• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Prinsip Prinsip University Governance Berlandaskan Tri Hita Karana di Universitas Mahasaraswati Denpasar - Bali T2 922009103 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Prinsip Prinsip University Governance Berlandaskan Tri Hita Karana di Universitas Mahasaraswati Denpasar - Bali T2 922009103 BAB I"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Sistem pendidikan tinggi di Indonesia telah mengalami transformasi

besar yang dipengaruhi oleh perkembangan nasional dan internasional

seperti ekspansi yang cepat dari pendaftaran mahasiswa, semakin

penting-nya penelitian dan inovasi dalam persaingan global dan ekonomi berbasis

pengetahuan, jaminan kualitas dan mobilitas telah menjadi penggerak utama

perubahan. Sistem pendidikan tinggi juga semakin kompleks karena

per-tumbuhan jumlah lembaga publik dan swasta, sehingga tugas mengelola dan

memantau sektor pendidikan tinggi perlu mendapat perhatian khusus.

Didorong oleh perubahan yang cepat dalam masyarakat dan

hubungannya dengan pendidikan tinggi, pemerintah telah merespon dengan

berbagai cara untuk merancang ulang struktur tata kelola lembaga

pendidikan tinggi. Dalam dokumen

Higher Education Long Term Strategy

(HELTS) 2003-2010, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen.Dikti.),

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia merumuskan tiga

kebijakan dasar pengembangan pendidikan tinggi yaitu daya saing bangsa,

otonomi dan desentralisasi, dan kesehatan organisasi. Namun demikian,

pemberian otonomi kepada pendidikan tinggi telah membawa banyak

perubahan yang menandai pergeseran modus tata kelola perguruan tinggi.

Varghese dan Martin (2013:26) berpendapat, bahwa dalam semua

sistem perguruan tinggi, masalah yang paling penting adalah bagaimana

sistem harus dikelola. Bagaimana struktur organisasi dan pengambilan

keputusan dalam universitas dapat diatur menurut ide-ide tentang tata

kelola universitas (

university governance

) sebagai organisasi pemangku

kepentingan. Shattock (2006) dalam Bratianu dan Pinzaru (2015),

(2)

2

konstitusional melalui mana urusan universitas diatur. Menurut Eurydice

(2008:12)

governance

pada pendidikan tinggi mengacu pada pelaksanaan

kewenangan formal dan informal berdasarkan undang-undang, kebijakan

dan aturan yang mengartikulasikan hak dan tanggung jawab dari berbagai

pelaku, termasuk aturan dalam berinteraksi. Jadi tata kelola universitas

melibatkan otoritas untuk membuat keputusan tentang kebijakan

fundamental dan praktek di universitas. Hal ini dapat saja terkait dengan

jumlah dan lokasi universitas, misi universitas, pendaftaran mahasiswa, akses

mahasiswa untuk program pembelajaran dan akses warga untuk layanan

yang lain, standar kualitas yang diharapkan mahasiswa, kualitas kegiatan

penelitian dan pelayanan publik, kebebasan yang tersedia untuk dosen

fakultas dalam kegiatan pembelajaran dan penelitian, pengangkatan staf,

struktur organisasi internal, alokasi sumber daya yang tersedia, dan

dukung-an keudukung-angdukung-an. Oleh karena itu masalah tata kelola universitas merupakdukung-an

kewenangan untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut, baik secara

internal dan eksternal. Dengan demikian dapat dipahami bahwa

university

governance

mengatur tentang siapa yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan seluruh aktivitas universitas.

Penerapan prinsip-prinsip tata kelola (

governance

) yang baik akan

membantu mereka yang diberi wewenang untuk mengambil keputusan

penting dengan mengidentifikasi, menilai dan mengelola risiko

kelembaga-an, dan mengatur sistem kontrol keuangan. Fielden (2008) mengungkapkkelembaga-an,

pengaturan

governance

mengidentifikasi siapa yang bertanggung jawab

untuk menetapkan arah universitas dan mengawasi jalannya aktivitas

universitas. Oleh karena itu, tujuan dari

university governance

harus

memastikan bahwa dalam mengejar tujuan strategis jangka panjang yang

konsisten dengan misi dan tujuan universitas, lembaga harus dikelola secara

efektif dan bertanggung jawab.

