PENGARUH INTENSITAS MEMBACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II KECAMATAN PENGASIH
KABUPATEN KULON PROGO TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Latifah Prihandini NIM 11108241027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v MOTTO
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, yang mengajari (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
(QS. Al-‘alaq : 3-5)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahakan untuk:
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Suyono Hadinoto dan Ibu Wiwiek Tri Lestari terima kasih untuk seluruh doa, cinta, kasih sayang, semangat, serta senantiasa mengiringi perjalanan putrinya selama ini.
vii
PENGARUH INTENSITAS MEMBACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II KECAMATAN PENGASIH
KABUPATEN KULON PROGO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh
Latifah Prihandini NIM 11108241027
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat intensitas membaca, hasil belajar IPS, dan pengaruh intensitas membaca terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo tahun pelajaran 2014/2015.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo yang berjumlah 156 siswa dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 112 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket dan tes. Sebelum penelitian dilaksanakan, maka dilakukan terlebih dahulu uji coba instrumen yaitu uji validitas dan reliabilitas. Teknik analisis data adalah statistik inferensial yang dilakukan dengan uji prasyarat analisis dan pengujian hipotesis. Uji prasyarat terdiri dari uji normalitas dan linearitas sedangkan pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi sederhana.
Tingkat intensitas membaca siswa termasuk dalam kategori sedang dengan persentase 71,4%, sedangkan tingkat hasil belajar IPS siswa termasuk dalam kategori sedang dengan persentase 70,5%. Hasil uji hipotesis menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara intensitas membaca terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo. Hal tersebut ditunjukkan dengan persamaan regresi Y = 1,930 + 0,422X, sedangkan koefisien determinan (R2) sebesar 0,637 yang berarti bahwa faktor
intensitas membaca memberikan kontribusi terhadap hasil belajar IPS sebesar 63,7% dan selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian berjudul “Pengaruh Intensitas Membaca terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD se-Gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Pelajaran 2014/2015” ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari doa, bantuan, perhatian, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk menyelesaikan studi di Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak HB. Sumardi, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan selama penyelesaian skripsi. 5. Ibu Safitri Yosita Ratri, M.Pd, M. Ed., selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan selama penyelesaian skripsi.
6. Bapak Agung Hastomo, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dorongan dan bimbingan dalam kegiatan perkuliahan. 7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang
telah memberikan bekal ilmu.
8. Kepala Sekolah SD Negeri se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo yang telah memberikan izin untuk penelitian skripsi.
x
B. Identifikasi Masalah ...6
C. Batasan Masalah ...6
D. Rumusan Masalah ...7
E. Tujuan Penelitian ...7
F. Manfaat Penelitian ...8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Intensitas Membaca 1. Pengertian Membaca ...9
2. Prinsip-prinsip Membaca ...11
3. Jenis-jenis Membaca ...11
4. Tujuan Membaca ...12
5. Manfaat Membaca ...14
6. Pengertian Intensitas ...15
7. Intensitas Membaca ...16
xi B. Tinjauan Hasil Belajar IPS di SD
1. Pengertian Hasil Belajar ...18
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ...19
3. Jenis-jenis Hasil Belajar ...20
4. IPS di SD ...22
5. Hasil Belajar IPS di SD ...24
6. Pengukuran Hasil Belajar IPS di SD ...25
C. Karakteristik Siswa Kelas V ...25
D. Penelitian yang Relevan ...27
E. Kerangka Pikir ...29
F. Hipotesis ...31
G. Definisi Operasional Variabel ...31
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ...33
B. Jenis Penelitian ...33
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi ...34
2. Sampel ...34
D. Variabel Penelitian ...36
E. Waktu dan Tempat Penelitian ...37
F. Metode Pengumpulan Data 1. Angket ...37
I. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas ...45
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian...48
B. Hasil Analisis Deskriptif 1. Deskripsi Intensitas Membaca ...50
2. Deskripsi Hasil Belajar IPS ...54
C. Hasil Uji Prasyarat 1. Uji Normalitas ...58
2. Uji Linearitas ...59
D. Uji Hipotesis ...59
E. Pembahasan ...62
F. Keterbatasan Penelitian ...64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...65
B. Saran ...65
DAFTAR PUSTAKA ...67
xiii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Populasi Siswa Kelas V SD se-Gugus II Kecamatan Pengasih ... 34
Tabel 2. Pedoman Pemberian Skor Instrumen Intensitas Membaca ... 40
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Intensitas Membaca... 40
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar IPS ... 42
Tabel 5. Kriteria Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 45
Tabel 6. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 49
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Intesitas Membaca ... 51
Tabel 8. Rumus Klasifikasi Intensitas Membaca ... 52
Tabel 9. Klasifikasi Intensitas Membaca ... 52
Tabel 10. Persentase Setiap Aspek Intensitas Membaca ... 53
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS ... 55
Tabel 12. Rumus Klasifikasi Hasil Belajar IPS ... 56
Tabel 13. Klasifikasi Hasil Belajar IPS... 56
Tabel 14. Persentase Setiap Indikator Hasil Belajar IPS ... 57
xiv
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Pengaruh Variabel Bebas-Variabel Terikat... 37
Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Intensitas Membaca ... 52
Gambar 3. Grafik Klasifikasi Intensitas Membaca ... 53
Gambar 4. Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS ... 55
xv
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Skala Uji Validitas dan Reliabilitas ...71
Lampiran 2. Soal Uji Validitas dan Reliabilitas ...74
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas Intensitas Membaca ...80
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas Hasil Belajar IPS ...81
Lampiran 5. Hasil Uji Reliabilitas ...82
Lampiran 6. Skala Intensitas Membaca ...83
Lampiran 7. Soal Tes Hasil Belajar IPS ...86
Lampiran 8. Data Hasil Penelitian ...91
Lampiran 9. Analisis Deskriptif ...100
Lampiran 10. Hasil Uji Normalitas ...100
Lampiran 11. Hasil Uji Linearitas ...100
Lampiran 12. Hasil Uji F ...101
Lampiran 13. Hasil Hitung R Square ...101
Lampiran 14. Hasil Hitung Persamaan Regresi ...101
Lampiran 15. Hasil Penghitungan Korelasi Product Moment ...101
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran
penting bagi siswa di Sekolah Dasar (SD). Siswa tidak hanya diajarkan tentang
teori di dalam kelas saja, namun siswa juga diajarkan cara bermasyarakat dan
melatih kepekaan terhadap masalah sosial yang terjadi. Sesuai dengan
pernyataan yang disampaikan oleh Sapriya (2011: 194) menyebutkan bahwa
mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis siswa agar peka terhadap kondisi sosial
masyarakat yang terus berkembang sebagai bekal dalam kehidupan
bermasyarakat. Di samping itu, Hidayati (2004: 16) juga menyatakan bahwa
melalui pengajaran IPS siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dan tantangan-tantangannya.
Secara umum, mata pelajaran IPS memiliki tujuan kurikuler yang ingin
dicapai. Sapriya (2011: 194) menyatakan bahwa tujuan mata pelajaran IPS
adalah sebagai berikut.
