• Tidak ada hasil yang ditemukan

RAPA I GEURIMPHENG PADA MASYARAKAT ACEH DI DESA PANTE PIEYUE KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RAPA I GEURIMPHENG PADA MASYARAKAT ACEH DI DESA PANTE PIEYUE KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

RAPA’I GEURIMPHENG

PADA MASYARAKAT ACEH DI DESA PANTE PIEYUE

KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN

(STUDI TERHADAP BENTUK PENYAJIAN

DAN BENTUK MUSIK)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

OKI PRAYOGI NIM. 209342025

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

OKI PRAYOGI, NIM 209342025. Skripsi, RAPA’I GEURIMPHENG PADA MASYARAKAT ACEH DI DESA PANTE PIEYUE KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN (Studi terhadap bentuk penyajian dan bentuk musik). Medan: Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan. 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan kesenian Rapa’i Geurimpheng yang sudah hampir punah kepada masyarakat luas dan mengetahui bentuk penyajian dan bentuk musik dari kesenian Rapa’i Geurimpheng.

Teori yang di gunakan dalam penelitian ini mencakup pengertian musik, musik tradisional Rapa’i, nilai-nilai yang terkandung pada Rapa’i, bentuk penyajian dan bentuk musik.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.,eknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi wawancara dan dokumentasi yang di lakukan langsung terhadap Rapa’i Geurimpheng. Teknik pengolahan dan analisis data menggunakan tipe penelitian deskriptif.

Hasil dari penelitian dan wawancara menunjukkan bahwa Rapa’i Geurimpheng sebagai kesenian tradisional sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat Aceh sejak zaman keemasannya, tetapi di zaman sekarang seni tradisi ini telah terancam eksistensinya secara fisik, jumlah seniman yang mengetahui seluk beluknya atau pengrajin (yang mengetahui teknik-teknik pembuatan), menguasai struktur permainan serta kelompok/grup Rapa’i Geurimpheng sudah semakin sedikit di Desa Pante Pieyue Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen. Dengan berpedoman pada pendapat tersebut maka dalam observasi lapangan adalah dengan melihat pertunjukkan Rapa’i Geurimpheng untuk mengetahui bentuk penyajian dan bentuk musik.

Permainan Rapa’i Geurimpheng dimainkan oleh 14 orang pemain (seluruhnya pemain laki-laki) yang terdiri dari tiga baris dengan formasi berlainan. Permainan Rapa’i Geurimpheng berdasarkan penelitian dan wawancara yang dilakukan dengan informan kepada Yah Daud pada tanggal 12 Agustus 2013, diperoleh keterangan menyangkut pelaksanaan babak dalam permainan Rapa’i Geurimpheng terdiri dari dua babak, yakni babak pertama memuat materi yang meliputi, saleum aneuk syahi, salam rakan, cakrum/saman, dan tingkah, sedangkan materi yang termuat dalam babak kedua meliputi, yakni kisah, gambus tabangun, dan lanie.

Permainan Rapa’i Geurimpheng merupakan bentuk permainan dari ansamble perkusi, yakni instrumen rapa’i yang memiliki banyak pola ritme (poly rhythm) atau dikatakan memiliki banyak pola suara/irama dalam permainannya.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Negeri Medan. Skripsi ini berjudul “Rapa’i Geurimpheng pada masyarakat Aceh di Desa Pante Pieyue Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen ( Studi Terhadap Bentuk Penyajian dan Bentuk Musik )”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik moral maupun materil. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Medan,

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan,

3. Dra. Tuti Rahayu, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sendratasik,

4. Uyuni Widyastuti, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Sendratasik, serta dosen pembimbing skripsi I yang telah banyak memeberikan bimbingan dan motivasi yang sangat bermanfaat untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi,

5. Panji Suroso, M.Si. selaku Kaprodi Pendidikan Seni Musik, sekaligus dosen pembimbing akademik penulis selama duduk dibangku kuliah, 6. Mukhlis Hasbullah, M.Sn. selaku dosen pembimbing skripsi II yang

telah banyak memeberikan bimbingan, arahan motivasi untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi serta,

