OPTIMASI ASAM FUMARAT DAN NATRIUM BIKARBONAT
SEBAGAI EKSIPIEN PADA PEMBUATAN GRANUL
EFFERVESCENT
EKSTRAK TEH HIJAU (
Camellia sinensis
L.)
DENGAN METODE GRANULASI BASAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Eva Lusiana NIM : 058114091
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
OPTIMASI ASAM FUMARAT DAN NATRIUM BIKARBONAT
SEBAGAI EKSIPIEN PADA PEMBUATAN GRANUL
EFFERVESCENT
EKSTRAK TEH HIJAU (
Camellia sinensis
L.)
DENGAN METODE GRANULASI BASAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Eva Lusiana NIM : 058114091
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
SEBAGAI EKSIPIEN PADA PEMBUATAN GRANUL EFFERWSCENT
EKSTRAK TEH IIIJAU {Camellia sinensis L.) DENGAF{ METODE
GRANULASI BASAII
Yang diajukan oleh:
Eva Lusiana
N I M : 0 5 8 1 1 4 0 9 1
telah disetujui oleh
(AgathaBudi Susiana
Lestari, M.Si., Apt.)
111
Pembimbing
EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis
L.) DENGAN METODE
GRANTILASI BASAH
O l e h : Eva Lusiana N I M : 0 5 8 1 1 4 0 9 1
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma padatanggal: 28 Januari 2009
Mengetahui Fakultas Farmasi
(Agatha Budi Susiana
Lestari, M.Si., Apt.)
PanitiaPenguji:
1. Agatha Budi Susiana
Lestari, M.Si., Apt.
2. Yohanes
Dwiatmaka M.Si.
3. Dewi Setyaningsih,
M.Sc., Apt.
lv
, M.Si., Apt.)
v
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang
ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan,
yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan
kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang
penuh harapan.
(Yeremia 29 : 11)
Karya ini kupersembahkan untuk :
Jesus Christ
Keluargaku
Teman-temanku
vii PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, kasih karunia, dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Optimasi Asam Fumarat dan Natrium Bikarbonat sebagai Eksipien pada Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis L.) dengan Metode Granulasi Basah” dengan baik sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini, penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada :
1. Jesus Christ untuk semua berkat, anugerah, dan rencana-Nya yang selalu indah pada waktunya.
2. Pihak PHK A3 yang telah membiayai penelitian ini.
3. Papi, Mami, serta adik-adikku Teddy dan Denny atas segala doa dan dukungannya selama ini.
4. Ibu Rita Suhadi, M.Si, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
viii
6. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini jadi lebih baik.
7. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini jadi lebih baik.
8. Teman-teman tim effervescent green tea (Aster, Yokhe, Ceci, Erika, Uli, Lia, Hendra) atas kerja sama dan kebersamaan selama menyelesaikan skripsi ini. 9. Sahabat-sahabatku di Kos Dewi (Nana, Nia, Fetri, Dina, Siska) serta Lisa atas
persahabatan dan semua kenangan indah yang kulalui bersama kalian.
10.Cie Novita, Astrid, Fredy, dan Edmond yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada penulis serta bersedia menjadi tempat untuk berbagi cerita. 11.Lina Chang, Ong, Vanny, Rias, Rio, Omega, Ilon, Alfa dan teman-teman
angkatan 2005 atas kebersamaan, suka dan duka selama kuliah.
12.Pak Musrifin, Mas Agung, Mas Ottok, Mas Iswandi, Mas Kunto, dan Pak Parlan selaku laboran yang telah banyak membantu selama penelitian.
13.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 28 Januari 2009
x INTISARI
Salah satu tanaman yang banyak diteliti manfaatnya adalah teh (Camellia sinensis L.). Teh hijau mengandung senyawa epigallocathecin gallate (EGCG) yang diketahui mempunyai efek sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek asam fumarat, natrium bikarbonat, atau interaksi keduanya yang dominan dalam menentukan sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau yang dibuat dengan metode granulasi basah serta mendapatkan area komposisi optimum asam fumarat dan natrium bikarbonat yang menghasilkan sifat fisik granul yang dikehendaki. Sifat fisik granul tersebut meliputi, kecepatan alir, kandungan lembab, waktu larut, dan pH larutan.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan dua faktor yaitu asam fumarat dan natrium bikarbonat. Pengolahan data dilakukan menggunakan desain faktorial untuk menentukan faktor yang dominan. Tingkat signifikansi pengaruh setiap faktor dianalisis secara statistik menggunakan Yate’s treatment dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada faktor yang dominan dalam menentukan kecepatan alir granul, sedangkan kandungan lembab, waktu larut, dan pH larutan dipengaruhi secara dominan oleh asam fumarat. Berdasarkan contour plot superimposed tidak ditemukan area komposisi optimum asam fumarat dan natrium bikarbonat yang menghasilkan sifat fisik granul yang dikehendaki.
xi ABSTRACT
One of the most studied plants is tea (Camellia sinensis L.). Green tea contains epigallocathecin gallate (EGCG) that had been known has an antioxidant effect. The aims of this research were to investigate the dominant effect among fumaric acid, sodium bicarbonate, or their interaction in determining physical properties of effervescent granules of green tea extract made with wet granulation method and to find out the optimum composition area of fumaric acid and sodium bicarbonate that resulted desired physical properties of effervescent granules. They were effervescent granules’ flow rate, moisture content, dissolution time, and solution’s pH.
This research was a pure experimental study with two factors, fumaric acid and sodium bicarbonate. Data was processed using factorial design to determine the dominant factor. Significance level of each influence factor was analyzed statistically using Yate’s treatment with 95% level of confidence.
The result showed that there was no dominant factor in determining granules’ flow rate. Moisture content, dissolution time, and solution’s pH determined dominantly by fumaric acid. Based on superimposed contour plot, the optimum composition area of fumaric acid and sodium bicarbonate that resulted desired physical properties of effervescent granules wasn’t found.
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
PRAKATA ... vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix
INTISARI ... x
ABSTRACT ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I. PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Permasalahan... 3
2. Keaslian penelitian ... 3
3. Manfaat penelitian ... 4
B. Tujuan Penelitian ... 4
1. Tujuan umum ... 4
2. Tujuan khusus ... 4
xiii
A. Teh (Camellia sinensis L.)... 6
1. Keterangan botani ... 6
2. Penggolongan ... 6
3. Kandungan kimia ... 6
4. Kegunaan ... 8
B. Ekstrak ... 8
C. Granul Effervescent ... 9
D. Granulasi Basah ... 10
1. Dengan panas ... 10
2. Dengan cairan non reaktif ... 10
3. Dengan cairan reaktif ... 11
E. Pemerian Bahan ... 11
1. Asam fumarat ... 11
2. Natrium bikarbonat ... 11
3. Laktosa ... 12
4. Aspartam ... 12
5. Polivinilpirolidon (PVP) ... 13
F. Sifat Fisik Granul Effervescent ... 13
1. Kecepatan alir ... 13
2. Kandungan lembab ... 14
3. Waktu larut ... 14
4. pH larutan ... 14
xiv
H. Landasan Teori ... 16
I. Hipotesis ... 18
BAB III. METODE PENELITIAN ...………... 19
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 19
B. Variabel Penelitian ... 19
C. Definisi Operasional ... 19
D. Bahan Penelitian ... 21
E. Alat Penelitian ... 21
F. Tata Cara Penelitian ... 21
1. Pemeriksaan kualitas ekstrak teh hijau ………... 21
2. Penentuan dosis ekstrak kering teh hijau ... 22
3. Penentuan level rendah dan level tinggi asam fumarat dan natrium bikarbonat dalam sediaan granul effervescent ekstrak teh hijau ... 22
4. Formula granul effervescent ekstrak teh hijau dengan kombinasi asam fumarat dan natrium bikarbonat ………. 24
5. Pembuatan granul effervescent dengan metode granulasi basah .. 24
6. Pemeriksaan sifat fisik granul effervescent ……….. 25
7. Uji homogenitas campuran ……….. 26
G. Analisis Data ... 26
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...… 28
A. Pemeriksaan kualitas ekstrak teh hijau ……….. 28
xv
C. Uji sifat fisik granul ... 34
1. Kecepatan alir ... 35
2. Kandungan lembab ... 38
3. Waktu larut ... 40
4. pH larutan ... 43
D. Optimasi formula ... 46
1. Kecepatan alir ... 46
2. Kandungan lembab ... 47
3. Waktu larut ... 48
4. pH larutan ... 49
E. Prediksi kandungan CO2 teoritis ... 50
F. Prospek hasil penelitian ... 51
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53
A. Kesimpulan ... 53
B. Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 54
LAMPIRAN ... 58
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Notasi formula desain faktorial ... 15