Untuk menciptakan keseimbangan pembagian wewenang dan

(3)

3 prinsip-prinsip penatakelolaan universitas. Di Indonesia sendiri, tuntutan

akan tata kelola perguruan tinggi yang baik telah dituangkan dalam

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi. Secara normatif

yuridis, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 telah memberikan

ketentuan atas prinsip-prinsip pengelolaan pendidikan tinggi di Indonesia,

sebagaimana ditentukan dalam Pasal 63, bahwa otonomi pengelolaan

perguruan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip transparansi,

akuntabilitas, nirlaba, penjaminan mutu, serta efektivitas dan efisiensi.

Pelaksanaan secara konsekuen kelima prinsip sebagaimana diatur dalam

Pasal 63 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 diharapkan dapat

memberikan manfaat dalam penatakelolaan perguruan tinggi.

Maksum (2005) mengungkapkan manfaat yang dapat diperoleh dari

penerapan prinsip-prinsip

corporate governance

ke dalam

university

governance

antara lain: 1) memungkinkan proses pengambilan keputusan dapat berlangsung lebih baik dan optimal sehingga meningkatkan efisiensi

serta dapat menciptakan budaya kerja yang lebih sehat, 2) memungkinkan

dihindarinya atau setidaknya diminimalkannya tindakan penyalahgunaan

wewenang, 3) meningkatkan nilai universitas dimata masyarakat sebagai

akibat peningkatan kepercayaan terhadap pengelolaan universitas yang baik,

4) meningkatkan profitabilitas, meningkatkan daya saing, meningkatkan

kredibilitas dan reputasi, dan meningkatkan hubungan dengan para

pemangku kepentingan lainnya, 5) membantu universitas mencapai kinerja

yang lebih baik dengan manajemen yang efektif dan lingkungan kerja yang

ideal, 6) membantu universitas memperluas aktivitas, mengurangi risiko,

dan meningkatkan kepercayaan dari para pemangku kepentingan, 7)

melindungi kerugian investasi akibat penyalahgunaan kekuasaan, dan 8)

kualitas laporan keuangan dapat ditingkatkan karena manajemen cenderung

tidak melakukan rekayasa laporan keuangan mengingat adanya kesadaran

untuk memenuhi kewajiban untuk patuh pada aturan dan prinsip akuntansi

(4)

4

Pada sisi lain, Maksum (2005) menyebutkan beberapa kendala dalam

menerapkan prinsip-prinsip

corporate governance

yang secara umum dapat

terjadi yaitu: a) Kendala hukum, yaitu terkait dengan masih lemahnya

penegakan hukum kepailitan dan praktik peradilan yang efektivitasnya

masih terbatas. b) Kendala budaya, yaitu berkaitan dengan pandangan

bahwa penerapan prinsip-prinsip

corporate governance

hanya merupakan

suatu bentuk kepatuhan terhadap peraturan, bukan sebagai suatu sistem

yang diperlukan perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya. Selain itu,

kendala budaya juga berkaitan dengan anggapan bahwa tindakan

penyelewengan oleh manajemen hanyalah merupakan tindakan yang biasa

dilakukan. c) Kendala politik, yaitu berkaitan dengan

perusahaan-perusahaan BUMN yang kepemilikannya di tangan negara. Hal tersebut

membuat kepentingan bisnis dan kepentingan politik menjadi sulit

dipisahkan. Pada akhirnya keputusan bisnis tidak jarang diintervensi oleh

pemerintah maupun kepentingan-kepentingan politik di dalamnya.

Penelitian mengenai tata kelola perguruan tinggi telah dilakukan

antara lain oleh Muhi (2010) yang menemukan bahwa prinsip-prinsip

university governance

berpengaruh secara optimal terhadap mutu layanan akademik, sedangkan Dahro (2013) menemukan bahwa prinsip-prinsip

university governance

belum dapat berfungsi secara optimal di Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung. Selanjutnya penelitian Setiawati (2013)

di Jawa Barat menunjukkan bahwa aspek perencanaan yang dilihat dari

kesiapan SDM, rencana pembelajaran, dan kesiapan fasilitas serta dana telah

dilakukan dengan baik oleh seluruh perguruan tinggi negeri di Jawa Barat.

Begitu pula dengan proses pengawasan yang juga dilakukan secara optimal.