7. Bapak/Ibu dosen di Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Medan,

8. Yah Daud Amin selaku tokoh adat dan seniman Rapa’i Geurimpheng yang merupakan narasumber dalam penulisan skripsi,

(8)

motivasi, dan doa yang tiada hentinya demi kesuksesan ananda, Saudara-saudaraku tersayang Muhammad Arief Pratama, Mery Permatasari, Lisa Yani, Aya Maharani yang selalu memberi motivasi kepada penulis,

10.Teman-teman terbaikku Eko Gunawan, Ryanda, Michael, Mieka, Samsiah, Zizi, Laras, Mey, Rizka, Yunica, Yuli dan teman-teman lainnya di Prodi Seni Musik 09 Reguler maupun Ekstensi yang telah memberikan doa, motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini serta penulis mengucapkan terimaksih atas kerjasamanya selama perkuliahan, Sahabat-sahabat sepermainan Bang Tri Adinata, Febrian, Patara, Decki, Akbar, dan lain-lain,

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan, baik dari segi kalimat, isi, dan juga teknik penguraiannya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang Pendidikan Seni Musik.

Medan, September 2013 Penulis,

(9)

i

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL ... 8

A. Landasan Teoritis ... 8

1. Pengertian Musik... 8

2. Pengertian Alat Musik ... 9

3. Musik Tradisional Rapa’i... 11

a. Fungsi Rapa’i ... 12

4. Nilai-nilai yang terkandung pada Rapa’i ... 13

a. Nilai Tradisi ... 13

b. Nilai Budaya ... 13

(10)

ii

d. Nilai Keindahan... 14

5. Bentuk Penyajian Rapa’i Geurimpheng ... 14

6. Bentuk Musik Rapa’i Geurimpheng ... 15

7. Unsur-unsur musik dalam Rapa’i Geurimpheng ... 17

a. Melodi... 18

b. Harmoni ... 18

c. Ritme ... 19

B. Kerangka Konseptual ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23

A. Metode Penelitian ... 23

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

1. Lokasi Penelitian ... 24

2. Waktu Penelitian ... 24

C. Populasi dan Sampel. ... 25

1. Populasi ... 25

2. Sampel ... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 26

1. Pengamatan atau Observasi ... 26

2. Studi Kepustakaan ... 27

3. Wawancara ... 29

4. Dokumentasi ... 30

(11)

iii

BAB IV PEMBAHASAN ... 33

A. Letak Geografis Kabupaten Bireuen ... 33

B. Bentuk penyajian Permainan Rapa’i Geurimpheng ... 35

B.1. Posisi dalam permainan Rapa’i Geurimpheng... 35

1. Pemain Depan ... 35

2. Pemain Tengah ... 36

3. Pemain Belakang ... 36

B.2. Pelaksanaan Babak dalam Permainan Rapa’i Geurimpheng ... 37

1. Babak Pertama... 37

a. Saleum Aneuk Syahi ... 37

b. Saleum Rakan ... 38

c. Cakrum/Saman ... 38

d. Tingkah ... 39

2. Babak Kedua ... 39

a. Kisah ... 39

b. Gambus Tabangun... 40

c. Lanie ... 41

C. Bentuk Musik Dalam Permainan Rapa’i Geurimpheng...42

C.1. Ritme...42

C.2. Melodi...51

(12)

iv

D. Fungsi Alat Musik Rapa’i Geurimpheng ... 55

D.1. Fungsi Keagamaan ... 55

D.2. Fungsi Hiburan ... 55

D.3. Fungsi Komunikasi ... 56

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(13)

