• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi campuran asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul Effervescent ekstrak teh hijau [Camellia sinensis L.] dengan metode granulasi basah - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Optimasi campuran asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul Effervescent ekstrak teh hijau [Camellia sinensis L.] dengan metode granulasi basah - USD Repository"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI CAMPURAN ASAM TARTRAT DAN NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN GRANUL

EFFERVESCENT EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis L.) SECARA GRANULASI BASAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Asterini Adityasari

NIM : 058114001

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

(3)

Pengesahan Skripsi Berjudul

OPTIMASI CAMPURAN ASAM TARTRAT DAN NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN GRANUL

EFFERVESCENT EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis L.) SECARA GRANULASI BASAH

Oleh : Asterini Adityasari

NIM : 058114001

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma pada tanggal :

……….

Mengetahui

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Dekan

Rita Suhadi, M.Si., Apt.

Pembimbing :

Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt

………..

Panitia Penguji :

1. Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt ………..

2. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. ...

iii

3. Dewi Styaningsih, M.Sc., Apt. ...

(4)

iv

Apa yang harus aku lakukan ketika aku merasa sendirian ?

Apa yang harus aku lakukan ketika jiwaku tertekan ?

Apa yang harus aku lakukan ketika kekhawatiran menghimpitku?

Apa yang harus aku lakukan ketika pencobaan menghadang langkahku ?

Let open the eyes of my heart, Lord…

”Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam

pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.”

Matius 26 : 41

”Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan

biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan

karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui

kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu

jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”

1 Korintus 10 : 13

Karena ksih setiaMu membuatku mampu bertahan selama ini

Sungguh aku bersyukur memilikiMu...

Bapaku dan Sahabatku

Kupersembahkan karya kecilku untuk :

Yesus Kristus kekasih jiwaku,

(5)
(6)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas pertolongan dan kasih

setiaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi

ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta; sekaligus sebagai

upaya untuk memeperdalam wawasan berpikir serta menambah wacana di dunia

farmasi pada umumnya.

Pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak, untuk itu pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Papi dan Mami tercinta, atas kasih sayang, doa, serta dukungannya ingá aku

menjadi sekarang ini

2. Panitia Hibah A3 yang telah membrikan bantuan dana untuk menyelesaikan

skripsi ini

3. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta.

4. Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt, selaku dosen pembimbing utama

sekaligus dosen penguji, atas kesabaran, pengarahan, dan saran yang diberikan

selama penyusunan skripsi.

5. Yohanes Dwiatmaka, M.Si, selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang

telah diberikan sehingga skripsi ini jadi lebih baik.

(7)

6. Dewi Styaningsih, M.Sc., Apt, selaku dosen penguji, atas kritik dan saran yang

telah diberikan sehingga skripsi ini jadi lebih baik.

7. Pak Jeffry, Bu Iin, Bu Wiwid selaku dosen akademik yang telah memberikan

bantuan dan pengarahan materi sehingga skripsi ini jadi lebih baik

8. Kakakku tersayang mbak Alin atas kasih sayang, dukungan, semangat,

penghiburan dan doa yang diberikannya selama ini. Trimakasih telah menjadi

kakak yang tidak bosan mendengar keluhanku.

9. Mas Lingga atas kasih sayang, perhatian, penghiburan, doa dan bantuannya

saat penyusunan naskah skripsi sampai selesai. Terimakasih banyak atas

bantuannya selama ini

10.Teman-teman satu kelompok skripsi teh hijau : Eva, Erika Lia, Uli, Hendra,

Ceci, Yoke. Terimakasih untuk perjuangan, semangat, dan kerjasama tim yang

luar biasa selama ini.

11.Semua “brothers dan sisters” di staff pembinaan KAMBIUM Gloria : Bu

Tiwi, Mas Anto, Kak Ida, Rini, Kak Johan, Mas Deon,dan lain-lain.

.Terimaksih buat doa dan dukungannya.

12.Teman-teman Tim Sambiloto, Tim Palmetto, Tim Molase, Tim Stevia untuk

kerjasama dan kerelaan berbagi alat dan laboratorium bersama

13.Kakak angkatan : Mbak Ika, Mbak Ayu, Mas Yoyo yang telah membantu

mentransferkan ilmunya

14.Teman-teman farmasi kelompok D1 2005 : Widdy, Tyas, Mia, Adrian untuk

semangat dan bantuannya. Senang bekerjasama dengan kalian selama ini,

banyak moment bersama kalian yang terukir di hatiku. Thanks guys...

(8)

15.Teman-teman farmasi : Prima, Dewi, Imel, Feli, Siska S., semua teman FST

dan FKK 2005 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu untuk

kebersamaannya selama beberapa tahun terakhir ini. Banyak kenangan indah

bersama kalian yang terukir di hatiku.

16.Teman-teman kos : Mena, Mely, Esti, Aga, Ana, Puti, Titik, Flora untuk

semangat, dukungan, keceriaan dan penghiburannya selama ini. Senang

bersama kalian. Keceriaan kalian membuatku semangat.

17.Teman-teman KKN angkatan 37 kelompok 10 : Nova, Linna, Desi, Ferra,

Mayang, Totok, Pujo, Marshel yang telah banyak membantu dalam

menyelesaikan naskah skripsi ini di lokasi KKN. Thank you very much.

18.Segenap karyawan dan laboran Laboratorium : Pak Musrifin, Mas Otok, Mas

Agung, Mas Iswandi, Mas Punto, Pak Parlan untuk bantuannya selama

penelitian.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis menharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan.

(9)
(10)

INTISARI

Penelitian dilakukan dalam rangka optimasi formula granul effervescent

teh hijau dengan kandungan epigallocathecin gallate (EGCG) sebagai zat aktifnya. Dalam Formula ini digunakan asam tartrat sebagai sumber asam dan natrium bikarbonat sebagai sumber basa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang dominan diantara asam tartrat, natrium bikarbonat dan interaksinya dalam menentukan sifak fisik granul effervescent, dan untuk memperoleh area komposisi optimum dari asam-basa yang diteliti.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimental murni. Sediaan granul effervescent diuji sifat fisik yang meliputi kecepatan alir, kandungan lembab, waktu larut dan pH larutan. Desain faktorial digunakan untuk menentukan faktor yang dominan dalam menentukan respon granul. Tingkat signifikansi pengaruh setiap faktor (asam tartrat, natrium bikarbonat) dan interaksi keduanya terhadap respon sifat fisik granul effervescent dianalisis menggunakan analisis statistik Yate’s treatment dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil analisis desain faktorial menunjukkan bahwa asam tartrat dominan dalam menentukan waktu larut granul effervescent, sedangkan natrium bikarbonat dominan dalam menentukan pH larutan granul effervescent. Interaksi faktor asam tartrat dengan natrium bikarbonat dominan dalam menentukan kandungan lembab. Hasil penelitian menunjukkan tidak ditemukan superimposed contour plot yang memenuhi persyaratan sebagai komposisi optimum campuran asam tartrat dan natrium bikarbonat dalam granul effervescent ektrak teh hijau.

Kata kunci : ekstrak teh hijau, EGCG, granul effervescent, asam tartrat, natrium bikarbonat, desain faktorial

(11)

ABSTRACT

This study was conducted in optimizinggreen tea granule effervescent formula with EGCG as active ingredient. In this formula, tartaric acid is used as acid source and sodium bicarbonate as base source. The aims of this study were to observe the dominant effect among tartaric acid, sodium bicarbonate and the interaction between tartaric acid and sodium bicarbonate on the effervescent granule properties, and to obtain the composition on area of acid-base which was observe.

This research was a pure experimental study. The effervescent granule was observed its physical property evaluation such as flow rate, moisture content, solution pH and dissolution time. Factorial design was used to determine which factor was dominant in effervescent granule response. Yate’s treatment statistic analysis with 95% confident level was carried out to analyze the significant level of the effect the factors (tartaric acid, sodium bicarbonate) and the interaction between tartaric acid and sodium bicarbonate to the responses

In terms of factorial design analysis, tartaric acid was dominant in affecting the dissolution time of effervescent granule response while sodium bicarbonate was dominant in affecting the solution pH of granule. The interaction between tartaric acid and sodium bicarbonate was dominant in affecting the moisture content. Based on the result of study, it was not find the superimposed contour plot which fulfilled the specification as optimum composition of tartaric acid and sodium bicarbonate mixture in green tea extract effervescent granule.

