• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN HJALMAR SCHACHT DALAM MEMBANGUN PEREKONOMIAN JERMAN (1933-1939).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN HJALMAR SCHACHT DALAM MEMBANGUN PEREKONOMIAN JERMAN (1933-1939)."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN HJALMAR SCHACHT DALAM MEMBANGUN PEREKONOMIAN JERMAN

(1933-1939)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Sejarah

Oleh

Daniel Ramadhan

1005879

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Oleh

DANIEL RAMADHAN

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu

Pengetahuan Sosial

© Daniel Ramadhan 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

DANIEL RAMADHAN

PERANAN HJALMAR SCHACHT DALAM MEMBANGUN PEREKONOMIAN JERMAN (1933-1939)

disetujui dan disahkan oleh

Pembimbing I

Wawan Darmawan S.Pd, M.Hum NIP. 19710101 199903 1 003

Pembimbing II

Drs. R. H. Achmad Iriyadi NIP. 19611219 198803 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI

(4)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Peranan Hjalmar Schacht dalam Membangun Perekonomian Jerman (1933-1939)”. Disusunnya skripsi ini bertolak dari keresahan peneliti terhadap tokoh yang berasal dari Jerman bernama Hjalmar Schacht. Figur Hjalmar Schacht merupakan seseorang yang bertanggung jawab dalam membangun kembali perekonomian Jerman setelah Hitler berada di puncak kekuasaan dalam rangka mempersiapkan Jerman untuk Perang Dunia II. Permasalahan utama yang diangkat di dalam skripsi ini adalah “Bagaimana Peranan Hjalmar Schacht dalam Membangun Perekonomian Jerman (1933-1939)”. Tujuan utama di dalam penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan peranan Hjalmar Schacht dalam membangun perekonomian Jerman dan menganalisis pengaruh kebijakan-kebijakan tersebut terhadap kekuatan Jerman pada periode 1933-1939. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis yang terdiri dari empat langkah, yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Untuk mempermudah langkah-langkah penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan pendekatan interdisipliner melalui kajian politik dan ekonomi dengan menggunakan konsep-konsep seperti Perang Dunia I, Ideologi Fasisme, NAZI, Nasionalisme Ekonomi, serta menggunakan teori ekonomi Keynes, dan teori ekonomi Autarki. Berdasarkan kajian penelitian yang telah dilakukan, dapat dijelaskan bahwa Hjalmar Schacht memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan perekonomian negara Jerman pasca Perang Dunia I. Dalam rangka membangun kembali perekonomian Jerman, Schacht mengeluarkan kebijakan-kebijakan, antara lain; (1) Mengatasi permasalahan pengangguran, (2) Pendanaan industri-industri Jerman, (3) Mengatasi kebutuhan bahan baku industri dengan menjalankan kebijakan The New Plan pada tahun 1934. Dikeluarkannya kebijakan-kebijakan tersebut tidak hanya untuk memperbaiki perekonomian Jerman saja, akan tetapi sudah direncanakan dari awal untuk membangun kembali kekuatan militer Jerman dalam rangka mempersiapkan diri untuk perang yang lebih besar yang dikenal dengan Perang Dunia II. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pembelajaran sejarah di sekolah khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas, dan menjadi rekomendasi untuk penelitian lainnya mengenai sejarah kawasan khususnya sejarah Jerman.

(5)

ABSTRACT

This minithesis titled as “Peranan Hjalmar Schacht dalam Membangun Perekonomian Jerman (1933-1939). This minithesis created based on researcher’s fidgetiness about prominent figure Hjalmar Schacht. Hjalmar Schacht was someone whose responsible in rebuilt Germany’s economic under Hitler leadership to prepare for World War II. The main question in this research is “Bagaimana Peranan Hjalmar Schacht dalam Membangun Perekonomian Jerman?”. The main purpose in this research are to describe the role of Hjalmar Schacht in build up German’s economy and to analyze the effect of Schacht policies toward German’s powers between 1933 to 1939. Historic method was use in this research, consisting heuristic, critical resources, interpretation, and historiography. Other than historic method, interdisipliner approach by means as political and economy science likes World War I, Facism Ideology, NAZI, Economic Nationalism, along with economic theories like Keynes and Autarky had been used to study the role of Schacht. Based on this research, it can be explained that Hjalmar Schacht had significant role in economic development of Germany after World War I. In building up Germany’s economy, Schacht issue policies consisting; (1) Settled out unemployment, (2) Germany’s industries funds, and (3) Settled out raw materials with The New Plan in 1934. However, these policies are given not simply to overcome economic matters. The real purpose of this program is boost the process of rearmament in the coming war in 1939 to be known as World War II. This research expected will be useful in historical learning in school, especially in High School, and become one of reference to another research about region history especially history of Germany.

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS ... 12

2.1 Konsep Perang Dunia I ... 13

2.2 Ideologi Fasisme ... 16

2.3 Konsep NAZI (Nationalsozialistische Deutsche Arbeiter Partei) ... 21

2.4 Konsep Nasionalisme Ekonomi ... 23

2.5 Teori Ekonomi Keynes ... 27

2.6 Teori Ekonomi Autarki ... 31

2.7 Penelitian Terdahulu ... 34

2.7.1 Penelitian dalam bentuk Skripsi dan Tesis ... 34

2.7.2 Penelitian dalam bentuk Artikel Jurnal ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1 Memilih Topik Penelitian ... 41

3.2 Mengusut semua Evidensi yang Relevan dengan Topik ... 43

3.2.1 Pencarian Melalui Penelusuran Internet ... 44

3.2.2 Pencarian ke Perpustakaan-perpustakaan ... 45

3.2.3 Pencarian ke Koleksi Pribadi ... 46

(7)

3.4 Mengevaluasi Secara Kritis Semua Evidensi yang Telah

Dikumpulkan (Kritik Sumber) ... 48

3.4.1 Kritik Eksternal ... 48

3.4.2 Kritik Internal ... 49

3.5 Menyusun Hasil Penelitian Secara Sistematis ... 50

3.6 Menyajikan Hasil Penelitian ... 51

BAB IV Sepak Terjang Hjalmar Schacht dalam Membangun Perekonomian Jerman (1933-1939) ... 55

4.1 Kondisi Perekonomian Jerman Pasca Perang Dunia I ... 55

4.1.1 Berakhirnya Perang Dunia I hingga Perjanjian Versailles ... 55

4.1.2 Dampak Perjanjian Versailles ... 61

4.2 Hjalmar Schacht dalam Perekonomian Jerman 1933-1939 ... 72

4.2.1 Mengatasi Permasalahan Pengangguran ... 77

4.2.2 Pendanaan Industri-industri Jerman ... 84

4.2.3 Mengatasi Kebutuhan Bahan Baku Industri ... 89

4.3 Dampak Kebijakan-kebijakan Schacht terhadap Kekuatan Jerman ... 97

4.3.1 Dampak Ekonomi ... 97

4.3.2 Dampak Militer ... 99

4.3.3 Dampak Politik ... 102

4.3.4 Dampak Sosial ... 107

4.3.5 Dampak Regional ... 110

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 112

5.1 Simpulan ... 112

5.2 Rekomendasi ... 115 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Periode antara Perang Dunia I (PD I) dan Perang Dunia II (PD II) dikenal sebagai sebuah masa yang penting bagi dunia di mana pada masa ini bermunculan kekuatan-kekuatan baru di Eropa. Pada masa ini, dunia terutama Eropa mengalami krisis ekonomi hebat akibat PD I yang menyebabkan hancurnya sarana dan prasarana yang mendukung dalam pembangunan. PD I ini merupakan sebuah peperangan besar yang belum pernah dilihat dunia sebelumnya sehingga meninggalkan luka yang mendalam dan kerugian yang sangat besar hampir di seluruh negara-negara di Eropa. Kerugian yang sangat besar ini disebabkan karena sebagian besar perang yang berlangsung pada PD I terjadi di Eropa. Selain dari sarana dan prasarana yang hancur, perang ini mengakibatkan banyaknya korban jiwa serta tergoncangnya moral dan spiritual masyarakat Eropa (Pegg, 1956, hlm. 3). Kerugian yang dialami Eropa menjadi suatu bukti betapa besar dampak dari perpecahan antara kekuatan-kekuatan besar di Eropa terhadap berbagai aspek kehidupan.

Dampak yang tidak kalah penting dari perang itu menurut Siboro (2012, hlm. 95) adalah hancurnya dominasi keuangan dan kemerdekaan negara-negara Eropa. Sebelum peperangan terjadi, Eropa merupakan pusat keuangan dan perkreditan dunia. Namun kondisi ini berbalik setelah perang, negara-negara Eropa menjadi negara penghutang terhadap sesamanya dan juga kepada Amerika Serikat. Kondisi tersebut terjadi sebagai akibat dari peperangan yang menghancurkan sarana dan prasarana yang mendukung dalam perekonomian dan berujung pada melemahnya perekonomian Eropa, sehingga negara-negara Eropa sangat bergantung pada pinjaman luar negeri terutama kepada Amerika Serikat.