DAFTAR TABEL

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

Gambar 2.1. Melodi dalam notasi balok ... 18

Gambar 2.2. Harmoni dalam notasi balok...19

Gambar 2.3. Ritme ... 22

Gambar 4.1. Peta Desa Pante Pieyue ... 34

Gambar 4.2 Posisi Pemain Rapa’i Geurimpheng ... 35

Gambar 4.3 Melodi pada Saleum Aneuk Syahi... 37

Gambar 4.4 Melodi pada Saleum Rakan... 38

Gambar 4.5 Melodi pada cakrum/saman...38

Gambar 4.6 Melodi pada Tingkah... 39

Gambar 4.7 Melodi pada Kisah...40

Gambar 4.8 Melodi pada Gambus Tabungun...41

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nanggroe Aceh Darussalam adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak diujung utara Pulau Sumatera, yang terdiri dari Kabupaten Simeulue, Aceh Singkil, Aceh Selatan, Aceh Tenggara, Aceh Timur, Aceh Tengah, Aceh Barat, Aceh Besar, Aceh Tamiang, Aceh Utara, Aceh Barat Daya, Pidie, Bireuen, Gayo Lues, Nagan Raya, Aceh Jaya, Bener Meriah, Pidie Jaya, Kota Banda Aceh, Sabang, Langsa, Lhokseumawe dan Subulussalam

Nanggroe Aceh Darussalam memiliki kebudayaan yang beraneka ragam, salah satunya adalah musik tradisional yang merupakan hasil budi atau akal manusia yang lahir, berkembang dan diwariskan secara turun temurun dari suatu generasi ke generasi berikutnya, yang kemudian menjadi sebuah identitas dan kebanggaan ureueng Aceh(orang Aceh).

Alat musik tradisional Aceh tersebut diantaranya adalah Serune Kalee

yaitu instrumen tiup tradisional Aceh sejenis Clarinet terutama terdapat di daerah

Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar, dan Aceh Barat. Alat ini terbuat dari kayu, bagian

pangkal kecil serta di bagian ujungnya besar menyerupai corong. Gendang

terdapat hampir di seluruh daerah Aceh. Gendang berfungsi sebagai alat musik

tradisional, yang bersama-sama dengan alat musik tiup seurune kalee mengiringi

setiap tarian tradisional baik pada upacara adat maupun upacara lainnya. Alat ini

(16)

2

terbuat dari kayu nangka, kulit kambing dan rotan, dengan menggunakan alat

pemukul (stick).

Canang adalah alat musik pukul tradisional yang terdapat dalam kelompok

masyarakat Aceh, Gayo, Tamiang dan Alas. Masyarakat Aceh menyebutnya

“Canang Trieng”, di Gayo disebut “Teganing”, di Tamiang disebut “Kecapi” dan

di Alas disebut dengan “Kecapi Olah”.

Alat musik ini terbuat dari seruas bambu pilihan yang cukup tua dan baik.

Kemudian bambu tersebut diberi lubang, selanjutnya ditoreh arah memanjang

untuk mendapatkan talinya. Lobang yang terdapat pada ruas bambu itu disebut

kelupak (Alas dan Gayo).Jumlah tali tidak sama pada setiap daerah, pada Canang

Trieng terdapat 5 buah tali (senar) yaitu 4 buah yang saling berdekatan terletak di

kiri sedangkan sebuah tali agak besar terletak di kanan lubang. Tali sebelah kiri

dipetik menggunakan lidi, sedangkan tali sebelah kanan dipetik dengan kuku/ibu

jari kiri.

Rapa’imerupakan sejenis alat musik tradisional Aceh, yang sama halnya

dengan gendang. Rapa’i digunakan sebagai alat musik pukul pada

upacara-upacara terutama yang berhubungan dengan keagamaan, perkawinan, kelahiran

dan permainan tradisional yaitu debus. Memainkan rapa’i dilakukan dengan cara

memukuldengan tangan dan biasanya dimainkan oleh kelompok (group).

Rapa’iterbagi menjadi beberapa jenis yaitu: Rapa’i Pasee (Rapa’i gantung),

Rapa’i Daboih, Rapa’i Pulot, Rapa’i Anak/ tingkah (berukuran kecil), Rapa’i

(17)

3

Rapa’i Geurimpheng sebagai kesenian tradisional sudah mengakar

dalam kehidupan masyarakat Aceh sejak zaman keemasannya, tetapi di zaman sekarang seni tradisi ini telah terancam eksistensinya secara fisik, jumlah seniman yang mengetahui seluk beluknya atau pengrajin (yang mengetahui teknik-teknik pembuatan), menguasai struktur permainan sertakelompok/grup Rapa’i Geurimpheng sudah semakin sedikit di Desa Pante Pieyue Kecamatan

Peusangan Kabupaten Bireuen.

