• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA SMP KELAS VII LANGSA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA SMP KELAS VII LANGSA."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

dan komunikasi matematik melalui pendekatan matematika realistik pada

siswa smp kelas vii langsa

Tesis

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

:

RAUDATUL HUSNA NIM: 8116171017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCA SARJANA

(2)

Peningkatan kemampuan pemecahan masalah

dan komunikasi matematik melalui pendekatan matematika realistik pada

siswa smp kelas vii langsa

Tesis

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

:

RAUDATUL HUSNA NIM: 8116171017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCA SARJANA

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

RAUDATUL HUSNA, (2013). Peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan

komunikasi matematik melalui Pendekatan Matematika Realistik pada siswa SMP

kelas VII Langsa. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana

Universitas Negeri Medan, 2013.

Kata Kunci: pendekatan matematika realistik, Kemampuan pemecahan masalah matematik dan kemampuan komunikasi matematik.

(7)

ABSTRACT

RAUDATUL HUSNA. Increasing the Ability of Problem Solving and Student’s Communication Mathematic by Using Mathematical approach is Realistic (PMR) in Seventh Year Student Class Langsa. Post Graduate Program of Medan University 2013.

Key word: Mathematical approach is Realistic (PMR), the Ability of Problem Solving and Student’s Communication Mathematic.

(8)

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Peningkatan

Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Melalui

Pendekatan Matematika Realistik Pada Siswa SMP Kelas VII Langsa”. Salawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah ummat.

(9)

ii

1. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Siman, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran yang sangat berarti bagi penulis.

2. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd., Bapak Dr. Edy Surya, M.Si dan Dr. Izwita Dewi, M.Pd., selaku Narasumber yang telah banyak memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

3. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika yang setiap saat memberikan kemudahan, arahan dan nasihat yang sangat berharga bagi penulis.

4. Direktur, Asisten I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kota Langsa, yang telah memberikan izin penelitian di daerahnya.

6. Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Langsa dan Kepala Sekolah SMP Negeri 9 Langsa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan.

(10)

iii

8. semua pihak serta rekan-rekan satu angkatan dari Program Studi Pendidikan Matematika yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian tesis ini.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga dapat memperkaya khasanan penelitian-penelitian sebelumnya, dan dapat memberi inspirasi untuk penelitian lebih lanjut.

Medan, Agustus 2013

(11)

iii

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ...

i

DAFTAR ISI...

iii

DAFTAR TABEL...

v

DAFTAR GAMBAR ...

vii

DAFTAR LAMPIRAN

...

ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah...

1

1.2 Identifikasi Masalah ...

13

1.3 Pembatasan Masalah ...

14

1.4 Rumusan Masalah ...

14

1.5 Tujuan Penelitian ...

16

1.6 Mamfaat Penelitian ...

17

1.7 Definisi Operasional...

17

BAB II KAJIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Masalah Matematik...

20

2.2 Kemampuan Pemecahan Matematik...

22

2.3 Pengertian Komunikasi……… ..

26

2.4 Kemampuan komunikasi Matematik ...

30

..

2.5 Proses Penyelesaian Jawaban Siawa ...

33

2.6 Kemampuan Awal Matematika...

35

2.7 Pendekatan Matematika Realistik ...

36

.

2.8 Pembelajaran Konversional ...

49

2.9 Perbedaan Pedagogik PMR dengan Pembelajaran Konversional ...

50

(12)

iv

2.11 Teori Belajar pendukung PMR ...

63

2.12 Penelitian yang Relevan ...

66

2.13 Kerangka Konseptual ...

68

2.14 Hipotesis Penelitian...

76

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian...

78

3.2 Populasi dan Sampel ...

78

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ...

81

3.4 Variabel Penelitian ...

82

3.5 Desain Penelitian...

82

3.6 Instrument Penelitian ...

84

3.7 Instrument Penelitian ...

84

3.8 Teknik Pengumpulan data...

97

3.9 Teknik Analisis data ...

98

3.10 Prosedur Penelitian...

105

3.10 Jadwal Penelitian ...

108

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian ...

109

4.2 Pembahasan...

154

BAB IV SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Simpulan ...

167

5.2 Implikas...

168

5.3 Saran ...

169

DAFTAR PUSTAKA ...

171

(13)

v

DAFTAR TABEL

Hal

2.1 Implementasi PMR dalam kegiatan belajar mengajar ...

44

2.2 Fase-fase Pendekatan Matematika Realistik ... .

45

2.3 Langkah – langkah Pembelajaran Konversional... .

49

2.4 Perbedaan pedagogik Pendekatan Matematika Realisti (PMR)

dan Pembelajaran Konversional... .

50

2.5 Standar kompetensi dan kompetensi dasar kelas VII semester II ... .

52

3.1 Akreditasi SMP Negeri Kota Langsa 2011/2012... .

78

3.2 Rancangan Penelitian ... .

82

3.3 Tabel Weiner Keterkaitan antara Variabel Bebas terikat dan kontrol ... .

83

3.4 Kriteria Pengelompokan Kemampuan Matematika Siswa ... .

86

3.5 Kisi-kisi kemampuan pemecahan masalah ... .

87

3.6 Pedoman penskoran soal kemampuan pemecahan masalah matematika... .

88

3.7 Kisi-kisi kemampuan komunikasi matematika ... .

89

3.8 Pedoman penskoran soal kemampuan komunikasi matematika ...

90

3.9 Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ...

91

3.10 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah matematik...

92

3.11 Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik. ...

100

3.12

Karakteristik Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa... 111

3.13

Karakteristik Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa... 112

3.14 Keterkaitan permasalahan, hipotesis dan jenis uji statistik

yang digunakan

...

113

3.15 Jadwal Penelitian ...

114

4.1

Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 115

4.2

Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 116

4.3

Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa ...

117

4.4

Deskripsi Mean dan Standar Deviasi Tes Kemampuan Awal Matematika Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 118

4.5

Uji Normalitas Nilai Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 119

4.6

Uji Homogenitas Nilai Kemampuan Awal Matematika Siswa... 120

4.7

Hasil Uji-t Tes Kemampuan Awal Matematika Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol... 137

4.8

Pengelompokkan Kemampuan Awal... 138

4.9

Rata-rata Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Kelompok PMR dan Kelompok konversional Berdasarkan Kemampuan Matematika Siswa ... 145
(14)

vi

4.11

Uji Homogenitas Varians Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Rangkuman

4.12

Uji ANOVA Dua Jalur Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa...