Tabel II. Formula granul effervescent ekstrak teh hijau ... 24
Tabel III. Hasil uji sifat fisik granul effervescent... 35
Tabel IV. Hasil perhitungan efek terhadap sifat fisik granul effervescent ... 35
Tabel V. Hasil perhitungan Yate's treatment pada respon kecepatan alir granul ... 37
Tabel VI. Hasil perhitungan Yate's treatment pada respon kandungan lembab granul ... 40
Tabel VII. Hasil perhitungan Yate's treatment pada respon waktu larut granul ... 43
Tabel VIII. Hasil perhitungan Yate's treatment pada respon pH larutan ... 45
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur EGCG (-) epigallocatechin-3-gallate; EGC (-) epigallocatechin; ECG (-) epicatechin-3-gallate;
dan EC (-) epicatechin ... 7
Gambar 2. Grafik hubungan pengaruh asam fumarat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap kecepatan alir granul ... 36
Gambar 3. Grafik hubungan pengaruh asam fumarat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap kandungan lembab granul ... 39
Gambar 4. Grafik hubungan pengaruh asam fumarat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap waktu larut granul ... 42
Gambar 5. Grafik hubungan pengaruh asam fumarat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap pH larutan ... 44
Gambar 6. Contour plot kecepatan alir granul effervescent... 47
Gambar 7. Contour plot kandungan lembab granul effervescent... 48
Gambar 8. Contour plot waktu larut granul effervescent... 49
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Certificate of Anayisis ekstrak teh hijau ... 58
Lampiran 2. Dokumentasi ... 59
Lampiran 3. Perhitungan level asam fumarat dan natrium bikarbonat ... 60 Lampiran 4. Data Penimbangan Formula, Notasi dan Formula Desain
Faktorial ... 62 Lampiran 5. Data kandungan lembab ekstrak, kadar EGCG dalam ekstrak,
uji sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau, dan uji
homogenitas... 63 Lampiran 6. Perhitungan persamaan desain faktorial ... 67 Lampiran 7. Perhitungan Yate’s treatment... 78 Lampiran 8. Perhitungan prediksi kandungan CO2 teoritis dalam larutan
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tanaman yang banyak diteliti manfaatnya adalah teh (Camellia sinensis L.). Berdasarkan proses pengolahannya, teh diklasifikasikan ke dalam
tiga jenis, yaitu teh fermentasi (teh hitam), teh semi fermentasi (teh oolong), dan teh tanpa fermentasi (teh hijau). Selain dapat dikonsumsi sebagai minuman, teh juga dapat digunakan sebagai obat tradisional. Sejumlah penelitian secara epidemiologi dan farmakologi menyatakan bahwa ekstrak teh hijau mempunyai pengaruh antioksidan yang kuat. Beberapa penelitian terakhir menyebutkan bahwa keempat komponen polifenol teh, (-) epigalokatekin galat (EGCG), (-) epikatekin galat (ECG), (-) epigalokatekin (EGC), dan (-) epikatekin (EC) merupakan antioksidan yang penting (Rohdiana, 2001). EGCG merupakan konstituen yang utama dan mempunyai sifat antioksidan tertinggi dalam teh hijau (Chen, Tipoe, Liong, So, Leung, Tom, Fung, dan Nanji, 2004).
granul effervescent dipilih sebagai pengembangan formulasi dari ekstrak teh hijau karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan bentuk sediaan solid oral konvensional lain seperti tablet dan kapsul. Sediaan granul effervescent memungkinkan penyiapan larutan dalam waktu seketika, dapat diberikan pada pasien yang kesulitan menelan tablet atau kapsul (Swarbrick dan Boylan, 1992), serta memberikan rasa yang enak dan segar karena terjadi reaksi karbonasi yang dapat menutupi rasa beberapa obat tertentu (Mohrle, 1989). Jika dibandingkan dengan bentuk sediaan larutan, keunggulan granul effervescent terletak pada sensasi segar yang dihasilkan dari reaksi antara sumber asam dan sumber basa. Selain itu, granul effervescent ini memiliki dosis EGCG yang telah diketahui dengan pasti sehingga memperkuat fungsinya sebagai antioksidan.
Asam dan basa merupakan komposisi yang penting dalam sediaan effervescent karena keduanya akan bereaksi dengan adanya air menghasilkan gas
CO2 yang berfungsi membantu kelarutan. Salah satu sumber asam yang banyak digunakan adalah asam fumarat karena bersifat tidak higroskopis (Swarbrick dan Boylan, 1992), sedangkan sebagai sumber basa yang utama digunakan natrium bikarbonat (Mohrle, 1989).
Penelitian ini bertujuan untuk mencari komposisi formula granul effervescent ekstrak teh yang optimum menggunakan metode desain faktorial
segregasi komponen-komponen serbuk (Bandelin, 1989). Area komposisi yang optimum dapat diperoleh melalui contour plot superimposed. Selain itu, melalui penelitian ini juga diketahui efek faktor mana di antara asam fumarat, natrium bikarbonat atau interaksi keduanya yang dominan dalam menentukan sifat fisik granul yang dihasilkan.
1. Permasalahan
a. Apakah ekstrak teh hijau dapat diformulasikan menjadi sediaan granul effervescent yang memenuhi persyaratan kualitas?
b. Manakah di antara asam fumarat, natrium bikarbonat, atau interaksi keduanya yang bersifat dominan dalam mempengaruhi respon sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau?
c. Apakah ditemukan area optimum komposisi asam fumarat dan natrium bikarbonat dalam contour plot superimposed yang menghasilkan sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau yang dikehendaki?
2. Keaslian penelitian
penelitian mengenai optimasi asam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien pada pembuatan granul effervescent ekstrak teh hijau (Camellia sinensis L.) dengan metode granulasi basah belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai penggunaan asam fumarat dan natrium bikarbonat dalam pembuatan granul effervescent ekstrak teh hijau.
b. Manfaat praktis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sediaan granul effervescent ekstrak teh hijau yang bermanfaat dan dapat diterima oleh
masyarakat.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum :
Menghasilkan granul effervescent ekstrak teh hijau yang mempunyai sifat fisik yang dikehendaki.
2. Tujuan khusus :
a. Mengetahui apakah ekstrak teh hijau dapat diformulasikan menjadi sediaan granul effervescent yang memenuhi persyaratan kualitas
6 BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Teh (Camellia sinensis L.) 1. Keterangan botani
Teh (Camellia sinensis L.) termasuk dalam suku Theaceae, dengan sinonim Camellia bohea Griff., C. sinensis (L.) O.K., C. theifera Dyer., Thea sinensis L., T. assamica Mast., T. cochinchinensis Lour., T. cantoniensis Lour.,
T. chinensis Sims., T. viridis L. (Dalimartha, 1999).
2. Penggolongan
Secara umum berdasarkan cara/proses pengolahannya, teh dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Teh hijau dibuat dengan cara menginaktifasi enzim oksidase/fenolase yang ada dalam pucuk daun teh segar, dengan cara pemanasan atau penguapan menggunakan uap panas sehingga oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat dicegah. Teh hitam dibuat dengan cara memanfaatkan terjadinya oksidasi enzimatis terhadap kandungan katekin teh. Sementara, teh oolong dihasilkan melalui proses pemanasan yang dilakukan segera setelah proses rolling/penggulungan daun, dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi. Oleh karena itu, teh oolong disebut sebagai teh semi-fermentasi (Hartoyo, 2003).
3. Kandungan kimia
bobot kering (Shaheen, Hossen, Ahmed, Amran, 2006). Polifenol teh hijau terdiri dari (-) epigalokatekin galat (EGCG), (-) epigalokatekin, (-) epikatekin galat, dan (-) epikatekin. EGCG merupakan konstituen yang utama dan mempunyai sifat antioksidan tertinggi dalam teh hijau (Chen et al, 2004).
HO
OH O
OR2 OH
OH
R1
OH
OH
OH O
R1 R2
EC H H
EGC OH H
ECG H galat =
EGCG OH galat
Gambar 1. Struktur EGCG (-)epigallocatechin-3-gallate; EGC (-)epigallocatechin; ECG (-)epicatechin-3-gallate; dan EC (-)epicatechin
(Henning, Niu, Lee, Thames,Minutti, Wang, Go, Heber, 2004)
Senyawa polifenol sangat peka terhadap oksidasi udara dalam larutan netral atau basa. Sekitar 50% fenol akan teroksidasi pada pH 9 - 10 (Singleton dan Rossi, 1965).
Payne, 2005). Kelarutan EGCG adalah sebesar 25 mg/ml pada 25oC. LD50 EGCG untuk penggunaan oral pada tikus adalah sebesar 2170mg/kg (Anonim, 2005a). 4. Kegunaan
Polifenol dalam teh hijau, yang bertindak sebagai antioksidan, dapat menghambat pertumbuhan sel-sel kanker yang ada. Aktivitas antioksidan ini telah banyak dibuktikan melalui penelitian in vitro (Henning et al, 2004). Polifenol teh hijau, terutama EGCG, dapat meningkatkan sistem antioksidan alami dalam tubuh dan menangkap radikal bebas yang merusak sel dalam tubuh (Anonim, 2005b).
B. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung (Anonim, 1979). Berdasarkan sifat-sifatnya, ekstrak dapat dikelompokkan menjadi :
1. Ekstrak encer (extractum tenue) : Sediaan ini memiliki konsistensi madu dan dapat dituang.
2. Ekstrak kental (extractum spissum) : Sediaan ini liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%.
4. Ekstrak cair (extractum fluidum) : Sediaan ini dibuat sedemikian sehingga 1 bagian jamu sesuai dengan 2 bagian (kadang-kadang juga satu bagian) ekstrak cair (Voigt, 1994).
C. Granul Effervescent
Granul effervescent merupakan granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali dan mengandung unsur obat dalam campuran kering, biasanya terdiri dari campuran natrium bikarbonat, asam sitrat, dan asam tartrat yang bila ditambahkan dengan air, asam dan basanya akan bereaksi membebaskan karbondioksida (CO2) sehingga menghasilkan buih. Granul effervescent sangat cocok untuk produk dengan rasa yang pahit dan asin karena akan menutupi rasa tersebut (Ansel, 1989). Reaksi effervescent yang terjadi adalah sebagai berikut :
Asam + garam karbonat → CO2 + garam asam + H2O
Saat terjadi reaksi, akan dihasilkan lebih banyak air. Oleh karena itu, sediaan effervescent harus diformulasikan dengan hati-hati. Semua bahan yang digunakan
harus anhidrat dan dijaga tetap kering (Rau, 2001).
D. Granulasi Basah
Teknik granulasi basah meliputi pencampuran bahan kering dengan cairan penggranul untuk menghasilkan massa yang dapat digranul. Massa tersebut diperkecil ukuran partikelnya sehingga memiliki distribusi ukuran partikel yang optimum kemudian dikeringkan untuk menghasilkan granul yang kompresibel. Granulasi basah dapat dilakukan dengan tiga macam cara yaitu dengan menggunakan panas, menggunakan cairan nonreaktif, dan dengan cairan reaktif (Mohrle, 1989).
1. Dengan panas
Metode klasik dalam pembuatan granul effervescent meliputi penghilangan air dari bahan hidrat pada suhu yang rendah untuk membentuk massa granul. Proses ini sulit dikontrol untuk mencapai hasil yang reprodusibel (Mohrle, 1989).
2. Dengan cairan nonreaktif
Cairan penggranul yang biasa digunakan adalah etanol dan isopropanol. Cairan ini ditambahkan pada bahan-bahan yang telah dicampur sebelumnya sampai cairan terdistribusi merata pada campuran. Bahan pengikat larut alkohol yang biasa digunakan seperti PVP dapat dilarutkan dalam cairan penggranul sebelum ditambahkan pada serbuk. Keuntungan dari metode ini adalah tidak semua bahan dalam formulasi perlu kontak dengan cairan penggranul atau panas pada proses pengeringan. Sedangkan kerugiannya adalah masih diperlukan beberapa proses setelah granul dikeringkan (Mohrle, 1989).
Granulating agent yang paling efektif untuk campuran effervescent adalah
air. Dalam proses ini air digunakan sebagai pengikat. Air selalu ditambahkan dalam bentuk semprotan halus pada bahan-bahan yang dipilih dalam formulasi ketika dilakukan pencampuran pada ribbon blender. Bahan-bahan tersebut harus lebih dapat melepaskan air yang diserap daripada menyerap dan mengikatnya. Salah satu kerugian dalam proses ini adalah bahwa formula yang mengandung bahan yang rentan terhadap air dan atau panas dapat terdegradasi dengan proses ini (Mohrle, 1989).
E. Pemerian Bahan 1. Asam fumarat
Asam fumarat adalah serbuk kristalin berwarna putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau. Kelarutannya dalam air adalah 4,5g/L dan dalam etanol (100%) 36g/L pada suhu 20oC. Isotermal sorpsi menunjukkan bahwa asam fumarat adalah senyawa yang tidak higroskopis (Swarbrick dan Boylan, 1992). 2. Natrium bikarbonat
3. Laktosa
Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu. Dalam bentuk anhidrat atau mengandung satu molekul air hidrat. Pemerian berupa serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis. Stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau. Pada kelembaban ruangan 80% atau lebih dapat terjadi pertumbuhan mikroba (Rowe, Sheskey, dan Owen, 2006). Kelarutan mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah dalam air mendidih; sangat sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform dan dalam eter (Anonim, 1995).
4. Aspartam
Aspartam mempunyai tingkat kemanisan kira-kira 200 kali lebih manis dibandingkan sukrosa serta tidak memiliki aftertaste yang menonjol. Kemanisannya dapat ditingkatkan dengan natrium bikarbonat, garam glukonat, dan laktosa (Allen, 2002). Aspartam stabil dalam bentuk kering, tetapi dapat terhidrolisis dengan adanya lembab membentuk L-aspartil-L-fenilalanin dan 3-benzil-6-karboksimetil-2,5-diketopiperazin (Rowe et al, 2006). Dalam bentuk kering, lebih dari 80% aspartam terdekomposisi setelah 4 jam pada suhu 150oC. Di bawah kondisi penyimpanan normal 25oC, aspartam kering tidak akan terdekomposisi (Wahlen, 1998).
5. Polivinilpirolidon (PVP)
Polivinilpirolidon adalah hasil polimerisasi 1-vinilpirolid-2-on. Dalam berbagai bentuk bentuk polimer dengan rumus molekul (C6H9NO)n, bobot molekul berkisar antara 10.000 hingga 700.000. Pemerian berupa serbuk putih atau putih kekuningan; berbau lemah atau tidak berbau; higroskopik. Kelarutan mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam kloroform P, praktis tidak larut dalam eter P (Anonim, 1979).
F. Sifat Fisik Granul Effervescent 1. Kecepatan alir
Partikel padat akan tarik menarik satu dengan yang lain, gaya yang timbul sebagian besar merupakan gaya permukaan. Gaya ini dapat mempengaruhi sifat alir dari suatu sediaan padat. Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengukur gaya antar partikel, di antaranya sudut geming, penetapan shear strength, dan pengukuran kecepatan alir hopper (Gordon, Rosanske, dan Fonner,
1990).
2. Kandungan lembab
Keseimbangan kandungan lembab dapat mempengaruhi aliran dan karakteristik kompresi serbuk, kekerasan granul dan tablet, serta stabilitas obat (Wedke, Serajudin, dan Jacobson, 1989). Persyaratan kandungan lembab untuk granul effervescent antara 0,4%-0,7% (Fausett, Gayser, dan Dash, 2000).
3. Waktu larut
Granul effervescent diharapkan membentuk larutan yang jernih dimana residu dari bahan-bahan yang tidak larut terbentuk seminimal mungkin (Swarbrick dan Boylan, 1992). Waktu larut sediaan effervescent adalah 1-2,5 menit (60-150
detik) pada suhu 25oC (Wehling dan Fred, 2004). 4. pH larutan
EGCG memiliki kelarutan yang baik dalam air dan memiliki kelarutan tertinggi pada pH larutan antara 5-7. Stabilitas EGCG dalam larutan adalah pada pH 4-9, tetapi stabilitas tertinggi adalah pada pH 5 (Kellar et al, 2005). Pengukuran pH larutan yang konsisten menunjukkan distribusi bahan yang baik dalam granul. Variasi pH larutan yang luas menunjukkan granulasi yang tidak homogen (Mohrle, 1989).
G. Desain Faktorial
yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan matematika (Bolton, 1990).
Tabel 1. Notasi Formula Desain Faktorial
Formula A B Interaksi
1 - - +
a + - -
b - + -
ab + + +
Keterangan :
- = level rendah + = level tinggi
Formula 1 = faktor A pada level rendah, faktor B pada level rendah Formula a = faktor A pada level tinggi, faktor B pada level rendah Formula b = faktor A pada level rendah, faktor B pada level tinggi Formula ab = faktor A pada level tinggi, faktor B pada level tinggi Persamaan umum untuk desain faktorial adalah :
Y = b0 + b1XA + b2XB + b12XAXB (1) Y = respon hasil atau sifat yang diamati
XA, XB = level faktor A dan B
b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan
Besarnya efek dapat dihitung dengan mengurangkan rata-rata respon pada level tinggi dengan rata-rata respon pada level rendah (Bolton, 1990)
Efek faktor A =
{
} {
}
2 ) 1 ( + −+a b
ab
(2)
Efek faktor B =
{
} {
}
2 ) 1 ( + −+b a
ab
(3)
Efek faktor interaksi =
{
} {
}
2) 1
( +ab − a+b
Interaksi dapat diketahui dari grafik hubungan respon dan level faktor. Jika kurva menunjukkan garis sejajar, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada interaksi antar eksipien dalam menentukan respon. Jika kurva menunjukkan garis yang tidak sejajar, maka dapat dikatakan bahwa ada interaksi antar eksipien dalam menentukan respon (Bolton, 1990).
