HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SEGUGUS I KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO
TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Nisa Marhaeni NIM 11108241028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SEGUGUS I KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO TAHUN
AJARAN 2015/2016” yang disusun oleh Nisa Marhaeni, NIM 11108241028 telah
disetujui pembimbing untuk diujikan.
Yogyakarta, Januari 2016
Pembimbing I
P. Sardjiman, M. Pd.
NIP 19541212 198103 1 009
Pembimbing II
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.
Yogyakarta, Januari 2016 Yang menyatakan,
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SEGUGUS I KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN 2015/2016” yang disusun oleh Nisa Marhaeni, NIM 11108241028 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 1 Februari 2016 dan dinyatakan lulus.
DEWAN PENGUJI
Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal
P. Sardjiman, M.Pd. Ketua Penguji ...…………... ...
Septia Sugiarsih, M.Pd. Sekretaris Penguji ...…………... ...
Dr. Farida Agus S., M.Si. Penguji Utama ...…………... ...
Aprilia Tina L.,M.Pd. Penguji Pendamping ...…………... ...
Yogyakarta, ... Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,
Dr. Haryanto, M. Pd.
MOTTO
Kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi,
dan pengaruh manusiawi.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahakan untuk:
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Agoes Djatmiko dan Ibu Sri Sutarti terima
kasih untuk seluruh doa, cinta, kasih sayang, semangat, serta senantiasa
mengiringi perjalanan putrinya selama ini.
2. Almamater, Universitas Negeri Yogyakarta.
HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SEGUGUS I
KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO TAHUN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar matematika siswa kelas V Sekolah Dasar Segugus I Kecamatan Wates tahun ajaran 2015/2016.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian expost facto. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar Segugus I Kecamatan Wates yang berjumlah 214 siswa. Dengan menggunakan rumus Slovin, didapat jumlah sampel sebanyak 139 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket kecerdasan emosi dan dokumentasi. Sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data, dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Dokumentasi diperoleh melalui nilai rapor semester I tahun ajaran 2015/2016. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka indeks korelasi sebesar 0,269 dan nilai signifikasi0,001 dengan sumbangan 7,3%. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar matematika siswa kelas V Sekolah Dasar Segugus I Kecamatan Wates tahun ajaran 2015/2016.
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian berjudul “Hubungan Kecerdasan Emosi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar Segugus I Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015/216” ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari doa, bantuan, perhatian, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk menyelesaikan studi di Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak P. Sardjiman, M.Pd., dosen pembimbing I yang telah memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan selama penyelesaian skripsi.
5. Ibu Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd., dosen pembimbing II yang telah memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan selama penyelesaian skripsi. 6. Bapak Agung Hastomo, M.Pd., dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan dorongan dan bimbingan dalam kegiatan perkuliahan.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan bekal ilmu.
8. Kepala Sekolah SD Negeri segugus I Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo yang telah memberikan izin untuk penelitian skripsi.
10. Siswa kelas V SD Negeri segugus I Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016 yang telah membantu dan berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian.
11. Teman-teman kelas G prodi PGSD UNY 2011 yang telah memberikan dorongan, semangat, kebahagiaan, dan pengalaman terindah yang tidak terlupakan selama 4 tahun menempuh kuliah bersama.
12. Teman-teman PGSD UNY 2011 Kampus Wates yang telah bersedia berbagi
ilmu dan kebahagiaan selama masa kuliah.
13. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kelengkapan skripsi ini.
Yogyakarta, Januari 2016 Penulis,
DAFTAR ISI
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi ...19
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian...48
B. Deskripsi Responden Penelitian ...48
C. Hasil Analisis Deskriptif 1. Variabel Kecerdasan Emosi ...50
2. Variabel Prestasi Belajar Matematika ...53
D. Uji Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas ...57
2. Uji Linearitas ...58
E. Uji Hipotesis ...59
F. Pembahasan Hasil Penelitian ...61
G. Keterbatasan Penelitian ...63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...64
B. Saran ...65
DAFTAR PUSTAKA ...67
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Populasi Siswa Kelas V SD Segugus I Kecamatan Wates ... 35
Tabel 2. Perhitungan Pengambilan Sampel ... 37
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosi ... 40
Tabel 4. Penskoran Skala Kecerdasan Emosi ... 41
Tabel 5. Kriteria Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 44
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosi ... 51
Tabel 7. Rumus Klasifikasi Kecerdasan Emosi ... 52
Tabel 8. Klasifikasi Kecerdasan Emosi ... 52
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Variabel Prestasi Belajar Matematika ... 54
Tabel 10. Rumus Klasifikasi Prestasi Belajar Matematika ... 56
Tabel 11. Klasifikasi Prestasi Belajar Matematika ... 56
Tabel 12. Hasil Uji Normalitas ... 57
Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Linearitas ... 58
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 29
Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosi ... 51
Gambar 3. Grafik Klasifikasi Kecerdasan Emosi ... 53
Gambar 4. Grafik Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Matematika ... 55
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Skala Uji Validitas dan Reliabilitas ...72
Lampiran 2. Sampel Skala Uji Validitas dan Reliabilitas ...76
Lampiran 3. Data Uji Validitas dan Reliabilitas ...80
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ...83
Lampiran 5. Skala Pengambilan Data ...86
Lampiran 6. Sampel Skala Hasil Pengambilan Data ...89
Lampiran 7. Data Mentah Pengambilan Data ...92
Lampiran 8. Dokumentasi Data Prestasi Belajar Matematika ...98
Lampiran 9.Hasil Olah Data ...101
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian...109
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pembangunan Nasional khususnya dalam di bidang pendidikan
bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas
manusia Indonesia dalam upaya untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur, serta memungkinkan kepada para warganya untuk bisa
mengembangkan dirinya dari berbagai aspek, baik jasmaniah maupun
rohaniah. Dalam rumusan Pasal 1 Ayat 1 Undang-undang Republik Indonesia
Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Sekolah memiliki guru yang bertugas untuk mengajar dan mendidik
siswanya supaya menjadi pribadi yang memiliki bekal untuk menjawab
tantangan hidup dan masa depan yang lebih baik. Sekolah Dasar memberikan
bekal ilmu pengetahuan dan mengembangkan potensi pada diri peserta didik.
Pendidikan di sekolah dasar pada dasarnya dilaksanakan untuk memberikan
ilmu pengetahuan dasar kepada peserta didik melalui berbagai mata pelajaran
yang disajikan. Pengetahuan dasar tersebut dijadikan sebagai bekal peserta
sekolah dasar ditentukan oleh komponen pendidikan yang saling bekerja sama
satu sama lain. Hal ini seperti dikemukakan oleh Dwi Siswoyo (2008: 44) yang
menyatakan bahwa terdapat 3 (tiga) komponen sentral dalam upaya pendidikan
di sekolah dasar, yaitu: peserta didik, pendidik dan tujuan pendidikan.