Oleh karena itu, permainan Rapa’i Geurimpheng semestinya disosialisasikan kepada masyarakat umum melalui pendekatan sosial budaya, yakni pelatihan-pelatihan dan pementasan-pementasan, sertapendekatan keagamaan, yakni menjadi alat/media dakwah dan nasehat keislaman.

Berdasarkan fakta-fakta yang dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk menjadikan Rapa’i Geurimpheng sebagai topik penelitian dengan judul penelitian “Rapa’i Geurimpheng pada Masyarakat Aceh di Desa Pante Pieyue Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen (Studi Terhadap Bentuk Penyajian dan Bentuk Musik).

B.Identifikasi Masalah

(18)

4

“Untuk kepentingan karya ilmiah, sesuatu yang perlu diperhatikan

adalah masalah penelitian sedapat mungkin tidak terlalu luas. Masalah yang luas akan menghasilkan analisis yang sempit dan sebaiknya vila ruang lingkup masalah dipersempit maka diharapkan

analisis secara luas dan mendalam”.

Dalam uraian yang terdapat dalam latar belakang masalah, maka permasalahan penelitian ini dapat di identifikasikan sebagai berikut :

1. Bagaimana struktur pemain dalam permainan Rapa’i Geurimpheng? 2. Apa fungsi Rapa’i Geurimpheng dalam tradisi adat pada masyarakat Aceh

di Desa Pante Pieyue Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen?

3. Bagaimana bentukpenyajian Rapa’i Geurimpheng dalam tradisi adat pada masyarakat Aceh di Desa Pante Pieyue Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen?

4. Bagaimana bentuk musik dalam permainan Rapa’i Geurimpheng pada tradisi adat masyarakat Aceh di Desa Pante Pieyue Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen?

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah perlu dilakukan untuk membatasi luasnya cakupan masalah dan keterbatasan waktu, untuk memudahkan proses pemecahan masalah, yakni dengan pendapat Sukardi (2003 : 30) yang mengatakan bahwa :

“Dalam merumuskan ataupun membatasi permasalahan dalam suatu

penelitian sangatlah bervariasi dan tergantung pada kesenangan peneliti. oleh karena itu perlu hati-hati dan jeli mengevalusi rumusan permasalahan penelitian dan dirangkum kedalam beberapa

(19)

5

Maka berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti membatasi masalah yang terbatas pada kajian yang mencakup :

1. Bagaimana bentukpenyajian Rapa’i Geurimpheng dalam tradisi adat pada masyarakat Aceh di Desa Pante Pieyue Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen?

2. Bagaimana bentuk musik dalam permainan Rapa’i Geurimpheng pada tradisi adat masyarakat Aceh di Desa Pante Pieyue Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen?

3. Bagaimana fungsi Rapa’i Geurimpheng dalam tradisi adat pada masyarakat Aceh di Desa Pante Pieyue Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen

D. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan fokus sebuah penelitian yang akan dikaji. Mengingat sebuah penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan, maka sebuah pertanyaan perlu dirumuskan dengan baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Maryaeni (2005:14), yang mengatakan bahwa :

Rumusan masalah merupakan jabaran detail fokus penelitian yang akan digarap. Rumusan masalah menjadi semacam kontak bagi peneliti karena penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada rumusan masalahnya. Rumusan masalah juga biasa disikapi sebagai jabaran fokus penelitian akan senantiasa berfokus pada butirr-butir masalah

sebagaimana dirumuskan”.