Kelebihan dari desain faktorial antara lain mempunyai efisiensi yang tinggi dalam menentukan efek yang utama, dapat memprediksi adanya interaksi, kesimpulan yang diperoleh dapat diaplikasikan pada rentang kondisi yang lebar (Bolton, 1990).
H. Landasan Teori
Teh hijau mengandung senyawa polifenol yang sebagian besar berupa katekin. Katekin terdiri dari epikatekin, epikatekingalat, epigalokatekin, dan epigalokatekingalat (EGCG). Di antara keempat senyawa tersebut, EGCG memiliki potensi antioksidan yang tertinggi karena jika dilihat dari strukturnya EGCG memiliki gugus hidroksil yang paling banyak, dimana gugus hidroksil dapat menyumbangkan atom hidrogen yang dimilikinya untuk menstabilkan radikal bebas. EGCG memiliki kelarutan tertinggi pada pH larutan 5-7 serta stabil pada pH larutan 4-9, dimana stabilitas tertinggi adalah pada pH 5. Sediaan effervescent yang dihasilkan diharapkan memiliki pH larutan pada kisaran 5-7
sehingga stabilitas EGCG dapat terjaga.
bentuk sediaan solid oral konvensional lain seperti tablet dan kapsul yaitu penyiapan larutan dalam waktu yang cepat dan memudahkan orang yang sukar menelan. Jika dibandingkan dengan bentuk sediaan larutan, keunggulan granul effervescent terletak pada sensasi segar yang dihasilkan dari reaksi antara sumber
asam dan sumber basa. Selain itu, granul effervescent ini memiliki dosis EGCG yang telah diketahui dengan pasti sehingga memperkuat fungsinya sebagai antioksidan.
Sumber asam yang digunakan adalah asam fumarat yang bersifat tidak higroskopis, sedangkan untuk sumber basa digunakan natrium bikarbonat karena merupakan sumber karbondioksida utama dalam effervescent. Pada penelitian ini digunakan level rendah asam fumarat sebesar 15% dan level tinggi asam fumarat sebesar 25% dari bobot total satu formula, yaitu 4000mg. Dengan demikian, untuk level rendah dibutuhkan asam fumarat sebanyak 600mg, sedangkan untuk level tinggi dibutuhkan asam fumarat sebanyak 1000mg. Perhitungan natrium bikarbonat dilakukan secara stoikiometri dan diperoleh hasil level rendah sebesar 784mg dan level tinggi sebesar 1445mg. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembuatan granul effervescent adalah granulasi basah dengan cairan non reaktif yaitu etanol. Kelebihan metode ini adalah dapat meningkatkan sifat alir, meminimalkan debu dan mencegah segregasi komponen serbuk.
sifat fisik granul yang dikehendaki. Sifat fisik tersebut meliputi kecepatan alir, kandungan lembab, waktu larut, dan pH larutan.
I. Hipotesis
1. Ekstrak teh hijau dapat diformulasikan menjadi sediaan effervescent yang memenuhi persyaratan kualitas karena zat aktif EGCG bersifat larut dalam air 2. Efek faktor yang dominan dalam menentukan sifat fisik granul effervescent
dapat ditentukan dengan metode desain faktorial.
19 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan rancangan penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni menggunakan metode desain faktorial dengan dua faktor dan dua level.
B. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu : 1. Variabel bebas
Asam fumarat (level rendah : 600mg dan level tinggi : 1000mg); Natrium bikarbonat (level rendah : 874mg dan level tinggi : 1445mg).
2. Variabel tergantung
Sifat fisik granul yang meliputi : kecepatan alir, kandungan lembab, waktu larut, dan pH larutan.
3. Variabel pengacau terkendali Suhu ruangan (± 18o
C), kelembaban ruangan (55%), suhu pengeringan bahan dan granul (± 40o
C), lama dan kecepatan pencampuran serbuk (20 menit, 20rpm), lama dan kecepatan pencampuran granul (1 menit, 20rpm).
C. Definisi Operasional
asam dan natrium bikarbonat sebagai sumber basa, yang bila ditambahkan dengan air akan bereaksi membebaskan karbondioksida (CO2) sehingga menghasilkan buih.
2. Ekstrak teh hijau adalah ekstrak kering dari tanaman teh hijau yang diperoleh dari PT. Sido Muncul yang mengandung EGCG sebanyak 7,14% pada kondisi kandungan lembab 3%.
3. Sifat fisik granul effervescent adalah parameter yang menentukan apakah granul yang dihasilkan memenuhi persyaratan, meliputi kecepatan alir, kandungan lembab, waktu larut, dan pH larutan.
4. Eksipien adalah bahan-bahan tambahan dalam pembuatan granul effervescent ekstrak teh hijau yang berupa sumber asam (asam fumarat), sumber basa (natrium bikarbonat), laktosa, aspartam, dan PVP.
5. Faktor adalah besaran yang memberikan pengaruh terhadap respon. Dalam penelitian ini digunakan dua faktor yaitu asam fumarat dan natrium bikarbonat.
6. Level adalah nilai atau tetapan untuk faktor. Level yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu level rendah (asam fumarat sebanyak 600mg dan natrium bikarbonat sebanyak 874mg) dan level tinggi (asam fumarat sebanyak 1000mg dan natrium bikarbonat sebanyak 1445mg).
8. Formula optimum granul effervescent adalah komposisi bahan penyusun granul (asam fumarat dan natrium bikarbonat) yang menghasilkan granul effervescent yang memenuhi persyaratan sifat fisik yaitu kecepatan alir >10
gram/detik, kandungan lembab 0,4%-0,7%, waktu larut 60-150 detik, dan pH larutan 5-7.
D. Bahan Penelitian
Ekstrak teh hijau (PT. Sido Muncul), asam fumarat (kualitas farmasetik, MKR), natrium bikarbonat (kualitas farmasetik, Brataco), aspartam (kualitas farmasetik, Brataco), PVP K30 (kualitas farmasetik, Bayer), laktosa (kualitas farmasetik, Brataco), etanol 96% (Brataco).
E. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas (Pyrex), neraca elektrik (Mettler Toledo GB 3002), pengayak granul (Laboratory Science, IML), alat pengukur waktu alir, moisture analyzer (Mettler Toledo HG
53), oven (Memmert), lemari pendingin (Refrigerator, Toshiba), dehumidifier (OASIS D125), Air Conditioner (LG), pH meter, Cube mixer.
F. Tata Cara Penelitian 1. Pemeriksaan kualitas ekstrak teh hijau
Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk, warna, bau dan rasa ekstrak teh hijau.
b. Uji kandungan lembab ekstrak
Ekstrak ditimbang seberat ± 5gram, dimasukkan ke dalam cawan alumunium, lalu dipanaskan menggunakan moisture analyzer pada suhu 105oC selama 15 menit atau sampai bobot konstan, akan didapat persen kandungan lembab. Kandungan lembab untuk ekstrak kering sebaiknya tidak lebih dari 5% (Voigt, 1994).
2. Penentuan dosis ekstrak kering teh hijau
Dosis tiap sachet granul effervescent sebagai antioksidan, yaitu mengandung 35mg epigallocatechin gallate (EGCG) (Sahelian, 2005).
Kandungan EGCG dalam ekstrak kering teh hijau adalah 7,14%.
Untuk mendapatkan 35mg EGCG dibutuhkan 500 mg ekstrak kering teh hijau, perhitungan: hijau teh ing ker ekstrak mg 500 mg 2 , 490 100 14 , 7 mg 35 % 14 , 7 mg 35 ≈ = =
3. Penentuan level rendah dan level tinggi asam fumarat dan natrium bikarbonat dalam sediaan granul effervescent ekstrak teh hijau
Untuk level rendah digunakan asam sebanyak 15% sedangkan untuk level tinggi sebanyak 25%.
Reaksi :
• Level rendah
Massa C4H4O4 = x4g 0,6g 100
15 =
= 600mg
n C4H4O4 = 116
g 6 , 0
= 0,0052 mol
n NaHCO3 = 0,0104 mol
massa NaHCO3 = 0,0104 x 84 = 0,874 g = 874mg
Jadi, level rendah untuk asam fumarat (C4H4O4)= 600mg dan level rendah untuk natrium bikarbonat (NaHCO3) = 874mg.