Peserta didik dikatakan berhasil dalam belajar jika memiliki prestasi
belajar yang baik dan sesuai dengan target yang diharapkan. Prestasi belajar
yang diperoleh peserta didik menunjukkan tingkat kompetensi yang dikuasi
selama proses belajar. Pencapaian prestasi belajar peserta didik tidak hanya
didukung oleh kompetensi peserta didik saja, melainkan oleh guru. Setiap guru
dan peserta didik menginginkan tercapainya sebuah prestasi belajar yang
tinggi, karena prestasi belajar yang tinggi merupakan salah satu indikator
keberhasilan proses belajar. Namun kenyataannya tidak semua siswa
mendapatkan prestasi belajar yang tinggi dan terdapat siswa yang mendapatkan
prestasi belajar yang rendah. Tinggi dan rendahnya prestasi belajar yang
diperoleh siswa dipengaruhi banyak faktor.
Prestasi belajar menggambarkan kemampuan seorang dalam pencapaian
berfikir yang tinggi. Prestasi belajar memiliki tiga aspek, yaitu kognitif, afektif
dan psikomotorik. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya
pada seorang anak dalam pendidikan baik yang dikerjakan atau bidang
keilmuan. Prestasi belajar dari siswa adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa
yang didapat dari proses pembelajaran.
Dalam suatu proses pendidikan, seorang siswa dikatakan berhasil
belajar yang baik. Prestasi belajar yang baik merupakan hal yang paling
didambakan oleh setiap siswa yang sedang belajar, prestasi belajar dapat
dijadikan indikator keberhasilan seseorang dalam kegiatan belajar (Sardiman,
2003 : 49). Selama ini banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih
prestasi belajar yang tinggi diperlukan kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi.
Namun, IQ bukanlah satu–satunya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang, tetapi ada banyak faktor lain yang mempengaruhi di antaranya
adalah faktor lingkungan, faktor biologis, dan faktor psikologis yang terdiri
dari bakat, minat, dan kecerdasan emosi. Selain itu, Goleman (2002: 42)
menyatakan bahwa IQ hanya mempunyai peran sekitar 20% dalam
menentukan prestasi individu, 80% sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain
termasuk kecerdasan emosi. Dalam proses pembelajaran, kecerdasan emosi
diperlukan oleh siswa untuk memahami pelajaran yang disampaikan oleh
guru, karena intelektualitas saja tidak dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya
tanpa adanya penghayatan emosi pada setiap mata pelajaran. Goleman (2002:
45) menyatakan bahwa kecerdasan emosi menentukan seberapa baik siswa
mampu menggunakan kecerdasan-kecerdasan lain yang dimilikinya, termasuk
IQ. Hasil penelitian-penelitian psikologi kontemporer menunjukkan bahwa
selain ditentukan oleh IQ, ternyata belajar dan prestasi juga ditentukan oleh
emotional intelligence atau kecerdasan emosi (Mustaqim, 2012: 152). Hal
tersebut diperkuat dengan pendapat Agus Efendi (2005: 183) yang juga
menyatakan bahwa kecerdasan emosi diperlukan oleh siswa untuk
Pencapaian prestasi belajar tergantung pada kecerdasan emosi yang
dimiliki peserta didik. Kecerdasan emosi dapat diasumsikan mempunyai peran
yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang khususnya
pada waktu mereka masih dalam proses pendidikan formal yang ditujukan
dengan keberhasilan meraih prestasi belajar, dengan mendasarkan pada asumsi
tersebut dapat diduga bahwa kecerdasan emosi mempunyai hubungan dan
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Namun apabila dalam proses
pembelajarannya konsentrasinya terganggu karena faktor lingkungan hal ini
menjadikan siswa tidak memiliki motivasi untuk belajar.
Kecerdasan emosi menurut Ary Ginanjar Agustian (2008: 9) adalah
kemampuan untuk merasa. Hal ini dapat ditegaskan bahwa peserta didik
memiliki kemampuan untuk merasa dan menentukan strategi apa yang akan
dilakukan untuk mengatasi emosi yang ada dalam dirinya. Kecerdasan emosi
setiap peserta didik memiliki tingkatan yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat
dilihat dari respon peserta didik dalam menyikapi setiap masalah belajar yang
dihadapi yang pada akhirnya berpengaruh terhadap prestasi belajar yang akan
dicapai. Hal ini sejalan dengan pernyataan Goleman (2002:14) bahwa
kecerdasan emosi yang baik dapat menentukan keberhasilan individu dalam
prestasi belajar.
Berdasarkan gambaran permasalahan tentang kecerdasan emosi, maka
diperlukan upaya keluarga dan sekolah untuk meningkatkan kecerdasan emosi
setiap peserta didik. Kecerdasan emosi siswa harus dikembangkan oleh semua
sehingga dari sinilah kepribadian siswa dapat terbentuk menjadi lebih baik dan
terus dibina secara intensif sehingga siswa dapat memiliki sikap dan sifat yang
baik. Peran dari lingkungan yang berada di sekitar mereka juga sangat berperan
mendukung, sehingga perkembangan kecerdasan intelektual maupun emosi dan
pembentuan sifat (kepribadian) dapat tumbuh secara optimal.
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru pada bulan agustus
2015 di kelas V SD Negeri Punukan, Gadingan, dan Beji, diindikasikan bahwa
siswa masih kurang dapat mengontrol serta mengelola emosinya. Hal tersebut
tercemin dalam sikap siswa selama mengikuti proses belajar mengajar di kelas.
Ketika guru sedang menjelaskan materi matematika, sebagian siswa tidak
memperhatikan penjelasan guru bahkan ada siswa yang bercanda dengan
temannya sampai tertawa terbahak-bahak. Jika siswa dipandu dan ditegur oleh
guru siswa tersebut mau mendengarkan namun jika lepas pengawasan guru,
siswa tersebut langsung mencari kegaduhan. Banyak siswa ribut tidak hanya
saat guru memberikan penjelasan, terlebih saat guru memberikan tugas, mereka
cenderung kurang konsentrasi dan sering berpindah-pindah tempat duduk.
Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa masih kurang
bersungguh-sungguh dalam mengerjakan soal yang diberikan jika tidak dibimbing oleh
guru. Sebagian siswa cenderung mengerjakan soal dengan asal-asalan jika
malas bertanya dengan guru atau teman. Siswa juga tidak berusaha untuk
memecahkan soal melalui buku pelajaran yang sudah ada. Hal ini jelas
mengindikasikan bahwa siswa masih kurang bisa memotivasi diri sendiri untuk
Hasil wawancara dengan guru diperoleh informasi bahwa beberapa
siswa cenderung malas belajar dan mengerjakan soal matematika. Padahal
sebenarnya siswa tersebut tergolong siswa yang mempunyai daya tangkap yang
bagus. Jika guru membimbing mengerjakan soal, siswa tersebut mampu
mengikuti dengan baik. Namun, karena siswa tersebut malas maka dia enggan
untuk mengerjakan sendiri. Serta, guru sering melihat bahwa banyak siswa
yang mudah putus asa ketika tidak bisa mengerjakan soal. Mereka cenderung
kurang bersemangat. Selain itu, dari hasil wawancara dengan guru juga
diperoleh informasi bahwa sumber belajar yang dipakai guru kurang
bervariasi. Hal ini terjadi karena guru jarang memanfaatkan sumber belajar
yang lain, dan lebih banyak menggunakan buku paket dan LKS saja.
