• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INTENSITAS MEMBACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH INTENSITAS MEMBACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN PELAJARAN 2014/2015."

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INTENSITAS MEMBACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II KECAMATAN PENGASIH

KABUPATEN KULON PROGO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Latifah Prihandini NIM 11108241027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, yang mengajari (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

(QS. Al-‘alaq : 3-5)

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahakan untuk:

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Suyono Hadinoto dan Ibu Wiwiek Tri Lestari terima kasih untuk seluruh doa, cinta, kasih sayang, semangat, serta senantiasa mengiringi perjalanan putrinya selama ini.

(7)

vii

PENGARUH INTENSITAS MEMBACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II KECAMATAN PENGASIH

KABUPATEN KULON PROGO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh

Latifah Prihandini NIM 11108241027

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat intensitas membaca, hasil belajar IPS, dan pengaruh intensitas membaca terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo tahun pelajaran 2014/2015.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo yang berjumlah 156 siswa dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 112 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket dan tes. Sebelum penelitian dilaksanakan, maka dilakukan terlebih dahulu uji coba instrumen yaitu uji validitas dan reliabilitas. Teknik analisis data adalah statistik inferensial yang dilakukan dengan uji prasyarat analisis dan pengujian hipotesis. Uji prasyarat terdiri dari uji normalitas dan linearitas sedangkan pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi sederhana.

Tingkat intensitas membaca siswa termasuk dalam kategori sedang dengan persentase 71,4%, sedangkan tingkat hasil belajar IPS siswa termasuk dalam kategori sedang dengan persentase 70,5%. Hasil uji hipotesis menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara intensitas membaca terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo. Hal tersebut ditunjukkan dengan persamaan regresi Y = 1,930 + 0,422X, sedangkan koefisien determinan (R2) sebesar 0,637 yang berarti bahwa faktor

intensitas membaca memberikan kontribusi terhadap hasil belajar IPS sebesar 63,7% dan selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian berjudul “Pengaruh Intensitas Membaca terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD se-Gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Pelajaran 2014/2015” ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari doa, bantuan, perhatian, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk menyelesaikan studi di Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak HB. Sumardi, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan selama penyelesaian skripsi. 5. Ibu Safitri Yosita Ratri, M.Pd, M. Ed., selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan selama penyelesaian skripsi.

6. Bapak Agung Hastomo, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dorongan dan bimbingan dalam kegiatan perkuliahan. 7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang

telah memberikan bekal ilmu.

8. Kepala Sekolah SD Negeri se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo yang telah memberikan izin untuk penelitian skripsi.

(9)
(10)

x

B. Identifikasi Masalah ...6

C. Batasan Masalah ...6

D. Rumusan Masalah ...7

E. Tujuan Penelitian ...7

F. Manfaat Penelitian ...8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Intensitas Membaca 1. Pengertian Membaca ...9

2. Prinsip-prinsip Membaca ...11

3. Jenis-jenis Membaca ...11

4. Tujuan Membaca ...12

5. Manfaat Membaca ...14

6. Pengertian Intensitas ...15

7. Intensitas Membaca ...16

(11)

xi B. Tinjauan Hasil Belajar IPS di SD

1. Pengertian Hasil Belajar ...18

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ...19

3. Jenis-jenis Hasil Belajar ...20

4. IPS di SD ...22

5. Hasil Belajar IPS di SD ...24

6. Pengukuran Hasil Belajar IPS di SD ...25

C. Karakteristik Siswa Kelas V ...25

D. Penelitian yang Relevan ...27

E. Kerangka Pikir ...29

F. Hipotesis ...31

G. Definisi Operasional Variabel ...31

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ...33

B. Jenis Penelitian ...33

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi ...34

2. Sampel ...34

D. Variabel Penelitian ...36

E. Waktu dan Tempat Penelitian ...37

F. Metode Pengumpulan Data 1. Angket ...37

I. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas ...45

(12)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian...48

B. Hasil Analisis Deskriptif 1. Deskripsi Intensitas Membaca ...50

2. Deskripsi Hasil Belajar IPS ...54

C. Hasil Uji Prasyarat 1. Uji Normalitas ...58

2. Uji Linearitas ...59

D. Uji Hipotesis ...59

E. Pembahasan ...62

F. Keterbatasan Penelitian ...64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...65

B. Saran ...65

DAFTAR PUSTAKA ...67

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Populasi Siswa Kelas V SD se-Gugus II Kecamatan Pengasih ... 34

Tabel 2. Pedoman Pemberian Skor Instrumen Intensitas Membaca ... 40

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Intensitas Membaca... 40

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar IPS ... 42

Tabel 5. Kriteria Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 45

Tabel 6. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 49

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Intesitas Membaca ... 51

Tabel 8. Rumus Klasifikasi Intensitas Membaca ... 52

Tabel 9. Klasifikasi Intensitas Membaca ... 52

Tabel 10. Persentase Setiap Aspek Intensitas Membaca ... 53

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS ... 55

Tabel 12. Rumus Klasifikasi Hasil Belajar IPS ... 56

Tabel 13. Klasifikasi Hasil Belajar IPS... 56

Tabel 14. Persentase Setiap Indikator Hasil Belajar IPS ... 57

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Pengaruh Variabel Bebas-Variabel Terikat... 37

Gambar 2. Grafik Distribusi Frekuensi Intensitas Membaca ... 52

Gambar 3. Grafik Klasifikasi Intensitas Membaca ... 53

Gambar 4. Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS ... 55

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Skala Uji Validitas dan Reliabilitas ...71

Lampiran 2. Soal Uji Validitas dan Reliabilitas ...74

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas Intensitas Membaca ...80

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas Hasil Belajar IPS ...81

Lampiran 5. Hasil Uji Reliabilitas ...82

Lampiran 6. Skala Intensitas Membaca ...83

Lampiran 7. Soal Tes Hasil Belajar IPS ...86

Lampiran 8. Data Hasil Penelitian ...91

Lampiran 9. Analisis Deskriptif ...100

Lampiran 10. Hasil Uji Normalitas ...100

Lampiran 11. Hasil Uji Linearitas ...100

Lampiran 12. Hasil Uji F ...101

Lampiran 13. Hasil Hitung R Square ...101

Lampiran 14. Hasil Hitung Persamaan Regresi ...101

Lampiran 15. Hasil Penghitungan Korelasi Product Moment ...101

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

penting bagi siswa di Sekolah Dasar (SD). Siswa tidak hanya diajarkan tentang

teori di dalam kelas saja, namun siswa juga diajarkan cara bermasyarakat dan

melatih kepekaan terhadap masalah sosial yang terjadi. Sesuai dengan

pernyataan yang disampaikan oleh Sapriya (2011: 194) menyebutkan bahwa

mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,

pemahaman, dan kemampuan analisis siswa agar peka terhadap kondisi sosial

masyarakat yang terus berkembang sebagai bekal dalam kehidupan

bermasyarakat. Di samping itu, Hidayati (2004: 16) juga menyatakan bahwa

melalui pengajaran IPS siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan,

sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dan tantangan-tantangannya.

Secara umum, mata pelajaran IPS memiliki tujuan kurikuler yang ingin

dicapai. Sapriya (2011: 194) menyatakan bahwa tujuan mata pelajaran IPS

adalah sebagai berikut.

