DENGAN METODE GRANULASI BASAH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Lia Eko Wulandari
NIM : 058114165
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
DENGAN METODE GRANULASI BASAH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Lia Eko Wulandari
NIM : 058114165
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2009
Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup
adalah membiarkan pikiran yang cemerlang
menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang
mendahulukan istirahat sebelum lelah.
(Mario Teguh)
Karya ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus
Bapak dan dek Widi tersayang di surga
Ibu dan dek Tata
Seseorang yang aku sayangi
Teman-temanku
Almamaterku,
Nama : Lia Eko Wulandari Nomor Mahasiswa : 058114165
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
OPTIMASI CAMPURAN ASAM SITRAT DAN NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI EKSIPIEN PADA PEMBUATAN GRANUL EFFERVESCENT
EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis L.) DENGAN METODE GRANULASI BASAH
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 29 Januari 2009
Yang menyatakan
(Lia Eko Wulandari)
menyelesaikan skripsi berjudul ”Optimasi Asam Sitrat dan Natrium Bikarbonat sebagai Eksipien pada Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Teh Hijau
(Camellia sinensis L.) dengan Metode Granulasi Basah”. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1 Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm).
Penulis banyak mengalami kesulitan dan masalah dalam menyelesaikan laporan akhir ini. Tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan mampu mewujudkan dan merangkai skripsi ini menjadi satu. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih atas segala bantuan yang diberikan kepada :
1. ”Yesus Kristus”, atas segala anugrah-Nya.
2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
3. Ibu Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt, selaku pembimbing utama yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan hingga skripsi ini selesai. 4. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan
banyak pendampingan, dukungan, saran, dan kritik.
5. Yohanes Dwiatmaka M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak pendampingan, dukungan, saran, dan kritik.
6. Bapak dan dek Widi di surga atas semangat luar biasa dan doa dari “sana”.
9. Cawazku, Thank’s for being my other legs, my other hand, and my other eyes.
10.“Team Sambiloto” atas kesediaannya berbagi ruang dan peralatan.
11.Segenap laboran atas bantuan dan kerjasamanya selama penulis menempuh perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
12.Teman-temanku kelas C dan teman-teman FST’05 atas semangat dan persahabatan yang indah.
13.Vanni,Yuna, Ade, Aya, Ty, Aloyna, Baba dan Suci atas doa, perhatian dan semangat yang diberikan.
14.Teman-teman KKN, Fian, Fidel, Fred, Henny, Markonah, Depruth, Ayum, dan MJ atas segala pengertian, semangat dan segala bantuan yang diberikan. 15.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis telah berusaha sebaik-baiknya untuk menyelesaikan skripsi ini. Namun penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan di dalamnya. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu kefarmasian.
Penulis
ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 29 Januari 2009 Penulis,
Lia Eko Wulandari
penelitian ini adalah untuk mengetahui efek asam sitrat sebagai sumber asam dan natrium bikarbonat sebagai sumber basa, atau interaksi keduanya yang dominan dalam menentukan sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau yang dibuat dengan metode granulasi basah, serta mendapatkan area komposisi optimum asam sitrat dan natrium bikarbonat yang menghasilkan granul dengan sifat fisik yang dikehendaki.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimental murni yang bersifat eksploratif dengan dua faktor yaitu asam sitrat dan natrium bikarbonat dan dua level. Pengolahan data dilakukan menggunakan desain faktorial untuk menentukan faktor yang dominan. Tingkat signifikansi pengaruh setiap faktor dianalisis secara statistik menggunakan Yate’s treatment dengan taraf kepercayaan 95%.
Dari hasil penelitian diperoleh asam sitrat dominan dalam menentukan respon kandungan lembab dan waktu larut, natrium bikarbonat dominan dalam menentukan respon pH dan interaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat dominan dalam menentukan respon kecepatan alir. Ditemukan komposisi optimum asam sitrat dan natrium bikarbonat.
Kata kunci : ekstrak teh hijau, asam sitrat, natrium bikarbonat, granul
effervescent, granulasi basah, desain faktorial
physical properties made with wet granulation method and to obtain the optimum area of the composition of citric acid and sodium bicarbonate from green tea extract effervescent granule formulas.
Explorative experimental design with two factors, citric acid and sodium bicarbonate, and two levels was employed in this research. Data was processed using factorial design to determine the dominant factor. Significance level of each influence factor was analyzed statistically using Yate’s treatment with 95% level of confidence.
The result show that citric acid was dominant in determining moisture content and dissolution time, sodium bicarbonate was dominant in determining pH solution’s and flow rate determined dominantly by interaction of citric acid and sodium bicarbonate. The optimum composition area of citric acid and sodium bicarbonate was obtained.
Keywords : green tea extract, citric acid, sodium bicarbonate, effervescent granule factorial design, wet granulation
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
PRAKATA …... vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix
INTISARI... x
ABSTRACT... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL...xvi
DAFTAR GAMBAR ...xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...xviii
BAB I. PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Permasalahan ... 3
2. Keaslian penelitian ... 3
3. Manfaat penelitian ... 4
B. Tujuan Penelitian ... 5
C. Granul Effervescent ... 8
D. Pemerian Bahan dalam Sediaan Effervescent ... 9
1. Asam sitrat ... 9
2. Natrium bikarbonat ... 10
3. Polivinilpirrolydon (PVP) ... 10
4. Laktosa ... 10
5. Aspartam ... 11
E. Granulasi Basah ... 11
F. Sifat Fisik Granul Effervescent... 13
1.Kandungan lembab ... 13
2.Kecepatan alir ... 14
3.Waktu larut... 14
4.pH larutan... 14
G. Desain Faktorial ... 15
H. Landasan teori ... 17
I. Hipotesis... 18
BAB III. METODE PENELITIAN ... 20
A. Jenis Rancangan Penelitian ... 20
B. Variabel Penelitian ... 20
C. Definisi Operasional ... 21
1. Pemeriksaaan kualitas ekstrak ... 23
2. Penentuan dosis ekstrak kering teh hijau ... 23
3. Penentuan level rendah dan level tinggi asam sitrat dan natrium bikarbonat ... 24
4. Optimasi formula granul effervescent ekstrak teh hijau dengan kombinasi asam sitrat dan natrium bikarbonat ... 25
5. Pembuatan granul effervescent dengan metode granulasi basah... 25
6. Pemeriksaan sifat fisik granul effervescent ... 26
7. Penentuan profil sifat fisik granul effervescent dan area komposisi optimum ... 27
G. Analisis Data ... 28
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
A. Ekstrak Teh Hijau ... 29
B. Pembuatan Granul Effervescent ... 30
C. Uji Sifat Fisik ... 35
1.Kandungan lembab ... 37
2.Kecepatan alir ... 40
3.waktu larut ... 42
4.pH ... 46
D. Optimasi Formula ... 48
DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN ... 61 BIOGRAFI PENULIS ... 93
level ... 16
Tabel II. Formula granul effervescent ekstrak teh hijau ... 25
Tabel III. Hasil pengukuran sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau ... 35
Tabel IV. Hasil perhitungan nilai efek menggunakan metode desain faktorial ... 36
Tabel V. Perhitungan Yate’s treatment respon kandungan lembab ... 39
Tabel VI. Perhitungan Yate’s treatment kecepatan alir ... 42
Tabel VII. Perhitungan Yate’s treatment respon waktu larut ... 45
Tabel VIII. Perhitungan Yate’s treatment respon pH... 48
Tabel IX. Hasil perhitungan kadar CO2 total ... 54
Gambar 1 Struktur epicatechin, epicatechin-3-gallat, epigallocatechin, dan
epigallocatechin-3-gallat... 7
Gambar 2 Profil pengaruh asam sitrat dan natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab ... 38
Gambar 3 Profil pengaruh asam sitrat dan natrium bikarbonat terhadap respon kecepatan alir... 40
Gambar 4 Profil pengaruh asam sitrat dan natrium bikarbonat terhadap respon waktu larut ... 44
Gambar 5 Profil pengaruh asam sitrat dan natrium bikarbonat terhadap respon pH ... 47
Gambar 6 Contour plot kecepatan alir granul effervescent ... 50
Gambar 7 Contour plot waktu larut granul effervescent... 50
Gambar 8 Contour plot pH granul effervescent... 51
Gambar 9 Superimposed contour plot sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau (kandungan lembab, kecepatan alir, waktu larut dan pH)... 52
Gambar 10 Superimposed contour plot sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau (kecepatan alir, waktu larut dan pH) ... 53
Lampiran 2. Hasil uji kandungan lembab ekstrak kering teh hijau ... 62
Lampiran 3. Penimbangan, notasi, dan formula desain faktorial... 63
Lampiran 4. Data sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau ... 64
Lampiran 5. Perhitungan efek sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau ... 66
Lampiran 6. Persamaan regresi ... 68
Lampiran 7. Yate’s treatment... 75
Lampiran 8. Perhitungan kadar CO2 yang terlarut... 88
Lampiran 9. Dokumentasi... 91
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Obat tradisional merupakan salah satu potensi yang memiliki kemungkinan untuk dikembangkan secara luas. Ditinjau dari sisi kefarmasian, dapat memberikan variasi pilihan pengobatan kepada masyarakat, dan di sisi lain dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk melestarikan budaya bangsa Indonesia. Salah satu pengembangan dalam obat tradisional adalah membuat variasi bentuk sediaan obat tradisional yang telah ada.