(20)

6

penulisan sebagai berikut: “Bagaimana Bentuk Penyajian dan Bentuk Musik

Permainan Rapa’i Geurimpheng Dalam Tradisi Adat Pada Masyarakat Aceh di

Desa Pante Pieyue Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk memecahkan setiap permasalahan penelitian yang telah diuraikan dan dirumuskan pada bagian sebelumnya untuk lebih jelasnya peneliti menguraikan tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian, hal ini diperkuat pendapat Ali dalam cholid (2005 : 9) yang mengatakan bahwa :

kegiatan seseorang dalam merumuskan tujuan penelitian sangat mempengaruhi keberhasilan penelitian yang dilaksanakan, kerena penelitian pada dasarnya merupakan titik anjak dari titik yang akan dicapai seseorang kegiatan penelitian yang dilakukan “.

Setiap kegiatan penelitian tentu berorientasi kepada tujuan tertentu, salah satu keberhasilan penelitian adalah tercapainya tujuan penelitian. Dan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan bentuk penyajian permainan Rapa’i Geurimpheng dalam tradisi adat pada masyarakat Aceh di Desa Pante Pieyue Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen.

(21)

7

3. Mendeskripsikan fungsi Rapa’i Geurimpheng dalam tradisi adat pada masyarakat Aceh di Desa Pante Pieyue Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen.

F. Manfaat Penelitian

Setiap penulisan pastilah memiliki manfaat yang baik secara langsung maupun tidak langsung, karena penelitan dilakukan untuk menambah pengetahuan dan menjawab berbagai pertanyaan yang telah dirumuskan oleh penulis. Setelah penulisan ini selesai dilakukan, akan didapat hasil penulisan yang akan memberi manfaat sebagai berikut :

1. Bahan masukan bagi penulis dalam pengetahuan tentang rapa’idalam permainan Rapa’i Geurimphẻng secara detail.

2. Bahan masukan bagi pihak -pihak yang berkeinginan melakukan penelitian sejenis lebih mendalam.

3. Bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkeinginan menggeluti usaha pembuatan rapa’isecara professional.

(22)

1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Permainan Rapa’i Geurimpheng dimainkan oleh 14 orang pemain (seluruhnya pemain laki-laki) yang terdiri dari tiga baris dengan formasi berlainan.

2. Susunan pemain dalam permainan Rapa’i Geurimpheng : pemain pertama dengan formasi yang lurus/sejajar kesamping kiri dan samping kanan adalah anggota barisan di posisi depan yang berjumlah 8 orang pemain dan dikenal dengan istilah rando, yakni pemain yang bertugas memukul rapa’i sambil menggerak-gerakkan badan secara serempak ditempat. Pemain kedua dengan formasi dalam bentuk yang sama adalah anggota barisan di posisi tengah yang berjumlah 3 orang pemain dan dikenal dengan istilah syahi, yakni pemain yang bertugas memukul rapa’i sambil melantunkan syair/nyanyian.Pemain ketiga dengan formasi dalam bentuk yang sama adalah barisan di posisi belakang yang berjumlah 3 orang pemain dan dikenal dengan istilah yang berlainan di antara ketiga pemain tersebut yakni canang,pangkhepdanbak.

(23)

2

3. Susunan dan uraian materi di dalam dua babak permainan Rapa’i Geurimpheng adalah sebagai berikutSaleum aneuk syahi adalah ragam

gerak dan tabuhan rapa’i pembuka.Saleum rakan adalah ragam gerak dan tabuhan rapa’i yang bertujuan menyampaikan salam kepada tokoh-tokoh masyarakat, ulama serta penonton lewat tabuhan dan gerakan badan dan tangan. Cakrum/saman adalah ragam gerak dan tabuhan rapa’i yang bertujuan menyampaikan lantunan syair-syair lagu lama Aceh lewat tabuhan dan gerakan badan dan tangan. Tingkah adalah ragam gerak dan tabuhan rapa’i yang bertujuan mengangkat sisi musikal dalam permainan Rapa’i Geurimpheng semata dan hanya diiringi lantunan syair-syair hasil pengulangan dari materi sebelumnya. Kisah adalah ragam gerak dan tabuhan rapa’i yang bertujuan menampilkan lantunan syair tentang sejarah dan perjuangan.Gambus tabangun adalah ragam gerak dan tabuhan rapa’iyang bertujuan menampilkan lantunan syair tentang semangat dan pembangunan daerah.Lanie adalah ragam gerak dan tabuhan rapa’i yang bertujuan menampilkan lantunan syair tentang pesan dan nasehat. Kemudian Lanie merupakan ragam gerak dan tabuhan rapa’i penutup di dalam sebuah permainan Rapa’i Geurimpheng.