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk baik di tingkat lokal, nasional, dan global.

Salah satu aspek yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan

pembelajaran adalah penggunaan sumber belajar. Menurut Syaiful Bahri

Djamarah dan Aswan Zain (2010: 123) sumber belajar adalah segala sesuatu

(17)

2

atau asal untuk belajar seseorang. Pada saat ini, sumber belajar tidak hanya

berasal dari buku dan guru saja, namun dengan adanya teknologi yang semakin

canggih, siswa dapat belajar dari berbagai sumber antara lain, internet, surat

kabar, radio, dan televisi.

Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting dan bermanfaat bagi

kehidupan sesorang. Membaca membuat seseorang memiliki pengetahuan dan

wawasan yang luas. Meskipun saat ini pemakaian alat-alat elektronik sudah

semakin maju, tetapi penggunaannya tidak dapat menggantikan posisi bahasa

tulis. Penyampaian informasi melalui sarana tulis untuk berbagai keperluan di

era modern saat ini merupakan hal yang tidak dapat ditinggalkan. Berbagai

informasi seperti cerita, berita, maupun ilmu pengetahuan sangat efektif

diumumkan melalui sarana tulisan. Kegiatan membaca merupakan satu-satunya

cara untuk menyerap penafsiran informasi tertulis. Maka dari itu, setiap orang

dituntut memiliki kemampuan membaca yang tinggi agar dapat mengikuti laju

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, dan juga

dapat memperluas pandangan hidupnya.

Membaca bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Yap (Darmiyati

Zuchdi, 2008: 25), mengungkapkan bahwa semakin banyak waktu membaca

setiap hari, besar kemungkinan semakin tinggi tingkat komprehensinya atau

semakin mudah memahami bacaan. Hal tersebut ditunjukkan melalui hasil

penelitian yang telah dilakukannya yakni ada beberapa faktor yang

berpengaruh terhadap kemampuan membaca seseorang, yaitu 65% ditentukan

oleh banyaknya waktu yang digunakan untuk membaca, 25% oleh faktor IQ,

(18)

3

lingkungan fisik. Jadi, dapat dikatakan intensitas membaca akan berpengaruh

pada pemahaman bacaan.

Membaca merupakan suatu proses yang kompleks, karena melibatkan

berbagai macam fungsi kognitif (Sattler, 1988 dalam Amitya Kumara, dkk,

2014: 4), yaitu: perhatian, konsentrasi, kemampuan membuat asosiasi terhadap

informasi yang diperoleh, kemampuan melakukan decoding dengan cepat, pemahaman verbal, dan inteligensi umum. Jika salah satu dari fungsi kognitif

tersebut mengalami gangguan, kemungkinan keterampilan membacanya pun

akan terganggu.

Mengutip laporan studi IEA (International Association for the

Evaluation of Education Achievement) di Asia Timur, tingkat terendah

membaca dipegang oleh negara Indonesia dengan skor 51,7 di bawah Filipina

(52,6), Thailand (65,1), Singapura (74,0), dan Hongkong (75,5). Bukan hanya

itu, kemampuan orang Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah

yaitu hanya 30 persen. Data lain juga menyebutkan bahwa angka melek huruf

orang dewasa Indonesia hanya 65,5 persen. Sedangkan Malaysia sudah

mencapai 86,4 persen, dan negara-negara maju seperti Jepang, Inggris, Jerman,

dan Amerika Serikat umunya sudah mencapai 99,0 persen. (Ben S. Galus

dalam pendidikan-diy.go.id)

Tiga istilah yang sering digunakan untuk memberikan komponen dasar

dari proses membaca, adalah recording, decoding, dan meaning. Recording berkaitan dengan kata-kata dan kalimat. Asosiasinya dengan bunyi-bunyinya

sesuai dengan sistem tulisan yang dipergunakan. Sedangkan proses decoding (penyandian) merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam

(19)

4

awal, yaitu kelas SD kelas I, II, dan III yang lebih dikenal dengan membaca

permulaan. Sementara itu proses memahami makna (meaning) lebih ditekankan di kelas-kelas tinggi SD. (Syafi’ie, 1999 dalam Farida Rahim,

2008: 2). Membaca merupakan proses pengolahan bacaan secara kritis kreatif

dengan tujuan memperoleh pemahaman secara menyeluruh tentang suatu

bacaan, serta penilaian terhadap suatu keadaan, nilai, dan dampak bacaan.

Kegiatan membaca merupakan aktifitas mental memahami apa yang

disampaikan penulis melalui teks atau bacaan.

Kebiasaan membaca tumbuh dari hal yang paling dekat dengan anak,

yakni lingkungan keluarga. Namun pada kenyataannya di Indonesia, para

orang tua lebih memilih membelikan anaknya gadget daripada buku bacaan. Sehingga anak lebih terbiasa dengan gadget daripada buku bacaan. Hal ini perlu menjadi sorotan jika ingin meningkatkan kebiasaan membaca di kalangan

anak-anak.

Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001: 247) aktivitas dan tugas

membaca merupakan suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dalam

dunia pendidikan. Siswa memperoleh sebagian besar ilmunya melalui kegiatan

membaca. Kemampuan dan kemauan membaca sangat mempengaruhi

keberhasilan studi seseorang. Siswa harus memiliki kemampuan membaca

yang baik agar lebih mudah memperoleh informasi. Kemampuan membaca

yang dimaksud adalah kemampuan dalam memahami isi suatu bacaan.

Pemahaman terhadap suatu bacaan merupakan kunci sukses dalam meraih

keberhasilan di sekolah.

Kebiasaan membaca pada siswa SD yang masih rendah mengakibatkan

(20)

5

kepahaman siswa terhadap bacaan, maka semakin mudah pula siswa

memahami pelajaran. Terutama mata pelajaran yang membutuhkan referensi

bacaan banyak seperti IPS, PKn, dan IPA.

Di samping itu, ketersediaan buku yang menunjang naluri membaca

siswa SD masih belum terealisasi di kebanyakan SD di Indonesia. Buku baru

dan menarik adalah salah satu cara untuk menarik siswa SD datang ke

perpustakaan, namun sayangnya buku yang tersedia di perpustakaan hanya

buku-buku pelajaran dan buku-buku lama. Data yang dirilis Kompas edisi 25

Juli 2002 (Darmiyati Zuchdi, 2008: 13), bahwa dari sekitar 260.000 SD Negeri

di Tanah Air, hanya sekitar satu persen saja yang memiliki perpustakaan.

Itupun dengan kondisi yang masih patut dipertanyakan.

Hasil dari belajar siswa yang berupa prestasi belajar dipengaruhi oleh

beberapa faktor, menurut Dalyono (2005: 55-60) berhasil atau tidaknya

seseorang dalam belajar dipengaruhi beberapa faktor yaitu berasal dari dalam

diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya. Faktor dari dalam diri

berupa kesehatan, minat dan bakat, serta intelegensi siswa, sedangkan dari luar

diri siswa yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan. Apabila kedua

faktor tersebut mendukung kegiatan belajar siswa maka prestasi belajar siswa

dapat berhasil dengan optimal dan sebaliknya, apabila ada beberapa faktor

yang tidak mendukung maka prestasi belajar pada siswa menjadi kurang

optimal.