Salah satu tanaman yang saat ini banyak dieksplorasi pemanfaatannya sebagai obat tradisional yaitu teh (Camellia sinensis L.). Teh sudah terbukti memiliki senyawa polifenol, diantarnya adalah katekin, yang memiliki khasiat sebagai antihipertensi, antioksidan, antikarsinogenesis dan dapat melindungi kulit dari sinar ultra violet.
Ditinjau dari proses pengolahannya, terdapat beberapa jenis teh yaitu teh hijau, teh hitam, dan teh oolong (Fernandez, Pablos, Martin, dan Gonzalez, 2002). Teh hijau lebih banyak mengandung polifenol dibandingkan teh hitam dan teh oolong. Berdasarkan alasan tersebut, dalam penelitian ini lebih ditekankan pada khasiat teh hijau sebagai antioksidan yang dapat membantu dalam melawan radikal bebas lingkungan. Senyawa radikal bebas merupakan prekursor terjadinya peroksidasi membran lipid yang kemudian akan berdampak pada masalah
kesehatan yaitu penyakit kronis seperti kanker, atheroscelorosis, dan penuaan dini (Jia, Zhou, Yang, Wu, dan Liu, 1998).
Pada penelitian ini ekstrak teh hijau dengan kandungan senyawa polifenol katekin disajikan dalam bentuk sediaan granul effervescent. Sediaan
effervescent memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan bentuk sediaan
solid oral konvensional lain seperti tablet dan kapsul. Sediaan granul effervescent
memungkinkan penyiapan larutan dalam waktu seketika dengan dosis yang tepat, dapat diberikan pada pasien yang kesulitan menelan tablet atau kapsul (Swarbrick dan Boylan, 1992) serta memberikan rasa yang enak dan segar karena terjadi reaksi karbonasi (Mohrle, 1989). Kelebihan-kelebihan inilah yang membuat sediaan granul effervescent menjadi disukai dan acceptable bagi masyarakat.
Dalam suatu sediaan granul effervescent, komponen asam dan basa memegang peranan penting, karena akan mendukung terjadinya reaksi
effervescent yang memungkinkan pelepasan gas, dalam hal ini gas
karbondioksida, sesuai reaksi sebagai berikut :
H3C6H5O7 + 3NaHCO3→ Na3C6H3O7+ 4H2O + 3CO2 (Ansel, 1995)
Mengingat pentingnya komponen asam dan basa dalam sediaan
effervescent, maka dalam penelitian ini akan dilakukan optimasi terhadap kedua
eksipien tersebut. Melalui studi optimasi ini diharapkan dapat diketahui perbandingan yang optimum antara asam sitrat dan natrium bikarbonat yang digunakan pada pembuatan granul effervescent, sehingga diharapkan akan diperoleh formula yang optimum untuk dapat menghasilkan sediaan granul
Metode yang digunakan untuk studi optimasi formula adalah desain faktorial. Keuntungan penggunaan metode desain faktorial adalah bahwa metode ini memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor maupun efek interaksi antar faktor (Bolton, 1990). Melalui metode ini dapat diketahui campuran asam sitrat dan natrium bikarbonat yang optimum yang berperan dalam penentuan sifat fisik dan kualitas sediaan effervescent.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Apakah ekstrak teh hijau dapat diformulasikan menjadi sediaan granul
effervescent yang memenuhi persyaratan kualitas dan memberikan rasa
yang enak?
b. Di antara asam sitrat, natrium bikarbonat dan interaksi keduanya manakah yang lebih dominan dalam mempengaruhi respon sifat fisik granul
effervescent ekstrak teh hijau?
c. Apakah ditemukan area optimum komposisi asam sitrat dan natrium bikarbonat dalam contour plot superimposed yang menghasilkan sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau yang dikehendaki ?
2. Keaslian penelitian
a. Evaluasi daya hambat tablet effervescent teh hijau pada oksidasi asam linoleat (Rohdiana, Raharjo dan Murdijati, 2005)
b. Stabilitas EGCG dalam media cair (Zhou, Chiang, Portocarrero, Zhu, Hill, Heppert, Jayaratna, Davies, Janle, dan Kissinger, 2003).
c. Sinergisme antioksidan dari polifenol teh dan alfa tokoferol melawan peroksidasi asam linoleat dalam larutan yang terinduksi radikal bebas (Jia
et al, 1998).
d. Optimasi Formula Granul Effervescent Ekstrak Kunyit (Curcuma
domestica Val.) dengan Variasi Jumlah Asam Sitrat Dan Sodium
Bikarbonat Didasarkan pada Metode Desain Faktorial (Arie, 2006).
Sejauh pengetahuan penulis belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai optimasi campuran asam sitrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien pada pembuatan granul effervescent ekstrak teh hijau (Camellia
sinensis L.) dengan metode granulasi basah.
3. Manfaat penelitian
Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini meliputi:
a. Manfaat teoritis : memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kefarmasian, terutama mengenai formulasi sediaan
effervescent ekstrak teh hijau.
c. Manfaat praktis : menambah variasi sediaan effervescent dari ekstrak teh hijau, sehingga dapat meningkatkan animo masyarakat dalam menggunakan obat tradisional, khususnya teh hijau.
B. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dapat dihasilkan sediaan granul effervescent ekstrak teh hijau yang memenuhi persyaratan kualitas. Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui apakah ekstrak teh hijau dapat diformulasikan menjadi sediaan granul effervescent yang memenuhi persyaratan kualitas.
2. Mengetahui manakah di antara asam sitrat, natrium bikarbonat, atau interaksi keduanya bersifat dominan dalam mempengaruhi sifat fisik granul
effervescent ekstrak teh hijau.
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Teh hijau
Teh hijau berasal dari pucuk daun tanaman teh yang diolah melalui proses tertentu. Teh hijau dibuat dengan cara pemanasan dan penguapan untuk menginaktifkan enzim polifenol oksidase/fenolase sehingga oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat dicegah (Hartoyo, 2003).
Sejumlah penelitian baik secara farmakologi maupun epidemiologi menegaskan bahwa teh hijau merupakan antioksidan yang sangat potensial (Ikeda, Kobayashi, Hamada, Tsuda, Goto, Imaizumi, Nozowa, Sugimoto, dan Kakuda, 2003). Komponen kimia yang disebut-sebut paling bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksidan tersebut adalah polifenol (Suzuki, Sano, Yosidha, Degawa, Mitase, and Yamamoto, 2003). Polifenol yang terdapat dalam teh hijau yaitu
epicatechin (EC), epigallocatechin (EGC), epicatechin gallate (ECG),
epigallocatechin gallate (EGCG), dan gallic acid (GA). Jenis katekin terbanyak
yang ditemukan dalam teh hijau yaitu EGCG dan ECG dimana kedua jenis katekin tersebut terbukti dapat berfungsi sebagai senyawa antioksidan yang kuat (Rohdiana et al., 2005). Telah ditemukan bahwa tingkat kecepatan aktivitas peroksidasi dari EGCG lebih besar dibandingkan ECG, EGC, EC dan GA (Jia et al, 1998).
HO OH O OH OH OH (-)-Epicatechin HO OH O O OH OH C O OH OH OH (-)-Epicatechin-3-gallate OH HO O OH OH OH OH (-)-Epigallocatechin HO OH O O OH OH C O OH OH OH (-)-Epigallocatechin-3-gallate OH
Gambar 1. Struktur epicatechin, epicatechin-3-gallat, epigallocatechin, dan
epigallocatechin-3-gallat (Svobodova, Psotova dan Walternova, 2003)
Menurut Zhu, Zhang, Tsang, Huang dan Chen (1997) EGCG stabil pada pH
rendah (kurang dari 4) dan tidak stabil pada pH tinggi (lebih dari 8).
B. Ekstrak
Ekstrak merupakan sari pekat tumbuh-tumbuhan atau hewan yang
diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat
menggunakan pelarut yang cocok, kemudian pelarut diuapkan sebagian atau
semua, dan sisa endapan atau serbuk diatur untuk ditetapkan standarnya (Ansel,
1995).