Banyaknya materi yang harus di ajarkan dan keterbatasan waktu membuat guru
jarang memanfaatkan sumber belajar yang lain.
Berdasarkan dokumentasi nilai raport semester tahun ajaran 2015/2016
yang diperoleh langsung dari guru kelas V SD Negeri Punukan, Gadingan dan
Beji menunjukkan bahwa nilai rata-rata mata pelajaran Matematika sebesar
64,78 yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 72.
Rendahnya prestasi belajar matematika di kelas V SD Negeri Punukan,
Gadingan dan Beji diduga karena siswa cenderung mudah putus asa, kurang
dapat berkonsentrasi dan malas ketika mengerjakan soal matematika sehingga
kurang ada keinginan untuk berusaha memahami pelajaran. Untuk mencapai
prestasi belajar yang tinggi pada mata pelajaran matematika tidak hanya
emosi yang baik. Jika IQ lebih mengarah kepada kecerdasan kognitif, maka
kecerdasan emosi lebih mengarah kepada sikap, motivasi, ketekunan,
kegigihan dan pengelolaan emosi diri untuk dapat menghayati setiap materi
pelajaran (Goleman, 2002: xiii).
Dalam penelitian oleh Gulinda Binasih (2012) menunjukkan bahwa ada
hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan hasil
belajar matematika pada materi pecahan siswa kelas IV SD Negeri Donan 5
Kecamatan Cilacap Tengah. Penelitian lain oleh Rian Ika Maryani (2011)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosi
dengan semangat belajar siswa. Penelitian oleh Annisa Rofingatul Jannah
(2012) juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kecerdasan emosi terhadap
kemandirian belajar siswa. Dengan adanya penelitian yang sudah dilakukan,
menunjukkan bahwa kecerdasan emosi memang memiliki andil yang besar
terhadap perilaku seseorang yang nantinya akan berdampak terhadap
kesuksesan orang tersebut.
Selama observasi berlangsung peneliti menemukan berbagai macam
masalah dalam mata pelajaran matematika, namun peneliti belum dapat
menemukan penyebab utama dari masalah-masalah tersebut. Jika ditinjau dari
penelitian yang sudah dilakukan di atas, maka dapat diindikasikan bahwa
kecerdasan emosi siswa berhubungan erat dengan prestasi belajar yang kurang
maksimal. Oleh karena pada siswa kelas V SD Segugus I Kecamatan Wates
belum diketahui hubungan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar
emosi dengan prestasi belajar matematika siswa, maka berdasarkan uraian yang
telah dipaparkan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Kecerdasan Emosi Anak Dengan Prestasi Belajar Matematika
Siswa Kelas V Sekolah Dasar Segugus I Kecamatan Wates Kebupaten Kulon
Progo Tahun Ajaran 2015/2016”.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat
ditentukan identifikasi masalah sebagai berikut.
1. Siswa kurang bisa mengelola dan mengontrol emosinya.
2. Siswa cenderung malas dan mudah putus asa dalam memahami pelajaran
smatematika.
3. Siswa kurang bisa memotivasi diri sendiri.
4. Rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
5. Belum diketahui adanya hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi
belajar matematika.
C.Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi pada belum diketahuinya
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : “Adakah hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar matematika siswa kelas V SD
segugus I Kecamatan Wates Kebupaten Kulon Progo Tahun Ajaran
2015/2016?”
E.Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah dan perumusan
masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: “Untuk mengetahui ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar
matematika siswa kelas V SD segugus I Kecamatan Wates Kabupaten Kulon
Progo Tahun Ajaran 2015/2016.”
F. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian dalam penulisan karya ilmiah diharapkan ada manfaat
dari penelitian tersebut. Berdasarkan rumusan masalah yang menjadi fokus
kajian dalam penelitian ini dan tujuan yang ingin dicapai, maka diharapkan
penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Bagi guru
Memberikan kontribusi yang positif sebagai masukan (input) meningkatkan
bahan pertimbangan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di sekolah, untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Bagi siswa
Diharapkan dapat memperkuat semangat dan sebagai bahan referensi bagi
siswa tentang pentingnya mengendalikan kecerdasan emosi. Anak yang
mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi adalah merupakan bekal
potensial yang akan memudahkan dalam belajar. Namun juga perlu
mengembangkan kecerdasan emosi yang tidak kalah penting dengan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Kecerdasan Emosi
1. Pengertian Kecerdasan Emosi
“Istilah kecerdasan emosi (Emotional Quotient) pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard
University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk
menerangkan kualitas-kualitas emosi yang tampaknya penting bagi
keberhasilan” (Lusi Nuryanti, 2008: 43). Salovey dan Mayer
mendefinisikan kecerdasan emosi atau yang sering disebut EQ sebagai:
“himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan
memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain,
memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk
membimbing pikiran dan tindakan.” (Shapiro, 1998 : 8).
“Kecerdasan emosi atau emotional intelligence adalah kemampuan
mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan
memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada
diri dan dalam hubungan dengan orang lain” (Hamzah B. Uno, 2010:72). Kecerdasan emosi sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat
menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan
terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam
secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. EQ
tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan” (Shapiro, 1998: 10).
Kecerdasan emosi (EQ) adalah sejumlah kemampuan dan
keterampilan yang berkaitan dengan pembinaan hubungan sosial dengan
lingkungan yang merujuk pada kemampuan mengenali perasaan diri sendiri
dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan
mengelola emosi dengan baik dan dalam hubungan dengan orang lain.
Untuk lebih menjelaskan tentang pentingnya kecerdasan emosi, Claude
Steiner dan Paul Perry (dalam Agus Efendi, 2005 : 65) juga menegaskan
dalam bukunya, Achieving Emotional Literacy (1997), bahwa “semata – mata IQ yang tinggi tidak akan membuat seseorang menjadi cerdas. Tanpa
kecerdasan emosi, kemampuan untuk memahami dan mengelola perasaan– perasaan kita dan perasaan–perasaan orang lain, kesempatan kita untuk hidup bahagia menjadi sangat tipis”.