Pada mata pelajaran IPS, siswa dituntut memahami materi yang

diajarkan secara menyeluruh. Pemahaman siswa terhadap teks pada buku IPS

(21)

6

membaca dan memahami bacaan pada buku IPS, diharapkan siswa semakin

tinggi hasil belajar siswa tersebut.

Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan di kelas V, SDN

Serang, SDN Kepek, SDN 1 Pengasih, SDN 3 Pengasih, dan SDN Klegen

diperoleh data nilai rata-rata dari 124 siswa berada pada angka 70,72. Guru

mengemukakan bahwa siswa dengan intensitas dan pemahaman bacaan yang

cukup tinggi mendapat nilai di atas rata-rata kelas. Meskipun pada mata

pelajaran yang membutuhkan penalaran dan berhitung siswa tidak mendapat

nilai sebaik pada mata pelajaran pemahaman seperti IPS dan PKn.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Intensitas Membaca Terhadap Hasil Belajar IPS

Siswa Kelas V SD se-Gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo

Tahun Pelajaran 2014/2015”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka teridentifikasi

masalah sebagai berikut.

1. Belum tumbuhnya budaya membaca di kalangan anak SD.

2. Intensitas membaca pada anak SD masih rendah.

3. Tingkat kemampuan membaca anak SD masih rendah.

4. Perpustakaan di SD masih belum layak.

5. Belum diketahui pengaruh membaca terhadap hasil belajar pada mata

pelajaran IPS.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang identifikasi masalah yang telah disebutkan

(22)

7

memprioritaskan pada suatu masalah. Penelitian ini dibatasi pada ruang

lingkup mengenai pengaruh intensitas membaca terhadap hasil belajar IPS

siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo

tahun pelajaran 2014/2015.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan

pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu:

1. Bagaimanakah tingkat intensitas membaca siswa kelas V SD se-gugus II

Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo tahun pelajaran 2014/2015?

2. Bagaimanakah tingkat hasil belajar IPS siswa kelas V SD se-gugus II

Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo tahun pelajaran 2014/2015?

3. Bagaimanakah pengaruh intensitas membaca terhadap hasil belajar IPS

siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon

Progo tahun pelajaran 2014/2015?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat intensitas membaca siswa kelas V SD se-gugus II

Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Mengetahui hasil belajar IPS siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan

Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Pelajaran 2014/2015.

3. Mengetahui pengaruh intensitas membaca terhadap hasil belajar IPS siswa

kelas V SD se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo

(23)

8 F. Manfaat Penelitian

1. Teoretis

Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dan sumber informasi untuk

penelitian selanjutnya.

2. Praktis

a. Bagi sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam meningkatkan dan

menanamkan budaya membaca yang diikuti dengan pengadaan sumber

belajar yang lebih bervariatif.

b. Bagi guru

Penelitian ini dapat menambah wawasan guru untuk menambah sumber

belajar bagi siswa.

c. Bagi siswa

Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi siswa agar meningkatkan

intensitas dan kemampuan membaca sehingga mampu meningkatkan

(24)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Intensitas Membaca 1. Pengertian Membaca

Membaca merupakan aktivitas yang dapat dilihat sebagai suatu

proses dan sebagai suatu hasil. Henry Guntur Tarigan (2008: 7)

mengemukakan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta

dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak

disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Samsu

Somadayo (2011: 4) mendefinisikan membaca sebagai suatu kegiatan

interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang

terkandung di dalam bahan tulis.

Lebih lanjut lagi Farida Rahim (2008: 2) berpendapat bahwa

membaca pada hakikatnya adalah suatu hal yang rumit yang melibatkan

banyak hal, tidak sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan

aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sedangkan

Klein (Farida Rahim, 2008: 3), mengemukakan bahwa definisi membaca

mencakup: (a) membaca merupakan suatu proses, (b) membaca adalah

strategis, dan (c) membaca merupakan interaktif. Dalam hal ini yang

dimaksud dengan membaca merupakan suatu proses adalah informasi dari

teks serta pengetahuan yang telah dimiliki oleh pembaca mempunyai

peranan dalam membentuk makna. Membaca adalah suatu strategis yaitu

dalam kegiatan membaca harus menggunakan strategi yang sesuai dengan

teks dan konteks dalam rangka menyusun makna ketika membaca.

Sedangkan membaca adalah interaktif memiliki makna adanya interaksi

(25)

10

Miles A Tinker dan Contase M Mc Cullough (Darmiyati Zuchdi,

2008: 21-22) mengungkapkan bahwa membaca melibatkan proses

identifikasi dan proses mengingat suatu bahan bacaan yang disajikan

sebagai rangsangan untuk membentuk pengertian baru melalui

konsep-konsep yang relevan yang telah dimiliki oleh pembaca.

Harris dan Sipay 1980 (Darmiyati Zuchdi, 2008: 19), membaca

dapat didefinisikan penafsiran yang bermakna terhadap bahasa tulis.

Hakikat kegiatan membaca adalah memperoleh makna yang tepat.

Pengenalan kata dianggap sebagai suatu prasyarat yang diperlukan bagi

komprehensi bacaan, tetapi pengenalan kata tanpa komprehensi sangat

kecil nilainya. Anderson, dkk 1985 (Sabarti Akhadiah, dkk 1992: 23-24)

mengemukakan lima ciri membaca yaitu:

a. Membaca adalah proses konstruktif, tak ada satu tulisan pun yang dapat dipahami dan ditafsirkan tanpa bantuan latar belakang pengetahuan dan pengalaman pembaca.

b. Membaca harus lancar, kelancaran membaca ditentukan oleh kesanggupan pembaca mengenali kata-kata. Artinya, pembaca harus dapat menghubungkan tulisan dengan maknanya.

c. Membaca harus dilakukan dengan strategi yang tepat, pembaca yang terampil dengan sendirinya akan menyesuaikan strategi membaca dengan taraf kesulitan tulisan, pengenalannya tentang topik yang dibaca, serta tujuan membacanya.

d. Membaca memerlukan motivasi, motivasi merupakan kunci keberhasilan dalam belajar membaca, dan

e. Membaca merupakan keterampilan yang harus dikembangkan secara berkesinambungan, keterampilan itu tidak dapat diperoleh secara mendadak atau dalam waktu singkat dan untuk selamanya. Keterampilan itu diperoleh melalui belajar, tahap demi tahap, dalam waktu yang panjang secara terus menerus.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

membaca adalah suatu kegiatan interaktif yang dilakukan pembaca untuk

menafsirkan bahasa tulis dari pesan, yang hendak disampaikan oleh

penulis dengan maksud memahami makna yang terkandung dalam bahan

(26)

11 2. Prinsip-prinsip Membaca

Membaca memiliki beberapa prinsip, McLaughin dan Allen (Farida

Rahim, 2008: 3-4) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip membaca yang

paling mempengaruhi pemahaman membaca antara lain sebagai berikut.

a. Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial.

b. Keseimbangan kemahiraksaan adalah kerangka kerja kurikulum belajar siswa.

c. Gutu membaca yang professional (unggul) memengaruhi belajar siswa. d. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan

aktif dalam proses membaca.

e. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.

f. Siswa menemukan manfaat-manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkatan kelas.

g. Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca.

h. Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman. i. Strategi dan ketrampilan membaca bisa diajarkan.

j. Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman.