Pada ekstrak tumbuhan jika bahan pengekstraksinya sebagian atau
seluruhnya diuapkan, maka diperoleh ekstrak yang dikelompokkan menurut
1. Ekstrak encer, sediaan ini memiliki konsistensi seperti madu dan dapat dituang.
2. Ekstrak kental (extractum spissum), sediaan ini liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Ekstrak kental tidak mengandung air lebih dari 30%. 3. Ekstrak kering (extractum siccum), memiliki konsistensi kering dan mudah
digosokkan. Melalui penguapan cairan pengekstraksi dan pengeringan sisanya terbentuk suatu produk, yang mengandung air tidak lebih dari 5% (Voigt, 1994).
C. Granul effervescent
Granul effervescent adalah granul atau serbuk kasar yang mengandung unsur obat dalam campuran kering, biasanya terdiri dari unsur asam (asam sitrat, asam tartrat, asam fumarat) dan unsur basa (natrium karbonat, natrium bikarbonat). Bila ditambahkan dengan air, asam dan basanya akan bereaksi membebaskan CO2 sehingga menghasilkan buih (Ansel, 1995). Effervescent
memberikan rasa yang menyenangkan karena efek karbonasi dapat membantu dalam menutupi rasa bahan aktif yang kurang menyenangkan. Effervescent mudah digunakan dan dosisnya dapat diatur (Mohrle, 1989), sedangkan kerugian sediaan
effervescent adalah tidak stabil dengan adanya lembab serta lebih mahal jika
dibandingkan dengan larutan atau tablet biasa (Swarbrick dan Boylan, 1992).
Effervescent dikemas secara individu untuk mencegah masuknya lembab,
Pertimbangan bahan yang digunakan dalam komponen sediaan
effervescent adalah kandungan lembab yang terkandung dalam bahan yang
digunakan harus seminimal mungkin karena adanya lembab akan menyebabkan reaksi effervescent dini. Kelarutan masing-masing komponen merupakan faktor yang perlu diperhitungkan dalam sediaan effervescent, karena bila komponen sediaan tidak larut akan menyebabkan lambatnya disintegrasi tablet menjadi terhambat bahkan juga menyebabkan adanya residu dalam larutan effervescent, sehingga idealnya seluruh komponen sediaan effevescent memiliki kecepatan kelarutan yang sama (Morhle, 1989).
Bahan-bahan yang biasanya digunakan dalam sediaan effervescent adalah sumber asam (asam sitrat, asam askorbat, asam malat, asam fumarat, asam tartrat, garam-garam asam atau campuran dari asam-asam tersebut), sumber basa (natrium bikarbonat, natrium karbonat, potassium karbonat, potassium bikarbonat, natrium sesquikarbonat, arginin karbonat, sodium glycine karbonat, L-lisin karbonat), bahan pengikat (Polyvinylpyrrolidone), bahan pengisi dimana dibutuhkan hanya dalam jumlah kecil (laktosa, dan sukrosa) (Morhle, 1989).
D. Pemerian Bahan dalam Sediaan Effervescent 1. Asam sitrat
sangat higroskopis (Mohrle, 1989). Jumlah asam yang paling dapat diterima dalam komposisi sediaan effervescent adalah 25% sampai 40% dari berat yang diinginkan (Wehling dan Fred, 2004).
2. Natrium bikarbonat
Natrium bikarbonat adalah sumber karbondioksida utama dalam sistem
effervescent. Natrium bikarbonat larut sempurna dalam air, non higroskopis, tidak
mahal, jumlahnya banyak, dan tersedia dalam lima ukuran dari serbuk halus hingga granul yang free flowing. Natrium bikarbonat menghasilkan kurang lebih 52% karbon dioksida (Lieberman, Lachman, dan Schwartz, 1989). Jumlah basa yang paling dapat diterima dalam komposisi sediaan effervescent adalah 25% sampai 40% dari berat yang diinginkan (Wehling dan Fred, 2004).
3. Polivinilpirrolydon (PVP)
Pengikat merupakan bahan yang membantu untuk menyatukan bahan-bahan lain. Penggunaan pengikat yang terlalu banyak meskipun pengikat yang bersifat larut air, akan menghambat proses hancurnya effervescent.
Polyvinylpyrrolidone (PVP) adalah pengikat yang efektif dalam sediaan
effervescent. PVP ditambahkan dalam bentuk larutan dalam air, alkohol, atau
cairan hidroalkohol (Mohrle, 1989). PVP yang biasa digunakan dalam granulasi basah adalah pada konsentrasi antara 3-15% (Lieberman et al, 1989).
4. Laktosa
untuk mencapai berat yang diinginkan (Mohrle, 1989). Laktosa serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak berbau, stabil di udara dan rasa sedikit manis. Laktosa mudah larut di dalam air dan lebih mudah larut di dalam air mendidih (Anonim, 1995). Laktosa banyak digunakan sebagai filler-binder pada kapsul dan tablet yang digunakan secara oral (Rowe, Sheskey dan Owen, 2006). 5. Aspartam
Serbuk aspartam berwarna putih, hampir tidak berbau, dan serbuknya berbentuk kristal. Aspartam banyak digunakan sebagai pemanis pada produk minuman, produk makanan, dan produk-produk farmasi. Aspartam biasanya digunakan untuk menutupi rasa yang tidak menyenangkan dari suatu sediaan. Kemanisan aspartam kira-kira 180 sampai 200 kali kemanisan sukrosa (Rowe et al., 2006).
E. Granulasi Basah
mungkin bila perlu sebelum alat diguanakan dikeringkan terlebih dahulu menggunakan quick vaccum drying (Mohrle, 1989).
Teknik granulasi basah yaitu dengan mencampur bahan kering dengan cairan penggranul untuk menghasilkan massa granul. Massa bersifat plastis dan kohesif, direduksi untuk menghasilkan distribusi ukuran partikel yang optimal dan pengeringan untuk menghasilkan granul yang dapat dikempa. Ada beberapa metode granulasi basah yang umum digunakan dalam pembuatan effervescent. Salah satunya adalah granulasi basah dengan cairan non reaktif. Cairan penggranul seperti etanol atau isopropanol adalah cairan yang sering digunakan. Cairan penggranul ditambah perlahan-lahan pada komponen yang kan digranul dalam mixer yang cocok sehingga cairan dapat terdistribusi merata (Mohrle, 1989). Granulasi basah dapat dilakukan dengan tiga macam cara yaitu dengan menggunakan panas, menggunakan cairan nonreaktif, dan dengan cairan reaktif (Mohrle, 1989).
1. Dengan panas
Metode klasik dalam pembuatan granul effervescent meliputi penghilangan air dari bahan hidrat pada suhu yang rendah untuk membentuk massa granul. Proses ini sulit dikontrol untuk mencapai hasil yang reprodusibel (Mohrle, 1989).
2. Dengan cairan nonreaktif
yang biasa digunakan seperti PVP dapat dilarutkan dalam cairan penggranul sebelum ditambahkan pada serbuk. Keuntungan dari metode ini adalah tidak semua bahan dalam formulasi perlu kontak dengan cairan penggranul atau panas pada proses pengeringan, sedangkan kerugiannya adalah masih diperlukan beberapa proses setelah granul dikeringkan (Mohrle, 1989).
3. Dengan cairan reaktif
Granulating agent yang paling efektif untuk campuran effervescent
adalah air. Dalam proses ini air digunakan sebagai pengikat. Air selalu ditambahkan dalam bentuk semprotan halus pada bahan-bahan yang dipilih dalam formulasi ketika dilakukan pencampuran pada ribbon blender. Bahan-bahan tersebut harus lebih dapat melepaskan air yang diserap daripada menyerap dan mengikatnya. Salah satu kerugian dalam proses ini adalah bahwa formula yang mengandung bahan yang rentan terhadap air dan atau panas dapat terdegradasi dengan proses ini (Mohrle, 1989).
F. Sifat Fisik Granul Effervescent 1. Kandungan lembab
Kandungan lembab dapat mempengaruhi sifat fisika kimia sediaan
effervescent. Keseimbangan kandungan air dapat mempengaruhi aliran dan
karakteristik kompresi serbuk, kekerasan granul, serta stabilitas obat (Wedke, Serajudin, dan Jacobson, 1989). Persyaratan kandungan lembab untuk granul
2. Kecepatan alir
Kecepatan alir granul dapat mempengaruhi proses packaging, karena kecepatan alir mempengaruhi keseragaman pengisian dari masing-masing pengemasnya sehingga mempengaruhi keseragaman dosis zat aktif dalam sediaan. Granul dengan kecepatan alir baik, yaitu kurang dari 10 detik tiap 100 gram atau dengan kecepatan alir kurang dari 10 gram/detik akan mengalami kesulitan dalam
packaging (Fudholi, 1983).