(24)

3

5. Beberapa fungsi Rapa’i Geurimpheng, Fungsi Keagamaan dapat dilihat pada lirik lagu yang dinyanyikan, para penabuh Rapa’i melantunkan syair-syair dalam bentuk dzikir irama yang memikat dan berisikan dakwah agama. Terbukti dengan rasa ketenangan sebagai pengungkapan emosional yang dirasakan oleh para penonton setelah shalawat dilantunkan. Fungsi hiburan tentu saja tidak terlepas dari kepuasan masing-masing penikmat musik, sebagai penonton yang menyaksikan maupun bagi pemain musik itu sendiri. Musik juga dapat dijadikan sebagai sarana ajang pertemuan dengan warga lainnya sambil bercengkrama sambil menikmati sajian pertunjukan musik. Fungsi komunikasi dapat dilihat dari lantunan syair yang mengisahkan tentang kehidupan masyarakat, sejarah aceh dan perkembangannya. Yang mengkomunikasikan agar masayarakat aceh tetap mencintai nilai-nilai tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi dalam hal musik tradisional.

B. SARAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut :

(25)

4

sedikit. Oleh karena itu, permainan Rapa’i Geurimpheng semestinya disosialisasikan kepada masyarakat umum melalui pendekatan sosial budaya, yakni pelatihan-pelatihan dan pementasan-pementasan, serta pendekatan keagamaan, yakni menjadi alat/media dakwah dan nasehat keislaman.

2. Pemerintahan Aceh melalui dinas kebudayaan di tingkat I serta di tingkat II agar mengeluarkan kebijakan-kebijakan resmi serta melakukan usaha-usaha yang mendukung kelestarian kesenian tradisional Rapa’i Geurimpheng pada masa yang akan datang.

3. Pihak-pihak yang mendukung dalam memajukan pendidikan yang berbasis kompetensi, yakni guru-guru di sekolah formal ataupun informal agar melakukan sosialisasi kesenian tradisional Rapa’i Geurimpheng melalui pendekatan-pendekatan, seperti aktivitas fisik serta keilmuan. (berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi pada mata pelajaran Seni Budaya seperti memperkenalkan permainan Rapa’i Geurimpheng dengan menyaksikan pertunjukannya, serta memberitahukan elemen-elemen inti permainan Rapa’i Geurimpheng.

Gambar

Tabel

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan isolat Azotobacter yang diisolasi dari tanah ordo Entisols Nusa Tenggara Timur, penelitian rumah kaca ini menjelaskan bahwa bakteri pemfiksasi N 2 isolat lokal,

Pada kutipan data terserbut Keempat bersaudara March sangat menghargai bekerja keras dan melaksanakan tugas-tugas selalu tepat waktu dalam penuh tanggungjawab. Mereka

Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis atas pengujian pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja karyawan menunjukkan bahwa nilai critical ratio (CR)

Kartun Benny dan Mice hadir sebagai media hiburan sekaligus media kritik sosial terhadap fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat perkotaan.. Sebelum

Kecerdasan spiritual merupakan suatu kecerdasan yang dapat diimplikasikan untuk menempatkan perilaku dan hidup individu dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,

Instrumen yang digunakan pada saat proses berlangsung berkaitan erat dengan nilai karakter yang dipilih untuk dilakukan yaitu, kejujuran kemandirian, kedisiplinan

Berdasarkan kualitas ketepatan pengelompokan menggunakan rasio simpangan baku dalam cluster dan antar cluster (rasio Sw/Sb), pengelompokan data obligasi korporasi

Wawancara terstruktur di gunakan sebagai teknik pengumpulan data, ketika Penulis atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan di