• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi campuran asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak teh hijau [camelia sinensis l.] dengan metode granulasi kering - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Optimasi campuran asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak teh hijau [camelia sinensis l.] dengan metode granulasi kering - USD Repository"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI CAMPURAN

ASAM TARTRAT DAN NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis L.) DENGAN METODE GRANULASI KERING

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Birgita Natalia Desihapsari NIM : 058114121

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

OPTIMASI CAMPURAN

ASAM TARTRAT DAN NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis L.) DENGAN METODE GRANULASI KERING

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Birgita Natalia Desihapsari NIM : 058114121

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

v

“Tuhan tidak menjanjikan langit selalu biru, bunga

bertebaran di sepanjang jalan kehidupan kita.

Tuhan tidak menjanjikan matahari tanpa hujan, kesukaan

tanpa kesusahan, damai tanpa kesakitan.

Tapi Tuhan menjanjikan, kebutuhan untuk hari berlangsung,

perhentian bagi pekerjaan, terang di jalan, kasih karunia

dalam kesukaran, pertolongan dari atas, belas kasihan yang

tak pernah gagal, kasih yang tak pernah padam.”

Karya ini kupersembahkan untuk

Sahabat sejatiku, Yesus Kristus dan Bunda Maria

Papah dan Mamah sebagai tanda hormat dan baktiku

Kakak-kakak dan Adikku

(6)
(7)

vii PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Optimasi Campuran Asam Tartrat dan Natrium Bikarbonat sebagai Eksipien dalam Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis L.) dengan Metode Granulasi Kering” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama penelitian sampai penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan baik berupa bimbingan, dorongan, pengarahan, sarana, maupun fasilitas dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Rita suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Agatha Budi Susiana L., M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

3. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen penguji atas saran dan masukan yang diberikan.

4. Drs. Petrus Sunu Hardiyanta, S.J., S.Si., selaku dosen penguji atas saran dan masukan yang diberikan.

(8)

viii

6. Antonius Ade Permana atas segala hal yang telah membuatku menjadi lebih baik.

7. Teman-teman proyek penelitian effervescent teh hijau, Yokhe, Hendra, Uli, Lia, Aster, Eva dan Erika atas kerjasama dan kebersamaannya.

8. Ermin dan teman-teman angkatan 2005 terutama kelompok F dan E atas pengalaman dan persahabatan kita. 2005 friends forever!!!

9. Teman-teman Wisma Surya, Diana, Lia, Novi, Fera, Nesya, Shinta, Vindy, Nana, Prima, Dira dan Anggit, untuk dukungan dan perhatiannya.

10. Pak Musrifin, Mas Agung, Mas Iswandi, Mas Ottok serta laboran-laboran yang lain atas bantuannya selama ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan akhir ini banyak kesalahan dan kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir kata semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca.

(9)
(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA … ... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR GAMBAR ...xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

INTISARI ...xvii

ABSTRACT ...xviii

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan masalah ... 4

2. Keaslian penelitian ... 4

3. Manfaat penelitian ... 4

B. Tujuan Penelitian ... 5

(11)

xi

A. Teh (Camellia sinensis L.) ... .6

1. Keterangan botani...6

2. Kandungan kimia Teh Hijau...6

3. Manfaat Teh...7

4. Penggolongan Teh...7

B. Ekstrak Teh Hijau...9

C. Epigallocatechingallate (EGCG)...9

D. Asam Tartrat ...9

E. Natrium Bikarbonat ... 10

F. Granul Effervescent...11

G. Metode Granulasi Kering...14

H. Sifat Fisik Granul Effervescent... 14

I. Desain Faktorial... 15

J. Landasan Teori... 17

K. Hipotesis... 20

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...21

A. Jenis dan Rancangan Penelitian...21

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...21

C. Bahan penelitian ...22

D. Alat penelitian...23

E. Tata Cara Penelitian...23

1. Pemeriksaan kualitas ekstrak teh hijau ...23

(12)

xii

3. Penentuan level rendah dan level tinggi asam tartrat dan natrium

bikarbonat dalam granul effervescent...24

4. Optimasi formula granul effervescent ekstrak teh hijau dengan kombinasi asam tartrat dan basa natrium bikarbonat…... 25

5. Pembuatan granul effervescent dengan metode granulasi kering ...25

6. Pemeriksaan sifat fisik granul effervescent ......26

7. Penentuan profil sifat fisik granul effervescent dan area komposisi optimum ...27

F. Analisis Data ... 28

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...29

A. Pemeriksaan Kualitas Ekstrak Teh Hijau ...29

1. Pemeriksaan organoleptis...29

2. Uji kandungan lembab ekstrak...29

B. Formula Granul Effervescent...30

C. Pembuatan Granul Effervescent...30

D. Sifat Fisik Granul Effervescent...32

1. Kecepatan alir...33

2. Kandungan lembab...36

3. Waktu larut...38

4. pH larutan...40

E. Prediksi CO2 teoritis...42

(13)

xiii

1. Kecepatan alir granul...44

2. Kandungan lembab...45

3. Waktu larut...46

4. pH larutan...47

5. Superimposed Contour Plot...48

G. Prediksi Prospek Hasil Penelitian... 48

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...49

A. Kesimpulan... 49

B. Saran... 49

DAFTAR PUSTAKA... 51

LAMPIRAN... 54

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Notasi Formula Desain Faktorial ... 16

Tabel II. Formula Tablet Effervescent Ekstrak Teh Hijau ... 25

Tabel III. Hasil Pengujian Kandungan Lembab Ekstrak Teh Hijau ... 29

Tabel IV. Data Sifat Fisik Granul Effervescent ... 32

Tabel V. Hasil Perhitungan Efek berdasarkan Desain Faktorial ... 33

Tabel VI. Perhitungan Yate’s treatment untuk Respon Kecepatan Alir Granul . ... 34

Tabel VII. Perhitungan Yate’s treatment untuk Respon Kandungan Lembab Granul ... 37

Tabel VIII. Perhitungan Yate’s treatment untuk Respon Waktu Larut Granul... 39

Tabel IX. Perhitungan Yate’s treatment untuk Respon pH Larutan ... 41

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur epicatechin, epicatechin-3-gallat, epigallocatechin, dan

epigallocatechin-3-gallat ... 6

Gambar 2. Pengaruh Level Asam Tartrat dan Natrium Bikarbonat terhadap Kecepatan Alir Granul ... 34

Gambar 3. Pengaruh Level Asam Tartrat dan Natrium Bikarbonat terhadap Kandungan Lembab Granul ... 36

Gambar 4. Pengaruh Level Asam Tartrat dan Natrium Bikarbonat terhadap Waktu Larut Granul ... 38

Gambar 5. Pengaruh Level Asam Tartrat dan Natrium Bikarbonat terhadap pH larutan ... 41

Gambar 6. Contour Plot Kecepatan Alir Granul ... 44

Gambar 7. Contour Plot Waktu Larut Granul ... 46

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Certificate of Analysis (CoA) Teh Hijau ... 54

Lampiran 2. Penetapan kandungan lembab ekstrak kering teh hijau ... 55

Lampiran 3. Notasi dan formula desain faktorial... 56

Lampiran 4. Data sifat fisik granul effervescent ... 57

Lampiran 5. Perhitungan efek sifat fisik granul effervescent ... 59

Lampiran 6. Persamaan desain faktorial ... 61

Lampiran 7. Yate’s treatment ... 71

Lampiran 8. Perhitungan CO2 teoritis yang dihasilkan...81

(17)

xvii INTISARI

Penelitian mengenai optimasi campuran asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul effervescent ekstrak teh hijau (Camellia sinensis L.) dengan metode granulasi kering dilakukan untuk mengetahui dominasi antara asam tartrat, natrium bikarbonat dan interaksinya dalam mempengaruhi sifat fisik granul effervescent serta untuk mengetahui area komposisi optimum campuran asam tartrat dan natrium bikarbonat yang menghasilkan granul effervescent yang memenuhi persyaratan kualitas.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan desain faktorial dua faktor yaitu asam tartrat dan natrium bikarbonat dan dua level yaitu level tinggi dan level rendah. Optimasi dilakukan terhadap sifat fisik granul yang meliputi kecepatan alir granul, kandungan lembab granul, waktu larut granul serta pH larutan. Metode analisis statistik yang digunakan adalah Yate’s treatment

dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asam tartrat merupakan faktor yang dominan dalam menentukan respon waktu larut granul effervescent, sedangkan natrium bikarbonat merupakan faktor yang dominan dalam menentukan respon kandungan lembab granul effervescent. Interaksi antara asam tartrat dengan natrium bikarbonat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap respon kecepatan alir granul dan pH larutan. Tidak dapat dibuat contour plot superimposed dikarenakan adanya salah satu sifat fisik granul effervescent yang tidak terpenuhi yaitu kandungan lembab granul, sehingga tidak dapat diperoleh area komposisi optimum campuran asam tartrat dan natrium bikarbonat yang menghasilkan granul effervescent yang memenuhi persyaratan kualitas.

