• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KEPALA SEKOLAH SD-SMP NEGERI SATU ATAP DALAM PELAYANAN WAJAR 9 TAHUN BAGI MASYARAKAT Peran Kepala Sekolah SD-SMP Negeri Satu Atap Dalam Pelayanan Wajar 9 Tahun Bagi Masyarakat Lingkungan Hutan Di Gunungtumpeng, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Gro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN KEPALA SEKOLAH SD-SMP NEGERI SATU ATAP DALAM PELAYANAN WAJAR 9 TAHUN BAGI MASYARAKAT Peran Kepala Sekolah SD-SMP Negeri Satu Atap Dalam Pelayanan Wajar 9 Tahun Bagi Masyarakat Lingkungan Hutan Di Gunungtumpeng, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Gro"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KEPALA SEKOLAH SD-SMP NEGERI SATU ATAP DALAM

PELAYANAN WAJAR 9 TAHUN BAGI MASYARAKAT

LINGKUNGAN HUTAN DI GUNUNGTUMPENG,

KECAMATAN KARANGRAYUNG,

KABUPATEN GROBOGAN

Oleh :

L I S J I O N O

Q.100 100 101

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

(2)
(3)

PERAN KEPALA SEKOLAH SD-SMP NEGERI SATU ATAP DALAM

Lisjiono1, Yetty Sarjono 2, dan Sigit Haryanto 3

1Kepala Sekolah SD N 2 Gunungtumpeng, Karangrayung, Grobogan, lisjionodiah@yahoo.co.id

2Staf Pengajar UMS Surakarta 3Staf Pengajar UMS Surakarta

abstract

The purpose of this study is to describe the characteristics of: (1) the role of SD-SMP Satu Atap Gunungtumpeng principals in the implementation of social competence; (2) the role of SD-SMP Satu Atap Gunungtumpeng principals as an innovator in an effort to attract primary school graduates; and (3) the role of SD-SMP Satu Atap Gunungtumpeng principals as entrepreneurs in an effort to market the school program to foster interest in parents of children of compulsory education age to want to send their children in SMP Satu Atap Gunungtumpeng, in Gunungtumpeng forest environments. This type of research is qualitative research with an naturalistic approach, while the design of this research is an ethnographic study. The experiment was conducted in SD-SMP Negeri Satu Atap Gunungtumpeng, Karangrayung, Grobogan. Informants of this study are principals and teachers SD-SMPN Satu Atap Gunungtumpeng and community forest environment Gunungtumpeng village. Research data collection is done through observation, depth interviews, and documentation. Data were analyzed with ethnographic analysis. Validity of the data used source triangulation technique, technique and time. Conclusion: (1) Principals in the implementation of social competence has a very good role. It can be seen from a good social relations between principals with teachers, students, and community and environment; have the ability to communicate and effectively interact; support and participate in social activities; and evaluate and develop social competence according to the social conditions of the school environment; (2) principal's role as an innovator are have the idea of change in schools through drumband, provision of musical instruments, and sewing skills; able to move all components of the school through reforms made; and (3) principal's role as entrepreneur, among others: principals have extensive knowledge, have a strong commitment to the independence of school, able to create useful innovation for the development of school, have a strong motivation to achieve school success, capable to approach the parents through socialization, formulate priorities for the use of school finance school socialization, personal approach to community leaders to help understand the importance of education to the community, unyielding attitude and always looking for the best solution in the face of constraints on school.

(4)

PENDAHULUAN

Departemen Pendidikan Nasional melaksanakan beberapa program alternatif untuk meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) pada daerah dengan APK yang rendah. Program alternatif yang dilaksanakan selain pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) dan pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) di sekolah-sekolah yang over-capacity, adalah Program Pengembangan SD-SMP Satu Atap untuk daerah terpencil, terpencar dan terisolir.

Program sekolah satu atap dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas dalam mengakomodasi lebih banyak siswa dan dengan demikian mempercepat tercapainya program pendidikan dasar sembilan tahun dengan membuat fasilitas-fasilitas SMP dekat dengan lulusan-lulusan SD. Program tersebut telah dilaksanakan salah satunya pada SD-SMP Negeri Satu Atap Gunungtumpeng, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan.