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk baik di tingkat lokal, nasional, dan global.
Salah satu aspek yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan
pembelajaran adalah penggunaan sumber belajar. Menurut Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain (2010: 123) sumber belajar adalah segala sesuatu
2
atau asal untuk belajar seseorang. Pada saat ini, sumber belajar tidak hanya
berasal dari buku dan guru saja, namun dengan adanya teknologi yang semakin
canggih, siswa dapat belajar dari berbagai sumber antara lain, internet, surat
kabar, radio, dan televisi.
Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting dan bermanfaat bagi
kehidupan sesorang. Membaca membuat seseorang memiliki pengetahuan dan
wawasan yang luas. Meskipun saat ini pemakaian alat-alat elektronik sudah
semakin maju, tetapi penggunaannya tidak dapat menggantikan posisi bahasa
tulis. Penyampaian informasi melalui sarana tulis untuk berbagai keperluan di
era modern saat ini merupakan hal yang tidak dapat ditinggalkan. Berbagai
informasi seperti cerita, berita, maupun ilmu pengetahuan sangat efektif
diumumkan melalui sarana tulisan. Kegiatan membaca merupakan satu-satunya
cara untuk menyerap penafsiran informasi tertulis. Maka dari itu, setiap orang
dituntut memiliki kemampuan membaca yang tinggi agar dapat mengikuti laju
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, dan juga
dapat memperluas pandangan hidupnya.
Membaca bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Yap (Darmiyati
Zuchdi, 2008: 25), mengungkapkan bahwa semakin banyak waktu membaca
setiap hari, besar kemungkinan semakin tinggi tingkat komprehensinya atau
semakin mudah memahami bacaan. Hal tersebut ditunjukkan melalui hasil
penelitian yang telah dilakukannya yakni ada beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap kemampuan membaca seseorang, yaitu 65% ditentukan
oleh banyaknya waktu yang digunakan untuk membaca, 25% oleh faktor IQ,
3
lingkungan fisik. Jadi, dapat dikatakan intensitas membaca akan berpengaruh
pada pemahaman bacaan.
Membaca merupakan suatu proses yang kompleks, karena melibatkan
berbagai macam fungsi kognitif (Sattler, 1988 dalam Amitya Kumara, dkk,
2014: 4), yaitu: perhatian, konsentrasi, kemampuan membuat asosiasi terhadap
informasi yang diperoleh, kemampuan melakukan decoding dengan cepat, pemahaman verbal, dan inteligensi umum. Jika salah satu dari fungsi kognitif
tersebut mengalami gangguan, kemungkinan keterampilan membacanya pun
akan terganggu.
Mengutip laporan studi IEA (International Association for the
Evaluation of Education Achievement) di Asia Timur, tingkat terendah
membaca dipegang oleh negara Indonesia dengan skor 51,7 di bawah Filipina
(52,6), Thailand (65,1), Singapura (74,0), dan Hongkong (75,5). Bukan hanya
itu, kemampuan orang Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah
yaitu hanya 30 persen. Data lain juga menyebutkan bahwa angka melek huruf
orang dewasa Indonesia hanya 65,5 persen. Sedangkan Malaysia sudah
mencapai 86,4 persen, dan negara-negara maju seperti Jepang, Inggris, Jerman,
dan Amerika Serikat umunya sudah mencapai 99,0 persen. (Ben S. Galus
dalam pendidikan-diy.go.id)
Tiga istilah yang sering digunakan untuk memberikan komponen dasar
dari proses membaca, adalah recording, decoding, dan meaning. Recording berkaitan dengan kata-kata dan kalimat. Asosiasinya dengan bunyi-bunyinya
sesuai dengan sistem tulisan yang dipergunakan. Sedangkan proses decoding (penyandian) merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam
4
awal, yaitu kelas SD kelas I, II, dan III yang lebih dikenal dengan membaca
permulaan. Sementara itu proses memahami makna (meaning) lebih ditekankan di kelas-kelas tinggi SD. (Syafi’ie, 1999 dalam Farida Rahim,
2008: 2). Membaca merupakan proses pengolahan bacaan secara kritis kreatif
dengan tujuan memperoleh pemahaman secara menyeluruh tentang suatu
bacaan, serta penilaian terhadap suatu keadaan, nilai, dan dampak bacaan.
Kegiatan membaca merupakan aktifitas mental memahami apa yang
disampaikan penulis melalui teks atau bacaan.
Kebiasaan membaca tumbuh dari hal yang paling dekat dengan anak,
yakni lingkungan keluarga. Namun pada kenyataannya di Indonesia, para
orang tua lebih memilih membelikan anaknya gadget daripada buku bacaan. Sehingga anak lebih terbiasa dengan gadget daripada buku bacaan. Hal ini perlu menjadi sorotan jika ingin meningkatkan kebiasaan membaca di kalangan
anak-anak.
Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001: 247) aktivitas dan tugas
membaca merupakan suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dalam
dunia pendidikan. Siswa memperoleh sebagian besar ilmunya melalui kegiatan
membaca. Kemampuan dan kemauan membaca sangat mempengaruhi
keberhasilan studi seseorang. Siswa harus memiliki kemampuan membaca
yang baik agar lebih mudah memperoleh informasi. Kemampuan membaca
yang dimaksud adalah kemampuan dalam memahami isi suatu bacaan.
Pemahaman terhadap suatu bacaan merupakan kunci sukses dalam meraih
keberhasilan di sekolah.
Kebiasaan membaca pada siswa SD yang masih rendah mengakibatkan
5
kepahaman siswa terhadap bacaan, maka semakin mudah pula siswa
memahami pelajaran. Terutama mata pelajaran yang membutuhkan referensi
bacaan banyak seperti IPS, PKn, dan IPA.
Di samping itu, ketersediaan buku yang menunjang naluri membaca
siswa SD masih belum terealisasi di kebanyakan SD di Indonesia. Buku baru
dan menarik adalah salah satu cara untuk menarik siswa SD datang ke
perpustakaan, namun sayangnya buku yang tersedia di perpustakaan hanya
buku-buku pelajaran dan buku-buku lama. Data yang dirilis Kompas edisi 25
Juli 2002 (Darmiyati Zuchdi, 2008: 13), bahwa dari sekitar 260.000 SD Negeri
di Tanah Air, hanya sekitar satu persen saja yang memiliki perpustakaan.
Itupun dengan kondisi yang masih patut dipertanyakan.
Hasil dari belajar siswa yang berupa prestasi belajar dipengaruhi oleh
beberapa faktor, menurut Dalyono (2005: 55-60) berhasil atau tidaknya
seseorang dalam belajar dipengaruhi beberapa faktor yaitu berasal dari dalam
diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya. Faktor dari dalam diri
berupa kesehatan, minat dan bakat, serta intelegensi siswa, sedangkan dari luar
diri siswa yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan. Apabila kedua
faktor tersebut mendukung kegiatan belajar siswa maka prestasi belajar siswa
dapat berhasil dengan optimal dan sebaliknya, apabila ada beberapa faktor
yang tidak mendukung maka prestasi belajar pada siswa menjadi kurang
optimal.