• Level tinggi
Massa C4H4O4 = x4g 1g 100
25 =
= 1000mg
n C4H4O4 = 116
g 1
= 0,0086 mol
n NaHCO3 = 0,0172 mol
massa NaHCO3 = 0,0172 x 84 = 1,445g =1445mg
4. Formula granul effervescent ekstrak teh hijau dengan kombinasi asam fumarat dan natrium bikarbonat
Tabel II. Formula granul effervescent ekstrak teh hijau
BAHAN (mg) FORMULA
1 a b ab
Ekstrak teh hijau 500 500 500 500
Asam fumarat 600 1000 600 1000
Natrium bikarbonat 874 874 1445 1445
PVP 3% 24 24 24 24
Laktosa 975 975 975 975
Aspartam 80 80 80 80
5. Pembuatan granul effervescent dengan metode granulasi basah
6. Pemeriksaan sifat fisik granul effervescent a. Kecepatan alir
Granul ditimbang sebanyak 100g kemudian dituang pelan-pelan ke dalam corong berujung tangkai tertutup lewat tepi corong. Tutup pada ujung tangkai dibuka dan granul dibiarkan mengalir keluar sampai habis. Waktu yang dibutuhkan granul sampai semua granul mengalir keluar dicatat sebagai waktu alir granul (Fudholi, 1983). Kemudian dihitung berapa gram jumlah granul yang mengalir tiap detik.
b. Kandungan lembab
Campuran granul asam dan basa seberat ± 5 gram dimasukkan ke dalam cawan alumunium, lalu dipanaskan pada suhu 105oC selama 15 menit atau sampai bobot konstan, akan didapat persen kandungan lembab (Voigt, 1994).
c. Waktu larut
Campuran granul (sesuai bobot granul tiap-tiap formula) dilarutkan ke dalam gelas yang berisi 200 ml air pada suhu 20-25oC. Catat waktu yang dibutuhkan granul untuk larut dalam air dengan menggunakan stopwatch.
d. pH larutan
7. Uji homogenitas campuran
Diambil cuplikan secara acak dari campuran granul asam dan basa, kemudian dipisahkan antara granul asam (warna coklat) dan basa (warna putih). Granul yang telah dipisahkan ditimbang masing-masing lalu dibandingkan dengan jumlah asam dan basa dalam formula
.
G. Analisis Data
Respon untuk semua kombinasi formula yang diperoleh dari pengujian sifat fisik granul digunakan untuk menghitung persamaan desain faktorial:
Y = b0 + b1(XA) + b2(XB) + b12 (XA)(XB) (6) Keterangan:
Y = respon hasil percobaan / sifat yang diamati XA = level faktor A Æ asam fumarat
XB = level faktor B Æ natrium bikarbonat
XAXB = level faktor A (asam fumarat) dikalikan level faktor B (natrium bikarbonat).
b0 = rata-rata hasil semua percobaan.
b1, b2, b12 = koefisien yang dapat dihitung dari hasil percobaan.
fumarat, natrium bikarbonat, atau interaksi keduanya sehingga dapat diketahui faktor mana yang dominan dalam menentukan sifat fisik granul.
28 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan kualitas ekstrak teh hijau
Ekstrak teh hijau diperoleh dari PT. Sido Muncul lengkap dengan CoA (Certificate of Analysis) atau laporan analisis kandungan ekstrak teh hijau. Pemeriksaan kualitas yang dilakukan meliputi uji pemerian secara organoleptis dan uji kandungan lembab ekstrak.
1. Uji pemerian secara organoleptis
Pemeriksaan awal yang dilakukan untuk mengidentifikasi ekstrak teh hijau adalah uji organoleptis. Uji organoleptis terdiri dari pemeriksaan bentuk, warna, bau, dan rasa dari ekstrak teh hijau yang diuji menggunakan panca indera. Hasil dari uji organoleptis yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Bentuk : serbuk
Warna : coklat kehijauan Bau : khas
Rasa : sepat
2. Uji kandungan lembab ekstrak
adalah kandungan lembab dari ekstrak, sehingga bukan hanya air saja yang terukur tetapi juga semua lembab yang terkandung dalam ekstrak. Hasil kandungan lembab rata-rata ekstrak adalah sebesar 4,028% dengan SD 0,128. Menurut Voigt (1994), kandungan lembab untuk ekstrak kering sebaiknya tidak lebih dari 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa kandungan lembab ekstrak teh hijau yang digunakan telah memenuhi persyaratan.
Pada CoA tertulis kadar EGCG sebesar 7,14% pada kondisi loss of mass 3%, sedangkan saat dilakukan pengukuran kandungan lembab ternyata terjadi peningkatan kandungan lembab ekstrak menjadi 4,028%. Hal ini mengakibatkan adanya perbedaan kadar EGCG yang seharusnya 7,14% menjadi 7,06%. Akan tetapi, perbedaan ini dianggap tidak terlalu berpengaruh terhadap efek EGCG karena granul effervescent yang dibuat hanya berfungsi untuk menjaga kesehatan, dimana zat aktif yang terkandung di dalamnya tidak bersifat poten.
Selain mengandung polifenol, ekstrak teh hijau juga mengandung kafein. Pada CoA tertulis kadar kafein yang terkandung dalam ekstrak teh hijau adalah sebesar 5,60% atau 28mg dalam 500 mg ekstrak. Menurut The American Dietetic Association, konsumen sebaiknya mengkonsumsi tidak lebih dari 300mg kafein
B. Pembuatan granul effervescent ekstrak teh hijau
Ekstrak teh hijau yang telah melalui pemeriksaan kualitas kemudian diformulasikan menjadi suatu sediaan granul effervescent. Kelebihan dari bentuk sediaan ini dibandingkan dengan sediaan oral konvensional lainnya adalah penyiapan larutan dalam waktu yang cepat serta memberikan rasa yang enak dan sensasi segar sehingga acceptable bagi konsumen. Pada penelitian ini, zat aktif yang digunakan adalah epigalocatechin gallate (EGCG). Zat aktif yang dipilih adalah EGCG karena memiliki potensi antioksidan yang tertinggi. Jika dilihat dari strukturnya, EGCG memiliki gugus hidroksil yang paling banyak di antara senyawa polifenol lainnya dalam teh hijau. Gugus hidroksil dapat menyumbangkan atom hidrogen yang dimilikinya untuk menstabilkan radikal bebas. Meskipun di dalam tubuh sudah terdapat senyawa yang dapat berfungsi sebagai antioksidan, namun hal itu dirasa kurang mengingat pada zaman sekarang ini manusia lebih banyak terpapar oleh radikal bebas yang berasal dari lingkungan sekitar. Dengan demikian, diperlukan tambahan antioksidan dari luar tubuh yang dapat membantu menangkap radikal-radikal bebas, salah satunya adalah dengan menggunakan EGCG. Akan tetapi, perlu diperhatikan juga bahwa penggunaan antioksidan berlebih dapat memicu terbentuknya prooksidan (Chen, Yang, Shen, dan Wang, 2002).
memiliki kandungan lembab yang cukup tinggi yaitu sekitar 55%, padahal menurut Mohrle (1989) pembuatan sediaan effervescent sebaiknya dilakukan pada kondisi kelembaban ruangan 25% dengan suhu ruangan yang terkendali (25oC atau kurang) untuk menghindari masalah yang disebabkan oleh kelembaban atmosfer. Jika granul asam dan basa dicampur berarti terjadi kontak antara keduanya yang dapat memperbesar kemungkinan terjadi reaksi effervescent dini apabila ada sedikit lembab dari luar. Hal ini akan mempengaruhi stabilitas granul effervescent yang dihasilkan. Untuk meminimalkan reaksi effervescent dini tersebut maka granul asam dan basa dibuat terpisah. Sumber asam dan sumber basa merupakan komposisi yang sangat penting dalam suatu sediaan effervescent karena keduanya akan bereaksi dengan adanya air menghasilkan karbondioksida (CO2). Sumber asam yang digunakan adalah asam fumarat karena bersifat tidak higroskopis sehingga dapat meminimalisasi penyerapan lembab dari lingkungan, selain itu asam fumarat menunjukkan sinergisme saat dikombinasikan dengan antioksidan lain (Rowe et al, 2006), dalam hal ini adalah EGCG. Sebagai sumber basa digunakan natrium bikarbonat yang merupakan sumber karbondioksida utama dalam sistem effervescent (Mohrle, 1989).
Reaksi effervescent yang terjadi antara asam fumarat dengan natrium bikarbonat adalah sebagai berikut :
2 NaHCO3 + C4H4O4 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H2O4
penelitian ini dipilih level rendah asam dan basa sebesar 15% serta level tinggi asam dan basa sebesar 25% dari bobot satu formula. Dalam penelitian ini bobot satu formula granul effervescent adalah 4000mg. Pemilihan level berdasarkan pertimbangan bahwa asam fumarat memiliki kelarutan yang rendah dalam air. Level rendah asam fumarat adalah sebesar 600mg dan level rendah natrium bikarbonat sebesar 874mg. Di sisi lain, digunakan level tinggi asam fumarat sebesar 1000mg dan level tinggi natrium bikarbonat sebesar 1445mg.
