• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS DI KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 8 MEDAN T.P. 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS DI KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 8 MEDAN T.P. 2012/2013."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS DI KELAS X SEMESTER II

SMA NEGERI 8 MEDAN T.P 2012/2013

Oleh:

Merta Simbolon NIM 409121057

Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT ) TERHADAP HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS DI KELAS X SEMESTER II

SMA NEGERI 8 MEDAN T.P 2012/2013

Merta Simbolon (409121057)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Listrik Dinamis di Kelas X Semester II SMANegeri 8 Medan T.P. 2012/2013 dan mengetahui aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian two group pre–test dan post–test. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa siswi kelas X terdiri dari 8 kelas. Sampel penelitian ini ada 2 kelas yaitu kelas X5 sebagai kelas eksperimen dan X6 sebagai kelas kontrol yang masing-masing terdiri dari 30 siswa. Teknik pengambilan sampel digunakan secara cluster random sampling. Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan essay test sebanyak 10 soal. Tes terlebih dahulu tes divalidkan oleh dua orang dosen sebagai validator.

Dari data penelitian diperoleh nilai rata–rata pretes kelas eksperimen adalah 33,63 dengan standar deviasi 8,53 dan kelas kontrol adalah 33,50 dengan standar deviasi 4,75. Pada uji normalitas kelas eksperimen untuk pretes diperoleh Lhitung < Ltabel = 0,1150< 0,161, sedangkan kelas kontrol Lhitung < Ltabel = 0,0985< 0,161 sehingga data kedua kelas berdistribusi normal. Pada uji homogenitas data pretes untuk kedua sampel diperoleh diperoleh Fhitung < Ftabel = 1,14< 1,86 maka kedua sampel berasal dari kelompok yang homogen. Untuk hasil analisis data dari uji t dua pihak pretes diperoleh thitung < ttabel = 0,066<2,002 maka H0 diterima, berarti bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama. Dari hasil postes diperoleh nilai rata-rata untuk kelas eksperimen adalah 89,00dan kelas kontrol 78,50. Hasil pengujian hipotesis diperoleh thitung= 8,4 >ttabel = 1,671 pada taraf signifikan α = 0,05 maka hipotesis altenatif (Ha) diterima, artinya hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Listrik Dinamis di Kelas X Semester II SMANegeri 8 Medan T.P. 2012/2013.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan karunia-Nya yang memberikan hikmat dan kesehatan kepada penulis sehingga penyusunan skipsi ini dapat diselesikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Listrik Dinamis di Kelas X Semester II SMA Negeri 8 Medan T.P. 2012/2013” disusun untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

(4)

Panjaitan, S.Pd selaku guru bidang studi Fisika yang telah membantu penulis selama proses penelitian.

Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada ayahanda R. Simbolon dan ibunda R. Sihotang atas dukungan doa dan semangat yang luar biasa kepada penulis selama perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini,terima kasih juga untuk kakak dan abang penulis Melda Simbolon, Minda Simbolon, Walsoner Simbolon, Wasdo Simbolon dan Kojek Simbolon yang selalu menyemangati dalam menyelesaikan skripsi ini.Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan Fisika Dik B 2009 khususnya Shinta Sonia Gultom dan Elisabeth Hutasoit atas kebersamaannya dalam suka dan duka dalam menyelesaikan program studi pendidikan fisika selama 4 tahun. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada UK-KMK St. Martinus Unimed khususnya Willy Sitanggang, Candra Aritonang, Filemon Sagala dan seluruh anggota yang telah mengajari dan membentuk penulis menjadi mahasiswa yang kuat dan menata masa depan yang terbaik serta sahabat penulis Zan Henny Christien Situmorang atas kebersamaannya dan teman-teman semua yang tidak disebutkan namanya satu persatu disini yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memperkaya khasanah pendidikan.