Program Wajib belajar 9 tahun yang dilaksanakan di SD-SMP Satu Atap Gunungtumpeng, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan pada 2 tahun pelajaran terakhir ini dinilai cukup berhasil. Kemauan anak usia sekolah yakni umur 7 sampai dengan 15 tahun di desa Gunungtumpeng, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan untuk melanjutkan sekolah sampai di SMP meningkat. Keadaan ini tidak terlepas dari upaya kepala sekolah sebagai seorang pemimpin yang menjalankan perannya sebagai inovator, manajer, wirausahawan, dan peran kepala sekolah yang lainnya, untuk mensukseskan pendidikan wajib belajar 9 tahun melalui SD-SMP Satu Atap. Berdasarkan uraian tersebut, judul penelitian ini adalah “Peran Kepala Sekolah SD-SMP Negeri Satu Atap Dalam Pelayanan Wajar 9 Tahun Bagi Masyarakat Lingkungan Hutan Di Gunungtumpeng, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan.”

Penelitian ini memiliki tiga tujuan yang ingin dicapai: 1) mendeskripsikan karakteristik peran kepala sekolah SD-SMP Satu Atap Gunungtumpeng dalam pelaksanaan kompetensi sosialnya di lingkungan SD-SMP Satu Atap

Gunungtumpeng, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, 2) mendeskripsikan karakteristik peran kepala sekolah SD-SMP Satu Atap

(5)

lingkungan hutan Gunungtumpeng agar mau melanjutkan di SMP Satu Atap

Gunungtumpeng, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, 3) mendeskripsikan karakteristik peran kepala sekolah SD-SMP Satu Atap

Gunungtumpeng sebagai wirausahawan dalam upaya memasarkan program sekolah sehingga menumbuhkan minat orang tua anak usia wajib belajar di lingkungan hutan Gunungtumpeng agar mau menyekolahkan anaknya di SMP Satu Atap Gunungtumpeng, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan.

Kepala sekolah adalah orang yang diberi tugas dan tanggung jawab mengelola sekolah menghimpun, memanfaatkan, dan menggerakkan seluruh potensi sekolah secara optimal untuk mencapai tujuan. Kepala sekolah sebagai

human resource manager adalah individu yang biasanya menduduki jabatan yang memainkan peran sebagai adviser (staff khusus) tatkala bekerja dengan manajer lain terkait dengan urusan SDM (individuals who normally act in an advisory (or staff) capacity when working with other (line) managers regarding human resource matters) (Sagala, 2009a: 88). Kepala sekolah menurut Danim (2002: 145) adalah guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai kepala sekolah.

Berdasarkan Permendiknas Nomer 13 Tahun 2007 tentang Standard Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah dijelaskan bahwa seorang kepala sekolah harus memiliki 5 (lima) kompetensi, yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial. Sedangkan dalam Permendiknas Nomer 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah disebutkan bahwa kompetensi kepala sekolah/madrasah adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada dimensi-dimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial (Bab I pasal 1).

Kompetensi Sosial Kepala Sekolah

(6)

adalah kemampuan untuk berkomunikasi, membangun relasi, dan kerjasama, menerima perbedaan, memikul tanggung jawab, menghargai hak orang lain, serta kemampuan memberi manfaat bagi orang lain (Bangkit, 2013: 1).

Kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah dalam dimensi kompetensi sosial berdasarkan Permendiknas Nomer 13 Tahun 2007 (Wahyudi, 2009: 32), antara lain: 1) bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/

madrasah, 2) berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, dan 3) memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain. Menurut Mulyasa

(2007: 176) ada tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif dan efisien yakni (1) memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama (2) memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi (3) memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi (4) memiliki pengetahuan tentang estetika (5) memiliki pengetahuan tentang apresiasi dan kesadaran sosial (6) memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan (7) memiliki kesetiaan terhadap harkat dan martabat manusia. Ketujuh kompetensi sosial ini penting, agar seseorang dapat melaksanakan dua fungsi di sekolah yakni : (a) fungsi pelestarian dan pewarisan nilai-nilai kemasyarakatan dan (b) fungsi agen perubahan. Sekolah berfungsi untuk menjaga kelestarian nilai-nilai kemasyarakatan yang positif agar pewarisan nilai tersebut dapat berjalan secara baik. Di samping itu sekolah juga berfungsi sebagai lembaga yang dapat mendorong perubahan nilai dan tradisi menuju kemajuan dan tuntutan kehidupan dan pembangunan bangsa.