Pada mata pelajaran IPS, siswa dituntut memahami materi yang
diajarkan secara menyeluruh. Pemahaman siswa terhadap teks pada buku IPS
6
membaca dan memahami bacaan pada buku IPS, diharapkan siswa semakin
tinggi hasil belajar siswa tersebut.
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan di kelas V, SDN
Serang, SDN Kepek, SDN 1 Pengasih, SDN 3 Pengasih, dan SDN Klegen
diperoleh data nilai rata-rata dari 124 siswa berada pada angka 70,72. Guru
mengemukakan bahwa siswa dengan intensitas dan pemahaman bacaan yang
cukup tinggi mendapat nilai di atas rata-rata kelas. Meskipun pada mata
pelajaran yang membutuhkan penalaran dan berhitung siswa tidak mendapat
nilai sebaik pada mata pelajaran pemahaman seperti IPS dan PKn.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Pengaruh Intensitas Membaca Terhadap Hasil Belajar IPS
Siswa Kelas V SD se-Gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo
Tahun Pelajaran 2014/2015”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka teridentifikasi
masalah sebagai berikut.
1. Belum tumbuhnya budaya membaca di kalangan anak SD.
2. Intensitas membaca pada anak SD masih rendah.
3. Tingkat kemampuan membaca anak SD masih rendah.
4. Perpustakaan di SD masih belum layak.
5. Belum diketahui pengaruh membaca terhadap hasil belajar pada mata
pelajaran IPS.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang identifikasi masalah yang telah disebutkan
7
memprioritaskan pada suatu masalah. Penelitian ini dibatasi pada ruang
lingkup mengenai pengaruh intensitas membaca terhadap hasil belajar IPS
siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo
tahun pelajaran 2014/2015.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu:
1. Bagaimanakah tingkat intensitas membaca siswa kelas V SD se-gugus II
Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo tahun pelajaran 2014/2015?
2. Bagaimanakah tingkat hasil belajar IPS siswa kelas V SD se-gugus II
Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo tahun pelajaran 2014/2015?
3. Bagaimanakah pengaruh intensitas membaca terhadap hasil belajar IPS
siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon
Progo tahun pelajaran 2014/2015?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:
1. Mengetahui tingkat intensitas membaca siswa kelas V SD se-gugus II
Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Mengetahui hasil belajar IPS siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan
Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Pelajaran 2014/2015.
3. Mengetahui pengaruh intensitas membaca terhadap hasil belajar IPS siswa
kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo
8 F. Manfaat Penelitian
1. Teoretis
Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dan sumber informasi untuk
penelitian selanjutnya.
2. Praktis
a. Bagi sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam meningkatkan dan
menanamkan budaya membaca yang diikuti dengan pengadaan sumber
belajar yang lebih bervariatif.
b. Bagi guru
Penelitian ini dapat menambah wawasan guru untuk menambah sumber
belajar bagi siswa.
c. Bagi siswa
Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi siswa agar meningkatkan
intensitas dan kemampuan membaca sehingga mampu meningkatkan
9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Intensitas Membaca 1. Pengertian Membaca
Membaca merupakan aktivitas yang dapat dilihat sebagai suatu
proses dan sebagai suatu hasil. Henry Guntur Tarigan (2008: 7)
mengemukakan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Samsu
Somadayo (2011: 4) mendefinisikan membaca sebagai suatu kegiatan
interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang
terkandung di dalam bahan tulis.
Lebih lanjut lagi Farida Rahim (2008: 2) berpendapat bahwa
membaca pada hakikatnya adalah suatu hal yang rumit yang melibatkan
banyak hal, tidak sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan
aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sedangkan
Klein (Farida Rahim, 2008: 3), mengemukakan bahwa definisi membaca
mencakup: (a) membaca merupakan suatu proses, (b) membaca adalah
strategis, dan (c) membaca merupakan interaktif. Dalam hal ini yang
dimaksud dengan membaca merupakan suatu proses adalah informasi dari
teks serta pengetahuan yang telah dimiliki oleh pembaca mempunyai
peranan dalam membentuk makna. Membaca adalah suatu strategis yaitu
dalam kegiatan membaca harus menggunakan strategi yang sesuai dengan
teks dan konteks dalam rangka menyusun makna ketika membaca.
Sedangkan membaca adalah interaktif memiliki makna adanya interaksi
10
Miles A Tinker dan Contase M Mc Cullough (Darmiyati Zuchdi,
2008: 21-22) mengungkapkan bahwa membaca melibatkan proses
identifikasi dan proses mengingat suatu bahan bacaan yang disajikan
sebagai rangsangan untuk membentuk pengertian baru melalui
konsep-konsep yang relevan yang telah dimiliki oleh pembaca.
Harris dan Sipay 1980 (Darmiyati Zuchdi, 2008: 19), membaca
dapat didefinisikan penafsiran yang bermakna terhadap bahasa tulis.
Hakikat kegiatan membaca adalah memperoleh makna yang tepat.
Pengenalan kata dianggap sebagai suatu prasyarat yang diperlukan bagi
komprehensi bacaan, tetapi pengenalan kata tanpa komprehensi sangat
kecil nilainya. Anderson, dkk 1985 (Sabarti Akhadiah, dkk 1992: 23-24)
mengemukakan lima ciri membaca yaitu:
a. Membaca adalah proses konstruktif, tak ada satu tulisan pun yang dapat dipahami dan ditafsirkan tanpa bantuan latar belakang pengetahuan dan pengalaman pembaca.
b. Membaca harus lancar, kelancaran membaca ditentukan oleh kesanggupan pembaca mengenali kata-kata. Artinya, pembaca harus dapat menghubungkan tulisan dengan maknanya.
c. Membaca harus dilakukan dengan strategi yang tepat, pembaca yang terampil dengan sendirinya akan menyesuaikan strategi membaca dengan taraf kesulitan tulisan, pengenalannya tentang topik yang dibaca, serta tujuan membacanya.
d. Membaca memerlukan motivasi, motivasi merupakan kunci keberhasilan dalam belajar membaca, dan
e. Membaca merupakan keterampilan yang harus dikembangkan secara berkesinambungan, keterampilan itu tidak dapat diperoleh secara mendadak atau dalam waktu singkat dan untuk selamanya. Keterampilan itu diperoleh melalui belajar, tahap demi tahap, dalam waktu yang panjang secara terus menerus.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
membaca adalah suatu kegiatan interaktif yang dilakukan pembaca untuk
menafsirkan bahasa tulis dari pesan, yang hendak disampaikan oleh
penulis dengan maksud memahami makna yang terkandung dalam bahan
11 2. Prinsip-prinsip Membaca
Membaca memiliki beberapa prinsip, McLaughin dan Allen (Farida
Rahim, 2008: 3-4) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip membaca yang
paling mempengaruhi pemahaman membaca antara lain sebagai berikut.
a. Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial.
b. Keseimbangan kemahiraksaan adalah kerangka kerja kurikulum belajar siswa.
c. Gutu membaca yang professional (unggul) memengaruhi belajar siswa. d. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan
aktif dalam proses membaca.
e. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.
f. Siswa menemukan manfaat-manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkatan kelas.
g. Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca.
h. Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman. i. Strategi dan ketrampilan membaca bisa diajarkan.
j. Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman.