Medan, Juni 2013 Penulis,

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembaran Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 5

1.3 Batasan Masalah 5

1.4 Rumusan Masalah 5

1.5 Tujuan Penelitian 6

1.6 Manfaat Penelitian 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritis 7

2.1.1 Pengertian Belajar 7

2.1.2 Proses Belajar 8

2.1.3 Hasil Belajar 9

2.1.4 Aktivitas Belajar 10

2.1.5 Model Pembelajaran 13

2.1.5.1 Pembelajaran Kooperatif 14

2.1.5.2 Keuntungan dan Kerugian Pembelajaran Kooperatif 14

2.1.5.3 Prinsip Pembelajaran Kooperatif 16

2.1.5.4 Unsur Pembelajaran Kooperatif 17

2.1.5.5 Persiapan Pembelajaran Kooperatif 18

2.1.5.6 Penggunaan NHT dalam Pembelajaran Kooperatif 22

2.1.5.7 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif NHT 23

2.1.5.8 Model Pembelajaran Langsung 25

2.2 Uraian Materi 27

2.2.1 Arus dan Kuat Arus Listrik 27

2.2.2 Hukum Ohm dan Nilai Hambatan Suatu Kawat 28

2.2.3 Rangkaian Resistor 32

2.2.4 Hukum Kirchhoff 36

2.2.5 Alat-alat ukur Listrik 39

2.2.6 Energi Listrik 42

(6)

ii

2.3 Kerangka Konseptual 45

2.4 Hipotesis Penelitian 47

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 48

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 48

3.2.1 Populasi Penelitian 48

3.2.2 Sampel Penelitian 48

3.3 Variabel Penelitian 48

3.3.1 Variabel Bebas 48

3.3.2 Variabel Terikat 48

3.4 Metode dan Desain Penelitian 49

3.4.1 Metode Penelitian 49

3.4.2 Desain Penelitian 49

3.5 Prosedur Penelitian 50

3.6 Instrumen Penelitian 51

3.7 Validitas Tes 52

3.7.1 Validitas Isi 52

3.7.2 Validitas Ramalan 52

3.7.2.1 Koefisien Validitas 53

3.7.3 Reliabilitas Tes 53

3.7.4 Taraf Kesukaran Tes 53

3.7.5 Daya Beda 54

3.8 Teknik Analisis Data 55

3.8.1 Menghitung Mean 55

3.8.2 Menghitung Varian 55

3.8.3 Menghitung Simpangan Baku 55

3.8.4 Uji Normalitas 55

3.8.5 Uji Homogenitas 46

3.7.3 Uji Hipotesis 57

3.7.3.1 Uji Kesamaan Rata-rata Pretes (Uji t Dua Pihak) 57

3.7.3.2 Uji Kesamaan Rata-rata postes (Uji t satu Pihak) 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 59

4.1 Pengolahan dan Analisa Data 59

4.1.1. Deskripsi Data Penelitian 59

4.1.2 Pelaksanaan Pretest 59

4.1.2.1 Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 60

4.1.3 Pengujian Analisa Data 62

4.1.3.1 Uji Normalitas Data 62

4.1.3.2 Uji Homogenitas Data 63

4.1.3.3 Uji Hipotesis Penelitian 63

(7)

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 70

5.1 Kesimpulan 70

5.2 Saran 71

(8)

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Arah aliran Listrik Berlawanan dengan arah aliran

arus elektron 28

Gambar 2.2 Beda Potensial Antara Titik A dan B 29

Gambar 2.3 Hubungan Antara Arus Listrik dan Potensial Listrik 29

Gambar 2.4 Susunan RangkaianSeri 32

Gambar 2.5 Susunan Rangkaian Paralel 34

Gambar 2.6Rangkaian sederhana dua buan resistor dan

sumber tegangan 36

Gambar 2.7 Rangkaian Bercabang 37

Gambar 2.8 Rangkaian Listrik dengan Kuat arus Tetap 38

Gambar 2.9 Arah arus 39

Gambar 2.10Pengukuran Kuat Arus Dengan Amperemeter 40

Gambar 2.11 Skema Rangkaian Sederhana dengan Sumber Arus DC 40

Gambar 2.12 Rangkaian menggunakan Amperemeter 40

Gambar 2.13 Pengukuran Tegangan dengan Voltmeter 41

Gambar 2.14 Aliran Muatan Listrik 42

Gambar 2.15 Gaya pada Baterai 44

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian 51

Gambar 4.1 Diagram Batang Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol 60