Kepala Sekolah Sebagai Innovator

(7)

sekolah harus berusaha mendorong dan membina setiap tenaga kependidikan agar dapat berkembang secara optimal dalam melakukan tugas-tugas yang diembankan kepada masing-masing tenaga kependidikan; 2) Kreatif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesional tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha mencari gagasan dan cara-cara baru dalam melaksanakan tugasnya; 3) Delegatif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesional tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berupaya mendelegasikan tugas kepada tenaga kependidikan sesuai dengan deskripsi tugas, jabatan serta kemampuan masing-masing; 4) Integratif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesional tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha mengintegrasikan semua kegiatan sehingga dapat menghasilkan sinergi untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif, efisien dan produktif; 5) Rasional dan obyektif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesional tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha bertindak berdasarkan pertimbangan rasio dan obyektif; 6) Pragmatis, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesional tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha menetapkan kegiatan atau target berdasarkan kondisi dan kemampuan nyata yang dimiliki oleh setiap tenaga kependidikan, serta kemampuan yang dimiliki sekolah; 7) Keteladanan, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesional tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha memberikan teladan dan contoh yang baik; 8) Adaptabel dan Fleksibel, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesional tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus mampu beradaptasi dan fleksibel dalam menghadapi situasi baru, serta berusaha menciptakan situasi kerja yang menyenangkan dan memudahkan para tenaga kependidikan untuk beradaptasi dalam melaksanakan tugasnya.

Kepala Sekolah Sebagai Entrepreneur

(8)

di lingkungan sekolah (Wahjosumidjo, 2003: 92). Sudrajat (2010: 2) menjelaskan untuk menjadi kepala sekolah yang berjiwa wirausaha harus menerapkan beberapa hal berikut: (1) berpikir kreatif-inovatif, (2) mampu membaca arah perkembangan dunia pendidikan, (3) dapat menunjukkan nilai lebih dari beberapa atau seluruh elemen sistem persekolahan yang dimiliki, (4) perlu menumbuhkan kerjasama tim, sikap kepemimpinan, kebersamaan dan hubungan yang solid dengan segenap warga sekolah, (5) mampu membangun pendekatan personal yang baik dengan lingkungan sekitar dan tidak cepat berpuas diri dengan apa yang telah diraih, (6) selalu meng-upgrade ilmu pengetahuan yang dimiliki dan teknologi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas ilmu amaliah dan amal ilmiahnya, (7) bisa menjawab tantangan masa depan dengan bercermin pada masa lalu dan masa kini agar mampu mengamalkan konsep manajemen dan teknologi informasi.

Wajib belajar berfungsi mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara Indonesia (PP No. 47 Tahun 2008, Bab II Pasal 2 Angka 1). Sedangkan tujuan wajib belajar adalah memberikan pendidikan minimal bagi warga negara Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri di dalam masyarakat atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Masyarakat lingkungan hutan dapat dikelompokkan sebagai masyarakat monolingual, yaitu kelompok masyarakat yang tinggal di sekitar hutan dan relatif hanya memiliki kompetensi komunikasi 1 (satu) sistem bahasa saja dalam aktivitas komunikasi mereka. Dari aspek sosial ekonomi, kebanyakan masyarakat sekitar hutan merupakan kelompok masyarakat marginal serta memiliki banyak keterbatasan. Akibat dari berbagai keterbatasan tersebut seringkali membuat semua aspek kehidupan mereka menjadi tertinggal. Masyarakat yang hidup di sekitar area hutan bertumpu pada sumber daya hutan sebagai sumber kehidupannya (Jalal, 2010: 1-2).

(9)

memiliki arti terpadu dalam visi dan misi; penyusunan program; penerimaan siswa baru; mengatasi DO angka mengulang; angka transisi; mengatasi kebutuhan tenaga; mengatasi kebutuhan sarana prasarana; mengatasi kebutuhan dana dan upaya meningkatkan mutu pendidikan (Miarsih, 2009: 41).