4.13 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kemampuan

Pemecahan Masalah Pada Taraf Signifikansi 5% ...

4.14 Rata- rata gain kemampuan komunikasi matematik kelompok PMR dan

kelompok pembelajaran konversional berdasarkan kemampuan

matematika siswa ...

4.15 Uji Normalitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematik ...

4.16

Uji Homogenitas Varians Gain Kemampuan Komunikasi Matematik ...

4.17

Rangkuman Uji ANAVA Dua Jalur Gain Kemampuan

Komunikasi Matematik...

4.18

Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kemampuan Komunikasi

Matematik pada Taraf Signifikansi 5% ...

4.19 Rata-rata Setiap Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Siswa Ditinjau dari Pembelajaran... .

4.20 Kriteria Proses Penyelesaian Masalah Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika pada kelas Eksperimen dan kelas control ... .

4.21 Rata-rata Setiap Indikator Kemampuan Komunikasi Matematik

Siswa Ditinjau dari Pembelajaran ... .

4.22 Kriteria Proses Penyelesaian Masalah Kemampuan Pemecahan Masalah

(15)

ix

DAFTAR GAMBAR

Hal

1.1 Model penyelesaian tes kemampuan pemecahan masalah matematik ...

6

1.2 Model penyelesaian tes kemampuan komunikasi matematik ...

9

2.1 Rumah Aceh... .

52

2.2 Rumah ... .

55

2.3 Kandang Ayam dan Kandang Lembu ...

58

2.4 Model Of Kandang Lembu ... .

59

2.5 Penyelesaian secara model of Kandang Ayam ...

60

3.1 Prosedur penelitian ...

107

4.1

Diagram Mean dan Standar Deviasi Gain Ternormalisasi Kemampuan pemecahan masalah berdasarkan faktor pembelajaran

...

121

4.2

Diagram rata-rata Gain Ternormalisasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Matematika

...

121

4.3

Diagram Rata-rata Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan Faktor Pembelajaran...

122

4.4

Interaksi antara Faktor Pembelajaran dengan Faktor Kemampuan Matematika Siswa Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

...

130

4.5

Diagram Rata-rata Gain Kemampuan Komunikasi Matematik Berdasarkan Faktor Pembelajaran...

134

4.6

Diagram Rata-rata Gain Kemampuan Komunikasi Matematik Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematika

...

134

4.7

Diagram Selisih Rata-rata Gain Kemampuan Komunikasi Matematik Berdasarkan Faktor Pembelajaran...

135

4.8

Interaksi antara Faktor Pembelajaran dengan Faktor Kemampuan Matematika Siswa Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik... 142

4.9

Jawaban butir soal Nomor 1 kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen..

...

148

(16)

x

kelas kontrol...

148

4.11

Jawaban butir soal Nomor 2 kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen.. ... 149

4.12

Jawaban butir soal Nomor 2 kemampuan pemecahan masalah kelas kontrol……. ... 149

4.13 Jawaban butir soal Nomor 3 kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen… ... 150

4.14 Jawaban butir soal Nomor 3 kemampuan pemecahan masalah kelas kontrol……... 150

4.15 Proses Penyelesaian Tes Akhir Masalah 4 di Kelas Eksperimen ...…. 160

4.16 Proses Penyelesaian Tes Akhir Masalah 4 di Kelas Kontrol ………. 160

4.17 Proses Penyelesaian Tes Akhir Masalah 5 di Kelas Eksperimen………. 161

4.18 Proses Penyelesaian Tes Akhir Masalah 5 di Kelas Kontrol……… 161

4.19 Proses Penyelesaian Tes Awal Masalah 6 di Kelas Eksperimen……… 162

(17)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman A. Lampiran A:

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

1.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas

Eksperimen...

188

2.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas

Kontrol………. 257

B. Lampiran B: Instrument penelitian

1.Butir soal Kemampuan Awal Matematika

Siswa……… 286

2.Kunci jawaban butir soal Kemampuan Awal Matematika

Siswa……… 290

3.Kisi-kisi dan butir soal pretes dan postes instrument Tes kemampuan pemecahan masalah……….

270

4.Kunci jawaban soal pretes dan postes kemampuan pemecahan

masalah……… 274

5.Kisi-kisi dan butir soal pretes dan postes instrument tes kemampuan komunikasi………

281

6.Kunci jawaban soal pretes dan postes instrument tes kemampuan komunikasi……….

283

C. Lampiran C

Hasil uji coba instrument

1.Validator Ahli Perangkat Pembelajaran……….. 292

2.Tahap Pengembangan Perangkat Pembelajaran Dan Instrumen Penelitian………..

292

3. Hasil Validasi Ahli Terhadap Perangkat Pembelajaran………. 294 4.Hasil Validasi Ahli Terhadap Instrumen Pembelajaran………... 297 5.Deskripsi Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran Dan Instrumen

Penelitian……….. 303

D. Lampiran D

1. Hasil SPSS Kemampuan Pemecahan Masalah………... 329 2. Hasil SPSS Kemampuan Komunikasi Matematik……….. 325 3. Hasil SPSS Kemampuan Awal Matematika………... 319 E. Lampiran E

1. Dokumentasi Penelitian……….. 332

F. Lampiran F

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana yang tepat dalam membentuk masyarakat

dan bangsa yang dicita-citakan, yaitu masyarakat yang berbudaya dan dapat

menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

sesuai dengan isi Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 (dalam Sanjaya 2006)

tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan

masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan pendidikan dan pembelajaran,

baik formal maupun nonformal yang efektif dan efisien. Salah satu pendidikan

yang dapat dilakukan adalah pendidikan di sekolah mulai Sekolah Dasar (SD),

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Pertama (SMA)

dengan segala aspeknya. Kurikulum, pendekatan, metode, strategi dan model yang

sesuai, fasilitas yang memadai dan sumber daya manusia yang kreatif adalah

aspek yang sangat berpengaruh untuk mencapai tujuan yang direncanakan.