3. Jenis-jenis Membaca
Henry Guntur Tarigan (2008: 12-13) menyatakan bahwa membaca
bisa dibedakan menjadi dua jenis yaitu membaca nyaring (oral
reading/reading aloud) dan membaca dalam hati (silent reading).
Membaca nyaring dianggap tepat untuk mencapai tujuan yang terkandung
dalam keterampilan mekanis (mechanical skills) seperti pengenalan bentuk
huruf dan unsur-unsur linguistik. Sedangkan membaca dalam hati
dipandang tepat untuk mencapai tujuan yang bersifat pemahaman
(comprehension reading).
Membaca dalam hati dibagi atas membaca ekstensif dan intensif.
Membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya meliputi
sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca
12
(skimming), dan membaca dangkal (superficial reading) (Henry Guntur
Tarigan, 2008: 32).
Sedangkan yang dimaksud dengan membaca intensif adalah studi
seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di
dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira sampai empat
halaman setiap hari (Henry Guntur Tarigan, 2008: 36). Yang termasuk
dalam kelompok membaca intensif adalah membaca telaah isi (content
study reading) dan membaca telaah bahasa (linguistic study reading).
Membaca telaah isi dibagi menjadi membaca teliti, membaca pemahaman,
membaca kritis, dan membaca ide-ide. Sedangkan membaca telaah bahasa
meliputi kegiatan membaca bahasa dan membaca sastra.
4. Tujuan Membaca
Setiap individu memiliki tujuan yang berbeda-beda dalam
melakukan aktivitas membaca. Sabarti Akhadiah, dkk (1992: 25)
mengemukakan bahwa tujuan membaca bergantung pada situasi dan
kondisi pembaca. Secara umum tujuan membaca dapat dibedakan sebagai
berikut.
a. Membaca untuk mendapatkan informasi. Informasi yang dimaksud di sini mencakup informasi bisa tentang fakta dan kejadian sehari-hari sampai informasi tingkat tinggi tentang teori-teori serta penemuan dan temuan ilmiah yang canggih. Tujuan ini mungkin berkaitan dengan keinginan pembaca untuk mengembangkan diri.
b. Membaca dengan tujuan agar citra dirinya meningkat. Mereka ini mungkin membaca karya para penulis kenamaan, bukan karena berminat terhadap karya tersebut melainkan agar orang memberikan nilai positif terhadap diri mereka. Tentu saja kegiatan membaca bagi orang-orang semacam ini sama sekali tidak merupakan kebiasaannya, tetapi hanya dilakukan sekali-kali di depan orang lain.
13
d. Membaca untuk tujuan rekreatif, untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan, seperti halnya menonton film atau bertamasya. Bacaan yang dipilih untuk tujuan ini ialah bacaan-bacaan ringan atau jenis bacaan yang disukainya, misalnya cerita tentang cinta, detektif, petualangan, dan sebagainya.
e. Membaca tanpa tujuan apa-apa, hanya karena iseng, tidak tahu apa yang akan dilakukan; jadi, hanya sekedar untuk merintang waktu. Dalam situasi iseng itu, orang tidak memilih atau menentukan bacaan; apa saja dibaca; iklan, serta cerita pendek, berita keluarga, lelucon pendek, dan sebagainya. Kegiatan membaca seperti ini tentu lebih baik dilakukan daripada pekerjaan iseng yang merusak atau bersifat negatif.
f. Tujuan membaca yang tinggi ialah untuk mencari nilai-nilai keindahan atau pegalaman estetis dan nilai-nilai kehidupan lainnya. Dalam hal ini bacaan yang dipilih ialah karya yang bernilai sastra.
Senada dengan pendapat tersebut, Dwi Sunar Prasetyono (2008: 60)
menyatakan bahwa membaca mempunyai tujuan untuk mendapatkan
sejumlah informasi baru. Tujuan membaca secara spesifik berupa:
a. Membaca sebagai suatu kesenangan tidak melibatkan proses pemikiran yang rumit. Aktivitas ini biasanya dilakukan untuk mengisi waktu senggang. Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini adalah membaca novel, surat kabar, majalah, dan komik.
b. Membaca untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan, seperti membaca buku pelajaran atau buku ilmiah.
c. Membaca untuk dapat melakukan suatu pekerjaan atau profesi. Misalnya, membaca buku keterampilan teknis yang praktis atau buku pengetahuan umum (ilmiah populer).
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta
memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna
(meaning) sangat erat hubungannya dengan maksud seseorang dalam
membaca (Henry Guntur Tarigan, 2008: 9). Ketika seseorang tidak
sungguh-sungguh ingin mendapatkan informasi dari suatu bacaan maka ia
pun tidak akan mencapai tujuan membaca yang seutuhnya. Pada siswa
sekolah dasar banyak dijumpai kasus di mana aktivitas membaca hanya
dianggap sebagai suatu perintah, bukan sebagai kebutuhan seorang pelajar
14
Untuk itu, dalam pembelajaran guru perlu menyiapkan tujuan khusus
yang disesuaikan dengan mata pelajaran yang sedang berlangsung dalam
kelas. Pendapat tersebut ditegaskan oleh Blanton, dkk, dan Irwin (Farida
Rahim, 2008: 11) yang menyebutkan bahwa tujuan membaca mencakup:
(a) kesenangan, (b) menyempurnakan membaca nyaring, (c) menggunakan
strategi tertentu, (d) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik,
(e) mengaitkan informasi baru dengan yang telah diketahui, (f)
memperoleh nformasi untuk laporan, (g) mengkonfirmasi atau menolak
prediksi, (h) mengaplikasikan informasi yang didapat dari suatu teks, dan
(i) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
membaca seseorang tergantung pada kebutuhan dan apa yang ingin
dicapai. Namun pada hakikatnya, tujuan membaca adalah untuk mencari
serta memperoleh informasi yang mencakup isi dan makna bacaan yang
selanjutnya dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang sedang
dihadapi. Di samping itu, membaca juga memperluas pengalaman dan
pengetahuan. Dengan membaca, seseorang dapat memperoleh kepuasan
batin.
5. Manfaat Membaca
Pada era informasi dan komunikasi yang melaju cepat saat ini, setiap
orang dituntut untuk dapat mengikuti laju perkembangan zaman. Untuk
dapat mengikuti laju perkembangan zaman, tiap individu harus
mengimbanginya dengan kemampuan membaca yang sangat dibutuhkan
untuk menyerap berbagai informasi dari berbagai media. Samsu Somadayo
15
berinteraksi dengan perasaan dan pikiran, memperoleh informasi, dan
meningkatkan ilmu pengetahuan.