Tujuan umum pengembangan SD-SMP Satu Atap adalah mempercepat penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan meningkatkan mutu

pendidikan dasar. Sedangkan tujuan khusus SD-SMP Satu Atap adalah: 1) memperluas layanan pendidikan dasar atau meningkatkan daya tampung SMP

pada daerah terpencil, terpencar dan terisolir guna menunjang tercapainya penuntasan wajar pendidikan dasar 9 tahun; 2) Mendekatkan SMP dengan SD pendukungnya, serta memberikan kesempatan dan peluang bagi anak untuk melanjutkan pendidikannya; dan 3) Meningkatkan partisipasi masyarakat (Panduan Pelaksanaan Pengembangan SD-SMP Satu Atap, 2008: 1).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi naturalistik. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian etnografi. Lokasi penelitian dilakukan di SD-SMP Negeri Satu Atap Gunungtumpeng, UPTD Pendidikan Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah arsip dan dokumentasi. Sedangkan Sumber data dalam penelitian ini berupa data-data yang dikumpulkan dari lokasi yang diteliti yaitu SD-SMP Negeri Satu Atap Gunungtumpeng. Adapun nara sumber dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, dan masyarakat di SD-SMPN Satu Atap Gunungtumpeng.

(10)

menggunakan uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian yang dilakukan dengan cara triangulasi, yaitu triangulasi sumber, teknik dan waktu.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik peran kepala sekolah dalam melaksanakan kompetensi sosial di lingkungan sekolah

Seorang kepala sekolah harus memiliki kompetensi sosial sebagai salah satu standar kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah. Kompetensi sosial adalah kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien, baik dengan peserta didik, guru, orang tua/wali, dan masyarakat sekitar, sehingga seorang yang memiliki kompetensi sosial akan nampak menarik, empati, kolaboratif, suka menolong, menjadi panutan, komunikatif, dan kooperatif. Berdasarkan hasil temuan penelitian, diketahui bahwa kepala sekolah sangat menyadari bahwa kemampuan kepala sekolah untuk bersosialisasi adalah sangat penting. Hubungan sosial yang terjalin antara kepala sekolah dengan guru, siswa, maupun masyarakat sangat baik. Sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Sagala (2009a) bahwa setiap manusia selalu terkait dengan lingkungan masyarakat di mana manusia itu berinteraksi. Kepala sekolah, guru, dan personel lainnya di sekolah harus berinteraksi baik dalam internal sekolah maupun dengan eksternal sekolah.

(11)

tersebut, mengindikasikan bahwa kepala sekolah telah memiliki salah satu dimensi kompetensi sosial berdasarkan Permendiknas Nomer 13 Tahun 2007, yaitu bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah. Dan yang ketiga adalah melalui spanduk dan selebaran. Selebaran dibuat dalam lembaran kertas dan ditempel-tempel di dinding maupun diberikan langsung kepada masyarakat. Sedangkan spanduk dibuat dalam lembaran kain besar yang dipasang di jalan-jalan desa. Selebaran dan spanduk tersebut memuat informasi tentang sekolah dan program-program unggulan sekolah sebagai usaha promosi sekolah untuk menarik minat masyarakat. Tiga langkah kepala sekolah dalam mensosialisasikan sekolah kepada masyarakat tersebut sesuai dengan dimensi kompetensi sosial berdasarkan Permendiknas Nomer 13 Tahun 2007 (Wahyudi, 2009: 32) yaitu 1) bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/ madrasah, 2) berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, dan 3) memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

Peran penting kompetensi sosial kepala sekolah terletak pada peran pribadi kepala sekolah yang hidup di tengah masyarakat untuk berbaur dengan masyarakat. Hal ini sejalan dengan penelitian Mohajeran and Ghaleei (2008) bahwa kualitas pribadi Kepala Sekolah dan gaya kepemimpinan berdampak pada perannya dalam pengelolaan pengambilan keputusan di sekolah dan penciptaan iklim sekolah yang positif serta menggembirakan juga mempengaruhi perilaku Kepala Sekolah.

(12)

yang dipelajari dan keterlibatan stakeholder yang berbeda sangat tergantung pada bagaimana Kepala Sekolah berbagi dalam pengambilan keputusan kekuasaan dan tanggung jawab.

