OPTIMASI CAMPURAN ASAM TARTRAT DAN NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN GRANUL
EFFERVESCENT EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis L.) SECARA GRANULASI BASAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Asterini Adityasari
NIM : 058114001
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
Pengesahan Skripsi Berjudul
OPTIMASI CAMPURAN ASAM TARTRAT DAN NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN GRANUL
EFFERVESCENT EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis L.) SECARA GRANULASI BASAH
Oleh : Asterini Adityasari
NIM : 058114001
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma pada tanggal :
……….
Mengetahui
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Dekan
Rita Suhadi, M.Si., Apt.
Pembimbing :
Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt
………..
Panitia Penguji :
1. Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt ………..
2. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. ...
iii
3. Dewi Styaningsih, M.Sc., Apt. ...
iv
Apa yang harus aku lakukan ketika aku merasa sendirian ?
Apa yang harus aku lakukan ketika jiwaku tertekan ?
Apa yang harus aku lakukan ketika kekhawatiran menghimpitku?
Apa yang harus aku lakukan ketika pencobaan menghadang langkahku ?
Let open the eyes of my heart, Lord…
”Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam
pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.”
Matius 26 : 41
”Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan
biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan
karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui
kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu
jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”
1 Korintus 10 : 13
Karena ksih setiaMu membuatku mampu bertahan selama ini
Sungguh aku bersyukur memilikiMu...
Bapaku dan Sahabatku
Kupersembahkan karya kecilku untuk :
Yesus Kristus kekasih jiwaku,
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas pertolongan dan kasih
setiaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi
ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta; sekaligus sebagai
upaya untuk memeperdalam wawasan berpikir serta menambah wacana di dunia
farmasi pada umumnya.
Pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Papi dan Mami tercinta, atas kasih sayang, doa, serta dukungannya ingá aku
menjadi sekarang ini
2. Panitia Hibah A3 yang telah membrikan bantuan dana untuk menyelesaikan
skripsi ini
3. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
4. Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt, selaku dosen pembimbing utama
sekaligus dosen penguji, atas kesabaran, pengarahan, dan saran yang diberikan
selama penyusunan skripsi.
5. Yohanes Dwiatmaka, M.Si, selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang
telah diberikan sehingga skripsi ini jadi lebih baik.
6. Dewi Styaningsih, M.Sc., Apt, selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang
telah diberikan sehingga skripsi ini jadi lebih baik.
7. Pak Jeffry, Bu Iin, Bu Wiwid selaku dosen akademik yang telah memberikan
bantuan dan pengarahan materi sehingga skripsi ini jadi lebih baik
8. Kakakku tersayang mbak Alin atas kasih sayang, dukungan, semangat,
penghiburan dan doa yang diberikannya selama ini. Trimakasih telah menjadi
kakak yang tidak bosan mendengar keluhanku.
9. Mas Lingga atas kasih sayang, perhatian, penghiburan, doa dan bantuannya
saat penyusunan naskah skripsi sampai selesai. Terimakasih banyak atas
bantuannya selama ini
10.Teman-teman satu kelompok skripsi teh hijau : Eva, Erika Lia, Uli, Hendra,
Ceci, Yoke. Terimakasih untuk perjuangan, semangat, dan kerjasama tim yang
luar biasa selama ini.
11.Semua “brothers dan sisters” di staff pembinaan KAMBIUM Gloria : Bu
Tiwi, Mas Anto, Kak Ida, Rini, Kak Johan, Mas Deon,dan lain-lain.
.Terimaksih buat doa dan dukungannya.
12.Teman-teman Tim Sambiloto, Tim Palmetto, Tim Molase, Tim Stevia untuk
kerjasama dan kerelaan berbagi alat dan laboratorium bersama
13.Kakak angkatan : Mbak Ika, Mbak Ayu, Mas Yoyo yang telah membantu
mentransferkan ilmunya
14.Teman-teman farmasi kelompok D1 2005 : Widdy, Tyas, Mia, Adrian untuk
semangat dan bantuannya. Senang bekerjasama dengan kalian selama ini,
banyak moment bersama kalian yang terukir di hatiku. Thanks guys...
15.Teman-teman farmasi : Prima, Dewi, Imel, Feli, Siska S., semua teman FST
dan FKK 2005 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu untuk
kebersamaannya selama beberapa tahun terakhir ini. Banyak kenangan indah
bersama kalian yang terukir di hatiku.
16.Teman-teman kos : Mena, Mely, Esti, Aga, Ana, Puti, Titik, Flora untuk
semangat, dukungan, keceriaan dan penghiburannya selama ini. Senang
bersama kalian. Keceriaan kalian membuatku semangat.
17.Teman-teman KKN angkatan 37 kelompok 10 : Nova, Linna, Desi, Ferra,
Mayang, Totok, Pujo, Marshel yang telah banyak membantu dalam
menyelesaikan naskah skripsi ini di lokasi KKN. Thank you very much.
18.Segenap karyawan dan laboran Laboratorium : Pak Musrifin, Mas Otok, Mas
Agung, Mas Iswandi, Mas Punto, Pak Parlan untuk bantuannya selama
penelitian.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis menharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan.
INTISARI
Penelitian dilakukan dalam rangka optimasi formula granul effervescent
teh hijau dengan kandungan epigallocathecin gallate (EGCG) sebagai zat aktifnya. Dalam Formula ini digunakan asam tartrat sebagai sumber asam dan natrium bikarbonat sebagai sumber basa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang dominan diantara asam tartrat, natrium bikarbonat dan interaksinya dalam menentukan sifak fisik granul effervescent, dan untuk memperoleh area komposisi optimum dari asam-basa yang diteliti.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimental murni. Sediaan granul effervescent diuji sifat fisik yang meliputi kecepatan alir, kandungan lembab, waktu larut dan pH larutan. Desain faktorial digunakan untuk menentukan faktor yang dominan dalam menentukan respon granul. Tingkat signifikansi pengaruh setiap faktor (asam tartrat, natrium bikarbonat) dan interaksi keduanya terhadap respon sifat fisik granul effervescent dianalisis menggunakan analisis statistik Yate’s treatment dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil analisis desain faktorial menunjukkan bahwa asam tartrat dominan dalam menentukan waktu larut granul effervescent, sedangkan natrium bikarbonat dominan dalam menentukan pH larutan granul effervescent. Interaksi faktor asam tartrat dengan natrium bikarbonat dominan dalam menentukan kandungan lembab. Hasil penelitian menunjukkan tidak ditemukan superimposed contour plot yang memenuhi persyaratan sebagai komposisi optimum campuran asam tartrat dan natrium bikarbonat dalam granul effervescent ektrak teh hijau.
Kata kunci : ekstrak teh hijau, EGCG, granul effervescent, asam tartrat, natrium bikarbonat, desain faktorial
ABSTRACT
This study was conducted in optimizinggreen tea granule effervescent formula with EGCG as active ingredient. In this formula, tartaric acid is used as acid source and sodium bicarbonate as base source. The aims of this study were to observe the dominant effect among tartaric acid, sodium bicarbonate and the interaction between tartaric acid and sodium bicarbonate on the effervescent granule properties, and to obtain the composition on area of acid-base which was observe.
This research was a pure experimental study. The effervescent granule was observed its physical property evaluation such as flow rate, moisture content, solution pH and dissolution time. Factorial design was used to determine which factor was dominant in effervescent granule response. Yate’s treatment statistic analysis with 95% confident level was carried out to analyze the significant level of the effect the factors (tartaric acid, sodium bicarbonate) and the interaction between tartaric acid and sodium bicarbonate to the responses
In terms of factorial design analysis, tartaric acid was dominant in affecting the dissolution time of effervescent granule response while sodium bicarbonate was dominant in affecting the solution pH of granule. The interaction between tartaric acid and sodium bicarbonate was dominant in affecting the moisture content. Based on the result of study, it was not find the superimposed contour plot which fulfilled the specification as optimum composition of tartaric acid and sodium bicarbonate mixture in green tea extract effervescent granule.