Namun hasil penelitian Setiawati (2013) juga menunjukkan bahwa dalam

pelaksaaan tata kelola masih belum optimal karena adanya hambatan yang

disebabkan oleh kurang patuhnya individu-individu dalam melaksanakan

(5)

5

Purwanto (2006) menegaskan, bahwa kepatuhan merupakan

perilaku individu yang tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai budaya

masyarakat sebagai suatu kebiasaan. Koentjaraningrat (2005) menjelaskan,

bahwa nilai-nilai budaya masyarakat terdiri dari konsepsi-konsepsi yang

hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai

hal-hal yang dianggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat

dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak. Hal ini, menurut Sutrisno

(2010), dikarenakan keterikatan individu atau kelompok terhadap nilai-nilai

budaya relatif sangat kuat dan bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu,

nilai-nilai budaya akan dibawa serta oleh setiap individu, manakala individu

masuk menjadi anggota sebuah organisasi.

Tierney (1988:3) berpendapat, budaya tercermin dalam apa yang

dilakukan, bagaimana hal itu dilakukan, dan siapa yang terlibat dalam

melakukannya, menyangkut keputusan, tindakan, dan komunikasi baik pada

tingkat simbolik dan instrumental. Tierney (1988:3) menambahkan,

pengaruh budaya terjadi di berbagai tingkatan, dalam departemen dan

lembaga, serta pada sistem dan negara. Huntington dan Harrison (2011)

mencontohkan perekonomian negara Korea Selatan yang berhasil maju

dengan pesat karena masyarakat Korea Selatan memiliki budaya hidup

hemat, rajin investasi, kerja keras, mengutamakan pendidikan, aktif

berorganisasi dan sangat disiplin. Penelitian terkait dengan pengaruh budaya

terhadap tata kelola dilingkup perusahaan telah dilakukan oleh Li dan

Horisson (2008) yang menemukan bahwa budaya nasional memiliki

pengaruh yang dominan terhadap struktur tata kelola perusahaan.

Kemudian Chan dan Cheung (2012) menemukan dimensi budaya

berpengaruh secara signifikan pada praktek

corporate governance

. Dalam

organisasi perguruan tinggi, Beytekin

et al

. (2010:2) berpendapat, budaya

dapat diperlakukan sebagai salah satu subjek utama yang membentuk

hubungan, proses kerja, pengambilan keputusan, dan proses pemecahan

(6)

6

Untuk mencapai tata kelola yang baik pada perguruan tinggi/

universitas di Indonesia, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktur

Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan (2005), mengungkapkan

perlu-nya dilakukan suatu gerakan perubahan budaya organisasi secara simultan,

yaitu gerakan yang mampu mengubah semua kelemahan dan

ketidak-berdayaan organisasi menjadi lebih handal dan produktif. Dengan demikian,

kadang-kadang diperlukan reorganisasi dan pemberdayaan di semua lini

organisasi, sehingga dengan tata kelola yang baik akan dapat dicapai

kesuksesan organisasi sebagaimana dicita-citakan. Artinya, perlu dilakukan

reformasi terhadap tata kelola perguruan tinggi/universitas di Indonesia.

Terkait dengan hal ini, hasil penelitian yang dilakukan Fielden (2008:43)

menyimpulkan, bahwa manfaat dari reformasi pada tata kelola universitas

adalah signifikan, karena akan membuka inisiatif dan bakat dalam lembaga

dan akan mendorong lembaga untuk mengembangkan hubungan kerja yang

lebih dekat dengan semua pemangku kepentingan universitas. Hal ini akan

menyebabkan program dan layanan yang memenuhi kebutuhan lokal dan

masyarakat menjadi lebih relevan. Sebagai hasilnya, kualitas dan relevansi

pendidikan tinggi yang sedang disampaikan kepada siswa dapat diperkuat.

Reformasi tata kelola universitas dapat juga dilakukan melalui

budaya, sebagaimana pendapat Sudira (2014), bahwa untuk membangun

sebuah perguruan tinggi dengan keunggulan yang unik dapat dilakukan

dengan memperhatikan empat konteks utama pendidikan yaitu: (1) konteks

lokal; (2) konteks nasional; (3) konteks regional; dan (4) konteks global.