Gambar 4.2 Diagram batang data postes kelas eksperimen dan control 62

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT 22

Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT 26

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian 49

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen pengumpul hasil belajar 52

Tabel 4.1 Data Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 60

Tabel 4.2 Data Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 61

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data 62

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Data 63

Tabel 4.5 Perhitungan Uji Hipotesis 63

Tabel 4.6 Kriteria dan Persentase Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 64

Tabel 4.7 Kriteria dan Persen Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol 65

(10)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Tabel Uji Reliabilitas Instrumen 74

Lampiran 2 Menentukan Reliabilitas Tes Hasil Belajar 76

Lampiran 3 Menentukan Reliabilitas Tes Hasil Belajar 79

Lampiran 4 Menentukan Taraf Kesukaran Tes Hasil Belajar 82

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran-1 (RPP-1) 84

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran-2 (RPP-2) 95

Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran-3 (RPP-3) 107

Lampiran 8 Lembar Kreativitas Siswa I 118

Lampiran 9 Lembar Kreativitas Siswa II 120

Lampiran 10 Lembar Kreativitas Siswa III 123

Lampiran 11Instrumen Penelitian (Tes Hasil Belajar) 125

Lampiran 12Kunci Jawaban 127

Lampiran 13Tabel Kisi-Kisi Soal 131

Lampiran 14 Daftar Nama Siswa 138

Lampiran 15 Data Mentah Pretest Eksperimen 139

Lampiran 16 Data Mentah Pretest Kontrol 140

Lampiran 17 Data Mentah Postest Eksperimen 141

Lampiran 18 Data Mentah Postest Kontrol 142

Lampiran 19 Nilai Pretest Eksperimen dan Kontrol 143

Lampiran 20 Nilai Postest Eksperimen dan Kontrol 144

Lampiran 21 Simpangan Baku 145

Lampiran 22 Uji Normalitas Data 152

Lampiran 23 Uji Homogenitas Data 156

Lampiran 24 Uji Hipotesis Data 158

Lampiran 25 Deskriptor Aktivitas 162

Lampiran 26 Hasil Observasi Aktivitas Siswa 163

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia

yang berkualitas. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Pasal 1 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional telah ditetapkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” Melalui pendidikan, manusia akan tumbuh dan

berkembang sebagai pribadi yang utuh. Maju mundurnya proses pengembangan suatu bangsa di

segala bidang sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan bangsa itu sendiri. Oleh karena itu,

pendidikan hendaknya dikelola baik secara kualitas maupun kuantitas.

Peningkatan mutu pendidikan merupakan masalah serius di negara-negara berkembang

terutama Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas

pendidikan, diantaranya pengembangan atau penyempurnaan kurikulum, melengkapi sarana dan

prasarana pendidikan, meningkatkan kualitas guru melalui sertifikasi, pengembangan sistem

penilaian hasil belajar dan sebagainya. Pemerintah terus-menerus menaruh perhatian yang besar

terhadap kualitas pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari salah satu program yang dilakukan

pemerintah, yaitu ditentukannya nilai ketuntasan minimum yang harus dilalui siswa untuk dapat

lulus dari jenjang pendidikannya.