Tujuan di atas dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika,

(19)

2

Depdiknas (2006) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan matematika bagi

pendidikan dasar dan menengah adalah mempersiapkan siswa agar sanggup

menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan sehari-hari dan dunia yang

selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional,

kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien, dan mempersiapkan siswa agar dapat

menggunakan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam

mempelajari berbagai ilmu.

Kenyataan di lapangan menunjukkan adanya kesenjangan yang sangat

besar antara tujuan pembelajaran matematika dengan hasil belajar matematika

yang dicapai oleh siswa. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya ketuntasan hasil

belajar matematika siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN)

sekota Langsa tahun ajaran 2011/2012, yaitu 60 untuk rata-rata kelas, 60% untuk

daya serap, dan 65% untuk ketuntasan belajar. Dari data tersebut dapat diliat

bahwa hasil belajar matematika siswa masih belum mencapai yang diharapkan

oleh kurikulum, yaitu 65 untuk rata-rata kelas, 65% untuk daya serap dan 85%

untuk ketuntasan belajar, (sumber: nilai raport siswa tahun pelajaran 2011/2012).

Rendahnya hasil belajar matematika tersebut dikarenakan siswa lemah

dalam kemampuan matematik antara lain: pemahaman konsep, prosedur,

penalaran, komunikasi, dan pemecahan masalah yang mengakibatkan siswa sulit

untuk memahami permasalahan yang diberikan sehingga mereka tidak bisa

memecahkan masalah. Jika siswa dapat memahami masalah akan dengan mudah

mengkomunikasikan ide-idenya dalam mengubah sebuah informasi dalam bentuk

(20)

3

Kurikulum 2004 (dalam Depdiknas, 2003) menyatakan bahwa siswa harus

memiliki kompetensi yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika

mulai dari Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidayah (MI) sampai Sekolah

Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA), adalah sebagai berikut.

1. Menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antar konsep secara luwes, akuarat, efisiean dan tepat dalam pemecahan masalah

2. Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik atau diagram untuk memperjelas masalah.

3. Menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

4. Menunjukkan kemampuan strategik dalam membuat (merumuskan) menafsirkan, menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.

Hal di atas juga disebutkan di dalam tujuan Pembelajaran Matematika

yang dinyatakan secara eksplisit dalam KTSP 2006 (Depdiknas, 2006) yaitu

sebagai berikut.

1. Membekali peserta didik agar dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

2. Mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

3. Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian.

4. Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem).

Berdasarkan standar komptensi yang termuat dalam kurikulum dan tujuan

pembelajaran dalam KTSP 2006 (Depdiknas, 2006) tersebut, aspek kemampuan

(21)

4

dimiliki oleh siswa. Pemecahan masalah merupakan proses menerapkan

pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum

dikenal sehingga siswa termotivasi untuk memepelajarinya. Pemecahan masalah

meliputi memahami masalah, merancang model, memecahkan model, memeriksa

hasil kembali. Karena itu pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas

intelektual yang tinggi, serta siswa didorong dan diberi kesempatan seluas-luasnya

untuk berinisiatif dan berfikir sistematis dalam menghadapi suatu masalah dengan

menerapkan pengetahuan yang didapat sebelumnya.

National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (2000)

menyatakan bahwa pemecahan masalah bukanlah sekedar tujuan dari belajar

matematika tetapi juga merupakan alat utama untuk melakukan dan bekerja

matematika. Hal serupa dinyatakan oleh Hudojo (1988) bahwa pemecahan

masalah merupakan suatu hal yang sangat essensial didalam pengajaran

matematika, disebabkan (1) siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang

relevan, kemudian menganalisanya dan akhirnya meneliti hasilnya, (2) kepuasan

intelektual akan timbul dari dalam, (3) potensi intelektual siswa meningkat.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah

matematik siswa masih rendah. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian Sugandi

(2002) dan Wardani (2002), bahwa secara klasikal kemampuan pemecahan

masalah matematika belum mencapai taraf ketuntasan belajar. Rendahnya

kemampuan pemecahan masalah matematik di Indonesia juga dapat dilihat dari

hasil kompetisi matematika tingkat internasional seperti The Third International

(22)

5

Pertama (SMP) kelas VIII Indonesia yang mengikuti kompetisi ini sangat lemah

dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin, namun relatif baik dalam

menyelesaikan soal-soal tentang fakta dan prosedur. Pada kompetisi itu, Indonesia

menduduki peringkat 34 dari 38 negara dalam hal penguasaan matematika secara

umum. Hasil lebih baik ditunjukkan pada TIMSS tahun 2003 yang menempatkan

Indonesia pada urutan 34 dari 46 negara dalam hal penguasaan matematika secara

umum. Berdasarkan hasil studi di atas, terlihat bahwa peserta kompetisi TIMSS

dari Indonesia masih lemah dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin. Untuk

menyelesaikan soal-soal jenis ini diperlukan kemampuan pemecahan masalah

yang baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan pemecahan

masalah matematik anak-anak kelas VIII pada umumnya masih rendah. Oleh

karena itu diperlukan upaya-upaya untuk terus meningkatkan mutu pembelajaran

matematika.

Sebagai contoh bahwa banyak siswa kelas VII SMPN 9 Langsa yang

mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal adalah sebagai berikut.

“ Pak Ali memiliki kebun pisang berbentuk persegi dengan panjang sisinya 8 m. Dalam kebun pisang tersebut terdapat sebuah kolam ikan yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 5 m dan lebar 4 m. Berapakah luas tanah dalam kebun pisang yang dapat ditanami pohon pisang?”.

a. Tulislah apa yang diketahui dan ditanya pada masalah di atas?

b. Bagaimana cara untuk mengetahui luas tanah dalam kebun pisang

yang dapat ditanami pohon pisang?

c. Carilah luas tanah dalam kebun pisang yang dapat ditanami pohon

(23)

6

d. Menurut Tonal luas kebun pisang yang dapat ditanami pohon pisang

adalah 72 m2. Apakah menurutmu jawaban Tonal benar? Jelaskan alasanmu!

Gambar di bawah ini adalah salah satu model penyelesaian yang dibuat

oleh siswa.