3. Waktu larut
Waktu larut granul effervescent sebagai salah satu karakteristik proses melarutnya granul effervescent dan reaksi karbonasi sendiri sebagai alasan utama penggunaan sistem effervescent. Proses hancurnya granul dipengaruhi oleh komponen-komponen yang larut air dan banyaknya komponen bahan pengikat yang terdapat di dalam sediaan tersebut (Mohrle, 1989). Waktu larut sediaan
effervescent tidak lebih dari 150 detik pada suhu 250C (Wehling dan Fred, 2004).
4. pH larutan
G. Desain Faktorial
Desain faktorial merupakan metode rasional untuk menyimpulkan dan mengevaluasi secara obyektif efek dari besaran yang berpengaruh terhadap kualitas produk. Desain faktorial digunakan dalam penelitian dimana efek dari faktor atau kondisi yang berbeda dalam penelitian akan diketahui (Bolton, 1990).
Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan matematika (Bolton, 1990). Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan level tinggi (Bolton, 1990).
Optimasi campuran dua bahan (berarti ada dua faktor) dengan desain faktorial (two level faktorial design) dilakukan berdasarkan rumus :
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b12X1X2
Keterangan :
Y = respon hasil atau sifat yang diamati X1, X2 = level bagian A , level bagian B
b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan
b0 = rata-rata hasil semua percobaan
formula ab untuk percobaan IV (Bolton, 1990). Respon yang ingin diukur harus dapat dikuantitatifkan. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level tertera pada tabel I.
Tabel 1. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level
Formula Faktor I Faktor II Interaksi
1 - - +
a + - -
b - + -
ab + + +
Keterangan :
Faktor I - = level rendah + = level tinggi Faktor II - = level rendah
+ = level tinggi
Formula (1) = faktor 1 level rendah, faktor II level rendah Formula a = faktor 1 level tinggi, faktor II level rendah Formula b = faktor 1 level rendah, faktor II level tinggi Formula ab = faktor 1 level tinggi, faktor II level tinggi
Berdasarkan persamaan di atas, dengan substitusi secara matematika, dapat dihitung efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi. Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level rendah. Konsep perhitungan efek menurut Bolton (1990) sebagai berikut :
H. Landasan Teori
Teh hijau mengandung senyawa polifenol yang sebagian besar berupa katekin. Katekin terdiri dari epikatekin, epikatekingalat, epigalokatekin, dan epigalokatekingalat (EGCG). EGCG merupakan polifenol teh yang berjumlah paling banyak dan diketahui memiliki khasiat sebagai antioksidan.
Sediaan effervescent yang saat ini banyak dikembangkan adalah granul dan tablet effervescent. Hal ini dikarenakan sediaan effervescent memiliki kelebihan dibandingkan sediaan oral lain seperti kapsul dan tablet. Granul
effervescent memiliki karakter khusus yaitu berkaitan dengan kemampuannya
untuk menghasilkan gelembung gas CO2 yang berfungsi untuk menambah
kesegaran sediaan di samping itu pada sisi formula reaksi asam dan basa tersebut berfungsi dalam disintegrasi granul effervescent. Melalui sediaan granul
effervescent memungkinkan penyiapan larutan dalam waktu singkat dengan dosis
yang tepat serta dapat diberikan pada pasien yang mengalami kesulitan dalam menelan tablet atau kapsul.
H3C6H5O7 + 3NaHCO3→ Na3C6H3O7+ 4H2O + 3CO2
Dari reaksi tersebut terlihat bahwa 1 mol asam sitrat akan bereaksi dengan 3 mol natrium bikarbonat menghasilkan 3 mol karbondioksida untuk dapat menghasilkan gas CO2. Karbondioksida yang dihasilkan akan berperan dalam
proses pemecahan dan pelarutan granul effervescent. Jumlah asam yang paling dapat diterima dalam komposisi sediaan effervescent adalah 25% sampai 40% dari berat yang diinginkan demikian juga dengan jumlah basa yang paling dapat diterima dalam sediaan effervescent adalah 25% sampai 40%. Berat yang dijadikan ukuran dalam menentukan formula adalah sebesar 4500 mg.
Untuk menentukan komposisi formula granul effervescent yang optimum digunakan metode desain faktorial dengan dua faktor dan level. Area komposisi optimum ditentukan melalui contour plot superimposed. Desain faktorial juga digunakan untuk mengetahui faktor yang dominan dalam menentukan sifat fisik granul yang dikehendaki.
I. Hipotesis
1. Diduga granul effervescent ekstrak teh hijau dapat diformulasikan menjadi sediaan granul effervescent yang memenuhi persyaratan kualitas dan memiliki rasa yang enak.
2. Dapat ditentukan efek faktor yang dominan yang memenuhi sifat fisik granul
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimental murni yang bersifat eksploratif menggunakan metode desain faktorial dengan dua faktor dan dua level.
B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah level rendah dan level tinggi asam sitrat dan natrium bikarbonat sebagai sumber asam dan sumber basa. Level rendah asam sitrat adalah 1000 mg dan level tinggi asam sitrat adalah 1600 mg sedangkan level rendah natrium bikarbonat adalah 1312,5 mg dan level tinggi natrium bikarbonat adalah 2100 mg.
2. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik granul effervescent yang dihasilkan meliputi kandungan lembab, kecepatan alir, waktu larut, dan pH
larutan
3. Variabel pengacau terkendali
Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah sifat fisika kimia ekstrak teh hijau, suhu ruangan (± 18oC), kelembaban ruangan (55%), suhu
pengeringan bahan dan granul (± 40oC), lama dan kecepatan pencampuran serbuk dan granul (20 menit, 20rpm).
C. Definisi Operasional
1. Sediaan granul effervescent ekstrak teh hijau adalah suatu sediaan padat yang mengandung ekstrak teh hijau sebagai bahan obat dengan asam sitrat sebagai sumber asam dan natrium bikarbonat sebagai sumber basa yang bereaksi cepat pada penambahan air dengan menghasilkan gas CO2.
2. Ekstrak teh hijau adalah ekstrak kering serbuk daun teh, diperoleh dari PT. Sido Muncul, dengan kandungan EGCG sebesar 7,14%.
3. Desain faktorial adalah metode optimasi yang memungkinkan untuk mengetahui bahan manakah yang memiliki efek dominan dalam menentukan sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau serta dapat digunakan untuk menentukan area optimal asam sitrat-natrium bikarbonat berdasarkan
superimposed contour plot yang diprediksi sebagai formula optimal terbatas
pada level yang diteliti.
5. Level adalah nilai atau tetapan untuk faktor, dalam penelitian ini terdapat dua level yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah asam sitrat dinyatakan dalam jumlah bahan sebanyak 1 gram sedangkan level tinggi sebanyak 1,6 gram. Level rendah natrium bikarbonat dinyatakan dalam jumlah bahan sebanyak 1,3125 gram sedangkan level tinggi sebanyak 2,1 gram.
6. Respon adalah besaran yang dapat dikuantifikasikan dan diamati. Dalam penelitian ini respon adalah hasil percobaan sifat fisis (kandungan lembab kecepatan alir, waktu larut, pH larutan).
7. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi level dan faktor. Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level rendah dan rata-rata respon pada level tinggi.
8. Formula optimum granul effervescent adalah komposisi bahan penyusun granul yang menghasilkan granul effervescent yang memenuhi persyaratan sifat fisik, yaitu kandungan lembab 0,4-0,7%, kecepatan alir granul lebih dari 10 g/detik, waktu larut granul lebih dari 150 detik, dan pH larutan 5-7.
D. Bahan Penelitian
E. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas (Pyrex), neraca elektrik (Mettler Toledo GB 3002), alat pengukur kecepatan alir,
moisture analyzer (Sinar TM IR Balance 6100), stopwatch (Illuminator, Casio),
pengayak granul (Laboratory Science, IML), oven (Memmert), lemari pendingin
(Refrigerator, Toshiba), dehumidifier (OASIS D125), Air Conditioner (LG), pH
meter, Cube mixer.
F. Tata Cara Penelitian 1. Pemeriksaan kualitas ekstrak teh hijau
a. Organoleptik
Pengujian organoleptik dilakukan dengan cara mengamati ekstrak secara visual meliputi bentuk, bau, rasa dan warna.
b. Uji kandungan lembab
Ekstrak ditimbang sebesar kurang lebih 5 gram kemudian diletakkan dalam cawan aluminium dan dimasukkan ke dalam alat Moisture balance , kemudian dipanaskan pada suhu 1050C selama 15 menit atau samapai bobot konstan, sehingga didapat persen kadar air. Kadar air ekstrak kering tidak lebih dari 5% (Voigt, 1994).
