1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Obat Anti Inflamasi Non Steroid/ OAINS merupakan kelompok
obat yang memiliki efek terapi analgesi, antipiretik, dan antiinflamasi. Saat ini
terdapat lebih dari 50 jenis OAINS yang tersedia dan digunakan secara luas di
seluruh dunia (Jordan dan White, 2001). OAINS merupakan satu dari
beberapa obat yang paling banyak diresepkan untuk pengobatan. Terdapat dua
alasan utama yang mendasari hal ini, pertama karena meningkatnya jumlah
penyakit yang memiliki respon terhadap OAINS, misalnya osteoarthritis,
kedua karena golongan OAINS merupakan obat yang sangat efektif untuk
berbagai penyakit. Tercatat sekitar 25-30 juta resep yang tertulis setiap
tahunnya di seluruh dunia (Bardou dan Barkun, 2010).
Ketersediaan OAINS yang mudah didapat, efek terapi yang luas,
onset cepat, dan relatif aman, membuat banyak dokter sering meresepkan
golongan obat ini. Mudahnya masyarakat umum mendapatkan obat ini juga
karena beberapa jenis OAINS telah diperjualbelikan secara bebas, baik dalam
bentuk campuran atau tunggal. Meski OAINS relatif aman, bukan berarti
tanpa efek samping. Penggunaan OAINS terbatasi oleh efek samping yang
ditimbulkan. Sistem gastrointestinal merupakan target utama yang muncul
sebagai efek samping penggunaan OAINS. Perdarahan saluran cerna bagian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
atas sering disebabkan oleh OAINS. Beberapa efek samping lain yang dapat
muncul diantaranya gangguan sistem gastrointestinal berupa ulserasi atau
perdarahan, gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hepar, gangguan
pembekuan darah, gangguan sistem saraf pusat, dan reaksi hipersensitivitas
(Halverson, 1999). Meski demikian persoalan pada sistem saluran cerna
bagian bawah juga menjadi perhatian akibat penggunaan OAINS.
Meningkatnya usia, terutama diatas 60 tahun, dan riwayat ulcer sebelumnya,
menjadi faktor risiko penting munculnya efek samping penggunaan OAINS
(Bardou dan Barkun, 2010).
Ketorolak memiliki efek analgesi, antipiretik, dan antiinflamasi,
sehingga ketorolak termasuk dalam golongan OAINS. Ketorolak merupakan
obat yang sangat sering diberikan sebagai preemptive analgesi juga sebagai
analgesi paska operasi. Penggunaannya yang sangat luas pada hampir semua
keadaan paska operasi, akan menimbulkan kerugian bagi pasien apabila tidak
diperhatikan dengan baik, dan dikurangi atau digantikan dengan obat lain yang
memiliki manfaat serupa dengan efek samping minimal. Parasetamol
merupakan golongan “aniline” analgesi, merupakan satu-satunya obat dalam
golongan ini yang sampai sekarang masih digunakan, memiliki efek analgesi
dan antipiretik, sedangkan efek antiinflamasinya ringan. Parasetamol memiliki
efektifitas yang hampir sama dengan golongan OAINS, namun lebih murah
dan efek samping yang lebih sedikit (Paoloni dan Orchard, 2005). Penggunaan
Parasetamol dalam aplikasi praktis sebagai preemptive analgesi maupun
analgesi paska operasi masih jarang.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
Proses inflamasi luka operasi pada awal insisi merupakan proses
inflamasi atau cedera jaringan yang steril pada fase akut, yang melibatkan
kerusakan mikrovaskuler, meningkatnya permeabilitas, dan migrasi leukosit
ke jaringan. Inflamasi merupakan reaksi tubuh sebagai respon terhadap
kerusakan
sel
tubuh
dan
jaringan
vaskular.
Neutrofil,
leukosit
polimorfonuklear, merupakan first line innate immune system, yang
bermigrasi ke jaringan cedera dalam beberapa jam setelah terjadinya cedera,
menjadi penanda/ marker utama dalam proses inflamasi fase akut. Namun
demikian, tubuh memiliki kapasitas yang berbeda untuk merespon proses
inflamasi dalam cedera besar seperti luka bakar luas, amputasi ekstremitas,
dan cedera kecil seperti luka gores dan luka iris (Judarwanto, 2012).
Pada penelitian ini kami akan menganalisis perbedaan pengaruh
pemberian antiinflamasi Parasetamol dan Ketorolak terhadap neutrofil dan
tanda klinis inflamasi. Diharapkan pemberian Parasetamol dan Ketorolak
dapat menekan inflamasi, sehingga dapat dijadikan dasar pengobatan yang
lebih efektif.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah terdapat perbedaan pengaruh pemberian Parasetamol
dan Ketorolak peroral terhadap kadar neutrofil?
2.
Apakah terdapat perbedaan pengaruh pemberian Parasetamol
dan Ketorolak peroral terhadap tanda-tanda klinis inflamasi?
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Menganalisis
perbedaan
pengaruh
pemberian
antiinflamasi
Parasetamol dan Ketorolak terhadap kadar neutrofil dan tanda klinis
inflamasi
2.
Tujuan Khusus
a.
Menghitung perubahan kadar neutrofil pre dan post operasi
b.
Menilai tanda klinis inflamasi post operasi
c.
Menganalisis pengaruh pemberian antiinflamasi Parasetamol dan
Ketorolak pada pre dan post operasi
D.
Manfaat Penelitian
1.
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi dalam menjelaskan
perbedaan pengaruh pemberian antiinflamasi Parasetamol dan Ketorolak
terhadap kadar neutrofil dan tanda klinis inflamasi.
2.
Penelitian ini dapat menjadi landasan untuk penelitian selanjutnya.
3.
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai dasar untuk mengetahui
manfaat antiinflamasi pada Parasetamol dan Ketorolak.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id