Diantara ke empat konteks tersebut, konteks lokal adalah konteks yang

paling memungkinkan sebuah perguruan tinggi membangun keunikan

sebagai keunggulannya, dengan syarat perguruan tinggi itu memiliki

kearifan lokal yang baik dan

adiluhung

yang dapat digunakan sebagai basis

pengembangan perguruan tinggi. Kearifan lokal dapat menjadi kekuatan

ketika pengetahuan dan praktik-praktiknya digunakan secara selaras dengan

usaha pembangunan masyarakat, termasuk di dalam mengembangkan

(7)

7 Suryadi dan Kusnendi (2010) menemukan bahwa tinggi rendahnya

aktualisasi perilaku ilmiah, edukatif dan religius di kalangan sivitas

akademika dipengaruhi oleh kuat lemahnya nilai-nilai kearifan lokal, dalam

hal ini budaya Sunda. Artinya, semakin kuat nilai-nilai kearifan lokal Sunda

dianut, semakin tinggi aktualisasi perilaku ilmiah, edukatif dan aktualisasi

religius sivitas akademika. Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa

nilai-nilai budaya yang terkandung di dalam kearifan lokal dapat dijadikan

landasan dalam upaya pengembangan perguruan tinggi.

Selain di Jawa Barat, daerah-daerah lain di Indonesia termasuk Bali

juga memiliki nilai-nilai budaya yang kuat mewarnai aktivitas organisasi di

Bali. Penelitian di bidang bisnis yang dilakukan oleh Riana (2011) dan Surya

dkk. (2014) juga menunjukkan bahwa tata nilai yang terkandung dalam

budaya

Tri Hita Karana

dapat diterapkan kedalam kegiatan bisnis. Nilai-nilai

budaya

Tri Hita Karana

mampu memberikan dampak yang signifikan

terhadap aktivitas organisasi bisnis dan menjadi salah satu faktor yang

penting dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan sebuah organisasi

bisnis. Hal ini disebabkan di dalam dimensi

pawongan

terdapat prinsip: 1)

inisiatif dan kreativitas, 2) kerja keras tanpa mengenal putus asa, 3)

menghargai waktu, 4) kerjasama yang harmonis, 5) kejujuran dan kesetiaan,

dan 6) efisiensi yang etis. Apabila keenam prinsip yang ada di dalam dimensi

pawongan

ini tidak dilaksanakan, dapat dipastikan bahwa organisasi akan

mengalami kegagalan. Budaya

Tri Hita Karana

menjadi penting karena

kemampuannya untuk mengarahkan perilaku para anggota organisasi dalam

mencapai tujuan yang dikehendaki, termasuk mengarahkan perilaku

individu yang bekerja di lembaga perguruan tinggi, sebagaimana penelitian

yang dilakukan oleh Putera dan Supartha (2013) yang menemukan bahwa

budaya

Tri Hita Karana

berpengaruh terhadap budaya organisasi di kantor

Rektorat Universitas Udayana, Denpasar, Bali.

Putera dan Supartha (2013) menjelaskan, bahwa kepatuhan staf

(8)

8

dengan cara bertutur kata dan berperilaku dengan sopan memberikan

kontribusi terhadap terciptanya budaya organisasi di kantor Rektorat

Universitas Udayana. Sikap dan perilaku tersebut tidak terlepas dari

nilai-nilai budaya

Tri Hita Karana

yang dianut oleh staf BAA, BAUK, BAK, dan

BAPSI yang mementingkan keselarasan dalam berperilaku dalam menjalani

kehidupan dan pekerjaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Putera dan Supharta (2013) hanya

berfokus pada pengaruh budaya

Tri Hita Karana

di kantor Rektorat

Universitas Udayana, sehingga tidak dapat memberikan gambaran secara

menyeluruh terkait dengan pelaksanaan budaya

Tri Hita Karana

di lembaga

universitas. Untuk memperjelas dan memberikan gambaran yang lebih

lengkap terkait dengan penerapan budaya

Tri Hita Karana

di lembaga

universitas, maka penelitian ini diarahkan untuk menelaah lebih lanjut

tentang penerapan nilai-nilai

Tri Hita Karana

yang melandasi pelaksanaan

prinsip-prinsip

university governance

di Universitas Mahasaraswati.