Goleman, seorang peneliti dan juga penulis buku best seller tentang
kecerdasan emosi juga mengatakan bahwa setinggi–tingginya, IQ hanya menyumbang kira–kira 20 persen bagi faktor–faktor yang menentukan sukses dalam hidup, maka yang 80 persen diisi oleh kekuatan– kekuatan lain. Kekuatan–kekuatan lain dimaksud salah satunya adalah kecerdasan emosi. Selain itu, Cooper dan Ayman (dalam Agus Efendi, 2005: 65) juga
menulis “Voltaire menunjukkan bahwa bagi bangsa romawi, sensus
communis dan sensibility (kemampuan), mencakup seluruh penggunaan
(brain power). Tetapi, untuk berpikir dengan baik dan agar kesuksesan itu
bertahan lama, kita harus belajar untuk menyaingi setiap aspek kecerdasan
kita, bukan hanya dari kepala saja. Di samping itu, bukti–bukti mutakhir neurologis menunjukkan bahwa emosi merupakan bahan bakar yang sangat
diperlukan bagi kekuatan penalaran otak...” Dari pendapat–pendapat tadi maka semakin menguatkan pemikiran kita bahwa IQ bukanlah satu–satunya faktor penentu keberhasilan seseorang.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa kecerdasan emosi
merupakan gambaran kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
seseorang yang berkaitan dengan dengan pembinaan hubungan sosial
dengan lingkungan. Kemampuan emosi memberikan dasar kemampuan
untuk mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan
memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik dan
dalam hubungan dengan orang lain.
2. Aspek Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat
menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Orang-orang yang cerdas secara
emosi itu memakai perasaan mereka untuk meningkatkan pemikiran dan
pengambilan keputusan. Goleman (2002: 58) menyatakan bahwa: “emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengembangkan kesadaran diri,
kemampuan mengelola emosi, kemampuan mengembangkan motivasi diri
mengembangkan empati, dan kemampuan mengembangkan kecakapan
dalam membina hubungan dengan orang lain”.
Reuven Bar-On (dalam Steven J. Stein dan Howard E. Book,
2002:18) “mengembangkan sebuah perangkat yang kemudian dikenal
sebagai BarOn EQ-I, singkatan dari Emotional Quotinet Inventory. Dia
berpendapat bahwa kecerdasan emosi terdiri atas sekumpulan kecakapan
dan sikap yang jelas perbedaannya, namun saling tumpang-tindih”. Reuven Bar-On (dalam Steven J. Stein dan Howard E. Book, 2002:39) menjabarkan
“kecerdasan emosi menjadi lima kemampuan pokok, yaitu kemampuan
intrapersonal, kemampuan interpersonal, penyesuaian diri, penanganan
stress, dan suasana hati” dengan penjelasan sebagai berikut. a. Kemampuan intrapersonal
Kemampuan interpersonal yang behrubungan dengan kecerdaan
emosi meliputi kesadaran diri, asertivitas, harga diri, aktualisasi diri, dan
kemandirian dengan penjelasan sebagai berikut.
1) Kesadaran diri emosi, yaitu kemampuan untuk mengakui atau
mengenal perasaan diri, memahami hal yang sedang dirasakan dan
mengetahui penyebabnya
2) Asertivitas, meliputi tiga komponen dasar, yaitu sebagai berikut.
a) kemampuan untuk mengungkapkan perasaan
b) kemampuan mengungkapkan keyakinan dan gagasan secara
c) kemampuan mempertahankan kebenaran dengan cara yang tidak
destruktif
3) Harga diri, yaitu kemampuan menghargai dan menerima diri sendiri
sebagai sesuatu yang baik, atau kemampuan mensyukuri berbagai
aspek positif dan kemampuan yang ada dan juga menerima aspek
negatif dan keterbatasan yang ada pada diri dan tetap menyukai diri
sendiri.
4) Aktualisasi diri, yaitu kemampuan menyadari kapasitas potensial
yang dimiliki.
5) Kemandirian, yaitu kemampuan mengatur atau mengarahkan diri
dan mengendalikan diri dalam berfikir dan bertindak serta tidak
tergantung pada orang lain secara emosi
b. Kemampuan interpersonal
Kemampuan interpersonal yang behrubungan dengan kecerdaan
emosi meliputi empati, hubungan interpersonal, dan tanggungjawab
sosial. Empati adalah kemampuan menyadari, memahami, menghargai
perasaan orang lain dan juga kemampuan untuk peka terhadap perasaan
dan pikiran orang lain. Hubungan interpersonal adalah kemampuan
menjalin dan mempertahankan hubungan yang saling memuaskan yang
dicirikan dengan keakraban serta memberi dan menerima kasih sayang.
Tanggungjawab sosial adalah kemampuan menunjukkan diri sendiri
c. Penyesuaian diri
Penyesuaian diri meliputi pemecahan masalah, uji realitas, dan
fleksibilitas. Pemecahan masalah adalah kemampun mengenali masalah
serta menghasilkan dan melaksanakan solusi yang secara potensial
efektif. Uji realitas adalah kemampuan menilai kesesuaian antara apa
yang dialami atau dirasakan dan kenyataan yang ada secara objektif dan
sebagaimana adanya bukan sebagaimana yang diinginkan atau
diharapkan. Fleksibilitas adalah kemampuan mengatur emosi, pikiran dan
tingkah laku untuk mengubah situasi dan kondisi sikap fleksibilitas ini
juga mencakup seluruh kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang tidak terduga dinamis.
d. Penanganan stress
Penanganan tress meliputi ketahanan menanggung stress dan
pengendalian impuls. Ketahanan menanggung stress, yaitu kemampuan
menahan peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi stres dan
dengan aktif serta sungguh-sungguh mengatasi stress tersebut.
Pengendalian impuls, yaitu kemampuan menahan dan menunda gerak
hati, dorongan dan godaan untuk bertindak.
e. Suasana hati
Suasana hati meliputi kebahagiaan dan optimism. Kebahagiaan
adalah kemampuan untuk merasa puas dengan kehidupan, menikmati
adalah kemampuan untuk melihat sisi terang dalam hidup dan
membangun sikap positif sekalipun dihadapkan dengan kesulitan.
Dari kajian-kajian di depan, maka dapat disebutkan bahwa
kecerdasan emosi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
memakai, memahami, dan mengelolaemosi untuk pengendalian diri dalam
mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Kecerdasan emosi dalam
pelaksanaannya memiliki beberapa kemampuan, yaitu kemampuan
intrapersonal, kemampuan interpersonal, penyesuaian diri, penanganan
stress, dan suasana hati. Kemampuan tersebut menentukan paradigma dan
sikap yang akan dilakukan oleh siswa dalam belajar.
3. Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosi
Setiap orang tua dan pendidik pasti mendambakan anak-anaknya
yang sehat jasmani dan rohani, cerdas dan berperilaku baik, sehingga kelak
menjadi anak-anak yang unggul dan tangguh menghadapi berbagai
tantangan dimasa depan (Bambang, 2008: 4). Perlu disadari bahwa untuk
mewujudkan dambaan tersebut serta untuk mengembalikan citra remaja
yang semakin terpuruk, maka salah satu cara adalah dengan meningkatkan
kecerdasan emosi siswa. Di mana kecerdasan emosi adalah suatu
kemampuan untuk mengelola emosi yang terddapat dalam individu.