3. Jenis-jenis Membaca

Henry Guntur Tarigan (2008: 12-13) menyatakan bahwa membaca

bisa dibedakan menjadi dua jenis yaitu membaca nyaring (oral

reading/reading aloud) dan membaca dalam hati (silent reading).

Membaca nyaring dianggap tepat untuk mencapai tujuan yang terkandung

dalam keterampilan mekanis (mechanical skills) seperti pengenalan bentuk

huruf dan unsur-unsur linguistik. Sedangkan membaca dalam hati

dipandang tepat untuk mencapai tujuan yang bersifat pemahaman

(comprehension reading).

Membaca dalam hati dibagi atas membaca ekstensif dan intensif.

Membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya meliputi

sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca

(27)

12

(skimming), dan membaca dangkal (superficial reading) (Henry Guntur

Tarigan, 2008: 32).

Sedangkan yang dimaksud dengan membaca intensif adalah studi

seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di

dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira sampai empat

halaman setiap hari (Henry Guntur Tarigan, 2008: 36). Yang termasuk

dalam kelompok membaca intensif adalah membaca telaah isi (content

study reading) dan membaca telaah bahasa (linguistic study reading).

Membaca telaah isi dibagi menjadi membaca teliti, membaca pemahaman,

membaca kritis, dan membaca ide-ide. Sedangkan membaca telaah bahasa

meliputi kegiatan membaca bahasa dan membaca sastra.

4. Tujuan Membaca

Setiap individu memiliki tujuan yang berbeda-beda dalam

melakukan aktivitas membaca. Sabarti Akhadiah, dkk (1992: 25)

mengemukakan bahwa tujuan membaca bergantung pada situasi dan

kondisi pembaca. Secara umum tujuan membaca dapat dibedakan sebagai

berikut.

a. Membaca untuk mendapatkan informasi. Informasi yang dimaksud di sini mencakup informasi bisa tentang fakta dan kejadian sehari-hari sampai informasi tingkat tinggi tentang teori-teori serta penemuan dan temuan ilmiah yang canggih. Tujuan ini mungkin berkaitan dengan keinginan pembaca untuk mengembangkan diri.

b. Membaca dengan tujuan agar citra dirinya meningkat. Mereka ini mungkin membaca karya para penulis kenamaan, bukan karena berminat terhadap karya tersebut melainkan agar orang memberikan nilai positif terhadap diri mereka. Tentu saja kegiatan membaca bagi orang-orang semacam ini sama sekali tidak merupakan kebiasaannya, tetapi hanya dilakukan sekali-kali di depan orang lain.

(28)

13

d. Membaca untuk tujuan rekreatif, untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan, seperti halnya menonton film atau bertamasya. Bacaan yang dipilih untuk tujuan ini ialah bacaan-bacaan ringan atau jenis bacaan yang disukainya, misalnya cerita tentang cinta, detektif, petualangan, dan sebagainya.

e. Membaca tanpa tujuan apa-apa, hanya karena iseng, tidak tahu apa yang akan dilakukan; jadi, hanya sekedar untuk merintang waktu. Dalam situasi iseng itu, orang tidak memilih atau menentukan bacaan; apa saja dibaca; iklan, serta cerita pendek, berita keluarga, lelucon pendek, dan sebagainya. Kegiatan membaca seperti ini tentu lebih baik dilakukan daripada pekerjaan iseng yang merusak atau bersifat negatif.

f. Tujuan membaca yang tinggi ialah untuk mencari nilai-nilai keindahan atau pegalaman estetis dan nilai-nilai kehidupan lainnya. Dalam hal ini bacaan yang dipilih ialah karya yang bernilai sastra.

Senada dengan pendapat tersebut, Dwi Sunar Prasetyono (2008: 60)

menyatakan bahwa membaca mempunyai tujuan untuk mendapatkan

sejumlah informasi baru. Tujuan membaca secara spesifik berupa:

a. Membaca sebagai suatu kesenangan tidak melibatkan proses pemikiran yang rumit. Aktivitas ini biasanya dilakukan untuk mengisi waktu senggang. Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini adalah membaca novel, surat kabar, majalah, dan komik.

b. Membaca untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan, seperti membaca buku pelajaran atau buku ilmiah.

c. Membaca untuk dapat melakukan suatu pekerjaan atau profesi. Misalnya, membaca buku keterampilan teknis yang praktis atau buku pengetahuan umum (ilmiah populer).

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta

memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna

(meaning) sangat erat hubungannya dengan maksud seseorang dalam

membaca (Henry Guntur Tarigan, 2008: 9). Ketika seseorang tidak

sungguh-sungguh ingin mendapatkan informasi dari suatu bacaan maka ia

pun tidak akan mencapai tujuan membaca yang seutuhnya. Pada siswa

sekolah dasar banyak dijumpai kasus di mana aktivitas membaca hanya

dianggap sebagai suatu perintah, bukan sebagai kebutuhan seorang pelajar

(29)

14

Untuk itu, dalam pembelajaran guru perlu menyiapkan tujuan khusus

yang disesuaikan dengan mata pelajaran yang sedang berlangsung dalam

kelas. Pendapat tersebut ditegaskan oleh Blanton, dkk, dan Irwin (Farida

Rahim, 2008: 11) yang menyebutkan bahwa tujuan membaca mencakup:

(a) kesenangan, (b) menyempurnakan membaca nyaring, (c) menggunakan

strategi tertentu, (d) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik,

(e) mengaitkan informasi baru dengan yang telah diketahui, (f)

memperoleh nformasi untuk laporan, (g) mengkonfirmasi atau menolak

prediksi, (h) mengaplikasikan informasi yang didapat dari suatu teks, dan

(i) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

membaca seseorang tergantung pada kebutuhan dan apa yang ingin

dicapai. Namun pada hakikatnya, tujuan membaca adalah untuk mencari

serta memperoleh informasi yang mencakup isi dan makna bacaan yang

selanjutnya dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang sedang

dihadapi. Di samping itu, membaca juga memperluas pengalaman dan

pengetahuan. Dengan membaca, seseorang dapat memperoleh kepuasan

batin.

5. Manfaat Membaca

Pada era informasi dan komunikasi yang melaju cepat saat ini, setiap

orang dituntut untuk dapat mengikuti laju perkembangan zaman. Untuk

dapat mengikuti laju perkembangan zaman, tiap individu harus

mengimbanginya dengan kemampuan membaca yang sangat dibutuhkan

untuk menyerap berbagai informasi dari berbagai media. Samsu Somadayo

(30)

15

berinteraksi dengan perasaan dan pikiran, memperoleh informasi, dan

meningkatkan ilmu pengetahuan.

Melalui membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi,

memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru

(Darmiyati Zuchdi, 1997: 49). Semua yang diperoleh melalui bacaan itu

akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirnya,

mempertajam pandangannya dan memperluas wawasan. Membaca juga

dapat memperluas pengalaman batin yang seolah-olah dia

berbincang-bincang atau berlaku bersama-sama pengarangnya. Membaca dapat juga

memperluas cakrawala kehidupan (Suwaryono Wiryodijoyo, 1989: 191).