2. Penentuan dosis ekstrak kering teh hijau
Tiap penyajian granul effervescent sebagai antioksidan mengandung 35
hijau adalah 7,14 %, sehingga jumlah ekstrak kering teh hijau yang diambil untuk mendapatkan 35 mg EGCG adalah :
hijau teh ing ekstrak
mg mg
mg mg
ker 500
2 , 490 100 14 , 7
35 % 14 , 7
35
≈ =
=
3. Penentuan level rendah dan level tinggi asam sitrat dan natrium
bikarbonat dalam sediaan effervescent.
3 NaHCO3 + C6H8O7 → 3H2O + 3CO2 + Na3C6H5O7
Asam sitrat BM=192 ; Natrium bikarbonat BM= 84 a. Level rendah
mol
3 NaHCO3 + C6H8O7 → 3H2O + 3CO2 + Na3C6H5O7
0,0156 5,208.10-3
Massa NaHCO3 = 0,0156 x 84 = 1,3125 gram
Jadi, level rendah untuk asam sitrat (C6H8O7)= 1 gram dan level rendah
untuk basa Na Bikarbonat (NaHCO3) = 1,3125 gram.
b. Level tinggi
Jumlah asam sitrat :
mol
3 NaHCO3 + C6H8O7 → 3H2O + 3CO2 + Na3C6H5O7
Massa NaHCO3 = 0,025 x 84 = 2,1 gram
Jadi, level tinggi untuk asam sitrat (C6H8O7)= 1,6 gram dan level tinggi
untuk basa Na Bikarbonat (NaHCO3) = 2,1 gram.
4. Optimasi formula granul effervescent ekstrak teh hijau dengan kombinasi asam sitrat dan basa natrium bikarbonat
Tabel II. Formula granul effervescent ekstrak teh hijau
FORMULA BAHAN (mg)
1 a b ab
Ekstrak teh hijau 500 500 500 500
Asam sitrat 1000 1600 1000 1600
Natrium bikarbonat 1312,5 1312,5 2100 2100
PVP 3% 19,2 19,2 19,2 19,2
Laktosa 210 210 210 210
Aspartam 90 90 90 90
Keterangan :
Formula 1 : asam level rendah, basa level rendah Formula a : asam level tinggi, basa level rendah Formula b : asam level rendah, basa level tinggi Formula ab : asam level tinggi, basa level tinggi
5. Pembuatan granul effervescent dengan metode granulasi basah
kecepatan 20 rpm selama 20 menit, kemudian dibuat massa granul dan dilakukan pengayakan basah dengan ayakan nomor 14. Pada pembuatan granul asam penambahan ekstrak dan PVP dilakukan secara bergantian sedikit demi sedikit. Kemudian dibuat massa granul dan diayak basah dengan ayakan nomor 14. Granul asam dan granul basa yang terbentuk lalu dikeringkan dalam oven (suhu ± 40oC) selama 7 hari hingga didapatkan bobot konstan. Granul kering yang didapatkan diayak menggunakan ayakan dengan nomor mesh 16/20. Granul
effervescent yang didapat kemudian diuji sifat fisiknya.
6. Pemeriksaan sifat fisik granul effervescent a. Uji kandungan lembab
b. Uji kecepatan alir
Granul ditimbang 100 g kemudian dituang pelan-pelan ke dalam corong berujung tangkai tertutup lewat dinding corong. Kemudian tutup pada ujung tangkai dibuka dan granul dibiarkan mengalir keluar sampai habis. Waktu mengalirnya granul sampai granul yang berada di dalam corong keluar semua dicatat dengan stopwatch (Voigt, 1994).
c. Uji waktu larut
Sejumlah granul sesuai bobot granul tiap-tiap formula, dimasukkan ke dalam gelas yang berisi 200 ml air. Catat waktu yang dibutuhkan granul untuk larut dalam air dengan menggunakan stopwatch (Mohrle, 1980).
d. Uji pH larutan
Sejumlah granul sesuai bobot tiap formula yang sudah dilarutkan ke dalam 200 ml air, diukur pH larutan dengan menggunakan pH meter setelah tidak lagi terjadi reaksi effervescent, yang ditandai dengan tidak lagi terbentuk gas CO2.
7. Penentuan profil sifat fisik granul effervescent dan area komposisi optimum
Respon untuk semua kombinasi dapat diprediksi dengan menggunakan persamaan desain faktorial:
Y = b0 + b1(X1) + b2(X2) + b12 (X1)(X2)
Keterangan:
Y = respon hasil percobaan/ sifat yang diamati
X1 = level faktor 1 (asam sitrat)
X2 = level faktor 2 (natrium bikarbonat)
X1X2 = level faktor 1 (asam sitrat) dikalikan level faktor 2 (natrium bikarbonat)
b0 = rata-rata hasil semua percobaan
G. Analisis Data
Data yang diperoleh dari pengujian sifat fisik dianalisis menggunakan metode desain faktorial untuk mengetahui efek yang dominan dalam menentukan sifat fisik granul effervescent (Bolton, 1990). Perhitungan desain faktorial, dapat digunakan untuk menghitung besarnya efek/pengaruh asam sitrat, natrium bikarbonat dan interaksi keduanya terhadap sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau. Dari persamaan regresi desain faktorial dapat dibuat contour plot yang selanjutnya dapat ditentukan area optimal dari masing-masing respon, sesuai dengan sifat fisik yang diinginkan. Masing-masing area optimal kemudian digabung menjadi superimposed contour plot sehingga akan diperoleh komposisi optimumnya.
Analisis statistic Yate’s treatment dilakukan untuk mengetahui perbedaan respon yang terjadi pada dua level asam-basa yang berbeda dan mengetahui adanya interaksi antara asam-basa yang diteliti. Berdasarkan analisis statistik ini maka dapat ditentukan ada atau tidaknya hubungan dari setiap faktor dan interaksi terhadap respon. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai F hitung dan F tabel. Sebelumnya ditentukan hipotesis terlebih dahulu. Hipotesis alternatif (Hi) yaitu terdapat pengaruh antara faktor (asam sitrat, natrium bikarbonat, dan interaksi keduanya) dengan respon. Hipotesis null (Hnull) merupakan negasi Hi, yaitu tidak ada pengaruh. Hi diterima dan H null ditolak apabila nilai Fhitung lebih besar
daripada nilai Ftabel. Taraf kepercayaan yang digunakan untuk uji statistik adalah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Ekstrak Teh Hijau
Pembuatan granul effervescent pada penelitian ini menggunakan ekstrak teh hijau sebagai zat aktif dari sediaan. Ekstrak teh hijau yang digunakan diperoleh dari industri obat tradisional Sido Muncul. Certificate of Analysis (CoA) disertakan untuk memastikan kebenaran kandungan dari ekstrak teh hijau yang didapatkan. Ekstrak teh hijau yang diperoleh berupa serbuk halus, berasa pahit, berwarna kuning kecoklatan dan memiliki bau yang khas.
Uji kandungan lembab kandungan lembab ekstrak dilakukan untuk mengetahui banyaknya kandungan lembab dalam ekstrak karena ekstrak teh hijau yang digunakan adalah ekstrak kering sehingga banyaknya kandungan lembab akan menentukan kualitas ekstrak kering teh hijau yang digunakan. Selain itu uji ini penting dilakukan karena lembab yang terkandung dalam ekstrak juga berkontribusi dalam kandungan lembab sediaan effervescent, oleh karena itu kandungan lembab ekstrak penting dilakukan. Menurut Voigt (1994) ekstrak kering memiliki kandungan lembab kurang dari 5%, berdasarkan pengukuran diperoleh kandungan lembab dalam ekstrak sebesar 4,028% sehingga ekstrak yang digunakan memenuhi persyaratan sebagai ekstrak kering. Dalam CoA tertulis bahwa kandungan lembab yang terkandung dalam ekstrak adalah 3% sehingga dapat disimpulkan ekstrak kering yang diperoleh telah menyerap lembab dari lingkungan. Lembab yang terserap ini tidak menyebabkan berkurangnya
kandungan EGCG dalam ekstrak teh hijau, hal ini dikarenakan EGCG bersifat non higroskopis.
Ekstrak teh hijau digunakan karena memiliki khasiat sebagai senyawa antioksidan. Ekstrak teh hijau mengandung berbagai macam senyawa polifenol antara lain epicatechin (EC), epigallocatechin (EGC), epicatechin gallate (ECG),
epigallocatechin gallate (EGCG), dan gallic acid (GA). Menurut Jia et al (1998)
aktivitas antioksidan yang paling besar pada teh hijau terdapat pada EGCG. Oleh karena itu EGCG digunakan sebagai acuan dalam penentuan dosis ekstrak teh hijau untuk pembuatan granul effervescent. Pada CoA disebutkan kandungan EGCG yang terdapat pada ekstrak kering teh hijau sebesar 7,14 %.