Kompetensi sosial penting bagi seorang kepala sekolah sebagai tenaga pendidik. Seorang kepala sekolah tidak hanya bertugas sebagai pemimpin dan pendidik, tetapi juga merupakan panutan dan teladan bagi lingkungan. Seorang kepala sekolah dituntut untuk mampu berinteraksi dengan guru-guru dan berinteraksi dengan lingkungannya. Seorang kepala sekolah yang memiliki hubungan sosial yang baik dengan lingkungannya, maka ia dapat bekerjasama dengan tokoh masyarakat guna melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja di sekolahnya untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan tersebut. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Bangkit (2013: 1) bahwa salah satu bidang kompetensi sosial adalah memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain, indikatornya antara lain berperan sebagai problem finder

di lingkungan sekolahan, kreatif dan mampu menawarkan solusi, melibatkan tokoh agama, masyarakat dan pemerintahan, bersikap obyektif/tidak memihak dalam menyelesaikan konflik internal, mampu bersikap simpatik/ tenggang rasa terhadap orang lain dan mampu bersikap empati kepada orang lain.

2. Karakteristik peran kepala sekolah sebagai inovator dalam upaya menarik minat anak lulusan SD untuk bersekolah di SMP

Berdasarkan hasil temuan penelitian diketahui bahwa kepala sekolah memiliki gagasan pembaharuan di sekolah agar sekolah dapat berkembang dengan baik. Inovasi atau gagasan pembaharuan yang dicanangkan oleh kepala sekolah untuk menarik minat siswa di sekolah adalah drumband, penyediaan alat-alat musik, dan keterampilan menjahit. Sesuai dengan definisi innovator yang dikemukakan oleh Sunaryono (2011: 1) bahwa seorang kepala sekolah sebagai innovator adalah seorang kepala sekolah yang mampu mencari, menemukan dan melaksanakan berbagai pembaruan di sekolah.

(13)

inovasi program sekolah dengan melibatkan seluruh guru; melakukan pendelegasian inovasi program sekolah sesuai dengan tugas yang telah dibentuk dalam perencanaan; memasukkan program keterampilan menjahit dalam Mata Pelajaran Tata Busana guna menarik minat belajar siswa; serta melengkapi sarana dan prasarana yang memadai. Program-program yang diusung kepala sekolah lewat drumband, musik, dan menjahit pada kenyataannya telah berkontribusi meningkatkan minat siswa lulusan SD belajar di SMP.

Hasil temuan penelitian tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Khoiril (2011: 1) yang menyatakan bahwa dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekolah. Kepala sekolah sebagai innovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya, salah satunya adalah delegatif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesional tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berupaya mendelegasikan tugas kepada tenaga kependidikan sesuai dengan deskripsi tugas, jabatan serta kemampuan masing-masing dan integratif, dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesional tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha mengintegrasikan semua kegiatan sehingga dapat menghasilkan sinergi untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif, efisien dan produktif.

Razak and Salleh (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa para guru memandang bahwa peran kepala sekolah mereka sangat baik dalam memberikan kontribusi bagi keberhasilan siswa dalam pemeriksaan UPSR melalui koordinasi berbagai faktor bahkan dengan kurangnya sumber daya dan

(14)

Dapat disimpulkan bahwa agar inovasi dalam pendidikan berhasil, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para inovator, yaitu: 1) menetapkan kebutuhan akan perubahan dan pengembangan suatu visi kemana perubahan harus diarahkan (diperkenalkan); 2) menetapkan suatu tim infrastruktur perubahan; 3) mengembangkan dan mengimplementasikan suatu strategi komunikasi; 4) mengaitkan budaya sekolah dengan perubahan yang dianjurkan; dan 5) mengembangkan karaktristik kepemimpinan untuk menciptakan suatu proses perubahan yang sukses.

3. Karakteristik peran kepala sekolah sebagai wirausahawan dalam menumbuhkan minat orang tua anak usia wajib belajar agar mau menyekolahkan anaknya

(15)

Ciri-ciri tersebut perlu dikembangkan secara lebih detail dan terperinci untuk kemajuan sekolah. Bahwa keberhasilan kepala sekolah memimpin sekolah didasari atas sikap dan persepsinya sendiri tentang apa yang dikerjakannya. Jika sikap dan persepsinya positif tentang apa yang dilakukannya, maka dengan sendirinya motivasi dan kreativitas serta inovasi akan muncul seiring dengan harapan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Lydiah and Nasongo (2009) mengemukakan bahwa peran kepala sekolah adalah untuk meningkatkan kinerja akademik. Keberhasilan yang diperoleh sekolah adalah bentuk dari kinerja kepala sekolah. Kepala sekolah adalah poros di sekitar mana banyak aspek dari sekolah berputar, menjadi orang yang bertanggung jawab atas setiap detail pengelolaan sekolah, baik itu akademik atau administratif.