Key words : green tea extract, EGCG, effervescent granule, tartaric acid, sodium bicarbonate, factorial design
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN PUBLIKASI... v
PRAKATA... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ... ix
INTISARI... x
ABSTRACT... xi
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR GAMBAR... ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
BAB I. PENDAHULUAN... ... 1
A.Latar Belakang... 1
1. Perumusan Masalah ... 3
2. Keaslian Penelitian... 3
3. Manfaat Penelitian ... 4
a. Manfaat praktis... 4
b. Manfaat metodologis... 4
B. Tujuan Penelitian ... 4
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 6
A. Teh Hijau ... 6
1. Keterangan Botani... 6
2. Sinonim ... 6
3. Nama Daerah... 6
4. Kegunaan dan kandungan kimia ... 6
B. Granul Effervescent... 8
C. Granulasi Basah ... 10
1. Penggunaan panas ... 10
2.Dengan cairan reaktif ... 10
3.Dengan cairan non reaktif ... 10
D. Pemerian Bahan ... 11
1. Asam tartrat... 11
2. Natrium bikarbonat ... 12
3. Laktosa ... 12
4. Polivinilpirolidon (PVP) ... 13
5. Aspartam ... 13
E. Sifat Fisik Campuran Granul Effervescent... 14
1. Kecepatan Alir ... 14
2. Kandungan Lembab ... 14
3. Waktu larut... 15
4. pH Larutan ... 16
F. Desain Faktorial ... 16
G. Landasan Teori ... 19
H. Hipotesis ... 20
BAB III. METODE PENELITIAN ... 21
A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 21
B. Variable Penelitian... 21
C. Definisi Operasional ... 22
D. Alat dan Bahan Penelitian ... 23
E.Tata Cara Penelitian ... 24
1. Pemeriksaan kualitas ekstrak teh hijau ... 24
a. Pemeriksaan organoleptis... 24
b. Uji kandungan lembab ekstrak... 24
2. Penentuan dosis ekstrak kering teh hijau ... 24
3. Penentuan level rendah dan level tinggi asam tartrat dan natrium bikarbonat dalam sediaan effervescent... 25
4. Optimasi formula granul effervescent ekstrak teh hijau dengan kombinasi asam sitrat dan basa natrium bikarbonat ... 26
5. Pembuatan granul effervescent... 26
6. Pemeriksaan sifat fisik granul effervescent... 27
a. Kandungan lembab... 27
b. Kecepatan alir... 27
c. Waktu larut ... 27
d. Uji pH larutan... 27
F. Analisis Data ... 28
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29
A. Pemeriksaan kualitas ekstrak teh hijau ... 29
B. Formulasi dan Pembuatan Granul Effervescent... 30
C. Uji Sifat Fisik Campuran Granul Effervescent... 35
1. Kandungan Lembab ... 37
2. . Kecepatan Alir ... 39
3. Waktu Larut ... 42
4. pH Larutan ... 45
D. Optimasi Formula... 49
1. Kandungan lembab ... 49
2. Kecepatan alir... 50
3. Waktu larut... 51
4. pH larutan... 52
E. Prediksi Kandungan Karbondioksida Secara Teoritis ... 54
F. Prediksi Prospek Hasil Penelitian ... 55
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 57
A. Kesimpulan ... 57
B. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
LAMPIRAN... 63
BIOGRAFI PENULIS ... 92
DAFTAR TABEL
Tabel I. Desain formula metode desain faktorial ... 18
Tabel II. Formula granul effervescent ekstrak teh hijau ... 26
Tabel III. Hasil pengukuran sifat fisik granul effervescent ekstrak
teh hijau... 35
Tabel IV. Efek asam tartrat, efek natrium bikarbonat dan efek interaksi antar
keduanya dalam menentukan sifat fisik granul effervescent... 36
Table V. Hasil perhitungan Yate’s Treatment pada respon kandungan
lembab ... 39
Tabel VI. Hasil perhitungan Yate’s Treatment pada respon kecepatan alir .. 42
Tabel VII. Hasil perhitungan Yate’s Treatment pada respon waktu larut ... 44
Tabel VIII Hasil perhitungan Yate’s Treatment pada respon
pH larutan... 48
Tabel IX Hasil perhitungan kadar CO2 total ... 54
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur epicatechin, epicatechin-3-gallat, epigallocatechin,dan
epigallocatechin-3-gallat... 7
Gambar 2 Hubungan pengaruh asam tartrat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap kandungan lembab... 38
Gambar 3 Hubungan pengaruh asam tartrat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap kecepatan alir... 41
Gambar 4 Hubungan pengaruh asam tartrat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap waktu larut... 43
Gambar 5 Hubungan pengaruh asam tartrat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap pH larutan ... 47
Gambar 6 Contour plot kandungan lembab... 50
Gambar 7 Contour plot kecepatan alir... 51
Gambar 8 Contour plot waktu larut ... 52
Gambar 9 Contour plot pH larutan ... 53
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Penimbangan Formula , Notasi dan Formula Desain
Faktorial ... 63
Lampiran 2. Data Kandungan Lembab Ekstrak, Sifat Fisik Granul dan Homogenitas Campuran Granul... 64
Lampiran 3. Perhitungan prediksi kadar CO2 teoritis dalam larutan granul effervescent... 67
Lampiran 4. Perhitungan Efek Sifat Fisik Granul Effervescent... 69
Lampiran 5. Persamaan Regresi... 71
Lampiran 6. Perhitungan Yate’s treatment... 79
Lampiran 7. Certificate of Analisis ... 90
Lampiran 8. Dokumentasi ... 91
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teh adalah salah satu bahan minuman alami yang sangat populer di
masyarakat. Secara umum, berdasarkan proses pengolahannya, teh
diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Salah
satu kandungan yang terdapat di dalam teh adalah senyawa polifenol katekin yaitu
epigalokatekin galat (EGCG) yang bersifat sebagai antioksidan yang paling efektif
sebagai chemoprotective agent (Svobodova, Psotova, dan Walterova, 2003).
Menurut Tuminah (2004) kandungan EGCG pada teh hijau lebih besar
dibanding teh hitam yaitu 20,29 % bobot kering. Hal tersebut disebabkan teh hijau
dibuat dengan cara pemanasan dan penguapan untuk menginaktifkan enzim
polifenol oksidase/fenolase sehingga oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat
dicegah. Sebaliknya, teh hitam dibuat dengan memanfaatkan terjadinya oksidasi
enzimatis terhadap kandungan katekin dalam teh (Hartoyo, 2003). Hal inilah yang
membuat teh hijau yang dikonsumsi mampu melindungi sel-sel tubuh dari
pengaruh radikal bebas yang berperan besar menimbulkan kanker, penyumbatan
pembuluh darah dan gangguan jantung (Liza, 2008).
Pemikiran tersebut melatarbelakangi dilakukannya penelitian tentang
pembuatan bentuk sediaan tertentu menggunakan ekstrak teh hijau. Bentuk
sediaan yang dipilih adalah granul effervescent, mengingat bentuk sediaan ini
memiliki banyak keuntungan dibanding sediaan teh konvensional lainnya seperti
teh celup atau serbuk teh yang perlu diseduh dulu dalam penyiapannya.
Keuntungan sediaan granul effervescent dibanding sediaan tablet konvensional
diantaranya dalam hal penyiapan larutan dalam waktu seketika dan dapat
memberikan onset yang lebih cepat. Selain itu, menghasilkan rasa yang enak
karena adanya gas CO2 yang mampu memperbaiki rasa dan nyaman dalam
penggunaannya (Allen, 2002).
Untuk menghasilkan sediaan effervescent yang berkualitas maka perlu
dilakukan studi formulasi yaitu optimasi untuk sumber asam dan sumber basa.
Sumber basa yang digunakan adalah natrium bikarbonat yang lebih cepat bereaksi
dalam menghasilkan gas CO2 (Rau, 2001) sedang sumber asam yang digunakan
adalah asam tartrat yang dapat meningkatkan fungsi antioksidan bila digunakan
dengan antioksidan lain, dalam hal ini kandungan EGCG dalam teh hijau
(synergist antioxidant) (Allen,1999). Hal ini disebabkan karena jumlah ikatan
hidrogen yang semakin banyak sehingga semakin banyak atom hidrogen yang
dapat diberikan untuk menstabilkan O radikal . Asam tartrat juga sering
digunakan dalam sediaan effervescent karena kelarutannya yang tinggi dalam air,
yaitu satu bagian asam dalam satu bagian air (Avani, Tejal, Dua dan Renuka,
2006).
Optimasi formula dilakukan dengan metode desain faktorial. Dengan
metode desain faktorial dapat diketahui faktor yang dominan dalam
mempengaruhi sifat fisik granul effervescent teh hijau dan interaksi antara
dengan superimposed contour plot sehingga akan diperoleh formula sediaan
granul effervescent yang memenuhi syarat kualitas.
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan
penelitian ini yaitu :
1. Apakah ekstrak teh hijau dapat diformulasikan menjadi sediaan granul
effervescent yang memenuhi persyaratan kualitas dengan rasa yang enak ?
2. Manakah diantara asam tartrat, natrium bikarbonat dan interaksi asam
tartrat-natrium bikarbonat yang bersifat dominan dalam menentukan masing-masing
sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau?