Kata kunci : ekstrak teh hijau, asam tartrat, natrium bikarbonat, granul

(18)

xviii ABSTRACT

The aims of the research about optimization the mixture of tartaric acid and sodium bicarbonate as excipients of green tea (Camellia sinensis L.) extract effervescent granule made by dry granulation method were to determine the dominant factor among tartaric acid, sodium bicarbonate and their interaction on the physical properties of effervescent granule and to determine the optimum composition area of tartaric acid and sodium bicarbonate which produce qualified effervescent granule.

The study was experimental research based on the factorial design with two factors, which are tartaric acid-sodium bicarbonate and two levels which are high level-low level. The formula were optimized on their physical properties including granule flow rate, granule moisture content, disintegration time and pH of the solution. The data were statistically analyzed using Yate’s treatment with 95% level of confidence.

The results show that tartaric acid was dominant on determining the disintegration time of effervescent granule, sodium bicarbonate was dominant on determining the moisture content of effervescent granule. Interaction between tartaric acid and sodium bicarbonate was significant on determining the flow rate of effervescent granule and the pH of the solution. The superimposed contour plot was not produced because there was one physical property of the effervescent granule that was not fulfilled, that is granule moisture content, so that it was unable to get the optimum composition area of tartaric acid and sodium bicarbonate which produce qualified effervescent granule.

(19)

1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Penggunaan obat tradisional di kalangan masyarakat Indonesia telah berkembang dan membudaya sejak jaman nenek moyang. Bahkan hingga saat ini dapat dilihat bahwa animo masyarakat untuk menjadikan obat tradisional sebagai alternatif dalam pengobatan menjadi semakin besar, dikarenakan masyarakat percaya bahwa obat tradisional relatif lebih aman dibandingkan obat modern. Hal ini tentunya memicu para peneliti dalam bidang farmasi untuk semakin mengeksplorasi obat tradisional. Upaya eksplorasi ini didukung oleh semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kefarmasian serta tersedianya berbagai macam tanaman yang diyakini berpotensi sebagai obat.

Kerusakan yang disebabkan proses oksidasi sel dalam tubuh mempunyai implikasi pada kebanyakan penyakit. Penelitian epidemiologi, klinis dan laboratoris terhadap flavonoid dan antioksidan lain menyarankan penggunaannya untuk pencegahan dan penyembuhan beberapa penyakit (Miller, 1996). Salah satu tanaman yang mempunyai kandungan flavonoid dan berpotensi untuk dikembangkan menjadi makanan fungsional adalah teh (Camellia sinensis L.).

Kandungan flavonoid yang banyak terdapat dalam teh adalah golongan katekin, yaitu epicatechin (EC), epicatechin gallate (ECG), epigallocatechin

(20)

Berbagai penelitian telah berhasil membuktikan aktivitas farmakologis dari teh, diantaranya adalah dapat menurunkan kadar kolesterol total (TC) dan low

density lipoprotein (LDL-C) (Kono, Shinchi and Wakabayashi, 1996),

menurunkan jumlah dan memperkecil ukuran tumor kulit pada mencit (Zhi, Mou and Ferraro, 1992), menurunkan kadar glukosa pada tikus (Sutarmaji, 1994). Telah dilaporkan bahwa tablet effervescent teh hijau mempunyai daya hambat paling kuat terhadap oksidasi asam linoleat dibandingkan dengan BHA, BHT, α -tokoferol dan TETH-C (Tablet Effervescent Teh Hijau tanpa kandungan vitamin C) (Rohdiana, Rahardjo dan Gardjito, 2005). Komponen utama dari polifenol teh hijau adalah antioksidan yang efektif melawan peroksidasi asam linoleat terutama jika dikombinasikan dengan α-tokoferol (Jia, Zhou, Yang, Wu and Liu, 1997). Aktivitas antioksidan inilah yang lebih ditekankan pada penelitian yang akan dilakukan.

(21)

dengan memformulasikan obat tradisional yang mengandung EGCG dalam bentuk effervescent.

Oleh karena itu, pada penelitian ini dirancang suatu desain penelitian untuk menghasilkan suatu formula sediaan granul effervescent ekstrak teh hijau dengan mengoptimasi campuran asam tartrat dan basa natrium bikarbonat. Jenis teh yang digunakan adalah teh hijau dengan pertimbangan bahwa teh hijau diperoleh tanpa melalui proses fermentasi sehingga kandungan katekinnya lebih banyak (Hartoyo, 2003). Bentuk sediaan yang dipilih adalah granul effervescent, karena mempunyai beberapa keuntungan di antaranya adalah stabilitas lebih baik dibandingkan bentuk larutan, dapat mentolerir kandungan zat aktif dalam jumlah besar, lebih acceptable dibandingkan seduhan obat tradisional, lebih praktis dibawa, selain itu formulator dapat dengan lebih mudah mendesain rasa.

Metode pembuatan granul effervescent yang dipilih adalah granulasi kering sehingga diharapkan kandungan lembab selama proses pembuatan dan pengeringan bisa lebih diminimalkan untuk menghindari terjadinya effervescent

dini.

Hal kritis yang harus diperhatikan adalah masalah kelembaban udara selama proses penelitian mulai dari penyiapan bahan hingga tahap pengujian. Dengan demikian perlu adanya strategi atau langkah-langkah khusus untuk menjaga kelembaban ruangan tetap rendah sehingga dapat mencegah terjadinya

effervescent dini.

(22)

ada tidaknya pengaruh komposisi asam tartrat, natrium bikarbonat atau interaksi keduanya terhadap sifat fisik sediaan granul effervescent ekstrak teh hijau.

1. Perumusan Masalah

Masalah yang akan diteliti adalah :

a. Apakah ekstrak teh hijau dapat diformulasi menghasilkan sediaan granul

effervescent yang memenuhi persyaratan kualitas ?

b. Apakah asam tartrat, natrium bikarbonat, ataukah interaksi keduanya yang lebih dominan dalam menentukan sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau ?

c. Apakah dapat ditemukan area komposisi optimum dari campuran asam tartrat dan natrium bikarbonat untuk memperoleh formula granul effervescent ekstrak teh hijau yang memenuhi persyaratan kualitas?

2. Keaslian penelitian

Sejauh pengetahuan penulis, penelitian mengenai optimasi komposisi optimum asam tartrat dan natrium bikarbonat dalam granul effervescent ekstrak teh hijau yang dibuat secara granulasi kering dengan aplikasi metode desain faktorial belum pernah dilakukan. Namun telah dilakukan penelitian sejenis, salah satunya adalah optimasi komposisi asam tartrat dan natrium bikarbonat dalam tablet effervescent ekstrak kunyit (Curcuma domestica,Val.) dengan metode desain faktorial.

3. Manfaat penelitian

(23)

sumber asam dan karbonat dalam formulasi granul effervescent secara granulasi kering.

b. Manfaat metodologis. Memperkaya metode penelitian dalam bidang formulasi khususnya dalam hal pembuatan granul effervescent secara granulasi kering yang mengandung asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai sumber asam dan karbonat.

c. Manfaat praktis. Dengan memperoleh komposisi optimum dari asam tartrat dan natrium bikarbonat maka dapat dihasilkan sediaan granul effervescent

ekstrak teh hijau yang memenuhi persyaratan kualitas sifat fisik.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk membuat sediaan granul

effervescent ekstrak teh hijau dengan asam tartrat sebagai sumber asam dan

natrium bikarbonat sebagai sumber basa. 2. Tujuan khusus

a. Mengetahui apakah ekstrak teh hijau dapat diformulasi menghasilkan sediaan granul effervescent yang memenuhi persyaratan kualitas.

b. Mengetahui manakah di antara asam tartrat, natrium bikarbonat atau interaksi keduanya yang dominan dalam menentukan sifat fisik granul effervescent. c. Mengetahui area komposisi optimum dari asam tartrat dan natrium bikarbonat

sebagai sumber asam dan karbonat untuk memperoleh formula granul

(24)

6 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Teh

1. Keterangan botani

Teh dengan nama ilmiah Camellia sinensis L. termasuk dalam familia Theaceae (Dalimartha, 2003).

2. Kandungan kimia teh hijau

Kandungan flavonoid yang banyak terdapat dalam teh adalah golongan katekin, yaitu epicatechin (EC), epicatechin gallate (ECG), epigallocatechin

(EGC) dan epigallocatechingallate (EGCG).

