan menahan dan menunda gerak

hati, dorongan dan godaan untuk bertindak.

e. Suasana hati

Suasana hati meliputi kebahagiaan dan optimism. Kebahagiaan

adalah kemampuan untuk merasa puas dengan kehidupan, menikmati

(32)

adalah kemampuan untuk melihat sisi terang dalam hidup dan

membangun sikap positif sekalipun dihadapkan dengan kesulitan.

Dari kajian-kajian di depan, maka dapat disebutkan bahwa

kecerdasan emosi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk

memakai, memahami, dan mengelolaemosi untuk pengendalian diri dalam

mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Kecerdasan emosi dalam

pelaksanaannya memiliki beberapa kemampuan, yaitu kemampuan

intrapersonal, kemampuan interpersonal, penyesuaian diri, penanganan

stress, dan suasana hati. Kemampuan tersebut menentukan paradigma dan

sikap yang akan dilakukan oleh siswa dalam belajar.

3. Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosi

Setiap orang tua dan pendidik pasti mendambakan anak-anaknya

yang sehat jasmani dan rohani, cerdas dan berperilaku baik, sehingga kelak

menjadi anak-anak yang unggul dan tangguh menghadapi berbagai

tantangan dimasa depan (Bambang, 2008: 4). Perlu disadari bahwa untuk

mewujudkan dambaan tersebut serta untuk mengembalikan citra remaja

yang semakin terpuruk, maka salah satu cara adalah dengan meningkatkan

kecerdasan emosi siswa. Di mana kecerdasan emosi adalah suatu

kemampuan untuk mengelola emosi yang terddapat dalam individu.

Menurut pendapat yang disampaikan oleh Gottman dan Claire

(2003: 73), menyebutkan bahwa ada 5 (lima) langkah yang dapat dilakukan

(33)

a. Menyadari emosi anak tersebut;

b. Mengenali emosi sebagai peluang untuk menjadi akrab dan untuk

mengajar;

c. Mendengarkan dengan penuh empati dan menegaskan perasaan-perasaan

si anak;

d. Menolong si anak untuk member label emosi-emosi dengan kata-kata;

dan

e. Menentukan batas-batas sambil menolong si anak memecahkan masalah.

Sehubungan dengan cara meningkatkan kecerdasan emosi, Sri

Widayati dan Utami Wijiati (2008: 20), mengemukakan bahwa terdapat

beberapa cara untuk meningkatkan kecerdasan emosi anak, yaitu:

a. Mengajarkan cara berpikir realistis dan optimis;

b. Membuat “kartu emosi”;

c. Mendengarkan curahan hati anak;

d. Membaca dongeng atau buku bersama;

e. Bermain peran atau drama;

f. Libatkan anak dengan kegiatan olahraga atau organiasi

g. Puji dan motifasi anak.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulak bahwa kecerdasan

emosi siswa harus dikembangkan oleh semua pihak yang bersangkutan tak

terkecuali pendidik dan para orang tua, sehingga dari sinilah kepribadian

siswa dapat terbentuk menjadi lebih baik dan terus dibina secara intensif

(34)

lingkungan yang berada di sekitar mereka juga sangat berperan mendukung,

sehingga perkembangan kecerdasan intelektual maupun emosi dan

pembentuan akhlak (kepribadian) dapat tumbuh secara optimal.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi

Menurut Casmini (2007:23), terdapat dua faktor yang mempengaruhi

kecerdasan emosi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal dengan

penjelaan sebagai berikut.

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu.

Faktor ini dipengaruhi oleh keadaan otak emosi seseorang. Otak emosi

manusia sendiri dipengaruhi oleh kadaan amigdala, neokorteks, sistem

limbik, lobus prefrontal, dan hal-hal lain yang ada pada otak emosi.

Emosi mencakup keseluruhan sistem syaraf manusia, namun

menusur C. Gegorge Boeree (2008:49), ada dua bagian yang terkait erat

dengan emosi, yaitu sistem limbik dan sistem syaraf otonom. Sistem

limbik berperan dalam kehidupan emosi manusia dan sangat berkaitan

dengan pembentukan memori. Seseorang akan menyimpan sesuatu

yang telah dialaminya ataupun dilakukannya di dalam otak. Kegiatan

tersebut akan terekam dalam memori menjadi sebuah kenangan.

Bagian syaraf yang berpedan dalam pembentukan memori

tersebut adalag sistem limbik. Sistem limbik terdiri dari hipotalamus,

gippocampus, amygdale, dan beberapa area-area terkait (C. Gegorge

(35)

mempengaruhi emosi seseorang dari dalam atau sering kita sebut

sebagai faktor internal yang mempengaruhi emosi seseorang.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakn faktor yang berasal dari luar individu

dan mempengaruhi individu untuk mengubah sikapnya terhadap

sesuatu. Pengaruh tersbut dapat secara peroangan, kelompok, ataupun

melalui media massa baik cetak maupun elektronk.

Faktor eksternal dapat mempengaruhi keadaan emosi seseorang.

Pengaruh tersebut dapat berupa individu yang memimpin dan

mempengaruhi emosi seseorang ataupun secara kolektif. Orang yang

sudah dekat dengan seseorang dapat saling mempengaruhi. Apabila

seseorang memiliki kedekatan emosi dengan orang lain, maka denga

mudah emosinya dapat dipengaruhi oleh orang tersebut. Begitu pula

dengn kedekatan seseorang dengan sebuah kelompok. Seorang guru

yang sudah profesional dan memahami siswanya secara emosi akan

lebih mudah mempengaruhi kelas untuk melakukan kegiatan positif.

Guru yang membangun kedekatan emosi dengan siswanya akan mudah

mempengaruhi siswa agar lebih giat belajar.

B.Prestasi Belajar Matematika

1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Menurut Catharina (2006:84), prestasi belajar merupakan perubahan

(36)

Sedangkan menurut Sumadi (2002:297), prestasi belajar sebagai nilai yang

merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh guru terkait

dengan kemajuan atau prestasi belajar siswa selama waktu tertentu. Bukti

dari keberhasilan seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau

mempelajari sesuatu merupakan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa

dalam waktu tertentu.

Istilah prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar

(learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkaitan dengan aspek

pengetahuan (kognitif), sedangkan hasil belajar meliputi aspek

pembentukan watak siswa (Zainal Arifin, 2013: 12).

Nana Sudjana (2004: 112) menjelaskan bahwa prestasi belajar

merupakan hasil yang telah dicapai terhadap bahan pelajaran melalui

penilaian formatif dan sumatif. Penilaian formatif yaitu penilaian jangka

pendek berupa ulangan harian. Sedangkan penilaian sumatif merupakan

penilaian jangka panjang berupa penilaian tengah semester atau penilaian

akhir semester. Tidak berbeda jauh dengan pendapat tersebut, Sutratinah

(2001: 43) mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah penilaian hasil

usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf,

maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh

setiap anak dalam periode tertentu. Laporan prestasi belajar siswa dalam

kurun waktu satu semester dapat tercermin dalam sebuah buku rapor (W.S.

(37)

Dari pengertian mengenai prestasi belajar dalam hubungannya dengan

matematika, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah

hasil belajar matematika yang diperoleh siswa selama proses belajar

mengajar pada periode tertentu yang dapat diukur melalui penilaian sumatif

dan penilaian formatif yang tercermin dalam buku rapor siswa pada mata

pelajaran matematika.

Prestasi belajar matematika dalam penelitian ini adalah nilai rapor

yang diperoleh siswa pada mata pelajaran matematika dalam rentang satu

semester pada tahun ajaran 2015/2016.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai siswa merupakan hasil interaksi berbagai

faktor yang mempengaruhi, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun

dari luar diri (faktor eksternal) siswa. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono

(2004: 138) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

siswa meliputi:

a. Faktor Internal

1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun

yang diperoleh. Faktor ini meliputi penglihatan, pendengaran,

struktur tubuh.

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang

(38)

a) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial (kecerdasan

dan bakat) dan faktor kecakapan nyata (prestasi yang telah

dimiliki).

b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu

seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,

dan penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor sosial yang terdiri dari: lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok.

2) Faktor budaya, meliputi: adat istiadat, ilmu pengetahuan,

teknologi, kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik, antara lain: fasilitas rumah, fasilitas

belajar, dan iklim.

4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

Conny R. Semiawan (2008: 11-13) mengemukakan faktor-faktor lain

yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, yaitu:

a. Pemenuhan kebutuhan psikologis

Dalam perkembangan anak perlu dipenuhi berbagai kebutuhan,

termasuk kebutuhan psikologisnya. Sekolah dan orang tua bertugas

membantu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa.

Pendidikan secara potensial berakar dari berbagai interaksi, khususnya

(39)

situasi pendidikan di mana mendidik dilandasi oleh nilai moral

tertentu dan mengacu pada perwujudan potensi bakat tertentu, yaitu

suatu tindakan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan psikologis.

b. Inteligensi, emosi, dan motivasi

Prestasi belajar selain ditentukan oleh kemampuan kognitif juga

di pengaruhi oleh faktor non kognitif yaitu antara lain emosi dan

motivasi. Meskipun sudah menjadi pengetahuan umum bahwa siswa

yang memiliki IQ tinggi akan lebih mudah memahami materi yang di

ajarkan sehingga biasanya prestasi belajarnya tinggi. Namun,

kecerdasan emosi juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Keseimbangan antara kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan

emosi diperlukan untuk berkonsentrasi terhadap materi pelajaran yang

dihadapi, mengatasi stres, atau kecemasan dalam persoalan tertentu.

Prestasi belajar juga tidak terlepas dari motivasi internal siswa yang

bersumber dari keyakinan diri dalam usaha untuk memperoleh prestasi

belajar yang tinggi.

c. Pengembangan kreativitas

Cerebrum otak besar dibagi dalam dua belahan otak, yaitu otak

kanan dan otak kiri yang memiliki tugas dan fungsi yang

berbeda-beda. Belahan otak kiri terutama berfungsi untuk merespon hal yang

sifatnya linier, logis, dan teratur. Belahan otak kanan untuk

mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Sekolah-sekolah pada

(40)

pembelajaran yang mengendalikan fungsi kedua belahan otak

secara harmonis akan membantu siswa berprakarsa mengatasi dirinya,

dan mampu meningkatkan prestasi belajar.

Berdasarkan uraian di atas maka faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar siswa meliputi faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa

dan faktor eksternal yang berasal dari luar. Selain itu, faktor lain yang

mempengaruhi prestasi belajar adalah kebutuhan psikologis, emosi,

motivasi, dan pengembangan kreativitas siswa.

C.Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Prestasi Belajar Matematika

Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalani dengan

sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

mengembangkan prilaku yang di inginkan. Sekolah sebagai lembaga formal

merupakan sarana dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tersebut. Melalui

sekolah, siswa mampu belajar berbagai macam hal. Proses belajar di sekolah

adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang

berpendapat bahwa untuk meraih prestasi tinggi dalam belajar, seseorang harus

memiliki Intelligence Quontient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan

bakal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada giliranya akan

mengasilkan prestasi belajar yang optimal. Menurut Binet (dalam Winkel,

1997:529) “hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan

mempertahankan suatu tujuan, mengadakan penyesuain dalam rangka

(41)

Goleman (2000:44) menyatakan bahwa kecerdasan intelektual (IQ)

hanya menyumbang 20% bagi kesusksesan, sedangkan yang lainya adalah

sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan

emosi atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan mengembangkan diri,

kemampuan mengembangkan motivasi, kemampuan mengembangkan

pengaturan diri, kemampuan mengembangkan empati, dan kemampuan

mengembangkan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain.

Dalam proses belajar siswa, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak

dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan dari emosi terhadap

mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua

inteligensi itu saling melengkapi.

Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar

siswa di sekolah (Goleman, 2002). Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu

mengembangkan retional intelligince yaitu model pemahaman yang lazimnya

dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional

intelligence siswa. Goleman (2002:170) menyebutkan : hasil beberapa

penelitian di University of Vermon mengenai analisis struktur neuologis otak

manusia dan penelitian perilaku oleh LeDoux pada tahun 1970 menunjukkan

bahwa dalam peristiwa penting kehidupan seseorang, EQ selalu mendahului

intelegensi rasional. “EQ yang baik dapat menentukan keberhasilan individu

dalam prestasi belajar membangun kesusksesan karir, mengembangkan

hubungan suami-istri yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas,

(42)

pendidikan, bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas

kejanggalan tersebut. Teori Daniel Golemen, sesuai dengan judul bukunya

memberikan definisi baru terhadap kata cerdas. “Walaupun EQ merupakan hal yang relatif baru dibandingkan dengan IQ, namun beberapa penelitian telah

mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosi tidak kalah penting dengan IQ” (Goleman, 2002:14).