Key words : green tea extract, EGCG, effervescent granule, tartaric acid, sodium bicarbonate, factorial design

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN PUBLIKASI... v

PRAKATA... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ... ix

INTISARI... x

ABSTRACT... xi

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR... ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I. PENDAHULUAN... ... 1

A.Latar Belakang... 1

1. Perumusan Masalah ... 3

2. Keaslian Penelitian... 3

3. Manfaat Penelitian ... 4

a. Manfaat praktis... 4

b. Manfaat metodologis... 4

B. Tujuan Penelitian ... 4

(13)

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 6

A. Teh Hijau ... 6

1. Keterangan Botani... 6

2. Sinonim ... 6

3. Nama Daerah... 6

4. Kegunaan dan kandungan kimia ... 6

B. Granul Effervescent... 8

C. Granulasi Basah ... 10

1. Penggunaan panas ... 10

2.Dengan cairan reaktif ... 10

3.Dengan cairan non reaktif ... 10

D. Pemerian Bahan ... 11

1. Asam tartrat... 11

2. Natrium bikarbonat ... 12

3. Laktosa ... 12

4. Polivinilpirolidon (PVP) ... 13

5. Aspartam ... 13

E. Sifat Fisik Campuran Granul Effervescent... 14

1. Kecepatan Alir ... 14

2. Kandungan Lembab ... 14

3. Waktu larut... 15

4. pH Larutan ... 16

F. Desain Faktorial ... 16

(14)

G. Landasan Teori ... 19

H. Hipotesis ... 20

BAB III. METODE PENELITIAN ... 21

A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 21

B. Variable Penelitian... 21

C. Definisi Operasional ... 22

D. Alat dan Bahan Penelitian ... 23

E.Tata Cara Penelitian ... 24

1. Pemeriksaan kualitas ekstrak teh hijau ... 24

a. Pemeriksaan organoleptis... 24

b. Uji kandungan lembab ekstrak... 24

2. Penentuan dosis ekstrak kering teh hijau ... 24

3. Penentuan level rendah dan level tinggi asam tartrat dan natrium bikarbonat dalam sediaan effervescent... 25

4. Optimasi formula granul effervescent ekstrak teh hijau dengan kombinasi asam sitrat dan basa natrium bikarbonat ... 26

5. Pembuatan granul effervescent... 26

6. Pemeriksaan sifat fisik granul effervescent... 27

a. Kandungan lembab... 27

b. Kecepatan alir... 27

c. Waktu larut ... 27

d. Uji pH larutan... 27

F. Analisis Data ... 28

(15)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Pemeriksaan kualitas ekstrak teh hijau ... 29

B. Formulasi dan Pembuatan Granul Effervescent... 30

C. Uji Sifat Fisik Campuran Granul Effervescent... 35

1. Kandungan Lembab ... 37

2. . Kecepatan Alir ... 39

3. Waktu Larut ... 42

4. pH Larutan ... 45

D. Optimasi Formula... 49

1. Kandungan lembab ... 49

2. Kecepatan alir... 50

3. Waktu larut... 51

4. pH larutan... 52

E. Prediksi Kandungan Karbondioksida Secara Teoritis ... 54

F. Prediksi Prospek Hasil Penelitian ... 55

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN... 63

BIOGRAFI PENULIS ... 92

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Desain formula metode desain faktorial ... 18

Tabel II. Formula granul effervescent ekstrak teh hijau ... 26

Tabel III. Hasil pengukuran sifat fisik granul effervescent ekstrak

teh hijau... 35

Tabel IV. Efek asam tartrat, efek natrium bikarbonat dan efek interaksi antar

keduanya dalam menentukan sifat fisik granul effervescent... 36

Table V. Hasil perhitungan Yate’s Treatment pada respon kandungan

lembab ... 39

Tabel VI. Hasil perhitungan Yate’s Treatment pada respon kecepatan alir .. 42

Tabel VII. Hasil perhitungan Yate’s Treatment pada respon waktu larut ... 44

Tabel VIII Hasil perhitungan Yate’s Treatment pada respon

pH larutan... 48

Tabel IX Hasil perhitungan kadar CO2 total ... 54

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur epicatechin, epicatechin-3-gallat, epigallocatechin,dan

epigallocatechin-3-gallat... 7

Gambar 2 Hubungan pengaruh asam tartrat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap kandungan lembab... 38

Gambar 3 Hubungan pengaruh asam tartrat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap kecepatan alir... 41

Gambar 4 Hubungan pengaruh asam tartrat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap waktu larut... 43

Gambar 5 Hubungan pengaruh asam tartrat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap pH larutan ... 47

Gambar 6 Contour plot kandungan lembab... 50

Gambar 7 Contour plot kecepatan alir... 51

Gambar 8 Contour plot waktu larut ... 52

Gambar 9 Contour plot pH larutan ... 53

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Penimbangan Formula , Notasi dan Formula Desain

Faktorial ... 63

Lampiran 2. Data Kandungan Lembab Ekstrak, Sifat Fisik Granul dan Homogenitas Campuran Granul... 64

Lampiran 3. Perhitungan prediksi kadar CO2 teoritis dalam larutan granul effervescent... 67

Lampiran 4. Perhitungan Efek Sifat Fisik Granul Effervescent... 69

Lampiran 5. Persamaan Regresi... 71

Lampiran 6. Perhitungan Yate’s treatment... 79

Lampiran 7. Certificate of Analisis ... 90

Lampiran 8. Dokumentasi ... 91

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teh adalah salah satu bahan minuman alami yang sangat populer di

masyarakat. Secara umum, berdasarkan proses pengolahannya, teh

diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Salah

satu kandungan yang terdapat di dalam teh adalah senyawa polifenol katekin yaitu

epigalokatekin galat (EGCG) yang bersifat sebagai antioksidan yang paling efektif

sebagai chemoprotective agent (Svobodova, Psotova, dan Walterova, 2003).

Menurut Tuminah (2004) kandungan EGCG pada teh hijau lebih besar

dibanding teh hitam yaitu 20,29 % bobot kering. Hal tersebut disebabkan teh hijau

dibuat dengan cara pemanasan dan penguapan untuk menginaktifkan enzim

polifenol oksidase/fenolase sehingga oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat

dicegah. Sebaliknya, teh hitam dibuat dengan memanfaatkan terjadinya oksidasi

enzimatis terhadap kandungan katekin dalam teh (Hartoyo, 2003). Hal inilah yang

membuat teh hijau yang dikonsumsi mampu melindungi sel-sel tubuh dari

pengaruh radikal bebas yang berperan besar menimbulkan kanker, penyumbatan

pembuluh darah dan gangguan jantung (Liza, 2008).

Pemikiran tersebut melatarbelakangi dilakukannya penelitian tentang

pembuatan bentuk sediaan tertentu menggunakan ekstrak teh hijau. Bentuk

sediaan yang dipilih adalah granul effervescent, mengingat bentuk sediaan ini

memiliki banyak keuntungan dibanding sediaan teh konvensional lainnya seperti

(20)

teh celup atau serbuk teh yang perlu diseduh dulu dalam penyiapannya.

Keuntungan sediaan granul effervescent dibanding sediaan tablet konvensional

diantaranya dalam hal penyiapan larutan dalam waktu seketika dan dapat

memberikan onset yang lebih cepat. Selain itu, menghasilkan rasa yang enak

karena adanya gas CO2 yang mampu memperbaiki rasa dan nyaman dalam

penggunaannya (Allen, 2002).

Untuk menghasilkan sediaan effervescent yang berkualitas maka perlu

dilakukan studi formulasi yaitu optimasi untuk sumber asam dan sumber basa.

Sumber basa yang digunakan adalah natrium bikarbonat yang lebih cepat bereaksi

dalam menghasilkan gas CO2 (Rau, 2001) sedang sumber asam yang digunakan

adalah asam tartrat yang dapat meningkatkan fungsi antioksidan bila digunakan

dengan antioksidan lain, dalam hal ini kandungan EGCG dalam teh hijau

(synergist antioxidant) (Allen,1999). Hal ini disebabkan karena jumlah ikatan

hidrogen yang semakin banyak sehingga semakin banyak atom hidrogen yang

dapat diberikan untuk menstabilkan O radikal . Asam tartrat juga sering

digunakan dalam sediaan effervescent karena kelarutannya yang tinggi dalam air,

yaitu satu bagian asam dalam satu bagian air (Avani, Tejal, Dua dan Renuka,

2006).

Optimasi formula dilakukan dengan metode desain faktorial. Dengan

metode desain faktorial dapat diketahui faktor yang dominan dalam

mempengaruhi sifat fisik granul effervescent teh hijau dan interaksi antara

(21)

dengan superimposed contour plot sehingga akan diperoleh formula sediaan

granul effervescent yang memenuhi syarat kualitas.

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan

penelitian ini yaitu :

1. Apakah ekstrak teh hijau dapat diformulasikan menjadi sediaan granul

effervescent yang memenuhi persyaratan kualitas dengan rasa yang enak ?

2. Manakah diantara asam tartrat, natrium bikarbonat dan interaksi asam

tartrat-natrium bikarbonat yang bersifat dominan dalam menentukan masing-masing

sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau?

3. Apakah ditemukan area superimposed contour plot campuran asam

tartrat-natrium bikarbonat yang diprediksi sebagai formula optimum sediaan granul

effervescent ekstrak teh hijau ?