Melalui membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi,
memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru
(Darmiyati Zuchdi, 1997: 49). Semua yang diperoleh melalui bacaan itu
akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirnya,
mempertajam pandangannya dan memperluas wawasan. Membaca juga
dapat memperluas pengalaman batin yang seolah-olah dia
berbincang-bincang atau berlaku bersama-sama pengarangnya. Membaca dapat juga
memperluas cakrawala kehidupan (Suwaryono Wiryodijoyo, 1989: 191).
Sesuai beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
manfaat membaca yaitu memperoleh informasi, meningkatkan ilmu
pengetahuan, mendapat pengalaman-pengalaman baru, memperluas
wawasan dan pengalaman batin sehingga dapat memperluas cakrawala
kehidupan.
6. Pengertian Intensitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 335),
intensitas berarti keadaan tingkatan atau ukuran intensnya. Sedangkan
menurut bahasa, intensitas berasal dari bahasa Inggris yaitu intensity yang
berarti kemampuan, kekuatan, gigih atau kehebatan.
Intensitas adalah kekuatan efektivitas dari sebuah tindakan atau
proses, atau suatu tindakan yang dilakukan secara rutin (Duden, 2003
dalam Kiki Rizkianingrum, 2012: 12). Intensitas kegiatan yang dilakukan
seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan perasaan. Perasaan
16
bersangkutan melakukan kegiatan tersebut. Jadi, intensitas adalah tindakan
yang dilakukan secara terus menerus dengan frekuensi yang semakin lama
semakin meningkat.
7. Intensitas Membaca
Membaca merupakan keterampilan yang penting bagi manusia, oleh
karena itu kebiasaan membaca perlu ditumbuh kembangkan sejak kecil.
Dengan terbiasa membaca, seseorang akan mendapat pengetahuan dan
wawasan yang luas. Kebiasaan membaca berkaitan dengan intensitas
membaca. Semakin sering membaca maka semakin baik pula kemampuan
membaca seseorang.
Intensitas membaca mempengaruhi banyaknya informasi yang
dimiliki seseorang. Adanya dorongan dari dalam diri, membuat individu
melakukan suatu kegiatan. Kegiatan yang dilakukan secara terus menerus
disebut intensif.
Jadi, intensitas membaca dapat diartikan sebagai kegiatan interaktif
yang dilakukan untuk menafsirkan bahasa tulis dari pesan dengan maksud
memahami makna yang terkandung dalam bahan tulis yang dilakukan
secara terus menerus dengan frekuensi yang semakin lama semakin
meningkat.
8. Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Membaca
Rendahnya pemahaman siswa terhadap bacaan dikarenakan
kurangnya kebiasaan membaca. DP. Tampubolon (1990: 243)
beranggapan bahwa kebiasaan membaca merupakan salah satu faktor
penentu dalam kemampuan pemahaman. Semakin sering kegiatan
17
baik. Yap (Darmiyati Zuchdi, 2008: 25) juga menegaskan bahwa
kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh faktor intensitas
membacanya. Menurut Ajzen dalam Fajar Istiqomah (2009: 23-24),
menyatakan intensitas dipengaruhi oleh empat aspek, yaitu sebagai
berikut.
a. perhatian, merupakan ketertarikan individu terhadap objek tertentu
yang menjadi target perilaku
b. penghayatan, berupa pemahaman terhadap informasi yang dilihat dan
dialami, kemudian informasi tersebut dipahami, dinikmati, dan
disimpan sebagai pengetahuan yang baru bagi individu yang
bersangkutan
c. durasi, merupakan lamanya selang waktu yang dibutuhkan individu
untuk melakukan suatu aktivitas tertentu
d. frekuensi, adalah lamanya peluang perilaku atau suatu aktivitas
tertentu
Selain itu menurut Kiki Rizkianingrum, 2012: 13 intensitas dipengaruhi
oleh dua aspek sebagai berikut.
a. Minat meliputi:
1) memanfaatkan waktu luang untuk membaca
2) senantiasa berkeinginan membaca
3) melakukan kegiatan membaca dengan senang hati
b. Motivasi, meliputi dorongan untuk mencapai target yang akan dituju
oleh perilaku.
Berdasarkan beberapa aspek yang mempengaruhi intensitas
18
penghayatan, durasi, frekuensi, minat, dan motivasi sebagai acuan dalam
menyusun kisi-kisi angket intensitas membaca.
B. Tinjauan Hasil Belajar IPS di SD
1. Pengertian Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang mengusahakan adanya suatu
perubahan baik perilaku, sikap, maupun pengetahuan pada diri seseorang
yang sedang belajar. Belajar adalah proses perubahan positif kualitatif
yang terjadi pada tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan
pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, minat, apresiasi, kemampuan
berfikir logis dan kritis, kemampuan interaktif, dan kreativitas yang telah
dicapainya (Alben Ambarita, 2006: 59). Perubahan tersebut merupakan
perolehan yang disebut sebagai hasil belajar.
Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) menyebutkan bahwa hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
belajar. Sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar diwujudkan dengan
berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar yang diiringi dengan
peningkatan kemampuan mental. Peningkatan kemampuan mental tersebut
terwujud pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan Nana
Sudjana (2009: 22) mendefinisikan hasil belajar sebagai
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Di sisi lain, Purwanto (2011: 45) berpendapat bahwa hasil
belajar adalah perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan
19
Hasil belajar mempunyai peranan yang penting dalam proses
pembelajaran. Guru dapat mengetahui informasi tentang kemajuan siswa
dalam mencapai tujuan belajarnya melalui proses penilaian hasil belajar
yang dilakukan pada saat kegiatan belajar. Dengan demikian guru dapat
merancang kegiatan pembelajaran selanjutnya untuk siswa.
Berdasarkan pendapat ahli mengenai hasil belajar yang telah
diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengalami
interaksi tindak belajar dan mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses, bukan merupakan hasil. Belajar
tidak hanya mengingat, namun juga mengalami. Hasil belajar bukan suatu
penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan pada diri,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu (Oemar Hamalik, 2003: 27).
Menurut Muhibbin Syah (2013: 129), faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan jasmani dan
rohani siswa.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
20
Hasil belajar merupakan salah satu indikator pencapaian tujuan
pembelajaran di dalam kelas. Sugihartono, dkk (2007: 76-77),
menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah
sebagai berikut.
a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern yang berpengaruh dalam belajar meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor keluarga dapat meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Faktor masyarakat dapat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat, dan media massa.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas,
peneliti menggunakan faktor internal berupa faktor psikologis minat
karena sangat erat dengan ketertarikan seseorang untuk melakukan suatu
sikap.
3. Jenis-jenis Hasil Belajar
Sistem pendidikan nasional merumuskan tujuan kurikuler maupun
tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benjamin
Bloom (Nana Sudjana, 2009: 22-23) yang terbagi menjadi tiga ranah yaitu:
a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
21
c. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.