Berdasarkan uraian di atas, kecerdasan emosi memiliki hubungan

dengan prestasi belajar. Perserta didik yang memiliki kemampuan

mengembangkan diri, kemampuan mengembangkan motivasi, kemampuan

mengembangkan pengaturan diri, kemampuan mengembangkan empati, dan

kemampuan mengembangkan kecakapan dalam membina hubungan dengan

orang lain, maka dapat diindikasikan prestasi belajarnya meningkat.

D.Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Gulinda Binasih (2012) yang berjudul

“Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Hasil Belajar Matematika

pada Materi Pecahan Siswa Kelas IV SD Negeri Donan 5 Kecamatan

Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap” menunjukkan bahwa ada hubungan

yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan hasil belajar

matematika pada materi pecahan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis

korelasi product moment diperoleh r hitung 0,660. Hasil perhitungan

tersebut lebih besar dari nilai r tabel 0,279 (rhitung 0,660 > r tabel 0,279),

(43)

signifikan antara kecerdasan emosi dengan hasil belajar matematika pada

materi pecahan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Rian Ika Maryani (2011) yang berjudul

“Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Semangat Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Segugus I Kecamatan Galur Tahun Ajaran 2010/2011”

menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosi

dengan semangat belajar. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis korelasi

product moment diperoleh r hitung 0,766. Hasil perhitungan tersebut lebih

besar dari nilai r tabel 0,213 (r hitung 0,766 > r tabel 0,213), sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara kecerdasan emosi

dengan semangat belajar

3. Penelitian yang dilakukan oleh Annisa Rofingatul Jannah (2012) yang

berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosi Terhadap Kemandirian Belajar

Siswa Kelas V SD Se-Gugus Yos Sudarso Kecamatan Majenang

Kabupaten Cilacap” menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kecerdasan

emosi terhadap kemandirian belajar. Hal ini ditunjukkan dengan Fhitung >

Ftabel , yaitu 52,154 > 3, 912. Besarnya koefisien determinan adalah 0,28.

Hal ini berarti kecerdasan emosi memberikan kontribusi terhadap

kemandirian belajar sebesar 28%.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan

peneliti sebelumnya adalah jenis penelitian. Penelitian Gulinda Binasih

(2012) dan Rian Ika Maryani merupakan penelitian populasi, sedangkan

(44)

Jannah (2012) merupakan penelitian korelasi kausal (sebab-akibat),

sedangkan penelitian ini merupakan penelitian korelasi simetris.

Perbedaan selanjutnya adalah teknik pengambilan data. Penelitian

Annisa Rofingatul Jannah (2012) menggunakan teknik proportional

random sampling, sedangkan penelitian ini menggunakan teknik simple

random sampling.

Perbedaan lainnya yaitu variabel terikat dalam penelitian ini

adalah prestasi belajar matematika, sedangkan variabel terikat dalam

penelitian yang telah dilakukan ketiga peneliti sebelumnya adalah hasil

belajar matematika pada pecahan, semangat belajar, dan kemandirian

belajar. Selain itu subjek, tempat, dan waktu dalam penelitian ini juga

berbeda dengan ketiga penelitian sebelumnya.

E.Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan, kerangka berpikir

penelitian ini digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Prestasi adalah pencapaian hasil belajar dalam kurun waktu tertentu

untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan seseorang. Prestasi belajar

adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan Kecerdasan

Emosi

(45)

belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Prestasi belajar merupakan

ukuran keberhasilan yang diperoleh siswa selama proses belajarnya. Selama ini

banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi belajar yang

tinggi diperlukan kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi. Namun, menurut

hasil penelitian terbaru di bidang psikologi membuktikan bahwa IQ bukanlah

satu–satunya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang, tetapi ada banyak faktor lain yang mempengaruhi diantaranya adalah faktor lingkungan,

faktor biologis, dan faktor psikologis yang terdiri dari bakat, minat, dan

kecerdasan emosi (EQ).

Kecerdasan emosi sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan

emosi secara efektif dalam mencapai suatu tujuan untuk mengindera,

memahami dan secara efektif menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi

sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi.

Kemampuan seseorang dalam menggunakan atau mengelola emosi baik pada

diri sendiri maupun ketika berhadapan dengan orang lain, dan

menggunakannya secara efektif untuk memotivasi diri dan bertahan pada

tekanan, serta mengendalikan diri untuk mencapai hubungan yang produktif.

Sebagai pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta mampu untuk

memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, kesanggupan untuk

mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan,

mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan

(46)

dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan

untuk menyelesaikan konflik serta untuk memimpin.