Granul asam berisi campuran ekstrak teh hijau, asam fumarat, dan laktosa. Sebagai pengikat digunakan larutan PVP (Polivinilpirolidon) K30. Menurut Mohrle (1989), PVP merupakan bahan pengikat yang efektif untuk sediaan effervescent. PVP biasa digunakan sebagai pengikat untuk granulasi basah pada
hijau dicampurkan ke dalam granul asam karena EGCG memiliki kestabilan tertinggi pada pH 5(Kellar et al, 2005).
Granul basa terdiri dari campuran natrium bikarbonat, laktosa, dan aspartam dengan PVP sebagai pengikat. Aspartam dicampurkan ke dalam granul basa karena menurut Allen (2002) kemanisan aspartam akan meningkat jika bersama dengan natrium bikarbonat. Selain itu, dari hasil orientasi juga diketahui bahwa jika aspartam dicampurkan pada granul asam maka larutan yang dihasilkan menjadi tidak jernih (berkabut). Aspartam digunakan sebanyak 2% dari total formula karena berdasarkan orientasi telah dihasilkan larutan effervescent yang memiliki kemanisan yang cukup. Batas penggunaan aspartam sebagai pemanis buatan adalah 50mg/kg BB/hari (Anonim, 2004).
Massa granul yang telah jadi dicetak kemudian dikeringkan kembali dalam oven dengan suhu ± 40oC selama tujuh hari hingga bobot konstan, dengan tujuan untuk mengurangi kandungan lembab yang masih terdapat dalam bahan-bahan yang dapat memicu terjadinya reaksi effervescent dini. Proses penggranulan dilakukan di dalam ruang tertutup dengan suhu sekitar 18oC dan kelembaban ruangan sekitar 55%. Granul kemudian diayak menggunakan ayakan no. 20/30 lalu dilakukan pencampuran antara granul asam dan basa.
Granul yang telah dicampur kemudian diuji homogenitasnya. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah campuran granul yang dihasilkan telah homogen. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh data CV dari keempat formula lebih dari 5%, padahal seharusnya CV yang baik adalah kurang dari 5%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa campuran granul yang dihasilkan tidak homogen. Hal ini kemungkinan disebabkan lama pencampuran granul yang kurang optimum sehingga campuran yang dihasilkan belum homogen atau sudah melewati waktu optimum sehingga terjadi dehomogenisasi.
C. Uji sifat fisik granul
Tabel III. Hasil uji sifat fisik granul effervescent
Formula Kecepatan alir (g/dtk)
Kandungan lembab (%)
Waktu larut (dtk)
pH 1 46,016 ± 2,554 2,257 ± 0,168 167,333 ± 7,703 6,084 ± 0,092 a 44,324 ± 1,751 1,814 ± 0,190 131,583 ± 9,307 4,835 ± 0,081 b 46,605 ± 3,629 2,292 ± 0,216 251,500 ± 16,256 6,403 ± 0,031 ab 46,110 ± 2,216 2,215 ± 0,082 163,583 ± 10,655 5,818 ± 0,094
Penentuan faktor dominan dapat dilakukan menggunakan desain faktorial. Efek yang diperoleh dari hasil perhitungan desain faktorial dapat digunakan untuk memprediksi faktor mana di antara asam fumarat, natrium bikarbonat, atau interaksi keduanya yang dominan dalam menentukan sifat fisik granul effervescent yang dihasilkan. Hasil perhitungan masing-masing efek dapat dilihat pada tabel IV.
Tabel IV. Hasil perhitungan efek terhadap sifat fisik granul effervescent
Respon Asam fumarat Natrium bikarbonat Interaksi
Kecepatan alir │-1,094│ 1,188 0,599
Kandungan lembab │-0,260│ 0,218 0,183
Waktu larut │-61,834│ 58,084 │-26,084│
pH │-0,917│ 0,651 0,332
1. Kecepatan alir
10g/detik.
Dari hasil pengujian, diketahui bahwa semua formula telah memenuhi persyaratan kecepatan alir yang baik (>10g/detik). Grafik pengaruh peningkatan level asam fumarat dan natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir granul dapat dilihat pada gambar 2.
Pengaruh asam fumarat terhadap kecepatan alir
44 44,5 45 45,5 46 46,5 47
600 700 800 900 1000
asam fumarat (mg)
kecep at a n al ir ( g /d tk)
level rendah natrium bikarbonat level tinggi natrium bikarbonat
Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir
44 44,5 45 45,5 46 46,5 47
874 974 1074 1174 1274 1374
natrium bikarbonat (mg)
kecep at an al ir ( g /d tk)
level rendah asam fumarat level tinggi asam fumarat
(a) (b)
Gambar 2. Grafik hubungan pengaruh asam fumarat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap kecepatan alir granul
meningkatkan kecepatan alir granul. Hal ini diprediksi disebabkan karena kerapuhan granul basa lebih kecil dibandingkan dengan granul asam. Semakin besar kerapuhan maka kecepatan alir akan semakin kecil karena serbuk yang dihasilkan akibat kerapuhan granul akan menurunkan kecepatan alir (Puspita, 2007). Selain itu, natrium bikarbonat dapat meningkatkan kecepatan alir karena memiliki sifat free flowing (Mohrle, 1989).
Garis yang tidak sejajar pada grafik hubungan pengaruh asam fumarat dan natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir granul menunjukkan adanya interaksi antara 2 faktor yang digunakan, yaitu asam fumarat dan natrium bikarbonat.
Tabel V. Hasil perhitungan Yate's treatment pada
respon kecepatan alir granul
Source of Variation Degrees of
freedom Sum of Squares Mean Squares F
Replicates 11 125,224 11,384
Treatment 3 35,562 11,854
Asam fumarat 1 14,345 14,345 2,643
Natrium bikarbonat 1 16,922 16,922 3,118
Interaksi 1 4,296 4,296 0,792
Experimental error 33 179,095 5,427
Total 47 339,882
perhitungan efek natrium bikarbonat adalah faktor yang dominan tetapi berdasarkan Yate’s treatment natrium bikarbonat dianggap tidak dominan karena tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap respon.
2. Kandungan lembab
Kandungan lembab merupakan parameter yang sangat penting dari suatu sediaan effervescent karena kandungan lembab yang tinggi dapat memicu terjadinya reaksi effervescent dini. Persyaratan kandungan lembab untuk granul effervescent adalah sebesar 0,4%-0,7% (Fausett et al, 2000). Dari hasil pengujian,
tidak ada formula yang memenuhi persyaratan tersebut. Hal ini disebabkan ruangan yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kelembaban ruangan yang cukup tinggi yaitu sekitar 55%, padahal menurut Mohrle (1989) pembuatan sediaan effervescent sebaiknya dilakukan pada kondisi kelembaban ruangan 25% dengan suhu ruangan yang terkendali (25oC atau kurang) untuk menghindari masalah yang disebabkan oleh kelembaban atmosfer. Beberapa usaha telah dilakukan peneliti agar dapat meminimalkan kelembaban ruangan, yaitu dengan penggunaan dehumidifier, AC bersuhu ±18oC dan pengeringan bahan sebelum digunakan. Akan tetapi, kelembaban ruangan masih belum dapat memenuhi persyaratan sehingga hal tersebut menjadi keterbatasan dalam penelitian ini.
Pengaruh asam fumarat terhadap kandungan lembab
1,7 1,8 1,9 2 2,1 2,2 2,3 2,4
600 700 800 900 1000
asam fumarat (mg)
k a ndunga n le m b a b ( % )
level rendah natrium bikarbonat level tinggi natrium bikarbonat
Pengaruh natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab
1,7 1,8 1,9 2 2,1 2,2 2,3 2,4
874 974 1074 1174 1274 1374
natrium bikarbonat (mg)
k a ndunga n le m b a b ( % )
level rendah asam fumarat level tinggi asam fumarat
(a) (b)
Gambar 3. Grafik hubungan pengaruh asam fumarat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap kandungan lembab granul
Gambar 3(a) menunjukkan bahwa penambahan jumlah asam fumarat akan berefek menurunkan kandungan lembab granul baik pada penggunaan natrium bikarbonat level rendah maupun level tinggi. Gambar 3(b) menunjukkan bahwa semakin banyak natrium bikarbonat yang digunakan akan meningkatkan kandungan lembab granul pada penggunaan asam fumarat level rendah dan level tinggi. Hasil perhitungan efek menunjukkan bahwa asam fumarat paling dominan dalam menentukan kandungan lembab granul effervescent. Nilai efek yang negatif menunjukkan bahwa asam fumarat berpengaruh menurunkan kandungan lembab granul. Menurut Swarbrick dan Boylan (1992), asam fumarat bersifat tidak higroskopis sehingga dapat mengurangi penyerapan lembab granul.