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran penulis, penelitian tentang optimasi formula granul

effervescent teh hijau dengan kombinasi asam tartrat dan natrium bikarbonat

dengan metode desain faktorial belum pernah dilakukan. Ada penelitian sejenis

yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Nugroho (2005), yang berjudul Optimasi Komposisi Asam Tartrat

dan Sodium Bikarbonat dalam Tablet Effervescent Ekstrak Kunyit (Curcuma

(22)

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk mengetahui asam tartrat,

natrium bikarbonat atau interaksinya yang dominan berpengaruh pada sifat-sifat

fisik granul effervescent serta dapat mengetahui area optimum yang diprediksi

sebgai komposisi optimum yang diprediksi sebagai komposisi optimum campuran

asam tartrat dan natrium bikarbonat yang dapat menghasilkan granul effervescent

dengan sifat fisik yang memenuhi persyaratan.

b. Manfaat metodologis

Penelitian ini juga dapat memberikan pengetahuan tentang penerapan

metode optimasi, khususnya desain faktorial, dalam optimasi granul effervescent

ekstrak teh hijau.

B. Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan formula

optimum granul effervescent teh hijau yang memenuhi persyaratan sifat fisik

granul effervescent. Secara khusus penelitian ini bertujuan :

a. Mengetahui apakah granul yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan sifat

fisik granul effervescent ekstrak teh hijau.

b. Mengetahui pengaruh asam tartrat, natrium bikarbonat dan interaksi keduanya

(23)

c. Menemukan area superimposed contour plot campuran asam tartrat-natrium

bikarbonat yang diprediksi sebagai formula optimum sediaan granul

(24)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Teh Hijau 1. Keterangan botani

Menurut Tuminah (2004) tanaman teh Camellia sinensis L. termasuk

dalam famili Camelliaceae.

2. Sinonim

Camellia bohea Griff., C. theifera Dyer., Thea sinensis l., T. assamica

Mast., T. cochinchinensis Lour., T. chinensis Sims., T. viridis L. (Dalimartha,

2003).

3. Nama daerah

Enteh (Sunda)

4. Kegunaan dan kandungan kimia

Teh hijau dibuat dengan menginaktifasi enzim oxidase atau fenolase

yang ada dalam pucuk daun teh segar, dengan cara pemanasan atau penguapan

menggunakan uap panas, sehingga oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat

dicegah. (Hartoyo, 2003). Zat bioaktif utama dalam teh hijau merupakan polifenol

golongan flavonoid yaitu flavanol tipe katekin, antara lain (-)-Epicatechin,

(-)-Epigallocatechin, (-)- Epicatechin 3-gallate, (-)-Epigallocatechin 3-gallate (EC,

EGC, ECG dan EGCG) serta flavonol seperti kuersetin. Keempat tipe katekin

tersebut merupakan antioksidan utama dalam teh hijau. EGCG merupakan

(25)

60-70% dari jumlah keseluruhan katekin (Svobodova et al., 2003).

Chemoprotective agent adalah suatu senyawa kimia yang mampu mencegah atau

mengurangi resiko tejadinya kanker.

Gambar 1. Struktur epicatechin, epicatechin-3-gallat, epigallocatechin,dan epigallocatechin-3-gallat (Svobodova et al., 2003)

EGCG merupakan suatu senyawa crystalline yang tidak higroskopis.

Kelarutan EGCG yang tertinggi dalam aqueous jika berada antara pH 5-7.

Kestabilan EGCG diamati melalui suatu penelitian dengan konsentrasi EGCG 10

mg/ml pada range pH 4-9, hasilnya stabilitas tertinggi dari EGCG diperoleh jika

berada pada pH 5. EGCG juga memiliki kompatibilitas yang baik dengan berbagai

macam eksipien, sehingga sangat dimungkinkan untuk dikembangkan menjadi

(26)

dihasilkan bahwa senyawa EGCG tidak sensitif terhadap cahaya (Kellar, Poshini,

He, Addo, Payne, 2005).

Beberapa penelitian menggunakan teh menunjukkan bahwa senyawa

polifenol antioksidan (seperti katekin dan flavonol) yang terkandung dalam teh

mempunyai sifat antikarsinogenik pada hewan dan manusia. Selain itu flavonoid

dapat menghambat oksidasi LDL, melindungi endotel dari berbagai luka yang

disebabkan oleh radikal bebas serta mencegah aterosklerosis yang dapat

menyumbat lumen arteri (Tuminah, 2004).

EGCG yang merupakan antioksidan paling efektif dalam teh hijau

mampu menghambat pertumbuhan sel kanker dengan menghambat aktivitas

protein tyrosine kinase (PTK) yang berperan dalam pertumbuhan sel kanker (Lin,

Lin, Liang, Chen, dan Lin-Shiau, 2000). EGCG juga dapat mencegah terjadinya

kanker dengan cara meningkatkan sistem perbaikan DNA khususnya O6-

alkilguanin-DNA alkiltransferase (AGT) yang sangat berperan terhadap

penghambatan inisiasi karsinogenesis (Hartoyo, 2003).

B. Granul Effervescent

Granul effervescent adalah granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali

dan mengandung unsur obat dalam campuran kering biasanya terdiri dari unsur

asam (asam tartrat, asam tartrat, asam fumarat) dan unsur basa (natrium karbonat,

natrium bikarbonat) yang ditambahkan dengan air, asam dan basanya bereaksi

membebaskan karbondioksida sehingga menghasilkan buih (Ansel, 1989). Hal

(27)

karbondioksida yang dihasilkan dari reaksi kimia saat granul asam kontak dengan

granul basa dalam air (Rau, 2001).

Keuntungan granul effervescent sebagai bentuk sediaan adalah penyiapan

larutan dalam waktu seketika dengan onset yang cepat, mampu menghasilkan rasa

yang enak karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa beberapa

obat tertentu serta mudah untuk digunakan dan nyaman bagi pasien yang sukar

menelan (Lindberg, Engfors dan Ericson, 1992). Keuntungan sediaan effervescent

lainnya yaitu mempercepat kelarutan obat yang sukar larut dalam air karena

adanya gas karbondioksida yang dapat membantu mempercepat proses pecahnya

granul(Avani et al., 2006) daripada sediaan tablet konvensional.

Adapun kerugian dari granul effervescent adalah harganya yang relatif

mahal. Hal ini disebabkan karena jumlah yang besar dari eksipien yang harganya

mahal dan fasilitas produksi yang khusus. Pada pembuatan sediaan effervescent

timbul kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara kimia, dan

adanya kandungan lembab selama proses produksi dapat menyebabkan reaksi

effervescent yang prematur (Lindberg et al., 1992). Selain itu karena luas

permukaan granul yang besar maka kereaktifannya akan lebih besar sehingga

dapat menimbulkan masalah kestabilan saat proses produksi (Allen, 2002). Untuk

menjaga kualitas granul effervescent pada penyimpanan perlu pengemasan secara

(28)

C. Granulasi Basah

Granulasi bisa memperbaiki sifat alir campuran dan untuk memperbaiki

kompresibilitas campuran (Aulton dan Summer, 2002). Prinsip pembuatan granul

effervescent pada dasarnya sama dengan pembuatan granul konvesional, dimana

pada metode ini melibatkan pencampuran bahan-bahan kering dengan suatu bahan

pengikat untuk menghasilkan massa granul. Granulasi basah pada effervescent

dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu dengan penggunaan panas, dengan

cairan non reaktif dan dengan cairan reaktif (Mohrle, 1989).

1. Penggunaan panas

Penggunaan panas merupakan metode klasik dalam granulasi

effervescent. Metode ini membutuhkan pembebasan air dari bahan hidrat pada

temperatur rendah untuk membentuk massa granul yang liat. Proses ini sulit

dikontrol untuk mendapatkan hasil yang sama karena tergantung pada pelepasan

air bahan-bahan yang dipakai dan temperatur.

2. Dengan cairan reaktif

Salah satu cairan penggranul yang efektif adalah air. Kenyataannya,

reaksi effervescent dapat terjadi dengan adanya air, oleh karena itu diperlukan

kontrol selama proses. Massa granul yang terbentuk harus segera dikeringkan

untuk menghindari reaksi effervescent dini.

3. Dengan cairan non reaktif

Metode granulasi basah dalam pembuatan sediaan effervescent pada

penelitian ini adalah dengan penambahan cairan non reaktif, dalam hal ini

(29)

pengikat pada proses granulasi. Pengikat yang larut dalam alkohol seperti PVP

dapat dilarutkan terlebih dahulu dalam alkohol sehingga didapat cairan pengikat

yang digunakan sebagai pengikat dalam proses granulasi basah. Pengikat yang

seperti ini biasanya lebih efektif penggunaannya dan dapat digunakan dalam

konsentrasi rendah (Mohrle, 1989). Secara umum binding action akan lebih

efektif ketika bahan pengikat ditambahkan dalam bentuk larutan. Larutan PVP

dalam alkohol biasa digunakan untuk granulasi bahan-bahan yang larut air

(Khankari dan Hontz, 1997).