Pemerintah mengharapkan peningkatan hasil belajar yang signifikan melalui standar

kelulusan yang semakin meningkat untuk tiap mata pelajaran. Namun, fakta dilapangan seperti

yang dialami oleh peneliti selama menjalani Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT),

dimana hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPA khususnya mata pelajaran

Fisika tidak maksimal dan cenderung dibawah rata-rata. Berdasarkan hasil wawancara dengan

guru bidang studi Fisika yaitu Bapak Iwan Sunarya Panjaitan, S.Pd ternyata masalah yang sama

juga terjadi di SMA Negeri 8 Medan. Nilai rata-rata hasil ujian fisika siswa semester I Tahun

Ajaran 2012/2013 sebesar 60 padahal nilai ketuntasan minimum yang ditetapkan adalah 70. Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia

berkualitas. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Pasal 1 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional telah ditetapkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” Melalui pendidikan, manusia akan tumbuh dan

berkembang sebagai pribadi yang utuh. Maju mundurnya proses pengembangan suatu bangsa di

segala bidang sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan bangsa itu sendiri. Oleh karena itu,

Peningkatan mutu pendidikan merupakan masalah serius di negara-negara berkembang

terutama Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas

pendidikan, diantaranya pengembangan atau penyempurnaan kurikulum, melengkapi sarana dan

prasarana pendidikan, meningkatkan kualitas guru melalui sertifikasi, pengembangan sistem

penilaian hasil belajar dan sebagainya. Pemerintah terus-menerus menaruh perhatian yang besar

terhadap kualitas pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari salah satu program yang dilakukan

pemerintah, yaitu ditentukannya nilai ketuntasan minimum yang harus dilalui siswa untuk dapat

Pemerintah mengharapkan peningkatan hasil belajar yang signifikan melalui standar

kelulusan yang semakin meningkat untuk tiap mata pelajaran. Namun, fakta dilapangan seperti

yang dialami oleh peneliti selama menjalani Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT),

dimana hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPA khususnya mata pelajaran

Fisika tidak maksimal dan cenderung dibawah rata-rata. Berdasarkan hasil wawancara dengan

guru bidang studi Fisika yaitu Bapak Iwan Sunarya Panjaitan, S.Pd ternyata masalah yang sama

(12)

2

Rendahnya nilai rata-rata hasil ujian fisika merupakan gambaran bagaimana tingkat

kemampuan siswa menguasai materi pelajaran berupa konsep- konsep materi pelajaran serta

aplikasinya dalam bentuk soal- soal pelajaran. Siswa menganggap fisika sebagai pelajaran yang

sulit, membosankan, penuh dengan rumus-rumus yang harus dihapal, dan konsep-konsep yang

sulit dipahami.Rendahnya hasil belajar siswa juga disebabkan karena suasana pembelajaran yang

umumnya masih berpusat pada guru dan bersifat komunikasi satu arah (one way communcation)

dan model pembelajaran yang kurang bervariasi. Dalam pembelajaran fisika, guru lebih dominan

menggunakan model pembelajaran langsung. Guru menjelaskan materi, menjelaskan rumus,

memberi contoh soal dan memberikan PR, sehingga siswa dalam pembelajaran menjadi

penerima informasi pasif. Dengan kata lain, keterlibatan dan keaktifan siswa masih rendah.

Siswa lebih banyak belajar dengan menerima, mencatat dan menghafal pelajaran. Siswa juga

kurang berinteraksi dan bekerja sama dengan temannya karena persaingan individual yang

diterapkan guru. Selain itu, penggunaan laboratorium sebagai sarana yang menunjang

pembelajaran juga kurang dimanfaatkan padahal sarana di laboratorium cukup lengkap. Siswa

hanya menerima informasi pasif tanpa pembuktian langsung di laboratorium.

Berdasarkan pemaparan masalah-masalah tersebut, salah satu usaha yang dapat dilakukan

oleh guru untuk memperbaikinya adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat,

yang dapat melibatkan siswa secara aktif sehingga siswa belajar dengan suasana yang

menyenangkan dan mampu bekerja sama dengan temannya dalam menyelesaikan persoalan.

Perubahan model mengajar ini akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan

interaksi sosialnya. Syaiful (2006:3) menyatakan bahwa model mempunyai andil yang cukup

besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik,

akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu model yang sesuai dengan tujuan.

Model pembelajaran tersebut salah satunya model pembelajaran kooperatif. Model

pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melatih siswa agar mampu

berpikir dan bekerja secara kelompok, berdiskusi untuk memecahkan suatu permasalahan dan

selanjutnya bertanggung jawab untuk melaporkan jawabannya kepada anggota kelompok yang

lain.