B. Pembuatan Granul Effervescent
Dalam pembuatan granul effervescent ekstrak teh hijau langkah pertama yang dilakukan yaitu menentukan dosis ekstrak yang akan digunakan. CoA menyebutkan kandungan EGCG yang terdapat pada ekstrak kering teh hijau sebesar 7,14%, agar diperoleh aktivitas antioksidan yang diharapkan dibutuhkan 35 mg EGCG untuk tiap penyajian, oleh karena itu untuk memperoleh 35 mg EGCG tiap penyajian diperlukan 500 mg ekstrak teh hijau. Nilai LD dari EGCG yaitu 347,2 mg/kg BB (Anonim, 2005a) atau 17360 mg/50kgBB (berdasarkan rata-rata berat badan orang indonesia) sedang dosis yang digunakan pada pembuatan granul effervescent ini adalah 500mg tiap formula. Dosis tersebut tidak melebihi LD EGCG yang ditetapkan. Selain itu efek kafein yang terdapat dalam ekstrak juga perlu diperhatikan mengingat komposisi kafein juga memiliki
50
prosentase yang besar dalam komposisi ekstrak. Konsumsi kafein yang diperbolehkan dalam 1 hari adalah 400 mg, berdasarkan keterangan yang ada pada CoA menyebutkan bahwa kandungan kafein yang terdapat dalam ekstrak adalah sebesar 5,50 %. Sehingga dapat disimpulkan dosis ekstrak teh hijau yang diberikan tidak memberikan efek merugikan terutama karena tidak melebihi batas konsumsi kafein yang diperbolehkan tiap harinya.
Langkah selanjutnya adalah menentukan besarnya level rendah dan level tinggi dari asam dan basa granul effervescent. Dalam penelitian ini asam yang digunakan adalah asam sitrat sedangkan basa yang digunakan adalah natrium bikarbonat. Penentuan level rendah dan level tinggi dilakukan berdasarkan hasil reaksi kesetimbangan dari asam sitrat dan natrium bikarbonat seperti dibawah ini :
3 NaHCO3 + C6H8O7 → 3H2O + 3CO2 + Na3C6H5O7
Menurut Wehling dan Fred (2004) komposisi asam dan basa yang dapat diterima dalam sediaan effervescent adalah sebesar 25% hingga 40 %. Berdasarkan pernyataan tersebut maka level tinggi asam sitrat yang digunakan adalah sebesar 1600 mg dan level rendah asam sitrat sebesar 1000 mg, sedangkan level tinggi natrium bikarbonat yang digunakan sebesar 2100 mg dan level rendah natrium bikarbonat sebesar 1312,5 mg.
adanya lembab sehingga penggunaan bahan tambahan anhidrat dimaksudkan untuk mencegah terjadinya reaksi effervescent dini.
Metode pembuatan granul yang digunakan adalah metode granulasi basah dengan cairan pengikat yang tidak reaktif yaitu menggunakan larutan PVP 3%. Perbedaan dari granulasi basah dan granulasi kering adalah pada bahan pengikat yang digunakan. Pada granulasi basah digunakan cairan pengikat sebagai bahan pengikat sedangkan pada granulasi kering digunakan pengikat dalam bentuk serbuk kering. Penggunaan cairan pengikat lebih efektif digunakan dibandingkan penggunaan serbuk pengikat karena adanya cairan akan membentuk liquid bridge
sehingga antara partikel yang satu dengan partikel yang lain akan terikat dengan jembatan cair yang mengikat partikel-partikel tersebut sehingga ikatan yang terbentuk akan lebih kuat. Bahan pengikat yang digunakan adalah PVP 3% bersifat hidrofil dan mudah larut dalam air.
terjadi reaksi effervescent dini selama proses pembuatan karena kelembaban ruangan yang masih cukup tinggi. Granul asam dibuat dengan campuran ekstrak teh hijau, asam sitrat, laktosa, dan larutan PVP 3%, sedangkan granul basa dibuat dengan campuran natrium bikarbonat, laktosa, aspartam dan larutan PVP 3%. Ekstrak teh hijau dicampurkan bersama campuran granul asam karena ekstrak teh hijau bersifat stabil pada pH asam, sedangkan aspartam dicampurkan dalam campuran granul basa karena aspartam akan menghasilkan tingkat kemanisan yang lebih baik bila berada pada campuran granul basa selain itu larutan yang dihasilkan menjadi lebih jernih. Sebelum digranul, masing-masing bahan diayak dengan ayakan dengan nomor mesh 50 untuk memperkecil ukuran partikel sehingga saat proses pencampuran partikel yang berukuran besar tidak memisah. Kemudian bahan dikeringkan dalam oven bersuhu kurang lebih 400C selama 2 hari. Suhu pengeringan digunakan 400C karena pada suhu lebih dari 400C bahan-bahan yang digunakan menjadi tidak stabil, karena menurut Swarbrick dan Boylan (1992) natrium bikarbonat yang akan terurai menjadi natrium karbonat pada suhu 500C. Berikut adalah reaksi pembentukan natrium bikarbonat menjadi natrium karbonat akibat proses pemanasan:
2 NaHCO3→ Na2CO3 + H2O + CO2
Perubahan natrium bikarbonat menjadi natrium karbonat menyebabkan gas CO2
yang dihasilkan menjadi tidak sebanyak ketika masih berada dalam bentuk natrium bikarbonat. Berikut adalah reaksi pembentukan gas CO2 akibat reaksi
3NaHCO3 + C6H8O7 → Na3C6H3O7 + 4H2O + 3CO2
2Na2CO3 + C6H8O7→ Na4C6H4O7 + H2O +2CO2
Apabila pengeringan dilakukan pada suhu kurang dari 400C pengeringan tidak efektif. Diambil waktu pengeringan 2 hari, karena berdasarkan hasil orientasi pengeringan dengan lama waktu tersebut sudah cukup optimal. Sebelum digranul campuran serbuk untuk granul basa dicampur menggunakan cube mixer dengan kecepatan 20 rpm selama 20 menit, hal ini karena campuran serbuk basa berwarna putih sehingga bila dicampur secara manual sulit untuk mengetahui tingkat homogenitas campuran, sedangkan campuran serbuk asam dicampur secara manual karena warna ekstrak dalam campuran serbuk asam dapat mengindikasi homogenitas dari campuran. Kemudian masing-masing serbuk asam dan basa dibentuk menjadi massa granul dan saat granul masih basah granul diayak dengan ayakan nomor 14. Digunakan ayakan no mesh 14 agar saat granul akan diayak kering (no mesh 16/12) tidak banyak granul yang terbuang akibat pengecilan ukuran granul. Proses selanjutnya adalah granul asam dan granul basa yang terbentuk kemudian dikeringkan dalam oven bersuhu 400C selama 7 hari hingga didapatkan bobot konstan. Granul kering yang didapatkan diayak dengan ayakan nomor mesh 16/20.
C. Uji Sifat Fisik
Sifat fisik merupakan faktor penting dalam sediaan padat (dalam hal ini granul effervescent), karena sifat fisik akan mempengaruhi stabilitas, efikasi dan penerimaan dari konsumen. Pada penelitian ini, parameter sifat fisik yang diamati adalah kandungan lembab, kecepatan alir, waktu larut dan pH.
Pengamatan kandungan lembab menggunakan alat moisture analyzer
(Sinar TM IR Balance 6100), metode pengamatan sifat alir granul dipilih metode langsung menggunakan corong alir. dan pengamatan waktu larut serta pH larutan dilakukan secara langsung. Hasil penghitungan sifat fisik granul effervescent
ekstrak teh hijau ditampilkan pada tabel III.
Tabel III. Hasil pengukuran sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau
Formula Sifat fisik granul
( 1 ) ( a ) ( b ) ( ab )
Kandungan lembab (%) 2,553±0,635 2,370±0,878 2,958±1,047 2,206±0,928 Kecepatan alir (g/dtk) 41,772±11,121 38,825±11,374 38,948±13,751 42,072±8,908
Waktu larut (detik) 180,833±16,225 134,333±10,840 135,667±20,151 127,083±16,279
pH 5,662±0,458 4,932±0,587 6,527±0,346 5,708±0,459
Analisis data yang dilakukan meliputi penghitungan nilai efek setiap faktor (asam sitrat, natrium bikarbonat, dan interaksi keduanya) terhadap sifat fisik granul effervescent menggunakan metode desain faktorial, interpretasi grafik pengaruh masing-masing faktor secara individu terhadap sifat fisik granul
effervescent dan analisis statisitik menggunakan Yate’s treatment.
effervescent. Perhitungan nilai efek didukung dengan interpretasi dari grafik pengaruh masing-masing faktor secara individu terhadap sifat fisis sediaan granul
effervescent. Apabila nilai hasil perhitungan efek adalah positif maka faktor
tersebut bersifat menaikkan respon. Tetapi apabila hasil perhitungan bernilai negatif, faktor tersebut bersifat menurunkan respon. Faktor dengan nilai efek paling besar adalah fektor yang paling dominan dalam menentukan respon sifat fisik sediaan granul effervescent. Analisis desain faktorial kemudian dilanjutkan dengan analisis statistik Yate’s treatment untuk mengetahui apakah pengaruh yang ditimbulkan oleh masing-masing faktor bermakna secara statistik.