Metode granulasi basah menguntungkan dalam penggunaannya karena

serbuk halus yang dibuat menjadi granul akan memberikan sifat alir yang baik,

sehingga pengisian ke kemasan menjadi konstan dan akan dihasilkan bobot yang

seragam. Kelemahan metode granulasi basah adalah memerlukan peralatan dan

penanganan khusus seperti pengaturan kelembapan ruangan sehingga didapat

sediaan effervescent yang memneuhi persyaratan serta tenaga cukup besar (Parrot,

1990).

D. Pemerian Bahan

Pemerian bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan granul

effervescent adalah :

a. Asam tartrat

Asam tartrat yang dikeringkan di atas fosfor pentoksida p selama 3 jam

mengandung tidak kurang dari 99,7% dan tidak lebih dari 100,5% C4H6O6. Asam

(30)

berbau, rasa asam dan stabil di udara. Kelarutannya sangat mudah larut dalam air

dan mudah larut dalam etanol (Anonim, 1995). Satu bagian asam tartrat terlarut di

dalam kurang dari 1 bagian air. Asam tartrat mengabsorbsi kelembapan secara

signifikan pada kelembaban relatif di atas 75%. Pada kelembaban relatif antara

65-75%, asam tartrat mengabsorbsi kelembaban secara tidak signifikan (Lindberg

et al., 1992).

b. Natrium bikarbonat

Natrium bikarbonat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih

dari 100,5% NaHCO3 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Berupa

serbuk hablur, stabil di udara kering, tetapi dalam udara lembab secara perlahan

terutai, bersifat basa (Anonim, 1995). Natrium bikarbonat biasa digunakan dalam

formula effervescent dan dapat menghasilkan larutan yang jernih setelah

mengalami disintegrasi karena sifatnya yang larut sempurna dalam air (Mohrle,

1989). Konsentrasi natrium bikarbonat yang biasa digunakan pada sediaan

effervescent adalah 25-50% (Rowe, Sheskey dan Owen, 2006). Natrium

bikarbonat akan mengalami dekomposisi jika dipanaskan sampai lebih dari 65oC

dan akan berubah menjadi natrium karbonat jika dipanaskan lebih dari 50oC

(Lindberg et al., 1992). Oleh karena itu dalam penyimpanannya, natrium

bikarbonat disimpan dalam oven yang suhunya telah diatur 40oC.

c. Laktosa

Laktosa dalam bentuk anhidrat atau mengandung satu molekul air hidrat.

Merupakan serbuk atau massa hablur, keras, putih krem, tidak berbau, rasa sedikit

(31)

lebih mudah larut dalam air mendidih. Sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut

dalam kloroform dan eter (Anonim,1995). Laktosa memiliki sifat bahan pengisi

yang baik, antara lain dapat larut dalam air, rasanya enak, non higroskopis, tidak

reaktif dan menunjukkan kompaktibilitas yang baik (Alderborn, 2002).

d. Polivinilpirolidon (PVP)

PVP merupakan polimerasi dari 1-vinilpirolid-2-on. Bentuknya berupa

serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau tidak berbau dan

higroskopis. PVP mudah larut dalam air, etanol (95%), dan dalam kloroform P.

Kelarutan tergantung pada bobot rata-rata dan tidak larut dalam eter P (Anonim,

1979). Sifat ikatan PVP meningkat seiring dengan semakin meningkatnya berat

molekul, sehingga viskositasnya semakin meningkat. Hal ini dinyatakan dengan

nilai K. Ikatan antar partikel yang paling kuat dibentuk oleh PVP dengan berat

molekul paling tinggi (Karsa and Stephenson, 2000). Konsentrasi PVP yang biasa

digunakan sebagai bahan pengikat adalah 0,5 – 5% (Rowe et al., 2006).

e. Aspartam

Aspartam merupakan pemanis yang berupa serbuk kristal halus berwarna

putih yang larut dalam air. Kekuatan kemanisannya 180-200 kali lebih besar

daripada sukrosa. Berdasarkan WHO, dosis yang diijinkan untuk penggunaan tiap

hari maksimal 40 mg/kg BB (Rowe et al., 2006). Aspartam stabil pada pH sekitar

(32)

E. Sifat Fisik Granul Effervescent

Uji sifat fisik granul perlu dilakukan untuk mengetahui granul yang

dihasilkan telah memenuhi sifat fisik yang baik atau tidak. Uji sifat fisik granul

effervescent yang dilakukan diantaranya kecepatan alir, kandungan lembab granul,

waktu larut dan pH.

1. Kecepatan alir

Pengukuran sifat alir dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode

tidak langsung dan metode langsung. Metode tidak langsung terdiri dari

penentuan sudut istirahat, penentuan shear cell, dan pengukuran densitas bulk.

Metode langsung terdiri dari kecepatan alir hopper dan recording flowmeter

(Staniforth, 2002).

Kecepatan alir hopper merupakan metode yang sering digunakan untuk

mengukur sifat alir. Metode ini merupakan metode sederhana dalam menentukan

sifat alir secara langsung dengan mengukur kecepatan serbuk yang keluar dari

hopper. Penutup sederhana diletakkan di atas saluran keluar hopper dan hopper

diisi dengan serbuk. Penutup kemudian digerakkan dan dicatat waktu yang

diperlukan seluruh serbuk untuk keluar (Staniforth, 2002). Menurut Guyot dalam

Fudholi (1983), apabila waktu yang diperlukan oleh 100 gram serbuk untuk

mengalir lebih lama dari 10 detik akan mengalami kesulitan pada waktu

pentabletan.

2. Kandungan lembab

Kelembaban merupakan hal yang penting dalam pembuatan sediaan

(33)

di dalam ruangan dengan kelembaban relatif yang rendah, yaitu di bawah 25%

(Mohrle, 1989).

Keseimbangan kandungan air dapat mempengaruhi aliran dan

karakteristik kompresi serbuk, kekerasan granul, serta stabilitas obat. Persyaratan

kandungan lembab untuk granul effervescent antara 0,4-0,7% dan mudah hancur

dalam air (Fausett, Gayser dan Dash, 2000). Kandungan lembab yang terlalu

tinggi dapat menyebabkan reaksi prematur dalam sistem effervescent (Mohrle,

1989).

3. Waktu larut

Sediaan effervescent yang baik diharapkan terlarut kurang dari 150 detik

(Wehling dan Fred, 2004) membentuk larutan jernih. Dengan kata lain residu

yang tidak larut harus seminimal mungkin. Waktu larut granul effervescent akan

lebih lama dibandingkan dengan waktu larut tablet effervescent, dimana jarak

antara asam dan basa pada tablet akibat kompresi saat pembuatan tablet

berdekatan sehingga menyebabkan tablet lebih cepat terlarut. Oleh karena itu,

waktu larut granul effervescent diharapkan juga kurang dari 150 detik (Wehling

dan Fred, 2004) walaupun waktu larut granul lebih lama daripada tablet

effervescent.

Waktu larut granul effervescent dapat terhalangi oleh jumlah bahan yang

tidak larut air dan bahan pengikat yang terlalu banyak. Kelarutan juga dipengaruhi

oleh kondisi jenuh larutan dari asam atau basa yang digunakan. Jika asam terlarut

(34)

sempurna, demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu jumlah asam dan basa perlu

diperhatikan dalam pembuatan formula (Lindberg et al., 1992).

4. pH larutan

pH dalam larutan merupakan salah satu karakteristik utama dalam

sediaan efffervescent. Konsistensi pH larutan pada berbagai batch memberikan

indikasi bahwa distribusi bahan-bahan dalam proses pembuatan sediaan

effervescent homogen. Adanya variasi pH larutan yang besar menandakan bahwa

campuran bahan atau granul asam-basa tidak homogen. pH larutan juga

merupakan parameter yang penting karena dapat mempengaruhi rasa dari larutan

effervescent (Avani et al., 2006).

Uji pH dilakukan dengan memasukkan pH meter elektrik ke dalam

larutan granul effervescent. Pengukuran pH larutan seharusnya diukur pada waktu

yang spesifik karena pH larutan dapat berubah. EGCG dalam larutan effervescent

paling stabil pada larutan dengan pH 5, sedang EGCG sangat mudah larut pada

larutan dengan pH 5-7 (Kellar et al, 2003).

F. Desain Faktorial

Desain faktorial digunakan untuk menentukan dominasi relatif dari suatu

faktor dalam sebuah penelitian. Selain mengevaluasi setiap faktor, desain faktorial

juga dapat digunakan untuk mengevaluasi ada tidaknya interaksi antar faktor yang

mempengaruhi hasil penelitian (Ostle, 1956). Adanya interaksi dapat dilihat dari

grafik hubungan respon dan level dari faktor. Jika kurva menunjukkan garis

(35)

menentukan respon. Jika kurva menunjukkan garis yang tidak sejajar maka dapat

dikatakan bahwa ada interaksi antar eksipien dalam menentukan respon (Bolton,

1997).