Universitas Mahasaraswati sengaja dipilih sebagai obyek penelitian karena

Universitas Mahasaraswati telah mendapatkan penghargaan dengan kategori

Emerald, setelah tiga kali berturut-turut mendapatkan penghargaan dengan

kategori Gold atas pelaksanaan

Tri Hita Karana

di lingkungan Universitas

Mahasaraswati. Hal ini dapat diduga bahwa pelaksanaan

Tri Hita Karana

di

lingkungan Universitas Mahasaraswati telah sesuai dengan

persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh Yayasan Tri Hita Karana sebagai lembaga

yang berwenang memberikan penilaian dan penghargaan atas pelaksanaan

Tri Hita Karana.

Universitas Mahasaraswati yang berlokasi di Denpasar Bali

melaksanakan beberapa aktivitas yang berbeda jika dibandingkan dengan

universitas-universitas pada umumnya. Perkuliahan mahasiswa Universitas

Mahasaraswati dimulai pada jam 15:00 dan berakhir sekitar jam 21:00

Waktu Indonesia Bagian Tengah. Hal ini dilakukan karena pada pagi hari

(9)

9 belajar mengajar siswa Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah

Kejuruan. Sementara perkuliahan dilakukan pada malam hari, semua

kegiatan administrasi di Universitas Mahasaraswati dilakukan pada pagi hari.

Untuk mengatur kegiatan administrasi dan aktivitas perkuliahan sore hingga

malam hari dengan fasilitas yang digunakan secara bersama serta

ketersedia-an waktu yketersedia-ang terbatas, sudah tentu dibutuhkketersedia-an pengelolaketersedia-an yketersedia-ang berbeda

dengan universitas-universitas pada umumnya. Aktivitas Universitas

Mahasaraswati ini dapat berjalan dengan baik hingga sekarang. Bahkan

berdasarkan Keputusan Menteri Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi

Republik Indonesia Nomor 492.A/M/ Kp/VIII/2015 Tentang Klasifikasi Dan

Pemeringkatan Perguruan Tinggi Di Indonesia Tahun 2015, Universitas

Mahasaraswati memperoleh peringkat ke 44 dari 3.3201) perguruan tinggi di

Indonesia. Sedangkan di Bali sendiri, Universitas Mahasaraswati menempati

peringkat pertama (Bali Post, 16 Februari 2016, hal.4). Disamping itu dalam

penilaian oleh Yayasan Tri Hita Karana dengan Akta Notaris I Dewa

Komang Mahadewa, SH No 10 Tanggal 11 Januari 2010 yang telah mendapat

pengesahan dari Kementrian Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor

HU-3278 AH 01.04 Tahun 2010 pada tanggal 9 Agustus 2010 dimana

yayasan ini adalah sebagai penilai penerapan

Tri Hita Karana

pada Hotel,

Kawasan Wisata, Daerah Tujuan Wisata, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan

Kantor/Instansi Pemerintah, yang mendapat rekomendasi dari Pemerintah

Provinsi Bali dan Dirjen Bimas Hindu Jakarta memberi penilaian

Emerald

(setelah tiga kali berturut turut mendapat penilaian

Gold

(nilai 90-100) atas

pelaksanaan

Tri Hita Karana

di lingkungan Universitas Mahasaraswati.

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan pokok

permasalahan dalam penelitian ini yaitu penerapan prinsip-prinsip

1) Menurut Keputusan Menteri Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia

(10)

10

University Governance

yang dilandasi oleh nilai-nilai

Tri Hita Karana

di Universitas Mahasaraswati Denpasar.

1.2.

Rumusan Persoalan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan, maka persoalan penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah penerapan prinsip-prinsip

university governance

di

Universitas Mahasaraswati?

b. Bagaimanakan penerapan

Tri Hita Karana

di Universitas

Mahasaraswati?

c. Bagaimanakah penerapan prinsip-prinsip

university governance

yang dilandasi oleh nilai-nilai

Tri Hita Karana

di Universitas

Mahasaraswati?

1.3.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

a. Penerapan prinsip-prinsip

university governance

di Universitas

Mahasaraswati.

b. Penerapan

Tri Hita Karana

di Universitas Mahasaraswati.

c. Penerapan prinsip-prinsip

university governance

yang dilandasi oleh

nilai-nilai

Tri Hita Karana

di Universitas Mahasaraswati Denpasar.