OH

HO O

OH OH

OH

OH

(-)-Epigallocatechin

Gambar 1. Struktur epicatechin, epicatechin-3-gallat, epigallocatechin,dan epigallocatechin-3-gallat( Svobodova, Psotova dan Walterova, 2003)

HO

OH O

OH

OH

OH

(25)

3. Manfaat teh

Teh dapat menurunkan kadar kolesterol total (TC) dan low density lipoprotein (LDL-C) (Kono et al., 1996), menurunkan jumlah dan memperkecil ukuran tumor kulit pada mencit (Zhi et al.,1992), menurunkan kadar glukosa pada tikus (Sutarmaji, 1994). Telah dilaporkan bahwa tablet effervescent teh hijau mempunyai daya hambat paling kuat terhadap oksidasi asam linoleat dibandingkan dengan BHA, BHT, α-tokoferol dan TETH-C (Tablet Effervescent

Teh Hijau tanpa kandungan vitamin C) (Rohdiana et al., 2005). Komponen utama dari polifenol teh hijau, yaitu EGCG, EGC, ECG, EC dan GA adalah antioksidan yang efektif melawan peroksidasi asam linoleat terutama jika dikombinasikan dengan α-tokoferol (Jia et al., 1997). Tidak semua katekin teh hijau memiliki aktivitas yang sama. Beberapa katekin misalnya EC, kurang efektif terhadap cell line kanker, meskipun memperlihatkan sifat sinergistik dengan katekin lainnya. Oleh karena itu, dipercaya bahwa ekstrak teh mempunyai sifat sinergistik sehingga mempunyai efek yang lebih kuat dibandingkan dengan komponen katekin tunggal (Hartoyo, 2003).

4. Penggolongan Teh

Berdasarkan penanganan pasca panen, teh dibagi menjadi 3 (tiga) macam yaitu :

a. Teh Hijau

(26)

(steam). Pada pemanasan dengan suhu 85°C selama 3 menit, aktivitas enzim polifenol oksidase tinggal 5,49%. Pemanggangan (pan firing) secara tradisional dilakukan pada suhu 100-200°C sedangkan pemanggangan dengan mesin suhunya sekitar 220-300°C. Pemanggangan daun teh akan memberikan aroma dan flavour

yang lebih kuat dibandingkan dengan pemberian uap panas. Keuntungan dengan cara pemberian uap panas adalah warna teh dan seduhannya akan lebih hijau terang (Astuti, 2001).

b. Teh hitam

Teh hitam diperoleh melalui proses fermentasi. Dalam hal ini fermentasi tidak menggunakan mikrobia sebagai sumber yang terdapat di dalam daun teh itu sendiri. Pada proses ini katekin (flavanol) mengalami oksidasi dan akan menghasilkan thearubigin. Caranya adalah sebagai berikut : daun teh segar dilayukan terlebih dahulu pada palung pelayu, kemudian digiling sehingga sel-sel daun rusak. Selanjutnya dilakukan fermentasi pada suhu sekitar 22-28°C dengan kelembaban sekitar 90%. Lamanya fermentasi sangat menentukan kualitas hasil akhir, biasanya dilakukan selama 2-4 jam. Apabila proses fermentasi telah selesai, dilakukan pengeringan sampai kadar air teh kering mencapai 4-6% (Astuti, 2001). c. Teh oolong

(27)

B. Ekstrak Teh Hijau

Ekstrak teh hijau dapat diperoleh dari proses ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan 4 macam pelarut yaitu air, 80% etanol, 80% metanol dan 80% aseton (dalam air, v/v). Hasil penelitian oleh Druzynska, Stepniewska dan Wolosiak menunjukkan bahwa kandungan polifenol tertinggi dalam ekstrak teh hijau diperoleh dengan menggunakan pelarut 80% aseton sedangkan kandungan katekin tertinggi dalam ekstrak teh hijau diperoleh dengan menggunakan pelarut air.

C. Epigallocatechingallate (EGCG)

EGCG bersifat tidak higroskopis dan kelarutannya paling tinggi dalam

aqueous jika berada antara pH 5-7. Stabilitas EGCG diamati melalui suatu

penelitian dengan konsentrasi EGCG 10 mg/ml pada range pH 4-9, hasilnya stabilitas tertinggi dari EGCG diperoleh jika berada pada pH 5. EGCG juga memiliki kompatibilitas yang baik dengan berbagai macam eksipien, sehingga bisa sangat dikembangkan menjadi oral dosage forms (Kellar, Poshini, He, Addo and Payne, 2005).

D. Asam Tartrat

(28)

(Anonim, 1979). Kelarutan asam tartrat lebih besar daripada asam sitrat, begitu pula dangan higroskopisitasnya (Mohrle, 1989).

Satu bagian asam tartrat larut dalam kurang dari satu bagian air dan satu bagian dalam 2,5 bagian alkohol. Asam tartrat mengabsorbsi lembab secara tidak signifikan sampai RH 65%, tapi pada RH 75% asam tartrat mengabsorbsi kelembaban secara signifikan (Lindberg, Engfors and Ericsson, 1988).

E. Natrium Bikarbonat

Natrium bikarbonat adalah sumber karbon dioksida utama dalam sistem

(29)

F. Granul Effervescent

Granul effervescent adalah granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali dan mengandung unsur obat dalam campuran yang kering, biasanya terdiri dari natrium bikarbonat, asam sitrat dan asam tartrat, bila ditambah dengan air asam dan basanya bereaksi membebaskan kanbondioksida sehingga menghasilkan buih (Ansel, 1969).

Agen effervescent adalah sebuah pasangan effervescent yang mengandung asam dan basa, yang diaktifkan ketika kontak dengan air, misalnya ketika tablet ditempatkan pada segelas air, air membebaskan asam dan basa dan memungkinkan asam dan basa untuk bereaksi satu sama lain menghasilkan gas karbondioksida (Wehling and Fred,2004).

Bahan-bahan yang dapat menginduksi terjadinya gas CO2 adalah asam-asam organik yang dapat dikonsumsi atau bentuk garam asam-asamnya, yang dapat diaplikasikan ke dalam larutan dan dapat diformulasikan bersama dengan bahan aktif dan bahan tambahan lainnya membentuk granul atau tablet, tanpa terjadi gas CO2 lebih awal (Wolfram, 1999). Contoh dari asam-asam yang digunakan meliputi asam sitrat, asam askorbat, asam malat, asam adipat, asam tartrat, asam fumarat, asam suksinat, sodium asam pirofosfat, asam laktat, asam heksamat, garam asam dan asam anhidrida dan campuran di antaranya. Jumlah asam dalam komposisi berkisar antara 10-60% b/b, lebih disukai sekitar 15-50% b/b, paling disukai sekitar 25-40% (Wehling and Fred,2004).

(30)

karbonat, natrium sesquikarbonat, kalium karbonat, kalium bikarbonat, kalsium karbonat, magnesium karbonat, magnesium oksida, natrium glisin karbonat, L-lisin karbonat, arginin karbonat, zinc karbonat, zinc oksida dan campuran di antaranya. Jumlah basa dalam komposisi berkisar antara 10-60% b/b, lebih disukai antara 15-50% b/b, paling disukai antara 25-40% b/b (Wehling and Fred, 2004).

Saat dilarutkan ke dalam air terjadi reaksi antara asam tartrat yang berfungsi sebagai sumber asam dan natrium bikarbonat sebagai sumber karbonat sebagai berikut :

2NaHCO3 + C4H6O6 Æ 2 H2O + 2CO2 + Na2C4H4O6...(1)

(Ansel, 1999)

Satu mol asam tartrat akan bereaksi sempurna dengan 2 mol natrium bikarbonat menghasilkan 2 mol gas CO2.

Selain bahan aktif, sumber asam dan sumber basa yang berguna sebagai penghancur saat granul dilarutkan ke dalam air, bahan tambahan lain juga perlu ditambahkan pada formula granul effervescent seperti bahan pengisi, bahan pengikat dan bahan pemanis.

(31)

Polyvinylpyrrolidone (PVP, povidone) adalah salah satu bahan pengikat yang banyak digunakan. PVP tersedia dalam bermacam-macam bobot molekul yang berbeda. PVP biasanya digunakan dalam bentuk larutan namun dapat juga ditambahkan dalam bentuk kering dengan jumlah yang lebih banyak untuk menimbulkan efek pengikatan yang sama jika digunakan dalam bentuk larutan. PVP biasanya digunakan sebagai pengikat dalam tablet effervescent dan tablet kunyah (Augsburger, Larry and Vuppala, 1997).

Aspartam, pemanis buatan yang 180 kali lebih manis daripada sukrosa dan dianjurkan untuk penggunaan dalam minuman, dessert dan kopi serta teh instan (Peck, 1989).

Sejumlah kecil lembab dapat mengaktifkan sistem effervescent selama penyimpanan jangka panjang dan terjadi dekomposisi tablet sebelum digunakan. Kelembaban udara selama proses pentabletan sudah cukup untuk memulai reaktifitas effervescent. Kelembaban maksimal yang diperbolehkan adalah 25% pada ruangan dengan suhu terkendali 25˚C (72˚F) atau kurang untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan kelembaban (Mohrle, 1989).

(32)

G. Metode Granulasi Kering

Pada metode ini granulasi dilakukan dengan mengempa campuran bahan dalam jumlah besar dan menghancurkannya menjadi granul berukuran kecil. Pada metode ini, baik bahan aktif maupun bahan tambahan harus memiliki sifat kohesif supaya massa yang besar dapat terbentuk. Metode ini diaplikasikan untuk bahan-bahan yang tidak bisa disiapkan dengan granulasi basah dikarenakan sensitivitasnya terhadap lembab atau karena temperatur tinggi yang diperlukan untuk pengeringan. Serbuk campuran bahan dibuat slug atau dikempa menjadi tablet berdiameter sekitar 1 inch. Slug harus cukup keras untuk dihancurkan lagi tanpa menghasilkan jumlah serbuk yang banyak. Slug dihancurkan lagi dengan tangan atau dengan mill dan dilewatkan melalui pengayak dengan ukuran seperti yang diinginkan (Ansel, 1969).