Sesuai beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

manfaat membaca yaitu memperoleh informasi, meningkatkan ilmu

pengetahuan, mendapat pengalaman-pengalaman baru, memperluas

wawasan dan pengalaman batin sehingga dapat memperluas cakrawala

kehidupan.

6. Pengertian Intensitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 335),

intensitas berarti keadaan tingkatan atau ukuran intensnya. Sedangkan

menurut bahasa, intensitas berasal dari bahasa Inggris yaitu intensity yang

berarti kemampuan, kekuatan, gigih atau kehebatan.

Intensitas adalah kekuatan efektivitas dari sebuah tindakan atau

proses, atau suatu tindakan yang dilakukan secara rutin (Duden, 2003

dalam Kiki Rizkianingrum, 2012: 12). Intensitas kegiatan yang dilakukan

seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan perasaan. Perasaan

(31)

16

bersangkutan melakukan kegiatan tersebut. Jadi, intensitas adalah tindakan

yang dilakukan secara terus menerus dengan frekuensi yang semakin lama

semakin meningkat.

7. Intensitas Membaca

Membaca merupakan keterampilan yang penting bagi manusia, oleh

karena itu kebiasaan membaca perlu ditumbuh kembangkan sejak kecil.

Dengan terbiasa membaca, seseorang akan mendapat pengetahuan dan

wawasan yang luas. Kebiasaan membaca berkaitan dengan intensitas

membaca. Semakin sering membaca maka semakin baik pula kemampuan

membaca seseorang.

Intensitas membaca mempengaruhi banyaknya informasi yang

dimiliki seseorang. Adanya dorongan dari dalam diri, membuat individu

melakukan suatu kegiatan. Kegiatan yang dilakukan secara terus menerus

disebut intensif.

Jadi, intensitas membaca dapat diartikan sebagai kegiatan interaktif

yang dilakukan untuk menafsirkan bahasa tulis dari pesan dengan maksud

memahami makna yang terkandung dalam bahan tulis yang dilakukan

secara terus menerus dengan frekuensi yang semakin lama semakin

meningkat.

8. Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Membaca

Rendahnya pemahaman siswa terhadap bacaan dikarenakan

kurangnya kebiasaan membaca. DP. Tampubolon (1990: 243)

beranggapan bahwa kebiasaan membaca merupakan salah satu faktor

penentu dalam kemampuan pemahaman. Semakin sering kegiatan

(32)

17

baik. Yap (Darmiyati Zuchdi, 2008: 25) juga menegaskan bahwa

kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh faktor intensitas

membacanya. Menurut Ajzen dalam Fajar Istiqomah (2009: 23-24),

menyatakan intensitas dipengaruhi oleh empat aspek, yaitu sebagai

berikut.

a. perhatian, merupakan ketertarikan individu terhadap objek tertentu

yang menjadi target perilaku

b. penghayatan, berupa pemahaman terhadap informasi yang dilihat dan

dialami, kemudian informasi tersebut dipahami, dinikmati, dan

disimpan sebagai pengetahuan yang baru bagi individu yang

bersangkutan

c. durasi, merupakan lamanya selang waktu yang dibutuhkan individu

untuk melakukan suatu aktivitas tertentu

d. frekuensi, adalah lamanya peluang perilaku atau suatu aktivitas

tertentu

Selain itu menurut Kiki Rizkianingrum, 2012: 13 intensitas dipengaruhi

oleh dua aspek sebagai berikut.

a. Minat meliputi:

1) memanfaatkan waktu luang untuk membaca

2) senantiasa berkeinginan membaca

3) melakukan kegiatan membaca dengan senang hati

b. Motivasi, meliputi dorongan untuk mencapai target yang akan dituju

oleh perilaku.

Berdasarkan beberapa aspek yang mempengaruhi intensitas

(33)

18

penghayatan, durasi, frekuensi, minat, dan motivasi sebagai acuan dalam

menyusun kisi-kisi angket intensitas membaca.

B. Tinjauan Hasil Belajar IPS di SD

1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang mengusahakan adanya suatu

perubahan baik perilaku, sikap, maupun pengetahuan pada diri seseorang

yang sedang belajar. Belajar adalah proses perubahan positif kualitatif

yang terjadi pada tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan

pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, minat, apresiasi, kemampuan

berfikir logis dan kritis, kemampuan interaktif, dan kreativitas yang telah

dicapainya (Alben Ambarita, 2006: 59). Perubahan tersebut merupakan

perolehan yang disebut sebagai hasil belajar.

Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) menyebutkan bahwa hasil belajar

merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil

belajar. Sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar diwujudkan dengan

berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar yang diiringi dengan

peningkatan kemampuan mental. Peningkatan kemampuan mental tersebut

terwujud pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan Nana

Sudjana (2009: 22) mendefinisikan hasil belajar sebagai

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya. Di sisi lain, Purwanto (2011: 45) berpendapat bahwa hasil

belajar adalah perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan

(34)

19

Hasil belajar mempunyai peranan yang penting dalam proses

pembelajaran. Guru dapat mengetahui informasi tentang kemajuan siswa

dalam mencapai tujuan belajarnya melalui proses penilaian hasil belajar

yang dilakukan pada saat kegiatan belajar. Dengan demikian guru dapat

merancang kegiatan pembelajaran selanjutnya untuk siswa.

Berdasarkan pendapat ahli mengenai hasil belajar yang telah

diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengalami

interaksi tindak belajar dan mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran

yang telah ditentukan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses, bukan merupakan hasil. Belajar

tidak hanya mengingat, namun juga mengalami. Hasil belajar bukan suatu

penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan pada diri,

misalnya dari tidak tahu menjadi tahu (Oemar Hamalik, 2003: 27).

Menurut Muhibbin Syah (2013: 129), faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan jasmani dan

rohani siswa.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar yang meliputi

strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan

(35)

20

Hasil belajar merupakan salah satu indikator pencapaian tujuan

pembelajaran di dalam kelas. Sugihartono, dkk (2007: 76-77),

menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah

sebagai berikut.

a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.

b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern yang berpengaruh dalam belajar meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor keluarga dapat meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Faktor masyarakat dapat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat, dan media massa.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas,

peneliti menggunakan faktor internal berupa faktor psikologis minat

karena sangat erat dengan ketertarikan seseorang untuk melakukan suatu

sikap.

3. Jenis-jenis Hasil Belajar

Sistem pendidikan nasional merumuskan tujuan kurikuler maupun

tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benjamin

Bloom (Nana Sudjana, 2009: 22-23) yang terbagi menjadi tiga ranah yaitu:

a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

(36)

21

c. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.

Tiga ranah yang dikemukakan oleh Benjamin Bloom yaitu ranah

kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik dapat dijadikan objek

penilaian hasil belajar. Pada penelitian ini yang diukur adalah ranah

kognitif karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai

materi pelajaran.