Menurut pendapat yang disampaikan oleh Gottman dan Claire
(2003: 73), menyebutkan bahwa ada 5 (lima) langkah yang dapat dilakukan
a. Menyadari emosi anak tersebut;
b. Mengenali emosi sebagai peluang untuk menjadi akrab dan untuk
mengajar;
c. Mendengarkan dengan penuh empati dan menegaskan perasaan-perasaan
si anak;
d. Menolong si anak untuk member label emosi-emosi dengan kata-kata;
dan
e. Menentukan batas-batas sambil menolong si anak memecahkan masalah.
Sehubungan dengan cara meningkatkan kecerdasan emosi, Sri
Widayati dan Utami Wijiati (2008: 20), mengemukakan bahwa terdapat
beberapa cara untuk meningkatkan kecerdasan emosi anak, yaitu:
a. Mengajarkan cara berpikir realistis dan optimis;
b. Membuat “kartu emosi”;
c. Mendengarkan curahan hati anak;
d. Membaca dongeng atau buku bersama;
e. Bermain peran atau drama;
f. Libatkan anak dengan kegiatan olahraga atau organiasi
g. Puji dan motifasi anak.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulak bahwa kecerdasan
emosi siswa harus dikembangkan oleh semua pihak yang bersangkutan tak
terkecuali pendidik dan para orang tua, sehingga dari sinilah kepribadian
siswa dapat terbentuk menjadi lebih baik dan terus dibina secara intensif
lingkungan yang berada di sekitar mereka juga sangat berperan mendukung,
sehingga perkembangan kecerdasan intelektual maupun emosi dan
pembentuan akhlak (kepribadian) dapat tumbuh secara optimal.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi
Menurut Casmini (2007:23), terdapat dua faktor yang mempengaruhi
kecerdasan emosi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal dengan
penjelaan sebagai berikut.
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu.
Faktor ini dipengaruhi oleh keadaan otak emosi seseorang. Otak emosi
manusia sendiri dipengaruhi oleh kadaan amigdala, neokorteks, sistem
limbik, lobus prefrontal, dan hal-hal lain yang ada pada otak emosi.
Emosi mencakup keseluruhan sistem syaraf manusia, namun
menusur C. Gegorge Boeree (2008:49), ada dua bagian yang terkait erat
dengan emosi, yaitu sistem limbik dan sistem syaraf otonom. Sistem
limbik berperan dalam kehidupan emosi manusia dan sangat berkaitan
dengan pembentukan memori. Seseorang akan menyimpan sesuatu
yang telah dialaminya ataupun dilakukannya di dalam otak. Kegiatan
tersebut akan terekam dalam memori menjadi sebuah kenangan.
Bagian syaraf yang berpedan dalam pembentukan memori
tersebut adalag sistem limbik. Sistem limbik terdiri dari hipotalamus,
gippocampus, amygdale, dan beberapa area-area terkait (C. Gegorge
mempengaruhi emosi seseorang dari dalam atau sering kita sebut
sebagai faktor internal yang mempengaruhi emosi seseorang.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakn faktor yang berasal dari luar individu
dan mempengaruhi individu untuk mengubah sikapnya terhadap
sesuatu. Pengaruh tersbut dapat secara peroangan, kelompok, ataupun
melalui media massa baik cetak maupun elektronk.
Faktor eksternal dapat mempengaruhi keadaan emosi seseorang.
Pengaruh tersebut dapat berupa individu yang memimpin dan
mempengaruhi emosi seseorang ataupun secara kolektif. Orang yang
sudah dekat dengan seseorang dapat saling mempengaruhi. Apabila
seseorang memiliki kedekatan emosi dengan orang lain, maka denga
mudah emosinya dapat dipengaruhi oleh orang tersebut. Begitu pula
dengn kedekatan seseorang dengan sebuah kelompok. Seorang guru
yang sudah profesional dan memahami siswanya secara emosi akan
lebih mudah mempengaruhi kelas untuk melakukan kegiatan positif.
Guru yang membangun kedekatan emosi dengan siswanya akan mudah
mempengaruhi siswa agar lebih giat belajar.
B.Prestasi Belajar Matematika
1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Menurut Catharina (2006:84), prestasi belajar merupakan perubahan
Sedangkan menurut Sumadi (2002:297), prestasi belajar sebagai nilai yang
merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh guru terkait
dengan kemajuan atau prestasi belajar siswa selama waktu tertentu. Bukti
dari keberhasilan seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau
mempelajari sesuatu merupakan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa
dalam waktu tertentu.
Istilah prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar
(learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkaitan dengan aspek
pengetahuan (kognitif), sedangkan hasil belajar meliputi aspek
pembentukan watak siswa (Zainal Arifin, 2013: 12).
Nana Sudjana (2004: 112) menjelaskan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil yang telah dicapai terhadap bahan pelajaran melalui
penilaian formatif dan sumatif. Penilaian formatif yaitu penilaian jangka
pendek berupa ulangan harian. Sedangkan penilaian sumatif merupakan
penilaian jangka panjang berupa penilaian tengah semester atau penilaian
akhir semester. Tidak berbeda jauh dengan pendapat tersebut, Sutratinah
(2001: 43) mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah penilaian hasil
usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf,
maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh
setiap anak dalam periode tertentu. Laporan prestasi belajar siswa dalam
kurun waktu satu semester dapat tercermin dalam sebuah buku rapor (W.S.
Dari pengertian mengenai prestasi belajar dalam hubungannya dengan
matematika, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah
hasil belajar matematika yang diperoleh siswa selama proses belajar
mengajar pada periode tertentu yang dapat diukur melalui penilaian sumatif
dan penilaian formatif yang tercermin dalam buku rapor siswa pada mata
pelajaran matematika.
Prestasi belajar matematika dalam penelitian ini adalah nilai rapor
yang diperoleh siswa pada mata pelajaran matematika dalam rentang satu
semester pada tahun ajaran 2015/2016.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai siswa merupakan hasil interaksi berbagai
faktor yang mempengaruhi, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun
dari luar diri (faktor eksternal) siswa. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono
(2004: 138) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa meliputi:
a. Faktor Internal
1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun
yang diperoleh. Faktor ini meliputi penglihatan, pendengaran,
struktur tubuh.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang
a) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial (kecerdasan
dan bakat) dan faktor kecakapan nyata (prestasi yang telah
dimiliki).
b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu
seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,
dan penyesuaian diri.
3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor sosial yang terdiri dari: lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok.
2) Faktor budaya, meliputi: adat istiadat, ilmu pengetahuan,
teknologi, kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik, antara lain: fasilitas rumah, fasilitas
belajar, dan iklim.