H. Sifat Fisik Granul Effervescent

Uji sifat fisik granul effervescent merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas dari suatu sediaan effervescent. Pemeriksaan sifat-sifat fisik granul effervescent yang dilakukan antara lain:

1. Kecepatan alir. Granul dengan kecepatan alir kurang dari 10 gram/detik akan mengalami kesulitan dalam packaging (Fudholi, 1983).

2. Waktu larut. Suatu sediaan granul effervescent yang baik bila mempunyai waktu larut selama rentang 1-2 menit (Mohrle, 1989).

3. Kandungan lembab granul. Kandungan lembab untuk granul effervescent

(33)

4. pH larutan. Hasil pengukuran pH larutan yang konsisten menunjukkan distribusi yang bagus dari bahan-bahan penyusun effervescent sedangkan variasi pH yang luas dari larutan mengindikasikan granulasi yang tidak homogen, selain itu pH larutan juga sangat penting untuk alasan rasa (Mohrle, 1989).

I. Desain Faktorial

Desain faktorial digunakan dalam penelitian dimana efek dari faktor atau kondisi yang berbeda dalam penelitian akan diketahui. Desain faktorial merupakan desain yang dipilih untuk mendeterminasi efek-efek secara simultan dan interaksi antar efek tersebut (Bolton, 1990).

Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan matematika. Desain faktorial dua faktor dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda, yaitu level rendah dan level tinggi. Dengan desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon (Bolton, 1990).

(34)

yang dapat diamati. Interaksi dapat didefinisikan sebagai pengurangan dari penambahan efek-efek faktor (Bolton, 1990).

Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat percobaan (2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor), yaitu (1) A dan B masing-masing pada level rendah, (a) A pada level tinggi dan B pada level rendah, (b) A pada level rendah dan B pada level tinggi, (ab) A dan B masing-masing pada level tinggi dengan notasi sebagai berikut :

Tabel I. Notasi Formula Desain Faktorial

Formula Faktor A Faktor B Interaksi

1 - - + a + - - b - + - ab + + + Keterangan :

- = level rendah + = level tinggi

Formula 1 = faktor A pada level rendah, faktor B pada level rendah Formula a = faktor A pada level tinggi, faktor B pada level rendah Formula b = faktor A pada level rendah, faktor B pada level tinggi Formula ab = faktor A pada level tinggi, faktor B pada level tinggi

(35)

(A),(B) = level faktor A dan B

b0,b1,b2,b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan b0 = rata-rata hasil semua percobaan

Berdasarkan persamaan di atas, dengan substitusi secara matematis dapat dihitung besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksinya. Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah. Konsep perhitungan efek menurut Bolton (1990) sebagai berikut :

Efek faktor A =

2

)) (

) 1 (

((a− + abb

Efek faktor B =

2

)) (

) 1 (

((b− + aba

Efek interaksi =

2

)) 1 ( ((abb+ a

Adanya interaksi juga dapat dilihat dari grafik hubungan respon dan level faktor. Jika kurva menunjukkan garis sejajar, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada interaksi antar eksipien dalam menentukan respon. Jika kurva menunjukkan garis yang tidak sejajar, maka dapat dikatakan bahwa ada interaksi antar eksipien dalam menentukan respon (Bolton, 1990).

J. Landasan Teori

(36)

mempunyai peran dalam mencegah penyakit tertentu. Makanan fungsional ini menempati posisi di antara makanan konvensional dan obat, serta digunakan dalam pencegahan penyakit pada tingkat awal, bukan sebagai usaha penyembuhan penyakit.

Berbagai aktivitas farmakologis dari teh diantaranya adalah dapat menurunkan kadar kolesterol total (TC) dan low density lipoprotein (LDL-C), menurunkan jumlah dan memperkecil ukuran tumor kulit pada mencit, menurunkan kadar glukosa pada tikus. Telah dilaporkan bahwa tablet effervescent

teh hijau mempunyai daya hambat paling kuat terhadap oksidasi asam linoleat dibandingkan dengan BHA, BHT, α-tokoferol dan TETH-C (Tablet Effervescent

Teh Hijau tanpa kandungan vitamin C).

Salah satu inovasi bentuk sediaan ekstrak teh hijau adalah granul

effervescent. Granul effervescent adalah granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali dan mengandung unsur obat dalam campuran yang kering, biasanya terdiri dari natrium bikarbonat, asam sitrat dan asam tartrat, bila ditambah dengan air asam dan basanya bereaksi membebaskan kanbondioksida sehingga menghasilkan buih.

Keuntungan bentuk sediaan granul effervescent di antaranya adalah jumlah kandungan aktif yang terabsorpsi lebih banyak dan absorpsi lebih cepat karena diminum dalam bentuk larutan, stabilitas lebih baik dibandingkan bentuk larutan, dapat mentolerir kandungan zat aktif dalam jumlah besar, lebih

acceptable dibandingkan seduhan obat tradisional, lebih praktis dibawa dan

(37)

ffervescent cocok diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan dalam menelan kapsul atau tablet dan obat yang tidak stabil dalam bentuk larutan seringkali lebih stabil dalam bentuk sediaan effervescent.

Dosis ekstrak teh hijau mengacu pada jumlah kandungan EGCG dalam ekstrak teh hijau yang dipakai, yaitu disesuaikan dengan dosis EGCG yang terdapat pada produk yang telah beredar di pasaran (35 mg EGCG per sajian).

Pada penelitian ini sumber asam yang dipakai adalah asam tartrat sedangkan sumber basa karbonatnya ialah natrium bikarbonat. Pemilihan asam tartrat dikarenakan kelarutannya dalam air sangat tinggi, yaitu satu bagian asam tartrat larut dalam kurang dari satu bagian air. Range sumber asam yang paling baik berkisar antara 25-40% dari bobot effervescent. Pemilihan natrium bikarbonat dikarenakan natrium bikarbonat memiliki sifat compression yang paling baik di antara karbonat yang lain. Pada penelitian ini jumlah sumber karbonat diperoleh dari persamaan reaksi stokiometri antara asam tartrat dengan natrium bikarbonat :

2NaHCO3 + C4H6O6 Æ 2 H2O + 2CO2 + Na2C4H4O6...(3) Selain bahan aktif, sumber asam dan sumber basa, juga perlu ditambahkan bahan tambahan lain pada formulasi granul effervescent seperti bahan pengisi, bahan pengikat dan bahan pemanis. Berdasarkan studi literatur dan hasil orientasi yang dilakukan, bahan pengisi yang paling baik adalah sukrosa, bahan pengikat PVP dan pemanis aspartam.

(38)

basah dikarenakan sensitivitasnya terhadap lembab atau karena temperatur tinggi yang diperlukan untuk pengeringan.

Untuk memperoleh formula yang optimum dilihat dari sifat fisik granul

effervescent dapat dilakukan dengan metode desain faktorial. Metode ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi antar faktor. Desain faktorial memiliki efisiensi yang maksimal untuk memperkirakan efek yang dominan dalam menentukan respon. Selain itu metode desain faktorial lebih ekonomis karena dapat mengurangi jumlah penelitian jika dibandingkan dengan meneliti faktor-faktor secara terpisah.

K. Hipotesis

Hipotesis yang diambil pada penelitian ini adalah :

Hi(1) : ekstrak teh hijau dapat diformulasi menghasilkan sediaan granul

effervescent yang memenuhi persyaratan kualitas

Hi(2) : efek dari asam tartrat level rendah berbeda dengan asam tartrat level tinggi, efek dari natrium bikarbonat level rendah berbeda dengan natrium bikarbonat level tinggi dan ada interaksi antara asam tartrat dengan natrium bikarbonat

(39)

21 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni menggunakan desain faktorial yaitu untuk mencari komposisi optimum asam tartrat dan natrium bikarbonat sehingga dihasilkan granul effervescent yang mempunyai sifat fisik yang memenuhi persyaratan kualitas.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas meliputi:

1) Level rendah dan level tinggi asam tartrat per formula (1000 mg, 1600 mg).