Ada beberapa tipe yang dapat diterapkan dalam model pembelajaran kooperatif, antara

lain: 1) Student Team Achievement Divisions (STAD); 2) Jigsaw; 3) Group investigation (GI);

dan 4) Struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS), dan Numbered Head Together (NHT). Rendahnya nilai rata-rata hasil ujian fisika merupakan gambaran bagaimana tingkat

kemampuan siswa menguasai materi pelajaran berupa konsep- konsep materi pelajaran serta

aplikasinya dalam bentuk soal- soal pelajaran. Siswa menganggap fisika sebagai pelajaran yang

sulit, membosankan, penuh dengan rumus-rumus yang harus dihapal, dan konsep-konsep yang

umumnya masih berpusat pada guru dan bersifat komunikasi satu arah (one way communcation

menggunakan model pembelajaran langsung. Guru menjelaskan materi, menjelaskan rumus,

memberi contoh soal dan memberikan PR, sehingga siswa dalam pembelajaran menjadi

penerima informasi pasif. Dengan kata lain, keterlibatan dan keaktifan siswa masih rendah.

Siswa lebih banyak belajar dengan menerima, mencatat dan menghafal pelajaran. Siswa juga

kurang berinteraksi dan bekerja sama dengan temannya karena persaingan individual yang

diterapkan guru. Selain itu, penggunaan laboratorium sebagai sarana yang menunjang

pembelajaran juga kurang dimanfaatkan padahal sarana di laboratorium cukup lengkap. Siswa

oleh guru untuk memperbaikinya adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat,

yang dapat melibatkan siswa secara aktif sehingga siswa belajar dengan suasana yang

menyenangkan dan mampu bekerja sama dengan temannya dalam menyelesaikan persoalan.

Perubahan model mengajar ini akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan

interaksi sosialnya. Syaiful (2006:3) menyatakan bahwa model mempunyai andil yang cukup

besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik,

Model pembelajaran tersebut salah satunya model pembelajaran kooperatif. Model

pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melatih siswa agar mampu

berpikir dan bekerja secara kelompok, berdiskusi untuk memecahkan suatu permasalahan dan

selanjutnya bertanggung jawab untuk melaporkan jawabannya kepada anggota kelompok yang

Ada beberapa tipe yang dapat diterapkan dalam model pembelajaran kooperatif, antara

lain: 1) Student Team Achievement Divisions (STAD); ; 3) Group investigation (GI);

(13)

Dalam penelitian ini peneliti menerapkan model kooperatif tipe NHT. Beberapa kelebihan dari

model kooperatif tipe NHT yaitu 1) setiap siswa menjadi siap; 2) dapat melakukan diskusi

dengan sungguh-sungguh; 3) siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan model pembelajaran yang

dikembangkan oleh Kagan (Lie, 2004). Dengan menerapkan model pembelajaran ini maka dapat

memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling memberikan ide-ide dan mempertimbangkan

jawaban yang paling tepat. Selain itu, model ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan

semangat kerja sesama mereka. Model ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan

untuk semua tingkatan usia anak didik. Dan dengan model ini, dapat memudahkan pembagian

tugas. Siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan

rekan-rekan kelompoknya. Dengan adanya sistem penomoran pada tipe NHT, siswa berusaha

memahami setiap materi yang diajarkan dan bertanggung jawab atas nomor anggotanya

masing-masing.

Penelitian sebelumnya tentang model kooperatif tipe NHT yang dilakukan oleh

Sitanggang (2008) diperoleh hasil pembelajaran kooperatif tipe NHT cukup baik, dimana nilai

rata-rata siswa dikelas eksperimen meningkat dari 41,7 menjadi 72,3. Pada penelitian Maya

(2009) menggunakan NHT, diperoleh rata-rata hasil belajar siswa di kelas eksperimen meningkat

dari 41,87 menjadi 67,00. Penelitian Magdalena (2012) menunjukkan sebelum diberikan

perlakuan rata-rata pretes sebesar 40,71 dan setelah diberikan perlakuan dengan model NHT,

rata-rata postes siswa sebesar 74,57. Hal ini memperlihatkan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe NHT dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan

pembelajaran langsung.