Tiga ranah yang dikemukakan oleh Benjamin Bloom yaitu ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik dapat dijadikan objek
penilaian hasil belajar. Pada penelitian ini yang diukur adalah ranah
kognitif karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai
materi pelajaran.
Menurut Benjamin Bloom (Nana Sudjana, 2009: 23-29) ranah
kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yaitu:
a. Pengetahuan, contohnya pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti
rumus, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh,
dan nama-nama kota. Istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan
diingat sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep
lainnya.
b. Pemahaman, misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri
sesuatu yang didengar atau dibacanya, memberi contoh lain dari yang
telah dicontohkan, dan mengungkapkan petunjuk penerapan pada kasus
lain.
c. Aplikasi, yakni penerapan abstraksi didasarkan atas realita yang ada di
masyarakat atau realita yang ada dalam teks bacaan. Abstraksi tersebut
dapat berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.
d. Analisis, yaitu usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau
22
merupakan kecakapan yang kompleks karena memanfaatkan kecakapan
dari ketiga tipe sebelumnya.
e. Sintesis, yakni penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam
bentuk menyeluruh. Misalnya menemukan hubungan yang unik,
menyusun rencana atau langkah-langkah operasi dari suatu tugas atau
masalah, mengabstraksikan sejumlah besar gejala, data, dan hasil
observasi menjadi terarah.
f. Evaluasi, yaitu pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang
mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan
masalah, metode, materiil, dll.
Dalam penelitian ini, aspek yang diukur adalah aspek kognitif
dengan tiga tipe hasil belajar kognitif yaitu pengetahuan, pemahaman, dan
aplikasi.
4. IPS di SD
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Indonesia mulai
diberlakukan pada kurikulum 1975. Dalam bidang pengetahuan social
terdapat beberapa istilah, yaitu Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial
(Social Studies), dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Achmad Sanusi
(Hidayati, 2004: 5) menyatakan batasan tentang Ilmu Sosial berupa, “Ilmu
Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertaraf
akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi makin
lanjut makin ilmiah”. Ilmu Sosial merupakan cabang ilmu pengetahuan
yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun
23
Berbeda dengan Ilmu Sosial, Barr, Barth, dan Shermis (Udin S.
Winataputra, dkk, 2008: 14) mengemukakan bahwa Studi Sosial adalah
ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan. Studi
Sosial berisikan aspek-aspek ilmu sejarah, ekonomi, politik, sosiologi,
antropologi, psikologi, geografi, dan filsafat, yang dipilih untuk tujuan
pembelajaran sekolah dan di perguruan tinggi. Sedangkan Rudy Gunawan
(2013: 48) menyatakan bahwa IPS adalah suatu bahan kajian terpadu yang
merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang
diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan sejarah, geografi,
sosiologi, antropologi, dan ekonomi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa IPS adalah suatu bidang kajian sosial yang mempelajari manusia
pada konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Bidang
yang dikaji dalam Ilmu Sosial, Studi Sosial, dan IPS memiliki kesamaan,
yakni mempelajari kehidupan manusia dan interaksinya dalam masyarakat.
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di jenjang
Sekolah Dasar (SD). Hal ini sesuai dengan Standar Isi Badan Standar
Nasional Pendidikan (2006: 159) yang menerangkan bahwa IPS
merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari tingkat
SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB yang mengkaji seperangkat
peritiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.
IPS diarahkan demikian karena susunan konsep-konsep dalam IPS sangat
kompleks dan bervariasi dan berbagai cabang ilmu sosial seperti ilmu
24
Trianto (2007: 124) menyatakan bahwa IPS merupakan perpaduan
dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Hal ini juga diungkapkan Hidayati
(2004: 8) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian
sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, antropologi,
politik, dan sebagainya yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Sependapat
dengan Trianto dan Hidayati, Fakih Samlawi dan Benyamin Maftuh (1998:
1) menyimpulkan bahwa, Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata
pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu
pengetahuan sosial (ilmu sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, dsb) yang
disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologi serta kelayakan dan
kebermaknaannya bagi siswa dan lingkungannya.
Dari beberapa pengertian menurut para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan di Sekolah Dasar. Mata pelajaran IPS pada jenjang SD
merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti
Sosiologi, Sejarah, Geografi, dan Ekonomi yang mengkaji seperangkat
peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.
Materi pelajaran IPS di sekolah dasar disusun mengacu pada aspek
kehidupan nyata siswa sesuai dengan tingkat kemampuan dan
perkembangan siswa.
5. Hasil Belajar IPS di SD
Hasil belajar yang dikaji dalam penelitian ini adalah hasil belajar
kognitif yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPS. Dalam penelitian
25
yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Hasil belajar IPS dalam
penelitian ini adalah hasil tes yang diperoleh siswa pada mata pelajaran
IPS setelah mengikuti proses pembelajaran IPS.
6. PengukuranHasil Belajar IPS di SD
Hasil belajar merupakan ukuran untuk mengukur seberapa jauh
siswa menguasai bahan yang telah diajarkan. Untuk itu perlu adanya
penilaian hasil belajar, yakni proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil
belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hasil belajar IPS dalam
penelitian ini adalah hasil belajar IPS pada ranah kognitif.
Purwanto (2011: 44) menjelaskan bahwa untuk mengaktualisasikan
hasil belajar diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat
evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Alat ukur yang digunakan dalam
mengukur hasil belajar ini adalah berupa tes. Tes hasil belajar merupakan
tes penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi
yang diajarkan oleh guru atau dipelajari siswa Purwanto (2011: 66). Tes
disusun berdasarkan kisi – kisi yang dikembangkan dari indikator materi
pembelajaran yang telah disampaikan. Tes diujikan setelah siswa
memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk
mengetahui penguasaan siswa atas materi tersebut. Dari penjelasan
tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa alat ukur yang dapat
digunakan untuk mengukur hasil belajar yang diperoleh siswa adalah tes.
C. Karakteristik Siswa Kelas V
Piaget (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 35) menguraikan empat tahap
perkembangan kognitif yaitu tahap sensomotor (lahir-18 bulan), tahap
26
tahun), dan tahap operasional formal (12 tahun atau lebih). Menurut tahapan
tersebut, siswa SD berada pada fase operasional konkret. Pada masa ini anak
menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah-masalah yang
aktual, anak mampu menggunakan kemampuan mentalnya untuk memecahkan
masalah yang lebih konkret. Anak mampu berpikir logis meski masih terbatas
pada situasi sekarang (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 105-106).
Menurut Syamsu Yusuf LN. (2014: 178), ciri-ciri perilaku anak pada
masa operasional konkret yaitu sudah dapat melaksanakan tugas-tugas belajar
yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kemampuan kognitif
(seperti: membaca, menulis, dan menghitung). Periode ini ditandai dengan tiga
kemampuan baru, yaitu mengklasifikasi, menyusun, atau mengasosiasikan
(menghubungkan atau menghitung) bilangan. Anak sudah mampu melakukan
operasi menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi. Di samping itu,
pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah
(problem solving) yang sederhana.