Hasil penelitian yang lain menemukan bahwa kepala sekolah selalu berusaha dan bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah. Temuan penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan Wahyudi (2009: 31) yang menyatakan bahwa salah satu dimensi kompetensi kewirausahaan berdasarkan Permendiknas Nomer 13 Tahun 2007 adalah bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif. Sebagai agen pembaharu, kepala sekolah mampu menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah,yaitu melalui drumband, musik, dan menjahit. Kepala sekolah memiliki keyakinan dan persepsi yang positif tentang program-program yang diusungnya akan berhasil dan dapat terwujud sesuai dengan harapan yang diinginkan.

(16)

merebut peluang, ketekunan, pencarian informasi, focus kualitas kerja yang tinggi, komitmen tugas, orientasi terhadap kemampuan yang lebih tinggi, perencanaan yang sistematis, pemecahan masalah kualitas, kepercayaan diri, keteguhan, kemampuan persuasif yang baik dan kemampuan untuk menggunakan pengaruh strategi.

Sebagai seorang kepala sekolah sekaligus berwirausaha dalam dunia pendidikan akan dapat membentuk karakter karena harus mengelola peristiwa masa lampau, lingkungan dan latar belakang sosial kultural. Maka dengan demikian tentunya akan ditemukan suka dan duka dalam meniti karir sebagai Kepala Sekolah tersebut karena harus memiliki sifat-sifat khusus, akan menerima segala kekurangan dan menganggap kegagalan sebagai pengalaman yang sangat berharga. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudrajat (2010: 2) bahwa untuk menjadi kepala sekolah yang berjiwa wirausaha, salah satunya harus bisa menjawab tantangan masa depan dengan bercermin pada masa lalu dan masa kini agar mampu mengamalkan konsep manajemen dan teknologi informasi. Penelitian yang dilakukan oleh Ibukun, et.all. (2011) menyatakan bahwa karakteristik dan efektivitas kepemimpinan kepala sekolah bisa dengan penekanan yang tinggi pada penggunaan pengalaman dalam pengangkatan kepala sekolah. Maka dapat disimpulkan bahwa salah satu karakteristik kepala sekolah sebagai wirausahawan (entrepeneur) adalah memiliki orientasi ke depan, dengan tetap menggunakan pengalaman masa lalu sebagai referensi, untuk mencari peluang dalam memajukan pekerjaannya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang peran kepala sekolah dalam pelayanan wajar 9 tahun bagi masyarakat lingkungan hutan di Gunungtumpeng, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

(17)

terjalinnya hubungan sosial yang baik antara kepala sekolah dengan guru, siswa, maupun masyarakat dan lingkungan. Kepala sekolah juga memiliki kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi yang efektif, mendukung dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, serta melakukan evaluasi dan mengembangkan kompetensi sosial sesuai dengan kondisi sosial lingkungan sekolah.

2. Karakteristik peran kepala sekolah SD-SMP Satu Atap Gunungtumpeng sebagai inovator dalam upaya menarik minat anak lulusan SD di lingkungan hutan Gunungtumpeng agar mau melanjutkan di SMP Satu Atap Gunungtumpeng antara lain, kepala sekolah memiliki gagasan pembaharuan atau inovasi di sekolah melalui drumband, penyediaan alat-alat musik, dan keterampilan menjahit. Kepala sekolah juga mampu menggerakkan seluruh komponen sekolah melalui pembaharuan-pembaharuan yang dibuatnya dengan melibatkan guru dalam perencanaan, pendelegasian, serta evaluasi. 3. Karakteristik peran kepala sekolah SD-SMP Satu Atap Gunungtumpeng

sebagai wirausahawan dalam upaya memasarkan program sekolah sehingga menumbuhkan minat orang tua anak usia wajib belajar di lingkungan hutan Gunungtumpeng agar mau menyekolahkan anaknya di SMP Satu Atap Gunungtumpeng antara lain, kepala sekolah memiliki wawasan yang luas, mempunyai komitmen yang kuat terhadap kemandirian sekolah, mampu menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah, memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai kesuksesan sekolah, mampu melakukan pendekatan kepada orang tua melalui sosialisasi, menyusun skala prioritas dalam penggunaan keuangan sekolah untuk sosialisasi sekolah, melakukan pendekatan personal kepada tokoh-tokoh masyarakat untuk membantu memahamkan pentingnya pendidikan kepada masyarakat, serta bersikap pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang ada pada sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