Peserta didik yang mempunyai kecerdasan emosi yang baik, dapat

menjadi lebih terampil menenangkan dirinya dengan cepat, lebih terampil

dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam berhubungan dengan orang

lain, lebih cakap memahami orang lain dan untuk kerja akademis dapat

memiliki kerja akademis yang baik di sekolah (Gottman, 2003: xvii).

Kecerdasan emosi juga turut memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam

mengelola pikiran dan perasaan untuk dapat memotivasi diri dan membuang

pikiran-pikiran negatif penyebab stres saat pelajaran matematika.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosi berpengaruh

terhadap prestasi belajar siswa, dimana semakin tinggi kecerdasan emosi maka

akan semakin tinggi pula prestasi belajar siswa (Gulinda Binasih, 2012;

Mustaqim, 2012; Goleman, 2002). Begitu juga dengan penelitian Riheni

Pamungkas (2013) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh positif

kecerdasan emosional (EQ) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V.

F. Hipotesis

Hipotesis adalah merupakan dugaan sementara yang mungkin benar

atau mungkin salah, yang akan diterima kalau fakta-fakta membenarkannya

dan akan ditolak kalau salah atau palsu. Menurut Kartini Kartono (Sutrisno

Hadi, 2001: 63), hipotesis merupakan jawaban dari suatu penelitian, yang harus

(47)

163), hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji

lagi kebenarannya. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

“ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan

prestasi belajar matematika siswa kelas V SD segugus I Kecamatan Wates

Kebupaten Kulon Progo Tahun Ajaran 2015/2016”.

G.Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas, yaitu kecerdasan

emosi dan variabel terikat, yaitu prestasi belajar matematika.

1. Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosi dalam pelaksanaannya memiliki beberapa

kemampuan, yaitu kemampuan intrapersonal, kemampuan interpersonal,

penyesuaian diri, penanganan stress, dan suasana hati. Kemampuan

tersebut menentukan sikap dan perilaku yang akan dilakukan oleh siswa

dalam belajar.

Untuk mengukur kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa,

dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket yang berisi skala sikap

sebanyak 45 butir dengan rentang nilai 1-4.

2. Prestasi Belajar Matematika

Prestasi belajar matematika adalah hasil belajar matematika yang

diperoleh siswa selama proses belajar mengajar pada periode tertentu

yang dapat diukur melalui penilaian sumatif dan penilaian formatif yang

(48)

Prestasi belajar matematika dalam penelitian ini adalah nilai rapor

yang diperoleh siswa pada mata pelajaran matematika dalam rentang satu

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan

jenis penelitian korelasi yaitu penelitian yang melibatkan tindakan

pengumpulan data guna menentukan apakah ada hubungan dan tingkat

hubungan antara dua variabel atau lebih (Sukardi, 2008: 160). Penelitian ini

bersifat ex-post facto. Kerlinger (Sukardi, 2008: 163) menjelaskan bahwa

“penelitian ex-post facto merupakan penelitian di mana variabel-variabel bebas

telah terjadi ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam

suatu penelitian”. Jenis penelitian ini digunakan untuk hubungan kecerdasan

emosi dengan prestasi belajar matematika siswa kelas V Sekolah Dasar

segugus I Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo Tahun Ajaran 2015/2016.

B.Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi atau tempat penelitian ini adalah SD Segugus I Kecamatan Wates,

Kabupaten Kolon Progo.

2. Waktu Penelitian

(50)

C.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2010: 80). Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

semua siswa kelas V SD Segugus I Kecamatan Wates, Kabupaten Kolon

Progo yang terdiri dari 7 (tujuh) SD sebanyak 214 siswa. Populasi penelitian

dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Data Populasi Siswa Kelas V Gugus I Kecamatan Wates Kebupaten Kulon Progo

No Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas V

1. SD Percobaan 26

2. SD N 2 Wates 39

3. SD BOPKRI 7

4. SD Gadingan 37

5. SD Punukan 25

6. SD Beji 32

7. SD IT Ibnu Mas’ud 48

Jumlah 214 siswa

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 81). Alasan penelitian dilakukan

dengan menggunakan sampel, karena jumlah populasi yang besar, dapat

(51)

a. Ukuran Sampel

Penarikan sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan

rumus Slovin, yaitu:

Keterangan : n = sampel N = populasi e = error sampling

Dalam penelitian ini, error sampling ditentukan sebesar 5%

sehingga diperoleh:

Jadi, sampel dalam penelitian ini sejumlah 139 siswa.

b. Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Simple Random Sampling. Pengambilan anggota sampel dari

populasi dilakukan secara acak dari seluruh SD, sehingga seluruh

individu yang menjadi anggota populasi memiliki peluang yang sama

untuk diambil sebagai anggota sampel. Dalam menentukkan sampel

(52)

Tabel 2. Perhitungan Pengambilan Sampel

Pengumpulan data dimaksudkan agar memperoleh data yang objektif

dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, diperoleh metode yang

mampu mengungkap data yang sesuai dengan pokok permasalahannya.

