BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Pembuatan Granul Effervescent
Dalam pembuatan granul effervescent ekstrak teh hijau langkah pertama yang dilakukan yaitu menentukan dosis ekstrak yang akan digunakan. CoA menyebutkan kandungan EGCG yang terdapat pada ekstrak kering teh hijau sebesar 7,14%, agar diperoleh aktivitas antioksidan yang diharapkan dibutuhkan 35 mg EGCG untuk tiap penyajian, oleh karena itu untuk memperoleh 35 mg EGCG tiap penyajian diperlukan 500 mg ekstrak teh hijau. Nilai LD dari EGCG yaitu 347,2 mg/kg BB (Anonim, 2005a) atau 17360 mg/50kgBB (berdasarkan rata-rata berat badan orang indonesia) sedang dosis yang digunakan pada pembuatan granul effervescent ini adalah 500mg tiap formula. Dosis tersebut tidak melebihi LD EGCG yang ditetapkan. Selain itu efek kafein yang terdapat dalam ekstrak juga perlu diperhatikan mengingat komposisi kafein juga memiliki
50
prosentase yang besar dalam komposisi ekstrak. Konsumsi kafein yang diperbolehkan dalam 1 hari adalah 400 mg, berdasarkan keterangan yang ada pada CoA menyebutkan bahwa kandungan kafein yang terdapat dalam ekstrak adalah sebesar 5,50 %. Sehingga dapat disimpulkan dosis ekstrak teh hijau yang diberikan tidak memberikan efek merugikan terutama karena tidak melebihi batas konsumsi kafein yang diperbolehkan tiap harinya.
Langkah selanjutnya adalah menentukan besarnya level rendah dan level tinggi dari asam dan basa granul effervescent. Dalam penelitian ini asam yang digunakan adalah asam sitrat sedangkan basa yang digunakan adalah natrium bikarbonat. Penentuan level rendah dan level tinggi dilakukan berdasarkan hasil reaksi kesetimbangan dari asam sitrat dan natrium bikarbonat seperti dibawah ini :
3 NaHCO3 + C6H8O7 → 3H2O + 3CO2 + Na3C6H5O7
Menurut Wehling dan Fred (2004) komposisi asam dan basa yang dapat diterima dalam sediaan effervescent adalah sebesar 25% hingga 40 %. Berdasarkan pernyataan tersebut maka level tinggi asam sitrat yang digunakan adalah sebesar 1600 mg dan level rendah asam sitrat sebesar 1000 mg, sedangkan level tinggi natrium bikarbonat yang digunakan sebesar 2100 mg dan level rendah natrium bikarbonat sebesar 1312,5 mg.
Selain asam sitrat dan natrium bikarbonat ditambahkan pula bahan tambahan lain yaitu aspartam sebagai pemanis, laktosa sebagai pengisi, dan PVP 3% sebagai pengikat. Bahan tambahan yang dipilih bersifat mudah larut dalam air dan berbentuk anhidrat mengingat sediaan effervescent sangat reaktif terhadap
adanya lembab sehingga penggunaan bahan tambahan anhidrat dimaksudkan untuk mencegah terjadinya reaksi effervescent dini.
Metode pembuatan granul yang digunakan adalah metode granulasi basah dengan cairan pengikat yang tidak reaktif yaitu menggunakan larutan PVP 3%. Perbedaan dari granulasi basah dan granulasi kering adalah pada bahan pengikat yang digunakan. Pada granulasi basah digunakan cairan pengikat sebagai bahan pengikat sedangkan pada granulasi kering digunakan pengikat dalam bentuk serbuk kering. Penggunaan cairan pengikat lebih efektif digunakan dibandingkan penggunaan serbuk pengikat karena adanya cairan akan membentuk liquid bridge
sehingga antara partikel yang satu dengan partikel yang lain akan terikat dengan jembatan cair yang mengikat partikel-partikel tersebut sehingga ikatan yang terbentuk akan lebih kuat. Bahan pengikat yang digunakan adalah PVP 3% bersifat hidrofil dan mudah larut dalam air.
Pembuatan granul effervescent dilakukan pada ruangan bersuhu 180C dengan relative humidity (RH) sebesar 55%. Syarat ideal suatu ruangan yang digunakan untuk pembuatan granul effervescent adalah memiliki RH 25%. Persyaratan nilai RH ini tidak dapat dicapai dikarenakan kelembaban lingkungan sangat lembab sehingga RH maksimal yang dapat dicapai adalah 55%. Meskipun demikian, tetap dilakukan usaha-usaha untuk memperkecil kandungan lembab yang ada di dalam granul. Usaha-usaha tersebut antara lain pembuatan granul asam dan basa secara terpisah, pemilihan bahan anhidrat dan pengeringan bahan sebelum digunakan. Pembuatan granul effervescent dilakukan dengan memisahkan antara granul asam dan granul basa, hal ini dilakukan agar tidak
terjadi reaksi effervescent dini selama proses pembuatan karena kelembaban ruangan yang masih cukup tinggi. Granul asam dibuat dengan campuran ekstrak teh hijau, asam sitrat, laktosa, dan larutan PVP 3%, sedangkan granul basa dibuat dengan campuran natrium bikarbonat, laktosa, aspartam dan larutan PVP 3%. Ekstrak teh hijau dicampurkan bersama campuran granul asam karena ekstrak teh hijau bersifat stabil pada pH asam, sedangkan aspartam dicampurkan dalam campuran granul basa karena aspartam akan menghasilkan tingkat kemanisan yang lebih baik bila berada pada campuran granul basa selain itu larutan yang dihasilkan menjadi lebih jernih. Sebelum digranul, masing-masing bahan diayak dengan ayakan dengan nomor mesh 50 untuk memperkecil ukuran partikel sehingga saat proses pencampuran partikel yang berukuran besar tidak memisah. Kemudian bahan dikeringkan dalam oven bersuhu kurang lebih 400C selama 2 hari. Suhu pengeringan digunakan 400C karena pada suhu lebih dari 400C bahan-bahan yang digunakan menjadi tidak stabil, karena menurut Swarbrick dan Boylan (1992) natrium bikarbonat yang akan terurai menjadi natrium karbonat pada suhu 500C. Berikut adalah reaksi pembentukan natrium bikarbonat menjadi natrium karbonat akibat proses pemanasan:
2 NaHCO3→ Na2CO3 + H2O + CO2
Perubahan natrium bikarbonat menjadi natrium karbonat menyebabkan gas CO2 yang dihasilkan menjadi tidak sebanyak ketika masih berada dalam bentuk natrium bikarbonat. Berikut adalah reaksi pembentukan gas CO2 akibat reaksi pada asam sitrat dan natrium bikarbonat dan asam sitrat dan natrium karbonat:
3NaHCO3 + C6H8O7 → Na3C6H3O7 + 4H2O + 3CO2 2Na2CO3 + C6H8O7→ Na4C6H4O7 + H2O +2CO2
Apabila pengeringan dilakukan pada suhu kurang dari 400C pengeringan tidak efektif. Diambil waktu pengeringan 2 hari, karena berdasarkan hasil orientasi pengeringan dengan lama waktu tersebut sudah cukup optimal. Sebelum digranul campuran serbuk untuk granul basa dicampur menggunakan cube mixer dengan kecepatan 20 rpm selama 20 menit, hal ini karena campuran serbuk basa berwarna putih sehingga bila dicampur secara manual sulit untuk mengetahui tingkat homogenitas campuran, sedangkan campuran serbuk asam dicampur secara manual karena warna ekstrak dalam campuran serbuk asam dapat mengindikasi homogenitas dari campuran. Kemudian masing-masing serbuk asam dan basa dibentuk menjadi massa granul dan saat granul masih basah granul diayak dengan ayakan nomor 14. Digunakan ayakan no mesh 14 agar saat granul akan diayak kering (no mesh 16/12) tidak banyak granul yang terbuang akibat pengecilan ukuran granul. Proses selanjutnya adalah granul asam dan granul basa yang terbentuk kemudian dikeringkan dalam oven bersuhu 400C selama 7 hari hingga didapatkan bobot konstan. Granul kering yang didapatkan diayak dengan ayakan nomor mesh 16/20.
Granul effervescent yang dihasilkan memiliki rasa yang enak dan terasa sepat teh. Dari segi penampilan diperoleh bahwa granul effervescent yang didapatkan memiliki penampilan larutan yang jernih berwarna kekuningan namun sedikit berbusa.