4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
Conny R. Semiawan (2008: 11-13) mengemukakan faktor-faktor lain
yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, yaitu:
a. Pemenuhan kebutuhan psikologis
Dalam perkembangan anak perlu dipenuhi berbagai kebutuhan,
termasuk kebutuhan psikologisnya. Sekolah dan orang tua bertugas
membantu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa.
Pendidikan secara potensial berakar dari berbagai interaksi, khususnya
situasi pendidikan di mana mendidik dilandasi oleh nilai moral
tertentu dan mengacu pada perwujudan potensi bakat tertentu, yaitu
suatu tindakan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan psikologis.
b. Inteligensi, emosi, dan motivasi
Prestasi belajar selain ditentukan oleh kemampuan kognitif juga
di pengaruhi oleh faktor non kognitif yaitu antara lain emosi dan
motivasi. Meskipun sudah menjadi pengetahuan umum bahwa siswa
yang memiliki IQ tinggi akan lebih mudah memahami materi yang di
ajarkan sehingga biasanya prestasi belajarnya tinggi. Namun,
kecerdasan emosi juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Keseimbangan antara kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan
emosi diperlukan untuk berkonsentrasi terhadap materi pelajaran yang
dihadapi, mengatasi stres, atau kecemasan dalam persoalan tertentu.
Prestasi belajar juga tidak terlepas dari motivasi internal siswa yang
bersumber dari keyakinan diri dalam usaha untuk memperoleh prestasi
belajar yang tinggi.
c. Pengembangan kreativitas
Cerebrum otak besar dibagi dalam dua belahan otak, yaitu otak
kanan dan otak kiri yang memiliki tugas dan fungsi yang
berbeda-beda. Belahan otak kiri terutama berfungsi untuk merespon hal yang
sifatnya linier, logis, dan teratur. Belahan otak kanan untuk
mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Sekolah-sekolah pada
pembelajaran yang mengendalikan fungsi kedua belahan otak
secara harmonis akan membantu siswa berprakarsa mengatasi dirinya,
dan mampu meningkatkan prestasi belajar.
Berdasarkan uraian di atas maka faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa meliputi faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa
dan faktor eksternal yang berasal dari luar. Selain itu, faktor lain yang
mempengaruhi prestasi belajar adalah kebutuhan psikologis, emosi,
motivasi, dan pengembangan kreativitas siswa.
C.Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Prestasi Belajar Matematika
Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalani dengan
sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau
mengembangkan prilaku yang di inginkan. Sekolah sebagai lembaga formal
merupakan sarana dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tersebut. Melalui
sekolah, siswa mampu belajar berbagai macam hal. Proses belajar di sekolah
adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Banyak orang
berpendapat bahwa untuk meraih prestasi tinggi dalam belajar, seseorang harus
memiliki Intelligence Quontient (IQ) yang tinggi, karena inteligensi merupakan
bakal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada giliranya akan
mengasilkan prestasi belajar yang optimal. Menurut Binet (dalam Winkel,
1997:529) “hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan
mempertahankan suatu tujuan, mengadakan penyesuain dalam rangka
Goleman (2000:44) menyatakan bahwa kecerdasan intelektual (IQ)
hanya menyumbang 20% bagi kesusksesan, sedangkan yang lainya adalah
sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan
emosi atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan mengembangkan diri,
kemampuan mengembangkan motivasi, kemampuan mengembangkan
pengaturan diri, kemampuan mengembangkan empati, dan kemampuan
mengembangkan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain.
Dalam proses belajar siswa, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak
dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan dari emosi terhadap
mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua
inteligensi itu saling melengkapi.
Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar
siswa di sekolah (Goleman, 2002). Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu
mengembangkan retional intelligince yaitu model pemahaman yang lazimnya
dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional
intelligence siswa. Goleman (2002:170) menyebutkan : hasil beberapa
penelitian di University of Vermon mengenai analisis struktur neuologis otak
manusia dan penelitian perilaku oleh LeDoux pada tahun 1970 menunjukkan
bahwa dalam peristiwa penting kehidupan seseorang, EQ selalu mendahului
intelegensi rasional. “EQ yang baik dapat menentukan keberhasilan individu
dalam prestasi belajar membangun kesusksesan karir, mengembangkan
hubungan suami-istri yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas,
pendidikan, bagi sebagian orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas
kejanggalan tersebut. Teori Daniel Golemen, sesuai dengan judul bukunya
memberikan definisi baru terhadap kata cerdas. “Walaupun EQ merupakan hal yang relatif baru dibandingkan dengan IQ, namun beberapa penelitian telah
mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosi tidak kalah penting dengan IQ” (Goleman, 2002:14).
Berdasarkan uraian di atas, kecerdasan emosi memiliki hubungan
dengan prestasi belajar. Perserta didik yang memiliki kemampuan
mengembangkan diri, kemampuan mengembangkan motivasi, kemampuan
mengembangkan pengaturan diri, kemampuan mengembangkan empati, dan
kemampuan mengembangkan kecakapan dalam membina hubungan dengan
orang lain, maka dapat diindikasikan prestasi belajarnya meningkat.
D.Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Gulinda Binasih (2012) yang berjudul
“Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Hasil Belajar Matematika
pada Materi Pecahan Siswa Kelas IV SD Negeri Donan 5 Kecamatan
Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap” menunjukkan bahwa ada hubungan
yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan hasil belajar
matematika pada materi pecahan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis
korelasi product moment diperoleh r hitung 0,660. Hasil perhitungan
tersebut lebih besar dari nilai r tabel 0,279 (rhitung 0,660 > r tabel 0,279),
signifikan antara kecerdasan emosi dengan hasil belajar matematika pada
materi pecahan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rian Ika Maryani (2011) yang berjudul
“Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Semangat Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Segugus I Kecamatan Galur Tahun Ajaran 2010/2011”
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosi
dengan semangat belajar. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis korelasi
product moment diperoleh r hitung 0,766. Hasil perhitungan tersebut lebih
besar dari nilai r tabel 0,213 (r hitung 0,766 > r tabel 0,213), sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara kecerdasan emosi
dengan semangat belajar
3. Penelitian yang dilakukan oleh Annisa Rofingatul Jannah (2012) yang
berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosi Terhadap Kemandirian Belajar
Siswa Kelas V SD Se-Gugus Yos Sudarso Kecamatan Majenang
Kabupaten Cilacap” menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kecerdasan
emosi terhadap kemandirian belajar. Hal ini ditunjukkan dengan Fhitung >
Ftabel , yaitu 52,154 > 3, 912. Besarnya koefisien determinan adalah 0,28.
Hal ini berarti kecerdasan emosi memberikan kontribusi terhadap
kemandirian belajar sebesar 28%.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan
peneliti sebelumnya adalah jenis penelitian. Penelitian Gulinda Binasih
(2012) dan Rian Ika Maryani merupakan penelitian populasi, sedangkan
Jannah (2012) merupakan penelitian korelasi kausal (sebab-akibat),
sedangkan penelitian ini merupakan penelitian korelasi simetris.