Berdasarkan jumlah variabel yang diteliti dan teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui angket dan

dokumentasi.

Sehubungan dengan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

(53)

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada

responden untuk dijawab. Sedangkan Suharsimi Arikunto (2010: 27-28),

mengemukakan, angket atau kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan

yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan

kuesioner ini kita dapat mengetahui tentang keadaan/data diri, pengalaman,

pengetahuan, sikap atau pendapat dari responden.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan angket untuk mengungkap

keadaan diri para siswa secara implisit. Setelah siswa mengisi angket maka

peneliti dapat melihat tingkat kecerdasan emosi. Suharsimi Arikunto (2010:

195), menyebutkan angket sebagai instrumen penelitian memiliki beberapa

keunggulan antara lain :

a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti;

b. Dapat dibagikan secara serentak kepada responden;

c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing,

dan menurut waktu senggang responden;

d. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak

malu-malu menjawab;

e. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi

pertanyaan yang benar-benar sama.

Jenis angket yang digunakan untuk memperoleh data kecerdasan

emosi pada penelitian ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

a. Ditinjau dari cara menjawabnya, merupakan angket tertutup karena siswa

(54)

b. Ditinjau dari jawaban yang diberikan, merupakan angket langsung di

mana responden tinggal menjawab tentang dirinya; dan

c. Ditinjau dari bentuknya merupakan check list, di mana responden tinggal

membubuhkan tanda (√) pada kolom yang sesuai.

Dalam penelitian ini model angket yang digunakan adalah model

“Skala Likert” dengan modifikasi 4 pilihan yaitu: Sangat Sesuai (SS),

Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Menurut

Sutrisno Hadi (2001), modifikasi terhadap skala likert dalam penelitian ini

berdasarkan tiga alasan sebagai berikut:

a. Ketegori Belum Memuaskan mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum

dapat memutuskan atau memberi jawaban, netral bahkan ragu-ragu.

Kategori jawaban yang mempunyai arti ganda ini tidak diharapkan dalam

suatu instrumen.

b. Tersedianya jawaban yang di tengah mendorong responden untuk

memilih yang ditengah terutama bagi responden yang ragu-ragu atas arah

kecenderungan jawaban ke arah sesuai dan tidak sesuai

c. Kategori pilihan sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai dan sangat tidak

sesuai terutama digunakan untuk melihat kecenderungan pendapat

responden, kearah setuju atau kearah tidak sesuai.

Sedangkan dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,

buku, surat kabar, majalah, dokumen, notulen rapat, peraturan-peraturan dan

(55)

dokumentasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data

tentang prestasi belajar matematika siswa dalam kurun waktu satu semester

yang tercantum dalam buku rapor semester I tahun ajaran 2015/2016.

2. Kisi-kisi variabel

Dalam penyusunan skala kecerdasan emosi disusun terlebih dahulu

kisi-kisi instrumen berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Bar-On yang

menjabarkan kecerdasan emosi menjadi lima kemampuan pokok sebagai

berikut.

Tabel 3 : Instrumen Variabel Kecerdasan Emosi

(56)

3. Penyusunan dan penyuntingan item

Setelah kisi-kisi terbentuk, maka langkah yang dilakukan

selanjutnya adalah menyusun item pertanyaan dengan mengunakan bahasa

yang sederhana, yaitu bahwa yang mudah dimengerti sesuai dengan

karakteristik siswa usia kelas V SD, sehingga angket yang dibuat tidak

membingungkan siswa. Dengan demikian siswa akan lebih mudah untuk

memahami pertanyaan-pertanyaan yang ada di lembar angket.

4. Penyekoran instrumen

Dalam pemberian skor dalam angket ini, seluruh pertanyaan

bersifat positif dengan ketentuan penskoran sebagai berikut.