3. Apakah ditemukan area superimposed contour plot campuran asam
tartrat-natrium bikarbonat yang diprediksi sebagai formula optimum sediaan granul
effervescent ekstrak teh hijau ?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran penulis, penelitian tentang optimasi formula granul
effervescent teh hijau dengan kombinasi asam tartrat dan natrium bikarbonat
dengan metode desain faktorial belum pernah dilakukan. Ada penelitian sejenis
yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Nugroho (2005), yang berjudul Optimasi Komposisi Asam Tartrat
dan Sodium Bikarbonat dalam Tablet Effervescent Ekstrak Kunyit (Curcuma
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk mengetahui asam tartrat,
natrium bikarbonat atau interaksinya yang dominan berpengaruh pada sifat-sifat
fisik granul effervescent serta dapat mengetahui area optimum yang diprediksi
sebgai komposisi optimum yang diprediksi sebagai komposisi optimum campuran
asam tartrat dan natrium bikarbonat yang dapat menghasilkan granul effervescent
dengan sifat fisik yang memenuhi persyaratan.
b. Manfaat metodologis
Penelitian ini juga dapat memberikan pengetahuan tentang penerapan
metode optimasi, khususnya desain faktorial, dalam optimasi granul effervescent
ekstrak teh hijau.
B. Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan formula
optimum granul effervescent teh hijau yang memenuhi persyaratan sifat fisik
granul effervescent. Secara khusus penelitian ini bertujuan :
a. Mengetahui apakah granul yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan sifat
fisik granul effervescent ekstrak teh hijau.
b. Mengetahui pengaruh asam tartrat, natrium bikarbonat dan interaksi keduanya
c. Menemukan area superimposed contour plot campuran asam tartrat-natrium
bikarbonat yang diprediksi sebagai formula optimum sediaan granul
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Teh Hijau 1. Keterangan botani
Menurut Tuminah (2004) tanaman teh Camellia sinensis L. termasuk
dalam famili Camelliaceae.
2. Sinonim
Camellia bohea Griff., C. theifera Dyer., Thea sinensis l., T. assamica
Mast., T. cochinchinensis Lour., T. chinensis Sims., T. viridis L. (Dalimartha,
2003).
3. Nama daerah
Enteh (Sunda)
4. Kegunaan dan kandungan kimia
Teh hijau dibuat dengan menginaktifasi enzim oxidase atau fenolase
yang ada dalam pucuk daun teh segar, dengan cara pemanasan atau penguapan
menggunakan uap panas, sehingga oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat
dicegah. (Hartoyo, 2003). Zat bioaktif utama dalam teh hijau merupakan polifenol
golongan flavonoid yaitu flavanol tipe katekin, antara lain (-)-Epicatechin,
(-)-Epigallocatechin, (-)- Epicatechin 3-gallate, (-)-Epigallocatechin 3-gallate (EC,
EGC, ECG dan EGCG) serta flavonol seperti kuersetin. Keempat tipe katekin
tersebut merupakan antioksidan utama dalam teh hijau. EGCG merupakan
60-70% dari jumlah keseluruhan katekin (Svobodova et al., 2003).
Chemoprotective agent adalah suatu senyawa kimia yang mampu mencegah atau
mengurangi resiko tejadinya kanker.
Gambar 1. Struktur epicatechin, epicatechin-3-gallat, epigallocatechin,dan epigallocatechin-3-gallat (Svobodova et al., 2003)
EGCG merupakan suatu senyawa crystalline yang tidak higroskopis.
Kelarutan EGCG yang tertinggi dalam aqueous jika berada antara pH 5-7.
Kestabilan EGCG diamati melalui suatu penelitian dengan konsentrasi EGCG 10
mg/ml pada range pH 4-9, hasilnya stabilitas tertinggi dari EGCG diperoleh jika
berada pada pH 5. EGCG juga memiliki kompatibilitas yang baik dengan berbagai
macam eksipien, sehingga sangat dimungkinkan untuk dikembangkan menjadi
dihasilkan bahwa senyawa EGCG tidak sensitif terhadap cahaya (Kellar, Poshini,
He, Addo, Payne, 2005).
Beberapa penelitian menggunakan teh menunjukkan bahwa senyawa
polifenol antioksidan (seperti katekin dan flavonol) yang terkandung dalam teh
mempunyai sifat antikarsinogenik pada hewan dan manusia. Selain itu flavonoid
dapat menghambat oksidasi LDL, melindungi endotel dari berbagai luka yang
disebabkan oleh radikal bebas serta mencegah aterosklerosis yang dapat
menyumbat lumen arteri (Tuminah, 2004).
EGCG yang merupakan antioksidan paling efektif dalam teh hijau
mampu menghambat pertumbuhan sel kanker dengan menghambat aktivitas
protein tyrosine kinase (PTK) yang berperan dalam pertumbuhan sel kanker (Lin,
Lin, Liang, Chen, dan Lin-Shiau, 2000). EGCG juga dapat mencegah terjadinya
kanker dengan cara meningkatkan sistem perbaikan DNA khususnya O6-
alkilguanin-DNA alkiltransferase (AGT) yang sangat berperan terhadap
penghambatan inisiasi karsinogenesis (Hartoyo, 2003).
B. Granul Effervescent
Granul effervescent adalah granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali
dan mengandung unsur obat dalam campuran kering biasanya terdiri dari unsur
asam (asam tartrat, asam tartrat, asam fumarat) dan unsur basa (natrium karbonat,
natrium bikarbonat) yang ditambahkan dengan air, asam dan basanya bereaksi
membebaskan karbondioksida sehingga menghasilkan buih (Ansel, 1989). Hal
karbondioksida yang dihasilkan dari reaksi kimia saat granul asam kontak dengan
granul basa dalam air (Rau, 2001).
Keuntungan granul effervescent sebagai bentuk sediaan adalah penyiapan
larutan dalam waktu seketika dengan onset yang cepat, mampu menghasilkan rasa
yang enak karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa beberapa
obat tertentu serta mudah untuk digunakan dan nyaman bagi pasien yang sukar
menelan (Lindberg, Engfors dan Ericson, 1992). Keuntungan sediaan effervescent
lainnya yaitu mempercepat kelarutan obat yang sukar larut dalam air karena
adanya gas karbondioksida yang dapat membantu mempercepat proses pecahnya
granul(Avani et al., 2006) daripada sediaan tablet konvensional.
Adapun kerugian dari granul effervescent adalah harganya yang relatif
mahal. Hal ini disebabkan karena jumlah yang besar dari eksipien yang harganya
mahal dan fasilitas produksi yang khusus. Pada pembuatan sediaan effervescent
timbul kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara kimia, dan
adanya kandungan lembab selama proses produksi dapat menyebabkan reaksi
effervescent yang prematur (Lindberg et al., 1992). Selain itu karena luas
permukaan granul yang besar maka kereaktifannya akan lebih besar sehingga
dapat menimbulkan masalah kestabilan saat proses produksi (Allen, 2002). Untuk
menjaga kualitas granul effervescent pada penyimpanan perlu pengemasan secara
C. Granulasi Basah
Granulasi bisa memperbaiki sifat alir campuran dan untuk memperbaiki
kompresibilitas campuran (Aulton dan Summer, 2002). Prinsip pembuatan granul
effervescent pada dasarnya sama dengan pembuatan granul konvesional, dimana
pada metode ini melibatkan pencampuran bahan-bahan kering dengan suatu bahan
pengikat untuk menghasilkan massa granul. Granulasi basah pada effervescent
dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu dengan penggunaan panas, dengan
cairan non reaktif dan dengan cairan reaktif (Mohrle, 1989).
1. Penggunaan panas
Penggunaan panas merupakan metode klasik dalam granulasi
effervescent. Metode ini membutuhkan pembebasan air dari bahan hidrat pada
temperatur rendah untuk membentuk massa granul yang liat. Proses ini sulit
dikontrol untuk mendapatkan hasil yang sama karena tergantung pada pelepasan
air bahan-bahan yang dipakai dan temperatur.
2. Dengan cairan reaktif
Salah satu cairan penggranul yang efektif adalah air. Kenyataannya,
reaksi effervescent dapat terjadi dengan adanya air, oleh karena itu diperlukan
kontrol selama proses. Massa granul yang terbentuk harus segera dikeringkan
untuk menghindari reaksi effervescent dini.