Perbedaan selanjutnya adalah teknik pengambilan data. Penelitian
Annisa Rofingatul Jannah (2012) menggunakan teknik proportional
random sampling, sedangkan penelitian ini menggunakan teknik simple
random sampling.
Perbedaan lainnya yaitu variabel terikat dalam penelitian ini
adalah prestasi belajar matematika, sedangkan variabel terikat dalam
penelitian yang telah dilakukan ketiga peneliti sebelumnya adalah hasil
belajar matematika pada pecahan, semangat belajar, dan kemandirian
belajar. Selain itu subjek, tempat, dan waktu dalam penelitian ini juga
berbeda dengan ketiga penelitian sebelumnya.
E.Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan, kerangka berpikir
penelitian ini digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Prestasi adalah pencapaian hasil belajar dalam kurun waktu tertentu
untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan seseorang. Prestasi belajar
adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan Kecerdasan
Emosi
belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Prestasi belajar merupakan
ukuran keberhasilan yang diperoleh siswa selama proses belajarnya. Selama ini
banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi belajar yang
tinggi diperlukan kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi. Namun, menurut
hasil penelitian terbaru di bidang psikologi membuktikan bahwa IQ bukanlah
satu–satunya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang, tetapi ada banyak faktor lain yang mempengaruhi diantaranya adalah faktor lingkungan,
faktor biologis, dan faktor psikologis yang terdiri dari bakat, minat, dan
kecerdasan emosi (EQ).
Kecerdasan emosi sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
emosi secara efektif dalam mencapai suatu tujuan untuk mengindera,
memahami dan secara efektif menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi
sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi.
Kemampuan seseorang dalam menggunakan atau mengelola emosi baik pada
diri sendiri maupun ketika berhadapan dengan orang lain, dan
menggunakannya secara efektif untuk memotivasi diri dan bertahan pada
tekanan, serta mengendalikan diri untuk mencapai hubungan yang produktif.
Sebagai pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta mampu untuk
memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, kesanggupan untuk
mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan,
mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan
dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan
untuk menyelesaikan konflik serta untuk memimpin.
Peserta didik yang mempunyai kecerdasan emosi yang baik, dapat
menjadi lebih terampil menenangkan dirinya dengan cepat, lebih terampil
dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam berhubungan dengan orang
lain, lebih cakap memahami orang lain dan untuk kerja akademis dapat
memiliki kerja akademis yang baik di sekolah (Gottman, 2003: xvii).
Kecerdasan emosi juga turut memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam
mengelola pikiran dan perasaan untuk dapat memotivasi diri dan membuang
pikiran-pikiran negatif penyebab stres saat pelajaran matematika.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosi berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa, dimana semakin tinggi kecerdasan emosi maka
akan semakin tinggi pula prestasi belajar siswa (Gulinda Binasih, 2012;
Mustaqim, 2012; Goleman, 2002). Begitu juga dengan penelitian Riheni
Pamungkas (2013) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh positif
kecerdasan emosional (EQ) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V.
F. Hipotesis
Hipotesis adalah merupakan dugaan sementara yang mungkin benar
atau mungkin salah, yang akan diterima kalau fakta-fakta membenarkannya
dan akan ditolak kalau salah atau palsu. Menurut Kartini Kartono (Sutrisno
Hadi, 2001: 63), hipotesis merupakan jawaban dari suatu penelitian, yang harus
163), hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji
lagi kebenarannya. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
“ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan
prestasi belajar matematika siswa kelas V SD segugus I Kecamatan Wates
Kebupaten Kulon Progo Tahun Ajaran 2015/2016”.
G.Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas, yaitu kecerdasan
emosi dan variabel terikat, yaitu prestasi belajar matematika.
1. Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi dalam pelaksanaannya memiliki beberapa
kemampuan, yaitu kemampuan intrapersonal, kemampuan interpersonal,
penyesuaian diri, penanganan stress, dan suasana hati. Kemampuan
tersebut menentukan sikap dan perilaku yang akan dilakukan oleh siswa
dalam belajar.
Untuk mengukur kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa,
dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket yang berisi skala sikap
sebanyak 45 butir dengan rentang nilai 1-4.
2. Prestasi Belajar Matematika
Prestasi belajar matematika adalah hasil belajar matematika yang
diperoleh siswa selama proses belajar mengajar pada periode tertentu
yang dapat diukur melalui penilaian sumatif dan penilaian formatif yang
Prestasi belajar matematika dalam penelitian ini adalah nilai rapor
yang diperoleh siswa pada mata pelajaran matematika dalam rentang satu
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan
jenis penelitian korelasi yaitu penelitian yang melibatkan tindakan
pengumpulan data guna menentukan apakah ada hubungan dan tingkat
hubungan antara dua variabel atau lebih (Sukardi, 2008: 160). Penelitian ini
bersifat ex-post facto. Kerlinger (Sukardi, 2008: 163) menjelaskan bahwa
“penelitian ex-post facto merupakan penelitian di mana variabel-variabel bebas
telah terjadi ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam
suatu penelitian”. Jenis penelitian ini digunakan untuk hubungan kecerdasan
emosi dengan prestasi belajar matematika siswa kelas V Sekolah Dasar
segugus I Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo Tahun Ajaran 2015/2016.
B.Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi atau tempat penelitian ini adalah SD Segugus I Kecamatan Wates,
Kabupaten Kolon Progo.
2. Waktu Penelitian
C.Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2010: 80). Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
semua siswa kelas V SD Segugus I Kecamatan Wates, Kabupaten Kolon
Progo yang terdiri dari 7 (tujuh) SD sebanyak 214 siswa. Populasi penelitian
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Data Populasi Siswa Kelas V Gugus I Kecamatan Wates Kebupaten Kulon Progo
No Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas V
1. SD Percobaan 26
2. SD N 2 Wates 39
3. SD BOPKRI 7
4. SD Gadingan 37
5. SD Punukan 25
6. SD Beji 32
7. SD IT Ibnu Mas’ud 48
Jumlah 214 siswa
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 81). Alasan penelitian dilakukan
dengan menggunakan sampel, karena jumlah populasi yang besar, dapat
a. Ukuran Sampel
Penarikan sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan
rumus Slovin, yaitu:
Keterangan : n = sampel N = populasi e = error sampling
Dalam penelitian ini, error sampling ditentukan sebesar 5%
sehingga diperoleh:
Jadi, sampel dalam penelitian ini sejumlah 139 siswa.
b. Cara Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Simple Random Sampling. Pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak dari seluruh SD, sehingga seluruh
individu yang menjadi anggota populasi memiliki peluang yang sama
untuk diambil sebagai anggota sampel. Dalam menentukkan sampel
Tabel 2. Perhitungan Pengambilan Sampel
Pengumpulan data dimaksudkan agar memperoleh data yang objektif
dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, diperoleh metode yang
mampu mengungkap data yang sesuai dengan pokok permasalahannya.