Menurut Benjamin Bloom (Nana Sudjana, 2009: 23-29) ranah

kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam

aspek, yaitu:

a. Pengetahuan, contohnya pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti

rumus, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh,

dan nama-nama kota. Istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan

diingat sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemahaman konsep

lainnya.

b. Pemahaman, misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri

sesuatu yang didengar atau dibacanya, memberi contoh lain dari yang

telah dicontohkan, dan mengungkapkan petunjuk penerapan pada kasus

lain.

c. Aplikasi, yakni penerapan abstraksi didasarkan atas realita yang ada di

masyarakat atau realita yang ada dalam teks bacaan. Abstraksi tersebut

dapat berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.

d. Analisis, yaitu usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau

(37)

22

merupakan kecakapan yang kompleks karena memanfaatkan kecakapan

dari ketiga tipe sebelumnya.

e. Sintesis, yakni penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam

bentuk menyeluruh. Misalnya menemukan hubungan yang unik,

menyusun rencana atau langkah-langkah operasi dari suatu tugas atau

masalah, mengabstraksikan sejumlah besar gejala, data, dan hasil

observasi menjadi terarah.

f. Evaluasi, yaitu pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang

mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan

masalah, metode, materiil, dll.

Dalam penelitian ini, aspek yang diukur adalah aspek kognitif

dengan tiga tipe hasil belajar kognitif yaitu pengetahuan, pemahaman, dan

aplikasi.

4. IPS di SD

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Indonesia mulai

diberlakukan pada kurikulum 1975. Dalam bidang pengetahuan social

terdapat beberapa istilah, yaitu Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial

(Social Studies), dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Achmad Sanusi

(Hidayati, 2004: 5) menyatakan batasan tentang Ilmu Sosial berupa, “Ilmu

Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertaraf

akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi makin

lanjut makin ilmiah”. Ilmu Sosial merupakan cabang ilmu pengetahuan

yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun

(38)

23

Berbeda dengan Ilmu Sosial, Barr, Barth, dan Shermis (Udin S.

Winataputra, dkk, 2008: 14) mengemukakan bahwa Studi Sosial adalah

ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan. Studi

Sosial berisikan aspek-aspek ilmu sejarah, ekonomi, politik, sosiologi,

antropologi, psikologi, geografi, dan filsafat, yang dipilih untuk tujuan

pembelajaran sekolah dan di perguruan tinggi. Sedangkan Rudy Gunawan

(2013: 48) menyatakan bahwa IPS adalah suatu bahan kajian terpadu yang

merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang

diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan sejarah, geografi,

sosiologi, antropologi, dan ekonomi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa IPS adalah suatu bidang kajian sosial yang mempelajari manusia

pada konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Bidang

yang dikaji dalam Ilmu Sosial, Studi Sosial, dan IPS memiliki kesamaan,

yakni mempelajari kehidupan manusia dan interaksinya dalam masyarakat.

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di jenjang

Sekolah Dasar (SD). Hal ini sesuai dengan Standar Isi Badan Standar

Nasional Pendidikan (2006: 159) yang menerangkan bahwa IPS

merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari tingkat

SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB yang mengkaji seperangkat

peritiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

IPS diarahkan demikian karena susunan konsep-konsep dalam IPS sangat

kompleks dan bervariasi dan berbagai cabang ilmu sosial seperti ilmu

(39)

24

Trianto (2007: 124) menyatakan bahwa IPS merupakan perpaduan

dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi,

ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Hal ini juga diungkapkan Hidayati

(2004: 8) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian

sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, antropologi,

politik, dan sebagainya yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Sependapat

dengan Trianto dan Hidayati, Fakih Samlawi dan Benyamin Maftuh (1998:

1) menyimpulkan bahwa, Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata

pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu

pengetahuan sosial (ilmu sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, dsb) yang

disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologi serta kelayakan dan

kebermaknaannya bagi siswa dan lingkungannya.

Dari beberapa pengertian menurut para ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang

diberikan di Sekolah Dasar. Mata pelajaran IPS pada jenjang SD

merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti

Sosiologi, Sejarah, Geografi, dan Ekonomi yang mengkaji seperangkat

peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

Materi pelajaran IPS di sekolah dasar disusun mengacu pada aspek

kehidupan nyata siswa sesuai dengan tingkat kemampuan dan

perkembangan siswa.

5. Hasil Belajar IPS di SD

Hasil belajar yang dikaji dalam penelitian ini adalah hasil belajar

kognitif yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPS. Dalam penelitian

(40)

25

yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Hasil belajar IPS dalam

penelitian ini adalah hasil tes yang diperoleh siswa pada mata pelajaran

IPS setelah mengikuti proses pembelajaran IPS.

6. PengukuranHasil Belajar IPS di SD

Hasil belajar merupakan ukuran untuk mengukur seberapa jauh

siswa menguasai bahan yang telah diajarkan. Untuk itu perlu adanya

penilaian hasil belajar, yakni proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil

belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hasil belajar IPS dalam

penelitian ini adalah hasil belajar IPS pada ranah kognitif.

Purwanto (2011: 44) menjelaskan bahwa untuk mengaktualisasikan

hasil belajar diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat

evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Alat ukur yang digunakan dalam

mengukur hasil belajar ini adalah berupa tes. Tes hasil belajar merupakan

tes penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi

yang diajarkan oleh guru atau dipelajari siswa Purwanto (2011: 66). Tes

disusun berdasarkan kisi – kisi yang dikembangkan dari indikator materi

pembelajaran yang telah disampaikan. Tes diujikan setelah siswa

memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk

mengetahui penguasaan siswa atas materi tersebut. Dari penjelasan

tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa alat ukur yang dapat

digunakan untuk mengukur hasil belajar yang diperoleh siswa adalah tes.

C. Karakteristik Siswa Kelas V

Piaget (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 35) menguraikan empat tahap

perkembangan kognitif yaitu tahap sensomotor (lahir-18 bulan), tahap

(41)

26

tahun), dan tahap operasional formal (12 tahun atau lebih). Menurut tahapan

tersebut, siswa SD berada pada fase operasional konkret. Pada masa ini anak

menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah-masalah yang

aktual, anak mampu menggunakan kemampuan mentalnya untuk memecahkan

masalah yang lebih konkret. Anak mampu berpikir logis meski masih terbatas

pada situasi sekarang (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 105-106).

Menurut Syamsu Yusuf LN. (2014: 178), ciri-ciri perilaku anak pada

masa operasional konkret yaitu sudah dapat melaksanakan tugas-tugas belajar

yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kemampuan kognitif

(seperti: membaca, menulis, dan menghitung). Periode ini ditandai dengan tiga

kemampuan baru, yaitu mengklasifikasi, menyusun, atau mengasosiasikan

(menghubungkan atau menghitung) bilangan. Anak sudah mampu melakukan

operasi menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi. Di samping itu,

pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah

(problem solving) yang sederhana.

Pada usia 10-12 tahun perhatian membaca anak mencapai puncaknya.

Materi bacaan juga sudah semakin luas. Pada umumnya anak laki-laki

menyukai hal-hal yang bersifat menggemparkan, misterius, dan kisah-kisah

petualangan. Sedangkan anak perempuan cenderung menyenangi cerita

kehidupan seputar rumah tangga (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 109). Pada masa

ini anak telah dapat menguasai sekitar 50.000 kata (Abin Syamsudin M, 1991

dalam Syamsu Yusuf LN., 2014: 179).