Tabel VI. Hasil perhitungan Yate's treatment pada respon kandungan lembab granul
Source of Variation Degrees of freedom
Sum of
Squares Mean Squares F
Replicates 11 0,321 0,029
Treatment 3 1,780 0,593
Asam fumarat 1 0,809 0,809 27,448
Natrium bikarbonat 1 0,570 0,570 19,343
Interaksi 1 0,402 0,402 13,629
Experimental error 33 0,972 0,029
Total 47 3,074
Analisis statistik menggunakan Yate’s treatment dapat dilihat pada tabel VI. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang dioptimasi (asam fumarat dan natrium bikarbonat) dan interaksi faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh bermakna secara statistik terhadap respon kandungan lembab. Hal tersebut dikarenakan nilai F hitung semua faktor dan interaksinya lebih besar daripada nilai F tabel (yaitu: 4,13). Berdasarkan Yate’s treatment diketahui bahwa terjadi interaksi antara faktor yang dioptimasi (asam fumarat dan natrium bikarbonat) yang berpengaruh secara statistik terhadap respon kandungan lembab. Berdasarkan Yate’s treatment juga dapat diketahui bahwa masing-masing faktor (asam fumarat dan natrium bikarbonat) dapat mempengaruhi respon kandungan lembab secara signifikan baik secara sendiri-sendiri maupun dalam bentuk interaksinya. Di antara faktor yang dioptimasi, maka asam fumarat bersifat paling dominan dalam mempengaruhi respon.
3. Waktu larut
granul effervescent ekstrak teh hijau. Menurut Wehling dan Fred (2004), persyaratan waktu larut sediaan effervescent adalah 1-2,5 menit atau 60-150 detik. Air akan berpenetrasi ke dalam granul sehingga menyebabkan asam fumarat bereaksi dengan natrium bikarbonat menghasilkan buih berupa gas CO2 yang berperan dalam melarutnya granul. Bahan pengikat yang digunakan yaitu PVP bersifat hidrofilik sehingga membantu proses penetrasi air ke dalam granul. Proses kelarutan juga dibantu dengan adanya pengadukan. Pengadukan berfungsi untuk meningkatkan kontak antara granul asam dengan granul basa sehingga mempermudah terjadinya reaksi effervescent. Dalam penelitian ini pengadukan dilakukan sebanyak 20 kali dengan asumsi cukup untuk membantu melarutkan granul.
Berdasarkan hasil pengujian hanya formula Fa yang memenuhi persyaratan waktu larut granul effervescent (60-150 detik). Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh adanya interaksi antara kedua faktor yang dioptimasi yaitu asam fumarat dan natrium bikarbonat sehingga memperlambat waktu larut granul effervescent.
Pengaruh asam fumarat terhadap waktu larut
120 140 160 180 200 220 240 260
600 700 800 900 1000
asam fumarat (mg)
w akt u l a ru t ( d et ik)
level rendah natrium bikarbonat level tinggi natrium bikarbonat
Pengaruh natrium bikarbonat terhadap waktu larut
120 140 160 180 200 220 240 260
874 974 1074 1174 1274 1374
natrium bikarbonat (mg)
w akt u l ar u t ( d et ik)
level rendah asam fumarat level tinggi asam fumarat
(a) (b)
Gambar 4. Grafik hubungan pengaruh asam fumarat (a) dan natrium bikarbonat (b) terhadap waktu larut granul
Gambar 4(a) menunjukkan bahwa penambahan jumlah asam fumarat akan berefek menurunkan waktu larut granul baik pada penggunaan natrium bikarbonat level rendah maupun level tinggi. Gambar 4(b) menunjukkan bahwa semakin banyak natrium bikarbonat yang digunakan akan meningkatkan waktu larut granul pada penggunaan asam fumarat level rendah dan level tinggi. Hasil perhitungan efek menunjukkan bahwa asam fumarat paling dominan dalam menentukan waktu larut granul effervescent. Nilai efek yang negatif menunjukkan bahwa asam fumarat berpengaruh menurunkan waku larut granul.
Tabel VII. Hasil perhitungan Yate's treatment pada respon waktu larut granul
Source of Variation Degrees of freedom
Sum of
Squares Mean Squares F
Replicates 11 1253,000 113,909
Treatment 3 94528,500 31509,500
Asam fumarat 1 45880,333 45880,333 335,821 Natrium bikarbonat 1 40484,083 40484,083 296,324
Interaksi 1 8164,083 8164,083 59,757
Experimental error 33 4508,500 136,621
Total 47 100290,000
Analisis statistik menggunakan Yate’s treatment dapat dilihat pada tabel VII. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang dioptimasi (asam fumarat dan natrium bikarbonat) dan interaksi faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh bermakna secara statistik terhadap respon waktu larut. Hal tersebut dikarenakan nilai F hitung semua faktor dan interaksinya lebih besar daripada nilai F tabel (yaitu: 4,13). Berdasarkan Yate’s treatment diketahui bahwa terjadi interaksi antara faktor yang dioptimasi (asam fumarat dan natrium bikarbonat) yang berpengaruh secara statistik terhadap respon waktu larut. Berdasarkan Yate’s treatment juga dapat diketahui bahwa masing-masing faktor (asam fumarat dan
natrium bikarbonat) dapat mempengaruhi respon waktu larut secara signifikan baik secara sendiri-sendiri maupun dalam bentuk interaksinya. Di antara faktor yang dioptimasi, maka asam fumarat bersifat paling dominan dalam mempengaruhi respon.
4. pH larutan
aktif. EGCG memiliki stabilitas tertinggi pada pH 5 dan kelarutan tertinggi pada pH 5-7 (Kellar et al, 2005). Dari keempat formula hanya formula Fa yang tidak memenuhi persyaratan karena pH larutan yang dihasilkan kurang dari 5.
Pengukuran pH larutan juga dapat digunakan untuk memprediksi homogenitas campuran. Walaupun dari hasil uji homogenitas semua formula memiliki nilai CV lebih dari 5% yang menunjukkan bahwa campuran yang dihasilkan tidak homogen, namun jika dilihat dari uji pH larutan maka dapat dikatakan bahwa campuran yang dihasilkan telah homogen karena memiliki CV kurang dari 5%. Menurut Mohrle (1989), pengukuran pH larutan yang konsisten menunjukkan distribusi yang merata dalam satu formula sedangkan pH larutan yang bervariasi mengindikasikan granulasi yang tidak homogen.
Grafik pengaruh peningkatan level asam fumarat dan natrium bikarbonat terhadap pH larutan dapat dilihat pada gambar 5.
Pengaruh asam fumarat terhadap pH
4 4,5 5 5,5 6 6,5 7
600 700 800 900 1000
asam fumarat (mg)
pH
level rendah natrium bikarbonat level tinggi natrium bikarbonat
Pengaruh natrium bikarbonat terhadap pH
4 4,5 5 5,5 6 6,5 7
874 974 1074 1174 1274 1374
natrium bikarbonat (mg)
pH
level rendah asam fumarat level tinggi asam fumarat
(a) (b)
Gambar 5(a) menunjukkan bahwa penambahan jumlah asam fumarat akan berefek menurunkan pH larutan baik pada penggunaan natrium bikarbonat level rendah maupun level tinggi. Gambar 5(b) menunjukkan bahwa semakin banyak natrium bikarbonat yang digunakan akan meningkatkan pH larutan pada penggunaan asam fumarat level rendah dan level tinggi. Hasil perhitungan efek menunjukkan bahwa asam fumarat paling dominan dalam menentukan pH larutan. Nilai efek yang negatif menunjukkan bahwa asam fumarat berpengaruh menurunkan pH larutan.
Garis yang tidak sejajar pada grafik hubungan pengaruh asam fumarat dan natrium bikarbonat terhadap pH larutan menunjukkan adanya interaksi antara 2 faktor yang digunakan, yaitu asam fumarat dan natrium bikarbonat.
Tabel VIII. Hasil perhitungan Yate's treatment pada
respon pH larutan
Source of Variation Degrees of freedom
Sum of
Squares Mean Squares F
Replicates 11 0,142 0,013
Treatment 3 16,493 5,498
Asam fumarat 1 10,083 10,083 2530,739
Natrium bikarbonat 1 5,083 5,083 1275,746
Interaksi 1 1,327 1,327 332,972
Experimental error 33 0,131 0,004
Total 47 16,767
dikarenakan nilai F hitung semua faktor dan interaksinya lebih besar daripada nilai F tabel (yaitu: 4,13). Berdasarkan Yate’s treatment diketahui bahwa terjadi interaksi antara faktor yang dioptimasi (asam fumarat dan natrium bikarbonat) yang berpengaruh secara statistik terhadap respon pH larutan. Berdasarkan Yate’s treatment juga dapat diketahui bahwa masing-masing faktor (asam fumarat dan
natrium bikarbonat) dapat mempengaruhi respon pH larutan secara signifikan baik secara sendiri-sendiri maupun dalam bentuk interaksinya. Di antara faktor yang dioptimasi, maka asam fumarat bersifat paling dominan dalam mempengaruhi respon.