Pada usia 10-12 tahun perhatian membaca anak mencapai puncaknya.
Materi bacaan juga sudah semakin luas. Pada umumnya anak laki-laki
menyukai hal-hal yang bersifat menggemparkan, misterius, dan kisah-kisah
petualangan. Sedangkan anak perempuan cenderung menyenangi cerita
kehidupan seputar rumah tangga (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 109). Pada masa
ini anak telah dapat menguasai sekitar 50.000 kata (Abin Syamsudin M, 1991
dalam Syamsu Yusuf LN., 2014: 179).
Lebih lanjut lagi Rita Eka Izzaty, dkk. mengemukakan bahwa anak SD
termasuk dalam masa anak-anak akhir. Masa anak-anak akhir ini dibagi
27
1) masa kelas rendah yang berlangsung antara usia 6/7 tahun-9/10 tahun,
biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar, dan
2) masa kelas tinggi yang berlangsung antara usia 9/10 tahun-12/13 tahun,
biasanya mereka duduk di kelas 4, 5 dan 6 Sekolah Dasar.
Sesuai kategori tersebut, siswa kelas V termasuk dalam fase kelas
tinggi. Adapun ciri-ciri siswa kelas tinggi menurut Rita Eka Izzaty, dkk. (2008:
116) adalah perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari, ingin tahu,
ingin belajar dan realistis, timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus, anak
memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di
sekolah, anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk
bermain bersama serta membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
D. Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan yaitu:
1. “Hubungan antara Intensitas Membaca dengan Kemampuan Memahami
Isi Wacana Siswa Kelas V SD se–Gugus Bina Wiyata Kecamatan Lumbir
Kabupaten Banyumas” yang disusun oleh Kiki Rizkianingrum pada tahun
2012. Penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara
intensitas membaca dengan kemampuan memahami isi wacana. Pengaruh
tersebut ditunjukkan dengan koefisiensi product moment sebesar 0,577.
Relevansi penelitian tersebut dengan yang diteliti oleh peneliti adalah
adanya hubungan positif antara frekuensi membaca, jenis bacaan, dan cara
membaca terhadap kemampuan memahami bacaan.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti
ada pada variabel terikat. Penelitian tersebut membuktikan bahwa
28
wacana dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang merupakan salah
satu dari empat kemampuan yang harus dimiliki dalam keterampilan
berbahasa. Sedangkan pada penelitian ini, dikaitkan dengan kemampuan
membaca pada mata pelajaran IPS yang kemudian mempengaruhi hasil
belajar IPS. Perbedaan selanjutnya adalah lokasi penelitian. Peneliti
melakukan penelitian di gugus II Pengasih Kulon Progo Yogyakarta
sementara Kiki Rizkianingrum melakukan penelitian di Gugus Bina
Wiyata Lumbir Banyumas.
2. “Korelasi antara Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Prestasi
Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri se-Kecamatan Kokap Kabupaten
Kulon Progo” yang disusun oleh Amalina Harjanti pada tahun 2012. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi positif dan signifikan antara
kemampuan membaca pemahaman dengan prestasi belajar IPS. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil analisis korelasi Product Moment antara
kemampuan membaca pemahaman dengan prestasi belajar IPS diperoleh
rxy (0,618) > rtabel (0,306) pada taraf signifikansi 0,01 (1%).
Relevansi penelitian tersebut dengan yang diteliti oleh peneliti adalah
adanya hubungan positif antara kemampuan membaca pemahaman dengan
prestasi belajar IPS. Penelitian tersebut menyatakan bahwa kemampuan
membaca pemahaman adalah kemampuan dalam memperoleh makna baik
tersurat maupun tersirat dan menerapkan informasi dari bacaan dengan
melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti ada
pada variabel bebas. Penelitian tersebut membuktikan bahwa jika
29
tinggi dan begitu pula sebaliknya jika kemampuan membaca pemahaman
rendah maka akan diikuti rendahnya prestasi belajar IPS siswa. Sedangkan
pada penelitian yang dilakukan peneliti, perolehan hasil belajar pada mata
pelajaran IPS khususnya ranah kognitif diteliti berdasarkan pengaruh
intensitas membaca siswa. Perbedaan selanjutnya adalah lokasi penelitian.
Peneliti melakukan penelitian di gugus II Pengasih Kulon Progo
Yogyakarta sementara Amalina Harjanti melakukan penelitian di Kokap
Kulon Progo Yogyakarta.
E. Kerangka Pikir
Intensitas membaca dapat diartikan sebagai frekuensi yang semakin
lama semakin meningkat pada aktivitas membaca. Sesuai penelitian yang
pernah dilakukan oleh Yap bahwa semakin banyak waktu membaca setiap hari,
besar kemungkinan semakin tinggi tingkat komprehensinya atau semakin
mudah memahami bacaan. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
kemampuan membaca seseorang, yaitu 65% ditentukan oleh banyaknya waktu
yang digunakan untuk membaca, 25% oleh faktor IQ, dan 10% dari
faktor-faktor lainnya seperti lingkungan sosial, emosional, dan lingkungan fisik. Jadi,
dapat dikatakan intensitas membaca akan berpengaruh pada pemahaman
bacaan (Darmiyati Zuchdi, 2008: 25).
Kemampuan membaca siswa kelas V SD tidak lagi pada tingkat
keterampilan mekanis, akan tetapi berada pada tingkat kemampuan membaca
pemahaman atau pada keterampilan pemahaman bacaan. Kemampuan
membaca pemahaman merupakan dasar untuk memperoleh informasi yang
30
memahami suatu mata pelajaran atau informasi yang berkaitan dengan
kehidupannya secara langsung.
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran di SD kelas V yang
masih dianggap pelajaran sulit. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar materi
pada mata pelajaran IPS yang bersifat abstrak. Materi IPS kelas V SD berisi
bacaan yang sudah memerlukan pemahaman untuk dapat mencerna informasi
yang disajikan. Sehingga siswa harus memiliki tingkat komprehensi atau
kemampuan membaca pemahaman yang tinggi. Pada beberapa siswa,
membaca merupakan hal yang mudah dan menyenangkan, namun bagi
sebagian yang lain membaca adalah hal yang sulit. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan membaca pemahaman yang dimiliki siswa bervariasi. Salah satu
faktor yang mempengaruhi tingkat komprehensi seseorang adalah
kebiasaannya dalam membaca. Dengan terbiasa membaca, siswa akan belajar
mandiri untuk menemukan konsep yang belum diketahuinya dan memantapkan
konsep yang kurang dipahaminya.
Pemahaman bacaan, perbendaharaan bahasa, dan kecepatan membaca
dipengaruhi oleh intensitas membaca. Jika siswa memiliki intensitas membaca
yang tinggi, maka konsep-konsep dalam mata pelajaran IPS akan mudah
dipahami pula oleh siswa. Hal ini tentu berpengaruh terhadap hasil belajar IPS
siswa terutama pada ranah kognitif.