Gambar 1.1. Model penyelesaian yang dibuat oleh siswa pada tes kemampuan pemecahan masalah matematik

Soal tersebut diujikan kepada 30 orang siswa, 75% siswa belum mampu

menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan, 75% siswa belum mampu

merencanakan penyelesaian masalah, 83% siswa belum mampu melakukan

perhitungan dengan benar, dan 95% siswa belum bisa memeriksa kembali

prosedur dan hasil penyelesaian. Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya

kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.

Selain kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi

matematik juga perlu dikuasi oleh siswa karena dalam dunia pendidikan tidak Tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan.

Sudah bisa merencanakan masalah tetapi masih kurang memahami soal

(24)

7

terlepas dari peran komunikasi. Kemampuan komunikasi matematik adalah

kecakapan untuk menyatakan ide matematika melalui ucapan, tulisan,

demonstrasi, dan melukiskan secara visual dalam tipe yang berbeda, memahami,

menafsirkan, dan menilai ide yang disajikan dalam tulisan, lisan atau dalam

bentuk visual, mengkontruksikan dan menghubungkan bermacam-macam

representasi ide dan hubungannya. Menurut National Council of Teachers of

Mathematics(NCTM) (2000) komunikasi matematik siswa merupakan bahwa (1)

Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan

mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual, (2) Kemampuan

memahami, mengiterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis baik secara

lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya, (3) Kemampuan dalam

menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya

untuk menyejikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan

model-model situasi.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi

matematik siswa memegang peran penting serta perlu ditingkatkan di dalam

pembelajaran matematika. Baroody (1993) menyatakan bahwa ada dua alasan

mengapa komunikasi dalam matematika siswa peranan penting dan perlu

ditingkatkan di dalam pembelajaran matematika. pertama mathematics as

languange, artinya matematika tidak hanya sebagai alat untuk menemukan pola,

menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga

sebagai alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas,

(25)

8

matematika sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran, matematika juga sebagai

wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa. Saragih

(2007) menambahkan bahwa kemampuan komunikasi dalam pembelajaran

matematika perlu untuk diperhatikan, ini disebabkan komunikasi matematika

dapat mengorganisasi dan mengkonsolidasi berpikir matematis siswa baik secara

lisan maupun tulisan. Apabila siswa mempunyai kemampuan komunikasi

tentunya akan membawa siswa kepada pemahaman matematika kepada konsep

matematika yang dipelajari.

Namun, fakta di lapangan bahwa di dalam pembelajaran selama ini guru

tidak mampu menciptakan suasana yang dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi matematik sehingga kemampuan komunikasi matematik siswa sangat

terbatas hanya pada jawaban verbal yang pendek atas berbagai pertanyaan yang

diajukan oleh guru. Hal ini sesuai yang disampaikan oleh Hudojo (2001) bahwa di

dalam kelas guru tidak mampu menciptakan situasi yang memungkinkan

terjadinya komunikasi timbal balik dalam pembelajran matematika bahkan sering

terjadi secara tidak sadar guru menciptakan situasi yang menghambat terjadinya

komunikasi itu.

Untuk mengungkapkan lebih jelas lagi tentang kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal kemampuan komunikasi matematik maka diberikan sebuah

tes tentang materi pecahan pada siswa SMPN 9 Langsa adalah sebagai berikut.

Pak Amir ingin membuat kolam renang berbentuk kubus dengan panjang

rusuknya 4 meter. Kolam renang tersebut akan dilapisi dengan keramik yang

(26)

9

membuat kolam renang tersebut!. Selesaikanlah permasalahan tersebut dengan

menggunakan model.

Di bawah ini adalah salah satu model penyelesaian yang dibuat oleh siswa.

Gambar 1.1. Model penyelesaian yang dibuat oleh siswa pada tes kemampuan komunikasi matematik

Soal tersebut diujikan kepada 30 orang siswa, 75% siswa tidak mampu

menyatakan ide – ide matematika ke dalam model matematika sehingga dalam

penyelesaian masalah banyak siswa yang tidak mampu menyelesaiankan

masalah. Hal ini menunjukkan rendahnya kemampuan komunikasi matematik

siswa karenakan siswa masih selalu terpaku dengan angka-angka, sehingga

permasalahan matematika yang disajikan berupa masalah berbentuk simbol atau

analisis yang mendalam maka siswa tidak mampu dalam menyelesaikannya.

Beberapa permasalahan tentang komunikasi matematik siswa ini menjadi

sebuah permasalahan serius yang harus segera ditangani. Peressini dan Basset

(27)

10

kita akan memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa

dalam melakukan proses dan aplikasi matematika". Untuk itu guru harus

memahami kemampuan siswa dalam menginterpretasi dan mengekspresikan

pemahamannya tentang konsep dan proses matematika yang mereka lakukan

sehingga tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai.

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik

siswa tidak terlepas bagaimana cara guru menyampaikan materi pelajaran di kelas.

Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi

pengetahuan matematika yang akan menjadi milik siswa. Dengan kondisi yang

demikian, kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa

kurang berkembang, sehingga proses penyelesaian jawaban siswa terhadap

permasalahan yang diajukan oleh guru pun tidak bervariasi.

Kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik sangat

penting dikuasai oleh siswa, sementara fakta di lapangan kedua kemampuan

tersebut masih rendah dan kebanyakan siswa terbiasa melakukan kegiatan belajar

dengan metode menghafal tanpa dibarengi pengembangan memecahkan masalah

dan komunikasi matematik. Pembelajaran selama ini yang digunakan oleh guru

belum mampu membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal berbentuk

masalah, mengaktifkan siswa dalam belajar, memotivasi siswa untuk

mengemukakan ide dan pendapat mereka, dan bahkan para siswa masih enggan

untuk bertanya pada guru jika mereka belum paham terhadap materi yang

disajikan guru. Di samping itu juga, guru senantiasa dikejar oleh target waktu

(28)

11

yang dimiliki siswanya. Untuk menumbuh kembangkan kemampuan pemecahan

masalah dan komunikasi dalam pembelajaran matematika, guru harus

mengupayakan pembelajaran dengan menggunakan model-model belajar yang

dapat memberi peluang dan mendorong siswa untuk melatih kemampuan

pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa. Armanto (2001)

menjelaskan bahwa “pembelajaran selama ini menghasilkan siswa yang kurang

mandiri, tidak berani punya pendapat sendiri, selalu mohon petunjuk dan kurang

gigih dalam melakukan uji coba”.Oleh karenanya peneliti mencoba untuk

menggunakan pendekatan dalam upaya mengatasi permasalahan-permasalahan

yang terjadi saat ini khususnya untuk meningkatkan pemecahan masalah dan

komunikasi siswa yaitu dengan menerapkan Pembelajaran matematika realistik .