Tabel IV. Hasil perhitungan nilai efek menggunakan metode desain faktorial
Faktor Kandungan lembab
Kecepatan alir
Waktu larut pH
Asam sitrat -0,467 0,089 -27,542 -0,602
Natrium bikarbonat
0,121 0,212 -26,209 0,648
interaksi -0,285 3,036 18,958 0,129
= efek dominan
Analisis statistik menggunakan Yate’s treatment untuk menentukan apakah faktor-faktor tersebut mempengaruhi respon sifat fisik secara bermakna menurut statistik. Nilai Fhitung yang diperoleh dari perhitungan dengan analisis
Yate’s treatment dibandingkan dengan nilai Ftabel. Dalam penelitian ini dipilih
derajat kepercayaan sebesar 95%. nilai F 0,005(1,3) adalah 4,13. H1 diterima dan h0
ditolak apabila nilai Fhitung lebih besar dari pada nilai Ftabel yang berarti bahwa
1. Kandungan lembab
Persyaratan kandungan lembab untuk granul effervescent adalah sebesar 0,4%-0,7% (Fausett et al, 2000). Menurut Mohrle (1989) kelembaban ruangan pembuatan granul effervescent sebaiknya dikendalikan kurang dari 25%.
Hasil pengukuran kandungan lembab (tabel III) tidak ada formula yang memenuhi persyaratan. Hal ini dikarenakan saat pembuatan granul, batas kelembaban ruangan yang dapat dicapai hanya kurang lebih 55% yang kemudian menjadi salah satu keterbatasan dalam penelitian ini. Meskipun demikian, pengendalian agar kandungan lembab pada granul effervescent tidak terlalu besar tetap dilakukan, yaitu dengan mengkondisikan suhu ruangan sehingga mencapai suhu kurang lebih 18oC, penggunaan dehumidifier, penggunaan bahan-bahan anhidrat dan melakukan tahap pengeringan bahan sebelum digunakan. Hal tersebut dilakukan agar didapat kandungan lembab sesuai persyaratan. Namun karena RH yang dapat dicapai hanya 55% maka dimungkinkan masing-masing bahan telah mencapai kesetimbangan kandungan lembab dengan lingkungan sehingga setelah proses pengeringan kandungan lembab yang didapatkan tidak dapat mencapai 0,4-0,7% karena kandungan lembab sudah mencapai kesetimbangan dengan lingkungan dimana hal ini menyebakan lembab yang ada di dalam granul sudah tidak dapat keluar lagi.
lebih dominan. Di sisi lain natrium bikarbonat mempunyai pengaruh menaikkan kandungan lembab (nilai efek positif). Dari ketiga faktor tersebut asam sitrat adalah faktor yang paling dominan dalam menentukan respon kandungan lembab secara umum.
Pengaruh Asam Sitrat Terhadap Kandungan Lembab
1 2 3 4
1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600
asam sitrat (mg)
k a ndunga n l e m ba b (% )
level rendah natrium bikarbonat level tinggi natrium bikarbonat
Pengaruh Natrium Bikarbonat Terhadap Kandungan lembab 1 1.5 2 2.5 3
1320 1450 1580 1710 1840 1970 2100
natrium bikarbonat (mg)
k a ndung a n l e m b a b (% )
level rendah asam sitrat level tinggi asam sitrat
2a 2b
Gambar 2. Profil pengaruh asam sitrat dan natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab
Tabel V. Perhitungan Yate’s treatment respon kandungan lembab
Source of varience
Degrees of freedom
Sum of square
Mean of square
Fhitung F(1.33)
Replicates 11 33,11 3,01
Treatment 3 3,77 1,26
Asam sitrat 1 2,62 2,62 21,19 4,13
Natrium bikarbonat
1 0,18 0,18 1,42 4,13
Interaksi 1 0,97 0,97 7,88 4,13
Experimental error
33 4,08 0,12
Total 47 40,97
Pada perhitungan statistik menggunakan Yate’s treatment diperoleh hasil bahwa asam sitrat dan interaksi asam sitrat dan natrium bikarbonat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap respon kandungan lembab. Hal tersebut tampak dari tabel bahwa nilai F hitung asam sitrat dan interaksi asam sitrat dan
natrium bikarbonat masing-masing melebihi Ftabel dengan tingkat kepercayaan
95%. Ini menunjukan bahwa asam sitrat dapat mempengaruhi respon kandungan lembab secara signifikan baik secara sendiri-sendiri maupun dalam bentuk interaksi dengan natrium bikarbonat. Di antara faktor yang dioptimasi, maka asam sitrat bersifat paling dominan dalam mempengaruhi respon.
Perhitungan dengan menggunakan yate’s treatment dan perhitungan efek menunjukkan bahwa asam sitrat dan interaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat berpengaruh dalam menurunkan kandungan lembab granul
effervescent. Dengan demikian kedua faktor ini memberikan keuntungan yaitu
2. Kecepatan alir
Sifat alir merupakan parameter yang penting terutama untuk mengetahui kemampuan alir campuran granul saat proses pengemasan. Menurut Fudholi (1983), sebaiknya waktu yang diperlukan oleh 100g granul untuk mengalir tidak lebih dari 10 detik. Dengan demikian, persyaratan kecepatan alir yang baik adalah lebih dari 10g/detik. Hasil pengujian kecepatan alir pada tabel III menunjukkan bahwa semua formula telah memenuhi persyaratan kecepatan alir yang baik yaitu lebih dari 10 g/detik.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai efek dengan menggunakan desain faktorial pada tabel IV pada respon kecepatan alir, asam sitrat, natrium bikarbonat, dan interaksi keduanya menyebabkan kenaikan nilai kecepatan alir (nilai efek positif). Dari ketiga faktor tersebut interaksi antara natrium bikarbonat dan asam sitrat adalah faktor yang paling dominan dalam menentukan respon nilai kecepatan alir. Profil pengaruh asam sitrat terhadap kandungan lembab dan profil pengaruh natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab ditampilkan pada gambar 3.
Pengaruh Asam Sitrat Terhadap Kecepatan Alir
37 39 41 43
900 1100 1300 1500 1700
asam sitrat (mg)
level rendah natrium bikarbonat level tinggi natrium bikarbonat
Pengaruh Natrium Bikarbonat Terhadap Kecepatan Alir
37 39 41 43
1200 1400 1600 1800 2000 2200
natrium bikarbo nat (mg)
kec ep at an a lir (g /d e tik )
level rendah asam sitrat level tinggi asam sitrat
3a 3b
Pada gambar 3a terlihat bahwa semakin banyak asam sitrat yang digunakan akan meningkatkan kecepatan alir granul pada penggunaan natrium bikarbonat level tinggi, namun akan menurunkan kecepatan alir granul pada penggunaan natrium bikarbonat level rendah. Pada gambar 3b tampak bahwa dengan semakin banyak natrium bikarbonat yang digunakan akan meningkatkan kecepatan alir granul pada penggunaan asam sitrat level tinggi, namun akan menurunkan kecepatan alir granul pada penggunaan asam sitrat level rendah. Adanya perpotongan antara dua garis pada kedua gambar mengindikasikan bahwa ada interaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat dalam menentukan respon nilai kecepatan alir.
Pada tabel VI ditampilkan hasil penghitungan statistik respon kecepatan alir menggunakan Yate’s treatment. Dari perhitungan tersebut tampak bahwa terjadi interaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat (interaksi antara granul asam dan granul basa) yang bersifat dominan dalam menentukan respon kecepatan alir, karena nilai Fhitung faktor tersebut lebih besar dibandingkan nilai
F(1,33). Di sisi lain faktor asam sitrat dan natrium bikarbonat tidak memiliki
Tabel VI. Perhitungan Yate’s treatment respon kecepatan alir
Source of varience
Degrees of freedom
Sum of square
Mean of square
Fhitung F(1.33)
Replicates 11 5307,57 482,50
Treatment 3 111,20 37,06
Asam sitrat 1 0,09 0,09 0,01 4,13
Natrium bikarbonat
1 0,53 0,53 0,04 4,13
Interaksi 1 110,57 110,57 8,51 4,13
Experimental error
33 428,84 12,95
Total 47 5847,62
Interaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat dalam hal ini adalah interaksi antara granul asam dan granul basa, berpengaruh dalam menentukan nilai kecepatan alir. Asam sitrat secara fisik partikelnya berbentuk granul dan natrium bikarbonat secara fisik partikelnya cenderung tidak kohesif sehingga interaksi keduanya bersifat meningkatkan kecepatan alir.