3. Dengan cairan non reaktif
Metode granulasi basah dalam pembuatan sediaan effervescent pada
penelitian ini adalah dengan penambahan cairan non reaktif, dalam hal ini
pengikat pada proses granulasi. Pengikat yang larut dalam alkohol seperti PVP
dapat dilarutkan terlebih dahulu dalam alkohol sehingga didapat cairan pengikat
yang digunakan sebagai pengikat dalam proses granulasi basah. Pengikat yang
seperti ini biasanya lebih efektif penggunaannya dan dapat digunakan dalam
konsentrasi rendah (Mohrle, 1989). Secara umum binding action akan lebih
efektif ketika bahan pengikat ditambahkan dalam bentuk larutan. Larutan PVP
dalam alkohol biasa digunakan untuk granulasi bahan-bahan yang larut air
(Khankari dan Hontz, 1997).
Metode granulasi basah menguntungkan dalam penggunaannya karena
serbuk halus yang dibuat menjadi granul akan memberikan sifat alir yang baik,
sehingga pengisian ke kemasan menjadi konstan dan akan dihasilkan bobot yang
seragam. Kelemahan metode granulasi basah adalah memerlukan peralatan dan
penanganan khusus seperti pengaturan kelembapan ruangan sehingga didapat
sediaan effervescent yang memneuhi persyaratan serta tenaga cukup besar (Parrot,
1990).
D. Pemerian Bahan
Pemerian bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan granul
effervescent adalah :
a. Asam tartrat
Asam tartrat yang dikeringkan di atas fosfor pentoksida p selama 3 jam
mengandung tidak kurang dari 99,7% dan tidak lebih dari 100,5% C4H6O6. Asam
berbau, rasa asam dan stabil di udara. Kelarutannya sangat mudah larut dalam air
dan mudah larut dalam etanol (Anonim, 1995). Satu bagian asam tartrat terlarut di
dalam kurang dari 1 bagian air. Asam tartrat mengabsorbsi kelembapan secara
signifikan pada kelembaban relatif di atas 75%. Pada kelembaban relatif antara
65-75%, asam tartrat mengabsorbsi kelembaban secara tidak signifikan (Lindberg
et al., 1992).
b. Natrium bikarbonat
Natrium bikarbonat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih
dari 100,5% NaHCO3 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Berupa
serbuk hablur, stabil di udara kering, tetapi dalam udara lembab secara perlahan
terutai, bersifat basa (Anonim, 1995). Natrium bikarbonat biasa digunakan dalam
formula effervescent dan dapat menghasilkan larutan yang jernih setelah
mengalami disintegrasi karena sifatnya yang larut sempurna dalam air (Mohrle,
1989). Konsentrasi natrium bikarbonat yang biasa digunakan pada sediaan
effervescent adalah 25-50% (Rowe, Sheskey dan Owen, 2006). Natrium
bikarbonat akan mengalami dekomposisi jika dipanaskan sampai lebih dari 65oC
dan akan berubah menjadi natrium karbonat jika dipanaskan lebih dari 50oC
(Lindberg et al., 1992). Oleh karena itu dalam penyimpanannya, natrium
bikarbonat disimpan dalam oven yang suhunya telah diatur 40oC.
c. Laktosa
Laktosa dalam bentuk anhidrat atau mengandung satu molekul air hidrat.
Merupakan serbuk atau massa hablur, keras, putih krem, tidak berbau, rasa sedikit
lebih mudah larut dalam air mendidih. Sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut
dalam kloroform dan eter (Anonim,1995). Laktosa memiliki sifat bahan pengisi
yang baik, antara lain dapat larut dalam air, rasanya enak, non higroskopis, tidak
reaktif dan menunjukkan kompaktibilitas yang baik (Alderborn, 2002).
d. Polivinilpirolidon (PVP)
PVP merupakan polimerasi dari 1-vinilpirolid-2-on. Bentuknya berupa
serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau tidak berbau dan
higroskopis. PVP mudah larut dalam air, etanol (95%), dan dalam kloroform P.
Kelarutan tergantung pada bobot rata-rata dan tidak larut dalam eter P (Anonim,
1979). Sifat ikatan PVP meningkat seiring dengan semakin meningkatnya berat
molekul, sehingga viskositasnya semakin meningkat. Hal ini dinyatakan dengan
nilai K. Ikatan antar partikel yang paling kuat dibentuk oleh PVP dengan berat
molekul paling tinggi (Karsa and Stephenson, 2000). Konsentrasi PVP yang biasa
digunakan sebagai bahan pengikat adalah 0,5 – 5% (Rowe et al., 2006).
e. Aspartam
Aspartam merupakan pemanis yang berupa serbuk kristal halus berwarna
putih yang larut dalam air. Kekuatan kemanisannya 180-200 kali lebih besar
daripada sukrosa. Berdasarkan WHO, dosis yang diijinkan untuk penggunaan tiap
hari maksimal 40 mg/kg BB (Rowe et al., 2006). Aspartam stabil pada pH sekitar
E. Sifat Fisik Granul Effervescent
Uji sifat fisik granul perlu dilakukan untuk mengetahui granul yang
dihasilkan telah memenuhi sifat fisik yang baik atau tidak. Uji sifat fisik granul
effervescent yang dilakukan diantaranya kecepatan alir, kandungan lembab granul,
waktu larut dan pH.
1. Kecepatan alir
Pengukuran sifat alir dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode
tidak langsung dan metode langsung. Metode tidak langsung terdiri dari
penentuan sudut istirahat, penentuan shear cell, dan pengukuran densitas bulk.
Metode langsung terdiri dari kecepatan alir hopper dan recording flowmeter
(Staniforth, 2002).
Kecepatan alir hopper merupakan metode yang sering digunakan untuk
mengukur sifat alir. Metode ini merupakan metode sederhana dalam menentukan
sifat alir secara langsung dengan mengukur kecepatan serbuk yang keluar dari
hopper. Penutup sederhana diletakkan di atas saluran keluar hopper dan hopper
diisi dengan serbuk. Penutup kemudian digerakkan dan dicatat waktu yang
diperlukan seluruh serbuk untuk keluar (Staniforth, 2002). Menurut Guyot dalam
Fudholi (1983), apabila waktu yang diperlukan oleh 100 gram serbuk untuk
mengalir lebih lama dari 10 detik akan mengalami kesulitan pada waktu
pentabletan.
2. Kandungan lembab
Kelembaban merupakan hal yang penting dalam pembuatan sediaan
di dalam ruangan dengan kelembaban relatif yang rendah, yaitu di bawah 25%
(Mohrle, 1989).
Keseimbangan kandungan air dapat mempengaruhi aliran dan
karakteristik kompresi serbuk, kekerasan granul, serta stabilitas obat. Persyaratan
kandungan lembab untuk granul effervescent antara 0,4-0,7% dan mudah hancur
dalam air (Fausett, Gayser dan Dash, 2000). Kandungan lembab yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan reaksi prematur dalam sistem effervescent (Mohrle,
1989).
3. Waktu larut
Sediaan effervescent yang baik diharapkan terlarut kurang dari 150 detik
(Wehling dan Fred, 2004) membentuk larutan jernih. Dengan kata lain residu
yang tidak larut harus seminimal mungkin. Waktu larut granul effervescent akan
lebih lama dibandingkan dengan waktu larut tablet effervescent, dimana jarak
antara asam dan basa pada tablet akibat kompresi saat pembuatan tablet
berdekatan sehingga menyebabkan tablet lebih cepat terlarut. Oleh karena itu,
waktu larut granul effervescent diharapkan juga kurang dari 150 detik (Wehling
dan Fred, 2004) walaupun waktu larut granul lebih lama daripada tablet
effervescent.
Waktu larut granul effervescent dapat terhalangi oleh jumlah bahan yang
tidak larut air dan bahan pengikat yang terlalu banyak. Kelarutan juga dipengaruhi
oleh kondisi jenuh larutan dari asam atau basa yang digunakan. Jika asam terlarut
sempurna, demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu jumlah asam dan basa perlu
diperhatikan dalam pembuatan formula (Lindberg et al., 1992).
4. pH larutan
pH dalam larutan merupakan salah satu karakteristik utama dalam
sediaan efffervescent. Konsistensi pH larutan pada berbagai batch memberikan
indikasi bahwa distribusi bahan-bahan dalam proses pembuatan sediaan
effervescent homogen. Adanya variasi pH larutan yang besar menandakan bahwa
campuran bahan atau granul asam-basa tidak homogen. pH larutan juga
merupakan parameter yang penting karena dapat mempengaruhi rasa dari larutan
effervescent (Avani et al., 2006).
Uji pH dilakukan dengan memasukkan pH meter elektrik ke dalam
larutan granul effervescent. Pengukuran pH larutan seharusnya diukur pada waktu
yang spesifik karena pH larutan dapat berubah. EGCG dalam larutan effervescent
paling stabil pada larutan dengan pH 5, sedang EGCG sangat mudah larut pada
larutan dengan pH 5-7 (Kellar et al, 2003).