Pembelajaran Matematika Realistik merupakan pendekatan pembelajaran

dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa. Kemampuan komunikasi

siswa dapat di tingkatkan melalui soal-soal atau permasalahan matematika yang

disajikan pada umumnya diangkat dari berbagai situasi (konteks), yang dirasakan

bermakna sehingga menjadi sumber belajar. Pembelajaran ini berbeda dengan

pembelajaran yang umumnya dilakukan para guru, yaitu diberikan terlebih dahulu

materi matematika setelah itu diberikan contoh penerapannya dalam masalah lain

yang berbentuk soal cerita sehingga komunikasi searah.

Pembelajaran matematika realistik memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menyelesaikan masalah dengan strategi sendiri. Pembelajaran matematika

realistik juga ditegaskan adanya jalur belajar yang dilalui siswa dari masalah

(29)

12

adanya keterkaitan dengan topik lain sehingga pelajaran yang telah dipelajari

sebelumnya dapat digunakan kembali, sehingga menjadi lebih bermakna.

Melengkapi penelitan-penelitian yang terdahulu, beberapa hal yang masih

perlu diungkap lebih jauh yaitu berkaitan dengan pembelajaran matematika yang

berdasarkan kemampuan awal matematika siswa yang dibedakan ke dalam

kelompok tinggi, sedang, dan rendah terhadap peningkatan kemampuan

pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi siswa. Dugaan bahwa

kemampuan awal matematika siswa yang dibedakan ke dalam kelompok

kemampuan tinggi, sedang, dan rendah adanya interaksi dengan kemampuan

pemecahan masalah siswa dan kemampuan komunikasi yang pada akhirnya dapat

mempengaruhi hasil belajar matematika. Disebabkan oleh pemahaman materi atau

konsep baru harus mengerti dulu konsep sebelumnya hal ini harus diperhatikan

dalam urutan proses pembelajaran. Hal ini senada dengan Russefendi (1991) yang

mengatakan objek langsung dalam matematika adalah fakta, ketrampilan, konsep

dan aturan (prinsipal). Berdasarkan pernyataan tersebut maka objek dari

matematika terdiri dari fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip yang

menunjukkan bahwa matematika merupakan ilmu yang mempunyai aturan, yaitu

pemahaman materi yang baru mempunyai persyaratan penguasaan materi

sebelumnya.

Tes awal diberikan kepada siswa untuk mengetahui kemampuan awal

siswa sebelum siswa memasuki materi selanjutnya. Menurut Ruseffendi (1991)

setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda, ada siswa yang pandai, ada

(30)

13

dimiliki siswa bukan semata-mata merupakan bawaan dari lahir (hereditas), tetapi

juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh karena itu, pemilihan lingkungan

belajar khususnya model pembelajaran menjadi sangat penting untuk

dipertimbangkan artinya pemilihan model pembelajaran harus dapat

meningkatkan kemampuan matematika siswa yang heterogen.

Bagi siswa yang memiliki kemampuan sedang atau rendah, apabila model

pembelajaran yang digunakan oleh guru menarik dan menyenangkan, sesuai

dengan tingkat kognitif siswa sangat dimungkinkan pemahaman siswa akan lebih

cepat dan akhirnya dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan

kemampuan komunikasi. Sebaliknya bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi

tidak begitu besar pengaruh model pembelajaran terhadap kemampuan dalam

matematika. Hal ini terjadi karena siswa kemampuan tinggi lebih cepat

memahami matematika.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

dengan judul “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan

Komunikasi Matematik melalui Pendekatan Matematika Realistik Pada

Siswa SMP kelas VII Langsa”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dikemukakan beberapa

permasalahan yakni:

1. Hasil belajar siswa masih rendah

(31)

14

3. Kemampuan komunikasi matematika siswa masih rendah.

4. Kurang melibatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

5. Pemilihan strategi pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan

pemecahan masalah siswa kurang efektif.

6. Pemilihan strategi pembelajaran terhadap komunikasi pembelajaran

matematika siswa kurang efektif.

7. Penerapan strategi pembelajaran dan penyampaian bahan ajar matematika

masih kurang baik.

8. Kurangnya interaksi antara guru dengan siswa pada saat proses

pembelajaran.

9. Tidak ada interaksi antara kemampuan awal matematika dengan

pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematik.

10. Tidak ada interaksi antara kemampuan awal matematika dengan

pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematik.

11. Proses penyelesaian jawaban yang dibuat oleh siswa dalam menyelesaikan

masalah belum bervariasi.

1.3. Pembatasan Masalah

Setiap aspek dalam pembelajaran matematika mempunyai ruang lingkup

yang sangat luas, sehingga agar tidak terlalu melebar, perlu pembatasan masalah

dalam penelitian ini. Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup lokasi, subjek

(32)

15

Penelitian ini hanya berfokus kepada kemampuan pemecahan masalah dan

komunikasi matematik siswa melalui pendekatan matematika realistik pada materi

Segi empat di kelas VII, dengan meneliti permasalahan:

1. Kemampuan matematik siswa masih rendah.

2. Kemampuan komunikasi matematik siswa masih rendah.

3. Tidak ada interaksi antara kemampuan awal matematika dengan

pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematik.

4. Tidak ada interaksi antara kemampuan awal matematika dengan

pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematik.

5. Proses penyelesaian jawaban yang dibuat oleh siswa dalam menyelesaikan

masalah belum bervariasi.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa

yang pembelajarannya menggunakan Pendekatan Matematika Realistik

(PMR) lebih tinggi dari pada yang pembelajarannya menggunakan

pembelajaran konvensional ?

2. Apakah ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan

awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan

(33)

16

3. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang

pembelajarannya menggunakan Pendekatan Matematika Realistik (PMR)

lebih tinggi dari pada yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran

konvensional?

4. Apakah ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan

awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi

matematik siswa?