1.4. Manfaat Penelitian

Berikut merupakan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini:

a. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi

Universitas Mahasaraswati dalam upaya menerapkan prinsip-prinsip

university governance

yang dilandasi oleh nilai-nilai budaya

Tri Hita

Karana

agar supaya penyelenggaraan aktivitas di Universitas

Mahasaraswati dapat terhindar dari kecurangan

(fraud)

serta konflik

kepentingan sehingga tujuan universitas yang telah ditetapkan dapat

(11)

11

b. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi

penelitian yang akan datang untuk menjadikan nilai-nilai kearifan

lokal yang dimiliki oleh daerah Bali secara khusus dan

daerah-daerah lainnya di Indonesia diangkat sebagai bahan penelitian.

1.5. Sistematika Penulisan

Sitematika penulisan ini adalah untuk memudahkan penulis dalam

proses pengumpulan data serta merekonstruksi hasil dalam penulisan

laporan penelitian disertasi. Penulis dalam hal ini menggunakan sistematika

yang terencana. Sistematika terencana tersebut adalah untuk menyajikan

hasil penelitian secara urut, runtut, dan tuntas. Berikut merupakan

sistematika penulisan yang dimaksud:

BAB I : Berisi tentang latar belakang masalah yang akan diteliti, fokus

studi, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika

penulisan.

BAB II : Berisi tentang kajian teoritis yang mendukung masalah

pe-nelitian. Pada Bab ini diuraikan tentang teori Stakeholder

sebagai teori utama yang digunakan sebagai pijakan untuk

memahami

corporate governance

dan

university governance

berserta prinsip-prinsipnya. Kemudian dijelaskan pula tentang

ideologi

Tri Hita Karana

sebagai kearifan lokal masyarakat di

Bali, dan dipaparkan mengenai kerangka pikir penelitian.

BAB III : Berisi tentang pencarian data dan informasi yang dipakai guna

menjawab pokok permasalahan penelitian. Selain jenis

peneliti-an ypeneliti-ang digunakpeneliti-an, Bab III juga memuat uraipeneliti-an tentpeneliti-ang objek

dan lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, sumber data,

serta teknik analisis data.

BAB IV : Berisi bahasan tentang pelaksanaan prinsip-prinsip

University

Governance,

pelaksanaan nilai-nilai

Tri Hita Karana

di Universitas Mahasaraswati Denpasar. Prinsip-prinsip yang
(12)

12

transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, keadilan, dan

independensi (otonomi). Bab ini juga menguraikan

dimensi-dimensi dan nilai-nilai ideologi

Tri Hita Karana

.

BAB V : Berisi tentang Pembelajaran dari Universitas Mahasaraswati

Denpasar tentang pelaksanaan prinsip-prinsip

University

Governance

berlandaskan nilai-nilai

Tri Hita Karana

berserta

rekomendasi model pelaksanaan

Good University Governance

bagi Perguruan Tinggi Swasta yang dikaitkan dengan kearifan

lokal.

BAB VI : Berisi tentang simpulan terkait pelaksanaan prinsip-prinsip

University Governance

yang dilandasi oleh nilai-nilai

Tri Hita

Karana

di Universitas Mahasaraswati Denpasar, implikasi teoretis, implikasi manajerial, keterbatasan penelitian dan

Referensi

Dokumen terkait

Siswa diminta untuk melakukan latihan kekuatan dan daya tahan otot (push up, sit up, back up dan naik turun bangku) untuk meningkatkan kebugaran jasmani yang dilakukan

Mengetahui gaya kepemimpinan dan lingkungan yang cocok untuk Unit Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto sehingga bisa menekan tingkat

Penggunaan stilistika sastra metonimia dalam novel-novel karya Arafat Nur-novel karya Arafat Nur menggunakan bentuk kalimat yang sepadan dengan nama-nama yang unik terhadap

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SAW, karena atas Rahmat- Nya Penulis telah berhasil menyelesaikan skripsi ini dengan mengambil judul: “Pelaksanaan Balik Nama

Dalam penelitian ini, metode komparasi digunakan untuk membandingkan pemikiran Hamdani Bakran Adz- Dzakiey tentang Prophetic Intelligence (kecerdasan kenabian) dengan buku

Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang tidak berasal dari rumah tangga dan berasal dari kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,

Analisis Regresi Linier Berganda Pada analisis regresi berganda berguna untuk mengukur hubungan antara dua variabel maupun lebih serta dapat menunjukkan arah

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan Prevalensi infeksi protozoa saluran pencernaan kucing lokal di denpasar sebesar 31,3 %, pada kucing