Desain faktorial dengan dua faktor dan dua level berarti ada dua faktor

(misal A dan B) yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda,

yaitu level rendah dan level tinggi. Jumlah percobaan untuk penelitian desain

faktorial dihitung dari jumlah level yang digunakan dalam penelitian,

dipangkatkan dengan jumlah faktor yang digunakan. Jumlah penelitian untuk

penelitian dengan dua level dan dua faktor adalah 22 = 4 (Bolton, 1997).

Optimasi campuran dua bahan (berarti ada dua faktor) dengan desain

factorial (two levels factorial design) dilakukan berdasarkan rumus:

Y = b0 + b1(X1) + b2(X2) + b12(X1)(X2)...(1)

Y = respon hasil yang diamati

X1, X2 = level bagian A dan B, yang nilainya tertentu dari minimal sampai

maksimal

b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan

b0 = rata-rata dari semua percobaan

Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat formula

(2n =4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan faktor), yaitu formula (1)

A dan B masing-masing pada level rendah, formula (a) A pada level tinggi dan B

pada level rendah, formula (b) A pada level rendah dan B pada level tinggi, dan

formula (ab) A dan B masing-masing pada level tinggi (Bolton, 1997). Desain

(36)

Tabel I. Desain formula metode desain faktorial

Keterangan :

- = level rendah

+ = level tinggi

Dari rumus (1) dapat dibuat contour plot suatu respon tertentu yang

sangat berguna dalam memilih campuran yang optimum. Untuk mengetahui

besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksinya dapat diperoleh

dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan rata-rata

respon pada level rendah (Bolton, 1997). Konsep perhitungan efek menurut

Bolton (1997) sebagai berikut :

Efek faktor A =

{

(

) (

)

}

2 1 b ab

a+ − +

Efek faktor B =

{

(

) (

)

}

2

1 a ab

b+ − +

Efek interaksi =

{

(

) (

})

2

1 a b

ab+ − +

Keuntungan utama dari desain faktorial adalah dapat mengidentifikasi

efek dari masing-masing faktor, maupun efek interaksi antar faktor. Dengan

desain faktorial, kontrol terhadap penelitian yang dilakukan dapat ditingkatkan

(37)

secara ekonomis dengan mengurangi jumlah penelitian dibandingkan jika dua

faktor diteliti secara terpisah (Muth, 1999).

G. Landasan Teori

Teh hijau mengandung EGCG yang efektif sebagai antioksidan.

Kefektifannya sebagai antioksidan inilah yang menyebabkan teh hijau diminati

oleh banyak orang. Salah satu bentuk sediaan yang diminati oleh banyak orang

adalah minuman effervescent yang menghasilkan rasa enak karena adanya basa

karbonat penghasil gas CO2 yang mampu memperbaiki rasa dan nyaman dalam

penggunaannya. Untuk menghasilkan minuman penghasil CO2 maka salah satu

bentuk sediaan padat yang dapat digunakan adalah bentuk granul effervescent.

Keuntungan granul effervescent sebagai suatu sediaan obat dibanding

sediaan tablet konvensional adalah absorbsinya yang cepat sehingga dapat

menghasilkan efek obat yang cepat pula, penyiapan larutan yang cepat serta

memberikan kemudahan bagi orang yang sukar menelan. Untuk memenuhi syarat

kualitas mutu, maka parameter sifat fisiknya harus memenuhi standar. Sifat fisik

dapat diukur menggunakan parameter kecepatan alir, kandungan lembab, waktu

larut dan pH larutan.

Faktor yang akan dioptimasi dalam penelitian ini adalah komposisi asam

tartrat dan natrium bikarbonat. Asam tartrat yang sangat mudah larut dalam air,

dapat meningkatkan fungsi antioksidan bila digunakan bersama dengan

antioksidan lain. Natrium bikarbonat merupakan sumber basa yang cepat beraksi

(38)

diharapkan dapat mengevaluasi secara obyektif efek dari asam tartrat, natrium

bikarbonat dan interaksi keduanya serta dapat digunakan untuk memprediksi area

komposisi optimum dalam formula granul effervescent yang digunakan.

H. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan dan pengaruh

dominan antara asam tartrat, natrium bikarbonat, atau interaksi keduanya dengan

respon sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau. Hipotesis didapat

berdasarkan penggunaan Yate’s treatment dalam analisis statistik dengan respon

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimental murni

menggunakan desain faktorial yaitu dengan mencari komposisi optimum asam

tartrat dan natrium bikarbonat sehingga dihasilkan granul effervescent yang

mempunyai sifat fisik yang baik.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah level rendah dan level tinggi

asam tartrat (1 gram dan 1,6 gram) dan natrium bikarbonat (1,092 gram dan 1,793

gram).

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini meliputi sifat fisik granul

effervescent (kecepatan alir, kandungan lembab, waktu larut, pH larutan).

3. Variabel pengacau terkendali

Variabel pengacau terkendali meliputi kelembaban relatif ruangan (± RH

55%, suhu ruangan (± 18oC), suhu pengeringan bahan dan granul effervescent

(40oC), lama pencampuran serbuk (20 menit) dan granul (1 menit), alat untuk

(40)

C. Definisi Operasional

a. Granul effervescent ekstrak teh hijau adalah suatu sediaan padat yang

mengandung zat aktif dari ekstrak teh hijau, juga terdiri dari sumber asam

(asam tartrat) dan sumber basa (natrium bikarbonat) yang bereaksi cepat pada

penambahan air dengan menghasilkan gas CO2.

b. Dalam formula sediaan granul effervescent, asam tartrat digunakan sebagai

sumber asam sedangkan natrium bikarbonat sebagai sumber basa.

c. Ekstrak teh hijau adalah ekstrak kering dari teh hijau yang diperoleh dari PT.

Sido Muncul yang mengandung EGCG sebesar 7,14%.

d. Desain faktorial adalah metode optimasi yang memungkinkan untuk

mengetahui efek dominan dari komponen formula dalam menentukan sifat

fisik granul serta dapat digunakan untuk menentukan area optimum asam

tartrat-natrium bikarbonat berdasarkan superimposed contour plot yang

diprediksi sebagai formula optimum terbatas pada level yang diteliti.

e. Faktoradalah setiap besaran yang mempengaruhi respon, dalam penelitian ini

digunakan 2 faktor yaitu asam tartrat sebagai faktor A dan natrium bikarbonat

sebagai faktor B.

f. Level adalah nilai atau tetapan untuk faktor, dalam penelitian ini terdapat dua

level, yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah asam tartrat dinyatakan

dalam jumlah bahan sebanyak 1 g sedangkan level tinggi sebanyak 1,6 g.

Level rendah natrium bikarbonat dinyatakan dalam jumlah bahan sebanyak

(41)

g. Respon adalah besaran yang dapat dikuantifikasikan dan diamati. Dalam

penelitian ini respon adalah hasil percobaan sifat fisik granul effervescent

(kecepatan alir, kandungan lembab, waktu larut dan pH larutan).

h. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi level dan faktor.

Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon

pada level rendah dan rata-rat pada level tinggi.

i. Formula optimum granul effervescent adalah komposisi bahan penyusun

granul (asam tartrat dan natrium bikarbonat) yang menghasilkan granul

effervescent yang memenuhi persyaratan sifat fisik sebagai berikut memiliki

kecepatan alir (> 10 g/detik), kandungan lembab (0,4%-0,7%), waktu larut

(60-150 detik) dan pH larutan (5-7).

j. Kandungan lembab diukur dengan menggunakan perhitungan selisih antara

bobot awal dengan bobot konstan dimana kandungan lembab diasumsikan

sebagai kandungan lembab total dalam granul effervescent atau ekstrak teh

hijau.

D. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat

Alat-alat gelas (Pyrex), neraca elektrik (Mettler Toledo GB 3002), alat

pengukur waktu alir, moisture analyzer (Sinar TM IR Balance 6100), stopwatch

(Illuminator, Casio), pengayak granul (Laboratory Science, IML), oven

(Memmert), Refrigerator (Toshiba), dehumidifier (OASIS D125), Air Conditioner

(42)

2. Bahan

Ekstrak teh hijau, laktosa (kualitas farmasetik, Brataco), asam tartrat

(kualitas farmasetik, Brataco), natrium bikarbonat (kualitas farmasetik, Brataco),

aspartam (kualitas farmasetik, Brataco), PVP K30 (kualitas farmasetik), (kualitas

farmasetik), etanol 96% (Brataco).

E. Tata Cara Penelitian 1. Pemeriksaan kualitas ekstrak teh hijau, meliputi : a. Pemeriksaan organoleptis

Pemeriksaan organoleptis meliputi warna, bau, dan konsistensi ekstrak teh hijau.

b. Uji kandungan lembab ekstrak

Uji dilakukan dengan menggunakan alat moisture analyzer.

2. Penentuan dosis ekstrak kering teh hijau

Dosis tiap sachet granul effervescent sebagai antioksidan, yaitu

mengandung 35 mg epigallocatechin gallat (Sahelian, 2005). Kandungan EGCG

dalam ekstrak kering teh hijau adalah 7,14%. Untuk mendapatkan 35 mg EGCG

dibutuhkan 500 mg ekstrak kering teh hijau. Hasil tersebut berasal dari

perhitungan :

(43)

3. Penentuan level rendah dan level tinggi asam tartrat dan natrium bikarbonat dalam sediaan effervescent

Komposisi asam yang paling baik untuk sediaan effervescent adalah

25-40% dari bobot formula (Wehling dan Fred, 2004). Oleh karena itu, pada

penelitian ini level rendah asam tartrat adalah 25% sedang level tinggi asam

adalah 40% dari bobot formula sebesar 4 gram. Untuk perhitungan level

rendah-tinggi basa natrium bikarbonat dengan persamaan stoikiometri. Perhitungannya

sebagai berikut :

Persamaan reaksi : 2 NaHCO3 + C4H6O6 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H4O6

BM Asam tartrat =150 ; BM Natrium bikarbonat = 84

a. Level rendah

mol g

g g

x 6,67.10 3

150 1 1 4 100

25 = =

2 NaHCO3 + C4H6O6 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H4O6

0,013 mol 6,67 . 10-3 mol

Massa NaHCO3 = 0,013 mol x 84 = 1,092 gram

Jadi, level rendah asam tartrat (C6H8O7)= 1 gram dan level rendah untuk basa

natrium bikarbonat (NaHCO3) = 1,092 gram.

b. Level tinggi

mol g

g g

x 1,067.10 2

150 6 , 1 6 , 1 4 100

40 = =

2 NaHCO3 + C4H6O6 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H4O6

2,134.10-2mol 1,067.10-2mol

(44)

Jadi, level tinggi untuk asam tartrat (C6H8O7)= 1,6 gram dan level tinggi untuk

basa natrium bikarbonat (NaHCO3) = 1,793 gram.

4. Optimasi formula granul effervescent ekstrak teh hijau dengan kombinasi asam tartrat dan basa natrium bikarbonat

Tabel II. Formula granul effervescent ekstrak teh hijau Formula

Bahan (mg)

1 a b ab

Ekstrak teh hijau 500 500 500 500 Asam Tartrat 1000 1600 1000 1600 Natrium bikarbonat 1092 1092 1793 1793 Laktosa 728 728 728 728 Polivinilpirolidon 3% 24 24 24 24

Aspartam 80 80 80 80

5. Pembuatan granul effervescent

Granul effervescent dibuat secara terpisah antara granul asam dan granul basa

untuk menghindari reaksi effervescent dini. Sebagai larutan pengikat dilarutkan

PVP dalam etanol 96% dengan konsentrasi 3%. Sebelum digunakan masing-

masing bahan (selain PVP) diayak terlebih dahulu dengan menggunakan ayakan

nomor 50, kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven suhu ±40oC selama

2 hari. Laktosa dicampur baik pada granul asam maupun granul basa. Aspartam

tidak dicampurkan pada granul asam hanya pada granul basa. Semua bahan

serbuk dicampur dengan cube mixer selama 20 menit dengan kecepatan 20 rpm.

Granul yang terbentuk dikeringkan dalam oven dengan suhu ±40oC sampai

mencapai bobot konstan kemudian diayak dengan ayakan no 16/20 untuk

(45)

6. Pemeriksaan sifat fisik granul effervescent

a. Kandungan lembab

Dengan alat moisture balance, dimasukkan minimal 5 gram campuran

granul asam dan basa dalam alumunium foil. Pengeringan pada suhu 1050C

selama 15 menit atau sampai bobot konstan, akan didapat persen kadar air. Syarat

kadar air granul effervescent antara 0,4-0,7 % (Fausett et al., 2000).

b. Kecepatan alir

Granul ditimbang 100 gram kemudian dituang perlahan-lahan melalui

tepi corong. Waktu yang diperlukan sampai semua granul keluar dari corong

dicatat sebagai waktu alir. Kecepatan alir dihitung dari waktu yang dibutuhkan

oleh tiap 100 gram granul mengalir.

c. Waktu larut

Sejumlah granul tiap formula dilarutkan ke dalam 200 ml aquadest.

Waktu larut dihitung dengan stopwatch mulai dari granul tercelup ke dalam

aquadest sampai semua granul terlarut. Kelarutan granul dalam aquadest dibantu

dengan pengadukan sebanyak 20 kali. Catat waktu yang dibutuhkan granul untuk

larut dalam air dengan menggunakan stopwatch (Mohrle,1989).

d. pH Larutan

Sejumlah granul sesuai bobot tiap formula yang sudah dilarutkan ke

dalam 200 ml air pada suhu 20-25°C, diukur pH larutan dengan menggunakan pH

meter setelah tidak lagi terjadi reaksi effervescent, yang ditandai dengan tidak lagi

(46)

F. Analisis Data

Data uji sifat fisik granul effervescent yang terkumpul dianalisis dengan

perhitungan efek menurut desain faktorial untuk mengetahui efek yang dominan

dalam menentukan sifat fisik granul effervescent. Formula komposisi asam-basa

yang optimum, yaitu antara asam tartrat dengan natrium bikarbonat, diperoleh dari

penggabungan superimposed contour plot.

Analisis statistik Yate’s treatment dilakukan untuk mengetahui perbedaan

respon yang terjadi pada dua level asam-basa yang berbeda dan mengetahui

adanya interaksi antara asam-basa yang diteliti. Berdasarkan analisis statistik ini

maka dapat ditentukan ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari setiap

faktor dan interaksi terhadap respon. Hal tersebut dapat dilihat dari F hitung dan F

tabel. Sebelumnya ditentukan hipotesis terlebih dahulu. Hipotesis alternatif (Hi)

yaitu terdapat hubungan antara faktor (asam tartrat, natrium bikarbonat, dan

interaksi keduanya) dengan respon. Hipotesis null (Hnull) merupakan negasi Hi,

yaitu tidak ada hubungan. Hi diterima dan H null ditolak apabila nilai Fhitung lebih

besar daripada nilai Ftabel. Taraf kepercayaan yang digunakan untuk uji statistik

(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan kualitas ekstrak teh hijau

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah serbuk ekstrak teh

hijau yang berasal dari PT Sido Muncul. Serbuk ini telah mengalami pemeriksaan

kandungan senyawa kimia. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya COA

(Certificate of Analysis) yang telah dilampirkan pada saat penerimaan serbuk teh

hijau dari PT Sido Muncul.

Adanya standarisasi ekstrak teh hijau ini berguna untuk memastikan

bahwa serbuk ekstrak teh hijau memiliki mutu yang baik sehingga dapat

digunakan dalam penelitian dan memberikan hasil yang baik. Berikut hasil uji

organoleptis yang telah dilakukan pada serbuk ekstrak teh hijau :

Bau : tidak berbau

Warna : kuning kehijauan

Rasa : tidak berasa

Bentuk : serbuk halus

Uji kandungan lembab juga dilakukan dalam pemeriksaan kualitas

ekstrak teh hijau. Uji kandungan lembab bertujuan untuk mengetahui jumlah

kandungan lembab pada ekstrak kering teh hijau. Dari hasil pengukuran didapat

rata-rata kandungan lembab dalam ekstrak kering teh hijau adalah 4,028%,

dimana nilai tersebut sesuai dengan persyaratan kadar air ekstrak kering yaitu

(48)

kering teh hijau tersebut jika dihubungkan dengan sistem effervescent maka

kandungan lembab tersebut tidak memenuhi kandungan lembab yang diijinkan

dalam sediaan effervescent yaitu 0,4-0,7% (Fausett et al, 2000) meskipun

kandungan lembab tersebut memenuhi persyaratan kandungan lembab ekstrak

yang diijinkan. Oleh karena itu pada proses pembuatan granul effervescent

dilakukan tahap pengeringan granul dan pengendalian RH ruangan tempat

pembuatan, dengan demikian diharapkan granul effervescent yang terbentuk dapat

memenuhi persyratan kandungan lembab sediaan effervescent.

B. Formulasi dan Pembuatan Granul Effervescent

Pada pembuatan larutan granul effervesecent ekstrak teh hijau ini telah

dilakukan orientasi rasa secara kualitatif dengan menggunakan beberapa

sukarelawan dan didapatkan larutan granul effervescent dengan rasa yang enak.

Gas karbondioksida yang terbentuk juga dapat memberikan efek sparkle (seperti

soda) yang dapat mempermudah proses pelarutan zat aktif.