3. Waktu larut
Wehling dan Fred (2004), persyaratan waktu larut sediaan effervescent tidak lebih dari 150 detik.
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel III terlihat bahwa hanya formula 1 yang tidak memenuhi persyaratan waktu larut sediaan granul effervescent yaitu lebih dari 150 detik.
Menurut analisis desain faktorial, asam sitrat menjadi faktor yang dominan dalam menentukan nilai waktu larut dibanding faktor lainnya, hal ini tampak pada tabel IV. Interaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat bersifat menaikkan waktu larut (nilai efek positif) sedangkan asam sitrat dan natrium bikarbonat bersifat menurunkan waktu larut (nilai efek negatif) dengan asam sitrat menjadi faktor yang paling dominan dalam menurunkan waktu larut. Profil pengaruh asam sitrat dan natrium bikarbonat terhadap respon waktu larut ditampilkan berturut-turut pada gambar 4.
Pengaruh Asam Sitrat Terhadap Waktu Larut
120 150 180 210
1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600
asam sitrat (mg)
wa k tu l a ru t (d e ti k )
level rendah natrium bikarbonat level tinggi natrium bikarbonat
Pengaruh Natrium Bikarbonat Terhadap Waktu Larut
120 150 180 210
1320 1450 1580 1710 1840 1970 2100
Natrium Bikarbonat (mg)
wa k tu l a ru t (d e ti k )
level rendah asam sitrat level tinggi asam sitrat
4a 4b
Gambar 4. Profil pengaruh asam sitrat dan natrium bikarbonat terhadap waktu larut
Analisis statistik menggunakan Yate’s treatment (tabel VII) diperoleh
kesimpulan bahwa nilai Fhitung semua faktor lebih besar daripada nilai F(1,33) yaitu
faktor asam sitrat, natrium bikarbonat dan interaksi antara asam sitrat dan natrium
bikarbonat sehingga memiliki pengaruh yang bermakna secara statistik terhadap
Tabel VII. Perhitungan Yate’s treatment respon waktu larut
Source of varience
Degrees of freedom
Sum of square
Mean of square
Fhitung F(1.33)
Replicates 11 549,22 499,23
Treatment 3 21658,06 7219,35
Asam sitrat 1 9102,52 9102,52 49,42 4,13
Natrium bikarbonat
1 8242,51 8242,52 44,75 4,13
Interaksi 1 4313,02 4313,02 23,41 4,13
Experimental error
33 6077,68 184,17
Total 47 33227,97
Berdasarkan Yate’s treatment diketahui bahwa terjadi interaksi antara faktor yang dioptimasi (asam sitrat dan natrium bikarbonat) yang berpengaruh secara statistik terhadap respon waktu larut. Selain itu juga dapat diketahui bahwa masing-masing faktor (asam sitrat dan natrium bikarbonat) dapat mempengaruhi respon waktu larut secara signifikan baik secara sendiri-sendiri maupun dalam bentuk interaksinya. Di antara faktor yang dioptimasi, maka asam sitrat bersifat paling dominan dalam mempengaruhi respon.
4. pH
pH dalam larutan effervescent ekstrak teh hijau ini memiliki pengaruh terhadap kestabilan zat aktif ketika berada dalam bentuk sediaan, kelarutan zat aktif dan homogenitas campuran granul effervescent. Zat aktif yag terdapat dalam sediaan granul effervescent dalam penelitian ini adalah EGCG, menurut Kellar, et al (2003) EGCG paling larut pada pH 5-7 dan stabil pada pH 5.
Hasil pengukuran pH yang terdapat pada tabel III tampak bahwa formula a tidak berada pada range kestabilan EGCG dalam larutan yang menyebabkan ketidakstabilan EGCG. Hal ini dapat disebabkan karena pada formula a, komponen terbesar adalah komponen asam dimana asam bersifat menurunkan pH.
Menurut analisis desain faktorial natrium bikarbonat menjadi efek yang paling dominan dalam menentukan respon pH dibanding kedua faktor lainnya, hal ini terpapar pada tabel IV. Asam sitrat bersifat menurunkan nilai pH (nilai efek negatif) sedangkan natrium bikarbonat dan interaksi antara natrium bikarbonat dan asam sitrat bersifat menaikkan nilai pH (efek positif), dengan natrium bikarbonat menjadi faktor yang lebih dominan dibandingkan dengan interaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat.
Pengaruh Asam Sitrat Terhadap pH
4 5 6 7
1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600
asam sitrat (mg)
pH
level rendah natrium bikarbonat level tinggi natrium bikarbonat
Pengaruh Natrium Bikarbonat Terhadap pH
4 5 6 7
1320 1450 1580 1710 1840 1970 2100
natrium bikarbonat (mg)
pH
level rendah asam sitrat level tinggi asam sitrat
5a 5b
Gambar 5. Profil pengaruh asam sitrat dan natrium bikarbonat terhadap pH
Berdasarkan perhitungan statistik menggunakan Yate’s treatment (tabel
VIII) didapatkan hasil bahwa faktor yang dioptimasi (asam sitrat dan natrium
bikarbonat) dan interaksi faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh bermakna
secara statistik terhadap respon pH larutan. Hal tersebut dikarenakan nilai F
hitung semua faktor dan interaksinya lebih besar daripada nilai F tabel (yaitu:
4,13). Berdasarkan Yate’s treatment diketahui bahwa terjadi interaksi antara
faktor yang dioptimasi (asam sitrat dan natrium bikarbonat) yang berpengaruh
secara statistik terhadap respon pH larutan. Selain itu juga dapat diketahui bahwa
masing-masing faktor (asam sitrat dan natrium bikarbonat) dapat mempengaruhi
respon pH larutan secara signifikan baik secara sendiri-sendiri maupun dalam
bentuk interaksinya. Di antara faktor yang dioptimasi, maka natrium bikarbonat
Tabel VIII. Perhitungan Yate’s treatment respon pH
Source of varience
Degrees of freedom
Sum of square
Mean of square
Fhitung F(1.33)
Replicates 11 9,07 0,82
Treatment 3 9,57 3,19
Asam sitrat 1 4,33 4,33 216,02 4,13
Natrium bikarbonat
1 5,03 5,03 250,85 4,13
Interaksi 1 0,19 0,19 9,90 4,13
Experimental error
33 0,66 0,02
Total 47 19,31
Asam sitrat memiliki pH 2,2 sehingga asam sitrat bersifat menurunkan respon pH sedangkan natrium bikarbonat memiliki pH 8 sehingga natrium bikarbonat bersifat menaikkan respon pH dan nilai signifikansi pada analisis
Yate’s treatment nilainya lebih besar dibandingkan asam sitrat sehingga natrium
bikarbonat lebih berpengaruh dalam menentukan nilai pH.
D. Optimasi Formula
Formula granul effervescent yang optimum adalah formula yang memiliki sifat fisik granul effervescent yang baik seperti yang dikehendaki, untuk mengontrol kualitas granul effervescent maka perlu dilakukan uji sifat fisik antara lain kandungan lembab, kecepatan alir, waktu larut dan pH larutan.
natrium bikarbonat yang digunakan. Area optimum formula granul effervescent
ditunjukkan pada superimposed contour plot yang didapatkan dari penggabungan masing-masing area dalam contour plot.
Data pengukuran respon kandungan lembab dibuat persamaan regresi hubungan antara asam sitrat dengan natrium bikarbonat menggunakan metode desain faktorial. Hasil perhitungan persamaan regresi desain faktorial dari respon kandungan lembab adalah y = 6,692 – 0,001887.X1 – 0,0005105.X2 +
0,000001206.X1.X2 dengan y adalah respon kandungan lembab, X1 adalah jumlah
asam sitrat dan X2 adalah jumlah natrium bikarbonat. Kandungan lembab yang
memenuhi syarat sediaan granul effervescent adalah sebesar 0,4% hingga 0,7% (Fausett et al., 2000). Berdasarkan persamaan regresi hubungan antara asam sitrat dengan natrium bikarbonat menggunakan metode desain faktorial tersebut tidak ditemukan area optimum yang memenuhi persyaratan.
Data pengukuran respon kecepatan alir