Penelitian tersebut membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, namun peneliti masih mempunyai kelemahan.

Kelemahan-kelemahan sebelumnya akan menjadi pedoman untuk peneliti berikutnya dengan memperbaiki

kelemahan-kelemahan tersebut. Kelemahan Sitanggang (2008) adalah tidak menciptakan

keakraban di dalam kelas terlebih dahulu agar siswa aktif dalam pembelajaran. Maya (2009)

kelemahanya pada alokasi waktu saat penomoran yang tidak efisien. Kelemahan Magdalena

(2012) yaitu kurangnya motivasi yang diberikan pada siswa sehingga siswa tidak percaya diri

mempresentasekan hasil diskusinya.

Dalam penelitian ini peneliti menerapkan model kooperatif tipe . Beberapa kelebihan dari . Beberapa kelebihan dari

kooperatif tipe yaitu 1) setiap siswa menjadi siap; 2) dapat melakukan diskusi

pembelajaran kooperatif tipe merupakan model pembelajaran yang

jawaban yang paling tepat. Selain itu, model ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan

semangat kerja sesama mereka. Model ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan

untuk semua tingkatan usia anak didik. Dan dengan model ini, dapat memudahkan pembagian

tugas. Siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan

rekan-rekan kelompoknya. Dengan adanya sistem penomoran pada tipe , siswa berusaha , siswa berusaha

setiap materi yang diajarkan dan bertanggung jawab atas nomor anggotanya

masing-Penelitian sebelumnya tentang model kooperatif tipe yang dilakukan oleh

(2008) diperoleh hasil pembelajaran kooperatif tipe cukup baik, dimana nilai

siswa dikelas eksperimen meningkat dari 41,7 menjadi 72,3. Pada penelitian Maya

41,87 menjadi 67,00. Penelitian Magdalena (2012) menunjukkan sebelum diberikan

perlakuan rata-rata pretes sebesar 40,71 dan setelah diberikan perlakuan dengan model

postes siswa sebesar 74,57. Hal ini memperlihatkan bahwa model pembelajaran

dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan

tersebut membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

hasil belajar siswa, namun peneliti masih mempunyai kelemahan.

Kelemahan-kelemahan sebelumnya akan menjadi pedoman untuk peneliti berikutnya dengan memperbaiki

kelemahan-kelemahan tersebut. Kelemahan Sitanggang (2008) adalah tidak menciptakan

keakraban di dalam kelas terlebih dahulu agar siswa aktif dalam pembelajaran. Maya (2009)

kelemahanya pada alokasi waktu saat penomoran yang tidak efisien. Kelemahan Magdalena

(14)

4

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan pada penelitian sebelumnya adalah

peneliti akan lebih mengoptimalkan alokasi waktu untuk setiap tahap pembelajaran yang sudah

ditetapkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, sehingga alokasi waktu untuk setiap tahap

pembelajaran efisien. Pada Fase penomoran, siswa tidak hanya ditunjuk tetapi juga diberikan

nomor yang kemudian ditempelkan pada seragam mereka sehingga memudahkan guru pada saat

pemanggilan dan dapat mengefektifkan waktu yang digunakan. Selain itu peneliti juga akan

melakukan variasi model pembelajaran yang digunakan dalam model pembelajaran kooperatif

tipe NHT serta menerapkan pola kompetisi antar kelompok guna memberikan motivasi belajar

kepada siswa dengan memberikan penghargaan serta menciptakan suasana keakraban di dalam

kelas terlebih dahulu agar siswa aktif dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian masalah di atas, peneliti tertarik mengadakan penelitian ”Pengaruh

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Listrik Dinamis Di Kelas X Semester II SMA Negeri 8 Medan T.P 2012/2013”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa masalah dapat diidentifikasikan sebagai

berikut:

1. Rendahnya hasil belajar siswa pada bidang studi fisika yang berada di bawah kriteria

ketuntasan minimal.