5. Apakah proses penyelesaian masalah yang dibuat siswa dalam

menyelesaikan masalah terkait dengan kemampuan pemecahan masalah

matematika dan komunikasi matematika siswa yang menggunakan

pembelajaran Pendekatan Matematika Realistik (PMR) baik dari pada

pembelajaran konvensional ?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematik siswa yang menggunakan Pendekatan Matematika Realistik

(PMR) dan pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

2. Untuk mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan

kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan

(34)

17

3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa

yang menggunakan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dan

pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

4. Untuk mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan

kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan

komunikasi matematik siswa.

5. Untuk mengetahui proses penyelesaian masalah yang dibuat siswa dalam

menyelesaikan masalah terkait dengan kemampuan pemecahan masalah

matematika dan komunikasi matematika siswa yang menggunakan

pembelajaran Pendekatan Matematika Realistik (PMR) baik dari pada

pembelajaran konvensional.

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini penting untuk dilakukan, secara praktis hasil dari penelitian

ini dapat bermanfaat bagi sekolah (guru dan siswa), sedangkan secara teoritis akan

bermanfaat bagi penelitian dan pengembangan keilmuan. Adapun rincian manfaat

penelitian ini, adalah sebagai berikut.

1. Bagi siswa, diharapkan melalui Pembelajaran Matematika Realistik

(PMR) ini dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan

komunikasi matematik siswa.

2. Bagi guru, diharapkan melalui Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)

ini dapat menjadi model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan di

(35)

18

3. Bagi peneliti, diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian

selanjutnya.

1.7. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan

dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa istilah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan masalah adalah keahlian siswa dalam

menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses

menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah,

yaitu: (1) memahami masalah, (2) membuat rencana penyelesaian, (3)

melakukan perhitungan dan (4) memeriksa kembali kebenaran jawab.

2. Kemampuan komunikasi matematik adalah keahlian siswa menggunakan

matematika sebagai alat komunikasi (bahasa matematika) secara tertulis,

yang akan dilihat dari aspek: (a) menyatakan gambar ke dalam model

matematika, (b) menyatakan ide-ide matematika dalam bentuk gambar dan

(c) menyatakan ide matematika ke dalam model matematika.

3. Pendekatan Matematika Realistik (PMR) adalah suatu pendekatan

pembelajaran yang bertitik tolak dari hal – hal yang real bagi siswa dan

lingkungan, serta menekankan keterampilan ‘process of doing

mathematics’ dengan karakteristik yaitu: menggunakan masalah

kontekstual (the use of contex), menggunakan model (the use models,

(36)

19

contribution), proses pengajaran yang interaktif (Interactivity), dan

terintegrasi dengan topik lainnya (Intertwining).

4. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang sering

dilakukan guru di sekolah yang meliputi: (1) menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan siswa, (2) mendemonstrasikan pengetahuan dan

keterampilan, (3) membimbing pelatihan, (4) mengecek pemahaman

memberikan umpan balik dan (5) memberikan kesempatan untuk

pelatihan lanjutan dan penerapan.

5. Kemampuan awal matematika adalah kemampuan dasar yang telah

dimiliki siswa sebelum adanya perlakuan atau dilaksanakannya proses

pembelajaran yang diukur melalui tes kemampuan awal matematika

(KAM).

6. Proses penyelesaian masalah adalah cara atau prosedur yang digunakan

untuk menyelesaikan masalah guna untuk melihat (a) kesalahan dan (b)

keberagaman jawaban atau penyelesaian yang dihasilkan oleh siswa

(37)

176

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pembelajaran matematika baik dengan pendekatan matematika realistik

maupun dengan cara pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematik siswa. Berdasarkan

rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan seperti yang telah

dikemukakan pada bab sebelumnya, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:

1) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang

pembelajarannya menggunakan Pendekatan Matematika Realistik (PMR)

lebih tinggi dari pada yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran

konvensional. Pendekatan matematika realistik dan pembelajaran

konvensional memperoleh peningkatan terbesar pada indikator memahami

masalah dan dibanding dengan ketiga indikator yang lain.

2) Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan

awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematik.

3) Peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang pembelajarannya

menggunakan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) lebih tinggi dari pada

yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional. Pendekatan

(38)

177

terbesar pada indikator menyatakan ide matematika ke dalam model

matematika dibanding dengan ketiga indikator yang lain.

4) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal

matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematik.

5) Proses penyelesaian jawaban siswa yang memperoleh pembelajaran dengan

pendekatan matematika realistik dalam menyelesaikan soal pemecahan

masalah dan komunikasi matematik memperoleh kriteria proses jawaban

kategori baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran

konvensional.

5.2 Implikasi

Penelitian ini berfokus pada peningkatan kemampuan pemecahan masalah

dan komunikasi matematik siswa melalui pendekatan matematika realistik. Hasil

penelitian ini sangat sesuai untuk digunakan sebagai salah satu alternatif dalam

peningkatan kualitas pendidikan matematika. Oleh karena itu kepada guru

matematika di SMP diharapkan memiliki pengetahuan teoritis maupun

keterampilan menggunakan pendekatan matematika realistik dalam proses

pembelajaran. Pendekatan matematika realistik ini belum banyak dipahami oleh

sebagian besar guru matematika, oleh karena itu kepada para pengambil kebijakan

dapat mengadakan pelatihan maupun pendidikan kepada para guru matematika

yang belum memahami strategi-strategi pembelajaran matematika yang baik salah

(39)

178

Beberapa implikasi yang perlu diperhatikan bagi guru sebagai akibat dari

pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan pembelajaran berbasis masalah

antara lain :

1. Guru harus mampu membangun pembelajaran yang interaktif, dalam

membangun semangat dan kemandirian belajar siswa serta dapat menumbuh

kembangkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik.

2. Diskusi dalam pendekatan matematika realistik merupakan salah satu sarana

bagi siswa untuk peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan

komunikasi matematik siswa yang diharapkan mampu menumbuh

kembangkan suasana kelas menjadi lebih nyaman, dan menimbulkan rasa

keinginan dalam belajar matematika.