(9)

Clemencau lebih menghendaki penghukuman terhadap Jerman sebagai pemicu terjadinya PD I (Supriatna, 2002, hlm. 67). Bagi pihak yang kalah perang, khususnya Jerman, memandang Perjanjian Versailles merupakan suatu perjanjian yang sangat menyakitkan. Hal ini dikarenakan perjanjian ini adalah perjanjian yang didiktekan oleh negara-negara pemenang perang, bukan hasil perundingan (Siboro, 2012, hlm. 85). Dengan kata lain, Perjanjian Versailles ini merupakan suatu kesempatan bagi pihak Sekutu sebagai pihak pemenang perang, dalam hal ini Inggris dan Perancis untuk menghukum seberat-beratnya penyebab terjadinya PD I yaitu Jerman. Untuk mencegah terjadinya perang di kemudian hari, sekutu juga mengadakan perjanjian-perjanjian lainnya dengan pihak yang kalah perang. Perjanjian-perjanjian tersebut antara lain; (1) Perjanjian Saint Germain (10 September 1919) dengan Austria, (2) Perjanjian Neuilly (27 November 1919) dengan Bulgaria, (3) Perjanjian Trianon (4 Juni 1920) dengan Hongaria, (5) Perjanjian Sevres (20 Agustus) dengan Turki (Siboro, 2012, hlm. 69).

Negara-negara pemenang perang berebutan untuk menuntut kerugian perang tanpa mempertimbangkan pihak yang kalah perang dapat membayar atau melaksanakannya. Hal ini terlihat dari isi Perjanjian Versailles yang sangat memberatkan pihak yang kalah perang, terutama Jerman. Menurut Ballack (2007, hlm. 7-9) satu hal penting dari perjanjian ini adalah Jerman menerima tanggung jawab penuh sebagai penyebab peperangan dan harus melakukan perbaikan-perbaikan di negara-negara tertentu. Inti dari perjanjian ini berisikan kebijakan terhadap Jerman, antara lain; daerah jajahan harus diserahkan kepada negara-negara pemenang perang, membayar ganti rugi kepada negara-negara-negara-negara pemenang perang, pengawasan ketat terhadap industri Jerman, serta larangan mengembangkan angkatan perang. Kemudian untuk permasalahan biaya ganti rugi perang yang dibebankan terhadap Jerman. Lebih lanjut Pegg (1956, hlm. 25) menyatakan bahwa ganti rugi yang dibebankan sebesar $5,000,000,000 baik berupa uang maupun barang, sementara itu permasalahan rinci untuk seberapa besar kerugian perang dan bagaimana Jerman membayarnya diserahkan kepada Reparations Commission untuk diselidiki lebih lanjut. Perjanjian ini memaksa

(10)

membayar ganti rugi perang sedangkan di sisi lainnya infrastruktur perekonomian yang mendukung dalam membayar biaya ganti rugi tersebut dihancurkan oleh negara-negara pemenang perang.

Jerman memasuki periode di antara perang (interwar) dengan kondisi yang memalukan. Kondisi memalukan tersebut selain dikarenakan kekalahan militer Jerman dalam PD I juga lemahnya pemerintahan dalam menghadapi berbagai krisis setelah perang. Dengan ceroboh, pemerintahan ini mengeluarkan kebijakan yang berujung pada hiperinflasi di awal tahun 1920-an (Persson, 2010, hlm. 188). Pada November 1923 inflasi mencapai puncaknya dengan perbandingan satu US Dollar mampu membeli 4 trilyun Mark (Pegg, 1956, hlm. 81). Puncak inflasi ini menyebabkan nilai mata uang Mark semakin tidak berharga yang berdampak juga pada persebaran mata uang yang sangat banyak di masyarakat. Kebutuhan akan banyaknya uang kertas yang harus dicetak seperti yang diberitakan Daily Mail (dalam Sunarko, 1992, hlm. 68) yang menyatakan:

Berbagai perusahaan percetakkan harus bekerja siang malam untuk dapat memenuhi pesanan Reichsbank yang membutuhkan uang kertas senilai Mark 2,000,000,000,000.- (dua triliun) sehari, tetapi jumlah ini pun belum cukup. Cek sudah sulit diuangkan di bank. Yang paling banyak beredar mata uang Mark 10,000.-, tetapi bank masih tidak sanggup memenuhi permintaan umum.

Dalam mengatasi berbagai krisis yang terjadi, Gustav Stresemann melakukan berbagai kebijakan yang dianggap perlu dalam menyelamatkan Republik Weimar dari kehancuran. Stresemann adalah seorang nasionalis yang penuh semangat dan menjadi juru bicara Parlemen untuk Pimpinan Tertinggi. Ia menjadi Kanselir (Agustus-Nopember 1923) dan Menteri Luar Negeri (1923-Oktober 1929). Dalam melaksanakan peranannya, ia berhasil mengadakan Pakta Locarno (1925) dan memasukkan Jerman dalam Liga Bangsa Bangsa dengan tempat permanen di Dewan Liga. Selain itu juga, ia menganjurkan penerimaan rencana Dawes dan Young untuk pembayaran kerugian perang Jerman (Poesponegoro, 1982, hlm. 254). Hal-hal tersebut dilakukan Stresemann demi menyelamatkan Jerman dari krisis pasca perang yang memuncak pada tahun 1923 untuk menempatkan Jerman sejajar dengan negara-negara maju lainnya.

(11)

seluruh bangsa di Eropa (kecuali Uni Soviet) dan Amerika Serikat (Siboro, 2012, hlm. 96-97). Depresi Hebat ini terjadi pada 25 Oktober 1929 bertepatan dengan hari Jumat atau dikenal dengan Black Friday. Krisis ini pada mulanya melanda bursa saham di New York. Dalam rangka menopang perekonomiannya sendiri, Amerika Serikat merubah kebijakan pinjaman luar negerinya dan mulai menarik kembali berbagai pinjaman dan hutang terhadap negara-negara lain. Jerman merupakan negara yang merasakan langsung dampak dari krisis ini. Penarikan kembali pinjaman dan hutang luar negeri terjadi di saat Jerman sangat membutuhkan pinjaman baru dalam menghadapi kesulitan perekonomiannya (Treue, 1969, hlm. 77).

Pendapatan yang didapat dari ekspor menjadi salah satu sektor yang terkena dampak langsung dari dari krisis 1929 ini dan menjadi suatu permasalahan yang serius dalam menentukan kebijakan ekonomi Jerman ke depannya dalam membayar hutang luar negeri dan biaya kerugian perang, sebagaimana yang diungkapkan Persson (2010, hlm. 189) yang menyatakan bahwa “...the combined burden of servicing the mounting foreign debt and the Reparation payments

became a serious constraint on economic policy when the Great Depression

shocked export earnings”.

Dampak dari krisis ini terhadap Jerman tidak hanya berdampak pada aspek ekonomi saja, namun berdampak juga terhadap situasi sosial dan politik. Krisis ini membuka jalan bagi Nationalsozialistische Deutsche Arbeiter Partei (NSDAP) atau dikenal dengan nama NAZI yang dipimpin oleh Hitler untuk menguasai Jerman. Partai NAZI memiliki program yang berisi 25 butir, antara lain; meninggalkan Perjanjian Versailles, penyatuan Austria dengan Jerman, pemisahan orang-orang Yahudi dari warga negara Jerman, pembaharuan agraria, larangan spekulasi tanah, dan mengganti toko serba ada (department store) dengan toko-toko pengecer (Siboro, 2012, hlm. 116-117).

(12)

bentuk republik dan penduduk di daerah Bayern tempat Hitler memulai kegiatannya tidak pernah merasa puas dengan pemerintahan sejak pemerintahan kaisar dahulu dan bereaksi positif terhadap pidato dan propaganda Hitler (Marbun, 1983, hlm. 45).

Depresi ekonomi yang melanda Jerman memberi kesempatan bagi Nazi untuk memperoleh dukungan kuat dari berbagai kalangan. Dengan propagandanya, NAZI berusaha merangkul dari kalangan bawah hingga kalangan menengah ke atas dengan memberi janji yang akan memuaskan para pendukungnya. Propaganda yang dilakukan nazi terhadap berbagai kalangan tersebut antara lain seperti janji pada kalangan petani dengan memberi program bantuan kridit, kemudian terhadap golongan menengah dengan menawarkan perlindungan terhadap eksploitasi pengusaha industri besar, lalu terhadap kaum industrialis-kapitalis yang akan dilindungi terhadap kaum komunis (Supriatna, 2002, hlm. 50). Berbagai permasalahan yang muncul akibat krisis ekonomi pasca perang menimbulkan ketidakpuasan masyarakat atas kinerja pemerintahan Republik Weimar. Masyarakat membutuhkan sosok pimpinan yang kuat dan mampu membawa Jerman keluar dari krisis tersebut. Pada saat itu lah Nazi muncul sebagai suatu kekuatan dengan propagandanya terhadap berbagai kalangan masyarakat yang tidak puas terhadap pemerintahan Republik Weimar untuk mendapatkan dukungan yang kuat.

Seiring perkembangan politik di dalam negeri Jerman, kekuatan yang dimiliki partai NAZI ini semakin besar. Dominasi atas Reichstag oleh partai Nazi dan posisi Hitler sebagai Kanselir pada tahun 1933 memperkokoh kekuasaan Nazi, sebagaimana Hart (2001, hlm. 201) mengungkapkan bahwa:

Di tahun 1928 partai Nazi masih merupakan partai kecil. Tapi, depresi besar-besaran membikin rakyat tidak puas dengan partai-partai politik yang besar dan sudah mapan. Dalam keadaan seperti ini partai Nazi menjadi semakin kuat, dan di bulan Januari 1933, tatkala umurnya empat puluh tahun, Hitler menjadi kanselir Jerman.

(13)

Hitler’s own economic ideas, as developed in the 1920s, were fairly simple. It was the business of government to ensure for its people the best conditions for their life and development; and one vital condition was a secure food supply.

Gagasan ekonomi tersebut menitikberatkan pada tanggung jawab Pemerintah untuk menjamin kesejahteraan masyarakat dalam memenuhi kehidupannya dengan satu poin utama menjamin ketersediaan makanan bagi masyarakat.

Dalam membangun kembali perekonomian Jerman yang sempat hancur akibat perang, Hitler menunjuk Hjalmar Schacht (untuk selanjutnya ditulis Schacht) sebagai Menteri Ekonomi untuk mengatasi hal tersebut. Semasa Republik Weimar, Schacht telah memiliki peran yang sangat penting dalam mengakhiri inflasi yang terjadi pada tahun 1923 dan mengurangi beban kerugian perang pada sekutu sebagaimana yang dinyatakan Shirer (1973, hlm. 100-101) yang mengungkapkan bahwa:

While Hitler was in prison a financial wizard by the name of Dr Hjalmar Horace Greele Schacht had been called in to stabilize the currency, and he succeeded. The ruinous inflation was over. The burden of reparations was eased by the Dawes Plan. Capital was begin to flow in from America. The economy was rapidly recovering.

Upaya Schacht dalam mengatasi krisis 1923 tersebut dapat dikatakan berhasil. Terbukti dengan perkembangan ekonomi yang meningkat dengan cepat dan berakhirnya inflasi serta adanya Dawes Plan yang meringankan pembayaran kerugian perang. Hal tersebut menjadi salah satu ketertarikan bagi Hitler untuk menunjuk Schacht sebagai Menteri Ekonomi, setelah sebelumnya Kurt Schmitt, tidak bisa mewujudkan cita-cita perekonomian Hitler karena rumitnya permasalahan ekonomi yang melanda Jerman, sebagaimana yang dinyatakan Preparata (2002, hlm. 17-18) yang mengungkapkan bahwa:

The Minister for the Economy in Hitler’s second cabinet is a man named Kurt Schmitt –an asset of the insurance lobby. In July 1934, Schmitt addresses an assembly of exporters; he opens his speech by asking, “What is to be done?” No time elapses before he swoons off the stand, senseless... On that occasion Hitler had summoned the banker to inquire whether he could procure large sums of money that would solve the unemployment question. Schacht had answered in the affirmative...

(14)

pengangguran. Meskipun pada saat itu kondisi sosial dan ekonomi Jerman sedang berada dalam kondisi yang sangat kacau akibat krisis ekonomi.

Ditunjuknya Schacht sebagai orang yang mengatasi perekonomian Jerman ini menjadi salah satu ketertarikan bagi peneliti. Selama ini anggapan berhasilnya Jerman dalam menghadapi berbagai krisis ekonomi yang terjadi pasca PD I karena adanya Hitler sebagai penguasa di Jerman. Padahal menurut Shirer (1973, hlm. 229) menyatakan bahwa “For the first year Nazi economic policies, which were largely determined by Dr. Schacht – for Hitler was bored with economics, of

which he had an almost total ignorance-...”. Hitler sendiri merupakan seseorang yang tak peduli terhadap proses perekonomian Jerman dan khalayak umum kurang mengetahui adanya seseorang yang berperan penting dalam dibalik kesuksesan Jerman mengatasi permasalahan-permasalahan ekonomi yang terjadi. Tokoh yang berperan penting tersebut ialah Schacht, seorang ahli ekonomi yang berperan besar dalam mewujudkan cita-cita perekonomian Hitler terutama dalam tahun-tahun pertama NAZI berkuasa.

Berdasarkan pemaparan di atas, tokoh Schacht merupakan seseorang yang peranannya sangat penting dalam sektor perekonomian semenjak Hitler muncul sebagai penguasa Jerman. Selain peranannya dalam menanggulangi permasalahan ekonomi yang muncul pasca PD I dan dukungannya terhadap Nazi, kehadiran Schacht juga sangat menentukan kebijakan-kebijakan perekonomian yang akan dilaksanakan di awal-awal kepemimpinan Hitler di Jerman sebagaimana yang sebelumnya telah diungkapkan oleh Shirer. Ditulisnya peranan tokoh Schacht ini diharapkan dapat memberikan suatu wawasan mengenai pentingnya peranan Hjalmar Schacht dalam perkembangan awal perekonomian Jerman sebelum PD II. Hal ini dikarenakan selama ini masih banyak yang berpandangan bahwa kebangkitan perekonomian Jerman hanyalah merupakan hasil kerja dari Hitler semata.

(15)

rugi yang besar terhadap pihak pemenang perang. Dalam kondisi ekonomi yang masih lemah, Jerman kembali dilanda krisis ekonomi dunia di tahun 1929. Meningkatnya tingkat pengangguran, banyaknya pabrik-pabrik yang tidak bekerja menyebabkan situasi politik Jerman ikut mengalami kekacauan. Tetapi hanya dalam waktu yang singkat Jerman dapat memulai peperangan di tahun 1939 yang menandai dimulainya PD II. Apa yang sebenarnya terjadi dalam masa kepemimpinan Hitler? Kemudian langkah-langkah atau kebijakan-kebijakan apa saja yang dilakukan Schacht sebagai Menteri Ekonomi yang ditunjuk Hitler sehingga Jerman mampu bangkit dari keterpurukan ekonominya?

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai peranan Hjalmar Schacht dalam perekonomian Jerman dan mengangkatnya ke dalam sebuah skripsi yang berjudul “Peranan Hjalmar

Schacht dalam Membangun Perekonomian Jerman (1933-1939)”. Maksud yang

terkandung pada judul di atas adalah bagaimana tokoh Hjalmar Schacht membangun kembali perekonomian Jerman dari berbagai krisis ekonomi yang dialami pasca perang. Periode tahun 1933-1939 ini berdasarkan pengangkatan kembali Hjalmar Schacht menjadi presiden Reichsbank pada tahun 1933 hingga sebelum Jerman menyerang Polandia pada tahun 1939 yang menandakan dimulainya PD II.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian dalam skripsi ini. Adapun permasalahan inti dalam penelitian

ini adalah ”Bagaimana Peranan Hjalmar Schacht dalam Membangun Perekonomian Jerman (1933-1939)? Untuk membatasi kajian penelitian ini, maka diajukan beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini, antara lain:

1. Bagaimana kondisi perekonomian Jerman Pasca Perang Dunia I?

2. Mengapa Hitler menunjuk Hjalmar Schacht untuk mengatasi perekonomian Jerman?

(16)

4. Bagaimana dampak kebijakan-kebijakan Hjalmar Schacht terhadap kekuatan Jerman?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis peranan Hjalmar Schacht dalam membangun perekonomian Jerman 1933-1939. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

1. Mendeskripsikan kondisi perekonomian Jerman pasca Perang Dunia I.

2. Mendeskripsikan alasan ditunjuknya Hjalmar Schacht untuk mengatasi perekonomian Jerman oleh Hitler.

3. Mendeskripsikan peranan Hjalmar Schacht di dalam perekonomian Jerman tahun 1933-1939.

4. Menganalisis dampak kebijakan-kebijakan Hjalmar Schacht terhadap kekuatan Jerman.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian skripsi secara umum untuk menggambarkan tujuan tentang peranan Hjalmar Schacht dalam membangun perekonomian Jerman 1933-1939 dan pengaruhnya terhadap persiapan Jerman menjelang PD II. Adapun secara khusus manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memperkaya penulisan sejarah kawasan, khususnya sejarah Jerman.

2. Memperluas penulisan sejarah perekonomian, yaitu tentang tokoh Hjalmar Schacht yang terlibat dalam perkembangan ekonomi Jerman pasca PD I. 3. Menambah wawasan dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia pada kelompok

Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial dengan Kompetensi Dasar (KD); menganalisis pengaruh PD I dan PD II terhadap kehidupan politik, sosial-ekonomi dan hubungan internasional (LBB, PBB), pergerakan nasional dan regional.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

(17)

keterkaitan antara satu bab dengan bab lainnya dalam membentuk sebuah kerangka utuh skripsi. Struktur organisasi skripsi ini terdiri dari lima bab, diantaranya sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan menjelaskan latar belakang masalah yang di dalamnya memuat penjelasan akan masalah-masalah yang terjadi dan alasan pemilihan masalah tersebut untuk diangkat menjadi judul skripsi yang berjudul “Peranan Hjalmar Schacht dalam Membangun Perekonomian Jerman (1933-1939)”. Bab ini juga berisi rumusan masalah untuk membatasi ruang lingkup permasahan yang akan diteliti. Selain itu bab ini juga memuat tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka dan Landasan Teoretis memuat konsep-konsep dan teori yang menunjang dalam mengkaji permasalahan penelitian. Kemudian akan dijelaskan juga penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan peranan Hjalmar Schacht dan pembangunan ekonomi Jerman pada tahun 1933-1939.

(18)

Bab IV Sepak Terjang Hjalmar Schacht dalam Membangun Perekonomian Jerman (1933-1939), berisikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai jawaban dari rumusan permasalahan yang telah diungkapan. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kondisi perekonomian Jerman pasca PD I dan alasan Hitler memilih Schacht dalam membangun perekonomian Jerman. Lalu akan dijelaskan juga peranan Schacht di dalam membangun perekonomian Jerman tahun 1933-1939 dan pengaruhnya terhadap persiapan Jerman dalam PD II.

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini memaparkan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode historis, dengan menggunakan studi literatur sebagai teknik penelitiannya. Metode historis ini digunakan karena data-data yang akan digunakan dalam penelitian skripsi ini menggunakan data-data lampau yang relevan dengan skripsi yang akan

disusun dengan judul “Peranan Hjalmar Schacht dalam Membangun

Perekonomian Jerman (1933-1939)”. Kemudian teknik penelitian studi literatur digunakan dalam meneliti dan menelaah sumber-sumber baik berupa buku, jurnal, artikel, maupun literatur lainnya yang mendukung dengan kajian yang akan dilakukan.

Metode Historis merupakan suatu jalan, cara, prosedur bagaimana mengetahui Sejarah (Sjamsuddin, 2007, hlm. 17). Lebih lanjut dijelaskan mengenai metode Historis dalam Ismaun (2005, hlm. 34) yang menyatakan bahwa “metode historis ialah rekonstruksi imajinatif mengenai gambaran masa lampau peristiwa-peristiwa sejarah secara kritis dan analitis berdasarkan bukti-bukti dan data peninggalan masa lampau yang disebut sumber sejarah”. Dengan kata lain metode Historis merupakan suatu prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam merekonstruksi peristiwa-peristiwa masa lalu berdasarkan analisis sumber-sumber atau bukti-bukti sejarah. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian sejarah menurut Sjamsuddin (2007, hlm 89), antara lain:

1. Memilih topik penelitian;

2. Mengusut semua evidensi yang relevan dengan topik;

3. Membuat catatan-catatan penting yang dianggap relevan dengan topik; 4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan;

5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang sesuai dengan sistematika yang telah disiapkan sebelumnya;

(20)

3.1 Memilih Topik Penelitian

Langkah awal dalam penelitian sejarah adalah menentukan topik penelitian. Dalam memilih topik penelitian, menurut Gray (dalam Sjamsuddin, 2007, hlm. 90-91) terdapat empat kriteria, antara lain: (1) Nilai (Value); (2) Keaslian (Originality); (3) Kepraktisan (Practically); dan (4) Kesatuan (Unity). Dalam menentukan topik penelitian ini, peneliti mencari berbagai informasi baik dari buku-buku, maupun sumber-sumber lainnya. Pencarian informasi dalam menentukan suatu topik yang tepat dalam penelitian menurut Abdurahman (2007, hlm. 56-57) menyatakan bahwa:

Pencarian informasi dapat dilakukan antara lain, dengan cara: pertama, meminta penjelasan atau saran-saran kepada orang lain seperti dosen, sejarawan, atau komunitas ilmiah lain yang dipandang mengerti tentang topik penelitian; kedua, yang lebih penting lagi, ialah membaca karangan atau buku-buku untuk mengenal segala segi permasalahan yang bertalian dengan topik penelitian

Dengan kata lain, ada dua cara dalam memilih topik penelitian yang akan dikaji, yaitu berkonsultasi dengan pihak yang dipandang mengerti tentang topik penelitian dan pencarian berbagai informasi terkait permasalahan dalam topik penelitian. Selain dengan kedua cara tersebut, peneliti harus mempertimbangkan empat kriteria yang telah disebutkan di atas yang merupakan suatu persyaratan yang harus diperhatikan dalam menentukan topik tersebut.

Pencarian informasi dilakukan dengan cara mencari berbagai referensi dari buku-buku mengenai Republik Weimar dari berbagai perpustakaan, artikel-artikel dan e-book melalui pencarian di situs internet. Awalnya peneliti tertarik mengkaji tentang kebijakan Republik Weimar dalam menghadapi krisis Malaise atau Depresi Besar pada tahun 1929 yang menimpa dunia khususnya Jerman. Krisis ekonomi ini menyebabkan berbagai kekacauan di dalam negeri baik dalam aspek ekonomi, sosial, maupun politik. Kemudian peneliti melakukan pencarian sumber dan menemukan buku berjudul Germany Since 1848: History of the Present Times karya Wolfgang Treue, The Weimar Republic: Overture to the Third Reich.

Di dalam kedua buku ini terdapat penjelasan mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi Republik Weimar sebelum krisis Malaise terjadi. Kemudian buku Contemporary Europe in World Focus (1956) karya Carl H. Pegg yang

(21)

hingga tahun 1956. Pembahasan difokuskan pada kondisi perekenomian Jerman paska PD I. Selain dari buku-buku, peneliti mencari referensi yang lain dari penelusuran internet.

Namun setelah dilakukan pencarian lebih lanjut, peneliti merasa sumber yang relevan dalam mengkaji Republik Weimar dalam krisis ekonomi 1929 ini sangat kurang. Kemudian peneliti berkonsultasi mengenai hal ini dengan dosen Sejarah Peradaban Barat, Bapak Drs. R. H. Achmad Iriyadi. Peneliti diberi saran untuk mencari tahu mengenai peranan Hjalmar Schacht, jika masih ingin membahas perekonomian Jerman di masa antara kedua Perang Dunia.

Setelah konsultasi tersebut, peneliti melakukan pencarian kembali terhadap sumber-sumber yang relevan mengenai Hjalmar Schacht ini. Kemudian peneliti menemukan buku karya Shirer yang berjudul The Rise and Fall of the Third Reich: A History of Germany. Di dalam buku ini terdapat suatu pernyataan yang

membuat peneliti semakin tertarik mengkaji peranan Hjalmar Schacht. Shirer menyatakan bahwa tiada seorang pun selain Hjalmar Schacht yang sangat membantu Hitler dalam mengatasi perekonomian dan mengembangkan angkatan perang Jerman (Shirer, 1973, hlm. 181).

Setelah peneliti mendapatkan sedikit gambaran akan peranan Hjalmar Schacht, peneliti melakukan pengajuan judul beserta proposal skripsi ke TPPS yang kemudian melakukan proses konsultasi dengan pihak TPPS. Hal ini bertujuan agar proposal yang diajukan peneliti mendapatkan saran dan kritik apabila terdapat ketidaksesuaian dengan kaidah-kaidah penyusunan skripsi. adapun susunan proposal penelitian ini terdiri dari:

1. Judul Penelitian

2. Latar Belakang Penelitian 3. Rumusan Masalah Penelitian 4. Tujuan Penelitian

5. Manfaat Penelitian 6. Metode Penelitian 7. Kajian Pustaka

(22)

Setelah proposal skripsi disetujui, kemudian peneliti menyerahkan proposal penelitian tersebut pada tanggal 16 Januari 2015 dan melakukan seminar proposal skripsi yang ditentukan TPPS pada tanggal 20 Januari 2015 bertempat di Laboratorium Departemen Pendidikan Sejarah, lantai empat gedung FPIPS baru, Universitas Pendidikan Indonesia.

Hasil dari seminar proposal skripsi adalah perubahan terhadap latar belakang dan rumusan masalah peneliti. Bapak Wawan Darmawan, S.Pd, M.Hum sebagai calon Pembimbing I memberi masukkan kepada peneliti agar latar belakang penelitian lebih ditekankan pada ketertarikan Hitler yang mengandalkan perbaikan ekonomi pada Hjalmar Schacht. Kemudian munculkan dialog antara teori dan realita di dalam latar belakang. Lalu perubahan pada rumusan masalah poin pertama dan ketiga. Perubahan ini dikarenakan rumusan masalah peneliti belum terfokuskan pada tokoh Hjalmar Schact itu sendiri. Poin pertama dirubah menjadi kenapa Hitler lebih mengandalkan Hjalmar Schacht dalam perbaikan ekonomi Jerman 1933-1939? Poin ketiga dirubah menjadi bagaimana pengaruh kebijakan-kebijakan Hjalmar Schacht dalam persiapan PD II Jerman?

Setelah dilakukan revisi terhadap proposal berdasarkan masukkan dalam seminar, peneliti menyerahkan proposal hasil revisi tersebut ke Bapak H. Drs. Ayi Budi Santosa, M.Si selaku ketua Tim Pertimbangan Pembuatan Skripsi (TPPS). Kemudian dilanjutkan dengan membuat Surat Keputusan (SK) dengan menyerahkan proposal hasil revisi atas rujukan Bapak H. Drs. Ayi Budi Santosa, M.Si. Surat Keputusan penunjukkan pembimbing skripsi ditandatangani oleh Dr. Agus Mulyana, S.Pd, M.Hum (Ketua Departemen) dan Drs. Ayi Budi Santosa, M.Si (Ketua TPPS) dengan Pembimbing I Bapak Wawan Darmawan, S.Pd, M.Hum dan Pembimbing II Bapak Drs. R. H. Achmad Iriyadi.

3.2 Mengusut Semua Evidensi yang Relevan dengan Topik

(23)

Sebagai langkah awal ialah apa yang disebut heuristik (heuristic) atau dalam bahasa Jerman Quellenkunde, sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, atau materi sejarah, atau evidensi sejarah.

Dalam melakukan proses heuristik ini, terdapat suatu batasan-batasan dalam pencariannya, sebagaimana menurut Gottschalk (1986, hlm. 35) yang mengungkapkan “Semakin cermat pembatasannya mengenai perorangan, wilayah, waktu, dan fungsi, semakin besar kemungkinannya bahwa sumber-sumbernya

akan ada sangkut pautnya dengan subyeknya”. Dengan kata lain, batasan-batasan

dalam heuristik ini untuk mempermudah peneliti mengusut evidensi yang sesuai dengan topik penelitian.

Sumber-sumber atau bukti-bukti yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk sumber literatur berupa buku, jurnal, dan referensi lainnya yang relevan dengan topik penelitian skripsi yang akan dilakukan. Sumber-sumber ini diperoleh baik dari koleksi pribadi peneliti maupun koleksi yang terdapat di berbagai tempat. Selain itu peneliti juga menggunakan sumber-sumber buku, jurnal, dan artikel di internet dalam bentuk e-book. Untuk memudahkan pemahaman pada tahapan pengumpulan sumber ini, peneliti membaginya ke dalam tiga sub bab sesuai dengan pencarian akan sumber-sumber yang relevan tersebut, pertama pencarian di situs internet, pencarian di perpustakaan-perpustakaan, pencarian ke koleksi pribadi teman.

3.2.1 Pencarian Melalui Penelusuran di Internet

(24)

berjudul Conjuring Hitler; How Britain and America Made the Third Reich (2005). Kemudian The Economic of Barbarism; Hitler’s New Economic Order in Europe (1942) karya Kuczynski dan Witt, lalu A General History of Europe;

from the Origins of Civilization to the Present Times (1921) karya Robinson dkk.,

The Oxford History of Modern Europe (1996) karya Blanning, Vampire Economy;

doing Business under Fascism (1939) karya Reimann, A Reinterpretation of

Germany's New Plan of 1934 (1975) karya Neal, An Economic History of Europe;

Knowledge, Institutions and Growth, 600 to the Present (2010) karya Persson, On

War karya Clausewitz, Studies of Economic Nationalism (1960) karya Heilperin,

Mein Kampf (1944) karya Hitler, dan Fascism; Theory and Practice (1999) karya

Renton.

Selain itu peneliti juga menemukan tesis yang ditulis oleh Grein yang berjudul The Third Reich’s Macroeconomic Policies: Enablers of Genocide (2012), lalu tesis yang disusun oleh Teguh Pamuji TNH berjudul Analisis Dampak Defisit Anggaran terhadap Ekonomi Makro di Indonesia (Tahun 1993

-2007) (2008), dan skripsi berjudul Ideologi Fasisme (Pemikiran Adolf Hitler atas

Konsep Fasisme di Jerman) (2014) yang disusun oleh Ario Rahmana Putra.

Kemudian peneliti juga menemukan artikel dalam jurnal berbentuk e-book berjudul Hitler’s Money: The Bills Of Exchange Of Schacht And Rearmament In The Third Reich (2002) karya Preparata dalam jurnal American Review of

Political Economy dan Hjalmar Horace Greeley Schacht; Adolf Hitler’s

‘Respectable’ Banker (2005) yang diterbitkan oleh jurnal Executive Intelligence Review karya Spannaus. Kemudian Employment, the Keynesian Theory and the

Phenomenon of Nazism (2012) dalam International Journal of Humanities and

Social Science oleh Giatrakis.

3.2.2 Pencarian di Perpustakaan-Perpustakaan

(25)

Scheele, Contemporary Europe in World Focus (1956) karya Carl H. Pegg, Arms, Autarky, and Agression; A Study in German Foreign Policy (1973) karya Carr,

Ideologi dan Masyarakat; Kajian Sejarah Eropa Abad ke-20 (2002) karya Nana

Supriatna, buku Tokoh dan Peristiwa dalam Sejarah Eropa 1815-1945 (1982) karya Poesponegoro, dan buku The Origins of The Second World War in Europe (1986) karya Bell.

Kemudian dalam pencarian sumber yang membantu peneliti dalam menganalisis topik penelitian, peneliti menemukan buku Perkembangan Pemikiran Ekonomi (2007) karya Deliarnov, Sejarah Pemikiran Ekonomi, Suatu

Pengantar Teori dan Kebijaksanaan Ekonomi (2001) karya Sastradipoera,

Pengantar Ilmu Sosial; Sebuah Kajian Pendekatan Struktural (2009) karya

Dadang Supardan, Politik Ekonomi (1976) karya Winardi, dan buku Makroekonomi; Teori Pengantar (2004) karya Sukirno.

Lalu perpustakaan kedua yang dikunjungi oleh peneliti ialah Perpustakaan Batu Api di Jatinangor. Di perpustakaan ini peneliti hanya menemukan satu sumber yang relevan dengan topik. Sumber tersebut adalah The Rise and Fall of the Third Reich: A History of Germany (1973) karya Shirer. Kemudian peneliti

juga mengunjungi perpustakaan Universitas Indonesia (UI) dan menemukan buku A History of Modern Germany 1840-1945 (1982) karya Holborn. Selain itu

peneliti juga mengunjungi Perpustakaan Konferensi Asia Afrika (KAA), Perputakaan CSIS, dan Perpustakaan Universitas Ahmad Jani (UNJANI) namun di perpustakaan-perpustakaan ini peneliti belum menemukan sumber-sumber yang relevan dengan topik penelitian peneliti.

3.2.3 Pencarian ke Koleksi Pribadi

Selain pencarian sumber-sumber di perpustakaan-perpustakaan dan penelusuran lewat internet, peneliti juga mencari sumber ke tempat-tempat lainnya. Pencarian ini dilakukan dengan meminjam sumber-sumber ke berbagai mahasiswa terutama mahasiswa Departemen Pendidikan Sejarah dari berbagai angkatan. Pencarian ini cukup berhasil dengan didapatkannya buku 7 Tokoh Kunci Nazi: Penentu Sejarah Jerman & Penyebab Perang Dunia II (2007) karya

(26)

angkatan 2011, buku Hitler (Jerman Di Bawah Kekuasaan Hitler) (1992) karya Endang Sunarko dari Omet Rasyidi, alumnus Departemen Pendidikan Sejarah angkatan 2010, buku Isme-Isme yang Mengguncang Dunia (2009) karya Ebenstein dari Andika Yudhistira Pratama mahasiswa Departemen Pendidikan Sejarah angkatan 2010, buku Demokrasi Jerman; Perkembangan dan Masalahnya (1983) karya B.N. Marbun SH dari Aditya Marayuda mahasiswa

Departemen Pendidikan Sejarah angkatan 2010, kemudian buku Sejarah Eropa; dari Masa Menjelang Perang Dunia I sampai Masa Antarbellum (2012) karya

Julius Siboro dari Rangga Dolly mahasiswa Departemen Pendidikan Sejarah angkatan 2012.

3.3 Membuat Catatan-Catatan Penting

Dalam tahapan ini peneliti mencatat hal-hal penting berkenaan dengan sumber yang telah didapatkan. Membuat catatan-catatan ini sangat penting bagi peneliti dalam melakukan telaah akan fakta-fakta yang terdapat dalam berbagai referensi. Pentingnya pembuatan catatan ini menurut Abdurahman (2007, hlm. 65) menyatakan “Data penelitian yang diperoleh melalui telaah pustaka itu mustahil hanya dapat disimpan dalam ingatan semata, tetapi seharusnya dibuatkan catatan-catatan dari sumber-sumber yang ditelaah itu”. Pembuatan catatan ini dilakukan untuk mengingatkan kembali fakta-fakta yang telah ditemukan oleh peneliti.

(27)

3.4 Mengevaluasi Secara Kritis Semua Evidensi yang Telah Dikumpulkan (Kritik Sumber)

Setelah melakukan pencarian sumber-sumber yang relevan dengan kajian yang akan diteliti, peneliti menyaring fakta-fakta yang terdapat di dalam sumber-sumber. Selain itu langkah ini untuk membedakan sumber-sumber yang diragukan kebenarannya. Penyaringan fakta-fakta ini disebut dengan kritik sumber. Tujuan dalam kritik sumber ini menurut Sjamsuddin (2007, hlm. 131)

...setelah sejarawan berhasil mengumpulkan sumber-sumber dalam penelitiannya, ia tidak akan menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber itu. Langkah selanjutnya ia harus menyaringnya secara kritis, terutama terhadap sumber-sumber pertama, agar terjaring fakta yang menjadi pilihannya. Langkah-langkah inilah yang disebut kritik sumber, baik terhadap bahan materi (ekstern) sumber maupun terhadap substansi (isi) sumber.

Dalam kritik sumber, peneliti diharuskan menyaring sumber-sumber atau evidensi-evidensi yang telah didapat secara kritis. Penyaringan terhadap sumber-sumber ini disebut kritik eksternal dan internal. Kedua proses ini bertujuan untuk memperoleh fakta-fakta sejarah yang dipilih dalam merekonstruksi suatu peristiwa sejarah.

3.4.1 Kritik Ekternal

Kritik eksternal ini menurut Sjamsuddin (2007, hlm. 132-133) menyatakan bahwa “...kritik eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek “luar” dari sumber sejarah...atas dasar berbagai alasan atau syarat, setiap sumber harus dinyatakan dahulu otentik dan integral”. Lebih lanjut, Daliman (2012, hlm. 67) menyatakan bahwa “kritik eksternal ingin menguji otentisitas (keaslian) suatu sumber, agar diperoleh sumber yang sungguh-sungguh asli dan bukannya tiruan atau palsu. Sumber yang asli biasanya waktu dan tempatnya diketahui”. Dengan kata lain kritik eksternal ini dilakukan untuk mencari tahu asal-usul dari sumber yang didapatkan dan dapat dibuktikan keasliannya.

(28)

bisa didapatkan oleh peneliti hanya berupa sumber sekunder seperti buku, jurnal, atau tulisan-tulisan lainnya yang tidak sejaman atau berhubungan secara langsung dengan periode tahun 1933-1939 di Jerman. Maka dari itu, peneliti hanya melakukan kritik internal terhadap sumber-sumber yang telah ditemukan.

3.4.2 Kritik Internal

Kritik internal ini dilakukan setelah sumber dapat dibuktikan keabsahannya melalui kritik eksternal. Kritik internal ini menurut Sjamsuddin (2007, hlm. 143) menyatakan bahwa “setelah fakta kesaksian (fact of testimony) ditegakkan melalui kritik eksternal, tiba giliran sejarawan untuk mengadakan evaluasi terhadap kesaksian itu. Ia harus memutuskan apakah kesaksian itu dapat diandalkan (reliable) atau tidak”. Maka kritik internal dilakukan terhadap isi dari sumber -sumber guna mendapatkan suatu keputusan dapat digunakan atau tidak - sumber-sumber tersebut.

Kritik internal ini dilakukan peneliti terhadap semua sumber-sumber yang telah didapat. Penggunaan sumber dengan sudut pandang yang berbeda dilakukan peneliti untuk mendapatkan objektivitas dan meminimalisir subjektivitas dari suatu sumber. Sebagai contoh, peneliti melakukan kritik internal terhadap buku The Magic of Money (1967) karangan Hjalmar Schacht yang merupakan

otobiografinya sendiri dan buku Rise and Fall of the Third Reich (1973) karya William L. Shirer yang disusun berdasarkan pengalaman pribadi Shirer yang menyaksikan sendiri perkembangan Nazi di Jerman dan dokumen-dokumen yang telah didapatnya sebagai seorang reporter

(29)

bahwa Schacht merupakan suatu sosok yang penting dalam mengatasi krisis inflasi yang melanda Jerman pasca PD I. Hal ini juga membuktikan bahwa sumber tersebut isinya dapat dipercaya dan dapat digunakan oleh peneliti.

3.5 Menyusun Hasil Penelitian Secara Sistematis

Pada tahap ini, peneliti menyusun fakta-fakta dari sumber-sumber atau evidensi-evidensi dan menyajikannya dalam suatu bentuk tulisan. Dalam proses ini terdapat interpretasi dan eksplanasi sejarah oleh peneliti. Menurut Kuntowijoyo (dalam Abdurahman, 2007, hlm. 73) menyatakan bahwa “Interpretasi sejarah sering disebut juga dengan analisis sejarah. Dalam hal ini, ada dua metode yang digunakan, yaitu analisis dan sintesis. Analisis berarti

menguraikan, sedangkan sintesis berarti menyatukan”. Maka, Interpretasi

merupakan suatu kegiatan dalam menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh berdasarkan sumber-sumber yang telah dilakukan kritik internal dan eksternal dan dirangkai menjadi suatu kesatuan yang utuh.

Pada tahap ini peneliti berusaha mengumpulkan fakta-fakta dan dirangkai menjadi suatu kesatuan yang utuh. Dalam penulisan sejarah ini menurut Lucey (dalam Sjamsuddin, 2007, hlm. 158-159) menyatakan “Ketika para sejarawan menulis, disadari atau tidak, diakui atau tidak, dinyatakan secara eksplisit atau emplisit, mereka berpegang pada salah satu atau kombinasi beberapa filsafat sejarah tertentu yang menjadi dasar penafsirannya”. Dengan kata lain, dalam melakukan suatu penulisan sejarah, peneliti dipengaruhi oleh filsafat-filsafat sejarah tertentu.

(30)

diambil oleh Hjalmar Schacht dalam membangun perekonomian Jerman dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya selain individu itu sendiri, seperti faktor geografi, sistem ekonomi dan sosial sehingga mempengaruhi seorang manusia dalam mengambil langkah-langkah atau kebijakan-kebijakan yang diperlukan.

Sedangkan bentuk filsafat yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggabungkan filsafat Penafsiran Sintesis dan Penafsiran (teori) „Orang Besar‟. Penafsiran sintesis, menurut Barnes (dalam Sjamsuddin, 2007, hlm. 170) berpendapat bahwa:

Penafsiran ini mencoba menggabungkan semua faktor atau tenaga yang menjadi penggerak sejarah. Menurut penafsiran ini, tidak ada satu kategori “sebab-sebab” tunggal yang cukup untuk menjelaskan semua fase dan periode perkembangan sejarah Artinya perkembangan dan jalannya sejarah digerakkan oleh beberapa faktor dan tenaga bersama-sama dan manusia sebagai pemeran utamanya.

Sedangkan bentuk filsafat Penafsiran (teori) „ Orang Besar‟ lebih menekankan bahwa faktor utama dalam perkembangan sejarah ialah tokoh-tokoh orang besar (Great Man Theory) (Carlyle dan Froude dalam Sjamsuddin, 2007, hlm. 169). Kedua bentuk filsafat ini digunakan untuk menganalisis bagaimana peranan Hjalmar Schahct sebagai seorang tokoh, berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian Jerman pada periode 1933-1939. Dalam melakukan interpretasi, peneliti menggunakan pendekatan interdisipliner, yaitu pendekatan dengan menggunakan ilmu-ilmu sosial lainnya. Ilmu bantu yang digunakan oleh peneliti ialah ilmu politik dan ekonomi.

3.6 Menyajikan Hasil Penelitian

Menyajikan hasil penelitian merupakan tahap akhir dari penelitian. Pada tahap ini peneliti merumuskan seluruh hasil penelitian ke dalam suatu bentuk tulisan yang utuh. Sjamsuddin (2007:156) menjelaskan bagaimana seorang peneliti atau sejarawan merangkai hasil penelitiannya,

(31)

Penyusunan hasil penelitian sejarah ini disebut dengan historiografi. Historiografi merupakan langkah akhir dari suatu penelitian sejarah. Gottschalk (1986, hlm. 32) menyatakan bahwa historiografi merupakan suatu rekonstruksi imajinatif daripada masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh suatu proses yang disebut metode sejarah. Kemudian menurut Abdurahman (2007, hlm. 76) menyatakan bahwa “Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan”. Dengan kata lain, historiografi merupakan suatu kegiatan memaparkan atau melaporkan hasil penelitian sejarah dari rekonstruksi imajinatif masa lampau berdasarkan fakta-fakta yang telah diperoleh. Dalam tahap ini, peneliti merekonstruksi peristiwa-peristiwa sejarah dari fakta-fakta yang didapatkan setelah melakukan tahapan-tahapan yang telah dilakukan dalam metode sejarah atau historis. Dimulai dari pencarian sumber-sumber dari fakta tersebut, kritik sumber, penafsiran, hingga menyusunna ke dalam suatu bentuk tulisan yang utuh.

Dalam historiografi ini terdapat syarat-syarat umum yang harus diperhatikan dalam memaparkan hasil penelitian tersebut. Menurut Abdurahman (2007, hlm. 76-77) mengenai syarat umum dalam pemaparan sejarah, antara lain:

1. Peneliti harus memiliki kemampuan mengungkapkan dengan bahasa yang baik.

2. Terpenuhinya kesatuan sejarah.

3. Menjelaskan apa yang ditemukan oleh peneliti dengan menyajikan bukti-buktinya dan membuat garis-garis umum yang akan diikuti secara jelas oleh pemikiran pembaca.

4. Keseluruhan pemaparan sejarah haruslah argumentatif.

Penyusunan hasil penelitian menjadi suatu tulisan sejarah yang utuh, dilaporkan dalam sebuah tulisan berbentuk skripsi. Skripsi ini ditulis dengan menggunakan gaya bahasa yang ilmiah dan menggunakan tata bahasa yang baik dan benar seseau dengan aturan dalam pedoman umum ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Laporan hasil penelitian ini disusun untuk kebutuhan studi akademis tingkat Strata 1 (S1) pada Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI, sehingga struktur organisasi skripsi disesuaikan dengan buku Pedoman Penelitian Karya Ilmiah yang diterbitkan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Adapun

(32)

Bab I Pendahuluan menjelaskan latar belakang masalah yang di dalamnya memuat penjelasan akan masalah-masalah yang terjadi dan alasan pemilihan masalah tersebut untuk diangkat menjadi judul skripsi “Peranan Hjalmar Schacht dalam Membangun Perekonomian Jerman (1933-1939)”. Bab ini juga berisi rumusan masalah untuk membatasi ruang lingkup permasahan yang akan diteliti oleh peneliti. Selain itu bab ini juga memuat tujuan penulisan dan manfaat penelitian, serta struktur organisasi penulisan skripsi.

Bab II Kajian Pustaka dan Landasan Teoretis memuat teori-teori dan konsep-konsep serta penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan peranan Hjalmar Schacht dan pembangunan ekonomi Jerman pada tahun 1933-1939.

Bab III Metode Penelitian berisi mengenai rincian metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian. Metode yang digunakan oleh peneliti, yaitu metode historis yang di dalamnya terdapat tahapan-tahapan dalam penelitian. Tahapan-tahapan yang digunakan oleh peneliti, antara lain: Memilih topik penelitian; Mengusut semua evidensi yang relevan dengan topik; Membuat catatan-catatan penting yang dianggap relevan dengan topik; Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan; Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang sesuai dengan sistematika yang telah disiapkan sebelumnya; dan Menyajikannya dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin. Lalu teknik penelitian yang digunakan peneliti ialah studi literatur dengan mengkaji sumber-sumber yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Kemudian peneliti juga menggunakan pendekatan interdisipliner, yaitu pendekatan dengan menggunakan ilmu-ilmu sosial lainnya. Dalam penelitian ini ilmu-ilmu bantu yang digunakan adalah ilmu politik dan ekonomi.

(33)

perekonomian Jerman. Lalu akan dijelaskan juga kebijakan-kebijakan Hjalmar Schacht di dalam membangun perekonomian Jerman tahun 1933-1939 dan pengaruhnya terhadap persiapan Jerman dalam PD II.

(34)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan

Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi berjudul “Peranan

Hjalmar Schacht dalam Membangun Perekonomian Jerman (1933-1939)”.

Kesimpulan ini merujuk pada jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dalam bab sebelumnya. Terdapat empat hal yang disimpulkan perdasarkan permasalahan yang dibahas, antara lain:

Pertama, kondisi perekonomian Jerman pasca Perang Dunia I, di mana

dampak perang tersebut berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat Eropa. Banyaknya korban jiwa ditambah kerugian material yang besar menjadi suatu permasalahan utama dalam perkembangan masyarakat Eropa. PD I ini resmi berakhir dengan ditandanganinya Perjanjian Versailles yang memunculkan berbagai dampak terhadap ekonomi, politik, dan sosial Jerman. Dalam aspek ekonomi, Jerman mengalami dua krisis ekonomi yang merupakan rentetan dari peristiwa Perang Dunia. Krisis inflasi pada tahun 1923 dan depresi ekonomi pada tahun 1929 semakin memperburuk kondisi perekonomian Jerman. Kemudian dalam aspek politik, Jerman mengalami perubahan dengan munculnya partai NAZI sebagai partai yang kuat dan dapat menguasai Jerman dengan Hitler sebagai ketuanya. Sedangkan dalam aspek sosial, masyarakat Jerman merasa terhina dengan adanya perjanjian perdamaian yang sangat merugikan mereka. Berbagai kekacauan terjadi di dalamnya, seperti keresahan masyarakat ketika terjadinya krisis ekonomi yang menyebabkan tingginya angka pengangguran, dan penolakan terhadap Pemerintah dan berujung dengan didukungnya Hitler oleh masyarakat sebagai pemimpin mereka dalam pemilu.

Kedua, latar belakang ditunjukknya Hjalmar Schacht oleh Hitler untuk

(35)

uang Rentenmark sebagai pengganti mata uang Mark sebelumnya. Selain peranannya dalam mengatasi krisis ekonomi, Schacht juga merupakan salah satu orang yang mendukung Hitler menuju kekuasaan dengan mempromosikan Hitler pada rekan-rekan bisnis Schacht untuk menyokong keuangan partai NAZI. Selain itu juga, Schacht menyanggupi keinginan Hitler untuk memperbaiki perekonomian Jerman dan mengarahkannya menuju persiapan perang di masa mendatang. Dengan diangkatnya Schacht oleh Hitler, ia muncul sebagai penanggung jawab atas perekonomian Jerman yang bertujuan dalam mempersenjatai kembali militer Jerman.

Ketiga, kebijakan-kebijakan atau langkah-langkah apa saja yang dilakukan

Hjalmar Schacht dalam membangun kembali perekonomian Jerman tahun 1933-1939. Kebijakan-kebijakan yang dikelauarkan oleh Schacht meliputi tiga aspek, antara lain; (1) Pengangguran, (2) Pendanaan Militer, dan (3) Kebutuhan Bahan-bahan baku industri. Dalam mengatasi tingginya angka pengangguran di Jerman, Schacht melakukan suatu kebijakan dengan memobilisasi para pengangguran untuk memenuhi lapangan pekerjaan yang meliputi pembangunan Autobahnen, pabrik-pabrik dengab pengawasan yang ketat di bawah Pemerintah dengan dibentuknya serikat-serikat di bawah kendali Nazi, seperti German Labour Front (DAF), Beauty of Labour, dan Strength Through Joy (KdF). Sedangkan dalam pendanaan militer, ia mengeluarkan kebijakan-kebijakan dengan memanfaatkan aset asing di Jerman, pajak, dan juga hutang dalam jangka panjang. Namun salah satu kebijakan yang menjadi keunikan dalam mendapatkan dana yang dikhususkan untuk keperluan perang ialah diciptakannya suatu work-creation berbentuk suatu rekening yang dalam perkembangannya menjadi MEFO-Bills. MEFO ini merupakan suatu korporasi fiktif sebagai kamuflase terhadap negara-negara lain dalam persenjataan kembali Jerman. Dengan menggunakan MEFO-Bills, Jerman mampu mengumpulkan dana hingga mencapai 12 trilyun Mark pada

(36)

Perjanjian perdagangan ini melibatkan banyak negara dari Eropa Timur, Balkan, dan Amerika Latin.

Keempat, pengaruh kebijakan-kebijakan Hjalmar Schacht terhadap kekuatan

(37)

dampak regional, yang berpengaruh terhadap hubungan Jerman dengan negara-negara di Eropa dan Amerika Latin. Dengan diterapkannya The New Plan pada tahun 1934, perdagangan internasional yang dilakukan Jerman beralih ke negara-negara yang perkembangan industrinya lebih lambat daripada negara-negara-negara-negara Eropa lainnya, seperti negara-negara di Eropa Timur, Balkan, dan Amerika Latin.

5.2 Rekomendasi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi pada pembelajaran Sejarah Indonesia program Peminatan pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dikarenakan kajian yang dibahas di dalam skripsi ini berhubungn dengan materi pembelajaran di sekolah Kelas XI semester II yang meliputi Kompetensi Inti (KI): Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Dengan Kompetensi Dasar (KD): Menganalisis pengaruh PD I dan PD II terhadap kehidupan politik, sosial-ekonomi dan hubungan internasional (LBB, PBB), pergerakan nasional dan regional. Melalui skripsi ini diharapkan dapat memberi tambahan wawasan pengetahuan bagi siswa mengenai pengaruh PD I terhadap kehidupan politik, sosial-ekonomi dan hubungan internasional Jerman.

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca, baik para akedemisi maupun khalayak umum mengenai permasalahan yang terjadi setelah PD I. Skripsi ini diharapkan juga menjadi dasar atau referensi untuk penelitian lainnya mengenai sejarah Jerman, khususnya perkembangan perekonomian Jerman pasca PD I. Dalam skripsi ini terdapat beberapa kajian yang diperdalam, seperti peranan tokoh Hjalmar Schacht yang berupaya dalam membangun perekonomian Jerman hingga mampu mempersiapkan Jerman memulai PD II.