Formulasi dalam suatu sedían obat memiliki cakupan yang luas, meliputi

pemilihan bahan aktif, bahan tambahan, bentuk sediaan obat, proses produksi,

pemilihan alat produksi, lingkungan dan pengemasan. Pada penelitian ini senyawa

bioaktif yang digunakan adalah EGCG dalam serbuk ekstrak teh hijau. Nilai LD50

dari EGCG yaitu 347,2 mg/kg BB (Anonim b, 2005) atau 17360 mg/50kgBB

sedang dosis yang digunakan pada pembuatan granul effervescent ini adalah

500mg tiap formula. Rata-rata berat badan orang Indonesia adalah 50 kg sehingga

(49)

tersebut tidak melebihi LD50 EGCG yang ditetapkan. Jika dosis yang digunakan

melebihi LD50 EGCG yang ditetapkan maka dapat menyebabkan kerusakan DNA

dan dapat mengaktivasi kematian sel. Namun demikian, mekanisme penyebab

kerusakan DNA dan kematian sel belum diketahui secara pasti (Tian, Sun, Xu,

dan Hua, 2007)

Salah satu faktor keberhasilan dalam pembuatan sedian obat ditentukan

oleh ketepatan dalam memilih eksipien yang dipakai. Pada dasarnya eksipien yang

digunakan harus bersifat netral, tidak berbau, tidak berasa dan sedapat mungkin

tidak berwarna (Voigt, 1994). Penentuan formula dilakukan berdasarkan metode

desain faktorial. Pada metode ini ditentukan kombinasi campuran yang optimum

antara dua faktor, yaitu asam tartrat dan natrium bikarbonat. Komposisi formula

campuran asam tartrat dan natrium bikarbonat dapat dilihat pada tabel II. Jumlah

asam yang digunakan dalam formula granul effervescent adalah sebesar 25% dari

berat granul tiap formula untuk level rendah dan 40% untuk level tinggi. Dengan

range konsentrasi 25-40% dari berat granul tiap formula, maka sumber asam yang

yang digunakan dapat menghasilkan reaksi effervescent yang baik (Wehling dan

Fred, 2004).

Sumber asam yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam tartrat.

Asam tartrat dipilih karena asam tartrat memiliki kelarutan yang tinggi terhadap

air. Asam tartrat terlarut di dalam kurang dari 1 bagian air (Lindberg et al., 1992).

Sumber basa yang digunakan adalah natrium bikarbonat. Natrium bikarbonat

dipilih karena sifatnya yang larut sempurna dalam air, non higroskopis, stabil

(50)

menghasilkan gas karbondioksida dalam jumlah yang besar daripada natrium

karbonat. Hal ini disebabkan karena natrium bikarbonat sangat mudah bereaksi

dengan adanya air daripada natrium karbonat (Rau, 2001). Jumlah karbondioksida

yang besar dan kelarutan natrium bikarbonat yang tinggi terhadap air, didukung

dengan sifat asam tartrat yang juga mudah larut dalam air, dapat membantu

mempermudah proses kelarutan granul effervescent dalam air. Persamaan reaksi

antara asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai berikut :

2 NaHCO3 + C4H6O6 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H4O6

Berdasarkan persamaan di atas dapat dilihat bahwa 1 mol asam tartrat

dapat bereaksi dengan 2 mol natrium bikarbonat untuk menghaslkan 2 mol gas

karbondioksida.

Pengisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laktosa. Laktosa

dipilih karena memiliki sifat yang inert, non higroskopis dan mudah larut dalam

air (Aldenborn, 2002). Sifat-sifat tersebut mendukung terbentuknya granul

effervescent yang baik.

Bahan pengikat yang digunakan adalah PVP K30. Menurut Mohrle

(1989), PVP merupakan bahan pengikat yang efektif dalam pembuatan sediaan

effervescent. Konsentrasi PVP yang biasa digunakan sebagai bahan pengikat

berkisar antara 0,5-5% (Rowe et al., 2006). Berdasarkan hasil orientasi maka

konsentrasi PVP yang digunakan adalah 3%. Pada konsentrasi 3%, PVP sudah

dapat menunjukkan kemampuannya sebagai bahan pengikat, terlihat dari

kekerasan granul yang dihasilkan, tidak rapuh dan tidak terlalu keras, dan granul

(51)

Bahan pemanis diperlukan untuk memperbaiki rasa dari granul

mengingat asam tartrat memiliki sifat yang asam. Pemanis yang digunakan adalah

aspartam. Konsentrasi aspartam hasil orientasi yang digunakan adalah 2% dari

bobot tiap formula yaitu 80mg. Dengan konsentrasi tersebut, rasa yang terlalu

asam dari asam tartrat dapat berkurang sehingga rasanya dapat lebih enak.

Konsentrasi tersebut tidak melebihi penggunaan aspartam yang diijinkan yaitu

40mg/kg BB per hari. Pada proses pembuatan granul effervescent, aspartam

ditambahkan pada granul basa. Hal ini disebabkan rasa manis dari aspartam dapat

meningkat bila dicampurkan bersama natrium bikarbonat (Allen, 2002). Selain

itu larutan yang dihasilkan juga jernih ketika aspartam ditambahkan pada

campuran granul basa dibanding ketika ditambahkan pada campuran granul asam.

Bahan-bahan yang digunakan untuk proses granulasi sebelumnya diayak

terlebih dahulu dengan ayakan no.50 dan dikeringkan dalam oven dengan suhu

40oC selama 2 hari. Pengayakan bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel,

terutama untuk serbuk-serbuk yang mudah menggumpal, sehingga pada saat

proses granulasi bahan-bahan dapat tercampur merata. Tujuan pengeringan selama

2 hari yaitu untuk mengurangi kandungan air yang ada di dalam bahan-bahan

karena mengingat selama proses pengiriman dan pengayakan bahan, tidak

mungkin terlepas dari pengaruh luar, sehingga memungkinkan adanya

penambahan kandungan lembab meskipun bahan yang digunakan dalam bentuk

anhidrat. Kandungan lembab ini dapat menjadi masalah yang penting karena akan

memicu terjadinya effervescent dini, sehingga kandungan lembab ini sebisa

(52)

basa, sebelum dilarutkan dalam air dan sebelum digunakan, misalnya selama

proses pembuatan, penyimpanan, ataupun pendistribusiannya. Pengeringan bahan

dilakukan pada suhu 40oC, karena menurut Swarbrick dan Boylan (1992), pada

suhu lebih dari 50oC natrium bikarbonat akan berubah menjadi natrium karbonat,

yang akan menghasilkan CO2 lebih sedikit dibandingkan dengan natrium

bikarbonat.

Dalam proses pembuatan granul effervescent, granul asam dan granul

basa masing-masing dibuat secara terpisah. Hal ini bertujuan untuk mencegah

terjadinya reaksi effervescent dini. Pangeringan masing-masing granul asam-basa

dilakukan selama 7 hari kemudian diayak dan dicampur. Pengeringan dilakukan

sampai hari ke-tujuh karena robot granul telah mencapai robot constan pada hari

ter4sebut. Pengeringan dilakukan di dalam oven sambil granul dibalik-balik dan

diratakan tiap harinya. Hal ini bertujuan agar pengeringan granul dapat merata.

Jika granul belum mengalami bobot konstan dan pengeringan tidak merata maka

hasil uji sifat fisik campuran granul asam-basa tidak mencerminkan hasil yang

sebenarnya. Granul asam dan basa yang belum benar-benar kering, karena masih

terdapat kandungan lembab yang tinggi, dapat menyebabkan terjadinya reaksi

effervescent dini ketika dicampur. Kandungan lembab yang tinggi dan tidak

merata dapat menyebabkan waktu yang diperlukan granul untuk melarut menjadi

lebih lama karena kehilangan aktifitas effervescent (Ansar, Rahardjo, Noor, dan

Rochmadi, 2006). Hal tersebut dapat disebabkan karena kadar karbondioksida

yang berkurang, sehingga waktu proses pecahnya granul effervescent yang

(53)

dengan menggunkan ayakan 16/20 karena menurut Allen (2002), nomor ayakan

2-40 cocok untuk ayakan granul effervescent. Dengan ayakan 16/20, granul

effervescent yang dihasilkan dapat mengalir dengan baik yaitu lebih dari

10g/detik.

C. Uji Sifat Fisik Campuran Granul Effervescent

Sifat fisik dari sediaan granul effervescent diamati dari profil kandungan

lembab, kecepatan alir, waktu larut dan pH larutan. Pengamatan sifat fisik granul

effervescent bertujuan untuk memperoleh sediaan granul effervescent teh hijau

yang memenuhi salah satu syarat mutu, yaitu dapat diterima (acceptable) oleh

masyarakat.

Dari hasil percobaan yang dilakukan didapatkan data kandungan lembab,

kecepatan alir, waktu larut dan pH larutan untuk masing-masing formula yang

ditampilkan pada tabel III.