3. Peran guru sebagai teman belajar, mediator, dan fasilitator membawa

konsekuensi hubungan guru dan siswa menjadi lebih akrab. Hal ini

berakibat guru lebih memahami kelemahan dan kelebihan dari bahan ajar

serta karakteristik kemampuan individual siswa pada pembelajaran

konvensional.

5.3 Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian ini, maka berikut beberapa

saran yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang berkepentingan

terhadap penggunaan pendekatan matematika realistik (PMR) dalam proses

pembelajaran matematika. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:

(40)

179

Pendekatan matematika realistik pada kemampuan pemecahan

masalah dan komunikasi matematik siswa dapat diterapkan pada semua

kategori kemampuan awal matematika. Oleh karena itu hendaknya

pendekatan ini terus dikembangkan di lapangan yang membuat siswa

terlatih dalam memecahkan masalah. Begitu juga halnya dalam

mengkomunikasikan matematik siswa. Peran guru sebagai fasilitator perlu

didukung oleh sejumlah kemampuan antara lain kemampuan memandu diskusi di

kelas, serta kemampuan dalam menyimpulkan. Di samping itu kemampuan

menguasai bahan ajar sebagai syarat mutlak yang harus dimiliki guru. Untuk

menunjang keberhasilan implementasi pendekatan matematika realistik

diperlukan bahan ajar yang lebih menarik dirancang berdasarkan permasalahan

kontektual yang merupakan syarat awal yang harus dipenuhi sebagai pembukaan

pembelajaran dan menjadi stimulus awal dalam proses pembelajaran yang

dilaksanakan.

2) Bagi peneliti selanjutnya.

Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat

dilengkapi dengan meneliti aspek lain secara terperinci yang belum

terjangkau saat ini.

3) Bagi lembaga terkait

Untuk lembaga terkait agar mensosialisasikan pendekatan matematika realistik

(PMR) diterapkan dalam proses pembelajaran sehingga meningkatnya

kemampuan matematika yang dimiliki oleh siswa, khususnya kemampuan

(41)

180

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2003).

Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar

. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Ansari. (2009).

Komunikasi Matematik Konsep dan Aplikasi

. Banda Aceh: Yayasan Pena.

Arikunto, S. (2006).

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik

. Jakarta: Rineka

Cipta.

__________. (2012).

Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan

. Jakarta: Bumi Aksara.

Armanto, D. (2001).

Aspek Perubahan pendidikan Dasar Matematika Melalui

Pendidikan Matematika Realistik (PMR).

Makalah disampaikan pada seminar

sehari: Penerapan Pendidikan Matematika Realistik pada Sekolah dan Madrasah.

Medan. Tidak diterbitkan.

________

. (2002).

Teaching Multiplication and Division Realistically in Indonesian

Primary Schools: A Prototype of Local Instructional Theory.

Belanda: Thesis

University of Twente.

Aryan, B. (2007).

Kemampuan Membaca dalam Pembelajaran Matematika.

(online),

tersedia

http://rbyans.wordpress.com/2007/04/25/kemampuan-membaca-dalam-pembelajaran-matematika/

Posted by rbaryans in pendidikan. Tracback

(diakses

28 Agustus 2012).

Atun, I. (2006).

Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Koopretaif Tipe

Student

Teams Achievement Divisions Untuk Meningkatkan

Kemampuan

Pemecahan

Masalah dan Komunikasi Siswa.

Tesis tidak

diterbitkan.

Bandung: Program

Pascasarjana UPI Bandung.

Baroody, A. J. (1993).

Problem Solving, Reasoning, and Communicating. K-8: Helping

Children Think Mathematically.

New York: Mac Millan Publishing Company.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003).

Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata

Pelajaran Matematika

. Jakarta. Pusat kurikulum. Balitbang Depdiknas.

_______________________. (2006).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22

Tahun 2006 Tenntang Standar Isi Sekolah Menengah Pertama.

Jakarta:

Depdiknas.

Daulay, L. A. (2011).

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi

Matematika Siswa SMP dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis

Masalah

. Tesis tidak dipublikasikan. Medan: Pascasarjana Unimed.

(42)

181

Ghozal, I. (2005).

Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS

. Semarang:

UNDIP

Gravemeijer, K. P. E .(1994).

Developing realistic ,mathematics education

. Utrecht, the

Netherlands: CD-β press, Freudenthal Institute.

Gorman. (1974).

The Psychology of C lassroom Learning and Inductive

Approach.

Colombus . ohoio. Charlees E. Merill Publishing.

Hudujo, H. (1988).

Mengajar Belajar Matematika.

Jakarta :Depdikbuk.

________

. (2001).

Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.

Malang: Universitas Negeri Malang.

Haji, S. (2005).

Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Hasil Belajar

Matematika di Sekolah Dasar

. Bandung: disertasi PPs UPI. Tidak ditebitkan.

Hake, R. R. (1999).

Analyzing Change/Gain Score. Woodland Hills:

Dept. Of physics,

Indiana university.[Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.du/~sdi/AnalyzingChang-Gain.pdf

[3 Januari 2013].

Kantowski, M. G. (1981).

Problem Solving Mathematics Education Research

:

Implications for the 80’s. Virginia: NCTM.

Khayroiyah, S. (2012)

Analisis Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan

Penalaran Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah dan Pembelajaran Biasa Pada Siswa SMP

. Tesis. Medan :

PPs Unimed. (Tidak dipublikasi).

Kusmaydi. (2010).

Pembelajaran Matematika Realistic Untuk Meningkatkan

Kemampuan Komunikasi Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP

.

Bandung: Tesis SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Marpaung, J. (2007).

Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan PMRI:

Matematisasi Horizontal Dan Matematisasi Vertikal

, jurnal pendidikan

matematika, 1 (1): 1-20.

Muliana. (2012).

Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik (Pmr) Terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematik Siswa Di

Sekolah Menengah Pertama

. Tesis. Medan : PPs Unimed. (Tidak dipublikasi).

Napitupulu,

E.

E.

(2011)

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah atas

Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis serta Sikap

Terhadap Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas.

Disertasi. Bandung:

PPs UPI Bandung. (Tidak dipublikasi).

(43)

182

Nainggolan, P. (2009).

Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Dan Motivasi

Belajar Siswa Terhadap Kemampuan Pemodelan Matematika Siswa SMP Di

Lubuk Pakam Tahun Pelajaran 2008/2009.

Tesis: UNIMED Medan.