2. Siswa merasa pelajaran fisika sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan.

3. Proses belajar mengajar masih berpusat pada guru dan masih sangat teoritis sehingga

belajar tidak menyenangkan.

4. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga yang menjawab pertanyaan

guru cenderung didominasi oleh beberapa orang saja.

5. Model atau metode pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru kurang bervariasi.

6. Kurangnya penggunaan sarana laboratorium dalam pembelajaran fisika.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Kooperatif tipe Numbered Head Together

(NHT)

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kelemahan pada penelitian sebelumnya adalah

peneliti akan lebih mengoptimalkan alokasi waktu untuk setiap tahap pembelajaran yang sudah

pembelajaran efisien. Pada Fase penomoran, siswa tidak hanya ditunjuk tetapi juga diberikan

nomor yang kemudian ditempelkan pada seragam mereka sehingga memudahkan guru pada saat

pemanggilan dan dapat mengefektifkan waktu yang digunakan. Selain itu peneliti juga akan

melakukan variasi model pembelajaran yang digunakan dalam model pembelajaran kooperatif

serta menerapkan pola kompetisi antar kelompok guna memberikan motivasi belajar

siswa dengan memberikan penghargaan serta menciptakan suasana keakraban di dalam

Berdasarkan uraian masalah di atas, peneliti tertarik mengadakan penelitian

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Siswa Pada Materi Pokok Listrik Dinamis Di Kelas X Semester II SMA Negeri 8

Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa masalah dapat diidentifikasikan sebagai

Rendahnya hasil belajar siswa pada bidang studi fisika yang berada di bawah kriteria

3. Proses belajar mengajar masih berpusat pada guru dan masih sangat teoritis sehingga

4. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga yang menjawab pertanyaan

(15)

2. Materi yang akan dipelajari adalah materi Listrik Dinamis.

3. Penelitian akan dilakukan terhadap siswa kelas X Semester II SMA Negeri 8 Medan T.P

2012/2013.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada materi pokok Listrik

Dinamis kelas X Semester II SMA Negeri 8 Medan Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran langsung pada materi pokok Listrik Dinamis kelas X Semester II SMA

Negeri 8 Medan Tahun Pelajaran 2012/2013?

3. Bagaimanakah aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) ?

4. Apakah ada pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Listrik

Dinamis kelas X Semester II SMA Negeri 8 Medan Tahun Pelajaran 2012/2013?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada materi pokok Listrik

Dinamis kelas X Semester II SMA Negeri 8 Medan Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran

langsung pada materi pokok Listrik Dinamis kelas X Semester II SMA Negeri 8 Medan

Tahun Pelajaran 2012/2013.

3. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model

pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

4. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran Kooperatif

tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok

Listrik Dinamis kelas X Semester II SMA Negeri 8 Medan Tahun Pelajaran 2012/2013. 3. Penelitian akan dilakukan terhadap siswa kelas X Semester II SMA Negeri 8 Medan T.P

Bagaimanakah hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

Bagaimanakah hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran langsung pada materi pokok Listrik Dinamis kelas X Semester II SMA

3. Bagaimanakah aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model

Apakah ada pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Listrik

Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran

langsung pada materi pokok Listrik Dinamis kelas X Semester II SMA Negeri 8 Medan

3. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model

4. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran Kooperatif

(16)

6

1.6 Manfaat Penelitian

Dengan mengadakan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Mengetahui tingkat keberhasilan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT dalam

meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran fisika khususnya materi Listrik

Dinamis tingkat SMA.

2. Sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dipilih dalam pembelajaran. Mengetahui tingkat keberhasilan model pembelajaran Kooperatif tipe

(17)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan:

1. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada

materi pokok listrik dinamis mengalami peningkatan dari nilai rata-rata pretes 33,63

menjadi 89,00 pada nilai rata-rata posttest.

2. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada materi

pokok listrik dinamis juga mengalami peningkatan dari nilai rata-rata pretes 33,50

menjadi 78,50 pada nilai rata-rata posttest.

3. Aktivitas belajar siswa yang diobservasi dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari perolehan nilai

akhirpertemuan I 67,48 dengan kategori Aktif dan pada pertemuan II sebesar 72,52

dengan kategori Aktifsedangkan pada pertemuan III sebesar 79,19 dengan kategori Aktif

dan nilai rata-rata akhir 73,06dengan kategori Aktif. Aktivitas siswa yang dikategorikan

aktif dalam pembelajaran sejalan dengan hasil belajar siswa berarti aktivitas siswa

memiliki pengaruh positif terhadap hasil belajar.

4. Ada pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipeNumbered

Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Listrik Dinamis

kelas X Semester II SMA Negeri 8 Medan Tahun Pelajaran 2012/2013.

Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada

materi pokok listrik dinamis mengalami peningkatan dari nilai rata-rata pretes 33,63

2. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada materi

pokok listrik dinamis juga mengalami peningkatan dari nilai rata-rata pretes 33,50

3. Aktivitas belajar siswa yang diobservasi dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari perolehan nilai

akhirpertemuan I 67,48 dengan kategori Aktif dan pada pertemuan II sebesar 72,52

dan nilai rata-rata akhir 73,06dengan kategori Aktif. Aktivitas siswa yang dikategorikan

aktif dalam pembelajaran sejalan dengan hasil belajar siswa berarti aktivitas siswa

4. Ada pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe

(18)

71

5.2. Saran

Saran yang dapat peneliti ajukan berdasarkan pembahasan adalah sebagai berikut:

1. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan lebih mengoptimalkan pengelolaan kelas

khususnya pada saat diskusi berlangsung agartidak terjadi kegaduhan-kegaduhan di

dalam kelas.

2. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang Model Pembelajaran NHT, ada

baiknya memberikan motivasi terlebih dahulu kepada siswa yang akan

mempresentasekan hasil diskusi untuk meningkatkan rasa percaya diri pada siswa

tersebut karena dengan kooperatif tipe NHT tidak semuanya siswa siap untuk

mempresentasekan hasil diskusi ketika nomor anggotanya dipanggil oleh guru.

3. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang modelpembelajaran NHT karena

aktivitas yang akan diobservasi banyak maka supaya efektif diperlukan satu observer

setiap kelompok.

Untuk peneliti selanjutnya diharapkan lebih mengoptimalkan pengelolaan kelas

khususnya pada saat diskusi berlangsung agartidak terjadi kegaduhan-kegaduhan di

2. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang Model Pembelajaran NHT, ada

baiknya memberikan motivasi terlebih dahulu kepada siswa yang akan

mempresentasekan hasil diskusi untuk meningkatkan rasa percaya diri pada siswa

tersebut karena dengan kooperatif tipe NHT tidak semuanya siswa siap untuk

3. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang modelpembelajaran NHT karena

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis yang diajukan peneliti adalah ada hubungan positif antara persepsi terhadap kualitas komunikasi ayah dalam keluarga dengan konsep diri pada remaja. Semakin positif

[r]

Jadi Sectio Caesaria dengan indikasi ketuan pecah dini adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut yang dikarenakan

Langkah pengerjaan proyek akhir ini adalah perancangan dan pembuatan alat stamping dengan tiga silinder yang melakukan gerakan pendorong,stamping dan pembuang

Dengan membandingkan nilai sumbangan relatif dan efektif nampak bahwa variabel pengalaman mengajar memiliki pengaruh yang lebih tinggi terhadap kinerja guru

Fase- fase yang terbentuk pada lapisan IMC tersebut berpengaruh terhadap waktu yang optimal dalam perendaman baja pada aluminium cair yaitu 10 sampai 20 menit.. Kata kunci

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya..

perusahaan tersebut tercermin pada laba yang terkandung dalam laporan