F. Desain Faktorial
Desain faktorial digunakan untuk menentukan dominasi relatif dari suatu
faktor dalam sebuah penelitian. Selain mengevaluasi setiap faktor, desain faktorial
juga dapat digunakan untuk mengevaluasi ada tidaknya interaksi antar faktor yang
mempengaruhi hasil penelitian (Ostle, 1956). Adanya interaksi dapat dilihat dari
grafik hubungan respon dan level dari faktor. Jika kurva menunjukkan garis
menentukan respon. Jika kurva menunjukkan garis yang tidak sejajar maka dapat
dikatakan bahwa ada interaksi antar eksipien dalam menentukan respon (Bolton,
1997).
Desain faktorial dengan dua faktor dan dua level berarti ada dua faktor
(misal A dan B) yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda,
yaitu level rendah dan level tinggi. Jumlah percobaan untuk penelitian desain
faktorial dihitung dari jumlah level yang digunakan dalam penelitian,
dipangkatkan dengan jumlah faktor yang digunakan. Jumlah penelitian untuk
penelitian dengan dua level dan dua faktor adalah 22 = 4 (Bolton, 1997).
Optimasi campuran dua bahan (berarti ada dua faktor) dengan desain
factorial (two levels factorial design) dilakukan berdasarkan rumus:
Y = b0 + b1(X1) + b2(X2) + b12(X1)(X2)...(1)
Y = respon hasil yang diamati
X1, X2 = level bagian A dan B, yang nilainya tertentu dari minimal sampai
maksimal
b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan
b0 = rata-rata dari semua percobaan
Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat formula
(2n =4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan faktor), yaitu formula (1)
A dan B masing-masing pada level rendah, formula (a) A pada level tinggi dan B
pada level rendah, formula (b) A pada level rendah dan B pada level tinggi, dan
formula (ab) A dan B masing-masing pada level tinggi (Bolton, 1997). Desain
Tabel I. Desain formula metode desain faktorial
Keterangan :
- = level rendah
+ = level tinggi
Dari rumus (1) dapat dibuat contour plot suatu respon tertentu yang
sangat berguna dalam memilih campuran yang optimum. Untuk mengetahui
besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksinya dapat diperoleh
dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan rata-rata
respon pada level rendah (Bolton, 1997). Konsep perhitungan efek menurut
Bolton (1997) sebagai berikut :
Efek faktor A =
{
(
) (
)
}
2 1 b ab
a+ − +
Efek faktor B =
{
(
) (
)
}
21 a ab
b+ − +
Efek interaksi =
{
(
) (
})
21 a b
ab+ − +
Keuntungan utama dari desain faktorial adalah dapat mengidentifikasi
efek dari masing-masing faktor, maupun efek interaksi antar faktor. Dengan
desain faktorial, kontrol terhadap penelitian yang dilakukan dapat ditingkatkan
secara ekonomis dengan mengurangi jumlah penelitian dibandingkan jika dua
faktor diteliti secara terpisah (Muth, 1999).
G. Landasan Teori
Teh hijau mengandung EGCG yang efektif sebagai antioksidan.
Kefektifannya sebagai antioksidan inilah yang menyebabkan teh hijau diminati
oleh banyak orang. Salah satu bentuk sediaan yang diminati oleh banyak orang
adalah minuman effervescent yang menghasilkan rasa enak karena adanya basa
karbonat penghasil gas CO2 yang mampu memperbaiki rasa dan nyaman dalam
penggunaannya. Untuk menghasilkan minuman penghasil CO2 maka salah satu
bentuk sediaan padat yang dapat digunakan adalah bentuk granul effervescent.
Keuntungan granul effervescent sebagai suatu sediaan obat dibanding
sediaan tablet konvensional adalah absorbsinya yang cepat sehingga dapat
menghasilkan efek obat yang cepat pula, penyiapan larutan yang cepat serta
memberikan kemudahan bagi orang yang sukar menelan. Untuk memenuhi syarat
kualitas mutu, maka parameter sifat fisiknya harus memenuhi standar. Sifat fisik
dapat diukur menggunakan parameter kecepatan alir, kandungan lembab, waktu
larut dan pH larutan.
Faktor yang akan dioptimasi dalam penelitian ini adalah komposisi asam
tartrat dan natrium bikarbonat. Asam tartrat yang sangat mudah larut dalam air,
dapat meningkatkan fungsi antioksidan bila digunakan bersama dengan
antioksidan lain. Natrium bikarbonat merupakan sumber basa yang cepat beraksi
diharapkan dapat mengevaluasi secara obyektif efek dari asam tartrat, natrium
bikarbonat dan interaksi keduanya serta dapat digunakan untuk memprediksi area
komposisi optimum dalam formula granul effervescent yang digunakan.
H. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan dan pengaruh
dominan antara asam tartrat, natrium bikarbonat, atau interaksi keduanya dengan
respon sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau. Hipotesis didapat
berdasarkan penggunaan Yate’s treatment dalam analisis statistik dengan respon
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimental murni
menggunakan desain faktorial yaitu dengan mencari komposisi optimum asam
tartrat dan natrium bikarbonat sehingga dihasilkan granul effervescent yang
mempunyai sifat fisik yang baik.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah level rendah dan level tinggi
asam tartrat (1 gram dan 1,6 gram) dan natrium bikarbonat (1,092 gram dan 1,793
gram).
2. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini meliputi sifat fisik granul
effervescent (kecepatan alir, kandungan lembab, waktu larut, pH larutan).
3. Variabel pengacau terkendali
Variabel pengacau terkendali meliputi kelembaban relatif ruangan (± RH
55%, suhu ruangan (± 18oC), suhu pengeringan bahan dan granul effervescent
(40oC), lama pencampuran serbuk (20 menit) dan granul (1 menit), alat untuk
C. Definisi Operasional
a. Granul effervescent ekstrak teh hijau adalah suatu sediaan padat yang
mengandung zat aktif dari ekstrak teh hijau, juga terdiri dari sumber asam
(asam tartrat) dan sumber basa (natrium bikarbonat) yang bereaksi cepat pada
penambahan air dengan menghasilkan gas CO2.
b. Dalam formula sediaan granul effervescent, asam tartrat digunakan sebagai
sumber asam sedangkan natrium bikarbonat sebagai sumber basa.
c. Ekstrak teh hijau adalah ekstrak kering dari teh hijau yang diperoleh dari PT.
Sido Muncul yang mengandung EGCG sebesar 7,14%.
d. Desain faktorial adalah metode optimasi yang memungkinkan untuk
mengetahui efek dominan dari komponen formula dalam menentukan sifat
fisik granul serta dapat digunakan untuk menentukan area optimum asam
tartrat-natrium bikarbonat berdasarkan superimposed contour plot yang
diprediksi sebagai formula optimum terbatas pada level yang diteliti.
e. Faktoradalah setiap besaran yang mempengaruhi respon, dalam penelitian ini
digunakan 2 faktor yaitu asam tartrat sebagai faktor A dan natrium bikarbonat
sebagai faktor B.
f. Level adalah nilai atau tetapan untuk faktor, dalam penelitian ini terdapat dua
level, yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah asam tartrat dinyatakan
dalam jumlah bahan sebanyak 1 g sedangkan level tinggi sebanyak 1,6 g.
Level rendah natrium bikarbonat dinyatakan dalam jumlah bahan sebanyak
g. Respon adalah besaran yang dapat dikuantifikasikan dan diamati. Dalam
penelitian ini respon adalah hasil percobaan sifat fisik granul effervescent
(kecepatan alir, kandungan lembab, waktu larut dan pH larutan).
h. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi level dan faktor.
Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon
pada level rendah dan rata-rat pada level tinggi.
i. Formula optimum granul effervescent adalah komposisi bahan penyusun
granul (asam tartrat dan natrium bikarbonat) yang menghasilkan granul
effervescent yang memenuhi persyaratan sifat fisik sebagai berikut memiliki
kecepatan alir (> 10 g/detik), kandungan lembab (0,4%-0,7%), waktu larut
(60-150 detik) dan pH larutan (5-7).
j. Kandungan lembab diukur dengan menggunakan perhitungan selisih antara
bobot awal dengan bobot konstan dimana kandungan lembab diasumsikan
sebagai kandungan lembab total dalam granul effervescent atau ekstrak teh
hijau.
D. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat
Alat-alat gelas (Pyrex), neraca elektrik (Mettler Toledo GB 3002), alat
pengukur waktu alir, moisture analyzer (Sinar TM IR Balance 6100), stopwatch
(Illuminator, Casio), pengayak granul (Laboratory Science, IML), oven
(Memmert), Refrigerator (Toshiba), dehumidifier (OASIS D125), Air Conditioner
2. Bahan
Ekstrak teh hijau, laktosa (kualitas farmasetik, Brataco), asam tartrat
(kualitas farmasetik, Brataco), natrium bikarbonat (kualitas farmasetik, Brataco),
aspartam (kualitas farmasetik, Brataco), PVP K30 (kualitas farmasetik), (kualitas
farmasetik), etanol 96% (Brataco).
E. Tata Cara Penelitian 1. Pemeriksaan kualitas ekstrak teh hijau, meliputi : a. Pemeriksaan organoleptis
Pemeriksaan organoleptis meliputi warna, bau, dan konsistensi ekstrak teh hijau.
b. Uji kandungan lembab ekstrak
Uji dilakukan dengan menggunakan alat moisture analyzer.
2. Penentuan dosis ekstrak kering teh hijau
Dosis tiap sachet granul effervescent sebagai antioksidan, yaitu
mengandung 35 mg epigallocatechin gallat (Sahelian, 2005). Kandungan EGCG
dalam ekstrak kering teh hijau adalah 7,14%. Untuk mendapatkan 35 mg EGCG
dibutuhkan 500 mg ekstrak kering teh hijau. Hasil tersebut berasal dari
perhitungan :
3. Penentuan level rendah dan level tinggi asam tartrat dan natrium bikarbonat dalam sediaan effervescent
Komposisi asam yang paling baik untuk sediaan effervescent adalah
25-40% dari bobot formula (Wehling dan Fred, 2004). Oleh karena itu, pada
penelitian ini level rendah asam tartrat adalah 25% sedang level tinggi asam
adalah 40% dari bobot formula sebesar 4 gram. Untuk perhitungan level
rendah-tinggi basa natrium bikarbonat dengan persamaan stoikiometri. Perhitungannya
sebagai berikut :
Persamaan reaksi : 2 NaHCO3 + C4H6O6 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H4O6
BM Asam tartrat =150 ; BM Natrium bikarbonat = 84
a. Level rendah
mol g
g g
x 6,67.10 3
150 1 1 4 100
25 = ⇒ = −
2 NaHCO3 + C4H6O6 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H4O6
0,013 mol 6,67 . 10-3 mol
Massa NaHCO3 = 0,013 mol x 84 = 1,092 gram
Jadi, level rendah asam tartrat (C6H8O7)= 1 gram dan level rendah untuk basa
natrium bikarbonat (NaHCO3) = 1,092 gram.
b. Level tinggi
mol g
g g
x 1,067.10 2
150 6 , 1 6 , 1 4 100
40 = ⇒ = −
2 NaHCO3 + C4H6O6 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H4O6
2,134.10-2mol 1,067.10-2mol
Jadi, level tinggi untuk asam tartrat (C6H8O7)= 1,6 gram dan level tinggi untuk
basa natrium bikarbonat (NaHCO3) = 1,793 gram.
4. Optimasi formula granul effervescent ekstrak teh hijau dengan kombinasi asam tartrat dan basa natrium bikarbonat
Tabel II. Formula granul effervescent ekstrak teh hijau Formula
Bahan (mg)
1 a b ab
Ekstrak teh hijau 500 500 500 500 Asam Tartrat 1000 1600 1000 1600 Natrium bikarbonat 1092 1092 1793 1793 Laktosa 728 728 728 728 Polivinilpirolidon 3% 24 24 24 24
Aspartam 80 80 80 80
5. Pembuatan granul effervescent
Granul effervescent dibuat secara terpisah antara granul asam dan granul basa
untuk menghindari reaksi effervescent dini. Sebagai larutan pengikat dilarutkan
PVP dalam etanol 96% dengan konsentrasi 3%. Sebelum digunakan masing-
masing bahan (selain PVP) diayak terlebih dahulu dengan menggunakan ayakan
nomor 50, kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven suhu ±40oC selama
2 hari. Laktosa dicampur baik pada granul asam maupun granul basa. Aspartam
tidak dicampurkan pada granul asam hanya pada granul basa. Semua bahan
serbuk dicampur dengan cube mixer selama 20 menit dengan kecepatan 20 rpm.
Granul yang terbentuk dikeringkan dalam oven dengan suhu ±40oC sampai
mencapai bobot konstan kemudian diayak dengan ayakan no 16/20 untuk
6. Pemeriksaan sifat fisik granul effervescent
a. Kandungan lembab
Dengan alat moisture balance, dimasukkan minimal 5 gram campuran
granul asam dan basa dalam alumunium foil. Pengeringan pada suhu 1050C
selama 15 menit atau sampai bobot konstan, akan didapat persen kadar air. Syarat
kadar air granul effervescent antara 0,4-0,7 % (Fausett et al., 2000).
b. Kecepatan alir
Granul ditimbang 100 gram kemudian dituang perlahan-lahan melalui
tepi corong. Waktu yang diperlukan sampai semua granul keluar dari corong
dicatat sebagai waktu alir. Kecepatan alir dihitung dari waktu yang dibutuhkan
oleh tiap 100 gram granul mengalir.
c. Waktu larut
Sejumlah granul tiap formula dilarutkan ke dalam 200 ml aquadest.
Waktu larut dihitung dengan stopwatch mulai dari granul tercelup ke dalam
aquadest sampai semua granul terlarut. Kelarutan granul dalam aquadest dibantu
dengan pengadukan sebanyak 20 kali. Catat waktu yang dibutuhkan granul untuk
larut dalam air dengan menggunakan stopwatch (Mohrle,1989).
d. pH Larutan
Sejumlah granul sesuai bobot tiap formula yang sudah dilarutkan ke
dalam 200 ml air pada suhu 20-25°C, diukur pH larutan dengan menggunakan pH
meter setelah tidak lagi terjadi reaksi effervescent, yang ditandai dengan tidak lagi
F. Analisis Data
Data uji sifat fisik granul effervescent yang terkumpul dianalisis dengan
perhitungan efek menurut desain faktorial untuk mengetahui efek yang dominan
dalam menentukan sifat fisik granul effervescent. Formula komposisi asam-basa
yang optimum, yaitu antara asam tartrat dengan natrium bikarbonat, diperoleh dari
penggabungan superimposed contour plot.
Analisis statistik Yate’s treatment dilakukan untuk mengetahui perbedaan
respon yang terjadi pada dua level asam-basa yang berbeda dan mengetahui
adanya interaksi antara asam-basa yang diteliti. Berdasarkan analisis statistik ini
maka dapat ditentukan ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari setiap
faktor dan interaksi terhadap respon. Hal tersebut dapat dilihat dari F hitung dan F
tabel. Sebelumnya ditentukan hipotesis terlebih dahulu. Hipotesis alternatif (Hi)
yaitu terdapat hubungan antara faktor (asam tartrat, natrium bikarbonat, dan
interaksi keduanya) dengan respon. Hipotesis null (Hnull) merupakan negasi Hi,
yaitu tidak ada hubungan. Hi diterima dan H null ditolak apabila nilai Fhitung lebih
besar daripada nilai Ftabel. Taraf kepercayaan yang digunakan untuk uji statistik
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan kualitas ekstrak teh hijau
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah serbuk ekstrak teh
hijau yang berasal dari PT Sido Muncul. Serbuk ini telah mengalami pemeriksaan
kandungan senyawa kimia. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya COA
(Certificate of Analysis) yang telah dilampirkan pada saat penerimaan serbuk teh
hijau dari PT Sido Muncul.
Adanya standarisasi ekstrak teh hijau ini berguna untuk memastikan
bahwa serbuk ekstrak teh hijau memiliki mutu yang baik sehingga dapat
digunakan dalam penelitian dan memberikan hasil yang baik. Berikut hasil uji
organoleptis yang telah dilakukan pada serbuk ekstrak teh hijau :
Bau : tidak berbau
Warna : kuning kehijauan
Rasa : tidak berasa
Bentuk : serbuk halus
Uji kandungan lembab juga dilakukan dalam pemeriksaan kualitas
ekstrak teh hijau. Uji kandungan lembab bertujuan untuk mengetahui jumlah
kandungan lembab pada ekstrak kering teh hijau. Dari hasil pengukuran didapat
rata-rata kandungan lembab dalam ekstrak kering teh hijau adalah 4,028%,
dimana nilai tersebut sesuai dengan persyaratan kadar air ekstrak kering yaitu
kering teh hijau tersebut jika dihubungkan dengan sistem effervescent maka
kandungan lembab tersebut tidak memenuhi kandungan lembab yang diijinkan
dalam sediaan effervescent yaitu 0,4-0,7% (Fausett et al, 2000) meskipun
kandungan lembab tersebut memenuhi persyaratan kandungan lembab ekstrak
yang diijinkan. Oleh karena itu pada proses pembuatan granul effervescent
dilakukan tahap pengeringan granul dan pengendalian RH ruangan tempat
pembuatan, dengan demikian diharapkan granul effervescent yang terbentuk dapat
memenuhi persyratan kandungan lembab sediaan effervescent.