Tabel III. Hasil pengukuran sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau Formula Kandungan

lembab (%)

Kecepatan alir (g/dtk)

pH Waktu larut

(dtk)

1 2,512 ± 0,411 47,193 ± 7,367 4,943 ± 0,364 109,417 ± 21,977 a 2,590 ± 0,246 47,881 ± 4,544 4,076 ± 0,168 117,000 ± 10,278 b 2,648 ± 0,377 46,185 ± 7,581 5,854 ± 0,361 99,917 ± 5,820 ab 2,113 ± 0,204 45,606 ± 5,097 5,098 ± 0,438 111,167 ± 12,698

Perhitungan secara desain faktorial menggunakan 2 level, yaitu level

rendah dan level tinggi, dan 2 faktor, yaitu faktor asam tartrat dan natrium

(54)

yang dominan dan adanya interaksi antara asam tartrat dan natrium bikarbonat

dalam menentukan sifat fisik granul effervescent.

Hubungan pengaruh peningkatan level asam tartrat dan natrium

bikarbonat dapat dilihat pada grafik hubungan pengaruh faktor terhadap respon.

Adanya interaksi antar faktor ditandai dengan adanya dua garis yang tidak sejajar

atau berpotongan pada grafik. Kelebihan dari metode ini yaitu mempermudah

melihat arah perubahan respon akibat perubahan faktor-faktornya sedangkan

keterbatasan metode ini adalah tidak dapat menjelaskan bagaimana bentuk

interaksi jika terjadi interaksi antar faktor

Dari hasil pengukuran sifat fisik granul effervescent dapat dilakukan

analisis perhitungan efek untuk mengetahui perngaruh dari masing-masing faktor

terhadap respon. Tabel IV menunjukkan efek dari masing-masing faktor dalam

menentukan sifak fisik granul effervescent.

Tabel IV. Efek asam tartrat, efek natrium bikarbonat dan efek interaksi antar keduanya dalam menentukan sifat fisik granul effervescent

Respon Asam tartrat Natrium bikarbonat Interaksi

Kandungan lembab |-0,229| |-0,171| |-0,307| Kecepatan alir 0,055 |-1,642| |-1,267|

Waktu larut 9,417 |-7,667| 1,834

pH |-0,812| 0,967 0,056

Dari perhitungan efek dapat diketahui faktor yang dominan dalam

menentukan sifat fisik granul effervescent. Faktor yang dominan dapat diketahui

dari nilai efek yang terbesar tanpa memperhatikan notasi positif maupun negatif.

Jika dari perhitungan diperoleh notasi positif, maka faktor tersebut berpengaruh

(55)

1. Kandungan lembab

Hasil pengukuran kandungan lembab pada penelitian ini (tabel III) tidak

memenuhi persyaratan. Faktor kelembaban ruangan yang digunakan pada proses

pembuatan granul dapat menambah kandungan lembab granul effervescent yang

dihasilkan. Pada saat pembuatan granul, meskipun sudah menggunakan

dehumidifier, batas kelembaban ruangan yang dapat dicapai hanya ±55%. Tidak

bisa tercapainya kelembaban ruangan seperti yang diharapkan menjadi salah satu

keterbatasan dalam penelitian ini. Meskipun demikian, pengendalian agar

kandungan lembab pada granul effervescent tidak terlalu besar tetap dilakukan,

yaitu dengan menggunakan AC bersuhu ±18oC dan melakukan tahap pengeringan

bahan di oven bersuhu 40oC sebelum digunakan. Hal tersebut dilakukan agar

didapat kandungan lembab sesuai yang dipersyaratkan.

Berdasarkan hasil perhitungan nilai efek pada tabel IV pada respon

kandungan lembab, asam tartrat dan natrium bikarbonat bersama interaksinya

menyebabkan penurunan nilai kandungan lembab (nilai efek adalah negatif). Dari

semua faktor dan interaksinya, interaksi asam tartrat dan natrium bikarbonat

adalah faktor yang paling dominan dalam menentukan respon kandungan lembab

secara umum.

Grafik pada gambar 2 menunjukkan pengaruh asam tartrat dan natrium

(56)

Pengaruh Asam Tartrat terhadap Kandungan Lembab 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000

1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600

Asam Tartrat K a n dun ga n l e m ba b

Level Rendah Natrium Bikarbonat

Level Tinggi Natrium Bikarbonat

Pengaruh Natrium Bikarbonat terhadap Kandungan Lembab

1.000 1.500 2.000 2.500 3.000

1092 1192 1292 1392 1492 1592 1692 1792

Natrium bikarbonat Ka ndu nga n l e m b a b

Level Rendah Asam Tartrat Level Tinggi Asam Tartrat

(a) (b)

Gambar 2. Hubungan pengaruh asam tartrat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap kandungan lembab

Pada gambar 2(a) terlihat bahwa semakin banyak asam tartrat yang

digunakan akan berefek menaikkan kandungan lembab granul effervescent pada

penggunaan level rendah natrium bikarbonat sedangkan pada level tinggi natrium

bikarbonat, semakin banyak penggunaan asam tartrat akan berefek menurunkan

kandungan lembab. Pada gambar 2(b) dapat dilihat bahwa semakin banyak

natrium bikarbonat yang digunakan akan berefek menaikkan kandungan lembab

granul effervescent pada penggunaan level rendah asam tartrat sedangkan pada

level tinggi asam tartrat, semakin banyak penggunaan natrium bikarbonat akan

berefek menurunkan kandungan lembab.

Penggunaan asam tartrat dan natrium bikarbonat yang semakin banyak

menyebabkan perubahan kandungan lembab pada level tinggi asam tartrat lebih

besar dibanding level rendah asam tartrat. Adanya dua garis yang tidak sejajar

pada grafik menunjukkan adanya interaksi antara 2 faktor yang digunakan, yaitu

(57)

Tabel V. Hasil perhitungan Yate’s treatment pada respon kandungan lembab

Source of variation

Degrees of

freedom Sum of square Mean square F

Replikates 11 2,572 0,234

Treatment 3 2,101 0,700

Asam tartrat 1 0,626 0,626 10,459

NaHCO3 1 0,347 0,347 5,797

Interaksi 1 1,129 1,129 18,866

Experimental

error 33 1,974 0,060

Total 47 6,647

Berdasarkan analisis statistik menggunakan Yate’s treatment (tabel V)

didapatkan kesimpulan bahwa semua faktor (asam tartrat, natrium bikarbonat) dan

interaksi faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh bermakna secara statistik

terhadap respon kandungan lembab. Hal tersebut dikarenakan nilai Fhitung semua

faktor dan interaksinya lebih besar daripada nilai Ftabel (yaitu: 4,13).

Berdasarkan Yate’s treatment, terdapat interaksi yang terjadi antara asam

tartrat dan natrium bikarbonat yang bersifat dominan dalam mempengaruhi respon

kandungan lembab. Dengan kata lain, respon kandungan lembab granul

effervescent dibangun oleh interaksi antara asam tartrat dan natrium bikarbonat.

Berdasarkan perhitungan nilai efek, adanya interaksi asam tartrat dan natrium

bikarbonat dapat memberikan keuntungan yaitu menurunkan kandungan lembab

granul effervescent. Hal ini dapat dilihat dari nilai efek interaksi yang bernilai

negatif pada tabel efek kandungan lembab.

2. Kecepatan alir

Pemeriksaan sifat alir campuran granul perlu dilakukan untuk

(58)

mudah granul mengalir maka proses pengisian granul ke dalam kemasan

(misalnya sachet) dapat berjalan lancar. Sifat alir campuran juga berperan dalam

homogenitas campuran granul. Jika sifat alit granul baik maka bobot campuran

granul per <

Gambar

Tabel I. Desain formula metode desain faktorial .......................................18
Gambar 1 Struktur epicatechin, epicatechin-3-gallat, epigallocatechin,dan
Gambar 1. Struktur epicatechin, epicatechin-3-gallat, epigallocatechin,dan
grafik hubungan respon dan level dari faktor. Jika kurva menunjukkan garis
+7

Referensi

Dokumen terkait

apakah dapat ditemukan area komposisi optimum natrium bikarbonat dan campuran asam tartrat-asam fumarat yang dikehendaki dalam contour plot super imposed pada pembuatan

Variasi asam sitrat, asam tartrat dan natrium bikarbonat dalam formulasi berpengaruh terhadap sifat fisik. Penambahan asam sitrat maka menaikkan

effervescent ekstrak daun ashitaba dilakukan variasi terhadap kadar asam sitrat, asam tartrat, dan natrium bikarbonat karena berpengaruh terhadap kadar

dan asam fumarat yaitu 2:1. Menurut Wehling dan Fred, 2004, komposisi asam yang paling baik dalam sediaan effervescent adalah 25-40% dari bobot total. Bobot granul total yang

Juga dapat diketahui area komposisi optimum asam sitrat-asam tartrat dan natrium bikarbonat berdasarkan contour plot super imposed , dimana area tersebut diprediksi sebagai

“ Optimasi campuran asam sitrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien pada pembuatan granul effervescent ekstrak herba pegagan (Centellae asiaticae Herba) secara granulasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manakah diantara faktor asam tartrat, natrium karbonat atau interaksi bersifat keduanya yang dominan terhadap sifat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor asam tartrat, natrium bikarbonat, atau interaksi keduanya yang berpengaruh dominan terhadap sifat fisik granul, serta mengetahui