Tabel 4. Penskoran Butir Skala Kecerdasan Emosi

Alternatif Jawaban

Sangat

Sesuai Sesuai Tidak Sesuai

SangatTidak Sesuai

Pernyataan Positif 4 3 2 1

E.Uji Coba Instrumen

Instrumen sebelum digunakan sebagai pengumpulan data penelitian,

terlebih dahulu harus diuji cobakan. Suharsimi Arikunto (2002: 143)

mengemukakan bahwa, tujuan diadakan uji coba instrumen adalah untuk

menguji keandalan instrumen dan untuk menguji ketepatan dari segi teknik. Uji

coba instrumen penelitian dilakukan pada 32 siswa kelas V SD N 5 Wates.

Hasil angket kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya dengan keterangan

(57)

1. Uji Validitas

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara

tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana

data yang dikumpul tidak menyimpang dari gambar tentang validitas yang

dimaksud. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:144), “validitas adalah

suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan

suatu instrumen. Sebelum melakukan uji coba instrumen, terlebih dahulu

dilakukan validitas isi. Validasi isi dilakukan oleh dosen ahli yang

kompeten (expert judgement) dengan masukan agar menyederhanakan

bahasa agar mudah dipahami oleh siswa. Jika instrumen sudah dinyatakan

layak oleh dosen ahli, maka dilakukan uji coba instrumen.

Adapun rumus yang digunakan adalah rumus yang dikemukan oleh

Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi Product Moment.

rxy =

 

∑XY = Jumlah perkalian antara skor item dengan skor total

∑X2

= Jumlah skor item kuadrat

∑Y2

= Jumlah skor total kuadrat

Dari hasil penghitungan yang dilakukan dengan analsis Product

(58)

a. Jika rxy lebih besar dari r tabel, maka item mempunyai daya dukung

yang besar terhadap keseluruhan butir instrumen, sehingga butir

tersebut dipertahankan untuk mengungkap data.

b. Jika rxy lebih kecil dari r tabel, maka item mempunyai daya dukung

yang relatif kecil terhadap keseluruhan butir instrumen, sehingga

butir perlu digugurkan dalam mengungkapkan data.

Dengan subjek (N) sebanyak 32 siswa pada variabel kecerdasan

emosi diperoleh r tabel sebesar 0,374 pada taraf signifikansi 5%. Hasil uji

coba instrumen dari 51 pertanyaan tentang kecerdasan emosi dengan

menggunakan bantuan komputer program SPSS for Windows versi 20

diperoleh 45 butir valid dan 6 butir tidak valid. Butir soal yang valid yaitu

nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 23, 25,

26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47,

48, 50, dan 51. Sedangkan butir soal yang tidak valid yaitu nomor 4, 20,

24, 28, 39, dan 49. Dari 51 butir soal yang di uji, hanya 45 soal yang

digunakan dalam penelitian.

2. Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat kepercayaan

angket yang akan diujikan kepada reponden. Reliabilitas sering diartikan

sebagai taraf kepercayaan. Menurut Arikunto (2002:171), alat ukur yang

baik disamping mempunyai validitas yang tinggi, juga harus reliabel,

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir
Tabel 1  Data  Populasi  Siswa Kelas V Gugus  I Kecamatan Wates Kebupaten Kulon Progo
Tabel 2. Perhitungan Pengambilan Sampel
Tabel 3 :  Instrumen Variabel  Kecerdasan Emosi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Terdapat pengaruh signifikan antara kegiatan ekstrakurikuler dan kecerdasan emosi terhadap prestasi

Skripsi yang berjudul “KORELASI ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECERDASAN EMOSI SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V SEGUGUS 1 KECAMATAN PANJATAN KABUPATEN KULON PROGO” yang disusun oleh

Ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi tentang Profesi Asisten Apoteker dan kecerdasan emosi secara bersama- sama dengan prestasi belajar farmasetika dengan nilai

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara: (1) kecerdasan emosi dengan hasil belajar matematika siswa, (2)

Pengaruh Kecerdasan Emosi Guru Kelas Tingkat Sekolah Dasar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Melalui Terbentuknya Situasi Kelas Positif.. Beserta perangkat yang diperlukan

terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan numerik dengan hasil belajar.. matematika siswa kelas

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar matematika siswa kelas IX SMP Negeri 1 Kapuas

Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penyesuaian diri dan regulasi emosi dengan prestasi belajar matematika pada siswa kelas VIII