2) Level rendah dan level tinggi basa natrium bikarbonat per formula (1092 mg, 1793 mg).

b. Variabel tergantung meliputi sifat fisik granul effervescent (kecepatan alir, kandungan lembab, waktu larut, pH larutan).

c. Variabel pengacau terkendali meliputi kelembaban relatif ruangan (± RH 55%), suhu ruangan (± 18oC), suhu pengeringan bahan dan granul (±40 o

(40)

2. Definisi Operasional

a. Granul effervescent ekstrak teh hijau adalah granul yang mengandung ekstrak teh hijau, juga terdiri dari sumber asam (asam tartrat) dan sumber basa (natrium bikarbonat) yang bereaksi membebaskan karbondioksida bila ditambahkan air, dibuat dengan metode granulasi kering.

b. Ekstrak teh hijau adalah ekstrak kering berbentuk serbuk yang diperoleh dari bagian daun tanaman teh melalui proses ekstraksi. Dalam penelitian ini ekstrak teh hijau diperoleh dari PT. Sido Muncul.

c. Respon adalah hasil percobaan sifat fisik granul effervescent (kecepatan alir, kandungan lembab, waktu larut, pH larutan).

d. Formula optimum granul effervescent adalah komposisi bahan penyusun granul yang menghasilkan granul effervescent yang memenuhi persyaratan sifat fisik sebagai berikut : kecepatan alir (>10 gram per detik), kandungan lembab (0,4%-0,7%), waktu larut (60-120 detik) dan pH larutan (5-7).

C. Bahan Penelitian

(41)

D. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas (Pyrex), neraca elektrik (Mettler Toledo GB 3002), alat penguji waktu alir (Lab. FTS Padat Universitas Sanata Dharma), H653 Halogen moisture analyzer (Mettler Toledo), stopwatch (Illuminator, Casio), pengayak granul (Laboratory Science, IML), oven (Memmert), lemari pendingin (Refrigerator, Toshiba), hardness tester, dehumidifier (OASIS D125), Air Conditioner (LG), pH meter, Cube mixer

(ERWEKA AR 402), mesin tablet single punch (KIKUSUI, Japan).

E. Tata Cara Penelitian 1. Pemeriksaan kualitas ekstrak teh hijau

a. Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa ekstrak teh hijau.

b. Uji kandungan lembab ekstrak dilakukan menggunakan alat moisture analyzer.

2. Penentuan dosis ekstrak kering teh hijau

Dosis teh hijau sebagai antioksidan per formula granul effervescent, mengacu pada produk yang sudah ada, yaitu 35 mg EGCG.

(42)

14 , 7 35mg

x 100 = 490,196 mg ≈ 500 mg (pada ekstrak dengan kandungan

lembab 3%)

3. Penentuan level rendah dan level tinggi asam tartrat (C4H6O6) dan

natrium bikarbonat (NaHCO3) dalam sediaan effervescent

2 NaHCO3 + C4H6O6 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H4O6...(4) BM Asam tartrat = 150 ; BM Natrium bikarbonat = 84

a. Level rendah asam (25% dari berat granul tiap formula)

100 25

x 4 gram = 1 gram

150 1gram

= 6,67.10-3 mol asam tartrat

Jadi, level rendah untuk asam tartrat (C4H6O6) = 1 gram b. Level rendah basa

Perbandingan mol asam tartrat : natrium bikarbonat = 1 : 2, sehingga mol NaHCO3 = 0,013 mol Æ Massa NaHCO3 = 0,013 x 84 = 1,092 gram Jadi, level rendah untuk Natrium Bikarbonat (NaHCO3) = 1,092 gram c. Level tinggi asam (40% dari berat granul tiap formula)

100 40

x 4 gram = 1,6 gram

150 6 , 1 gram

= 10,67.10-3 mol asam tartrat

(43)

Perbandingan mol asam tartrat : natrium bikarbonat = 1 : 2, sehingga mol NaHCO3 = 0,02134 mol Æ Massa NaHCO3 = 0,02134 x 84 = 1,793 gram Jadi, level tinggi untuk Natrium Bikarbonat (NaHCO3) = 1,793 gram 4. Optimasi formula granul effervescent ekstrak teh hijau dengan kombinasi

asam tartrat dan natrium bikarbonat

Tabel II. Formula Tablet Effervescent Ekstrak Teh Hijau

BAHAN (mg) FORMULA

1 a b ab

Ekstrak teh hijau 500 500 500 500 Asam tartrat 1000 1600 1000 1600 Natrium bikarbonat 1092 1092 1793 1793

PVP 24 24 24 24

Sukrosa 728 728 728 728

Aspartam 80 80 80 80

5. Pembuatan granul effervescent dengan metode granulasi kering

(44)

hari lalu dikempa dengan menggunakan mesin tablet dengan tekanan 9 kg dan ukuran punch diameter 20 mm, setelah itu dihancurkan dan diayak untuk mendapatkan granul dengan ukuran tertentu (dengan menggunakan ayakan ukuran mesh 16/20).Granul asam dan granul basa yang terbentuk lalu dikeringkan dalam oven pada suhu ± 40oC selama 7 hari (hingga didapatkan bobot konstan). Kemudian dilakukan pencampuran granul asam dan granul basa sesuai dengan perbandingan tiap-tiap formula dengan menggunakan cube mixer dengan kecepatan 20 rpm selama 1 menit. Setelah itu dilakukan uji sifat fisik terhadap granul effervescent yang dihasilkan. Pembuatan granul dilakukan sebanyak 2 kali replikasi.

6. Pemeriksaan sifat fisik granul effervescent

a. Uji kecepatan alir. Granul ditimbang sebanyak 100 g, dituang perlahan ke dalam corong berujung tangkai tertutup lewat dinding corong. Tutup pada ujung tangkai dibuka dan granul dibiarkan mengalir keluar sampai habis. Waktu yang dibutuhkan granul untuk keluar dari corong dicatat dengan

stopwatch.

(45)

kemudian pengukuran dilakukan dengan pemanasan pada suhu 105oC selama 15 menit.

c. Uji waktu larut. Sejumlah granul sesuai bobot tiap formula dimasukkan ke dalam gelas yang berisi 200 ml air kemudian diaduk sebayak 20 kali. Catat waktu yang dibutuhkan granul untuk larut dalam air dengan menggunakan

stopwatch (Mohrle, 1989).

d. Uji pH larutan. Sejumlah granul sesuai bobot tiap formula dilarutkan ke dalam 200 ml air, diukur pH larutan dengan menggunakan pH meter.

7. Penentuan profil sifat fisik granul effervescent dan area komposisi optimum

Respon dapat diprediksi dengan menggunakan persamaan desain faktorial: Y = b0 + b1(X1) + b2(X2) + b12 (X1)(X2)...(5) Keterangan:

Y = respon hasil percobaan atau sifat yang diamati, contohnya: waktu larut

X1 = level faktor 1 Æasam tartrat

X2 = level faktor 2 Ænatrium bikarbonat

X1X2 = level faktor 1 (asam tartrat) dikalikan level faktor 2 (natrium bikarbonat)

b0 = rata-rata hasil semua percobaan

(46)

F. Analisis Data

Dilakukan analisis menggunakan metode desain faktorial dan dibuat profil sifat fisik (kandungan lembab, waktu larut, kecepatan alir, pH larutan) granul effervescent ekstrak teh hijau (Bolton, 1990).

Dengan menggunakan metode desain faktorial, dapat dihitung besarnya efek asam tartrat, natrium bikarbonat dan interaksi keduanya terhadap sifat fisik granul effervescent ekstrak teh hijau. Dari persamaan regresi desain faktorial dibuat contour plot yang selanjutnya dapat ditentukan area optimal dari masing-masing respon, sesuai dengan sifat fisik yang diinginkan. Masing-masing-masing area optimal kemudian digabung menjadi superimposed contour plot sehingga akan diperoleh komposisi optimumnya.

(47)

29 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan Kualitas Ekstrak Teh Hijau 1. Pemeriksaan organoleptis

a. Bentuk : serbuk halus b. Warna : kuning kecoklatan c. Bau : khas

d. Rasa : sepat 2. Uji kandungan lembab ekstrak

Pengujian dilakukan menggunakan moisture analyzer di mana prinsipnya adalah dengan pemanasan pada suhu 105°C selama 15 menit, semua air yang terkandung di dalam ekstrak akan menguap dan persentase bobot konstan ekstrak akan tercatat. Pemilihan metode ini karena memiliki beberapa kelebihan yaitu lebih mudah dibanding metode titrasi dan destilasi serta karena teh hijau tidak banyak mengandung minyak atsiri (dapat menyebabkan kesalahan pengukuran).

Tabel III. Hasil Pengujian Kandungan Lembab Ekstrak Teh Hijau

Replikasi Kandungan Lembab (%) 1 4,01 2 3,97 3 4,28 4 3,96 5 4,02 6 3,93 Rata-rata 4,03

(48)

Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa ekstrak teh hijau yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi persyaratan kandungan lembab ekstrak kering yaitu 5% (Voigt, 1994).

B. Formula Granul Effervescent Ekstrak Teh Hijau

Selain ekstrak teh hijau sebagai bahan aktif, juga diperlukan bahan-bahan tambahan lain seperti asam tartrat sebagai sumber asam, natrium bikarbonat sebagai sumber basa, sukrosa, aspartam dan PVP (Polyvinylpyrrolidone). Dalam formula ini asam tartrat dan natrium bikarbonat merupakan komponen mayor dan berfungsi sebagai bahan penghancur saat granul dilarutkan dalam air. Sukrosa berfungsi sebagai bahan pengisi yang ditambahkan untuk memenuhi bobot tiap formula. Aspartam berfungsi sebagai bahan pemanis dan jumlah per formulanya ditentukan berdasarkan hasil orientasi rasa yang dilakukan pada awal penelitian. PVP berfungsi sebagai bahan pengikat antar serbuk-serbuk bahan dan ditambahkan dalam keadaan kering.

C. Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak Teh Hijau dengan Metode Granulasi Kering

(49)

PVP. Aspartam termasuk dalam komponen granul basa karena hasil orientasi menunjukkan bahwa jika aspartam dimasukkan dalam komposisi granul basa maka larutan akan terasa lebih manis dan lebih tidak berkabut, dibandingkan jika aspartam dimasukkan dalam komposisi granul asam maupun jika dimasukkan dalam kedua granul. Sebelum dicampurkan masing-masing bahan diayak terlebih dahulu dengan menggunakan ayakan nomor 50, kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu ± 40oC selama 2 hari. Pengayakan bertujuan untuk mendapatkan partikel serbuk dengan distribusi ukuran yang seragam sesuai dengan yang diinginkan sehingga akan mempermudah proses pencampuran dan granulasi yang dilakukan, sedangkan pengeringan bertujuan untuk mengurangi kandungan lembab pada bahan. Pengeringan dilakukan pada suhu 40oC dikarenakan natrium bikarbonat akan berubah menjadi natrium karbonat pada suhu 50oC (Lindberg et al., 1988). Hal ini merupakan masalah karena natrium karbonat akan menghasilkan jumlah CO2 yang berbeda jika bereaksi dengan asam tartrat, dibandingkan dengan natrium bikarbonat. Campuran serbuk asam dan campuran serbuk basa masing-masing dihomogenkan dengan menggunakan cube

mixer dengan kecepatan 20 rpm selama 20 menit kemudian dikeringkan dalam

(50)

asam dan granul basa sesuai dengan perbandingan tiap-tiap formula dengan menggunakan cube mixer dengan kecepatan 20 rpm selama 1 menit. Setelah itu dilakukan uji sifat fisik terhadap granul effervescent yang dihasilkan. Pembuatan granul dilakukan sebanyak 2 kali dan untuk tiap replikasi dilakukan pencuplikan sampel granul sebanyak 6 kali untuk kemudian dilakukan pengujian sifat fisik.

D. Sifat Fisik Granul Effervescent

Pengujian terhadap sifat fisik granul effervescent meliputi kecepatan alir granul, kandungan lembab granul, waktu larut granul dan pH larutan. Sifat fisik granul effervescent sangat mempengaruhi penerimaan konsumen, stabilitas sediaan dan kemudahan dalam proses pengemasan. Sebelum dilakukan pengujian sifat fisik granul, terlebih dahulu dilakukan pengujian rasa terhadap tiap formula optimasi granul yang telah dilarutkan dalam 200 ml air. Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara keseluruhan larutan memiliki rasa teh yang khas, sedikit manis, agak asam dan ada sensasi segar saat diminum. Hasil pengujian sifat fisik granul effervescent :

Tabel IV. Data Sifat Fisik Granul Effervescent

Sifat fisik granul (n=12)

Formula

1 a b ab Kecepatan alir

(gram/detik)

71,23±1,19 70,02±4,76 81,83±4,22 71,82±11,30 Kandungan

lembab (%)

3,20±1,31 3,25±1,41 2,86±0,87 2,40±0,23 Waktu larut

(detik)

(51)

Untuk mengetahui faktor mana yang dominan antara asam tartrat, natrium bikarbonat atau interaksi keduanya dalam menentukan kecepatan alir, kandungan lembab, waktu larut dan pH larutan diketahui dari 2 macam perhitungan, yaitu : 1. Desain faktorial, yaitu efek rata-rata dari setiap faktor maupun interaksinya

untuk melihat pengaruh tiap faktor dan interaksinya terhadap besarnya respon. Dari perhitungan ini juga dapat diketahui arah respon.

2. Yate’s treatment yaitu suatu teknik analisis secara statistik untuk menilai secara obyektif signifikansi pengaruh relatif dari berbagai faktor dan interaksi terhadap respon. Dari perhitungan ini tidak dapat diketahui arah respon.

Tabel V. Hasil Perhitungan Efek berdasarkan Desain Faktorial

Sifat Fisik Granul Nilai Efek

A B Interaksi

Kecepatan alir −5,61 6,20 −4,40

Kandungan lembab

21 , 0

− −0,60 −0,26

Waktu larut −16,251,92 0,50

pH larutan −1,06 1,21 0,39

Keterangan :

Efek A : efek asam tartrat Efek B : efek natrium bikarbonat

Efek interaksi : efek interaksi antara campuran asam tartrat dan natrium bikarbonat

1. Kecepatan alir

(52)

kecepatan alir granul, akan tetapi untuk mengetahui signifikansi pengaruh yang ditimbulkan oleh interaksi tersebut harus tetap dilakukan pengujian secara yate’s treatment. 68 72 76 80 84

1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600

asam tartrat (mg)

kecep a tan al ir ( g ra m /d et ik )

level rendah natrium bikarbonat

level tinggi natrium bikarbonat

68 72 76 80 84

1092 1192 1292 1392 1492 1592 1692 1792

natrium bikarbonat (mg)

kece p at an a li r ( g ram /d e ti k)

level rendah asam tartrat

level tinggi asam tartrat

2 a 2 b

Gambar 2. Pengaruh Level Asam Tartrat (a) dan Natrium Bikarbonat (b) terhadap Kecepatan Alir Granul

Hasil perhitungan Yate’s treatment dengan taraf kepercayaan 95% untuk respon kecepatan alir granul disajikan pada tabel VI.

Tabel VI. Hasil Perhitungan Yate’s Treatment untuk Respon Kecepatan Alir Granul

Source of Variation

Degrees of freedom

Sum of

Squares Mean Squares F

Replicates 11 538,890 48,990

Treatment 3 1070,665 356,888

A 1 376,824 376,824 9,380

B 1 462,707 462,707 11,518

AB 1 231,134 231,136 5,754

Experimental error

33

1325,665 40,172

Total 47 2935,220

F (1,33) tabel = 4,139

Keterangan :

A = asam tartrat ; B = natrium bikarbonat ; AB = interaksi

(53)
(54)

2. Kandungan lembab

Dapat dilihat bahwa pada level rendah natrium bikarbonat, semakin besar komposisi asam tartrat maka kandungan lembab granul semakin tinggi sedangkan pada level tinggi natrium bikarbonat, semakin besar komposisi asam tartrat maka kandungan lembab semakin rendah (gambar 3a). Dapat dilihat bahwa pada level rendah asam tartrat, semakin besar komposisi natrium bikarbonat maka kandungan lembab granul semakin rendah, begitu pula pada level tinggi asam tartrat (gambar 3b). Garis yang tidak sejajar pada gambar 3a, bahkan berpotongan pada gambar 3b menunjukkan adanya interaksi antara asam tartrat dengan natrium bikarbonat dalam menentukan respon kandungan lembab granul, akan tetapi untuk mengetahui signifikansi pengaruh yang ditimbulkan oleh interaksi tersebut harus tetap dilakukan pengujian secara yate’s treatment.

2.2 2.5 2.8 3.1 3.4

1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 asam tartrat (mg)

k a ndunga n l e m ba b (% )

level rendah natrium bikarbonat

level tinggi natrium bikarbonat

2.2 2.5 2.8 3.1 3.4

1092 1192 1292 1392 1492 1592 1692 1792 natrium bikarbonat (m g)

kan d u n g an l em b a b ( % )

level rendah asam tartrat

level tinggi asam tartrat

3 a 3 b

Gambar 3. Pengaruh Level Asam Tartrat (a) dan Natrium Bikarbonat (b) terhadap Kandungan Lembab Granul

(55)

Tabel VII. Hasil Perhitungan Yate’s Treatment untuk Respon Kandungan Lembab Granul

Source of Variation

Degrees of freedom

Sum of

Squares Mean Squares F

Replicates 11 29,506 2,682

Treatment 3 5,519 1,840

A 1 0,488 0,488 0,803

B 1 4,225 4,225 6,954

AB 1 0,806 0,806 1,327

Experimental error

33

20,047 0,607

Total 47 55,072

F (1,33) tabel = 4,139

Keterangan :

A = asam tartrat ; B = natrium bikarbonat ; AB = interaksi

(56)

3. Waktu larut

Pada pengujian waktu larut dilakukan pengadukan sebanyak 20 kali yang bertujuan untuk membantu kontak antara asam tartrat dengan natrium bikarbonat karena kedua komponen ini berada dalam granul yang terpisah. Asam tartrat dan natrium bikarbonat merupakan bahan penghancur di mana ketika dilarutkan dalam air akan bereaksi membentuk gas CO2 yang menjadi driving force hancurnya granul. Granul yang hancur mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga luas area kontak dengan air juga semakin besar. Hal ini menyebabkan proses larutnya granul effervescent menjadi semakin cepat. Dapat dilihat bahwa pada level rendah maupun level tinggi natrium bikarbonat, semakin besar jumlah komposisi asam tartrat maka waktu larut semakin kecil (gambar 4a). Dapat dilihat bahwa pada level rendah maupun level tinggi asam tartrat, semakin semakin besar komposisi natrium bikarbonat maka waktu larut akan semakin kecil (gambar 4b).