B. Formulasi dan Pembuatan Granul Effervescent
Pada pembuatan larutan granul effervesecent ekstrak teh hijau ini telah
dilakukan orientasi rasa secara kualitatif dengan menggunakan beberapa
sukarelawan dan didapatkan larutan granul effervescent dengan rasa yang enak.
Gas karbondioksida yang terbentuk juga dapat memberikan efek sparkle (seperti
soda) yang dapat mempermudah proses pelarutan zat aktif.
Formulasi dalam suatu sedían obat memiliki cakupan yang luas, meliputi
pemilihan bahan aktif, bahan tambahan, bentuk sediaan obat, proses produksi,
pemilihan alat produksi, lingkungan dan pengemasan. Pada penelitian ini senyawa
bioaktif yang digunakan adalah EGCG dalam serbuk ekstrak teh hijau. Nilai LD50
dari EGCG yaitu 347,2 mg/kg BB (Anonim b, 2005) atau 17360 mg/50kgBB
sedang dosis yang digunakan pada pembuatan granul effervescent ini adalah
500mg tiap formula. Rata-rata berat badan orang Indonesia adalah 50 kg sehingga
tersebut tidak melebihi LD50 EGCG yang ditetapkan. Jika dosis yang digunakan
melebihi LD50 EGCG yang ditetapkan maka dapat menyebabkan kerusakan DNA
dan dapat mengaktivasi kematian sel. Namun demikian, mekanisme penyebab
kerusakan DNA dan kematian sel belum diketahui secara pasti (Tian, Sun, Xu,
dan Hua, 2007)
Salah satu faktor keberhasilan dalam pembuatan sedian obat ditentukan
oleh ketepatan dalam memilih eksipien yang dipakai. Pada dasarnya eksipien yang
digunakan harus bersifat netral, tidak berbau, tidak berasa dan sedapat mungkin
tidak berwarna (Voigt, 1994). Penentuan formula dilakukan berdasarkan metode
desain faktorial. Pada metode ini ditentukan kombinasi campuran yang optimum
antara dua faktor, yaitu asam tartrat dan natrium bikarbonat. Komposisi formula
campuran asam tartrat dan natrium bikarbonat dapat dilihat pada tabel II. Jumlah
asam yang digunakan dalam formula granul effervescent adalah sebesar 25% dari
berat granul tiap formula untuk level rendah dan 40% untuk level tinggi. Dengan
range konsentrasi 25-40% dari berat granul tiap formula, maka sumber asam yang
yang digunakan dapat menghasilkan reaksi effervescent yang baik (Wehling dan
Fred, 2004).
Sumber asam yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam tartrat.
Asam tartrat dipilih karena asam tartrat memiliki kelarutan yang tinggi terhadap
air. Asam tartrat terlarut di dalam kurang dari 1 bagian air (Lindberg et al., 1992).
Sumber basa yang digunakan adalah natrium bikarbonat. Natrium bikarbonat
dipilih karena sifatnya yang larut sempurna dalam air, non higroskopis, stabil
menghasilkan gas karbondioksida dalam jumlah yang besar daripada natrium
karbonat. Hal ini disebabkan karena natrium bikarbonat sangat mudah bereaksi
dengan adanya air daripada natrium karbonat (Rau, 2001). Jumlah karbondioksida
yang besar dan kelarutan natrium bikarbonat yang tinggi terhadap air, didukung
dengan sifat asam tartrat yang juga mudah larut dalam air, dapat membantu
mempermudah proses kelarutan granul effervescent dalam air. Persamaan reaksi
antara asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai berikut :
2 NaHCO3 + C4H6O6 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H4O6
Berdasarkan persamaan di atas dapat dilihat bahwa 1 mol asam tartrat
dapat bereaksi dengan 2 mol natrium bikarbonat untuk menghaslkan 2 mol gas
karbondioksida.
Pengisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laktosa. Laktosa
dipilih karena memiliki sifat yang inert, non higroskopis dan mudah larut dalam
air (Aldenborn, 2002). Sifat-sifat tersebut mendukung terbentuknya granul
effervescent yang baik.
Bahan pengikat yang digunakan adalah PVP K30. Menurut Mohrle
(1989), PVP merupakan bahan pengikat yang efektif dalam pembuatan sediaan
effervescent. Konsentrasi PVP yang biasa digunakan sebagai bahan pengikat
berkisar antara 0,5-5% (Rowe et al., 2006). Berdasarkan hasil orientasi maka
konsentrasi PVP yang digunakan adalah 3%. Pada konsentrasi 3%, PVP sudah
dapat menunjukkan kemampuannya sebagai bahan pengikat, terlihat dari
kekerasan granul yang dihasilkan, tidak rapuh dan tidak terlalu keras, dan granul
Bahan pemanis diperlukan untuk memperbaiki rasa dari granul
mengingat asam tartrat memiliki sifat yang asam. Pemanis yang digunakan adalah
aspartam. Konsentrasi aspartam hasil orientasi yang digunakan adalah 2% dari
bobot tiap formula yaitu 80mg. Dengan konsentrasi tersebut, rasa yang terlalu
asam dari asam tartrat dapat berkurang sehingga rasanya dapat lebih enak.
Konsentrasi tersebut tidak melebihi penggunaan aspartam yang diijinkan yaitu
40mg/kg BB per hari. Pada proses pembuatan granul effervescent, aspartam
ditambahkan pada granul basa. Hal ini disebabkan rasa manis dari aspartam dapat
meningkat bila dicampurkan bersama natrium bikarbonat (Allen, 2002). Selain
itu larutan yang dihasilkan juga jernih ketika aspartam ditambahkan pada
campuran granul basa dibanding ketika ditambahkan pada campuran granul asam.
Bahan-bahan yang digunakan untuk proses granulasi sebelumnya diayak
terlebih dahulu dengan ayakan no.50 dan dikeringkan dalam oven dengan suhu
40oC selama 2 hari. Pengayakan bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel,
terutama untuk serbuk-serbuk yang mudah menggumpal, sehingga pada saat
proses granulasi bahan-bahan dapat tercampur merata. Tujuan pengeringan selama
2 hari yaitu untuk mengurangi kandungan air yang ada di dalam bahan-bahan
karena mengingat selama proses pengiriman dan pengayakan bahan, tidak
mungkin terlepas dari pengaruh luar, sehingga memungkinkan adanya
penambahan kandungan lembab meskipun bahan yang digunakan dalam bentuk
anhidrat. Kandungan lembab ini dapat menjadi masalah yang penting karena akan
memicu terjadinya effervescent dini, sehingga kandungan lembab ini sebisa
basa, sebelum dilarutkan dalam air dan sebelum digunakan, misalnya selama
proses pembuatan, penyimpanan, ataupun pendistribusiannya. Pengeringan bahan
dilakukan pada suhu 40oC, karena menurut Swarbrick dan Boylan (1992), pada
suhu lebih dari 50oC natrium bikarbonat akan berubah menjadi natrium karbonat,
yang akan menghasilkan CO2 lebih sedikit dibandingkan dengan natrium
bikarbonat.
Dalam proses pembuatan granul effervescent, granul asam dan granul
basa masing-masing dibuat secara terpisah. Hal ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya reaksi effervescent dini. Pangeringan masing-masing granul asam-basa
dilakukan selama 7 hari kemudian diayak dan dicampur. Pengeringan dilakukan
sampai hari ke-tujuh karena robot granul telah mencapai robot constan pada hari
ter4sebut. Pengeringan dilakukan di dalam oven sambil granul dibalik-balik dan
diratakan tiap harinya. Hal ini bertujuan agar pengeringan granul dapat merata.
Jika granul belum mengalami bobot konstan dan pengeringan tidak merata maka
hasil uji sifat fisik campuran granul asam-basa tidak mencerminkan hasil yang
sebenarnya. Granul asam dan basa yang belum benar-benar kering, karena masih
terdapat kandungan lembab yang tinggi, dapat menyebabkan terjadinya reaksi
effervescent dini ketika dicampur. Kandungan lembab yang tinggi dan tidak
merata dapat menyebabkan waktu yang diperlukan granul untuk melarut menjadi
lebih lama karena kehilangan aktifitas effervescent (Ansar, Rahardjo, Noor, dan
Rochmadi, 2006). Hal tersebut dapat disebabkan karena kadar karbondioksida
yang berkurang, sehingga waktu proses pecahnya granul effervescent yang
dengan menggunkan ayakan 16/20 karena menurut Allen (2002), nomor ayakan
2-40 cocok untuk ayakan granul effervescent. Dengan ayakan 16/20, granul
effervescent yang dihasilkan dapat mengalir dengan baik yaitu lebih dari
10g/detik.