(38)
(39)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Abdurahman, D. (2007). Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Apridar. (2010). Teori Ekonomi; Sejarah dan Perkembangannya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ballack, L. (2007). 7 Tokoh Kunci Nazi; Penentu Sejarah Jerman dan Penyebab Perang Dunia II. Jakarta: Visimedia.

Barret, F. (1955). Perburuhan dari Masa Kemasa. Jakarta:PT Pustaka Rakjat. Bell, P. M. H. (1986). The Origins of The Second World War in Europe. New

York: Longman Inc.

Blanning, T. C. W. (1996). The Oxford History of Modern Europe. New York: Oxford University Press.

Chambers, F. P. (1962). This Age of Conflict; The Western World - 1914 to the Present. New York: Harcourt, Brace & World, Inc.

Clausewitz, C. V. (1989). On War. New Jersey: Princeton University Press. Carr, W. (1973). Arms, Autarky, and Aggression; A Study in German Foreign

Policy, 1933-1939. New York: Norton & Company, Inc.

Daliman, A. (2012). Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Deliarnov. (2007). Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ebenstein, W. (2006). Isme-Isme yang Mengguncang Dunia. Yogyakarta: Narasi. Engdahl, W. (2004). A Century of War; Anglo-American Oil Politics and The

New Word Order. London: Pluto Press.

Giersch, H. (1968). Politik Ekonomi. Jakarta: Kedutaan Besar Jerman. Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press.

Hart, M. H. (2001). Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

Heilperin, M. A. (1960). Studies in Economic Nationalism. Jenewa: Institut de Hautes Etudes Internatonales.

(40)

Holborn, H. (1969). A History of Modern Germany, 1840-1945 Volume 3. New York: Alfred A Knoop Inc.

Ismaun. (2005). Sejarah sebagai Ilmu. Bandung: UPI.

Jackson, R. H. (1946a). Nazi Conspiracy and Aggression Volume I. Washington: United States Government Printing Office.

Jackson, R. H. (1946b). Nazi Conspiracy and Aggression Volume II. Washington: United States Government Printing Office.

Kartodirdjo, S. (1992). Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kuczynski, J. & Witt, M. (1942). The Economic of Barbarism; Hitler’s New Economic Order in Europe.

Lee, S. J. (2008). The European Dictatorship 1918-1945. New York: Routledge. Marbun, B. N. (1983). Demokrasi Jerman; Pekembangan dan Masalahnya.

Jakarta: Sinar Harapan.

Mises, L. v. (2010). Omnipotent Government; The Rise of Total State & Total War. New York: Ludwig von Mises Institute.

Neal, L. (1975). A Reintrepretation of Germany’s New Plan of 1934. Urbana-Champaign: University of Illinois.

Persson, K. G. (2010). An Economic History of Europe; Knowledge, Institutions and Growth, 600 to the Present. New York: Cambridge University Press.

Pegg, C. H. (1956). Contemporary Europe in World Focus. New York: Henry Holt and Company.

Poesponegoro, M. D. (1982). Tokoh dan Peristiwa dalam Sejarah Eropa 1815-1945. Jakarta: Erlangga.

Preparata, G. G. (2005). Conjuring Hitler; How Britain and Amerika made the Third Reich. London: Pluto Press.

Reimann, G. (2007). The Vampire Economy; doing Business under Fascism. Mises Institute: Alabama.

Renton, D. (1999). Fascism; Theory and Practice. London: Pluto Press.

Robinson, H. J., Breasted, J. H., & Smith, E. P. (1921). A General History of Europe; from the Origins of Civilization to the Present Times. Boston: Ginn and Company.

(41)

Sastradipoera, K . (2001). Sejarah Pemikiran Ekonomi, Suatu Pengantar Teori dan Kebijaksanaan Ekonomi. Bandung: Kappa Sigma.

Schacht, H. (1967). The Magic of Money. London: Oldbourne Book Co. Ltd. Scheele, G. (1945). The Weimar Republic: Overture to the Third Reich. London:

Faber and Faber Limited.

Shirer, W. L. (1973). The Rise and Fall of the Third Reich. London: Pan Books Ltd.

Siboro, J. (2012). Sejara Eropa; dari Masa Menjelang Perang Dunia I sampai Masa Antarbellum. Yogyakarta: Ombak.

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Sukirno, S. (2004). Makroekonomi; Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sunarko, E. (1992). Hitler (Jerman di Bawah Kekuasaan Hitler). Jakarta: Dian Lestari Grafika.

Supardan, D. (2009). Pengantar Ilmu Sosial; Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Supriatna, N. (2002). Ideologi dan Masyarakat: Kajian Sejarah Eropa Abad ke-20. Bandung: Historia Press.

Treue, W. (1969). Germany Since 1848: History of the Present Times. Bremen: Carl Schünemann Bremen.

Winardi. (1976). Politik Ekonomi. Bandung: Tarsito.

Sumber Artikel Jurnal:

Garraty, J. A. (1973). The New Deal, National Socialisme, and the Great Depression. The American Historical Review, 78. (4). Hlm. 907-944. Giatrakis, E. (2012). Employment, the Keynesian Theory and the Phenomenon of

Nazism. International Journal of Humanities and Social Science, 2 (13). hlm. 256-266.

Klein, B. (1948). Germany’s Preparation for War: A Re-examination. The

American Economic Review, 38 (1). hlm. 56-77.

Preparata, G. G. (2002). Hitler’s Money: The Bills of Exchange of Schacht and Rearmament In The Third Reich. American Review of Political Economy, 1 (1). hlm. 15-27.

(42)

Spannaus, N. (2005). Hjalmar Horace Greeley Schacht; Adolf Hitler’s

‘Respectable’ Banker. Executive Intelligence Review, 32 (8), hlm. 12-14.

Sumber selain Buku dan Artikel Jurnal Skripsi dan Tesis:

Grein II, A. W. (2012). The Third Reich’s Macroeconomic Policies: Enablers of Genocide. (Tesis). Columbus State of University, Georgia.

Putra, A. R. (2014). Ideologi Fasisme (Pemikiran Adolf Hitler atas Konsep Fasisme di Jerman. (Skripsi). Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

TNH, T. P. (2008). Analisis Dampak Defisit Anggaran terhadap Ekonomi Makro di Indonesia (Tahun 1993 -2007). (Tesis). Universitas Negeri Diponegoro, Semarang.

Publikasi Departemen atau Lembaga Pemerintah:

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penelitian Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Internet:

Aziz, F. (2011). Nasionalisme Ekonomi, Kapan Lagi . [Online]. Diakses dari: http://www.tubasmedia.com/berita/nasionalisme-ekonomi-kapan-lagi/ [10 Maret 2015]

Aritonang, I. (2013). Kebijakan Perdagangan Internasional. [Online]. Diakses

dari:

http://indaharitonang- fakultaspertanianunpad.blogspot.com/2013/06/kebijakan-perdagangan-internasional.html [10 Maret 2015]

Myerson, R. B. (2004). Political Economics and Weimar Disaster. [Online]. Diakses dari: home.uchicago.edu/rmyerson/research/weimar.pdf [12 Oktober 2014]

Pleuger, G. (t.t.). Economic Autarky [Online]. Diakses dari http://www.history-ontheweb.co.uk/concepts/autarky.htm [15 Februari 2015]

Tooze, A. (t.t). The Economic History of the Nazi Regime. [Online]. Diakses dari: https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai variabel acak diskret, x dan y dapat diuraikan melalui ga- bungan dari fungsi probabilitas biva- riat pada semua nilai yang dimung- kinkan dan akan

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa ukuran lingkar dada pedet SimPO dan PO pada saat sapih hingga umur enam bulan tidak berbeda nyata (P>0,05), tetapi pada

Tapi caranya bukannya mencoba untuk merancang sebuah system baru yang sesuai untuk Kanada, melainkan meniru yang dilakukan Uni Soviet pada tahun 1970 dan 1980; pada tahun

Menurut Djumidar (2004: 12.41) tujuan ancang-ancang yang setinggi- tingginya agar dorongan masa ke depan lebih besar. Jarang ancang-ancang sangat tergantung dari kematangan

Bidang Layanan Koleksi Umum Kepala Bidang Layanan Informasi dan Kunjungan Ka Kelompok Layanan Pameran Ka Kelompok Layanan Bahan Pustaka Baru Ilmu Terapan

pada punggung buku terdapat kode R sebelum nomor klasifikasi. Sedangkan lokasi koleksi ini berada di lantai 2. Koleksi ini hanya dapat dibaca di perpustakaan,

Hal tersebut karena dalam hal ini penamaan klasik pada gitar sebenarnya tidak terkait dengan jenis musiknya, walaupun kenyataannya demikian (tergantung dari

Ketiga , konversi agama adalah berubah keyakinan. Bagi Ati dan Ayuni, konversi agama bermakna berubah keyakinan, yang keduanya sebelumnya beragama Kristen lalu