90 94 98 102 106

1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600

Asam Tartrat (m g)

W a k tu l a ru t (d e ti k )

Level rendah natrium bikarbonat Level tinggi natrium bikarbonat

90 94 98 102 106

1092 1192 1292 1392 1492 1592 1692 1792

Natrium Bikarbonat (m g)

W akt u l ar u t ( d et ik)

Level rendah asam tartrat Level tinggi asam tartrat

4 a 4 a

(57)

Hasil perhitungan Yate’s treatment dengan taraf kepercayaan 95% untuk respon waktu larut granul disajikan pada tabel VIII.

Tabel VIII. Hasil Perhitungan Yate’s Treatment untuk Respon Waktu Larut Granul

Source of Variation

Degrees of freedom

Sum of

Squares Mean Squares F

Replicates 11 1248,167 113,470

Treatment 3 3215,833 1071,944

A 1 3168,750 3168,750 16,241

B 1 44,083 44,083 0,226

AB 1 3 3 0,015

Experimental error

33 6438,667 195,111

Total 47 10902,667

F (1,33) tabel = 4,139

Keterangan :

A = asam tartrat ; B = natrium bikarbonat ; AB = interaksi

(58)

sama, level rendah maupun level tinggi natrium bikarbonat tidak terlalu mempengaruhi respon waktu larut granul (kedua garis saling berdekatan), sedangkan gambar 4b menunjukkan bahwa pada jumlah natrium bikarbonat yang sama, level rendah asam tartrat memberikan respon waktu larut granul yang jauh berbeda dibandingkan level tinggi asam tartrat (kedua garis saling berjauhan). Perubahan jumlah asam tartrat akan menyebabkan perubahan respon waktu larut granul sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk respon waktu larut granul, efek asam tartrat level rendah berbeda dengan asam tartrat level tinggi.

4. pH larutan

(59)

4.4 5 5.6 6.2 6.8

1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600

Asam Tartrat (m g)

pH

level rendah natrium bikarbonat level tinggi natrium bikarbonat

4.4 5 5.6 6.2 6.8

1092 1192 1292 1392 1492 1592 1692 1792

Natrium Bikarbonat (m g)

pH

level rendah asam tartrat level tinggi asam tartrat

5 a 5 b

Gambar 5. Pengaruh Level Asam Tartrat (a) dan Natrium Bikarbonat (b) terhadap pH Larutan

Hasil perhitungan Yate’s treatment dengan taraf kepercayaan 95% untuk respon pH larutan granul disajikan pada tabel IX.

Tabel IX. Hasil Perhitungan Yate’s Treatment Untuk Respon pH Larutan

Source of Variation

Degrees of freedom

Sum of

Squares Mean Squares F

Replicates 11 0,478 0,043

Treatment 3 32,411 10,804

A 1 13,335 13,335 315,428

B 1 17,328 17,328 409,874

AB 1 1,748 1,748 41,348

Experimental error

33

1,395 0,042

Total 47 34,284

F (1,33) tabel = 4,139

Keterangan :

A = asam tartrat ; B = natrium bikarbonat ; AB = interaksi

(60)

Dari hasil perhitungan secara desain faktorial yang disajikan pada tabel V maupun perhitungan Yate’s treatment dapat dilihat bahwa natrium bikarbonat merupakan faktor yang dominan dan signifikan dalam menentukan pH larutan. Perubahan jumlah natrium bikarbonat akan menyebabkan perubahan respon pH larutan sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk respon pH larutan, efek natrium bikarbonat level rendah berbeda dengan efek natrium bikarbonat level tinggi (H1 diterima). Akan tetapi efek yang ditimbulkan juga sangat dipengaruhi oleh asam tartrat karena adanya interaksi di antara keduanya. Asam tartrat juga mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menentukan pH larutan, yang berarti perubahan jumlah asam tartrat akan menyebabkan perubahan respon pH larutan atau dapat dikatakan bahwa untuk respon pH larutan, efek asam tartrat level rendah berbeda dengan efek asam tartrat level tinggi. Akan tetapi efek yang ditimbulkan juga sangat dipengaruhi oleh natrium bikarbonat karena adanya interaksi di antara keduanya. Asam tartrat mempunyai efek negatif (menurunkan pH) sedangkan natrium bikarbonat mempunyai efek positif (meningkatkan pH). Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa semakin banyak jumlah asam maka pH menjadi semakin tinggi karena semakin banyak ion H+. Semakin banyak jumlah basa maka pH menjadi semakin rendah karena semakin banyak ion OH-.

E. Prediksi CO2 teoritis

(61)

sebagai bahan penghancur granul dan memberikan sensasi segar saat diminum. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

2 NaHCO3 + C4H6O6 → 2H2O + 2CO2 + Na2C4H4O6...(6) Berdasarkan hasil perhitungan, jumlah CO2 yang dihasilkan adalah :

Tabel X. Jumlah CO2 teoritis yang dihasilkan

Formula Jumlah CO2

1 0,572 gram

a 0,572 gram

b 0,572 gram

ab 0,939 gram

Dari total CO2 yang dihasilkan ada yang terlarut dalam air dan ada yang terlepas ke udara. Pada percobaan digunakan air dengan suhu 20-25ºC untuk melarutkan granul effervescent, sedangkan jumlah maksimal CO2 yang dapat terlarut dalam air pada suhu 20ºC adalah 0,1688 g/100 ml, sedangkan pada suhu 25ºC adalah 0,1449g/100ml (Marczewski, 2005),sehingga jumlah maksimal CO2 yang terlarut hanya berkisar antara 0,2898-0,3376 gram (dalam 200 ml air). Toksisitas CO2 adalah 5000 ppm atau 1 g/200 ml (Anonim, 2005), sehingga dapat disimpulkan bahwa CO2 yang terlarut dalam larutan effervescent tidak menimbulkan efek toksik bagi tubuh.

F. Optimasi Formula

(62)

yang dipersyaratkan. Optimasi granul effervescent dilakukan terhadap sifat fisik granul, meliputi waktu larut, pH larutan, kecepatan alir granul serta kandungan lembab granul.

1. Kecepatan alir granul

Kecepatan alir granul merupakan sifat fisik yang penting dari sediaan granul karena kecepatan alir akan mempengaruhi proses pengisian granul ke dalam kemasan. Menurut Fudholi (1983), kecepatan alir yang baik adalah lebih dari 10 gram/detik. Persamaan desain faktorial untuk kecepatan alir granul adalah y = 33,9648 + 0,0208 A + 0,036 B – 2,0922,10-5 AB. Dari persamaan tersebut dapat dibuat contour plot seperti pada gambar 6.

Gambar 6. Contour Plot Kecepatan Alir Granul

(63)

2. Kandungan lembab

Kandungan lembab granul effervescent merupakan faktor kritis yang menentukan stabilitas effervescent dari sediaan. Kelembaban granul harus dikontrol untuk mencegah terjadinya effervescent dini. Effervescent dini adalah peristiwa terjadinya reaksi antara sumber asam dengan sumber basa sebelum dilarutkan dalam air, misalnya selama proses pembuatan sediaan effervescent

maupun selama penyimpanan dan distribusi. Kelembaban dapat memicu reaksi

effervescent karena uap air (H20) merupakan prekursor terjadinya reaksi antara asam tartrat dengan natrium bikarbonat menghasilkan CO2. Menurut Fausett, Gayser dan Dash, (2000) kandungan lembab yang diperbolehkan dalam granul

effervescent adalah berkisar antara 0,4-0,7%. Persamaan desain faktorial untuk kandungan lembab granul adalah y = 2,3223 + 1,4074,10-3 A + 7,2753,10-4 B -1,2126,10-6 AB. Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa keempat formula tidak memenuhi persyaratan kandungan lembab. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, diantaranya adalah kelembaban relatif ruangan yang berkisar hanya bisa mencapai 55%, sedangkan berdasarkan studi literatur kelembaban relatif ruangan sebagai tempat pembuatan sediaan effervescent

(64)

3. Waktu larut

Waktu larut merupakan salah satu sifat fisik yang penting dalam sediaan

effervescent, karena pada aplikasinya sediaan effervescent harus dilarutkan terlebih dahulu ke dalam sejumlah air sebelum diminum. Sedapat mungkin waktu yang dibutuhkan untuk melarutkan effervescent cukup singkat sehingga dapat meningkatkan acceptability, dalam hal ini waktu penyajian menjadi relatif singkat. Waktu larut yang optimal untuk sediaan effervescent adalah antara 60-120 detik (Mohrle, 1989). Persamaan desain faktorial untuk waktu larut granul adalah y = 69,739 + 0,0305 A + 5,1879,10-3 B + 2,3776,10-6 AB. Dari persamaan tersebut dapat dibuat contour plot seperti pada gambar 7 :