C. Uji Sifat Fisik Campuran Granul Effervescent
Sifat fisik dari sediaan granul effervescent diamati dari profil kandungan
lembab, kecepatan alir, waktu larut dan pH larutan. Pengamatan sifat fisik granul
effervescent bertujuan untuk memperoleh sediaan granul effervescent teh hijau
yang memenuhi salah satu syarat mutu, yaitu dapat diterima (acceptable) oleh
masyarakat.
Dari hasil percobaan yang dilakukan didapatkan data kandungan lembab,
kecepatan alir, waktu larut dan pH larutan untuk masing-masing formula yang
ditampilkan pada tabel III.
Tabel III. Hasil pengukuran sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau Formula Kandungan
lembab (%)
Kecepatan alir (g/dtk)
pH Waktu larut
(dtk)
1 2,512 ± 0,411 47,193 ± 7,367 4,943 ± 0,364 109,417 ± 21,977 a 2,590 ± 0,246 47,881 ± 4,544 4,076 ± 0,168 117,000 ± 10,278 b 2,648 ± 0,377 46,185 ± 7,581 5,854 ± 0,361 99,917 ± 5,820 ab 2,113 ± 0,204 45,606 ± 5,097 5,098 ± 0,438 111,167 ± 12,698
Perhitungan secara desain faktorial menggunakan 2 level, yaitu level
rendah dan level tinggi, dan 2 faktor, yaitu faktor asam tartrat dan natrium
yang dominan dan adanya interaksi antara asam tartrat dan natrium bikarbonat
dalam menentukan sifat fisik granul effervescent.
Hubungan pengaruh peningkatan level asam tartrat dan natrium
bikarbonat dapat dilihat pada grafik hubungan pengaruh faktor terhadap respon.
Adanya interaksi antar faktor ditandai dengan adanya dua garis yang tidak sejajar
atau berpotongan pada grafik. Kelebihan dari metode ini yaitu mempermudah
melihat arah perubahan respon akibat perubahan faktor-faktornya sedangkan
keterbatasan metode ini adalah tidak dapat menjelaskan bagaimana bentuk
interaksi jika terjadi interaksi antar faktor
Dari hasil pengukuran sifat fisik granul effervescent dapat dilakukan
analisis perhitungan efek untuk mengetahui perngaruh dari masing-masing faktor
terhadap respon. Tabel IV menunjukkan efek dari masing-masing faktor dalam
menentukan sifak fisik granul effervescent.
Tabel IV. Efek asam tartrat, efek natrium bikarbonat dan efek interaksi antar keduanya dalam menentukan sifat fisik granul effervescent
Respon Asam tartrat Natrium bikarbonat Interaksi
Kandungan lembab |-0,229| |-0,171| |-0,307| Kecepatan alir 0,055 |-1,642| |-1,267|
Waktu larut 9,417 |-7,667| 1,834
pH |-0,812| 0,967 0,056
Dari perhitungan efek dapat diketahui faktor yang dominan dalam
menentukan sifat fisik granul effervescent. Faktor yang dominan dapat diketahui
dari nilai efek yang terbesar tanpa memperhatikan notasi positif maupun negatif.
Jika dari perhitungan diperoleh notasi positif, maka faktor tersebut berpengaruh
1. Kandungan lembab
Hasil pengukuran kandungan lembab pada penelitian ini (tabel III) tidak
memenuhi persyaratan. Faktor kelembaban ruangan yang digunakan pada proses
pembuatan granul dapat menambah kandungan lembab granul effervescent yang
dihasilkan. Pada saat pembuatan granul, meskipun sudah menggunakan
dehumidifier, batas kelembaban ruangan yang dapat dicapai hanya ±55%. Tidak
bisa tercapainya kelembaban ruangan seperti yang diharapkan menjadi salah satu
keterbatasan dalam penelitian ini. Meskipun demikian, pengendalian agar
kandungan lembab pada granul effervescent tidak terlalu besar tetap dilakukan,
yaitu dengan menggunakan AC bersuhu ±18oC dan melakukan tahap pengeringan
bahan di oven bersuhu 40oC sebelum digunakan. Hal tersebut dilakukan agar
didapat kandungan lembab sesuai yang dipersyaratkan.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai efek pada tabel IV pada respon
kandungan lembab, asam tartrat dan natrium bikarbonat bersama interaksinya
menyebabkan penurunan nilai kandungan lembab (nilai efek adalah negatif). Dari
semua faktor dan interaksinya, interaksi asam tartrat dan natrium bikarbonat
adalah faktor yang paling dominan dalam menentukan respon kandungan lembab
secara umum.
Grafik pada gambar 2 menunjukkan pengaruh asam tartrat dan natrium
Pengaruh Asam Tartrat terhadap Kandungan Lembab 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000
1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600
Asam Tartrat K a n dun ga n l e m ba b
Level Rendah Natrium Bikarbonat
Level Tinggi Natrium Bikarbonat
Pengaruh Natrium Bikarbonat terhadap Kandungan Lembab
1.000 1.500 2.000 2.500 3.000
1092 1192 1292 1392 1492 1592 1692 1792
Natrium bikarbonat Ka ndu nga n l e m b a b
Level Rendah Asam Tartrat Level Tinggi Asam Tartrat
(a) (b)
Gambar 2. Hubungan pengaruh asam tartrat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap kandungan lembab
Pada gambar 2(a) terlihat bahwa semakin banyak asam tartrat yang
digunakan akan berefek menaikkan kandungan lembab granul effervescent pada
penggunaan level rendah natrium bikarbonat sedangkan pada level tinggi natrium
bikarbonat, semakin banyak penggunaan asam tartrat akan berefek menurunkan
kandungan lembab. Pada gambar 2(b) dapat dilihat bahwa semakin banyak
natrium bikarbonat yang digunakan akan berefek menaikkan kandungan lembab
granul effervescent pada penggunaan level rendah asam tartrat sedangkan pada
level tinggi asam tartrat, semakin banyak penggunaan natrium bikarbonat akan
berefek menurunkan kandungan lembab.
Penggunaan asam tartrat dan natrium bikarbonat yang semakin banyak
menyebabkan perubahan kandungan lembab pada level tinggi asam tartrat lebih
besar dibanding level rendah asam tartrat. Adanya dua garis yang tidak sejajar
pada grafik menunjukkan adanya interaksi antara 2 faktor yang digunakan, yaitu
Tabel V. Hasil perhitungan Yate’s treatment pada respon kandungan lembab
Source of variation
Degrees of
freedom Sum of square Mean square F
Replikates 11 2,572 0,234
Treatment 3 2,101 0,700
Asam tartrat 1 0,626 0,626 10,459
NaHCO3 1 0,347 0,347 5,797
Interaksi 1 1,129 1,129 18,866
Experimental
error 33 1,974 0,060
Total 47 6,647
Berdasarkan analisis statistik menggunakan Yate’s treatment (tabel V)
didapatkan kesimpulan bahwa semua faktor (asam tartrat, natrium bikarbonat) dan
interaksi faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh bermakna secara statistik
terhadap respon kandungan lembab. Hal tersebut dikarenakan nilai Fhitung semua
faktor dan interaksinya lebih besar daripada nilai Ftabel (yaitu: 4,13).
Berdasarkan Yate’s treatment, terdapat interaksi yang terjadi antara asam
tartrat dan natrium bikarbonat yang bersifat dominan dalam mempengaruhi respon
kandungan lembab. Dengan kata lain, respon kandungan lembab granul
effervescent dibangun oleh interaksi antara asam tartrat dan natrium bikarbonat.
Berdasarkan perhitungan nilai efek, adanya interaksi asam tartrat dan natrium
bikarbonat dapat memberikan keuntungan yaitu menurunkan kandungan lembab
granul effervescent. Hal ini dapat dilihat dari nilai efek interaksi yang bernilai
negatif pada tabel efek kandungan lembab.
2. Kecepatan alir
Pemeriksaan sifat alir campuran granul perlu dilakukan untuk
mudah granul mengalir maka proses pengisian granul ke dalam kemasan
(misalnya sachet) dapat berjalan lancar. Sifat alir campuran juga berperan dalam
homogenitas campuran granul. Jika sifat alit granul baik maka bobot campuran
granul per <