(18)

Hamzah, Moh Sahandri G et. al. 2009. “Headmaster and Enterpreneurship Criteria”. European Journal of Social Science (Volume 11, Number 4). Page: 535-543.

Ibukun, W.O.et. al. 2011. “Personality Characteristics And Principal Leadership Effectiveness In Ekiti State, Nigeria”. International Journal of Leadership Studies, Vol. 6 Iss. 2. Page: 247-262.

Jalal, 2010. “Kendala Pemerolehan Informasi Verbal Seputar Issue Global Warming Pada Masyarakat Tamping”. Jurnal Pendidikan. Surabaya: Universitas Airlangga.

Khoiril. 2011. “Kepala sekolah sebagai Innovator”. Artikel. Diakses dari http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2178434-kepala-sekolah-sebagai-innovator/

Lydiah, L.M. and Nasongo, J.W. 2009. “Role of the Headteacher in Academic Achievement in Secondary Schools in Vihiga District, Kenya”. Current Research Journal of Social Sciences (Vol. 1 No. 3). Page: 84-92

Miarsih, 2009. “Kajian Penentuan Lokasi Gedung SD-SMP Satu Atap di Kabupaten Demak”. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro Press. Miles, Matthew B. and A. Michael Huberman. 2007. Qualitative Data Analysis

(Terjemahan). Jakarta : UI Press.

Mohajeran, Behnaz and Ghaleei, Alireza. 2008. “Principal Role and School Structure”. International Journal of Human and Social Sciences (Vol. 3 No.1), Page: 52-61.

Razak, Afareez Abdul and Salleh, Mohammad Johdi. 2011. “The Role of Headmasters of Rural Schools in Attaining High UPSR Achievement, Malaysia: Teachers Perspectives”. International Journal of Arts and Commerce (Vol. 1 No. 3).

Sagala, Syaiful. 2009a. Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Danim (2002

Sudrajat, Akhmad. 2010. “Kewirausahaan Kepala Sekolah”. Artikel. Diakses dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/06/14/tentang-kewirausahaan-kepala-sekolah/

Sunaryono, Agus. 2011. “H.M. Samsudin Sag Seorang Kepala Sekolah”. Artikel. Diakses dari http://muhhamad-agus-sunaryono.blogspot.com/2011/04/hm-samsudin-sag-seorang-kepala-sekolah.html

Wahjosumidjo, 2003. Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Wahyudi. 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar

Referensi

Dokumen terkait

penelitian ini adalah untuk mengetahui efek asam sitrat sebagai sumber asam dan natrium bikarbonat sebagai sumber basa, atau interaksi keduanya yang dominan dalam menentukan

hangat pada kaki dalam meningkatkan kuantitas tidur pada lansia.Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendam air hangat pada kaki efektif digunakanuntuk meningkatkan kuantitas

Sebuah konstruksi refraktori pada sebuah tungku induksi (lihat Gambar 2) diawali dengan proses sintering terhadap refraktori untuk lining tungku yang baru sehingga bahan

[r]

Setiap pendapatan investasi yang direalisasi dan yang belum direalisasi dilaporkan pada baris nomor 20, 21, dan 22 tercantum dalam Lampiran I yang merupakan

bentuk gaya bahasa asonansi dalam satu baris yang sama ditemukan dalam catatan harian Catatan Najwa karya Najwa Shihab yaitu dengan bunyi vokal /a/, /i/, dan /u/

menyatakan ulang secara verbal konsep yang telah dipelajari, sudah mampu.. menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi

Dia mengatakan dalam bukunya Api Sejarah bahwa Ahmad Lussy atau dalam bahasa Maluku disebut Mat Lussy, lahir di Hualoy, Seram Selatan (bukan Saparua seperti yang dikenal