Lebih lanjut lagi Rita Eka Izzaty, dkk. mengemukakan bahwa anak SD

termasuk dalam masa anak-anak akhir. Masa anak-anak akhir ini dibagi

(42)

27

1) masa kelas rendah yang berlangsung antara usia 6/7 tahun-9/10 tahun,

biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar, dan

2) masa kelas tinggi yang berlangsung antara usia 9/10 tahun-12/13 tahun,

biasanya mereka duduk di kelas 4, 5 dan 6 Sekolah Dasar.

Sesuai kategori tersebut, siswa kelas V termasuk dalam fase kelas

tinggi. Adapun ciri-ciri siswa kelas tinggi menurut Rita Eka Izzaty, dkk. (2008:

116) adalah perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari, ingin tahu,

ingin belajar dan realistis, timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus, anak

memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di

sekolah, anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk

bermain bersama serta membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

D. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan yaitu:

1. “Hubungan antara Intensitas Membaca dengan Kemampuan Memahami

Isi Wacana Siswa Kelas V SD se–Gugus Bina Wiyata Kecamatan Lumbir

Kabupaten Banyumas” yang disusun oleh Kiki Rizkianingrum pada tahun

2012. Penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara

intensitas membaca dengan kemampuan memahami isi wacana. Pengaruh

tersebut ditunjukkan dengan koefisiensi product moment sebesar 0,577.

Relevansi penelitian tersebut dengan yang diteliti oleh peneliti adalah

adanya hubungan positif antara frekuensi membaca, jenis bacaan, dan cara

membaca terhadap kemampuan memahami bacaan.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti

ada pada variabel terikat. Penelitian tersebut membuktikan bahwa

(43)

28

wacana dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang merupakan salah

satu dari empat kemampuan yang harus dimiliki dalam keterampilan

berbahasa. Sedangkan pada penelitian ini, dikaitkan dengan kemampuan

membaca pada mata pelajaran IPS yang kemudian mempengaruhi hasil

belajar IPS. Perbedaan selanjutnya adalah lokasi penelitian. Peneliti

melakukan penelitian di gugus II Pengasih Kulon Progo Yogyakarta

sementara Kiki Rizkianingrum melakukan penelitian di Gugus Bina

Wiyata Lumbir Banyumas.

2. “Korelasi antara Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Prestasi

Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri se-Kecamatan Kokap Kabupaten

Kulon Progo” yang disusun oleh Amalina Harjanti pada tahun 2012. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi positif dan signifikan antara

kemampuan membaca pemahaman dengan prestasi belajar IPS. Hal

tersebut dapat dilihat dari hasil analisis korelasi Product Moment antara

kemampuan membaca pemahaman dengan prestasi belajar IPS diperoleh

rxy (0,618) > rtabel (0,306) pada taraf signifikansi 0,01 (1%).

Relevansi penelitian tersebut dengan yang diteliti oleh peneliti adalah

adanya hubungan positif antara kemampuan membaca pemahaman dengan

prestasi belajar IPS. Penelitian tersebut menyatakan bahwa kemampuan

membaca pemahaman adalah kemampuan dalam memperoleh makna baik

tersurat maupun tersirat dan menerapkan informasi dari bacaan dengan

melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti ada

pada variabel bebas. Penelitian tersebut membuktikan bahwa jika

(44)

29

tinggi dan begitu pula sebaliknya jika kemampuan membaca pemahaman

rendah maka akan diikuti rendahnya prestasi belajar IPS siswa. Sedangkan

pada penelitian yang dilakukan peneliti, perolehan hasil belajar pada mata

pelajaran IPS khususnya ranah kognitif diteliti berdasarkan pengaruh

intensitas membaca siswa. Perbedaan selanjutnya adalah lokasi penelitian.

Peneliti melakukan penelitian di gugus II Pengasih Kulon Progo

Yogyakarta sementara Amalina Harjanti melakukan penelitian di Kokap

Kulon Progo Yogyakarta.

E. Kerangka Pikir

Intensitas membaca dapat diartikan sebagai frekuensi yang semakin

lama semakin meningkat pada aktivitas membaca. Sesuai penelitian yang

pernah dilakukan oleh Yap bahwa semakin banyak waktu membaca setiap hari,

besar kemungkinan semakin tinggi tingkat komprehensinya atau semakin

mudah memahami bacaan. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap

kemampuan membaca seseorang, yaitu 65% ditentukan oleh banyaknya waktu

yang digunakan untuk membaca, 25% oleh faktor IQ, dan 10% dari

faktor-faktor lainnya seperti lingkungan sosial, emosional, dan lingkungan fisik. Jadi,

dapat dikatakan intensitas membaca akan berpengaruh pada pemahaman

bacaan (Darmiyati Zuchdi, 2008: 25).

Kemampuan membaca siswa kelas V SD tidak lagi pada tingkat

keterampilan mekanis, akan tetapi berada pada tingkat kemampuan membaca

pemahaman atau pada keterampilan pemahaman bacaan. Kemampuan

membaca pemahaman merupakan dasar untuk memperoleh informasi yang

(45)

30

memahami suatu mata pelajaran atau informasi yang berkaitan dengan

kehidupannya secara langsung.

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran di SD kelas V yang

masih dianggap pelajaran sulit. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar materi

pada mata pelajaran IPS yang bersifat abstrak. Materi IPS kelas V SD berisi

bacaan yang sudah memerlukan pemahaman untuk dapat mencerna informasi

yang disajikan. Sehingga siswa harus memiliki tingkat komprehensi atau

kemampuan membaca pemahaman yang tinggi. Pada beberapa siswa,

membaca merupakan hal yang mudah dan menyenangkan, namun bagi

sebagian yang lain membaca adalah hal yang sulit. Hal ini menunjukkan bahwa

kemampuan membaca pemahaman yang dimiliki siswa bervariasi. Salah satu

faktor yang mempengaruhi tingkat komprehensi seseorang adalah

kebiasaannya dalam membaca. Dengan terbiasa membaca, siswa akan belajar

mandiri untuk menemukan konsep yang belum diketahuinya dan memantapkan

konsep yang kurang dipahaminya.

Pemahaman bacaan, perbendaharaan bahasa, dan kecepatan membaca

dipengaruhi oleh intensitas membaca. Jika siswa memiliki intensitas membaca

yang tinggi, maka konsep-konsep dalam mata pelajaran IPS akan mudah

dipahami pula oleh siswa. Hal ini tentu berpengaruh terhadap hasil belajar IPS

siswa terutama pada ranah kognitif.

Evaluasi mata pelajaran IPS pada ranah kognitif mencakup tingkat

hafalan, pemahaman, dan aplikasi. Hal ini berkaitan erat dengan intensitas dan

kemampuan membaca pemahaman. Jika siswa banyak membaca serta

(46)

31

diajukan dengan tepat. Hal tersebut merupakan salah satu tolak ukur

keberhasilan pembelajaran IPS.

F. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Hipotesis Alternatif (Ha): Terdapat pengaruh yang positif antara intensitas

membaca terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD se-gugus II

Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Hipotesis Nihil (Ho): Tidak ada pengaruh yang positif antara intensitas

membaca terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD se-gugus II

Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Pelajaran 2014/2015.

G. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Intensitas membaca adalah kegiatan interaktif yang dilakukan untuk

menafsirkan bahasa tulis dari pesan dengan maksud memahami makna

yang terkandung dalam bahan tulis yang dilakukan secara terus menerus

dengan frekuensi yang semakin lama semakin meningkat. Membaca yang

dimaksud adalah membaca materi pelajaran atau sumber yang berkaitan

dengan mata pelajaran IPS.

2. Hasil belajar IPS adalah kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa

setelah mengalami interaksi tindak belajar dan mengajar sesuai dengan

tujuan pembelajaran IPS. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar

intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,

(47)

32

aspek yang diukur adalah aspek kognitif dengan tiga tipe hasil belajar

(48)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan uraian pada latar belakang, penelitian

ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif karena teknik dan

prosedur yang digunakan dalam proses pengumpulan data penelitian

diwujudkan dalam angka-angka dengan menggunakan analisis statistik. Hal ini

sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2010: 27) yang mengemukakan

penelitian kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut

menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data

tersebut, serta penampilan hasilnya. Penelitian ini termasuk penelitian

non-eksperimen karena tidak memberikan perlakuan khusus pada salah satu

variabel dan hanya mendeskripsikan variabel.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian ex-post facto. Menurut

Sukardi (2011: 165), sebuah penelitian disebut ex-post facto karena sesuai

dengan arti ex-post facto, yaitu “dari apa dikerjakan setelah kenyataan”.

Penelitian ini sering disebut penelitian sesudah kejadian. Dalam penelitian

ex-post facto tidak ada kelompok kontrol atau kegiatan pre tes. Hubungan sebab

dan akibat antara subjek satu dengan subjek yang lain diteliti tidak

dimanipulasi, karena penelitian ex-post facto hanya mengungkap gejala-gejala

yang ada atau telah terjadi. Fakta dalam penelitian ini diungkapkan apa adanya

dari data yang terkumpul. Dengan demikian penelitian ini mengungkapkan

hubungan dari variabel-variabel yang ada yakni intensitas membaca dan hasil

(49)

34

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

objek atau subjek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 117). Populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010: 173). Jadi, populasi yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD se-gugus II Kecamatan

Pengasih Kabupaten Kulon Progo. Jumlah siswa kelas V SD se-gugus II

Kecamatan Pengasih berdasarkan data dari UPTD PAUD dan DIKDAS

Kecamatan Pengasih dapat dilihat pada tabel.

Tabel 1. Populasi Siswa V SD se-Gugus II Kecamatan Pengasih

No Nama SD Jumlah Siswa

Sugiyono (2010: 118) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Alasan

penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel, karena jumlah populasi

yang besar, dapat menghemat waktu dan biaya.

(50)

35

Penarikan sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan

rumus Slovin, yaitu:

Dalam penelitian ini, error sampling ditentukan sebesar 5%

sehingga diperoleh:

Jadi, sampel dalam penelitian ini sejumlah 112 siswa.

b. Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Simple Random Sampling. Pengambilan anggota sampel dari

populasi dilakukan secara acak dari seluruh SD, sehingga seluruh

individu yang menjadi anggota populasi memiliki peluang yang sama

untuk diambil sebagai anggota sampel. Dalam menentukkan sampel

tiap SD peneliti menggunakan perhitungan sebagai berikut.

jumlah sampel tiap SD = jumlah siswa per kelaspopulasi x jumlah sampel

1) SD Negeri Pengasih 1 = x 112 = 11 anak

(51)

36

3) SD Negeri Gebangan = x 112 = 6 anak

4) SD Negeri Kepek = x 112 = 24 anak

5) SD Negeri Sendangsari = x 112 = 14 anak

6) SD Negeri Clereng = x 112 = 9 anak

7) SD Negeri Serang = x 112 = 15 anak

8) SD Negeri Klegen = x 112 = 14 anak

D. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010: 60), variabel penelitian pada dasarnya adalah

segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Kidder (1981) seperti yang dikutip dan diterjemahkan oleh Sugiyono (2007: 3)

menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti

mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.

Suharsimi Arikunto (2010: 162), mengemukakan bahwa dalam

penelitian yang mempelajari pengaruh sesuatu, terdapat dua variabel yaitu:

1. variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau

disebut independent variable.

2. variabel yang dipengaruhi disebut variabel akibat, variabel tergantung atau

tidak bebas disebut dependent variable.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, penelitian ini

menggunakan dua macam variabel, yaitu:

1. variable independent (bebas) adalah intensitas membaca.

(52)

37

Dalam penelitian ini intensitas membaca akan diukur tingkat

pengaruhnya dengan hasil belajar IPS. Pengaruh kedua variabel tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Pengaruh Variabel Bebas-Variabel Terikat

E. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bulan Juni 2015 pada kelas V di delapan

Sekolah Dasar se-gugus II Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo.

Sekolah Dasar tersebut adalah: SDN Pengasih 3, SDN Pengasih 1, SDN

Gebangan, SDN Kepek, SDN Sendangsari, SDN Clereng, SDN Serang, dan

SDN Klegen.

F. Metode Pengumpulan Data

Menurut Muhammad Idrus (2009: 99), jenis metode yang dapat

digunakan untuk mengumpulkan data adalah: angket (questionnaire),

wawancara (interview), pengamatan (observasi), tes, dan dokumentasi. Adapun

metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Angket

Suharsimi Arikunto (2010: 194) menyatakan bahwa kuesioner

adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya , atau hal-hal

(53)

38

Penelitian ini menggunakan angket untuk mengumpulkan data

intensitas membaca siswa. Tujuan angket adalah untuk memperoleh

jawaban singkat dari responden dengan memberikan tanda check pada

kolom yang disediakan sesuai dengan keadaan masing-masing siswa.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini merupakan angket tertutup,

yaitu angket yang sudah menyediakan pilihan jawaban, responden hanya

tinggal memilih sehingga dalam penelitian ini responden tidak memiliki

kesempatan untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. Dalam hal ini,

peneliti menyusun pernyataan-pernyataan yang dapat memberi informasi

mengenai intensitas membaca.

2. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok

(Suharsimi Arikunto, 2010: 193).

Teknik tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes untuk

mengetahui hasil belajar pada mata pelajaran IPS yang berbentuk tes pilihan

ganda. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001: 83) tes pilihan ganda terdiri

dari sebuah pernyataan atau kalimat yang belum lengkap yang kemudian

diikuti oleh sejumlah penyataan atau bentuk yang dapat untuk

melengkapinya. Dari beberapa “pelengkap” tersebut, hanya satu yang tepat

Gambar

Tabel 1. Populasi Siswa V SD se-Gugus II Kecamatan Pengasih
Gambar 1. Pengaruh Variabel Bebas-Variabel Terikat
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Intensitas Membaca Nomor Butir
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar IPS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya serta shalawat dan salam yang selalu tercurahkan

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, dan segala karunia, sehingga skripsi yang berjudul “ PENERAPAN

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “PENGARUH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, barokah, serta hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelsaikan tugas akhir

disampaikan oleh penulis melalui media kata- kata atau bahasa tulis (Tarigan, 2008: 7). Jadi dapat diartikan bahwa intensitas membaca merupakan sering tidaknya