D. Optimasi formula
Optimasi formula granul effervescent bertujuan untuk mencari komposisi optimum dari asam fumarat dan natrium bikarbonat yang menghasilkan garnul effervescent ekstrak teh hijau dengan sifat fisik yang dikehendaki. Berdasarkan
hasil pengujian sifat fisik granul dibuat contour plot untuk masing-masing sifat fisik kemudian dipilih area yang memenuhi persyaratan sifat fisik granul effervescent.
1. Kecepatan alir
contour plot seperti tertera pada gambar 6.
Gambar 6. Contour plot kecepatan alir granul effervescent
Melalui contour plot tersebut dapat ditentukan area komposisi optimum untuk memperoleh respon kecepatan alir granul effervescent yang dikehendaki yaitu >10 g/detik. Dari contour plot di atas, semua area memenuhi persyaratan kecepatan alir sehingga semua area dipilih sebagai area optimum untuk respon kecepatan alir.
2. Kandungan lembab
874 974 1074 1174 1274 1374
600 700 800 900 1000
asam fumarat (mg)
n
a
tr
iu
m bi
k
a
rb
on
a
t (
m
g
)
1,90% 2,00% 2,10% 2,20%
Gambar 7. Contour plot kandungan lembab granul effervescent
Dari contour plot di atas terlihat bahwa tidak terdapat area komposisi optimum untuk menghasilkan respon kandungan lembab yang dikehendaki. Hal ini disebabkan tidak ada formula yang memenuhi persyaratan kandungan lembab sediaan effervescent, yaitu 0,4-0,7% (Fausett et al, 2000).
3. Waktu larut
Gambar 8. Contour plot waktu larut granul effervescent
Melalui contour plot tersebut dapat ditentukan area komposisi optimum untuk memperoleh respon waktu larut granul effervescent yang dikehendaki yaitu 60-150 detik. Area yang berwarna hijau merupakan area yang memenuhi persyaratan.
4. pH larutan
Gambar 9. Contour plot pH larutan effervescent
Melalui contour plot tersebut dapat ditentukan area komposisi optimum untuk memperoleh respon pH larutan effervescent yang dikehendaki yaitu 5-7. Area yang berwarna kuning merupakan area yang memenuhi persyaratan.
Penentuan formula granul effervescent yang optimum dilakukan dengan cara menggabungkan semua contour plot area optimum masing-masing sifat fisik granul menjadi contour plot superimposed. Akan tetapi karena ada salah satu hasil uji yang tidak memenuhi syarat, yaitu uji kandungan lembab maka tidak dapat dibuat contour plot superimposed.
E. Prediksi Kandungan CO2 Teoritis
dihasilkan berasal dari reaksi antara asam dan basa.
Reaksi effervescent yang terjadi antara asam fumarat dengan natrium bikarbonat adalah sebagai berikut :
2 NaHCO3 + C4H4O4 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H2O4
Tabel IX. Hasil perhitungan kadar CO2 total
Formula F1 Fa Fb Fab Kadar CO2 total
(mg/200ml) 440 440 440 748
Tabel IX menunjukkan perhitungan kadar CO2 dalam larutan effervescent. Sementara kadar CO2 yang terlarut dalam air adalah antara 289,8mg/200ml hingga 337,6mg/200ml (Anonim, 2008). Kadar tersebut tidak melebihi batas maksimum kadar CO2 yang diizinkan, yaitu 5000ppm atau 1000mg/200ml (Anonim, 2005c). Kadar CO2 melebihi 5000ppm dapat menyebabkan kerusakan otak, koma, bahkan kematian (Anonim, 2005c).
F. Prediksi Prospek Hasil Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan optimasi untuk mendapatkan komposisi optimum asam fumarat dan natrium bikarbonat yang menghasilkan granul effervescent yang memenuhi sifat fisik yang dikehendaki. Dari segi rasa, granul
effervescent yang dihasilkan telah memiliki rasa yang cukup enak dan segar,
buih yang dihasilkan dari reaksi asam dan basa cukup banyak dan lama hilang sehingga dapat mengurangi acceptabilitas sediaan ini. Untuk mengatasinya dapat ditambahkan antifoaming, seperti polydimethylsiloxane.
53 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
1. Ekstrak teh hijau tidak dapat diformulasikan menjadi sediaan granul effervescent yang memenuhi persyaratan kualitas karena tidak memenuhi
persyaratan sifat fisik kandungan lembab.
2. Tidak terdapat faktor yang berpengaruh secara bermakna dalam menentukan kecepatan alir granul. Asam fumarat dominan dalam mempengaruhi kandungan lembab, waktu larut, dan pH larutan.
3. Tidak ditemukan area komposisi optimum asam fumarat dan natrium bikarbonat dalam contour plot superimposed yang menghasilkan sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau yang dikehendaki.
B. Saran
1. Perlu dikembangkan penelitian mengenai optimasi formula granul effervescent ekstrak teh hijau menggunakan campuran asam.
2. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan kondisi kelembaban ruangan 25% atau menggunakan desikator sebagai tempat penyimpanan bahan.
3. Perlu dilakukan uji keseragaman kadar EGCG pada granul effervescent yang dihasilkan.
54 DAFTAR PUSTAKA
Allen, L.V., 2002, The Art, Science and Technology of Pharmaceutical Compounding, 2nd edition, 99-100, American Pharmaceutical Association, Washington D.C.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 9, 510, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 488-489, 601, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 2004, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor : hk.00.05.5.1.4547 tentang Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam Produk Pangan, http://www.pom.go.id/, diakses tanggal 13 Desember 2008
Anonim , 2005a, Material Safety Data Sheet Epigallocatechin Gallate,
http://www.caymanchem.com/msdss/70935m.pdf , diakses tanggal 14 Desember 2008
Anonim, 2005b, Green Tea, http://www.vitamins-supplement.org/herbal-supplements/green-tea.php, diakses tanggal 26 Juni 2008
Anonim, 2005c, Carbondioxide, http://dhs.wisconsin.gov/eh/chemFS/pdf/ CarbonDioxide.pdf, diakses tanggal 14 Desember 2008
Anonim, 2007, Caffeine in carbonated beverages,
http://scienceblogs.com/effectmeasure/2007/07/caffeine_in_carbonated_ beverage.php, diakses tanggal 13 Januari 2009
Ansel., H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, 212-217, UI Press, Jakarta
Bandelin, F.J., 1989, Compressed Tablets by Wet Granulation, in Lieberman H. A., Lachman, L., dan Schawtz, J. B., Pharmaceutical Dosage Form : Tablets, Vol. 1, 2nd Edition, 149-150, Warner Lambert Company, New Jersey
Bolton, S., 1990, Pharmaceutical Statistics, Practical and Clinical Application, 2nd Edition, 308-553, Marcell Dekker, Inc., New York
hepatotoxicity in mice by down-regulating inducible nitric oxide–derived prooxidants, http://www.ajcn.org/cgi/reprint/80/3/742.pdf, diakses tanggal 12 Juni 2008
Chen, L.J., Yang, X.Q., Shen, S.R., Wang, Y.F., 2002, Mechanism of Scavenging Reactive Oxygen Radicals of Tea Catechins, http://www.journals.zju.edu.cn/agr/2002/200205/020526.pdf, diakses tanggal 12 September 2008
Dalimartha, S., 1999, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 1, 150-151, Trubus Agriwidya, Jakarta
Fausett, H., Gayser, C., dan Dash, A. K., 2000, Evaluation of Quick Disintegrating Calcium Carbonate Tablets, http://www.aapspharmscitech.org/view.asp?art=pt010320, diakses tanggal 26 Juni 2008
Fudholi, A., 1983, Metodologi Formulasi dalam Kompresi Direk, Medika 7, 9, 593
Gordon, Rosanske, dan Fonner, 1990, Granulation Technology, in Lieberman H. A., Lachman, L., dan Schawtz, J. B., Pharmaceutical Dosage Form : Tablets, Vol. 1, 2nd Edition, 298-307, Warner Lambert Company, New Jersey
Hartoyo, A., 2003, Teh dan Khasiatnya bagi Kesehatan, 11, Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Henning, S.M., Yantao, N., Lee, N.H., Thames, G.D., Minutti, R.R., Wang, H., Go, V., dan Heber, D., 2004, Bioavailabil