Rahayu. (2005).

Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan PMRI Memang Beda

:

Buletin PMRI/VI/Peb/2005.

http://www.pmri.or.id/main.php Diakses 3 Juli 2011.

Rudol, B. M. (2009).

Menngkatkan Kemampuan Penalaran Formal dalam Pembelajaran

Matematika SMP dengan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

.

Medan: Tesis PPs UNIMED. Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, E.T. (1991).

Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA

.

Bandung: Tarsito.

______________________

. (2005).

Dasar - Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang

Non Eksakta Lainnya.

Bandung: IKIP Bandung.

Reeuwijk, M.V. (2008).

Realistic Mathematics Education In Indonesia

. Makalah Work

Shop PMRI.

Panjaitan, A. (2008)

Evaluasi Pembelajaran

. Medan : PPs UNIMED.

Pasaribu, F. (2011)

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi

Matematika Siswa SMP dengan Menggunakan Pendekatan Matematika Realistik

.

Tesis. Medan : PPs Unimed. (Tidak dipublikasi)

Polya, G (1985).

How to Solve it. A New Aspect of Mathematical Method. New Jersey

:

Princeton University Press.

Priyatno, D. 2008.

Lima Jam Belajar Olah Data Dengan SPSS 17

. Yogyakarta: Penerbit

ANDI.

Safari. (2004).

Teknik Analisis Butir Soal Instrumen Tes dan Non tes dengan manual,

kalkulator, dan komputer.

Jakarta: APSI Pusat.

Sanjaya, W. (2006).

Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana.

Saragih, S. (2007)

Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi

Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika

Realistik.

Disertasi tidak dipublikasikan. Bandung : Program Pascasarjana UPI

Bandung.

_______

, S. (2009).

Analisis Strategi Kognitif Siswa SLTP Negeri 35 Medan dalam

Menyelesaikan Soal-soal matematika.

Jurnal Penelitian Kependidikan

Universitas Negeri Malang. 10, (2).

(44)

183

Silver, E.A.(1997).

The Nature and Use of Open Problem in Mathematics Education

Mathematical and Pedagogital Perspective.

ZDM: International Reviews on

Mathematical Education (1995).

Siregar, H. (2010).

Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Realistik.

Jurnal

pendidikan matematika PARADIKMA, 3(1): 19-30.

Slameto. (2003).

Belajar dan Factor – Factor yang Mempengaruhi .

Edisi Revisi .

Jakarta: Rineka Cipta.

Soedjadi. (2001).

Pendidikan, Penalaran, Kontruktivisme, Kreativisme sajian dalam

Pembelajaran Matematika

. Surabaya: PPs IKIP. Tidak diterbitkan.

Sudjana. (1996).

Metode Statistika.

Bandung: Tarsito.

Sujono. (1988).

Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah.

Jakarta:

Depdikbud.

Sugandi, A.I. (2002).

Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika melalui Model

Belajar Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada Siswa SMU

.

Bandung: Tesis SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Sugiono. (2002). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Cv Alfabeta.

______. (2009).

Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D

. Bandung. Alfabeta.

Suhendra. (2005).

Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Kelompok Belajar Kecil

Untuk Mengembangkan Kemampuan Siswa SMA pada Aspek Problem

Solving Matematika

. Thesis. UPI Bandung: Tidak diterbitka.

Sukoriyanto. ( 2001).

Langkah – langkah dalam pembelajaran Matematika dengan

Menggunakan Penyelesaian Masalah

. Jurnal Matematika.

Sugiyono. (2011).

Statistika Untuk Penelitian.

Bandung. Alfabeta.

Sumiati dan Asra. (2007).

Metode pembelajaran

. Bandung: Wacana Prima.

Sumarmo, U. (2005). “

Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan

Kurikulum Tahun 2002 Sekolah Menengah

”. Makalah pada Seminar Pendidikan

Matematika di FMIPA Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.

(45)

184

Syahputra, E. (2011)

Meningkatkan kemampuan spasial dan disposisi matematis siswa

SMP dengan pendekatan PMRI pada pembelajaran Geometri Berbantuan

Komputer.

Bandung: Disertasi SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Somakim. (2010).

Peningkatan Kemampuan Berfikir Kritis Dan Self-Efficacy Matematik

Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Penggunaan Pendekatan Matematika

Realistik.

Bandung:

Disertasi

SPs

UPI.

Tersedia

Online

:

http://repository.upi.edu/disertasiview.php?no_disertasi=371.(diakses 15 Juni 2012).

TIMSS.

(1999).

International

Student

Achievement

in

Mathematics

.

http://timss.bc.edu/timss 1999i/pdf/T99i_math_01.pdf

TIMSS.

(2003).

International

Student

Achievement

in

Mathematics

.

http://timss.bc.edu/timss 1999i/pdf/T99i_math_01.pdf

Wardani, S. (2002).

Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika melalui Model

Kooperatif Tipe JIGSAW

. Bandung: Tesis SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Referensi

Dokumen terkait

- Terpilihnya Pemenang Lomba-lomba pada Jambore UKS - Terpilihnya Pemenang Lomba PHBS tingkat Kota Balikapan - Terbinanya UKBM berorientasi kesehatan di Kota Balikpapan

model pembelajaran yang membuat siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran yang membuat siswa turut berperan aktif, yaitu

Bentuk pengelolaan ekosistem terumbu karang dan ikan ekor kuning di perairan Kepulauan Seribu secara terpadu dan berkelanjutan yang diusulkan dalam penelitian ini adalah

他们的世界是怎么样呢?首先 们必须了解幼儿的心理发展才 能知道他们的美好世界 因 为了写好 个论文, 读各种各样的 书 因特网 的一些学术论文 觉得,游

Pada pengamatan hasil pertumbuhan vegetatif padi, aplikasi isolat SSW-02 mampu meningkatkan nilai warna hijau daun tertinggi sebesar 3.08 dan 3.00 pada tanah steril

Peneliti mengambil fokus penelitian sebagai berikut : (1) bagaimana perencanaan pembinaan peserta didik, (2) bagaimana pelaksanaan pembinaan peserta didik, (3)

[r]

Mahasiswa Fiskom yang menggunakan kosa kata Bahasa dalam. pergaulannya saat berkomunikasi secara lisan