Berdasarkan jumlah variabel yang diteliti dan teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui angket dan
dokumentasi.
Sehubungan dengan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Sedangkan Suharsimi Arikunto (2010: 27-28),
mengemukakan, angket atau kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan
yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan
kuesioner ini kita dapat mengetahui tentang keadaan/data diri, pengalaman,
pengetahuan, sikap atau pendapat dari responden.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan angket untuk mengungkap
keadaan diri para siswa secara implisit. Setelah siswa mengisi angket maka
peneliti dapat melihat tingkat kecerdasan emosi. Suharsimi Arikunto (2010:
195), menyebutkan angket sebagai instrumen penelitian memiliki beberapa
keunggulan antara lain :
a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti;
b. Dapat dibagikan secara serentak kepada responden;
c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing,
dan menurut waktu senggang responden;
d. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak
malu-malu menjawab;
e. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi
pertanyaan yang benar-benar sama.
Jenis angket yang digunakan untuk memperoleh data kecerdasan
emosi pada penelitian ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a. Ditinjau dari cara menjawabnya, merupakan angket tertutup karena siswa
b. Ditinjau dari jawaban yang diberikan, merupakan angket langsung di
mana responden tinggal menjawab tentang dirinya; dan
c. Ditinjau dari bentuknya merupakan check list, di mana responden tinggal
membubuhkan tanda (√) pada kolom yang sesuai.
Dalam penelitian ini model angket yang digunakan adalah model
“Skala Likert” dengan modifikasi 4 pilihan yaitu: Sangat Sesuai (SS),
Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Menurut
Sutrisno Hadi (2001), modifikasi terhadap skala likert dalam penelitian ini
berdasarkan tiga alasan sebagai berikut:
a. Ketegori Belum Memuaskan mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum
dapat memutuskan atau memberi jawaban, netral bahkan ragu-ragu.
Kategori jawaban yang mempunyai arti ganda ini tidak diharapkan dalam
suatu instrumen.
b. Tersedianya jawaban yang di tengah mendorong responden untuk
memilih yang ditengah terutama bagi responden yang ragu-ragu atas arah
kecenderungan jawaban ke arah sesuai dan tidak sesuai
c. Kategori pilihan sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai dan sangat tidak
sesuai terutama digunakan untuk melihat kecenderungan pendapat
responden, kearah setuju atau kearah tidak sesuai.
Sedangkan dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, dokumen, notulen rapat, peraturan-peraturan dan
dokumentasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data
tentang prestasi belajar matematika siswa dalam kurun waktu satu semester
yang tercantum dalam buku rapor semester I tahun ajaran 2015/2016.
2. Kisi-kisi variabel
Dalam penyusunan skala kecerdasan emosi disusun terlebih dahulu
kisi-kisi instrumen berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Bar-On yang
menjabarkan kecerdasan emosi menjadi lima kemampuan pokok sebagai
berikut.
Tabel 3 : Instrumen Variabel Kecerdasan Emosi
3. Penyusunan dan penyuntingan item
Setelah kisi-kisi terbentuk, maka langkah yang dilakukan
selanjutnya adalah menyusun item pertanyaan dengan mengunakan bahasa
yang sederhana, yaitu bahwa yang mudah dimengerti sesuai dengan
karakteristik siswa usia kelas V SD, sehingga angket yang dibuat tidak
membingungkan siswa. Dengan demikian siswa akan lebih mudah untuk
memahami pertanyaan-pertanyaan yang ada di lembar angket.
4. Penyekoran instrumen
Dalam pemberian skor dalam angket ini, seluruh pertanyaan
bersifat positif dengan ketentuan penskoran sebagai berikut.
Tabel 4. Penskoran Butir Skala Kecerdasan Emosi
Alternatif Jawaban
Sangat
Sesuai Sesuai Tidak Sesuai
SangatTidak Sesuai
Pernyataan Positif 4 3 2 1
E.Uji Coba Instrumen
Instrumen sebelum digunakan sebagai pengumpulan data penelitian,
terlebih dahulu harus diuji cobakan. Suharsimi Arikunto (2002: 143)
mengemukakan bahwa, tujuan diadakan uji coba instrumen adalah untuk
menguji keandalan instrumen dan untuk menguji ketepatan dari segi teknik. Uji
coba instrumen penelitian dilakukan pada 32 siswa kelas V SD N 5 Wates.
Hasil angket kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya dengan keterangan
1. Uji Validitas
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara
tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana
data yang dikumpul tidak menyimpang dari gambar tentang validitas yang
dimaksud. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:144), “validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan
suatu instrumen. Sebelum melakukan uji coba instrumen, terlebih dahulu
dilakukan validitas isi. Validasi isi dilakukan oleh dosen ahli yang
kompeten (expert judgement) dengan masukan agar menyederhanakan
bahasa agar mudah dipahami oleh siswa. Jika instrumen sudah dinyatakan
layak oleh dosen ahli, maka dilakukan uji coba instrumen.
Adapun rumus yang digunakan adalah rumus yang dikemukan oleh
Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi Product Moment.
rxy =
∑XY = Jumlah perkalian antara skor item dengan skor total
∑X2
= Jumlah skor item kuadrat
∑Y2
= Jumlah skor total kuadrat
Dari hasil penghitungan yang dilakukan dengan analsis Product
a. Jika rxy lebih besar dari r tabel, maka item mempunyai daya dukung
yang besar terhadap keseluruhan butir instrumen, sehingga butir
tersebut dipertahankan untuk mengungkap data.
b. Jika rxy lebih kecil dari r tabel, maka item mempunyai daya dukung
yang relatif kecil terhadap keseluruhan butir instrumen, sehingga
butir perlu digugurkan dalam mengungkapkan data.
Dengan subjek (N) sebanyak 32 siswa pada variabel kecerdasan
emosi diperoleh r tabel sebesar 0,374 pada taraf signifikansi 5%. Hasil uji
coba instrumen dari 51 pertanyaan tentang kecerdasan emosi dengan
menggunakan bantuan komputer program SPSS for Windows versi 20
diperoleh 45 butir valid dan 6 butir tidak valid. Butir soal yang valid yaitu
nomor 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 23, 25,
26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47,
48, 50, dan 51. Sedangkan butir soal yang tidak valid yaitu nomor 4, 20,
24, 28, 39, dan 49. Dari 51 butir soal yang di uji, hanya 45 soal yang
digunakan dalam penelitian.
2. Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat kepercayaan
angket yang akan diujikan kepada reponden. Reliabilitas sering diartikan
sebagai taraf kepercayaan. Menurut Arikunto (2002:171), alat ukur yang
baik disamping mempunyai validitas yang tinggi, juga harus reliabel,