Gambar 7. Contour Plot Waktu Larut Granul

(65)

4. pH larutan

pH larutan merupakan salah satu sifat fisik yang penting dari sediaan

effervescent ekstrak teh hijau karena kandungan berkhasiat dari ekstrak teh hijau yaitu EGCG mempunyai kelarutan paling tinggi pada pH 5-7 (Kellar, Poshnii, Hei, Penzotti, Bedu-adoo, Paynei et al., 2005.). Oleh karena itu, range pH inilah yang dijadikan batas penentuan area optimum dari contour plot pH larutan. Pemilihan range pH ini didukung pula oleh hasil penelitian bahwa EGCG stabil pada pH 4-8 dengan sifat pH-dependent, di mana stabilitas makin baik dengan menurunnya pH (Zhu, Zhang, Tsang, Huang and Chen, 1997). Persamaan desain faktorial untuk pH larutan adalah y = 8,9816 - 4,399.10-3 A – 6,609.10-4 B + 1,8307.10-6 AB. Dari persamaan tersebut dapat dibuat contour plot sebagai berikut (area dengan warna biru tua merupakan area yang diterima) :

(66)

5. Superimposed Contour Plot

Dari contour plot masing-masing sifat fisik yang diperoleh, tidak dapat dibuat superimposedcontour plot karena terdapat satu sifat fisik granul yang sama sekali tidak terpenuhi, yaitu kandungan lembab granul. Kandungan lembab granul merupakan sifat fisik granul effervescent yang sangat penting dan tidak dapat diabaikan karena kandungan lembab sangat menentukan stabilitas sediaan

effervescent di mana apabila kandungan lembab terlalu tinggi maka akan

memungkinkan terjadinya reaksi effervescent dini.

G. Prediksi Prospek Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa ekstrak teh hijau dapat diformulasi dengan asam tartrat sebagai sumber asam dan natrium bikarbonat sebagai sumber basa menghasilkan granul effervescent yang memenuhi parameter kualitas kecepatan alir, waktu larut serta pH larutan. Granul effervescent yang dihasilkan tidak dapat memenuhi persyaratan kandungan lembab dikarenakan adanya keterbatasan dalam penelitian ini terutama dalam hal kontrol terhadap kelembaban relatif ruangan selama peroses pembuatan dan pengujian granul. Granul effervescent yang dihasilkan pada penelitian ini mempunyai rasa yang dapat diterima (enak). Pengembangan formulasi perlu dilakukan untuk meningkatkan acceptibility dari granul effervescent, di antaranya dengan menambahkan flavouring agent jika perlu, serta antifoaming agent seperti

polydimethylsiloxane untuk mengurangi busa yang terbentuk saat granul

(67)

49 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Ekstrak teh hijau dapat diformulasi menghasilkan sediaan granul effervescent

yang memenuhi persyaratan waktu larut, kecepatan alir dan pH larutan, akan tetapi tidak dapat memenuhi persyaratan kandungan lembab. Setelah direaksikan dalam air, larutan mempunyai rasa teh yang khas, sedikit manis, agak asam dan ada sensasi segar saat diminum.

2. Asam tartrat merupakan faktor yang dominan dalam menentukan respon waktu larut granul effervescent, sedangkan natrium bikarbonat merupakan faktor yang dominan dalam menentukan respon kandungan lembab granul

effervescent. Interaksi antara asam tartrat dengan natrium bikarbonat

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap respon kecepatan alir granul dan pH larutan.

3. Tidak ditemukan area komposisi optimum dari asam tartrat dan natrium bikarbonat sebagai sumber asam dan karbonat untuk memperoleh formula optimum granul effervescent ekstrak teh hijau yang memenuhi persyaratan kualitas.

B. Saran

(68)

2. Perlu dilakukan optimasi lama dan kecepatan pencampuran serbuk bahan granul asam maupun granul basa.

3. Perlu dilakukan optimasi lama dan kecepatan pencampuran granul asam dan granul basa.

(69)

51

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 654, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 601, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 2005, Carbondioxide, http//dhs.winscosin.gov/eh/chemFS/pdf diakses tanggal 21 Desember 2005

Ansel, H.C., 1969, Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms, 271, 302, 303, Lea & Febiger, Philadelphia, USA

Ansel, H.C., 1999, Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System, Ed. 8, 201, Lippincott Williams & Wilkins, USA

Astuti, M., 2001, Potensi Antioksidan pada Teh. Kumpulan makalah : Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan : Dasar, Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam, cit. Tuminah, S., Teh Sebagai Salah Satu Sumber Antioksidan, http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files.pdf diakses tanggal 24 Oktober 2008

Augsburger, L. L. and Vuppala, M. K., 1997, Theory of Granulation, 63-64, in Parikh and Dilip M., 1997, Handbook of Pharmaceutical Granulation

Technology, Marcel Dekker, New York

Bolton, S., 1990, Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical Application, 3 rd ed, 326 – 353, 591 – 601, Marcel Dekker Inc, New York

Dalimartha, S., 2003, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 1, 150-151, Trubus Agriwidya, Jakarta

Druzynska, B., Stepniewska, A. and Wolosiak, R., 2007, The Influence of Time And Type of Solvent on Efficiency of The Extraction of Polyphenols From Green Tea and Antioxidant Properties Obtained Extracts, Acta Sci.Pol., Technol. Aliment. 6(1)2007, 27-36

Fausett, H., Gayser, C. and Dash, A. K., 2000, Evaluation Of Quick

Disintegrating Calcium Carbonate Tablets,

http://www.aapspharmscitech.org/articles/pt0103/pt010320 /pt010320.pdf diakses tanggal 22 Oktober 2008

(70)

Hartoyo, A., 2003, Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan Sebuah Tinjauan Ilmiah,15, 16, 30, 36, Kanisius, Yogyakarta.

Jia, Z., Zhou, B., Yang, L., Wu, L. And Liu, Z., 1997, Antioxidant synergism of

tea polyphenols and α-tocopherol against free radical induced

peroxidation of linoleic acid in solution,

http://www.rsc.org/ej/P2/1998/a706691k.pdf diakses tanggal 22 Oktober 2008

Kellar, S., Poshnii, F., Hei, L., Penzotti, S., Bedu-adoo, F., Paynei, K., et al., 2005, Preformulation Development Studies To Evaluate the Properties of

Epigallocatechin Gallate (EGCG), Cardinal Health Pharmacuetical

Development ; NJ08873

Kono, S., Shinchi, K. and Wakabayashi, K., 1996, cit. Tuminah, S., Teh Sebagai Salah Satu Sumber Antioksidan, http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files.pdf diakses tanggal 24 Oktober 2008

Lieberman, H.A., Lachman, L. and Schwartz, J. B., 1989, Pharmaceutical Dosage Form, 103, 120, Marcel Dekker Inc., New York

Lindberg, N.O., Engfors, H. and Ericsson, T., 1988, Effervescent Pharmaceuticals, in Swarbrick, J. and Boylan, J.C., Encyclopedia of Pharmaceutical Technology,Vol.V, 47, 52, Marcel Dekker Inc, New York

Marczewski,A., 2005, Carbon Dioxide Solub

Gambar

Gambar 1. Struktur epicatechin, epicatechin-3-gallat, epigallocatechin,danepigallocatechin-3-gallat ( Svobodova, Psotova dan Walterova, 2003)
Tabel I. Notasi Formula Desain Faktorial
Tabel II. Formula Tablet Effervescent Ekstrak Teh Hijau
Tabel III.  Hasil Pengujian Kandungan Lembab Ekstrak Teh Hijau
+7

Referensi

Dokumen terkait

prosedur dan tata cara pelayanan, persyaratan, unit kerja pejabat penanggung jawab pemberi pe- layanan, waktu penyelesaian, rin- cian biaya atau tarif serta hal-hal lain yang

Perolehan EVA yang dicapai lebih besar dari tahun sebelumnya, sehingga dalam hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan ini semakin baik.Tahun 2012 EVA PT

(1) Untuk pelaksanaan Anggaran Belanja Pembangunan, Departemen/ Lembaga Pemerintah Non Departemen/instansi vertikal di daerah mengisi Daftar Isian Proyek atau dokumen lain

Penyelidikan endapan bitumen padat di daerah Meulaboh merupakan kegiatan survey pendahuluan dimaksudkan untuk mempelajari keadaan geologi, khususnya mengenai sebaran dan

(1) Pelantikan dan pengambilan sumpah atau janji bagi pejabat penyidik pegawai negeri sipil dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 Undang-Undang Nomor

Setelah jumlah minimum sampel didapatkan, maka jumlah sampel untuk tiap jenis kendaraan dilakukan dengan menghitung proporsi besarnya jumlah kendaraan tersebut yang lewat

Apabila dana subsidi yang diklaim ke Bank oleh Lini 4 lebih rendah dari alokasi subsidi pemerintah yang disalurkan ke Bank (misalnya karena petani tidak menebus semua jatah

Bagaimana membuat sistem trading otomatis menggunakan analisis teknikal dengan acuan candlestick digabungkan dengan metode Martingale menggunakan bahasa pemrograman