Evaluasi mata pelajaran IPS pada ranah kognitif mencakup tingkat
hafalan, pemahaman, dan aplikasi. Hal ini berkaitan erat dengan intensitas dan
kemampuan membaca pemahaman. Jika siswa banyak membaca serta
31
diajukan dengan tepat. Hal tersebut merupakan salah satu tolak ukur
keberhasilan pembelajaran IPS.
F. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Hipotesis Alternatif (Ha): Terdapat pengaruh yang positif antara intensitas
membaca terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD se-gugus II
Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Hipotesis Nihil (Ho): Tidak ada pengaruh yang positif antara intensitas
membaca terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD se-gugus II
Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Pelajaran 2014/2015.
G. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Intensitas membaca adalah kegiatan interaktif yang dilakukan untuk
menafsirkan bahasa tulis dari pesan dengan maksud memahami makna
yang terkandung dalam bahan tulis yang dilakukan secara terus menerus
dengan frekuensi yang semakin lama semakin meningkat. Membaca yang
dimaksud adalah membaca materi pelajaran atau sumber yang berkaitan
dengan mata pelajaran IPS.
2. Hasil belajar IPS adalah kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa
setelah mengalami interaksi tindak belajar dan mengajar sesuai dengan
tujuan pembelajaran IPS. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar
intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,
32
aspek yang diukur adalah aspek kognitif dengan tiga tipe hasil belajar
33 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan uraian pada latar belakang, penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif karena teknik dan
prosedur yang digunakan dalam proses pengumpulan data penelitian
diwujudkan dalam angka-angka dengan menggunakan analisis statistik. Hal ini
sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2010: 27) yang mengemukakan
penelitian kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut
menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data
tersebut, serta penampilan hasilnya. Penelitian ini termasuk penelitian
non-eksperimen karena tidak memberikan perlakuan khusus pada salah satu
variabel dan hanya mendeskripsikan variabel.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian ex-post facto. Menurut
Sukardi (2011: 165), sebuah penelitian disebut ex-post facto karena sesuai
dengan arti ex-post facto, yaitu “dari apa dikerjakan setelah kenyataan”.
Penelitian ini sering disebut penelitian sesudah kejadian. Dalam penelitian
ex-post facto tidak ada kelompok kontrol atau kegiatan pre tes. Hubungan sebab
dan akibat antara subjek satu dengan subjek yang lain diteliti tidak
dimanipulasi, karena penelitian ex-post facto hanya mengungkap gejala-gejala
yang ada atau telah terjadi. Fakta dalam penelitian ini diungkapkan apa adanya
dari data yang terkumpul. Dengan demikian penelitian ini mengungkapkan
hubungan dari variabel-variabel yang ada yakni intensitas membaca dan hasil
34
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
objek atau subjek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 117). Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010: 173). Jadi, populasi yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan
Pengasih Kabupaten Kulon Progo. Jumlah siswa kelas V SD se-gugus II
Kecamatan Pengasih berdasarkan data dari UPTD PAUD dan DIKDAS
Kecamatan Pengasih dapat dilihat pada tabel.
Tabel 1. Populasi Siswa V SD se-Gugus II Kecamatan Pengasih
No Nama SD Jumlah Siswa
Sugiyono (2010: 118) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Alasan
penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel, karena jumlah populasi
yang besar, dapat menghemat waktu dan biaya.
35
Penarikan sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan
rumus Slovin, yaitu:
Dalam penelitian ini, error sampling ditentukan sebesar 5%
sehingga diperoleh:
Jadi, sampel dalam penelitian ini sejumlah 112 siswa.
b. Cara Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Simple Random Sampling. Pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak dari seluruh SD, sehingga seluruh
individu yang menjadi anggota populasi memiliki peluang yang sama
untuk diambil sebagai anggota sampel. Dalam menentukkan sampel
tiap SD peneliti menggunakan perhitungan sebagai berikut.
jumlah sampel tiap SD = jumlah siswa per kelaspopulasi x jumlah sampel
1) SD Negeri Pengasih 1 = x 112 = 11 anak
36
3) SD Negeri Gebangan = x 112 = 6 anak
4) SD Negeri Kepek = x 112 = 24 anak
5) SD Negeri Sendangsari = x 112 = 14 anak
6) SD Negeri Clereng = x 112 = 9 anak
7) SD Negeri Serang = x 112 = 15 anak
8) SD Negeri Klegen = x 112 = 14 anak
D. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2010: 60), variabel penelitian pada dasarnya adalah
segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Kidder (1981) seperti yang dikutip dan diterjemahkan oleh Sugiyono (2007: 3)
menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti
mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.
Suharsimi Arikunto (2010: 162), mengemukakan bahwa dalam
penelitian yang mempelajari pengaruh sesuatu, terdapat dua variabel yaitu:
1. variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau
disebut independent variable.
2. variabel yang dipengaruhi disebut variabel akibat, variabel tergantung atau
tidak bebas disebut dependent variable.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, penelitian ini
menggunakan dua macam variabel, yaitu:
1. variable independent (bebas) adalah intensitas membaca.
37
Dalam penelitian ini intensitas membaca akan diukur tingkat
pengaruhnya dengan hasil belajar IPS. Pengaruh kedua variabel tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1. Pengaruh Variabel Bebas-Variabel Terikat
E. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan Juni 2015 pada kelas V di delapan
Sekolah Dasar se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo.
Sekolah Dasar tersebut adalah: SDN Pengasih 3, SDN Pengasih 1, SDN
Gebangan, SDN Kepek, SDN Sendangsari, SDN Clereng, SDN Serang, dan
SDN Klegen.
F. Metode Pengumpulan Data
Menurut Muhammad Idrus (2009: 99), jenis metode yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan data adalah: angket (questionnaire),
wawancara (interview), pengamatan (observasi), tes, dan dokumentasi. Adapun
metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Angket
Suharsimi Arikunto (2010: 194) menyatakan bahwa kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya , atau hal-hal
38
Penelitian ini menggunakan angket untuk mengumpulkan data
intensitas membaca siswa. Tujuan angket adalah untuk memperoleh
jawaban singkat dari responden dengan memberikan tanda check pada
kolom yang disediakan sesuai dengan keadaan masing-masing siswa.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini merupakan angket tertutup,
yaitu angket yang sudah menyediakan pilihan jawaban, responden hanya
tinggal memilih sehingga dalam penelitian ini responden tidak memiliki
kesempatan untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. Dalam hal ini,
peneliti menyusun pernyataan-pernyataan yang dapat memberi informasi
mengenai intensitas membaca.
2. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Suharsimi Arikunto, 2010: 193).
Teknik tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes untuk
mengetahui hasil belajar pada mata pelajaran IPS yang berbentuk tes pilihan
ganda. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001: 83) tes pilihan ganda terdiri
dari sebuah pernyataan atau kalimat yang belum lengkap yang kemudian
diikuti oleh sejumlah penyataan atau bentuk yang dapat untuk
melengkapinya. Dari beberapa “pelengkap” tersebut, hanya satu yang tepat